LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Medikal di Ruang Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Medikal di Ruang 2828
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
Oleh :
Yulinda Dwi
Yulinda Dwi Cahyaningtya
Cahyaningtyas
s
0810723017
0810723017
JURUSAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITA
UNIVERSITAS
S BRAWIJAYA
BRAWIJAYA
MALANG
MALANG
2012
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
Definisi
Chronic kidney disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2005).
CKD didefinisikan sebagai adanya kerusakan ginjal yang dimanifestasikan oleh ekskresi albumin yang menurun atau penurunan fungsi ginjal yang secara kuantitatif diukur dengan GFR (Glomerular Filtration Rate), dan terjadi lebih dari 3 bulan (Thomas et al., 2008).
Nilai normal GFR adalah 100-140 mL/min bagi pria dan 85-115 mL/min bagi wanita.. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut (Pranay, 2010):
1. Stadium 1: kerusakan ginjal dengan normal atau peningkatan GFR (GFR >90 mL/min/1.73 m2)
2. Stadium 2: penurunan ringan pada GFR (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2) 3. Stadium 3: penurunan sedang pada GFR (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2) 4. Stadium 4: penurunan berat pada GFR (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2) 5. Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2 atau dialisis)
Etiologi
Beberapa etiologi dari gagal ginjal kronik antara lain (Price, 1995) : a. Infeksi (pielonefritis kronik)
b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang etiologinya tidak jelas, akan tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologi tertentu pada
glomerulus (Markum, 1998). Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis (Prodjosudjadi, 2006).
c. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis dan stenosis arteri renalis.
d. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit polikistik ginjal, dan asidosis tubulus.
Ginjal polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit.
e. Penyakit metabolik seperti diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme, dan amiloidosis. f. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik (SLE),
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
g. Nefropatik toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal h. Nefropati obstuktif :
Saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis ntroperitonial
Saluran kemih bagian bawah : hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
Manifestasi klinis
Kardiovaskuler
o Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis o Pitting edema (kaki, tangan)
o Edema periorbital o Friction rub pericardial o Pembesaran vena jugularis
Dermatologi
o Warna kulit abu-abu mengkilat o Kulit kering bersisik
o Pruritus o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh o Rambut tipis dan kasar Pulmoner
o Krekels
o Soutum kental dan liat o Nafas dangkal
o Pernafasan kussmaul Gastrointestinal
o Anoreksi, mual, muntah o Nafas berbau amonia o Perdarahan saluran cerna o Konstipasi dan diare
o Ulserasi dan perdarahan mulut Neurologi
o Tidak mampu konsentrasi o Kelemahan dan keletihan
o Konfusi/perubahan tingkat kesadaran o Disorientasi
o Kejang
o Rasa panas pada telapak kaki o Perubahan perilaku
Musculoskeletal o Kram otot
o Kekuatan otot hilang o Kelemahan pada tungkai o Foot drop
Reproduktif
o Amenore
o Atrofi testekuler (Smeltzer & Bare, 2001)
Pemeriksaan penunjang 1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi 2. Foto polos abdomen
Untuk menilai bentuk dan besar ginjal apakah ada batu atau obstruksi lain. Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu klien diharapkan tidak puasa
3. IVP (intra Vena Pielografi)
Untuk menilai system pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, missal: usia lanjut, DM, dan nefropati asam urat
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginkal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat 5. Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal
6. Pemeriksaan radiologi jantung : untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial
7. Pemeriksaan radiologi paru : untuk mencari uremik lung yang dianggap sebagai bendungan
8. EKG, untuk melihat kemungkinana hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, hiperkalemia
9. Pemeriksaan laboratorium
a. Laju endap darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia
b. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah
c. Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 (perbandingan meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih), perbandingan ini berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin pada diet rendah protein dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
d. Hiponatremi, umunya karena kelebihan cairan
e. Hiperkalemia. Terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia, terjadi karena kurangnya sintesis 1,24(OH)2 vitr D3 pada GGK
g. Hipoalbuminemis dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gangguan metabolism dan diet rendah protein
h. Peninggian GD, akibat gangguan metabolism karbohidart (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
i. Hipertrigliseridam akibat gangguan metabolism lemak, disebabkan peninggian hormo insulin, hormone somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase
j. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya
disebabkan retensi asam organic pada ginjal
Penatalaksanaan 1. Konservatif
Diet tinggi kalori rendah protein
Protein dibatasi karea urea, asam urat dan asam organic merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai biologis (produksi susu, telur, daging) dimana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-600ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari karbohidrat dan lemak, juga perlu diberikan vitamin
2. Terapi pengganti
Hemodialisa
Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Brunner & Suddarth, 2002).
Tujuan Hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisa, aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien (Brunner & Suddarth, 2002).
CAPD (continous Ambulatory Peritoneal Dialysis)
CAPD adalah salah satu treatment yang tersedia dan digunakan untuk membuang produk sisa dan kelebihan cairan dari darah ketika fungsi ginjal tidak lagi normal (AAKP, 2005). CAPD yang lazim digunakan adalah Continous Cycling Peritoneal Dialysis (CAPD), dimana pada proses CAPD penderita melakukan sendiri tindakan medis tanpa bantuan mesin biasanya berlanngsung 4 kali sehari masing-masing selama 30 menit. Peritoneal Dialysis menggunakan peritoneum
–
sebuahmembrane alami yang bersifat semipermeable yang menutupi organ dalam abdomen dan membatasi dinding abdomen yang dimiliki oleh pasien. Membrane ini berperan sebgai filter. Peritoneum adalah membrane berpori yang dapat menyaring toksin dan cairan dari darah. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti utama karena sudah terbukti lebih baik dibandingakan dengan dialysis terutama dalam perbaikan kualitas hidup, salah satunya adalah tercapainya tingkat kesegaran jasmanai yang lebih baik. Transplantasi ginjal yang berhasil sebenarnya merupakan cara penanganan gagal ginjal yang paling ideal, karena dapat mengatasi seluruh jenis penurunan fungsi ginjal. Yang mana dilain pihak, dialysis hanya mengatasi akibat sebagian jenis penurunan fungsi ginjal.
Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak 2. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda: Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak,tangan, disritmia jantung. Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Integritas ego
Gejala: Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian 4. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
5. Makanan/ cairan
Gejala: Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretic
Tanda: Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit / kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah, penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala
: Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,
Tanda: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari) Tanda: Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
8. Pernapasan
Gejala: napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda
–
encer (edema paru).9. Keamanan
Gejala: Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda: Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjdai peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal., petechie,
10. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas 11. Interaksi social
Gejala: kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala: riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh, obat, racun lingkungan
Diagnosa keperawatan 1. Kelebihan volume cairan
Ditandai dengan oedema , hasil laboratorium kadar elektrolit ↑, peningkatan TD,
peningkatan BB, penurunan urine output, turgor kulit burukTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tanda kelebihan volume cairan berada pada skala 2* dan 5**
Criteria hasil:
Pasien rileks
Tidak terjadi oedema, asites, berat badan stabil dan turgor kulit baik
TD 120/80 mmHg, RR 16-20x/menit, N 60-100x/menit, suhu 36,5o-37,2o C
NOC: Fluid Balance
No. Indikator 1 2 3 4 5
1* Tekanan darah: 120/80 mmHg
2* Nadi: 60-100x/menit
√
3* Turgor kulit
√
4* Kestabilan berat badan
√
5** Hipotensi ortostatik
√
6** Asites
7** Edema perifer
Keterangan penilaian*: criteria penilaian**:
1: sangat kompromi 1: sangat parah
2: kompromi sebagian 2: parah
3: kompromi sedang 3: sedang
4: kompromi ringan 4: ringan
5: tidak kompromi 5: tidak
NIC: Fluid/electrolyte Management
Cek TD, suhu, nadi dan RR Atur intake cairan sesuai indikasi
Monitor hasil laboratorium pada keseimbangan cairan (kematokrit, BUN, albumin,
dll)
Monitor intake dan output
2. Intoleransi aktivitas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien toleran terhadap aktivitasnya
Criteria hasil:
TD 120/80mmHg, RR 16-20x/menit, Nadi 60-100x/menit, suhu 36,5o-37,2oC Pada saat evaluasi indicator NOC berada pada skor 5
NOC: toleran aktivitas
No. Indicator 1 2 3 4 5
1. TTV
2. Kekuatan otot
3. Kemudahan melakukan aktivitas
4. Kemampuan untuk berbicara saat aktivitas fisik Criteria penilaian: 1: selalu 2: sering 3: kadang-kadang 4: jarang 5: tidak pernah NIC
Kaji membrane mukosa dan warna kulit
Monitor TTV
Tingkatkan aktivitas motorik secara bertahap sesuai t oleransi
Bantu pemenuhan ADL klien
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ditandai dengan penurunan nafsu makan, porsi makan berkurang, pemasukan cairan tidak sesuai kebutuhan, lemah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi
Criteria hasil : pada saat evaluasi didapatkan skor 5 pada indicator NOC NOC: nafsu makan
No. Indicator 1 2 3 4 5
1. Ada keinginan makan
2. Menghabiskan porsi makan
√
3. Pemasukan cairan sesuai kebutuhan dan indikasi
√
Criteria penilaian: 1: selalu 2: sering 3: kadang-kadang 4: jarang 5: tidak pernah NIC: Identifikasi makanan kesukaan
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori gizi yang dibutuhkan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Monitor intake dan output
Monitor BB
Berikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya
4. Gangguan pertukaran gas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pertukaran gas dalam tubuh tidak mengalami gangguan
Criteria hasil : pada saat evaluasi didapatkan skor 5 pada indicator NOC NOC: respiratory status:gas exchange
No. Indicator 1 2 3 4 5
1. PaO2
2. PaCO2
√
3. Saturasi oksigen
√
4. Dsypnea at rest
5. Dsypnea with mild exertion 6. Sianosis
7. Impaired cognition
√
Kriteria penilaian*:
1: severe deviation from normal range 2: substantial deviation
3: moderate deviation 4: mild deviation 5: no deviation NIC
a. Monitor rate, ritme, kedalaman dari nafas
b. Monitor adanya suara pernafasan seperti snoring atau crowning
c. Monitor pola pernafasan: bradypnea, tachypnea, hyperventilation, pernafasan Kussmaul
d. Auskultasi suara nafas
e. Identifikasi suction apabila dibutuhkan
f. Monitor kemampuan pasien untuk batuk efektif g. Monitor secret pernafasan pasien
5. Gangguan perfusi jaringan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tidak terjadi gangguan perfusi jaringan
Criteria hasil : pada saat evaluasi didapatkan skor 5 pada indicator NOC NOC: tissue perfusion:cellular
No. Indicator 1 2 3 4 5 1. Tekanan darah 2. Fluid balance
√
3. Heart rhythm√
4. Capillary refill 5. Urine output 6. Creatinin clearance 7. Agitation√
8. Nausea√
9. Vomiting√
10. Pain11. Pale, cold skin
12. Decreased level of conciousness Kriteria penilaian*:
1: severe deviation from normal range 2: substantial deviation
3: moderate deviation 4: mild deviation 5: no deviation NIC
a. Kaji Perubahan EKG, Respirasi (Kecepatan dan kedalamannya) serta tanda
–
tandachvostek”s dan Trousseau”s.
Rasional : Tingginya gelombang T, Panjangnya interval PR dan Lebarnya kompleks QRS dihubungkan dengan serum Kalium ; Pernapasan kusmaul dihubungkan dengan acidosis, kejang yang mungkin terjadi dihubungkan dengan rendahnya calsium.
b. Monitor data-data laboratorium : Serum pH, Hidrogen, Potasium, bicarbonat, calsium magnesium, Hb, HT, BUN dan serum kreatinin.
Rasional : Nilai laboratorium merupakan indikasi kegagalan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolit dan kemunduran fungsi sekretori ginjal.
c. Jangan berikan obat – obat Nephrothoxic.
Rasional : Obat – obat nephrotoxic akan memperburuk keadaan ginjal
d. Berikan pengobatan sesuai pesanan / permintaan dokter dan kaji respon terhadap pengobatan.
Rasional : Dosis obat mungkin berkurang dan intervalnya menjadi lebih lama. Monitor respon terhadap pengobatan untuk menentukan efektivitas obat yang diberikan dan kemungkinan timbulnya efek samping obat.