• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword: Education, Health, Unemployment, and Inequality Of Income Distribution

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keyword: Education, Health, Unemployment, and Inequality Of Income Distribution"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENDIDIKAN, KESEHATAN, PENGANGGURAN DAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN DI KOTA PADANG

𝐙𝐚𝐡𝐫𝐚𝐭𝐮𝐥 𝐍𝐚𝐢𝐦1, 𝐂𝐢𝐭𝐫𝐚 𝐑𝐚𝐦𝐚𝐲𝐚𝐧𝐢2, 𝐍𝐢𝐥𝐦𝐚𝐝𝐞𝐬𝐫𝐢 𝐑𝐨𝐬𝐲𝐚𝟐

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

zahratul9894@gmail.com ABSTRACT

This study aims to determine the effect of variables education, health, unemployment and Inequality income distribution to the level of poverty in the city of Padang. The analysis test used is multiple linear regression by performing partial statistical test (t test). Performed the F test and measured by the test of R2 (cofisien determination test). Beside that, there are also test of deviation of classical assumption in the form of multicollinearity test, autocorrelation, heteroskedastisitas and normality. The results showed that: first, education had a negative and insignificant effect on poverty level in Padang City. Where is shown by the value of the regression coefficient education -0.2273 percent. The value of tcount is 1.066 < ttable (1,79588) and the sig value is (0,949) > (0,05), meaning H1 rejected H0 accepted. Second, health variable have negative and significant effect to poverty level which indicated by health regression coefficient value equal to -0.986 percent. Tcount value of 4.564 > ttable (1.79588) and sig value of (0.001) < (0.05), mean H1 received H0 rejected. Third, unemployment variable have positive and significant effect to poverty level which indicated by unemployment regression coefficient value equal to 0,244 percent. The value of tcount is 2.897 > ttable (1.79588) and the sig value is (0,016) < (0,05), meaning H0 is rejected H1 accepted. Fourth, income distribution inequality has a negative and significant effect on poverty level in Padang City. Where is shown by the value of regression coefficient inequality income distribution of -0.044. Tcount value of 3.274> ttable (1.79588) and sig value of (0.008) < (0.05), meaning H0 rejected H1 accepted. Fifth, Fcount value (11.539) > of Ftable 3.49 and sig = 0.001 < α = 0.05 means H0 is rejected and H1 accepted.

Keyword: Education, Health, Unemployment, and Inequality Of Income Distribution

PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan isu sentral bagi setiap negara di dunia, khususnya bagi negara berkembang. Pengentasan kemiskinan dan

menciptakan kesejahteraan bagi rakyat merupakan tujuan akhir suatu negara. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan,

(2)

2 pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.

Menurut Nurwati, (2008:2) kemiskinan dapat dilihat sebagai masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik, dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendah tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan, akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek diluar pendapatan seperti akses kebutuhan minimum; kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi.

Menurut Rejekiningsih, (2011:33) kemiskinan didefinisikan

sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup serta rasa aman dari perlakuan atau ancaman dari tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Beberapa ciri yang melekat pada penduduk miskin yaitu, pendapatan masih rendah atau tidak berpendapatan, tidak memiliki pekerjaan tetap, pendidikan rendah atau bahkan tidak berpendidikan, tidak memiliki tempat tinggal, dan tidak terpenuhinya standar gizi minimal.

Menurut Yacoub, (2012:178) kemiskinan tidak hanya berkenaan dengan tingkat pendapatan tetapi juga dari aspek sosial, lingkungan bahkan keberdayaan dan tingkat partisipasi. Kemiskinan juga dapat menjadi

(3)

3 penentu dan faktor dominan yang mempengaruhi persoalan kemanusiaan seperti keterbelakangan, kebodohan, ketelantaran, kriminalitas, kekerasan, perdagangan manusia, buta huruf, putus sekolah, anak jalanan, dan pekerja anak.

Dari sekian banyaknya wilayah di Indonesia yang memiliki permasalahan kemiskinan, kota Padang juga merupakan daerah yang memiliki permasalahan kemiskinan yang sama. Hal tersebut dapat dikaitan dengan indikator - indikator yang mempengaruhinya seperti pendidikan, kesehatan, inflasi dan pengangguran Amalia, (2012:159), sedangkan menurut Putra, (2007:6) salah satu indikator ekonomi yang mempengaruhi kemiskinan adalah distribusi pendapatan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat (UU SISDIKNAS NO. 20 TAHUN 2003). Pendidikan di suatu daerah turut mempengaruhi angka kemiskinan. Pendidikan sebagai faktor terpenting yang dapat membuat seseorang keluar dari kemiskinan. Pendidikan akan memberikan pengaruh dalam jangka panjang dalam memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga .

Selain pendidikan, kesehatan turut mempengaruhi angka kemiskinan di suatu daerah. Kesehatan mempunyai peran sentral dalam pembangunan ekonomi karena kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas yang menjadi komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital sebagai input fungsi agregat dalam peran penting pembangunan ekonomi. Tingkat kesehatan masyarakatyang ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai indikatornya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan.

Selain pendidikan dan kesehatan, faktor lain yang

(4)

4 mempengaruhi kemiskinan salah satunya adalah pengangguran. Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut Yacoub, (2012:176), jika masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Sehingga dikatakan dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi) maka tingkat kemiskinan juga rendah.

Indikator lainnya yang menyebabkan terjadinya kemiskinan adalah distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan nasional merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi rendahnya kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara. Distribusi pendapatan yang merata kepada masyarakat akan mampu menciptakan perubahan dan perbaikan, seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan

kemiskinan, mengurangi

pengangguran, dan sebagainya. Sebaliknya distribusi pendapatan yang tidak merata perubahan atau perbaikan suatu negara tidak akan tercapai.

Menurut Bappenas, (2014) sejak tahun 2011, penurunan kemiskinan melambat, secara absolute menurun kurang dari 1 juta penduduk miskin per tahun. Hal ini disebabkan oleh kondisi kemiskinan sekarang sudah mencapai tahap yang kronis dan kondisi makroekonomi yang belum optimal. Disparitas antar propinsi masih terjadi dengan tingkat kemiskinan provinsi di Indonesia bagian timur relative lebih tinggi dibandingkan Indonesia bagianbarat.

Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat berada di posisi ke 14 pada tahun 2011 untuk persentase penduduk miskin, ini bisa dikatakan cukup baik. Pada tahun 2014 persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari tahun 2011 yaitu 8,99% menjadi 6,89%, turun sebesar 2,10%. Diikuti dengan bergesernya posisi persentase penduduk miskin Sumatera Barat dari posisi ke 14 menjadi ke 9 dari 34

(5)

5 provinsi di Indonesia. Namun, ditahun 2015 persentase penduduk miskin naik sebesar 0,42% dari tahun sebelumnya yaitu 7,31% menjadi 6,89%. Jika dilihat angka kemiskinan Sumbar tidak begitu tinggi, tapi kemiskinannya masih juga berfluktuasi.

Berikut ini data mengenai pendidikan, kesehatan, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan di Kota Padang dari tahun 2001 -2015.

Tabel 1. Jumlah Kemiskinan Tahun 2001 sampai Tahun 2015

No Tahun Jumlah Kemiskinan (Orang) Perkembangan Kemiskinan (%) 1 2001 38.200 - 2 2002 32.700 -14,40 3 2003 31.100 -4,89 4 2004 31.800 2,25 5 2005 34.000 6,92 6 2006 42.100 23,82 7 2007 39.500 -6,18 8 2008 51.700 30,89 9 2009 46.800 -9,48 10 2010 52.800 12,82 11 2011 50.900 -3,60 12 2012 45.900 -9,82 13 2013 44.200 -3,70 14 2014 40.700 -7,92 15 2015 44.430 8,35

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, 2016 Berdasarkan tabel 1 dapat

dilihat tingkat kemiskinan, pendidikan, angka harapan hidup, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2001

jumlah kemiskinan di Kota Padang sebesar 38.200 orang dan tahun 2003 sebesar 31.100 orang. Hal ini berarti jumlah kemiskinan di Kota Padang mengalami penurunan sebesar 19,29%. Selanjutnya pada tahun 2004

(6)

6 sampai tahun 2006 jumlah kemiskinan di Kota Padang terus meningkat dari 31.800 orang menjadi 42.100. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 32,99%.

Tahun 2007 jumlah

kemiskinan kembali turun sebesar 6,18%, naik lagi di tahun 2008 sebesar 30,89% menjadi 51.700 orang. Tahun 2009 jumlah kemiskinan kembali menurun menjadi 46.800 orang turun sebesar 9,48%. Selanjutnya ditahun 2010 jumlah kemiskinan meningakat lagi sebesar 12,82%. Tahun 2011 sampai tahun 2014 jumlah kemiskinan berhasil berkurang sebesar 25,04% yaitu dari 50.900 orang menjadi 40.700 orang. Namun, ditahun 2015 jumlah kemiskinan kembali meningkat sebesar 8,35% menjadi 44.430 orang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil nilai RSquare adalah 0,832. Hal ini berarti 83,2% tingkat kemiskinan di Kota Padang dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan, pengangguran dan

distribusi pendapatan sedangkan 16,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang ada diluar penelitian.

Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji t

Berdasarkan hasil uji t dari pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah:

1. Hipotesis 1, terdapat pengaruh yang negatif dan tidak signifikan antara pendidikan (X1) terhadap tingkat kemiskinan (Y)

Diperoleh nilai thitung sebesar 1,066 < ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,949) > (0,05) artinya H1 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan tidak signifikan secara parsial antara pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

2. Hipotesis 2, terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara kesehatan (X2) terhadap tingkat kemiskinan (Y)

Diperoleh nilai thitung sebesar 4,564 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0, 001) < (0,05) artinya H1 diterima dengan demikian dapat

(7)

7 dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan secara parsial antara kesehatan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini berarti semakin tinggi kesehatan maka akan semakin rendah tingkat kemiskinan di Kota Padang.

3. Hipotesis 3, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengangguran (X3) terhadap tingkat kemiskinan (Y)

Diperoleh nilai thitung sebesar 2,897 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,016) < (0,05) artinya H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini berarti semakin tinggi pengangguran maka akan semakin tinggi pula tingkat kemiskinan di Kota Padang. 4. Hipotesis 4, terdapat pengaruh yang

negatif dan signifikan antara ketimpangan distribusi pendapatan (X4) terhadap tingkat kemiskinan (Y)

Diperoleh nilai thitung sebesar 3,274 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,008) < (0,05) artinya H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan secara parsial antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini berarti semakin timpang distribusi pendapatan maka akan semakin tinggi tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Hasil Uji F

Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai Fhitung 11,539 dan nilai sig sebesar 0,001. Dengan Ftabel 3,49 maka diketahui nilai Fhitung (11,539) > dari Ftabel 3,49 dan sig = 0,001 < 𝛼 = 0,05 artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan, kesehatan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

(8)

8 PEMBAHASAN

1) Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial dapat

diketahui bahwa

pendidikantidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 1,066< ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,949) > (0,05) artinya H1 ditolak.

Berdasarkan hasil pengujian hipctesis diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan secara parsial tidak signifikan terhadap tingkatkemiskinan di Kota Padang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan akan memberikan kontribusi jangka panjang terhadap tingkat kemiskinan, sehingga dalam jangka pendek pengaruhnya belum terlihat Citra, (2014:221).

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari,

(2012:7) peningkatan jenjang pendidikan disebut sebagai investasi modal manusia. Melalui jenjang pendidikan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan.Pendapatan yang diperoleh dapat ditingkatkan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin tinggi jenjang pendidikan maka pendapatan dapat ditingkatkan sehingga kebutuhan dapat dipenuhi dan

konsumsi mampu

ditingkatkan.Oleh karena itu pendidikan dapat mengurangi angka kemiskinan melalui peningkatan pendapatan.

Ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan olehAnjuli & Fitrayati, (2013:16), menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh positif dengan kemiskinan. Artinya jika pendidikan mengalami peningkatan maka kemiskinan juga akan mengalami peningkatan.

(9)

9 2) Pengaruh Kesehatan terhadap

TingkatKemiskinan Di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 4,564 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,001) < (0,05) artinya H1 diterima. Artinya secara parsial atau individu variabel kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Koefisien regresi menunjukan apabila kesehatan meningkat sebesar satu satuan dan variabel bebas lain tetap, maka kemiskinan di Kota

Padang akan menurun sebesar 45,64 satuan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryawati, (2005:126) kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosialakan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila dilingkungan mereka tingkat kematian bayi tinggi..

Banyak data dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian.Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan

(10)

10 derajat kesehatan pada khususnya.

Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup.Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi.

3) PengaruhPengangguran

terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 2,897 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,016) < (0,05) artinya H0 ditolak. Artinya secara parsial atau individu variabel

pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Dengan kata lain

pengangguran sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahsunah, (2013:12) Pengangguran akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial dan berakibat pada tidak adanya pendapatan yang akhirnya dapat menyebabkan kesejahteraan akan semakin merosot. Semakin menurun kesejahteraan akibat

menganggur, dapat

mengakibatkan peluang terjebak dalam kemiskinan.

(11)

11 4) Pengaruh Ketimpangan

Distribusi Pendapatan terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 3,274> ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,008) < (0,05) artinya H0 ditolak. Artinya secara parsial atau individu variabel distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa ketimpangan distibusi pendapatan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Dengan kata lain ketimpangan

distribusi pendapatan sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan olehPutra, (2007:9)Distribusi pendapatan suatu daerah yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja. Begitu pula sebaliknya, distribusi pendapatan yang merata akan menciptakan kemakmuran bagi

seluruh lapisan

masyarakat.Distribusi

pendapatan mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima masing –masing orang ataupun dari kepemilikan faktor – faktor produksi dikalangan penduduknya.

Menurut Ratnasari, (2015:12) distribusi pendapatan merupakan salah satu ukuran

(12)

12 yang digunakan untuk menunjukan tingkat pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Distribusi pendapatan yang tidak merata akan sulit menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi yang timpang hanya akan menciptakan kesejahteraan bagi golongan tertentu saja. Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksinya. Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang tinggi begitupun sebaliknya, pihak yang memiliki faktor produksi yang rendah akan memperoleh pendapatan yang minim.

5) Pengaruh Pendidikan, Kesehatan, Pengangguran danKetimpangan Distribusi PendapatanTerhadap Tingkat KemiskinanDi Kota Padang.

Berdasarkan pengujian hipotesis diketahui pendidikan, kesehatan, dan ketimpangan

distribusi pendapatan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini bisa dilihat nilai Fhitung 11,539 dan nilai sig sebesar 0,001. Dengan Ftabel 3,49 maka diketahui nilai Fhitung (11,539) > dari Ftabel 3,49 dan sig = 0,001<𝛼 = 0,05 artinya H0 ditolakdan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan, kesehatan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang.

Dari hasil analisis koefisien determinasi yang dilakukan diperoleh nilai RSquare adalah 0,832. Hal ini berarti 83,2% tingkat kemiskinan di Kota Padang dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan sedangkan 16,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang ada diluar penelitian.

(13)

13 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0,273 persen. Nilai thitung sebesar 1,066 < ttabel (1,79588)dan nilai sig sebesar (0,949) > (0,05). 2. Kesehatan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,986 persen. Nilai thitung sebesar 4,564 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,001) < (0,05) artinya H1 diterima. Artinya secara parsial atau individu variabel kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Bisa diartikan semakin tinggi kesehatan semakin rendah tingkat kemiskinan yang ada di Kota Padang.

3. Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien regresi sebesar 0,244 persen. Nilai thitung sebesar 2,897 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,016) < (0,05) artinya H0 ditolak. Artinya secara parsial atau individu variabel pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Dengan demikian ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengangguran maka semakin tinggi tingkat kemiskinan di Kota Padang.

4. Ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0.044. Nilai thitung sebesar 3,274 > ttabel (1,79588) dan nilai sig sebesar (0,008) < (0,05) artinya H0 ditolak. Artinya secara parsial atau individu variabel distribusi

(14)

14 pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Dengan demikian ini menunjukan bahwa semakin tinggi distribusi pendapatan maka semakin rendah tingkat kemiskinan di Kota Padang.

5. Pendidikan, kesehatan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Padang. Hal ini bisa dilihat nilai Fhitung 11,539 dan nilai sig sebesar 0,001. Dengan Ftabel 3,49 maka diketahui nilai Fhitung (11,539) > dari Ftabel 3,49 dan sig = 0,001 < 𝛼 = 0,05 artinya H0 ditolakdan Ha diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F. (2012) Pengaruh Pendidikan, Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001-2010, Jurnal Ilmiah, X(2), pp. 158–169.

Aningtyas, W. M., P, E. S. and Lilis, Y. (2015) Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan

Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia Di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013, Jurnal Ilmiah.

Anjuli, A. D. and Fitrayati, D. (2013) ‘Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Sampang’, Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3).

Available at:

http://ejournal.unesa.ac.id/inde x.php/jupe/article/view/3803. Badan Pusat Statistik Kota Padang

(2014) Padang dalam angka 2014. 2014th edn. Padang: BPS.

Badan Pusat Statistik Kota Padang (2015) Padang Dalam Angka 2015. Padang: BPS.

Cholili, F. M. (2014) ‘Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia)’, Jurnal Ilmiah.

Mankiw, G. N. (2003). Pengantar Ekonomi (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.

Putra, L. D. (2007) ‘Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Tengah Periode 2000 -

(15)

15 2007’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, pp. 1–25. Ratnasari, G. (2015) ‘Pengaruh

distribusi dan ketimpangan pendapatan terhadap kemiskinan indonesia’, Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Rejekiningsih, T. W. (2011) ‘Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan Di Kota Semarang Dari Dimensi Kultural’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 12(1), pp. 28–44.

Retno, E. K. (2011) ‘Pengaruh Pendidikan Dan Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, pp. 1– 20.

Retnowati, D. and Harsuti (2015) ‘Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, pp. 608–618.

Suaidah, I. and Cahyono, H. (2013) ‘Pengaruh Tingkat Pendidikan

Terhadap Tingkat

Pengangguran Di Kabupaten Jombang’, Jurnal Ekonomi Pembangunan. Suryawati, C. (2005) ‘Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 08(03), pp. 121–129.

Todaro, M. P. and S.C.Smith. (2006) Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Widyasworo, R. (2014) ‘Analisis Pengaruh Pendidikan, Kesehatan, Dan Angkatan Kerja Wanita Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Gresik (Studi Kasus Tahun 2008-2012)’, Jurnal Ilmiah, pp. 1–17.

Wulandari, F. H. (2012) ‘Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi,

Pengangguran, Dan Pendidikan terhadap Kemiskinan Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012’, Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Yacoub, Y. (2012) ‘Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap

Tingkat Kemiskinan

Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Barat’, Jurnal Ekonomi Sosial, 8(3), pp. 176– 185.

Yasa, I. G. W. M. (2005) ‘Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat Di Provinsi Bali’, Jurnal Ekonomi Dan Sosial, pp. 86–91.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kemiskinan Tahun 2001 sampai Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu potensi ialah banyaknya ilmuan-ilmuan olahraga yang sebenarnya memiliki konsep terkait pembuatan alat-alat baru, namun sayangnya potensi tersebut tidak

Hasil penelitian pengambilan data sekunder berupa durasi lampu lalu lintas di persimpangan Glugur pada pagi, siang dan sore hari dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2

Letaknya yang berdekatan dengan Vihara Mendut dan dengan halaman yang luas menjadikannya sebagai tempat yang cocok untuk menampung banyak umat dan peziarah lain untuk

Untuk meningkatkan kemurnian serbuk uranium dioksida yang diperoleh diantaranya adalah dengan proses pre-treatment terhadap yellow cake sebelum dilakukan

Sedangkan berdasarkan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel karakteristik pemerintah (tingkat ketergantungan dan total asset) serta tingkat akuntabilitas

l Termohon dianggap sudah tidak bisa menjadi isteri yang baik dan sikapnya tidak ada perubahan sejak awal pernikahan sampai sekarang, yang pada akhirnya pemohon memutuskan tidak

Untuk intervensi alternatif masalah kesejahteraan psikologis masyarakat perkotaan tersebut, penulis ingin menawarkan konsep Green Psychology yang dilandasi oleh teori-teori

Di Kecamatan Kotapadang pada tahun 2006 telah terjadi beberapa kasus penyakit menular (Diare) dan kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) yang menimbulkan KLB atau dugaan