• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan KPBS Pangalengan

Pemeliharaan sapi perah di Pangalengan sebenarnya telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Peternakan sapi perah yang ada dikelola oleh perusahaan Belanda, perusahaan tersebut antara lain: De Friesche Terp, Almanak, Van Der Els, Big Man. Untuk pemasaran hasil produksinya, perusahaan tersebut mendirikan BMC (Bandungche Melk Center). Sewaktu pendudukan Jepang, perusahaan tersebut dihancurkan dan sapinya dipelihara oleh penduduk sekitar sebagai usaha keluarga. Dengan kondisi alam yang mendukung, perkembangan pemeliharaan sapi perah di Pangalengan cukup pesat yang akhirnya menimbulkan keinginan para peternak sapi perah untuk membentuk wadah koperasi. Untuk meningkatkan populasi sapi perah serta meningkatkan pendapatannya, pada bulan November 1949 didirikan koperasi dengan nama GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan).

Mulai tahun 1961, GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia, sehingga tata niaga persusuan sebagian besar diambil alih oleh kolektor (tengkulak). Dengan kondisi demikian, peternak mengalami kerugian karena harga susu yang diterima sangat rendah bahkan tidak sedikit jerih payah peternak tidak dibayar. Akhirnya pada tahun 1963 GAPPSIP tidak mampu melakukan kegiatannya. Menyadari keadaan tersebut, atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat yang disepakati oleh peternak pada tanggal 22 Maret 1969 didirikanlah koperasi yang diberi nama Koperasi Peternakan Bandung Selatan, atau disingkat KPBS. Pada tanggal 1 April 1969 KPBS diberi Badan Hukum No. 4353/BH/18-18 yang kemudian pada tanggal 30 November 1988 Badan Hukum tersebut diperbaharui menjadi Badan Hukum No. 4353/B/BH/KWK-10/12 dan tanggal tersebut merupakan hari jadi KPBS Pangalengan. Sejak saat itu, KPBS Pangalengan mulai mendapat pembinaan dari berbagai pihak seperti: Pemerintah Kabupaten DT II Bandung, Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan, unsur perguruan tinggi, badan-badan usaha, mitra usaha, pakar, serta beberapa tokoh baik tokoh peternak maupun tokoh koperasi. KPBS Pangalengan bahkan juga mendapat bantuan dari UNICEF.

(2)

31 Tahun 1988 pemerintah memberikan perhatian dan bantuan kredit sapi perah dari New Zealand, Australia, dan Amerika. Kredit sapi perah tersebut direncanakan akan selesai dalam jangka waktu tujuh tahun namun dapat dilunasi dalam waktu 5 tahun. Dalam rangka peningkatan mutu genetik dan skala kepemilikan, pada tahun 1994 KPBS Pangalengan mendatangkan sapi dari New Zealand secara mandiri sebanyak 2.400 ekor dara bunting dan satu ekor pejantan unggul. Pada tahun 1997 KPBS Pangalengan merintis pemasaran ke konsumen langsung berupa susu pasteurisasi dalam kemasan cup dan prepack dengan merk “KPBS Pangalengan”. Perkembangan selanjutnya, tahun 2009 dalam pelayanan dan usahanya KPBS Pangalengan menerapkan pola Agribisnis dan Agro-industri dengan tahapan pra-budidaya, proses budidaya, pemasaran hasil budidaya, dan penunjang usaha.

Beberapa penghargaan yang berhasil diraih oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, antara lain:

1) Pada tahun 1976 dari Menteri Pertanian sebagai Unit Usaha di Sektor Pertanian Bidang Peternakan;

2) Pada tahun 1981 dari Menteri Muda Urusan Koperasi sebagai Koperasi Yang Sukses Menangani Bidang Peternakan, serta dari Menteri Perdagangan dan Koperasi sebagai Koperasi Terbaik 1.

3) Pada tahun 1982 dari Menteri Perdagangan dan Koperasi sebagai Koperasi Teladan Nasional;

4) Pada tahun 1984 dan 1985 dari Menteri Koperasi sebagai Koperasi/KUD Teladan Nasional;

5) Pada tahun 1988 dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil sebagai Koperasi Mandiri;

6) Pada tahun 1997 menerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Republik Indonesia;

7) Tahun 2004 dari Bupati Bandung sebagai Koperasi berprestasi Bidang Produsen dan Koperasi Berprestasi Kelompok Produsen.

8) Pada tahun 2007 menerima Award dari Menteri Koperasi dan UKM, serta penghargaan sebagai Koperasi Berprestasi dari Menteri Negara.

(3)

32 5.2. Visi, Misi, dan Tujuan KPBS Pangalengan

KPBS Pangalengan dengan wilayah kerja yang cukup luas mampu dengan konsistensi tinggi mewujudkan Visi, Misi, dan Pilar yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama sehingga anggota merasakan manfaat yang nyata beternak sapi perah dalam wadah KPBS Pangalengan.

Visi Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan adalah: “Menjadi Koperasi yang Amaliah, Modern, Sehat Organisasi, Sehat Usaha dan Sehat Mental serta Unggul di Tingkat Regional dan Nasional”. Adapun Misi-nya adalah sebagai berikut:

1) Taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang Perkoperasian serta Peraturan Pelaksanaannya dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, serta melaksanakan amanah keputusan Rapat Anggota.

2) Memotivasi anggota secara mandiri untuk meningkatkan harkat derajat sendiri, sekaligus mengangkat citra perkoperasian.

3) Meningkatkan kompetensi sumberdaya koperasi. Sama halnya dengan misi pada point dua misi ini KPBS coba aktualisasikan dengan penetapan bonus serta pemberian penghargaan bagi anggota terbaik yang dinilai dari aktifasi anggota baik dalam hal produksi susu maupun dalam hal keorganisasian 4) Melaksanakan tata kelola operasional dengan baik, efektif dan efisien.

5) Menjadi laboratorium koperasi persusuan. Lima tahun terakhir KPBS mulai aktif melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas susu yang dihasilkan anggotanya dengan membuat laboratorium khusus di pabrik MT-KPBS Pangalengan.

6) Mengimplementasikan inovasi, ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.

Tujuan dari Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS Pangalengan) itu sendiri adalah:

1) Mengajak, memotivasi dan mendidik anggota untuk bekerja dan hidup berkoperasi;

2) Meningkatkan pelayanan dan usaha sehingga anggota menjadi “tata tengtrem kerta raharja, salieuk beh”;

(4)

33 3) Memenuhi kebutuhan ternak dan anggotanya;

4) Meningkatkan skala kepemilikan sapi induk produktif dengan jumlah produksi yang memenuhi skala ekonomis;

5) Memperbaiki genetik sapi perah;

6) Memelihara kelestarian dan mencegah pencemaran lingkungan wilayah kerja dan daerah sekitarnya;

7) Berperan aktif membangun kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya di wilayah kerja dan sekitarnya serta aktif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.

Ke-tujuh tujuan yang hendak dicapai tersebut didukung oleh pilar-pilar sebagai berikut:

1) Berdoa dan mensyukuri.

2) Menjaga dan meningkatkan kepercayaan anggota.

3) Menjaga dan meningkatkan silaturahmi serta kebersamaan. 4) Memberikan harga susu/ imbalan yang wajar.

5) Terpenuhinya kebutuhan ternak dan anggota.

6) Berpihak kepada keadilan, keseimbangan dan kebenaran. 7) Menjadikan koperasi sebagai rumah bersama.

5.3. Lokasi dan Tata Letak Kantor dan Pabrik KPBS Pangalengan

Kantor KPBS Pangalengan terletak di Jalan Raya Pangalengan No 340, sementara Pabrik Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan terletak di Jalan Koperasi No 1 Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Jarak pemukiman penduduk dengan pabrik MT KPBS Pangalengan sekitar 25 m dari arah Barat dan 50 m dan dari arah Selatan. Lokasi KPBS Pangalengan berada di dataran tinggi Bukit Priangan yang dikelilingi oleh tiga gunung yaitu Gunung Papandayan, Gunung Malabar, dan Gunung Tilu.

Baik kantor maupun pabrik MT berada pada daerah dengan ketinggian 1000–1420 m di atas permukaan laut dengan suhu udara sekitar 12ºC-28ºC, dengan tingkat curah hujan 2100-2220 mm/tahun (Data Statistik Desa Pangalengan, 2007). Pabrik MT KPBS Pangalengan berdiri di atas tanah seluas 3.600 m2 yang terdiri dari luas bangunan sekitar 680,65 m2 untuk bangunan

(5)

34 instalasi dan 304,37 m2 untuk bangunan pabrik. Ruang instalasi terdiri dari pos satpam, ruang administrasi, gudang, bengkel dan mushola. Bangunan pabrik terdiri dari ruang penerimaan susu, ruang pengolahan, laboratorium, instansi pendinginan, dan instansi mesin.

Tata letak alat di dalam pabrik MT disusun berdasarkan urutan proses serta fungsi dan luas ruangan pabrik yang tersedia. Hal ini bertujuan agar selama proses pengolahan susu, dapat berjalan secara efisien dan efektif. Denah pabrik MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.4. Wilayah Kerja KPBS Pangalengan

Wilayah kerja KPBS Pangalengan terdiri dari tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Kertasari. Secara administratif wilayah kerja KPBS Pangalengan berbatasan dengan Kabupaten Garut, dan Kecamatan Paseh sebelah utara dan timur, Kabupaten Pasir Jambu di sebelah barat, dan Kabupaten Garut di sebelah selatan. Dalam melaksanakan kegiatannya untuk memperlancar pelaksanaan usaha, wilayah kerja KPBS Pangalengan dibagi menjadi 35 Komisariat Daerah (KOMDA). Satu KOMDA bisa terdiri dari 3-10 kelompok peternak dan satu kelompok peternak terdiri dari 15-30 orang peternak. Peta wilayah kerja KPBS Pangalengan dapat dilihat Pada Lampiran 2.

5.5. Unit Usaha KPBS Pangalengan

Dalam pelayanan dan usahanya KPBS Pangalengan menerapkan pola Agribisnis dan Agro-industri dengan tahapan pra-budidaya, proses budidaya, pemasaran hasil budidaya, dan penunjang usaha yang diaktualisasikan dengan membuat unit-unit usaha. Hingga saat ini unit usaha yang ada di KPBS Pangalengan berjumlah delapan unit. Unit-unit ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di sekitar Pangalengan, khususnya bagi para anggota KPBS Pangalengan. Setiap unit usaha dikelola oleh seorang manajer yang dipilih oleh pengurus dan tetap berada di bawah pengawasan pengurus. Berikut dipaparkan tentang tahapan pola agribisnis dan agroindustri

(6)

35 yang diterapkan KPBS Pangalengan serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh berbagai unit pelayanan dan unit usaha dari masing-masing tahapan.

1) Pra-Budidaya, merupakan Pelayanan dan Usaha Koperasi dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga yang meliputi: penyediaan bibit, penyediaan pakan ternak, penyediaan peralatan serta penyediaan obat-obatan. Unit usaha yang masuk ke dalam kegiatan Prabudidaya antara lain:

a) Unit Pelayanan Barang Anggota dan Pakan Ternak. Unit usaha ini telah ada sejak berdirinya KPBS Pangalengan. Unit usaha ini memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok anggota dan ternaknya. Kebutuhan anggota yang utama disediakan adalah beras, sedangkan kebutuhan ternak yang disediakan adalah pakan konsentrat, vaselin, milkcan, dan sarana peternakan lainnya. Kegiatan unit usaha ini meliputi pelayanan kebutuhan ternak dan anggota mulai dari penyediaan, pendistribusian, penentuan harga, hinga penagihan pembayaran.

b) Unit Pelayanan Pabrik Makanan Ternak (PMT) Cirebon. Unit usaha PMT KPBS Pangalengan berada di wilayah Cirebon. Awalnya PMT ini adalah milik Gabungan Koperasi Susu Indonesian(GKSI) yang didirikan pada tahun 1983. Karena permintaan pakan konsentrat yang tinggi di daerah Pangalengan maka KPBS merasa perlu memiliki PMT sendiri guna memenuhi kebutuhan anggota dan perluasan usaha. Pakan konsentrat RC yang diproduksi oleh PMT-KPBS lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak anggota KPBS Pangalengan. Apabila kebutuhan ternak anggota sudah terpenuhi dan mengalami kelebihan produksi maka dilakukan penjualan kepada pihak lain yang membutuhkan. Produk pakan konsentrat PMT-KPBS dikenal dengan nama RC-120 dan dikemas dalam karung dengan berat tiap karung 40 kg. Tahun 2009 rata-rata produksi RC di PMT-KPBS mencapai 2.458.000 kg/bulan. Di tahun 2010 unit usaha ini memilki target untuk meningkatkan produksi dengan memodifikasi mesin proses produksi yang telah ada serta mengusahakan

(7)

36 penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan bahan baku dan perbaikan sarana lingkungan.

c) Unit Pelayanan Pembibitan Sapi dan Hijauan Makanan Ternak. Unit usaha ini dimulai sejak tahun 1990. Tujuan utama unit ini adalah membantu dan memenuhi keinginan anggota untuk menambah jumlah ternak sapi yang dimiliki atau untuk mengganti ternak sapi yang sudah afkir dengan nilai kredit yang lebih murah serta kualitas sapi yang lebih baik. Tahun 2009 unit usaha ini telah melaksanakan program pengguliran sapi mandiri sebanyak 43 ekor, dan bekerjasama dengan pihak lain sebanyak 45 ekor. Unit usaha ini juga telah melaksanakan kerjasama dengan PTPN VIII Kebun Pasir Malang untuk menanam rumput pada lahan seluas 33 hektar guna menjamin ketersediaan hijauan untuk ternak milik anggota. Tahun 2010 mereka menargetkan untuk menjalin kerjasama yang lebih luas dengan perusahan swasta untuk melakukan penanaman lahan-lahan kritis agar mampu menopang kebutuhan hijauan makanan ternak anggota, serta mengusahakan pembinaan dan penyuluhan mengenai pengawetan hijauan makanan ternak dan silase sebagai alternatif pakan pada musim kemarau. Lebih jauh lagi tahun 2010 mereka akan mengusahakan kerjasama dengan PT Agropangan Putera Mandiri untuk melaksanakan program pembesaran pedet sebagai “replacement stock”.

2) Proses Budidaya, merupakan usaha anggota dan koperasi yang meliputi: manajemen koperasi, penyediaan hijauan, manajemen beternak sapi perah, penyetoran susu ke TPK terdekat, pelaporan sapi sakit atau birahi, kelahiran, mutasi, penampungan susu, angkutan susu, serta pengolahan susu. Unit usaha yang termasuk ke dalam kegiatan proses budidaya antara lain:

a) Unit Pelayanan produksi dan pengolahan. Unit usaha produksi dan pengolahan merupakan salah-satu unit yang ada di Pabrik MT yang dikelola sejak KPBS Pangalengan beroperasi. Kegiatan unit usaha ini mencakup semua hal yang terkait langsung dengan produksi

(8)

37 susu yang disetor oleh anggota ke KPBS. Dimulai dari penerimaan susu di Tempat Pengumpulan Koperasi (TPK), pengujian standarisasi susu yang diterima, proses produksi susu di MT, hingga penentuan harga susu bagi anggota berdasarkan kualitas susu yang diterima. Pada tahun 2009 unit usaha ini berhasil meningkatkan produksi susu sebesar 14,28 persen dengan rata-rata produksi susu sebesar 125.513,2 liter/hari. Peningkatan produksi ini diimbangi dengan peningkatan populasi serta kesediaan hijauan. Tahun 2010, unit usaha ini memiliki target untuk meningkatkan produksi susu yang diterima hingga mencapai 150 ton/hari atau setara dengan 146.270,1 liter/hari.

b) Unit Pelayanan Kesehatan Hewan dan Anggota. Unit usaha ini berperan dalam menjaga kesehatan serta meminimalkan risiko terkena penyakit baik bagi ternak maupun keluarga anggota. KPBS Pangalengan menyediakan balai pengobatan di klinik MA-Ageung sebagai sarana untuk pelayanan kesehatan bagi seluruh anggota keluarga peternak. Pusat pelayanan ini juga bekerja sama dengan puskesmas serta dokter umum yang ada di wilayah kerja KPBS. Pelayanan kesehatan hewan serta inseminasi buatan (IB) dibagi menjadi VIII rayon yang masing-masing dipimpin oleh mantri atau dokter hewan dan dikoordinir oleh seorang koordinator yang bertanggung jawab terhadap data populasi ternak. Tahun 2009 dan 2010 unit usaha ini berfokus pada pencegahan beberapa penyakit yang menyebabkan kematian ternak. Langkah yang telah ditempuh antara lain dengan menyediakan tiga unit alat pemotong kuku sapi untuk meminimalisir kematian ternak akibat penyakit kuku seperti Abcess dan Paralisa.

3) Pemasaran Hasil Budidaya, merupakan usaha koperasi atau kerja sama dengan pihak ketiga yang meliputi: pemasaran ke Industri Pengolahan Susu, pemasaran non-IPS dan Angkutan. Unit usaha yang termasuk ke dalam kegiatan pemasaran hasil budidaya antara lain:

(9)

38 a) Unit Pelayanan Angkutan dan Pemasaran. Unit usaha ini dikelola oleh unit produksi sejak tahun 1969 namun, sejak tahun 1990 mulai dikelola sebagai unit usaha sendiri. Tugas utama unit usaha angkutan dan pemasaran adalah bertanggung jawab terhadap pengangkutan susu segar dari TPK menuju pabrik MT KPBS, dan dari Pabrik MT KPBS ke IPS. Kegiatan pengangkutan susu dari TPK ke Pabrik MT dilakukan dua kali sehari. Sementara kegiatan pengangkutan susu dari Pabrik MT ke IPS dilakukan satu kali sehari. Pada tahun 2009 unit usaha ini telah melakukan penambahan dua unit kendaraan untuk angkutan TPK ke MT, dan satu unit untuk pengiriman susu ke IPS. Jumlah kendaraan untuk angkutan susu dari TPK ke MT sebanyak 16 unit, sedangkan jumlah kendaraan untuk pengiriman susu dari MT ke IPS sebanyak 12 unit. Perbedaan kendaran TPK dan IPS ini terletak pada tangki yang digunakan untuk mengangkut. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut susu dari TPK ke MT ukurannya tangkinya lebih kecil dengan kapasitas tangki antara 4500-6000 liter, selain itu tangki yang digunakan pun hanya memiliki satu lapisan. Sementara kendaraan yang digunakan untuk mengangkut susu dari Pabrik MT ke IPS memiliki ukuran yang lebih besar dengan kapasitas tangki sebesar 8400-13000 liter, dan memiliki dua lapisan untuk menjaga kualitas susu selama diperjalanan. Pemasaran susu lebih dari 90 persen dalam bentuk susu dingin kepada IPS, dan kurang dari 10 persen dipasarkan ke distributor dalam bentuk susu pasteurisasi. Untuk tahun 2010 unit usaha ini memiliki target untuk melakukan peremajaan kendaran serta meningkatkan penjualan susu pasteurisasi baik prepack maupun cup langsung ke konsumen sampai dengan 10 persen.

4) Penunjang Usaha, merupakan pelayanan dan usaha koperasi atau kerja sama dengan pihak ketiga, meliputi: pendidikan dan latihan, penyuluhan dan pendampingan, pelayanan dan usaha kebutuhan anggota, dan Bank

(10)

39 Perkreditan Rakyat (BPR). Unit Usaha yang termasuk pada kegiatan Penunjang Usaha ini antara lain:

a) Unit Pelayanan Pembinaan, Pengembangan dan Pendampingan Kelompok. Unit usaha ini merupakan unit usaha yang baru dikembangkan beberapa tahun belakangan. Kegiatannya meliputi motivasi, pendidikan, serta pembinaan bagi para anggota dalam aspek pembibitan, makanan dan manajemen sapi perah, aspek teknologi persusuan, aspek teknologi pakan, aspek pemanfaatan limbah, aspek manfaat dampak dan perkembangan koperasi, aspek hukum dan aspek lainnya. Tahun 2009 unit usaha ini telah berhasil membina para peternak untuk melakukan pemilihan ketua kelompok guna menjaga dinamisme kelompok. Unit usaha ini juga telah mengadakan beberapa pelatihan pada peternak tentang teknis peternakan dan penanganan susu secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak lain seperti Dinas Peternakan atau Dinas Koperasi. Di tahun 2010 unit usaha ini memiliki target untuk membuat kandang percontohan (demo farm) sebagai pusat pelayanan penyuluhan.

b) Unit Usaha PT. Bank Perkreditan Rakyat Bandung Kidul. Unit usaha ini mulai dikelola sejak tahun 1987. Unit usaha ini merupakan unit otonom yang berperan sebagai lembaga keuangan bagi anggota KPBS dan masyarakat di wilayah kerja KPBS Pangalengan. Pada tanggal 3 Januari 1994 unit usaha simpan-pinjam berubah menjadi sebuah bank yang bernama PT Bank Perkreditan Rakyat Bandung Kidul yang pada saat itu melayani kegiatan simpan pinjam dan perkreditan bagi masyarakat di sekitar wilayah kerja KPBS. Gedung pusat unit usaha ini terletak di dekat kantor utama KPBS Pangalengan. PT BPR Bandung Kidul lebih memfokuskan kegiatannya untuk melayani kebutuhan anggota KPBS, seperti jasa penyimpanan dan jasa pemberian kredit. Jasa penyimpanan yang disediakan pada unit ini adalah tabungan dan

(11)

40 deposito sementara jasa pinjaman yang disediakan berupa modal kerja, investasi, serta gabungan keduanya.

Secara sederhana pengelompokan unit-unit usaha di KPBS Pangalengan ke dalam kegiatan agribisnis dan agroindustri dapat dilihat pada Gambar 4.

5.6. Organisasi KPBS Pangalengan

Sebagai sebuah koperasi yang memiliki beberapa unit usaha dalam upaya untuk mencapai sasaran dan juga untuk menjalankan roda organisasi serta usaha koperasi, maka KPBS Pangalengan membentuk struktur organisasi yang dapat menjamin mekanisme kerja yang efektif dan efisien. Struktur organisasi menunjukkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unsur yang ada dalam struktur organisasi tersebut. Berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pada pasal 21, disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari:

Gambar 4. Pengelompokan Unit-Unit Usaha di KPBS Pangalengan ke dalam Sistem Agribisnis & Agroindustri

Pra-Budidaya

1.Unit Pelayanan Barang dan Pakan Ternak

2.Unit Pelayanan Pabrik Makanan Ternak 3.Unit Pelayanan

Pembibitan Sapi & Hijauan Makanan Ternak Proses Budidaya 1.Unit Pelayanan Produksi & Pengolahan 2 .Unit Pelayanan Kesehatan Hewan & Anggota Pemasaran Hasil Budidaya 1.Unit Pelayanan Angkutan & Pemasaran Penunjang Usaha

1. Unit Pelayanan Kesehatan Hewan & Anggota

2. Unit Pelayanan Pembinaan, Pengembangan, &

Pendampingan Kelompok

(12)

41 1. Rapat Anggota,

2. Pengurus dan 3. Pengawas.

Secara umum Struktur organisasi KPBS mengikuti UU tersebut, kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota. Bagan Struktur organisasi KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut ini akan diuraikan mekanisme organisasi KPBS Pangalengan yang sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

5.6.1. Rapat Anggota

KPBS Pangalengan dengan rutin mengadakan rapat anggota tiap tahunnya. Minimal rapat anggota dilaksanakan satu kali dalam setahun akan tetapi, dalam kondisi tertentu pengurus dapat melaksanakan rapat anggota di luar rapat anggota tahunan (RAT). Tanggal 10 Maret 2010 KPBS Pangalengan baru menyelesaikan rapat anggota tahunan untuk tahun buku 2009 (RAT yang ke 41). RAT dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu. Untuk menjaga keefektifan RAT, KPBS memilih untuk membagi harian rapat berdasarkan pembagian rayon. Dengan demikian diharapkan jumlah anggota yang hadir dari tiap kelompok tersebar dan terwakili dengan rata, serta materi RAT dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh para peserta rapat.

Adapun yang ditetapkan dalam rapat anggota di KPBS antara lain: anggaran dasar; kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi; pemilihan, pengangkatan serta pemberhentian pengurus dan pengawas; rencana kerja, rencana anggaran pendapatan, dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan selama periode tertentu; pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; pembagian sisa hasil usaha (SHU); penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.

5.6.2. Pengurus KPBS Pangalengan

Pengurus koperasi merupakan personifikasi badan hukum koperasi. Menurut pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992, “pengurus koperasi adalah orang-orang yang dipilih dari dan oleh anggota

(13)

42 koperasi dalam rapat anggota serta diberi mandat untuk mengelola kegiatan usaha dan organisasi koperasi.” Apabila suatu saat rapat anggota tidak berhasil memilih pengurus, maka rapat anggota mengangkat orang ketiga sebagai pengurus dengan maksimum tidak lebih dari sepertiga anggota.

Pada KPBS pengurus ditetapkan dalam forum rapat anggota tahunan, di mana masa kerja pengurus berlangsung selama lima tahun terhitung sejak rapat pemilihan sampai rapat pemilihan pengurus baru dilaksanakan. Pengurus KPBS Pangalengan berjumlah tujuh orang yang terdiri dari Ketua Umum, Ketua I (Bidang Pra Budidaya dan Penunjang Pelayanan dan Usaha), Ketua II (Bidang Proses Budidaya dan Pemasaran Hasil Budidaya), Ketua III (Bidang Produksi Makanan Ternak), Ketua IV (Bidang Sarana dan Prasarana), Sekretaris, dan Bendahara. Pengurus KPBS Pangalengan mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali setelah masa jabatannya habis. Pengurus yang dipilih tersebut mempunyai tugas dan kewajiban yang berbeda-beda tetapi saling menunjang untuk bersama-sama menjalankan roda kegiatan koperasi. Susunan kepengurusan untuk tahun 2010-2015 baru akan dipilih sekitar bulan April-Mei.

5.6.3. Pengawas KPBS Pangalegan

Secara umum pengawas bertujuan untuk membantu anggota mengawasi organisasi koperasi agar berjalan efektif. Sedangkan secara khusus, pengawas bertujuan antara lain untuk mengamankan asset, mengecek akurasi, mempromosikan efisiensi operasi dan usaha, serta menyempurnakan kebijakan-kebijakan organisasi (Kusnadi, 2005). Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh anggota dalam Rapat Anggota Tahunan. Badan Pengawas bertanggung jawab terhadap rapat anggota dan harus merahasiakan hasil-hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga. Di KPBS Pangalengan sendiri pengawas bertugas antara lain:

1) Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk organisasi usaha-usaha dan pelaksanaan kebijakan pengurus;

2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaan.

Sedangkan wewenang yang dimiliki oleh Pengawas antara lain: 1) Meneliti catatan yang ada pada koperasi;

(14)

43 2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

5.6.4. Manajemen KPBS Pangalengan

Dalam rangka menciptakan koperasi yang sehat, perlu dilaksanakan manajemen guna mengoptimalkan organisasi perusahaan. Koperasi sebagai salah satu badan usaha memiliki aturan manajemen yang berbeda dengan badan usaha lainnya. Perbedaannya terletak pada hakekat koperasi yang mencerminkan falsafah demokrasi (dari, oleh dan untuk anggota) dalam kegiatan usahanya yang bersumber dari Pancasila Baga (2009).

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 32, dinyatakan bahwa pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Hal tersebut juga diterapkan KPBS Pangalengan dalam mengelola dan menjalankan usahanya KPBS menunjuk orang-orang khusus di luar anggota (lebih diutamakan anggota) yang memang kompeten pada bidangnya. Susunan manajemen KPBS Pangalengan untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:

5.6.4.1.Manajer dan Kepala Bagian

Setiap manajer bertangung jawab terhadap semua kegitan dari suatu unit usaha yang mereka pimpin sementara kepala bagian memiliki kewajiban pada bidang pekerjaan yang mereka pimpin. Ada sekitar tujuh jabatan manajemen yang ditempatkan untuk memimpin unit-unit usaha di KPBS Pangalengan yaitu Manajer Operasional Bidang Proses Budidaya dan Pemasaran Hasil Budidaya; Manajer Pelayanan Produksi dan Pengolahan; Manajer Pelayanan Angkutan dan Pemasaran; Manajer Pelayanan Barang dan Pakan Ternak; Manajer Pelayanan PMT Cirebon; Manajer Pelayanan Pembibitan dan Hijauan; Manajer Pelayanan Keswan dan Anggota. Ketujuh jabatan manajemen ini dipegang oleh orang yang berbeda kecuali untuk jabatan manajer operasional bidang proses budidaya dan pemasaran hasil budidaya serta manajer pelayanan produksi dan pengolahan yang dipegang oleh satu orang karena lingkup kerja serta wilayah kerja yang memang berdekatan.

(15)

44 KPBS Pangalengan juga memiliki sekitar tiga jabatan kepala bagian antara lain Kepala Bagian Personalia dan Pembukuan; Kepala Bagian Pembinaan, Pengembangan dan Pendampingan Kelompok; Kepala Bagian Administrasi Kesekretariatan dan Humas. Masing-masing kepala bagian tersebut ditempatkan untuk memimpin kegiatan operasional KPBS di luar kegiatan yang dilakukan oleh unit usaha yang dimiliki KPBS Pangalengan kecuali kepala bagian pembinaan, pengembangan dan pendampingan kelompok yang ditunjuk untuk memimpin salah satu unit baru yang dibangun KPBS Pangalengan.

5.6.4.2.Koordinator Tempat Pengumpulan Koperasi (TPK)

Tugas dari koordinator TPK antara lain mengawasi dan mencatat penerimaan susu dari anggota, menampung keluhan-keluhan anggota, serta mencatat dan mengatur pembagian logistik untuk anggota di masing-masing Rayon. Setiap Koordinator TPK membawahi KOMDA yang merupakan ujung dari rantai organisasi KPBS Pangalengan yang berhubungan langsung dengan peternak sapi setiap harinya. Untuk memudahkan koordinasi serta pengaturan kerja KPBS Pangalengan membagi TPK yang ada ke dalam VIII Rayon yang dikepalai oleh kordinator TPK. Pembagian TPK ke dalam rayon didasarkan pada letak TPK yang berdekatan. Pembagian TPK tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rayon I : (Kebon Jambu, Pulosari, Warnasari, Cipangisikan)

2. Rayon II : (Lebaksaat, Bojong Waru, Pangkalan, Pangalengan) 3. Rayon III : (Babakan Kiara, Cisangkuy, Citere, Sukamenak) 4. Rayon IV : (Cipanas, Los Cimaung I, Los Cimaung II)

5. Rayon V : (Pintu, Gunung Cupu, Wates) 6. Rayon VI : (Wanasuka, Cisabuk, Citawa) 7. Rayon VII : (Kertasari, Lodaya, Lembangsari, Cikembang) 8. Rayon VIII: (Goha, Cibeureum, Sukapura, Cihawuk)

5.7. Keangotaan KPBS Pangalengan

Peran serta anggota sangat esensial dalam membangun koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi rakyat sebagaimana tercantum dalam undang-undang koperasi. Dalam organisasi koperasi dituntut adanya partisipasi dari anggotanya

(16)

45 agar kehidupan koperasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Kusnadi (2005) partisipasi yang diberikan anggota kepada koperasi dapat berupa partisipasi insentif dan partisipasi kontributif.

Partisipasi insentif adalah partisipasi anggota dalam memanfaatkan koperasi sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan partisipasi kontributif adalah partisipasi anggota dalam bentuk penyerahan sebagian hartanya untuk dijadikan modal baik berupa simpanan pokok, simpanan wajib, maupun simpanan sukarela. Menjadi anggota dari suatu lembaga berbadan hukum seperti koperasi tentulah memiliki prosedur tersendiri, berikut akan dipaparkan persyaratan menjadi anggota, hak dan kewajiban anggota serta perkembangan anggota KPBS Pangalengan selama lima tahun terakhir.

5.7.1. Prosedur Menjadi Anggota KPBS Pangalengan

Beberapa tahun terakhir, KPBS Pangalengan sudah tidak menerima pendaftaran anggota baru. Jika pun ada masyarakat yang berminat menjadi anggota maka yang diberlakukan adalah pemindahan nama atau pembelian keangotaan pada anggota lama yang tercatat sebagai anggota tidak aktif. Untuk dapat menjadi anggota KPBS Pangalengan seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Tercatat sebagai warga yang berdomisili di wilayah kerja KPBS Pangalengan (Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Kertasari) yang ditunjukan dengan KTP dan Kartu Keluarga.

2) Mendaftarkan diri ke kantor pusat KPBS untuk penggatian nama anggota kemudian melengkapi berkas dan membayar uang administrasi pertama anggota sebesar Rp 310.000 yang nantinya digunakan untuk pembuatan kartu anggota sebesar Rp 10.000, dan sisanya sebesar Rp 300.000 digunakan untuk simpanan pokok MT (PMT), simpanan Rp 10-, dan simpanan Rp 15-,.

3) Memiliki sapi yang menghasilkan susu (bukan pedet) dengan jumlah minimal yang tidak ditentukan.

Setelah melakukan pendaftaran dan tercatat secara resmi sebagai anggota KPBS Pangalengan (ditunjukan dengan keluarnya kartu anggota) maka yang

(17)

46 bersangkutan baru bisa mulai menyetor hasil susunya secara resmi pada bulan berikutnya.

5.7.2. Kewajiban dan Hak Anggota KPBS Pangalengan

Setiap anggota KPBS Pangalengan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Kewajiban serta hak yang harus dijalankan oleh anggota KPBS Pangalengan antara lain:

1) Taat pada peraturan baik peraturan kenegaraan seperti undang-undang koperasi maupun peraturan khusus yang disepakati oleh anggota KPBS Pangalengan. Di KPBS Pangalengan penyusunaan serta perbaikan peraturan merupakan salah-satu agenda yang selalu dibahas disetiap RAT. Di dalam rapat anggota (RA), setiap anggota KPBS Pangalengan memiliki hak yang sama untuk mengusulkan perbaikan atau pembentukan peraturan baru demi kepentingan bersama. Kehadiran tiap anggota dalam RA (paling tidak rapat tahunan) juga merupakan salah-satu kewajiban bagi anggota KPBS Pangalengan. Memberi masukan, kritik, sangahan atau penolakan pada hasil pertangungjawaban pengurus atau pengawas dalam rapat anggota merupakan hak bagi seluruh anggota KPBS Pangalengan. Selain itu setiap anggota KPBS Pangalengan juga berhak untuk memilih dan dipilih dalam rapat anggota untuk menjadi pengurus KPBS Pangalengan 2) Menyetor simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan anggota

menentukan kepemilikan dan penyetaraan “modal penyetaraan partisipasi anggota baru” secara langsung atau dikompensasikan dengan hasil penyetoran susu.

3) Melaksanakan usaha ternak sapi perah sesuai dengan SOP, meliputi: a) Menjaga kebersihan kandang dan ternaknya,

b) Melaksanakan pemerahan sapi dua kali sehari minimal satu jam sebelum jadwal penerimaan susu di TPK, dengan jeda waktu antar pemerasan 11-13 jam.

(18)

47 d) Menyetorkan susu sesuai dengan standar yang ditentukan koperasi ke TPK dengan menggunakan Milk Can alumunium atau stainles steel dan sesuai dengan jadwal penerimaan susu di TPK;

e) Menyediakan hijauan kebutuhan ternak yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan ternak harian sekurang-kurangnya 10 persen dari berat badan ternak;

Imbalan atas pelaksanaan kewajiban ini adalah bayaran yang diperoleh oleh masing-masing anggota atas susu yang disetorkannya. Semakin baik anggota menjalankan kewajibannya untuk menjaga dan memelihara ternak sesuai dengan SOP, maka akan semakin besar pula imbalan yang mereka terima. Karena SOP pemeliharaan ternak berkorelasi positif dengan kualitas susu yang dihasilkan ternak.

4) Setiap anggota KPBS Pangalengan berkewajiban untuk melaporkan mutasi anggota, mutasi ternak, penjualan maupun pembelian ternak, ternak sakit, birahi, kering kandung, mati dan lahir. Pelaporan ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap perhitungan hak dari anggota tersebut. Misalnya ternak anggota yang mati berhak mendapatkan biaya pergantian dari KPBS jika anggota tersebut melapor paling lambat satu minggu dari kematian ternak, akan tetapi jika peraturan ini diabaikan maka anggota akan kehilangan haknya tersebut.

5) Setiap anggota KPBS Pangalengan berkewajiban membeli kebutuhan ternak, serta kebutuhan anggota dari koperasi sesuai ketentuan dan kemampuan anggota, serta berhak mendapat keringanan pembayaran dengan sistem kredit yang diambil dari setoran susu anggota.

6) Membayar dana kesejahteraan ternak dan anggota (DKT/A) senilai empat persen dari jumlah produksi susu yang disetorkan ke koperasi. Dan berhak mendapatkan fasilitas kesehatan baik bagi ternak maupun bagi peternak dan anggota keluarganya.

Kewajiban serta hak dari masing-masing anggota KPBS Pangalengan ini sama untuk semua anggota dan tidak tergantung pada lamanya masa keanggotaan ataupun jumlah ternak yang diusahakan.

(19)

48 5.7.3. Perkembangan Anggota KPBS Pangalengan Selama Lima Tahun

Terakhir

Anggota koperasi merupakan perseorangan individu yang bekerja pada KPBS Pangalengan. Anggota berperan sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna atas barang dan jasa dalam organisasi koperasi. Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan jumlah anggota KPBS Pangalengan dari tahun 2005-2009.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anggota serta Ternak Milik Anggota KPBS Pangalengan 2005 – 2009 Keterangan Tahun 2005 (orang) 2006 (orang) 2007 (orang) 2008 (orang) 2009 (orang) Anggota Aktif 4,588 4,710 4,838 5,285 5,568 Tidak Aktif 2,568 1,703 2,213 1,720 1,405 Aktif Kembali/Pindah Nama - 631 137 437 368 Diberhentikan 56 49 46 52 Jumlah 7,156 7,100 7,051 7,034 6,937 Jumlah Ternak 15,196 15,991 16,098 17,644 19,553

Sumber: Laporan RAT KPBS Pangalengan 2005–2009.

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa anggota KPBS Pangalengan dalam kurun waktu 2005-2009 berkurang karena ada anggota yang keluar atau meninggal. Untuk anggota yang ganti nama biasanya melanjutkan keanggotaan pendahulunya agar tidak kehilangan hak keanggotaannya. Sementara untuk jumlah ternak milik anggota dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya program kredit berguling sehingga para peternak memiliki kesempatan untuk memperbanyak jumlah sapi miliknya walaupun tidak memiliki modal, serta semakin gencarnya pihak KPBS dalam menangani penyebab-penyebab kematian sapi pada tahun tahun sebelumnya.

Keanggotaan KPBS Pangalengan dapat berakhir jika:

1) Meninggal dunia, dan tidak ada ahli waris atau kerabat yang mendaftarkan diri untuk meneruskan keangotaan;

(20)

49 2) Koperasi bubar dengan sebab membubarkan diri atau dibubarkan pemerintah; 3) Mengundurkan diri;

4) Diberhentikan oleh pengurus disebabkan tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota koperasi dan atau melanggar kewajiban sebagai anggota.

5.8. Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh MT KPBS Pangalengan merupakan basis kegiatan utama dari KPBS Pangalengan itu sendiri. Berikut akan dijelaskan mengenai profil, ketenagakerjaan, peralatan, serta proses produksi di MT KPBS Pangalengan.

5.8.1. Profil dan Sejarah Singkat MT KPBS Pangalengan

Pada tahun 1969–1979, KPBS Pangalengan mendapat tantangan yang sangat berat, hal tersebut disebabkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Penerimaan susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) hanya pada hari-hari kerja;

2) Permintaan pabrik susu adalah produksi susu yang telah diproses dengan pendinginan/pasteurisasi;

3) Pemasaran susu ke konsumen secara langsung cukup sulit disebabkan kualitas susu tidak terjamin serta adanya pemalsuan susu oleh pengecer;

4) Tingkat kerusakan susu di koperasi dan di peternak cukup tinggi.

Untuk mengatasi situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, RAT 1976 dan 1977 memutuskan untuk mendirikan MT. Didasari keputusan RAT tersebut KPBS Pangalengan menjalin kemitraan dengan PT. Ultra Jaya untuk membangun MT dengan jangka waktu pembayaran lima tahun dengan angsuran saham anggota sebesar Rp. 25,00/liter. Pada tanggal 1 Januari 1979 dimulai pembangunannya dan diresmikan pada tanggal 16 Juli 1979 oleh Menteri Muda Urusan Koperasi. Pada November 1982 disaksikan Menteri Koperasi dan Wakil Gubernur Propinsi Jawa Barat dilaksanakan penandatanganan peralihan manajemen dari PT. Ultra Jaya dan pada Juli 1983 angsuran dapat dilunasi.

(21)

50 MT KPBS Pangalengan mengolah susu segar menjadi beberapa alternatif produk yang siap dipasarkan baik langsung kepada konsumen maupun kepada IPS. Ada dua produk utama yang dihasilkan oleh MT KPBS Pangalengan yaitu: 1) Susu Chilled yaitu susu sapi segar yang telah mengalami proses pendinginan

pada suhu 2-4ºC. Susu ini dipasarkan ke IPS seperti PT. Friesche Flag dan PT Ultra Jaya serta home industry di sekitar Pangalengan yang menggunakan susu sebagai bahan baku utama produknya seperti Milk Caramels TK, Harry’s Farm, dan Barokah.

2) Susu pasteurisasi yaitu susu segar yang telah mengalami pemanasan pada suhu kurang lebih 72ºC selama beberapa detik, kemudian didinginkan hingga suhunya mencapai 4-8ºC dan mengalami proses homogenesis yaitu proses memecah lemak menjadi partikel yang lebih kecil untuk menjaga kestabilan lemak agar tidak mengumpal dan menjaga keseimbangan rasa susu yang dihasilkan. Susu pasteurisasi ini dibagi menjadi dua jenis:

a) Susu pasteurisasi tanpa rasa (kemasan prepack) b) Susu pasteurisasi rasa (kemasan cup)

5.8.2. Struktur Operasional dan Ketenagakerjaan di MT KPBS Pangalengan

Struktur organisasi pabrik MT-KPBS Pangalengan berada di bawah adminstrasi dari organisasi KPBS Pangalengan. Seluruh aktivitas yang terdapat pada MT-KPBS Pangalengan berada di bawah dua kendali manajer yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh beberapa kepala bagian dan administrasi umum. Masing-masing kepala bagian dibantu oleh tenaga-tenaga pelaksana sesuai dengan kedudukan dan kemampuan kerja. Manajer bertugas memimpin dan mengatur segala permasalahan baik ke luar maupun ke dalam organisasi demi kemajuan MT KPBS Pangalengan. Administrasi umum bertugas untuk mengelola segala kegiatan administrasi MT, mengatasi masalah kepegawaian dan keuangan pabrik, dan bertanggung jawab terhadap arsip serta laporan tertulis mengenai operasional MT. Bagan struktur operasional MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 4.

(22)

51 KPBS Pangalengan memiliki sistem penerimaan tenaga kerja yang sedikit berbeda karena lebih mengutamakan anggota. Sebagian besar karyawan KPBS Pangalengan merupakan anggota atau keluarga anggota KPBS. Untuk Pabrik MT sendiri ada sekitar 84 karyawan yang terdiri dari bagian produksi, administarsi, kendaraan, serta satpam. Pengaturan jam kerja yang berlaku di MT KPBS Pangalengan mengalami pembagian berdasarkan pembidangannya.

Karyawan yang bekerja pada bagian administrasi jam kerja dimulai pada pukul 07.30-15.00 WIB dengan waktu istirahat 30 menit untuk hari Senin sampai Jum’at, sedangkan untuk hari Sabtu dari pukul 07.30-13.00 WIB dengan waktu istirahat yang sama yaitu 30 menit. Pada bagian laboratorium proses dan penerimaan, waktu kerja dibagi menjadi dua shift. Shift pertama dimulai pukul 04.30-13.00 WIB sementara shift kedua dimulai pukul 13.00-21.00 WIB. Bagian pengemasan, gudang, dan bengkel hanya dibagi menjadi satu waktu yaitu pukul 07.00-15.00 WIB, sedangkan bagian rumah tangga juga hanya dibagi menjadi satu waktu yaitu pukul 06.00-14.00 WIB.

Bagian keamanan dibagi menjadi tiga waktu yaitu pagi 06.00-14.00 WIB, waktu siang yaitu 14.00-21.00 WIB, dan waktu malam yaitu 21.00-06.00 WIB. Pengolahan susu di MT KPBS Pangalengan berjalan selama satu minggu penuh termasuk libur nasional. Setiap karyawan diberikan libur satu hari dalam seminggu dengan waktu yang bergiliran.

5.8.3. Peralatan Produksi di MT KPBS Pangalengan 5.8.3.1.Peralatan Pengolahan Susu

1) Milk Reception Scale (Timbangan)

Milk Reception Scale digunakan untuk menimbang susu segar yang dialirkan dari mobil tangki. Alat ini mengunakan cara perhitungan digital yang dilengkapi dengan komputer sebagai pencatat hasil penimbangan. Pengukuran berat susu menggunakan sensor yang kemudian diubah menjadi tampilan angka secara digital. Alat ini terbuat dari stainless steel dengan kapasitas 500 kg atau setara dengan 488 liter. Penyedotan susu dari tangki mobil pengangkut ke bak timbangan menggunakan pompa sentrifugal dengan kecepatan 500 liter per menit atau setara dengan 513 kg

(23)

52 per menit. Pada ujung bak penampung terdapat pipa tempat mengalirnya susu dari mobil tangki menuju bak timbangan yang dilengkapi dengan saringan nilon. Fungsi dari saringan tersebut adalah untuk menyaring kotoran pada susu yang berasal dari tangki mobil pengangkut. Kecepatan aliran susu dari timbangan menuju ke bak penampung adalah 500 kg/40 detik.

2) Milk Reception Vat (Bak Penampung)

Bak penampungan berfungsi sebagai tempat penampungan susu sementara. Setelah susu ditimbang dan sebelum susu dialirkan ke lempengan pendingin sehingga laju alir susu menjadi lebih teratur. Kapasitas susu yang dapat ditampung kurang lebih sebanyak 750 kg atau setara dengan 731 liter. Alat ini dilengkapi pompa sentrifugal dengan kecepatan 8500 liter/jam dan di atasnya ditutupi saringan nilon untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam susu.

3) Plate Cooler (Lempengan Pendingin)

Lempeng pendingin adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan susu. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pindah panas. Pindah panas terjadi antara susu dengan air dingin dari ice bank, melalui perantara plat logam yang terdapat di dalamnya. Di antara plat-plat tersebut terdapat rongga. Rongga ini akan berisi air dingin dan susu secara berselang-seling. Dalam perjalanannya air dingin menyerap panas dari susu sehingga susu kehilangan panasnya dan menjadi dingin. Susu yang ke luar dari lempeng pendingin suhunya dapat mencapai 2-4ºC. Kapasitas plate cooler yaitu sebesar 8000 liter/jam atau 8208 kg/jam. Bahan plate cooler terbuat dari stainless steel food grade.

4) Plate Heater (Lempengan Pemanas)

Fungsi dari lempeng pemanas adalah memanaskan susu hingga suhu tertentu untuk melarutkan bahan tambahan. Lempeng pemanas ini digunakan untuk produksi susu pasteurisasi rasa. Prinsip kerja dari lempeng pemanas ini sama dengan prinsip kerja pada lempeng pendingin, yang membedakannya adalah jenis air yang digunakan adalah air panas yang berasal dari uap yang dihasilkan boiler.

(24)

53 5) Storege Tank (Tangki Penampung Susu Sementara)

Storage tank digunakan untuk menampung susu yang telah didinginkan dan menampung susu yang telah dipasteurisasikan. Penggunaan tangki penyimpanan ini dimaksudkan untuk mempertahankan suhu susu sekaligus mencegah susu terkontaminasi dengan udara luar. Terdapat beberapa jenis tangki penampung susu di MT KPBS Pangalengan yang dibedakan berdasarkan jenis susu yang disimpan dan ukuran tangki tersebut. Untuk menampung susu dingin berkapasitas 50.000 liter berjumlah dua buah, sedangkan untuk menampung susu pasteurisasi prepack, pasteurisasi cup cokelat, dan pasteurisasi cup strawberry masing-masing mempunyai kapasitas 10.000 liter, 15.000 liter, dan 20.000 liter. Tangki ini terdiri dari tiga lapisan yaitu stainless steel dalam, styrofoam atau busa dan stainless steel luar.

6) Mixing Tank (Tangki Pencampuran)

Mixing tank biasa digunakan dalam memproduksi susu pasteurisasi cup baik cokelat maupun strawberry yang berfungsi untuk mencampur susu dengan gula dan bahan tambahan lainnya. Untuk susu pasteurisasi prepack, mixing tank berfungsi sebagai penampung sementara dan mengukur jumlah susu yang akan diproduksi. Mixing tank terbuat dari stainless steel dengan kapasitas 2000 liter dan dilengkapi dengan agitator dengan kecepatan 30 rpm, shower CIP, dan skala ukur. MT KPBS Pangalengan memiliki dua buah mixing tank.

7) Balance Tank (Tangki Keseimbangan)

Tangki keseimbangan digunakan untuk mengatur keseimbangan aliran dan tekanan susu yang akan dipasteurisasikan sehingga tercipta keseimbangan antara aliran susu yang masuk dengan susu yang ke luar. Dengan adanya tangki ini proses pasteurisasi dapat dilakukan secara bertahap namun kontinu. Prinsip kerja alat ini berdasarkan tinggi rendahnya pelampung yang berada di tengah tangki. Pelampung ini berfungsi untuk mengatur secara otomatis jumlah susu yang masuk ke dalam tangki terkendali. Tangki ini berkapasitas 100 liter, dan dilengkapi dengan pompa, thermometer, dan barometer.

(25)

54 8) Plate Heat Exchanger/PHE (Mesin Pasteurisasi dengan Prinsip

Pertukaran Panas)

Lempeng penukar panas atau plate heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk proses pasteurisasi susu. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pindah panas. Pindah panas terjadi antara uap panas dengan susu dingin yang berasal dari balance tank kemudian antara susu hasil pasteurisasi dengan air dingin bersuhu 0ºC-2ºC.

9) Homogenizer (Mesin Penyeragaman)

Homogenizer berfungsi untuk memperkecil dan menyeragamkan glukoba lemak pada susu sehingga menjadi butiran lemak yang lebih kecil dan homogen sehingga emulsi lemak susu menjadi lebih stabil serta rasa dari susu pasteurisasi lebih menyatu. Alat ini memiliki kapasitas 3000 liter perjam.

10) Holding Tube

Holding tube berfungsi mensirkulasikan susu pada tahap pasteurisasi dalam suhu ± 72-75ºC selama 15 detik. Holding tube berbentuk pipa stainless steel berdiameter ± 3,5 cm dan berbentuk panjang dan berkelok-kelok.

11) Flow Diversion Valve

Flow Diversion Valve adalah katup yang berfungsi sebagai pengatur keluaran dari holding tube. Prinsip kerjanya adalah susu yang sudah melewati holding tube diharuskan memiliki suhu 72-75ºC namun jika kurang dari itu maka Flow Diversion Valve tidak akan membiarkan masuk ke proses pendinginan susu di PHE. Susu yang tidak mencapai 72-75ºC akan dikirim ke Homogenizer untuk dipanaskan kembali dalam PHE.

12) Auto Sealing Machine (Mesin Pengemas Otomatis)

Terdapat dua jenis mesin pengemas produk di MT KPBS Pangalengan, yaitu mesin pengemasan prepack otomatis dan aotu sealing cup machine. Mesin pengemas prepack bekerja secara kontinu dengan kecepatan produksi 1200 prepack/jam. Alat ini juga dilengkapi dengan lampu ultraviolet yang berfungsi untuk mensterilkan kemasan plastik. Prinsip kerja alat ini berdasarkan tekanan piston yang diatur oleh roda

(26)

55 sehingga susu masuk tepat ke dalam kemasan sebanyak 500 ml dan mengunakan elemen panas untuk merekatkan bagian tegah kemasan dan memotong seal atas kemasan. Begitu pula dengan pemberian tanda expired date pada kemasan dilakukan menggunakan elemen panas.

Mesin pengemas lainnya adalah Auto Sealing Cup Machine. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama dengan fungsi berbeda, diantaranya filling machine, automatic sealing machine dan conveyor. Filling machine berfungsi untuk memasukkan susu ke dalam cup sebanyak 160 ml. sedangkan automatic sealing machine berfungsi untuk menutup kemasan yang telah terisi susu dengan penutup kemasan melalui gaya hidrolik, dan panas yang dihasilkan. Konveyor sendiri berfungsi sebagai penyalur dari auto sealing cup machine agar tidak menumpuk di bagian ujung alat. Alat ini dilengkapi dengan sinar ultraviolet untuk mensterilkan kemasan cup. Kapasitas produk yang dapat dihasilkan oleh mesin ini sebanyak 6720 cup/jam.

Gambaran peralatan serta mesin-mesin yang digunakan untuk produksi susu di MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.8.3.2.Sarana Penunjang Produksi 1) Sumber Air

Air merupakan salah satu bahan yang sangat penting di MT KPBS Pangalengan. Air digunakan dalam proses produksi seperti pencucian, sanitasi, dan lain sebagainya. Sumber air di MT KPBS Pangalengan berasal dari sumur bor (pompa) yang telah mengalami proses pelunakan dan proses klorinisasi. Selanjutnya air ditampung dalam suatu penampungan air bersih. Jumlah air bersih yang digunakan MT KPBS Pangalengan mencapai 10 m3 perhari.

2) Sumber Listrik

MT KPBS Pangalengan memperoleh energi untuk memenuhi kebutuhan listrik dari PLN dengan dengan kapasitas tegangan terpasang 30000 W. Tegangan ini diperlukan untuk menggerakan peralatan produksi dan penerangan. Selain dari PLN, sumber listrik juga berasal dari dua unit

(27)

56 generator dengan kapasitas hingga 20000 W, yang digunakan jika terjadi pemadaman aliran listrik oleh PLN.

3) Bengkel

Dalam pendistribusian susu baik dari TPK ke MT, maupun dari MT ke IPS dan Konsumen KPBS Pangalengan menggunakan alat transportasi berupa truk tangki. Dalam proses pemeliharaannya truk-truk tersebut mendapatkan perawatan di bengkel khusus yang terdapat di dalam kawasan pabrik MT KPBS Pangalengan. Bengkel MT KPBS Pangalengan berfungsi sebagai tempat untuk memperbaiki dan memelihara mesin dan komponen truk pengangkut susu tersebut.

4) Gudang

MT KPBS Pangalengan memiliki beberapa gudang yang digunakan untuk menyimpan bahan baku penunjang dan kemasan. Sistem penyimpanan di gudang MT KPBS Pangalengan mengunakan sistem First in First Out (FIFO) dimana bahan baku yang lebih dahulu masuk ke gudang akan diproses terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan dan mencegah kerusakan bahan baku. Gudang pertama digunakan untuk menyimpan cup, gula rafinasi, dan cokelat bubuk dengan luas ± 40 m2. Gudang kedua digunakan untuk menyimpan kemasan prepack dan kemasan cup dengan luas ± 20 m2. Gudang ketiga atau gudang kimia yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia seperti alkohol, kaporit, dan lain sebagainya dengan luas ± 12 m2. Gudang keempat yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan untuk TPK seperti gun tester, BJ meter, dengan luas ± 12 m2.

Gambaran sarana penunjang produksi susu di MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 6.

(28)

57 5.9. Proses Pengolahan Susu

5.9.1. Proses di Tingkat Peternak

Kegiatan prapanen (sebelum pemerahan) merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam menentukan kualitas susu yang berujung pada penentuan harga susu bagi peternak. Susu merupakan media yang baik sekali untuk perkembangan mikroba. Penanganan susu mulai dari peternak diperlukan untuk memperlambat penurunan kualitas susu serta memperpanjang umur simpan susu. Secara umum peternak di Pangalengan serta wilayah kerja KPBS lainnya kondisinya masih kurang memadai. Kebanyakan kandang belum terlalu teratur dan tidak memenuhi standar seperti tidak adanya lantai atau alas, belum adanya saluran pembuangan, beberapa peternak bahkan membuat kandang berdampingan dengan tempat tinggal mereka. Selain kondisi kandang, sebagian wilayah, peternakan sulit memperoleh air bersih untuk pemberian air minum, pemerahan, serta sanitasi kandang. Pemberian pakan berupa hijauan berbeda untuk setiap wilayah karena sulitnya mencari pakan hijauan. Hal ini disebabkan keterbatasan lahan yang ditanami tanaman untuk pakan ternak. Sebagian besar lahan di wilayah kerja KPBS dimiliki PTPN VIII serta lahan pertanian.

Pemerahan dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Idealnya jeda waktu dari pemerahan pertama ke pemerahan berikutnya adalah 12 jam, akan tetapi karena pemerahan dilakukan manual dan terlalu berat dirasa oleh para peternak jika harus memerah sapi terlalu pagi, sehingga umumnya jeda waktu pemerahan sapi oleh para peternak KPBS pangalengan adalah 11-13 jam. Sebelum diperah ambing sapi seharusnya dicuci dengan mengunakan air hangat atau paling tidak air bersih, setelah itu ambing sapi yang akan diperas diberi vaseline untuk memudahkan pemerahan. Susu yang diperah kemudian ditampung pada ember dengan mulut sempit tujuannya untuk mengurangi kuman dalam susu, selanjutnya susu disimpan pada milk can. Milk can dirancang dengan bahan stainless steel dan menyerupai botol leher yang bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba yang masuk pada milk can.

(29)

58 5.9.2. Proses di Tingkat TPK

Susu yang telah disimpan dalam milk can kemudian dibawa ke TPK. Seharusnya sebelum susu dimasukan ke tangki mobil pengangkut, di TPK susu di uji dengan pengujian organoleptik, pengujian berat jenis, serta pengujian alkohol 70 persen dengan mengunakan gun tester, akan tetapi kebanyakan TPK tidak melakukan hal tersebut. Terbatasnya tenaga tester untuk melayani anggota yang begitu banyak, serta tuntutan agar susu segera mendapatkan perlakuan di MT merupakan faktor utamanya. Umumnya petugas di TPK hanya melakukan uji organoleptik dengan melihat warna susu, itupun hanya dilakukan dengan sepintas. Jika warna susu terlihat berbeda barulah petugas mencatat nama anggota yang menyetor dan mengambil sampel susu anggota yang meragukan tersebut untuk di cek lebih lengkap di laboratorium MT.

Seharusnya susu yang tidak memenuhi standar di TPK dikembalikan ke peternak. Akan tetapi, karena biasanya peternak tidak mau menerima jika susunya ditolak maka untuk menghindari keributan di TPK susu yang dikira tidak layak akan disampel untuk di uji di laboratorium setelah hasil laboratorium ke luar barulah peternak yang bersangkutan diberi tahu bahwa susunya tidak layak dengan memperlihatkan hasil uji laboratorium susu yang disetornya. Selain pengetesan kebanyakan petugas TPK juga tidak melakukan penghitungan ulang untuk menentukan jumlah susu dari peternak, biasanya jumlah susu hanya dilihat dari banyaknya milk can yang terisi dan berdasarkan angka yang disebutkan peternak. Petugas percaya karena penyetoran susu peternak telah dilakukan sejak lama, maka jarang sekali peternak berbohong terkait dengan jumlah susu yang mereka setorkan.

Beberapa TPK memiliki dump tank yang berfungsi untuk menampung susu sementara dari peternak. Dump tank dilengkapi dengan nilon yang bertujuan untuk menyaring benda-benda asing pada susu. Dump tank terbuat dari stainlees steel yang tahan karat, dan berkapasitas 1800 liter susu.

(30)

59 5.9.3. Proses Pengangkutan Susu dari TPK ke MT

Susu yang telah ditampung dari peternak kemudian dialirkan ke truk tangki susu dengan pompa sentrifugal. Pada TPK yang tidak memiliki dump tank, susu dipindahkan melalui lubang pemasukan pada atas tangki yang telah dilengkapi nilon untuk menyaring benda-benda asing pada susu. Tangki yang mengangkut susu dari TPK ke MT KPBS memiliki kapasitas 4500-6000 liter dan memiliki tiga sekatan untuk masing-masing TPK. Satu sekatan berkapasitas 1500-2000 liter, diameter lubang pemasukan pada atas tangki sebesar 500 mm. Waktu tempuh untuk mengangkut dari tempat pengumpulan koperasi ke MT rata-rata tidak lebih dari 1 jam.

5.9.4. Proses di Laboratorium

Setibanya di MT KPBS, dilakukan pengambilan sampel susu dari tangki. Sebelum pengambilan sampel, susu yang berada dalam truk tangki diaduk terlebih dahulu dengan tujuan menghomogenkan susu, lalu susu diambil dengan menggunakan canting dan dimasukkan ke dalam cup susu yang kosong kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian sebelum diproses lebih lanjut. Pengujian susu di laboratorium ini meliputi pengukuran kadar lemak, pengukuran berat jenis, solid non fat (SNF), pengukuran kadar titik beku, pengukuran kadar protein, pengukuran temperature, uji alkohol, uji resazulin dan total plate count (menghitung jumlah bakteri). Semua uji tersebut dilakukan di laboratorium fisika-kimia dan untuk perhitungan jumlah bakteri serta uji rezasulin dilakukan di laboratorium mikrobiologi.

Tahap uji yang pertama dilakukan terhadap sampel TPK adalah uji alkohol. Tujuan pengujian alkohol adalah untuk melihat derajat keasaman susu. Jika berdasarkan sampel TPK yang diambil dari tangki lulus uji alkohol maka, mobil pengangkut akan dipersilahkan untuk menuju bagian penerimaan susu. Sampel susu yang telah lulus test alkohol kemudian ditest mengunakan milkana superior untuk melihat berat jenis, kadar lemak, Solid Non Fat (SNF), kadar air, titik beku, dan kadar protein. Syarat mutu standar kualitas susu di MT-KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Tabel 3.

(31)

60 Tabel 3. Perbandingan Standar Kualitas Susu di MT KPBS Pangalengan dengan

SNI

No Pengujian Standar Kualitas SNI

1 Organoleptik Normal Normal

2 Uji alkohol Negatif (-) Negatif (-)

3 Uji Pemalsuan Negatif (-) Negatif (-)

4 Berat Jenis 1,0260-1,0280 1,0260-1,0280 5 Kadar lemak -pagi -sore 3,8 % 3,6 % 3,6 % 3,6 %

6 Solid Non Fat (SNF) 7,9 8,0

7 Total Solid (TS) 11,5 % 11,5 %

8 Titik Beku (Freezin Point) -0,520 -0,520 sd -0,560

9 Uji Kadar Protein 2,7 - 3 Min 2,7

10 pH 6,6 – 6,8 4,5 – 7,0

11 Temperatur 6 Maks 8

12 Resazulin Mendekati warna dasar

susu

Mendekati warna dasar susu

13 Total Plate Count (Jumlah Bakteri)

< 2 juta / ml -

14 Ros Test Negatif Negatif

Sumber: Bagian Laboratorium MT KPBS Pangalengan, 2010

Ros Test merupakan uji yang ditujukan untuk melihat ada atau tidaknya pemalsuan terhadap susu. Sementara uji resazulin adalah uji penilaian jumlah mikroba secara kasar yang didasarkan pada grade warna. Grade warna susu menunjukkan kisaran jumlah mikroba dalam susu. Grade ini disesuaikan dengan adanya perubahan warna pada sampel susu yang sedang diamati. Hasil uji ini akan menentukan berapa harga yang akan diberikan pada peternak. Semakin sedikit jumlah bakteri dalam susu, maka bonus yang diterima peternak akan semakin besar. Sebaliknya semakin tinggi jumlah bakteri maka penalty yang diterima peternak juga akan semakin tinggi.

5.9.5. Pengolahan Susu Pasteurisasi di MT

MT KPBS Pangalengan memproduksi tiga jenis susu pasteurisasi yaitu susu pasteurisasi tawar yang dikemas dalam kemasan prepack berukuran 500 ml, susu pasteurisasi rasa cokelat, dan strawberry yang dikemas dalam cup dengan

(32)

61 ukuran 160 ml. Proses pasteurisasi yang dilakukan di MT KPBS Pangalengan mengunakan cara HTST (High Temperature Short Time), yaitu suatu cara pasteurisasi dengan mengunakan suhu tinggi dalam waktu singkat. Suhu dipertahankan sekitar 72ºC-75ºC selama 15 detik. Dengan cara ini diharapkan semua mikroorganisme berbahaya dapat dibunuh, sedangkan kehilangan zat gizi akibat pemanasan dapat dikurangi seminimal mungkin, dan cita rasa susu sapi segar dapat dipertahankan semaksimal mungkin.

Susu yang telah diperiksa di laboratorium dan telah memenuhi persyaratan selanjutnya dibawa ke ruang penerimaan untuk ditimbang. Susu yang telah ditimbang akan dialirkan ke dalam bak penampung sementara (milk reception vet), di ruang penerimaan ini dilakukan penyaringan dengan menggunakan saringan nilon untuk memisahkan kotoran dan benda asing yang mungkin terbawa selama proses pengambilan susu di tiap TPK. Susu dari bak penampung sementara tersebut kemudian dipompa ke lempeng pendingin untuk didinginkan.

Pendinginan dilakukan dengan mengalirkan air dingin bersuhu 0ºC-1ºC yang berasal dari ice bank ke dalam lempeng pendingin, kemudian dari sisi yang lain dialirkan secara berlawanan pada waktu besamaan susu dari milk reception vat dengan suhu 27ºC-30ºC sehingga terjadi perpindahan panas dari susu ke air dingin. Air akan menyerap suhu susu yang lebih tinggi sehingga suhu susu turun menjadi 4ºC. Susu yang sudah dingin ini kemudian dialirkan ke dalam storage tank yang berkapasitas 50.000 liter. Suhu susu di storage tank dipertahankan agar tetap stabil.

5.9.5.1. Susu Pasteurisasi Prepack

Susu dingin dari dalam storage tank dialirkan ke dalam mixing tank. Dari mixing tank susu dialirkan ke dalam balance tank dengan pompa sentrifugal. Balance tank dilengkapi dengan bola pelampung yang berfungsi untuk menyeimbangkan aliran susu pada PHE. Proses perpindahan panas pada proses pasteurisasi ini melalui tiga tahapan dengan uraian sebagi berikut.

1) Tahap pertama yaitu ketika susu dari balance tank dialirkan ke dalam lempeng-lempeng PHE I untuk dilakukan pemanasan awal. Di dalam PHE I (PHE Regeneratif) terjadi perpindahan panas karena persinggungan

(33)

62 antara susu dingin dengan uap panas dalam arah yang berlawanan. Proses tersebut mengakibatkan susu suhunya meningkat menjadi 60ºC-70ºC. Setelah mengalami pemanasan susu dialirkan ke homogenizer. Pada homogenizer glukoba-glukoba lemak dan protein diseragamkan ukurannya sehingga emulsi susu menjadi lebih stabil.

2) Tahap kedua adalah pasteurisasi susu. Susu dipasteurisasi dengan cara mengalirkan susu dari PHE I ke dalam PHE II (PHE Pasteurizer). Di dalam saluran-saluran kecil pada lempeng regenerative II terjadi persinggungan antara susu dengan air panas yang bersuhu 82ºC -85ºC sehingga suhu susu meningkat menjadi 72ºC-75ºC. Pasteurisasi dilakukan selama 15 detik dengan tujuan untuk membunuh bakteri pathogen. Setelah dipasteurisasikan susu akan melewati alat flow diversion valve (FDV) yang berfungsi untuk mendeteksi kesempurnaan pasteurisasi yang dilakukan. Apabila suhu susu ternyata di bawah suhu yang ditentukan, maka susu akan dialirkan kembali ke balance tank untuk mengalami pemanasan ulang di PHE I. Jika suhu susu sesuai dengan yang ditentukan, maka dapat melewati FDV untuk kemudian dilanjutkan dengan proses pendinginan awal.

3) Tahap ketiga yaitu proses pendinginan. Susu yang telah di pasteurisasi melewati PHE III (PHE Cooler). Di dalam PHE III terjadi perpindahan panas antara susu yang sudah dipasteurisasi dengan air dingin bersuhu 0-1º C sehingga suhu susu turun menjadi 2-4ºC. Setelah didinginkan susu kemudian disimpan dalam tangki penyimpanan khusus susu pasteurisasi tanpa rasa untuk kemudian dialirkan ke mesin packaging prepack untuk dikemas.

(34)

63 5.9.5.2. Susu Pasteurisasi Cup Cokelat dan Cup Strawberry

Proses pembuatan susu rasa (kemasan cup) sebenarnya hampir sama dengan proses pembuatan susu pasteurisasi tanpa rasa (kemasan prepack) hanya saja karena susu cup baik strawberry maupun cup cokelat menggunakan beberapa bahan tambahan/penunjang seperti pewarna, flavor (strawberry dan cokelat bubuk), stabilizer (CM) serta gula rafinasi maka ada tahapan dimana susu segar dicampur dengan bahan-bahan tambahan tersebut.

Dari tangki penampung, susu dialirkan ke dalam mixing tank melalui lempeng pemanas dengan suhu 50ºC -60ºC (sumber panas berasal dari broiler air panas). Pemanasan berfungsi untuk mempercepat pelarutan bahan-bahan tambahan terutama gula dengan menaikan suhu susu hingga 50-60ºC. Namun, susu yang dialirkan melalui lempeng panas ini ini tidak semua dari jumlah susu Gambar 5. Diagram Alir Susu Pasteurisasi Prepack di KPBS Pangalengan

Sumber : Data Primer

Susu Segar Penimbangan Penampungan

Susu Dingin

Plate Cooler

(Suhu 2-4ºC)

Tangki Penampungan Sementara

Mixing Tank Untuk Penakar Jumlah Susu

Balance Tank

PHE Regeneratif 1(Suhu 60-70ºC)

Homogenisasi

PHE Pasteurisasi (Suhu 72ºC -75ºC)

PHE Cooler (Suhu 2ºC -4ºC)

Holding Tube (15 Detik) Flow Divertion Valve Pengemasan Storage Tank T o la k

(35)

64 yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar susu lebih mudah panas dalam sirkulasi. Bila semua bahan telah tercampur, susu yang berada di tangki penampungan sementara akan dialirkan kembali namun tanpa melewati lempengan pemanas. Setelah susu bercampur dengan bahan tambahan lainnya, susu dialirkan ke balance tank. Dan proses selanjutnya sama dengan proses pasteurisasi susu tanpa rasa. Untuk lebih jelasnya tahapan proses produksi susu pasteurisasi rasa dapat dilihat pada Gambar 6.

Hal yang perlu diperhatikan adalah urutan dalam memproduksi susu, biasanya yang pertama dibuat adalah susu pasteurisasi tanpa rasa (prepack) kemudian susu pastreurisasi rasa strawberry, lalu kemudian susu pasteurisasi rasa cokelat. Hal ini dilakukan untuk menghindari tercampurnya cita rasa susu dengan susu lainnya.

Gambar 6. Diagram Alir Susu Pasteurisasi Cup di KPBS Pangalengan

Sumber : Data Primer

Susu Segar Penimbangan Penampungan

Susu Dingin Plate Cooler (Suhu 2-4ºC)

Tangki Penampungan Sementara

Lempeng Pemanas (Suhu 50-60 C)

Balance Tank

PHE Regeneratif 1(Suhu 60-70ºC)

Homogenisasi

PHE Pasteurisasi (Suhu 72-75ºC)

PHE Cooler (Suhu 2-4ºC)

Holding Tube (15 Detik) Flow Divertion Valve Pengemasan Storage Tank T o la k

Mixing Tank Untuk Menakar & Mencampur Bahan Tambahan

S a m p a i b a h a n p en u n ja n g l a ru t d en g a n s u su

(36)

65 5.10. Pemasaran Produk Susu KPBS Pangalengan

Pemasaran susu di MT KPBS Pangalengan di mulai dari MT KPBS Pangalengan sebagai produsen yang menghasilkan produk susu olahan, untuk susu dingin langsung dipasarkan ke IPS dan untuk susu pasteurisasi (prepack dan cup) dipasarkan melalui distributor, agen, dan terakhir ke konsumen. Rantai tataniaga susu di MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Gambar 7.

Pemasaran susu pasteurisasi berbeda dengan pemasaran susu dingin, untuk meminimalisir kerugian akibat tidak terserapnya susu pasteurisasi yang diproduksi, KPBS Pangalengan menerapkan sistem job order dalam memasarkan susu pasteurisasinya. Dalam sistem job order KPBS hanya akan memproduksi susu pasteurisasi dengan jumlah dan komposisi rasa yang sesuai dengan permintaan distributor. Ada beberapa keuntungan dan kerugiaan yang sebenarnya ditimbulkan dengan adanya sistem pemasaran job order ini.

Peternak Anggota

Pengumpulan di TPK

MT KPBS Pangalengan

Susu Dingin Susu Pasteurisasi

Konsumen Tunggal Susu Dingin

Distributor Industri Pengolahan Susu

Pengolahan

Konsumen

Depot Pengolah

Susu Dingin

Gambar 7. Rantai Tataniaga Susu di KPBS Pangalengan

Gambar

Gambar 4.  Pengelompokan Unit-Unit Usaha di KPBS Pangalengan ke dalam  Sistem Agribisnis &amp; Agroindustri
Tabel  2.  Perkembangan  Jumlah  Anggota  serta  Ternak  Milik  Anggota  KPBS  Pangalengan 2005 – 2009  Keterangan  Tahun  2005   (orang)  2006  (orang)  2007  (orang)  2008  (orang)  2009  (orang)  Anggota Aktif   4,588  4,710  4,838  5,285  5,568  Tidak
Gambar 6.  Diagram Alir Susu Pasteurisasi Cup di KPBS Pangalengan           Sumber : Data Primer
Gambar 7.  Rantai Tataniaga Susu di KPBS Pangalengan           Sumber : Data Primer

Referensi

Dokumen terkait

Data tersebut berupa data yang dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Berupa data-data yang dikumpulkan dengan cara menjawab pertanyaan atau biasa

Muhamad SAW, amanat dakwah ini dipikul oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin dan seterusnya sampai umat Islam sekarang ini. Seluruh Umat Islam memiliki

Gambar A menunjukkan bronkus normal, dengan silia yang masih utuh, tampak seperti bulu sikat pada puncak sel epitel torak (panah biru). Sedangkan gambar B, pada puncak sel-sel

Source: Company Data Wijaya Karya Beton (WTON) pada kuartal III-20 mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1.1 tn (-37.3% YoY) dan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik sebesar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, yoghurt probiotik dengan penambahan 3% tepung kacang merah dan 7% susu skim menghasilkan yoghurt dengan kualitas yang baik dengan kadar

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan rasio Si/Al yang berkaitan dengan dealuminasi dalam proses pengasaman dengan menggunakan konsentrasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan estimasi kesalahan metode estimasi waktu perjalanan antara linear model dan instantaneous model

16 tim akan diperingkat kembali berdasarkan Victory Point, Score, dan Margin masing- masing tim yang diperoleh pada Prelim I dan Prelim 2.. Tim dengan peringkat