• Tidak ada hasil yang ditemukan

DPLH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DPLH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Identitas Pemrakarsa

Identitas pemrakarsa kegiatan ini adalah sebagai berikut. a. Nama Pemrakarsa : UPTD Puskesmas Cukir

b. Alamat : Jl. Raya Mojowarno No.9

Desa Cukir Kecamatan Diwek Kab. Jombang

c. No. Telepon : 0321-860425

d. Email : pusk_cukir09@yahoo.com

e. Nama Penanggung Jawab : dr. Hexawan Tjahja Widada, MKP

f. Jabatan : Kepala UPTD Puskesmas Cukir g. Nama Kegiatan : Fasilitas Kesehatan Puskesmas h. Lokasi Kegiatan : Jl. Raya Mojowarno No.9

Desa Cukir Kecamatan Diwek Kab. Jombang

1.2.Perijinan dan Dokumen yang Telah Dimiliki

Perijinan dan dokumen yang telah dimiliki oleh Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dengan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukannya adalah sebagai berikut.

a. Sertifikat Tanah Hak Pakai No. 4 Propinsi Jawa Timur Kabupaten Jombang Kecamatan Diwek Desa Cukir

(2)

b. Surat Ijin Penyelenggaraan Klinik Pratama No. 440/4145/415.21/2013 pada tanggal 1 Nopember 2013

1.3.Latar Belakang

Puskesmas Cukir kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sesuai peraturan Bupati Jombang No. 21 tahun 2012 berkedudukan sebagai unsur pelaksanaan teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang di bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas yang bertanggung jawab kepada kepala Dinas.

Tugas pokok Puskesmas adalah melaksanakan sebagaian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten di bidang jasa pelayanan kesehatan masyarakat dan kegiatan teknis lainya dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok Dinas Kesehatan, sedangkan Fungsi Puskesmas adalah

Penyusunan dan perumusan rencana program, kegiatan dan prosedur tetap dalam rangka pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya, Pelaksanaan program kerja dan kebijakan teknis yang menyangkut kepentingan Pelayanan Masyarakat di wilayah kerjanya, Pelayanan upaya Kesehatan di wilayah kerjanya, Pembinaan upaya Kesehatan di wilayah kerjanya, Pengembangan upaya Kesehatan yang dilakukan oleh Masyarakat di wilayah kerjanya, Pelaksanaan tugas – tugas ketatausahaan UPTD Puskesmas.

Moto Puskesmas Cukir adalah PUSKESMAS BERSERI (Bersih, Ramah, responsif dan Informatif)

VIsi Puskesmas Cukir adalah menjadi Puskesmas dengan pelayanan prima yang memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan terjangkau.

(3)

Untuk mewujudkan visi tersebut ada 5 misi yang di emban oleh seluruh staf Puskesmas Cukir yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar, memuaskan masyarakat dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi perorangan, keluarga dan masyarakat.

4. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan dan sektor lain agar sesuai dengan aspek kesehatan.

5. Mengembangkan system manajemen dan informasi kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, masyarakat dan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu, kesehatan mempunyai arti yang strategis dalam pembangunan dan juga modal dasar dalam pembangunan. Hanya masyarakat yang sehat memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi, yakni manusia yang amat dibutuhkan dalam pembangunan (Zulkarnaen, 1991). Tujuan utama Pembangunan Kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehat secara fisik, mental dan sosial serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Fasilitas kesehatan di Indonesia dikatakan ideal apabila jumlah fasilitas kesehatan yang disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009. Dalam Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa skala kebutuhan dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur ataupun fasilitas kesehatan lainnya dibanding jumlah penduduk. Angka

(4)

perbandingan jumlah tempat tidur dan penduduk yang ideal memang tidak disebutkan dalam pasal khusus, tapi jika mengikuti aturan World Health Organization (WHO) yaitu satu tempat tidur untuk 500 penduduk atau 1:500.

Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang sebagai langkah nyata dalam pembangunan di bidang kesehatan. Kehadiran puskesmas diharapkan dapat melayani kebutuhan masyarakat setempat akan layanan kesehatan yang memuaskan dan kuantitas fasilitas kesehatan yang memadai. Keterjangkauan lokasi di tingkat kecamatan dan biaya pelayanan kesehatan yang relatif rendah menjadikan puskesmas menjadi alternatif pilihan terutama bagi masyarakat ekonomi lemah.

Salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Jombang adalah Puskesmas Cukir. Pada awalnya Puskesmas Cukir merupakan puskesmas non perawatan (puskesmas pembantu), dan ditingkatkan menjadi puskesmas perawatan (puskesmas) pada tahun 1989. Dalam melakukan aktivitasnya selama ini, kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang masih belum dilengkapi dengan dokumen lingkungan. Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang merupakan kegiatan skala UKL-UPL yang berarti dikenakan wajib menyusun DPLH, sehingga UPTD Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang sebagai pemrakarsa menyusun dokumen lingkungan berupa Dokumen Pengelolaan Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.

(5)

Kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang merupakan kegiatan skala UKL-UPL yang dikenakan wajib DPLH karena memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Kegiatan telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan sebelum ditetapkannya Undang – Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Telah melakukan kegiatan tahap konstruksi sebelum ditetapkannya Undang - Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan/atau Rencana Tata Ruang Kawasan. 4. Tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki

dokumen lingkungan hidup tetapi tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan disusunnya Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengelolaan dampak yang telah terjadi selama ini maupun dampak lanjutan yang akan terjadi, sehingga dampak yang timbul dapat diupayakan langkah - langkah penanganannya. Dokumen ini merupakan pedoman bagi pemrakarsa dan instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta sebagai pedoman perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup menjadi lebih baik sehingga tercapai prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan dan bekelanjutan.

1.4.1. Maksud, Tujuan dan Kegunaan A. Maksud

Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dimaksudkan untuk mengantisipasi

(6)

terjadinya dampak terhadap lingkungan dan mengelola dampak tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Maksud penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu acuan dalam upaya menjaga daya dukung sumber daya alam. Sesuai maksud tersebut, maka pemrakarsa harus benar–benar menjaga daya dukung sumber daya alam yang ada.

2. Mewujudkan kebijaksanaan pemerintah dalam memberikan ijin usaha/pembangunan yang harus dilengkapi dengan Dokumen Lingkungan sehingga mutu lingkungan hidup di sekitarnya tidak akan rusak atau menurun, tetapi lebih dapat ditingkatkan.

3. Mendapatkan pedoman teknis pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk mengantisipasi adanya dampak-dampak yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul akibat kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

B. Tujuan

Sedangkan tujuan dari penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :

- Mengidentifikasi seluruh kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang, terutama yang berpotensi menimbulkan dampak baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

(7)

- Mengidentifikasi komponen rona lingkungan saat ini di lokasi kegiatan dan sekitarnya untuk menentukan komponen lingkungan hidup apa saja yang akan terkena dampak oleh adanya kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

- Mengpengelolaan terjadinya dampak terhadap komponen lingkungan sebagai akibat kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang beserta berbagai fasilitasnya baik dampak positif maupun dampak negatif.

- Merumuskan bentuk langkah pengelolaan lingkungan, pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak negatif serta meningkatkan dampak positif yang diakibatkan oleh Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

- Melakukan pemantauan lingkungan yang dipandang baik dan tepat untuk dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

C. Kegunaan Studi

Adapun kegunaan dilaksanakannya penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

- Sebagai instrumen pengikat, serta pedoman bagi pihak pengelola kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang beserta fasilitasnya, sekaligus sebagai alat pengelolaan dalam proses kegiatan operasi yang tertuang dalam DPLH.

- Sebagai pedoman bagi dinas/instansi terkait dalam melaksanakan pengawasan dan pemantauan lingkungan.

- Sebagai sarana uji efektifitas kegiatan dan teknologi yang digunakan dalam pencegahan atau pengendalian dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.

(8)

2. Bagi Pemrakarsa

- Untuk mendapatkan informasi pengelolaan dampak dan pengelolaan pengelolaan secara dini mengingat kegiatan telah beroperasi sehingga langkah penanggulangan dampak dapat dilaksanakan secara lebih efektif.

- Kepedulian pihak pemrakarsa dalam upaya menjalankan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Memberikan pedoman upaya dalam mengantisipasi, mencegah, mengendalikan dan menggulangi kemungkinan dampak yang timbul dengan adanya kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang beserta fasilitasnya.

- Mengupayakan pengelolaan lingkungan secara optimal dalam menekan, mengurangi dampak negatif serta bertanggung jawab dalam melestarikan kemampuan lingkungan hidup di lokasi kegiatan.

- Memberikan gambaran dalam upaya perlindungan terhadap komponen lingkungan di lokasi kegiatan, serta bertanggung jawab atas biaya yang harus dikeluarkan dalam pemantauan baik secara rutin maupun berkala pada kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang beserta fasilitasnya.

3. Bagi Mayarakat Sekitar

- Sebagai pedoman bagi keikutsertaan dalam pengawasan pengelolaan lingkungan di wilayah kerja rencana kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

- Sebagai sarana untuk memberi kepastian bahwa pemrakarsa dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang tidak akan menimbulkan kerugian,

(9)

keresahan masyarakat dan konflik sosial di antara anggota masyarakat dan diantara masyarakat dan pelaksana proyek.

- Untuk mendapatkan kesempatan kerja dan terciptanya keselarasan hubungan antara masyarakat dengan kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

1.4.2. Peraturan Perundangan

Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional secara terpadu, ditetapkan peraturan perundang-undangan yang pada prinsipnya mengatur pemanfaatan sumber daya alam secara berkesinambungan. Beberapa bentuk peraturan perundangan yang mendasari pelaksanaan penyusunan DPLH kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja; sebagai dasar dalam pemberian jaminan sosial kepada tenaga kerja Puskesmas.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; sebagai dasar dalam melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang terkait dengan sumber daya air, udara, maupun sumber daya alam lainnya.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; sebagai dasar hukum di bidang ketenagakerjaan.

4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, digunakan sebagai dasar dalam penentuan tatanan organisasi yang terkait dengan institusi

(10)

pemerintah yang terlibat dalam proses DPLH maupun kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh masing-masing daerah / wilayah. 5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, digunakan sebagai dasar penetapan kelayakan lokasi terkait dengan rencana tata ruang yang ada.

6. Undang-Undang Republik Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, yang digunakan sebagai dasar pengelolaan persampahan di wilayah studi

7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai dasar dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dituangkan dalam Dokumen DPLH

8. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan; sebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas.

9. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

10. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; Sebagai dasar pedoman untuk pengelolaan kualitas air permukaan.

11. Peraturan pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; Sebagai pedoman pengurusan izin lingkungan kegiatan Puskesmas

12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 528/MENKES/PER/XII/1982 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Tanah yang Berhubungan dengan Kesehatan; sebagai pedoman mengenai persyaratan kualitas air tanah.

(11)

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/90 tentang Syarat & Pengawasan Kualitas Air Bersih; Sebagai dasar pedoman mengenai persyaratan kualitas air bersih.

14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 876/Menkes/SK/XI/2002, tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.

15. Peraturan Menteri Kesehatan No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi, sebagai dasar dalam persyaratan dan hygiene dan sanitasi Puskesmas Cukir.

16. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; sebagai pedoman pelayanan kesehatan

17. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air, Minum sebagai dasar dalam menetapkan kelayakan kualitas air bersih/minum yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

18. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik.

19. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 718/MENKES/PER/IV-/1987 tentang Kebisingan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan; sebagai dasar menentukan tingkat kebisingan yang dapat diterima oleh masyarakat

20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/MENKES/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, sebagai dasar untuk mengkaji dampak – dampak yang terjadi pada aspek kesehatan masyarakat

21. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1407/MENKES/SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengendalian

(12)

Dampak Pencemaran Udara; Sebagai dasar terhadap perwujudan kualitas lingkungan

22. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan. 23. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

288/MENKES/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum; Sebagai dasar dalam pengendalian faktor resiko penyebab timbulnya penyakit.

24. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota.

25. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; sebagai pedoman dalam pelayanan kesehatan

26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan; Sebagai dasar pemilihan laboratorium untuk pengujian parameter komponen lingkungan hidup.

27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah B3

28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum memiliki Dokumen Lingkungan; sebagai dasar penyusunan DPLH.

(13)

Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; sebagai penapisan jenis kegiatan yang wajib AMDAL, sehingga kegiatan Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang tidak perlu menyusun AMDAL.

30. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); sebagai pedoman dalam pemberian simbol dan label limbah medis

31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Panduan Pelaporan RKL dan RPL, yang digunakan sebagai panduan dalam pelaporan RKL dan RPL.

32. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Gedung; sebagai pedoman upaya pencegahan kebakaran pada gedung

33. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan; sebagai pedoman teknis upaya pencegahan kebakaran pada gedung Puskesmas. 34. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-01/ Bapedal/09/1995

tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

35. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 36. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-03/Bapedal/09/1995

tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

37. Peraturan Daerah Jawa Timur No. 3 Tahun 1999 Tentang Pemakaian Air.

(14)

38. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 2005-2020; Pedoman pemrakarsa dalam rencana tata ruang wilayah di Provinsi Jawa Timur.

39. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur, sebagai dasar dalam kegiatan pengelolaan kualitas air di wilayah proyek.

40. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur, yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan baku mutu kualitas udara di areal proyek.

41. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya; sebagai dasar dalam pengolahan limbah cair Puskesmas

42. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2001 tentang Pengambilan contoh Uji Air, Limbah Cair dan Udara di Propinsi Jawa Timur yang digunakan sebagai dasar dalam kegiatan pengambilan sampel lingkungan.

43. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Permohonan Ijin Pembuangan Limbah Cair ke Sumber-Sumber Air di Propinsi Jawa Timur sebagai dasar dalam melakukan perijinan pembuangan limbah cair ke badan air.

44. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang No. 21 Tahun 2009 tentang RT/RW Kabupaten Jombang.

45. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan LB3.

Referensi

Dokumen terkait

: Pada bagian ini supaya diberikan deskripsi terkait kondisi rona lingkungan eksisting dan gambaran-foto aktivitas / kegiatan disekitar lokasi kegiatan

 Instansi Penerima Laporan yaitu Badan.. Sumber dampak Jenis Dampak Besaran Dampak UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Pemantauan Lingkungan

serangkaian kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pemrakarsa suatu rencana usaha/kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL; yaitu

Tujuan Penyusunan Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan adalah untuk memberikan petunjuk bagi pemrakarsa atau penyelenggara jalan dan semua pihak yang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Peraturan perundangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai acuan dalam penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) yang terkait dengan

Peraturan perundangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai acuan dalam penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) yang terkait dengan

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Dokumen Pengelolaan