• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pembelajaran IDEAL Problem Solving

Ada beberapa macam strategi pemecahan masalah salah satunya adalah IDEAL problem solving. Model ini dikenalkan oleh Bransford dan Stein sebagai model penyelesaian masalah yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir dan meningkatkan keterampilan dalam proses penyelesaian masalah. IDEAL Problem Solving didesain untuk membantu mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian yang berbeda dari penyelesaian masalah,masing-masing huruf melambangkan komponen penting dalam proses penyelesaian masalah. IDEAL adalah singkatan dari identifi the problem,define the problem,explore the solution, act on the strategy, look back and evaluate the effect (Susiana,2010).

MenurutWena (2009) Strategi pembelajaran IDEAL Problem solving terdiridari lima tahap pembelajaran,yaitu identify the problem (Identifikasi masalah), define the problem (mendefinisikan masalah), explore the solution (mencari solusi),act on the strategy (melaksanakan stategi), look back and evaluate the effect (mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh).

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan awal dari strategi ini.Dalam tahapan ini guru membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, seperti membantu untuk mengembangkan/menganalisis permasalahan,mengajukan pertanyaan,mengembangkan hipotesis-hipotesis.

2. Mendefinisikan Masalah

Dalam tahap ini kegiatan guru meliputi membantu dan membimbing siswa melihat hal/data/variabel yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui dan hal yang belum diketahui,mencari berbagai

(2)

informasi,menyaring berbagai informasi yang ada dan akhirnya merumuskan permasalahan.

3. Mencari Solusi

Dalam tahapan ini kegiatan guru alaham membantu dan membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah,melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.

4. Melaksanakan Strategi

Melakukan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang telah dipilih.dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah.

5. Mengkaji Kembali dan Mengevaluasi Pengaruh.

Dalam tahap ini guru adalah membimbing siswa melihat/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah ditentukan,apakah sudah benar,sudah sempurna,atau sudah lengkap. Disamping itu,siswa juga dibimbing untuk melihat pengaruh srtategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.

Tabel 1.1 Sintak pembelajaran IDEAL problem solving Tahap

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Identifikasi masalah Memberikan permasalahan Membimbing siswa mengembangkan/menganalisis permasalahan dengan mengajukan pertanyaan. Membimbing siswa mengembangkan hipotesis

Memahami permasalahan secara umum Mengembangkan/Menganalisis permasalahan Mengembangkan hipotesis Mendefinisikan masalah

Membimbing siswa melihat data/variabel yang sudah diketahui maupun belum diketahui.

Membimbing siswa mencari dan menelusuri berbagai

Mencermati data/Variabel yang sudah diketahui maupun belum diketahui

Mencari dan menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber

(3)

Tahap Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa informasi dari berbagai sumber.

Membimbing siswa melakukan penyaringan berbagai informasi yang telah terkumpul

Membimbing siswa melakukan perumusan masalah

Melakukan penyaringan berbagai informasi yang terkumpul

Merumuskan masalah

Mencari Solusi Membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

Membimbing siswa mengkaji setiap alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang.

Membimbing siswa mengambil keputusan untuk memilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.

Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

Melakukan pengkajian terhadap setiap alternatif penyelesaian masalah dari berbagai sudut pandang.

Memutuskan memilih satu alternatif pemecahan masalah.

Melaksanakan strategi

Membimbing siswa melaksanakan pemecahan masalah secara bertahap

Melaksanakan pemecahan masalah secara bertahap

Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh

Membimbing siswa meliaht/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah Membimbing siswa melihat/mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.

Melihat/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah Melihat/mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru,sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang diterapkan dalam memecahkan masalah,atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya(Munandar,2009).

Menurut Munandar (2009) bahwa berpikir kratif divergen (juga disebut berfikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

(4)

berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.

Melalui konsepnya yang dikenal dengan “struktur intelektual”, Guilford menyebutkan adanya dua kemampuan berpikir yaitu berpikir konvergen dan berpikir divergen.Kemampuan berfikir konvergen (convergent thinking)atau penalaran logis menunjukan pada pemikiran yang menghasilkan satu jawaban dan mencirikan jenis pemikiran berdasarkan tes intelegensi standar.kemampuan berfikir divergen(divergent thinking) merujuk pada pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama dan lebih.Sehingga perlu adanya kemampuan berpikir divergen untuk mewujudkan kreativitas siswa.Sedangkan berpikir adalah proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi suatu kebutuhan atau memberikan respon(Desmita,2009).

Seseorang yang memiliki kreativitas selain sebagai pemikir yang konvergen atau intelegensi (memperoleh pengetahuan dan pengembangan keterampilan) juga sebagai pemikir yang divergen yang mampu memgabungkan unsur-unsur dengan cara tidak lazim dan tidak terduga.Menurut Guilfod bahwa proses berpikir divergen yaitu proses berpikir menyebar dengan penekan pada segi keragaman jumlah dan kesesuaian(Satiadarma,2003).Treffinger menyatakan bahwa seseorang yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan.Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu,dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya (Munandar,2009).

Setiadarma(2003) menyatakan bahwa terdapat empat tahap untuk melatih dan meningkatkan berpikir kreatif siswa: 1) menghapus sumbatan/hambatan berpikir kreatif pada siswa, 2) membuat mereka sadar akan kealamian proses yang kreatif, 3) memperkenalkan dan mempraktekan startegi pemikiran yang kreatif, 4) menciptakan lingkungan kreatif. Proses berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang kreatif yang akan mendorong dari dalam untuk berkreasi.Menurut carl Roges tiga kondisi

(5)

dari pribadi yang kreatif ialah: a) keterbukaan terhadap pengalaman, b) kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi seseorang(internal locus of evaluation), c) kemampuan untuk bereksperimen,untuk”beriman” dengan konsep-konsep (Munandar,2009).

Menurut Munandar (2009) mengacu pada tes dari Torrance (Torrance Test of Creative Thinking: TTCT) untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi(perinci).Berpikir lancar (fluency)yaitu menghasilkan banyak gagasan/ jawaban yang relevan dan arus pemikiran lancar.Berpikir luwes (flesibility), yaitu menghasilkan gagasan yang seragam, mampu mengubah cara atau pendekatan, dan arah pemikiran yang berbeda-beda.Berpikir orisinil (originality) yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim, lain dari yang lain, yang jarang diberikan banyak orang.Berpikir terperinci (elaboration), yaitu: mengembangkan,menambah, memperkaya suatu gagasan dan memperinci detail-detail serta memperluas suatu gagasan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan yang dimiliki seseorang untuk menemukan ide penyelesaian atau solusi terhadap suatu masalah matematika yang mencakup aspek fluency, fleksibelity, originality, dan elaboration.

Dalam penelitian ini indikator yang dipakai untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa mengacu pada pendapat Munandar yang meliputi fluency, fleksibelity, originality, dan elaboration, yaitu :

a. Berpikir lancar (fluency)yaitu siswa mampu menyelesaiakan masalah matematika dengan banyak jawaban benar.

b. Berpikir luwes (flexibility) yaitu siswa mampu menyelesaiakan masalah matematika dengan beberapa cara penyelesaian

c. Berpikir orisinil (originality) yaitu siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan idenya sendiri

d. Berpikir terperinci (elaboration) yaitu siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan cara terperinci.

(6)

C. Percaya diri

Percaya diri adalah sikap positif individu yang memmampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini,2002).Percaya diri merupakan bagian dari alam bawah sadar dan tidak berpengaruh oleh argumentasi yang rasional.Siswa hanya terpengaruh sifat-sifat rasionaldan perasaan.Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama yaitu emosi,perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan percaya diri.Seseorang dikatakan memilikisikap percaya diri apabila ia percaya pada kemampuannya sendiri, tidak mengharapkan pertolonganorang lain, tidak ragu-ragu dalam mengerjakan suatu tugas dan tidak sombong pada kemampuan diri sendiri.salah satu kunci utama sukses seseorang adalah ada tidaknya rasa percaya diri.Berkembangnya rasa percaya diri atau citra diri yang positif dalam diri anak sangatlah penting untuk kebahagiaan dan kesuksesan mereka (Leman,2000).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa percaya diri memiliki sifat emosi,perasaan dan imajinasi.Siswa yang memiliki emosi,perasaan dan imajinasi akan meningkatkan percaya diri. Siswa yang memiliki percaya diri akan memandang dirinya positif dan membangun kemampuannya dalam meningkatkan percaya diri untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan.

Percaya diri memiliki sifat-sifat antara lain: 1) bersifat lebih independen atau tidak terlalu tergantung orang lain, 2) mampu memikul tangggung jawab yang diberikan, 3) menghargai usaha sendiri 4) tidak mudah mengalami rasa putus asa, 5) mampu menerima tantangan atau tugas baru, 6) memiliki emosi yang lebih hidup tetapi stabil, 7) mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.

Margono (2005) membagi rasa percaya diri sesorang terhadap matematika menjadi tiga komponen. Tiga komponen yang dimaksud antara lain sebagai berikut :

(7)

1. Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, yaitu dalam menghadapi kegagalan atau keberhasilan dan dalam bersaing dan dibandingkan dengan teman-temannya.

2. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan, yaitu tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya dan tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika.

3. Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri, yaitu matematika sebagai sesuatu yang abstrak, matematika sebagai sesuatu yang sangat bergun, matematika sebagai suatu seni, intuisi, analisis, dan rasional, serta matematika sebagai kemampuan bawaan.

Pendapat Margono tentang indikator percaya diri dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1Indikator Percaya Diri

No Faktor Indikator

1 Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya

a. Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan keberhasilan.

b. Percaya diri dalam bersaing dan dibandingkan dengan teman-temannya.

2 Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan

a. Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya.

b. Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika.

3 Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri (matematika sebagai ilmu)

a. Matematika sebagai sesuatu yang abstrak.

b. Matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna.

c. Matematika sebagai suatu seni, analitis, dan rasional.

d. Matematika sebagai suatu kemampuan bawaan.

(8)

Percaya diri memiliki ciri-ciri antara lain: 1) Percaya akan kemampuan sendiri sehingga tidak membutuhkan pujian,pengakuan,penerimaan atau rasa hormat dengan orang lain. 2) Tidak tendorong untuk menunjukkan sifat konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. 3) Berani menerima dan menghadapai penolakan orang lain. 4) Memiliki pengendalian diri yang baik atau emosi stabil. 5) Memiliki internal locus of control atau tergantung dari usaha sendiri atau tidak mengharapkan bantuan orang lain. 6) Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri sendiri. 7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri. (Rini,2002).

Berdasarkan uraian diatas, maka diambil 8 indikator menurut yang digunakan untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam belajar matematika yaitu 1) Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan keberhasilan. 2) Percaya diri dalam bersaing dan dibandingkan dengan teman-temannya bersifat lebih independen atau tidak terlalu tergantung orang lain.3) Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya. 4) Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika.5) Matematika sebagai sesuatu yang abstrak. 6) Matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna. 7) Matematika sebagai suatu seni, analitis, dan rasional. 8) Matematika sebagai suatu kemampuan bawaan.Untuk kedelapan sifat-sifat diatas diukur dengan menggunakan lembar angket.

D. Materi Pembelajaran Kompetensi Inti (KI)

1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

(9)

4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2.1. Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik dan kreatif, konsisten dan teliti,bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.

2.2. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar

3.1 Memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel,grafik batang, diagram lingkaran dan grafiik dengan komputer menganalisis hubungan antara dua variabel

4.1. Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear dua variabel

Indikator Pencapaiannya:

3.1.3 Kelancaran dalam memahami sistem persamaan linear dua variabel

3.1.4 Kelancaran dalam memahami penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode grafik dan subtitusi 3.1.5 Mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda

yang berkaitan dengan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode grafik dan subtitusi

3.1.6 Kelancaran dalam memahami penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode eliminasi dan campuran antar eliminasi dan subtitusi

3.1.7 Mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda yang berkaitan dengan penyelesaian sistem persamaan linear

(10)

dua variabel menggunakan metode eliminasi dan campuran antara eliminasi dan subtitusi

3.1.8 Kelancaran dalam memhamai penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel yang kooefisien berbentuk pecahan

3.1.9 Mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda yang berkaitan dengan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel yang kooefisiennya berbentuk pecahan

4.1.2 Mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda yang berkaitan dengan model sistem persamaan linear dua variabel

4.1.3 Mampu memperkaya gagasan yang baru dengan idenya sendiri dan mengembangkan ide tersebut yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

4.1.4 Mampu memperkaya gagasan yang baru dengan idenya sendiri dan mengembangkan ide tersebut yang berkaitan dengan penyelesaian sistem grafik dan subtitusi

4.1.5 Mampu memperkaya gagasan yang baru dengan idenya sendiri dan mengembangkan ide tersebut yang berkaitan dengan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode eliminasi dan campuran antara eliminasi dan subtitusi

4.1.6 Mampu memperkaya gagasan yang baru dengan idenya sendiri dan mengembangkan ide tersebut yang berkaitan dengan penyelesaian sistem persamaan linae dua variabel yang kooefisiennya berbentuk pecahan

E. Penelitian Relevan

Ada beberapapenelitian yang berkenaan dengan model pembelajaran IDEAL problem solving dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Dhany (2011) yaitu Pengembangan Perangkat PembelajaranModel IDEAL problem solvingMateri Dimensi Tiga KelasX

(11)

diperoleh bahwa perangkat pembelajaran matematika materi Dimensi tiga kelas X yang dikembangkan berdasarkan model IDEAL problem solving valid praktis dan efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2014) yaitu Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model PembelajaranIDEAL Problem SolvingBerbasis Project Based Learning. Dalam penelitianya dapat diperoleh Implementasi model pembelajaran IDEALproblem

solving berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah.

F. Kerangka Pikir

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa,dalam hal ini kita tingkatkan dengan menggunakan pembelajaran IDEAL problem solving karena dalam pembelajaran IDEAL problem solving meliputi metode ceramah,tanya jawab, dan diskusi diharapkan siswa mengalami perubahan.Indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (Originality), dan berpikir terperinci (elaboration). Selanjutnya tahap-tahap pembelajaran IDEAL Problem solving antar lain 1) identifikasi masalah, 2) Mendefinisikan masalah, 3) Mencari solusi, 4) Melaksanakan strategi, 5) Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh.

Tahap-tahap pembelajaran IDEAL problem solving adalah tahap pertama identifikasi masalah dan tahap kedua mendefinisikan masalah, pada kedua tahap ini akan meningkatkan indikator permasalah kemampuan berpikir lancar, karena pada tahap ini membantu siswa untuk dapat memunculkan gagasan-gagasannya secara lancar untuk dapat memahami dan menyelesaikan masalah dalam penyelesaian yang diharapkan. Tahapan ketiga yaitu mencari solusi, pada tahap ini dapat meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang kedua dan ketiga yaitu berpikir luwes dan berpikir orisinil, karena pada tahap ini membantu siswa untuk dapat berpikir yang menghasilkan

(12)

banyak alternatif jawaban untuk menyelesaiakan permasalahan dan siswa dapat berpikir untuk mengungkapkan ide-ide mereka untuk memecahkan masalah.

Selanjutnya pada tahapan keempat yaitu pelaksanaan startegi dan tahapan kelima yaitu mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruhnya, pada dua tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang keempat yaitu berpikir terperinci, karena siswa dituntut untuk mengembangkan serta mengevaluasi dari hasil yang diperoleh sendiri yang ditulis dengan proses berpikir kreatif mereke sendiri. Dengan diberlakukannya pembelajaran IDEAL Problem Solving diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rawalo dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat tercapai.

G. HipotesisPenelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melihat pengaruh model pembelajaran IDEAL Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa

b. Melihat pengaruh model pembelajaran IDEAL Problem Solving terhadap percaya diri siswa

Gambar

Tabel 1.1 Sintak pembelajaran IDEAL problem solving  Tahap
Tabel 2.1Indikator Percaya Diri

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berbicara mengenai kesopanan masyarakat Tolite Jaya yang khusunya remaja pada umumnya tidak seperti saat ini, yang menjadikan cacian sebagai bahan lelucon dan bahasa yang

Dari titik itu maka sudah bisa dilihat bahwa peran pemerintah daerah dengan Pemerintah Desa Cangkol saling berkaitan satu sama lain dalam membuat gagasan cukup baik,

merupakan salah satu unit operasi pemisahan tertua yang digunakan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan cara

Cara tersebut tidaklah mudah karena hal ini menyangkut kebiasaan,salah satu cara untuk dapat mewujudkannya adalah dengan menyediakan fasilitas pembuangan sampah di lingkungan warga

Dari hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium pada sebuah pegas yang diberi beban diperoleh hubungan antara beban yang digantungkan pada pegas terhadap pertambahan panjang

Dari sekian data yang masuk penulis pun melakukan kritik intern untuk menentukan ke kredibilitasan sebuah sumber. Bila dilihat dari asal usul sumber,

INTERN SUBBAGIAN MOBILISASI DANA SUBBAGIAN PERBENDAHARAAN BAGIAN PERBENDAHARAAN DAN MOBILISASI DANA SUBBAGIAN AKUNTANSI MANAJEMEN & VERIFIKASI SUBBAGIAN AKUNTANSI