BAB III
PROSES PENGUMPULAN DATA
III.1 Sejarah Perusahaan
PT Bank MAJU merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, dan bergerak dalam bidang perbankan. Bank MAJU didirikan berdasarkan akte No. 30 tanggal 11 April 1961 yang dibuat dihadapan Notaris Eliza Pondaag, SH di Jakarta. Modal dasar pada saat didirikan sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) yang terdiri dari 250 lembar saham. Sebelum menjadi Perseroan Terbatas, Bank MAJU merupakan perusahaan dengan bentuk badan hukum Perusahaan Daerah.
Untuk menyesuaikan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka perusahaan meningkatkan Modal Dasar menjadi sebesar Rp 300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar rupiah). Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam transaksi internasional, maka berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia Nomor 25/67/KEP/DIR tanggal 30 November 1992, Bank MAJU ditunjuk menjadi bank devisa.
Krisis ekonomi dan moneter yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 mengakibatkan sektor riil dan perbankan mengalami kemunduran. Untuk pemulihan ekonomi dari krisis tersebut antara lain harus dilakukan restrukturisasi baik terhadap sektor riil maupun perbankan. Demikian pula Bank MAJU melakukan restrukturisasi dengan mengikuti program rekapitalisasi oleh pemerintah dengan penambahan modal untuk memperoleh Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8%. Sesuai dengan persyaratan mengikuti program rekapitalisasi, pada awal bulan Mei 1999 berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 1999 dan Akte Pendirian Nomor 4 Tahun 1999 yang dibuat oleh
Notaris Harun Kamil, SH serta telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan Nomor C-8270 HT.01.01.Th.99 tanggal 7 Mei 1999, badan hukum Bank MAJU berubah bentuk dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Dalam hal ini Modal Dasar PT Bank MAJU ditingkatkan menjadi Rp 700.000.000.000,00 (tujuh ratus miliar rupiah).
Pada tanggal 23 April 2003, Bank MAJU berhasil menyelesaikan Program Rekapitalisasi yaitu, dengan pembelian kembali saham milik Pemerintah Pusat oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp 172.695.000.000,- (seratus tujuh puluh dua miliar enam ratus sembilan puluh lima juta rupiah) sehingga sampai akhir Desember 2005 saham mayoritas sebesar 99.81% dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah. Pada tanggal 31 Desember 2005 Bank mempunyai cabang-cabang, kantor-kantor pembantu, payment point dan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) seperti pada Tabel III.1.
Tabel III.1 Unit Penunjang Operasi
Jumlah
Kantor cabang 11
Kantor cabang syariah 1
Kantor cabang pembantu 27
Kantor kas syariah 1
Kantor kas konvensional 60
Payment point 1
ATM 48 Sumber: Laporan Tahunan 2005 PT Bank MAJU
Tabel III.2
Jumlah pegawai PT Bank MAJU
III.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan atau hubungan antar bagian dan posisi dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus dapat menggambarkan garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas agar aktivitas perusahaan dapat efektif dilaksanakan serta membantu perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap karyawannya. Selain itu adanya pemisahan fungsi yang tegas dan diintegrasikan satu sama lain, membuat efisiensi usaha dapat tercapai.
PT Bank MAJU menggunakan struktur organisasi unit bisnis yang memiliki 1 (satu) Direktur Utama dan 4 (empat ) Direktur dimana setiap Direktur masing-masing membawahi beberapa Divisi/Departemen, dan setiap Divisi/Departemen dipimpin oleh seorang Kepala Divisi/Manajer. Dalam struktur organisasi ini, garis wewenang dan tanggung jawab bercabang untuk setiap tingkat pimpinan. Setiap atasan memiliki sejumlah staf, dimana masing-masing staf bertanggung jawab kepada atasannya. Struktur organisasi PT Bank MAJU dapat dilihat pada Gambar III.1.
Jenis kelamin
Pegawai Pria Wanita
Total Tetap Kontrak Darbeni (outsourcing) 642 81 20 307 111 34 949 192 54 Jumlah 743 452 1195
Gambar III.1 Struktur Organisasi PT Bank MAJU DEWAN KOMISARIS DIREKTUR UTAMA DIR. PEMASARA N DIR. UMUM DIR. KEPATUH AN DIVISI MANAJEME N RESIKO DIVISI PERENCAN AAN STRATEGIS DIVISI TRESURI DAN LUAR NEGERI DIVISI KREDIT KHUSUS DIVISI PEMASARAN DAN PEMBINAAN CABANG DEPARTEMEN USAHA SYARIAH DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DIVISI PENGENDALIAN KEUANGAN DAN TEKNOLOGI DEPARTEMEN KEHUMASAN DAN UMUM CABANG SYARIAH CABANG KONVENSIONAL DIVISI AUDIT INTERN KOMITE MANAJEME N RISIKO ALCO DEWAN PENGAWAS SYARIAH KOMITE AUDIT RUPS
Gambar III.2 Struktur Divisi Pengendalian Keuangan & Teknologi PT Bank MAJU
III.3. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Berikut ini akan diuraikan tugas dan wewenang dari masing-masing bagian yang terdapat di PT Bank MAJU:
• Pemegang Saham.
Pemegang Saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam perusahaan. Tugas dari pemegang saham adalah:
a. Merencanakan dan menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan perusahaan. b. Memilih dan menetapkan susunan kepengurusan perusahaan.
• Dewan Komisaris.
Dewan Komisaris memiliki 3 (tiga) anggota, terdiri dari Komisaris Utama dan 2 (dua) anggota Komisaris. Syarat pengangkatan Komisaris PT Bank MAJU yaitu Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan
perundang-DIVISI PENGENDALIAN KEUANGAN DAN TEKNOLOGI GRUP TEKNOLOGI INFORMASI GRUP AKUNTANSI PENGELOLAAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN PENGENDALIAN MASALAH TEKNOLOGI PENGELOLAAN ANGGARAN UNIT PEMBUKUAN PENGELOLAAN PENGENDALIAN & PENUNJANG KEUANGAN PENGELOLAAN PENGEMBANGAN SISTEM & TEKNOLOGI
undangan yang berlaku dan diangkat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Adapun tugas dan wewenangnya adalah:
a. Mengangkat dan memberhentikan direksi. b. Mengawasi tindakan direksi dan pengurusnya.
c. Mengawasi jalannya perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam akte perusahaan.
d. Bertanggung jawab kepada pemegang saham. • Direktur Utama.
Direktur utama bertanggung jawab kepada komisaris, adapun tugas dan wewenangnya adalah:
a. Memimpin perusahaan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan keuangan di bidang keuangan, operasional lainnya, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
b. Bertanggung jawab dalam memberikan laporan kepada komisaris mengenai hasil kerja untuk suatu periode tertentu.
• Direktur.
Pada PT Bank MAJU terdapat 3 (tiga) posisi Direktur, yaitu Direktur Kepatuhan, Direktur Pemasaran, dan Direktur Umum. Ketiga Direktur tersebut masing-masing menjalankan fungsinya sesuai dengan unit kerja yang dibawahi. Adapun tugas dan wewenangnya adalah:
a. Membuat rencana kerja untuk tahun anggaran berikutnya.
b. Bertanggung jawab dalam membuat laporan kepada Direktur Utama dan Komisaris mengenai prestasi kerja pada suatu periode tertentu.
Adapun Direktur yang terkait dengan keuangan dan akuntansi berada pada kendali Direktur Umum. Direktur Umum menangani 3 (tiga) Divisi/Departemen, diantaranya:
a. Divisi Sumber Daya Manusia
b. Divisi Pengendalian Keuangan dan Teknologi c. Departemen Kehumasan dan Umum.
• Manajer Sumber Daya Manusia.
Bertanggung jawab kepada Direktur Umum, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kinerja para pegawai perusahaan.
b. Melakukan perekrutan pegawai yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang yang membutuhkan.
c. Melakukan kontrol kehadiran karyawan.
d. Membuat laporan kepada Direktur Umum mengenai hasil kerja periode tertentu.
• Manajer Divisi Pengendalian Keuangan dan Teknologi.
Divisi Pengendalian Keuangan dan Teknologi membawahi 2 (dua) Grup, yaitu Grup Teknologi Informasi dan Grup Akuntansi. Manajer Divisi bertanggung jawab kepada Direktur Umum, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan terhadap pos-pos keuangan. b. Melakukan kontrol atas penggunaan teknologi informasi.
c. Membuat laporan kepada Direktur Umum mengenai hasil kerja periode tertentu.
• Manajer Grup Akuntansi.
Bertanggung jawab kepada Manajer Divisi Pengendalian Keuangan dan Teknologi dan kepada Direktur Umum. Manajer Grup Akuntansi memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan untuk prosedur keuangan dan akuntansi perusahaan.
b. Menerima laporan yang berkaitan dengan pekerjaan administrasi, pajak, akuntansi dan keuangan.
c. Menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh manajemen.
Manajer Grup Akuntansi membawahi:
1. Unit Pengelolaan Anggaran, memiliki tugas:
a. Menyusun anggaran induk dan anggaran investasi, laporan investasinya dan perkiraan hasil usaha jangka pendek PT Bank MAJU.
b. Menyusun laporan penyimpangan (variance) realisasi terhadap anggaran caturwulan.
c. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisis realisasi kinerja. d. Mengelola business plan dan RKA Divisi Pengendalian Keuangan dan
Teknologi.
e. Mengelola Management Information System (MIS) PT Bank MAJU. 2. Unit Pembukuan, memiliki tugas:
a. Melaksanakan kegiatan proses pembukuan dan sistem akuntansi.
b. Memeriksa dan menguji kebenaran bukti pembukuan transaksi rupiah yang dikirimkan cabang dan unit lainnya serta membukukannya.
c. Mempersiapkan penyusunan laporan keuangan bekerjasama dengan Unit Pengelolaan Pengendalian Keuangan.
d. Memantau kemajuan penyelesaian DPT dan pemanfaatan rekening. e. Menyusun laporan keuangan yang diwajibkan secara berkala sesuai
ketentuan.
3. Unit Pengelolaan Pengendalian dan Penunjang Keuangan, memiliki tugas: a. Melakukan analisis terhadap pos-pos Neraca dan Laba Rugi.
b. Melakukan analisis terhadap posisi keuangan yang beda dengan ketentuan yang berlaku.
c. Menganalisa prestasi kerja dan pemantauan terhadap kesehatan PT Bank MAJU.
d. Mengelola sistem informasi (profitabilitas dan non profitabilitas) produk dari PT Bank MAJU.
e. Mempersiapkan data untuk kepentingan eksternal dan mengelola hubungan dengan pihak eksternal lain.
f. Menangani masalah perpajakan PT Bank MAJU.
III.4. Kebijakan Akuntansi dan Perencanaan Pajak
Dalam pembukuan dan pelaporan keuangannya, perusahaan menganut kebijakan akuntansi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kebijakan akuntansi yang signifikan, yang diterapkan secara konsisten oleh perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2005, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep akrual kecuali laporan arus kas dan diukur dengan konsep biaya historis, kecuali surat-surat berharga tertentu (efek-efek) yang dimiliki yang dinyatakan sebesar nilai wajar (pasar), penyertaan saham tertentu yang dicatat dengan metode biaya (cost method), aktiva tetap tertentu yang dinyatakan sebesar penilaian kembali dan agunan yang diambil alih yang dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi serta tagihan bunga atas aktiva produktif yang digolongkan sebagai non-performing yang dicatat sebagai pendapatan secara
cash basis.
b. Giro Pada Bank Lain.
Giro pada bank lain dinyatakan sebesar saldo giro dikurangi dengan penyisihan penghapusan.
c. Penempatan Pada Bank Lain.
Penempatan pada bank lain disajikan sebesar saldo penempatan dikurangi dengan penyisihan penghapusan.
d. Penyertaan Saham.
Penyertaan saham merupakan penanaman dana untuk tujuan investasi jangka panjang, dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar modal. Investasi ini dicatat dengan menggunakan harga perolehan (cost method) bila kepemilikan sampai dengan 20%, dan metode ekuitas (equity method) untuk kepemilikan sebesar diatas 20%. Penyertaan saham dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi dengan penyisihan penghapusan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Kredit yang diberikan dinyatakan sebesar pokok kredit dikurangi penyisihan penghapusan. Kredit yang direstrukturisasi disajikan sebesar nilai buku baru. Kerugian atas selisih nilai buku baru dengan saldo kredit sebelum direstrukturisasi dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan. Kredit diklasifikasikan sebagai
non performing pada saat pokok pinjaman telah lewat jatuh tempo dan atau saat manajemen berpendapat bahwa penerimaan atas pokok atau bunga pinjaman tersebut diragukan. Pendapatan bunga atas pinjaman yang diklasifikasikan sebagai diragukan ini diakui sebagai pendapatan pada saat diterima.
f. Pembiayaan Syariah
Pembiayaan syariah Bank MAJU terdiri atas pembiayaan murabahah dan pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik. Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli antara nasabah dan Bank MAJU Syariah yang mana membiayai kebutuhan investasi dan modal kerja nasabah yang dijual dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama. Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara Bank MAJU Syariah dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. g. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Aktiva produktif terdiri atas giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, obligasi Negara Republik Indonesia dan penyertaan saham serta komitmen kontijensi pada rekening administratif yang mempunyai risiko kredit.
Penyisihan penghapusan aktiva produktif serta estimasi komitmen dan kontijensi dibentuk berdasarkan hasil penelaahan manajemen terhadap kualitas masing-masing
aktiva produktif, komitmen dan kontijensi pada akhir periode. Dalam menentukan jumlah keseluruhan penyisihan penghapusan tersebut, perusahaan menggunakan ketentuan Bank Indonesia (BI) tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sebagai acuan yang tertera dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005. Penyisihan penghapusan aktiva produktif dibebankan seluruhnya dalam tahun berjalan.
h. Hapus Buku
Pokok dan bunga kredit yang dihapusbukukan (written off) dibebankan ke Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) setelah dikurangi dengan nilai wajar aktiva yang diterima atau agunan yang dikuasasi. Selanjutnya kredit yang dihapus buku tersebut dibukukan pada rekening memorial/catatan extracomptable. i. Aktiva Tetap
Aktiva tetap, kecuali hak atas tanah dan aktiva tetap tertentu yang telah dinilai kembali, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Golongan bangunan disusutkan dengan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis selama 20 tahun. Sedangkan peralatan kantor dan kendaraan bermotor dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun berganda (double declining method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap yang berkisar antara 4 sampai 8 tahun. Sesuai dengan PSAK No. 47 tentang ”Akuntansi Tanah”, biaya-biaya sehubungan dengan perolehan atau perpanjangan hak kepemilikan tanah ditangguhkan dan diamortisasi sepanjang periode hak atas tanah dan umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek.
Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya; pemugaran dan penambahan dalam jumlah signifikan dikapitalisasi.
Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat serta akumulasi penyusutan dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap dan laba atau rugi yang terjadi dibukukan pada tahun yang bersangkutan.
j. Uang Muka Pajak
Uang muka pajak merupakan jumlah pajak penghasilan yang telah dibayarkan namun belum menjadi beban periode akuntansi yang bersangkutan.
k. Beban Dibayar Di Muka
Beban dibayar di muka (termasuk dalam akun ”Aktiva lain-lain”) diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method).
l. Pengakuan Pendapatan dan Beban
(1). Pendapatan dari Provisi dan Komisi dan Jaminan Bank yang berjumlah sampai dengan Rp 20.000.000 tidak diamortisasi dan dibukukan langsung sebagai pendapatan. Sedangkan untuk jumlah di atas Rp 20.000.000 dibukukan dalam rekening ”pendapatan yang diterima dimuka” dan diamortisasikan setiap bulan sesuai dengan jangka waktu komitmen. Apabila komitmen tersebut diselesaikan sebelum jangka waktunya berakhir maka sisa provisi dan komisi diakui sebagai pendapatan.
(2). Pendapatan selain butir (1) (misalnya: sewa gedung) yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000 walaupun terkait dengan jangka waktu tidak diamortisasikan dan dibukukan langsung sebagai pendapatan. Sedangkan untuk jumlah di atasnya dibukukan pada rekening ”Pendapatan yang ditangguhkan” dan diamortisasikan sesuai dengan jangka waktunya.
(3). Biaya selain butir (2) yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000 walaupun terkait dengan jangka waktu tidak diamortisasikan dan dibukukan langsung sebagai beban. Sedangkan untuk jumlah di atasnya dibukukan pada rekening ”beban dibayar dimuka” dan diamortisasikan sesuai dengan jangka waktunya. (4). Pengakuan biaya berupa bunga, provisi, jasa giro, tabungan, dan deposito
dipakai sistem accrual basis. Perhitungan bunga pinjaman likuiditas dari Bank Indonesia dipakai sistem cash basis, yaitu pencatatan dilakukan oleh bank setelah menerima nota debet dari Bank Indonesia.
m. Taksiran Pajak Penghasilan
Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang belum digunakan, diakui sejauh besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak tersebut. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan akan digunakan pada periode ketika aktiva direalisasi atau ketika kewajiban dilunasi berdasarkan tarif pajak (dan peraturan perpajakan) yang berlaku atau secara substansial telah diberlakukan pada tanggal neraca.
n. Laba Bersih Per Saham
Laba bersih per saham dihitung dengan membagi saldo laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
o. Informasi Segmen Usaha
Informasi segmen usaha disajikan menurut segmen usaha yaitu Bank dan Unit Syariah.
p. Penggunaan Estimasi
Penyusunan laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Karena adanya ketidakpastian yang melekat dalam penetapan estimasi, maka jumlah sesungguhnya yang akan dilaporkan di masa mendatang mungkin berbeda dari jumlah yang diestimasi tersebut.
III.5. Laporan Keuangan Perusahaan
Proses penelitian yang dilakukan berupa tinjauan langsung yang dilakukan pada PT Bank MAJU guna memperoleh data-data yang dibutuhkan yaitu dengan cara:
1. Dokumentasi
Dalam proses ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan perpajakan, yaitu berupa laporan laba rugi Desember 2005, neraca Desember 2005, Surat Pemberitahuan (SPT) 1771 Tahun 2004 dan 2005, serta Surat Pemberitahuan (SPT) 1721 Tahun 2004 dan 2005.
2. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan untuk mendapatkan informasi keuangan yang mempunyai kaitan dengan pajak dan pelaksanaan pajak yang telah dilaksanakan oleh perusahaan.
3. Interview
Penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Pengendali Pajak dan juga karyawan PT Bank MAJU seputar kebijakan akuntansi dan aspek-aspek perpajakan, serta langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan
dalam melaksanakan perencanaan pajak dan permasalahan yang timbul mengenai penerapan perpajakan.
4. Reperformance
Dalam proses ini, penulis melakukan penghitungan kembali atas data-data keuangan terkait masalah perpajakan dengan menelusuri unsur-unsur laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan rugi laba, kemudian membandingkannya dengan peraturan-peraturan perpajakan pada tahun yang bersangkutan untuk mengetahui apakah perlu dilakukan koreksi atau tidak.
Tabel III.3
Laporan Laba Rugi Tahun 2004 & 2005
PT Bank MAJU LAPORAN LABA RUGI
Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2005 dan 2004
2005 2004
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga
Bunga 896,295,826,794 742,781,457,402 Provisi dan komisi kredit 16,370,367,673 14,070,642,627 Jumlah Pendapatan Bunga 912,666,194,467 756,852,100,029
Beban Bunga
Bunga -455,724,812,232 -313,104,905,524 Provisi dan komisi -1,400,000,000 -4,476,087,770 Beban Bunga -457,124,812,232 -317,580,993,294 Pendapatan Bunga - Bersih 455,541,382,235 439,271,106,736
Pendapatan pembiayaan syariah 4,145,744,363 489,200,027
Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya Provisi/Komisi yang diterima selain dari
Pemberi Kredit 5,315,259,798 4,973,163,173 Pendapatan lain-lain 86,124,899,876 161,022,152,387 Pendapatan (beban) perhitungan penyisihan -37,754,012,931 -61,318,367,768 Aktiva Produktif-Neto
Beban overhead
Beban umum dan administrasi -70,388,842,552 -66,262,357,745 Beban barang dan jasa pihak ketiga -30,891,633,057 -22,663,879,825 Beban pemasaran -19,183,160,943 -19,936,932,555 Beban personalia -159,614,642,894 -146,908,296,018 Beban lain-lain -111,228,714,938 -44,098,300,393 Jumlah Beban Overhead -391,306,994,383 -299,869,766,536 Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya -
Bersih -333,475,103,277 -194,703,618,717 Laba Operasional - Bersih 122,066,278,958 244,567,488,019 PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL
Pendapatan non operasional 28,992,723,630 6,116,045,914 Beban non operasional -8,048,944,341 -7,594,237,748 Pendapatan (Beban) Non Operasional 20,943,779,289 -1,478,191,834 LABA SEBELUM TAKSIRAN PAJAK
PENGHASILAN 143,010,058,247 243,089,296,185
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak Kini -49,384,253,600 -78,807,290,900
Pajak tangguhan 5,812,304,061 -301,614,189
LABA BERSIH 99,438,108,709 163,980,391,096
Tabel III.4 Neraca Tahun 2005 PT Bank MAJU NERACA PER 31 DESEMBER 2005 PERKIRAAN JUMLAH (Rp) AKTIVA Kas 223.850.673.561
Giro pada Bank Indonesia 517.412.896.658
Giro pada bank lain 11.202.426.851
Penyisihan penghapusan (111.212.119)
Jumlah 11.091.214.732
Penempatan pada bank lain 1.832.548.309.225
Penyisihan penghapusan (170.125.156)
Jumlah 1.832.378.184.069
Surat berharga yang dimiliki:
Dimiliki hingga jatuh tempo 2.856.674.323.571
Diperdagangkan
Tersedia untuk dijual 10.026.600.000
Penyisihan penghapusan (6.169.565.562)
Jumlah 2.860.531.358.009
Surat berharga yang dibeli dengan
janji dijual kembali (reverse repo) 251.520.544.579
Penyisihan penghapusan
-Jumlah 251.520.544.579
Kredit yang diberikan 2.687.477.288.609
Penyisihan penghapusan (146.185.471.529) Jumlah 2.541.291.817.080 Pembiayaan Syariah 52.640.333.724 Penyisihan penghapusan (855.093.898) Jumlah 51.785.239.826 Penyertaan 926.600.000 Penyisihan penghapusan (9.266.000) Jumlah 917.334.000
Aktiva tetap - setelah dikurangi
akumulasi penyusutan sebesar
Rp 57.727.613.965 pada tahun 2005 168.975.391.098
Aktiva pajak tangguhan 7.700.789.524
Aktiva lain-lain 195.826.944.617
PT Bank MAJU NERACA PER 31 DESEMBER 2005 PERKIRAAN JUMLAH (Rp)
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
Kewajiban segera lainnya 466.074.571.703
Simpanan Giro 4.292.921.808.206 Giro wadiah 5.095.064.727 Tabungan 1.071.976.111.895 Tabungan mudharabah 4.577.148.295 Deposito berjangka 1.182.823.709.317
Deposito berjangka mudharabah 6.557.240.686
6.563.951.083.127
Bagi hasil yang belum dibagikan 61.428.012
Simpanan dari bank lain 308.943.240.698
Hutang pajak 17.773.870.830
Surat berharga yang diterbitkan 513.453.759.760
Pinjaman yang diterima 58.537.194.519
Kewajiban manfaat imbalan pasca kerja
-Kewajiban lain-lain 64.074.882.304
Jumlah Kewajiban 7.992.870.030.953
EKUITAS
Modal saham
Modal dasar - 700.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham modal ditempatkan dan disetor penuh -
513.644 saham 513.644.000.000
Tambahan modal disetor 40.273.866.833
Cadangan tujuan 16.778.256.154
Selisih penilaian nilai wajar efek tersedia
untuk dijual 278.125.105
Saldo laba 99.438.108.709
Jumlah Ekuitas 670.412.356.801
Beban-beban yang termasuk dalam Beban Umum dan Administrasi terlampir pada Tabel III.5:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Peralatan dan perabotan kantor Rutin kantor
Tanah dan bangunan kantor Kendaraan bermotor
Listrik dan air Telekomunikasi Emisi surat berharga Premi asuransi
Pengembangan sistem informasi Beban ATM
Pengiriman uang dan dokumen Pemeliharaan ijarah
Beban administrasi dan umum Syariah Penyusunan RKAP
Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi Beban produk kartu
Pajak penghasilan badan
23.794.707.957 14.289.328.661 11.329.534.530 7.531.126.070 3.900.841.766 2.972.051.879 1.623.425.784 1.542.583.215 1.047.093.328 613.597.900 602.900.848 358.966.493 316.549.236 235.129.207 230.855.678 150.000
-Total Beban Umum dan Administrasi 70.388.842.552
Pada Tabel III.6 merupakan beban-beban yang termasuk Beban Barang dan Jasa Pihak Ketiga yaitu:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Jasa rutin
Jasa sub-kontrak Jasa pihak ketiga Jasa keangotaan
13.077.932.378 11.925.287.046 5.710.713.637 177.699.996
Tabel III.7 dibawah ini merupakan Beban-beban yang termasuk Beban Jasa Rutin
terdiri dari:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Beban pemakaian telepon seluler Beban alat keamanan dan tibmansik Beban collection fee
Beban fee kelembagaan
Beban kebersihan gedung dan ruang kantor Representasi pihak ketiga
800.000 8.009.318.449 2.810.267.745 1.400.452.223 181.742.716 730.625.580
Total Beban Jasa Rutin 13.132.406.713
Beban-beban yang termasuk Beban Jasa Sub-kontrak yaitu seperti pada Tabel III.8 dibawah ini:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Beban otomasi lintas arta Beban outsourcing software
Beban jaringan data
6.114.691.592 152.307.636 5.658.287.457
Total Beban Jasa Sub-kontrak 11.925.287.046
Tabel III.9 adalah beban-beban yang termasuk Beban Jasa Pihak Ketiga:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Beban jasa konsultan hukum Beban jasa konsultan manajemen Beban jasa broker surat berharga Beban jasa BPUPLN
4.104.550.000 1.599.268.537 4.495.100 2.400.000
Beban-beban yang termasuk Beban Personalia seperti Tabel III.10, yaitu:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Tunjangan Gaji
Pendidikan dan latihan Kesejahteraan personil Honorarium
Lembur
Jasa tenaga kerja
Penyelenggaraan seleksi masuk
120.108.116.237 10.799.256.661 8.749.000.000 6.685.676.807 7.479.808.266 4.066.386.898 1.157.037.287 569.360.738
Total Beban Personalia 159.614.642.894
Yang termasuk Beban Pemasaran adalah seperti Tabel III.11 dibawah ini:
Keterangan Jumlah (Rupiah)
Advertensi dan promosi Pengembangan produk HUT/peresmian/perayaan
11.659.916.689 6.901.874.610 621.369.644
Total Beban Pemasaran 19.183.160.943
Dari hasil wawancara, diperoleh keterangan tambahan atas pos-pos laba rugi yang memiliki potensi timbulnya masalah perpajakan bagi perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. PT Bank MAJU belum melakukan perencanaan pajak secara maksimal.
2. PT Bank MAJU belum mempunyai atau membuat laporan keuangan fiskal, selama ini untuk mengetahui besarnya pajak terutang hanya berdasarkan laporan keuangan laba rugi komersil.
3. Perusahaan sering mengalami keterlambatan dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak, hal tersebut mengakibatkan perusahaan dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pembayaran denda.
4. Perusahaan belum memiliki unit khusus yang menangani masalah perpajakan dan hanya mempunyai 1 (satu) orang karyawan yang mengerti tentang pajak. Selama ini perusahaan tidak pernah dan tidak diperbolehkan untuk menggunakan jasa konsultan pajak.
5. Pihak pengendali pajak perusahaan belum sepenuhnya memahami pos-pos biaya apa saja yang dapat dijadikan beban fiskal dan masih terdapat akun-akun yang dianggap tidak cocok dengan peraturan perpajakan.
6. Beberapa pendapatan yang diperoleh perusahaan telah dikenakan PPh final namun masih diakui sebagai pendapatan, akibatnya pendapatan tersebut dikenakan dua kali pemotongan pajak.
7. Perusahaan tidak selalu memotong Jasa Tenaga Ahli (PPh Pasal 23) yang digunakan, seperti Jasa Konsultan Hukum dan Jasa Konsultan Manajemen. Selain itu perusahaan juga memakai Jasa Pemeliharaan untuk kebersihan kantor dan atas pemakaian jasa tersebut perusahaan tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 23. 8. Beban representasi pihak ketiga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan sehubungan dengan pemasaran produk perusahaan. Perusahaan tidak mencantumkan/melampirkan bukti nominatif biaya tersebut ke dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
9. Beban fee kelembagaan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk iuran rutin atas organisasi yang diikuti oleh perusahaan.
10. Beban keanggotaan olahraga merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai membership suatu pusat kebugaran (sport center) bagi pegawai/pejabat perusahaan, seperti biaya membership lapangan golf untuk para direksi.
11. Beban lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan seperti biaya atas kerugian akibat pembulatan kurs, biaya atas sumbangan atau zakat, transfer payment, biaya yang dikeluarkan untuk peringatan hari-hari khusus dan sumbangan yang diberikan kepada masyarakat korban bencana misalnya korban banjir, kebakaran dan lain-lain.
12. Beban denda merupakan biaya yang disebabkan akibat kesalahan bank seperti denda karena melanggar aturan/ketentuan Bank Indonesia, telat memberikan laporan kepada Bank Indonesia ataupun denda akibat penarikan deposito atau obligasi sebelum waktunya.