• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN AZAS MEDEBEWIND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN AZAS MEDEBEWIND"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERDASARKAN AZAS MEDEBEWIND

Muhammad Arrozaaq Yoga Wijaya

Universitas Islam Batik Surakarta

wijaya.cysers@yahoo.com

Suharno

Universitas Islam Batik Surakarta

Femmy Silawaty Faried

Universitas Islam Batik Surakarta

Nourmadewi03@gmail.com

Abstrak:

Dalam perjalanan panjang pembangunan suatu pemerintahan semakin bertambah

banyak dan memperkaya pemahaman tentang pemerintah itu sendiri, sehingga

konsep-konsep pemerintahan dapat dilihat dari berbagai sudut dan aspek yang selanjutnya dapat

memperjelas pengertian konsep pemerintahan itu sendiri, salah satunya adalah konsep

prinsip tata kelola. Keberadaan Pemerintah Daerah dalam sistem pemerintahan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pemerintahan negara atau pemerintahan nasional,

bahkan konsep dan teori keberadaan pemerintah daerah jauh lebih awal daripada adanya

unsur-unsur pemerintah pusat atau pemerintah negara bagian. Prinsip "Medebewind"

sebagai peninggalan sistem pemerintahan Hindia Belanda, pada awal revolusi, tepatnya

pada tahun 1948, disebut "penyerahan tanpa komplit", untuk mengatasi prinsip

desentralisasi penuh. Perbedaannya dengan prinsip desentralisasi adalah bahwa urusan

pemerintahan "medebewind" hanya diserahkan pada tugas eksekusi saja, Salah satu prinsip

tata pemerintahan daerah yang telah diterapkan di Indonesia dalam sejarah tata kelola

daerah adalah Prinsip Tugas Bantuan, selain dari prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi.

Prinsip pelaksanaan pemerintahan daerah terdiri dari prinsip desentralisasi, prinsip

dekonsentrasi dan prinsip tugas pembantuan. Definisi tugas bantuan adalah; penugasan

dengan kewajiban untuk menjelaskan pelaksanaannya kepada pihak yang ditugasi, dalam

pelaksanaannya tugas pendampingan memiliki perkembangan dan dinamika sendiri sesuai

dengan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah yang mengaturnya.

Kata kunci : Azas medebewindi, Pemerintah, Keuangan Desa

Abstract:

In the long journey of developing a government more and more and enrich the

understanding of the government itself, so that the concepts of governance can be seen from

various angles and aspects which can further clarify the concept of government itself, one of

which is the concept of governance principles. The existence of Local Government in the

government system is an inseparable part of the system of state government or national

government, even the concept and theory of the existence of local government is much earlier

than the existence of elements of the central government or state government. The principle

of "Medebewind" as a legacy of the Dutch East Indies government system, at the beginning of

the revolution, precisely in 1948, was called "incomplete surrender", to overcome the

principle of full decentralization. The difference with the principle of decentralization is that

"medebewind" government affairs are only left to the task of execution. One of the principles

of local governance that has been applied in Indonesia in the history of regional governance

is the Principle of Assistance Tasks, apart from the principles of decentralization and

deconcentration. The principle of implementing regional government consists of the

(2)

principles of decentralization, the principle of deconcentration and the principle of

co-administration. The definition of a relief task is; assignment with an obligation to explain its

implementation to the party assigned, in carrying out the task of assistance has its own

development and dynamics in accordance with the Law on Regional Governments that

govern it.

Keywords: Azeb medebewindi, Government, Village Finance

1.

Pendahuluan

Dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia, desentralisasi dan sentralisasi telah beberapa kali mengalami pergeseran. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pasang surut desentralisasi, terutama watak kekuasaan negara (pemerintah pusat) apakah bergerak ke arah demokratis atau otoriter. Namun demikian, pergeseran yang terjadi tentu saja harus tetap berada dalam koridor Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai hukum tertinggi. Menurut konsep negara kesatuan memang desentralisasi berasal dari sentralisasi. Namun di sisi lain desentralisasi dan otonomi daerah adalah ketentuan UUD NRI 1945.1

Hal ini berarti negara kesatuan harus dijalankan beriringan dengan otonomi daerah. Sentralisasi tidak boleh menghilangkan keberadaan otonomi daerah sebagai amanat konstitusi. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat kecenderungan adanya arah sentralisasi. kecenderungan tersebut dapat diidentifikasi baik dari sisi konsep pembagian urusan, kewenangan pembentukan peraturan daerah, maupun dalam pembagian kewenangan khususnya untuk pengelolaan dana Desa, Infrastruktur Desa, dan pemberdayaan Desa. Konsideran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Daerah otonom selain melaksanakan asas desentralisasi juga dapat diserahi kewenangan untuk melaksanakan tugas pembantuan (medebewind). Tugas pembantuan dalam pemerintahan daerah adalah tugas untuk ikut melaksanakan peraturan perundang-undangan bukan saja yang ditetapkan oleh pemerintah pusat akan tetapi juga yang ditetapkan oleh pemerintah daerah tingkat atasnya.

Menurut Irawan Soejito,2 tugas pembantuan itu dapat berupa tindakan mengatur (tugas legislatif) atau dapat pula berupa tugas eksekutif (beschikken). Daerah yang mendapat tugas

1 Dalam Pasal 18 UUD NRI 1945 menentukan bahwa "Pembagian daerah indonesia atas dasar besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahanya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa".

2

https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ACYBGNRaaFOEg9GaSLLnl_F2_6ZRQsz6Zg%3A15734 82008264&ei=GG7JXZ_TD5yRwgPt262ICA&q=pengertian+peraturan+daerah+menurut+para+ahli&oq=perat

(3)

pembantuan diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan. Amrah Muslim menafsirkan tugas pembantuan (medebewind) adalah kewenangan pemerintah daerah menjalankan sendiri aturan-aturan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Sementara itu, Bagir Manan,3 mengatakan bahwa pada dasarnya tugas pembantuan adalah tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi (de uitvoering van hogere regelingen).Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan termasuk yang diperintahkan atau diminta (vorderen) dalam rangka tugas pembantuan.Tugas pembantuan dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan semacam “terminal” menuju penyerahan penuh suatu urusan kepada daerah atau tugas pembantuan merupakan tahap awal sebagai persiapan menuju kepada penyerahan penuh kepada Desa.

Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.4

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara.5.Berdasarkan uranian diatas maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam dalam bentuk penulisan hukum yang berjudul “PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERDASARKAN AZAS MEDEBEWIND” .

2.

METODE PENELITIAN

Penelitian inii menggunaakan peneliitian hukumm nourmatif. Peneliitian hhukum nourmatif yaitu peneilitian yng dilakuukan dngan cara meneliiti berdasarkan data–data sekunder ataau data kepustakaan. Jika tipe penelitian harus dinyatakan dalam suatu tulisan, cukup dikemukakan bahwa penelitian ini adalah penelitian hukum. Pernyataan demikian sudah jelas bahwa penelitian tersebut bersifat normatif, hanya saja pendekatan dan bahan-bahan yang digunakan harus dikemukakan.

uran+daerah+menurut+&gs_l=psy- ab.1.1.0i203j0i22i30l3.6561.9719..12402...0.2..0.187.2180.0j14...0....1..gws-wiz...0i71j35i39j0i22i10i30.2aGYEhunFNI

3http://repository.ump.ac.id/3656/3/BAB%20II_AMAD%20SUPARDI_HUKUM%2717.pdf 4 Widjaja. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. h.34 5

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa Yangbersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

(4)

Sifat peneliitian dalam penulisan hukum termasuuk ppenelitian preskriiptif yng mempelaajari tujuaan hhukum, niilai-niali keadiilan, validiitas aturaan hhukum, konseep-konsepp

hukuum daan nourma hhukum. Kemuudian dri peneliitian ndan analisiis trsebut akn diperooleh hasiil dan jawaban permasaalahan yng diteliiti.

Pendekataan yng digunakann dalm peneliitian inii yaitu pendekataan kasuss atau yng biiasa disebutt dngan studykasus, dilakuukan dngan cra melakukaan tlaah terhaadap kasuss yng berkaiitan dngan isuu yng dihadaapi yng telh menjdi putuusan pengadilann yng telh mempunyaii

kekuaatan hukumm tetaap.

Sumber penelitian inii yaitu melaalui bahan kepuustakaan dibedakan menjadi bahaan hukumm primere daan sekundere. Penguumpulan data menggunakan study pustaaka dilakuukan dngan jlan, membaaca perpu, documen-dokuumen resmii mauupun liteeratur yng eratt kaiitannya dngan permaasalahan yng dibahas.

analisiis baahan hukummyng diguunakan dalm penuliisan hukumm inii yaitu deduuksi, sebagaimaana siloogisme yng diajaarkan Aristotles, penggnaan mmetode deduuksi berpaangkal dri pengajuaan premise maayor. Kemuudian diajuukan premiis minorr. keduaa preemis kemuudian ditarik kesimpulan.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Kelebihan dan kelemahan asas medebewind dalam pengelolaan keuangan desa

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004 tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/ atau desa dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/ kota dan/ atau desa serta dari pemerintah kabupaten/ kota kepada desz untuk melaksanakan tugas tertentu.29 Tujuan diberikannya tugas pembantuan (Medebewind) adalah untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan umum kepada masyarakat. Selain itu pemberian tugas pembantuan juga bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan serta membantu mengembangkan pembangunan daerah dan desa sesuai dengan potensi dan karakteristiknya. Ada beberapa latar belakang perlunya diberikan tugas pembantuan kepada daerah dan desa, yakni:

a. Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang dilakukannya pemberian tugas pembantuan dari pemerintah kepada daerah dan desa dan dari pemerintah daerah kepada desa, dasarnya adalah mulai dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 sampai pada Undang-Undang pelaksanaannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 33Tahun 2004.

b.

Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada seluruh lapisan masyarakat dengan prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah

(5)

dan lebih akurat. Untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan pemberian pelayanan dengan mempergunakan "asas mendekati konsumen".

c.

Dalam persoalan pengelolaan keuangan desa, azas medebewind tentunya

mempunyai faktor pendukung dan penghambat. Karena Tugas pembantuan mengacu

pada pemberian kepada pemerintah pusat/ pemerintah daerah yang tingkatannya lebih

atas untuk dimintai bantuan kepada pemerintah daerah/pemerintah daerah yang

tingkatannya lebih rendah di dalam menyelenggarakan tugas-tugas atau

kepentingan-kepentingan yang termasuk urusan rumah tangga daerah yang dimintai bantuan tersebut.

Adapun kelebihan azas tugas pembantuan adalah :

a. Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang dilakukannya pemberian tugas pembantuan dari pemerintah kepada daerah dan desa dan dari pemerintah daerah kepada desa (Pasal 18A UUD 1945 sampai pada UU pelaksananya : UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004).

b. Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada seluruh lapisan masyarkat dengan prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah dan lebih akurat.

c. Adanya keinginan politik untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat secara lebih ekonomis, lebih efesien dan efektif, lebih transparan dan akuntabel.

d. Kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh kemajuan daerah dan desa yang ada di dalam wilayahnya.

e. Citra masyarakat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat melalui maju atau mundurnya suatu desa atau daerah. Citra inilah yang akan memperkuat atau memperlemah dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sedang berkuasa

Sedangkan untuk kelemahan yang terdapat pada asaz medebewind antara lain : a. Keterbatasan kemampuan pemerintah dan atau pemerintah daerah.

b. Sifat sesuatu urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik tanpa mengikutsertakan pemerintah daerah.

c. Perkembangan dan kebutuhan masyarakat, sehingga sesuatu urusan pemerintahan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila ditugaskan kepada pemerintah daerah.

d. Keterbatasan kemampuan pemerintah dan atau pemerintah daerah.

e. Sifat sesuatu urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik tanpa mengikutsertakan pemerintah daerah.

f. Perkembangan dan kebutuhan masyarakat, sehingga sesuatu urusan pemerintahan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila ditugaskan kepada pemerintah daerah.

(6)

h. Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang punya otonomi adalah daerah Kabupaten/Kota.

i. Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di berikan pemerintah pusat kadang-kadang bukan pada tempatnya.

j. Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan sering lupa tanggung Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 komponen anggaran tersebut terdiri atas akun-akun sebagai berikut:

1) Pendapatan

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa dapat berasal dari:

a) Pendapatan Asli Desa

Hasil usaha desa. Contoh desa mempunyai badan usaha milik desa (Bumdes) bidang usaha pembuatan batik, hasilnya masuk dalam hasil usaha desa. Hasil kekayaan desa. Contoh tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa, wisata yang dikelola desa, pemandian desa, hutan desa, dll. Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga atau barang yang dinilai dengan uang, contoh: urunan desa, urunan carik, iuran penitipan kendaraan. Lain-lain pendapatan asli desa. Contoh ganti ongkos cetak surat-surat, biaya legalisasi surat-surat-surat, sewa tanah desa.

b) Transfer

Dana Desa adalah sumber dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan desa, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat.

Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota dan retribusi daerah. Misalnya: bagi hasil pajak bumi dan bangunan. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh kabupaten untuk desa. Sumber ADD ini adalah dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten untuk desa. Bantuan keuangan APBD Pem.Prop, Kab/Kota

c) Kelompok pendapatan lain-lain, jenis:

Hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf, hibah atau sumbangan lain. Sumbangan yang berbentuk barang (bergerak maupun tidak bergerak) dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai UU, dapat juga berbentuk uang, tetapi tidak mengikat. Lain-lain pendapatan desa yang sah, antara lain hasil kerjasama dengan pihak ketiga, bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.

(7)

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Belanja desa terdiri dari:

1) Belanja Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Belanja ini meliputi beberapa jenis yaitu Penghasilan tetap dan tunjangan, ini terdiri dari belanja pegawai (penghasilan tetap kepala desa, tunjangan kepala desa, tunjagan BPD). Operasional perkantoran terdiri dari: a) Belanja barang dan jasa, misalnya belanja alat tulis kantor, benda pos, bahan/material,

pemeliharaan, cetak/penggandaan, sewa kantor desa, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman rapat, pakaian dinas dana atributnya, perjalanan dinas, upah kerja, honorarium narasumber/ahli, operasional Pemerintah Desa, opersional BPD, insentif Rukun Tetangga/Rukun Warga (bantuan untuk opersional lembaga RT/RW dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pelayanan pemerintahan, perencanaan pembangunan, ketentraman dan ketertiban, serta pemberdayaan masyarakat desa), dan pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan.

b) Belanja modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan. Pembelian/pengadaan barang atau bangunan digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan desa, misalnya: beli komputer, beli meja.

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Belanja jenis ini merupakan belanja yang digunakan untuk pembangunan desa, contoh perbaikan saluran irigasi, pengaspalan jalan, dll.

3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

Belanja jenis ini digunakan untuk pembinaan masyarakat desa, misalnya pendanaan untuk pelatihan perangkat desa, pendanaan untuk kegiatan taruna.

4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Belanja jenis ini digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa, misalnya pendanaan untuk pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan sampah mandiri.

5) Bidang Tak Terduga

Belanja ini digunakan untuk hal-hal yang tidak terduga. Kegiatan dalam keadaan darurat dianggarkan dalam belanja tidak terduga, misalnya kegiatan sosial bencana.

Pembiayaan Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan terdiri dari:

(8)

Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun sebelumnya Mencakup pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, sisa dana kegiatan lanjutan. Hal tersebut seperti kelebihan penerimaan pendapatan asli desa, kelebihan penerimaan alokasi dana desa, kelebihan penerimaan lain-lain, kelebihan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, sisa dana kegiatan. Silpa juga merupakan sisa lebih tahun anggaran sebelumnya. Silpa menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatanb lebih kecil daripada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan, dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas desa dalam tahun anggaran berkenaan. Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan di luar yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan.

Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

2) Penerimaan pinjaman

3) Pengeluaran pembiayaan mencakup:

Pembentukan dan penambahan dana cadangan digunakan untuk membiayai kegiatan yang sudah ditetapkan dalam pembentukan dana cadangan. Dana cadangan tidak dapat sekaligus dibebankan dalam 1 tahun anggaran yang ditetapkan dalam peraturan desa. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan desa, paling sedikit memuat: penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan. Pembentukan dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pembentukan dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri. Penganggaran dana cadangan tidak melebihi tahun akhir masa jabatan Kepala Desa.

Pemerintah desa dapat melakukan investasi pada Bumdes ( Badan Usaha Milik Desa) atau badan swasta lain. Penyertaan modal ini dilakukan oleh kepala desa dan disetujui BPD setelah ada ketetapan peraturan desa. Penyertaan modal desa masuk dalam pengeluaraan pembiayaan dan digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang diinvestasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pembayaran hutang. Pembayaran kewajiban desa yang timbul akibat pinjaman desa pada pihak lain.

Wujud dan contoh kasus dari dana pusat transfer ke daerah daerah yang selama ini dialokasikan melalui APBN tak banyak membantu dalam percepatan pembangunan. Sebab, sebagian besar dana itu habis untuk belanja pegawai ketimbang belanja modal.

(9)

Sri Mulyani mencontohkan belanja pegawai yang menghabiskan 36 persen dari dana transfer umum. Angka ini masih lebih kecil dibandingkan yang pernah terungkap di rapat kabinet dengan persentase mencapai 60 persen. Sementara untuk pembangunan infrastruktur, rata-rata hanya mencapai porsi 19 persen. Dana transfer daerah sendiri terklasifikasi menjadi 6, yakni: Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik), Dana Alokasi Khusus Nonfisik, Dana Otsus, serta Dana Insentif Daerah (DID). Sementara yang dimaksud dengan dana transfer umum, mencakup DBH dan DAU. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 112/PMK.07/2017, pemerintah pusat mewajibkan pemda untuk mengalokasikan minimal 25 persen Dana Transfer Umum untuk pembangunan infrastruktur. Belanja infrastruktur yang dimaksud harus terkait dengan pengurangan kesenjangan layanan publik, pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, serta pengurangan pengangguran.

Masalahnya, selama ini yang terjadi justru sebaliknya. Kajian Institute for Development of Economies and Finance (Indef) menunjukkan adanya korelasi positif antara dana transfer dengan indeks gini. Artinya dana transfer daerah justru mendorong ketimpangan pengeluaran. Secara statistik, misalnya, dana transfer umum memiliki korelasi positif dengan indeks gini pada tingkat signifikansi p-value 0,02 dan koefisiensi korelasi sebesar 0,0126. Artinya setiap 1 persen kenaikan DAU, ketimpangan justru akan melebar sebesar 0,01.Penyebab utama permasalahan tersebut adalah penggunaan dana yang tidak sesuai. Karena itu, selama ini dana transfer umum memang tidak efektif untuk menggenjot pembangunan di daerah. DAU yang harusnya digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan masyarakat justru digunakan untuk membiayai belanja rutin. Meski dana transfer umum tak memberikan dampak positif, tapi pembangunan di daerah bisa tertolong oleh masifnya pembangunan yang dibiayai dari program dana desa.

Jumlah desa tertinggal di tahun ini berkurang menjadi 13.232 desa dibandingkan 2014 yang mencapai 19.750 desa. Artinya, ada 6.518 desa yang benar-benar memanfaatkan transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah. Penurunan ini melebihi target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) yang mematok jumlah desa tertinggal menjadi desa berkembang sebanyak 5.000 desa. Artinya berbagai upaya, seperti dana desa dan upaya lainnya, mampu mengurangi jumlah desa tertinggal Di samping itu, jumlah desa mandiri juga bertambah menjadi 5.559 desa pada 2018 dibandingkan tahun 2014 dengan 2.894 desa. Peningkatan sebanyak 2.665 desa ini juga melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 sebanyak 2.000 desa.

IPD adalah indeks komposit yang menggambarkan tingkat kemajuan atau perkembangan desa dengan skala 0-100. Desa tertinggal memiliki skala kurang dari 50, sementara skala untuk 50-75 menggambarkan desa berkembang, dan skala lebih dari 75 masuk ke dalam kategori desa mandiri. IPD disusun dari lima dimensi, yang terdiri dari 12 variabel, dan 42 indikator. Dari data pokok desa 2018, semua dimensi penyusun IPD mengalami kenaikan. Dimensi dengan kenaikan tertinggi adalah penyelenggaraan pemerintah desa, yaitu 9,81 poin menjadi 71,40 pada 2018 dari

(10)

61,59 pada 2014. Peningkatan besar kedua, yaitu dimensi kondisi infrastruktur sebesar 5,42 poin menjadi 44,63 dari 39,21 pada 2014. Selanjutnya, pada dimensi kondisi infrastruktur, indikator yang mengalami kenaikan paling tinggi adalah bahan bakar untuk memasak, dengan bertambahnya desa yang ada pangkalan/agen/penjual LPG sebanyak 14% menjadi 54.839 desa. Adapun dimensi dengan kenaikan terkecil adalah pelayanan dasar, yaitu sebesar 0,92 poin.

Pelayanan dasar ini meliputi ketersediaan akses kesehatan dan pendidikan. Tugas pembantuan dapat juga diartikan sebagai tugas pemerintah daerah untuk mengurusi urusan pemerintahan pusat atau pemerintah yang lebih tinggi, dengan kewajiban mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskannya.

Pemerintah pusat dalam hal ini berwenang dan berkewajiban memberikan perencanaan umum, petunjuk-petunjuk serta biaya. Sedangkan perencanaan lebih rinci, khusus mengenai pengawasan dari kegiatan tersebut dipercayakan kepada pejabat atau aparatur pemerintah pusat yang ada di daerah.Maksud diadakan asas tugas pembantuan dalam pembangunan di daerah bertujuan agar keterbatasan jangkauan aparatur pemerintah pusat dapat ditanggulangi melalui kewenangan aparatur daerah.

Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah dalam melaksanakan Tugas Pembantuan. Kebijakan Daerah hanya terkait dengan pengaturan mengenai pelaksanaan Tugas Pembantuan di Daerahnya.

Anggaran untuk melaksanakan Tugas Pembantuan disediakan oleh yang menugasi. Dokumen anggaran untuk melaksanakan Tugas Pembantuan disampaikan oleh kepala daerah penerima Tugas Pembantuan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersamaan dengan penyampaian rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dalam dokumen yang terpisah. Laporan pelaksanaan anggaran Tugas Pembantuan disampaikan oleh kepala daerah penerima Tugas Pembantuan kepada DPRD bersamaan dengan penyampaian laporan keuangan Pemerintah Daerah dalam dokumen yang terpisah.

Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa merupakan sebagian urusan pemerintahan di luar 6 (enam) urusan yang bersifat mutlak yang menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan pemerintah pusat.

Urusan pemerintahan absolut/mutlak meliputi: a. politik luar negeri;

b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi;

e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama.

(11)

Dengan kata lain, tugas pembantuan yang dapat dilakukan adalah urusan pemerintahan di luar keenam urusan pemerintahan yang mutlak di atas.

4.

Penutup

4.1 Kesimpulan

Pada azas medebewind terdapat kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan tersebut Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang dilakukannya pemberian tugas pembantuan dari pemerintah kepada daerah dan desa dan dari pemerintah daerah kepada desa, Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada seluruh lapisan masyarkat dengan prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah dan lebih akurat.Adapun kelemahan dari Azas medebewind dikarenakan yang utama terdapat pada transfer dari pusat kepada desa menjadikan bisa adanya tindak korupsi pada dana yang di transfer.

4.2 Saran

Terdapat kelemahan pada Azas Medebewind persoalan pada transfer menjadikan celah adanya korupsi untuk itu pemerintah diharapkan fokus pada kelemahan ini dengan cara lansung menjadikan tindak pidana terhadap pelaku yang korupsi.

Referensi https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ACYBGNRaaFOEg9GaSLLnl_F2_6ZRQsz6Zg% 3A1573482008264&ei=GG7JXZ_TD5yRwgPt262ICA&q=pengertian+peraturan+daerah+men urut+para+ahli&oq=peraturan+daerah+menurut+&gs_l=psyab.1.1.0i203j0i22i30l3.6561.9719.. 12402...0.2..0.187.2180.0j14...0....1..gws-wiz...0i71j35i39j0i22i10i30.2aGYEhunFNI http://repository.ump.ac.id/3656/3/BAB%20II_AMAD%20SUPARDI_HUKUM%2717.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa isyarat dipakai untuk penjurubahasaan berita dalam acara TV tiap hari, hal ini membantu Tuli yang tidak sempat mendapat pendidikan di sekolah, kurang

sehingga motivasi kerja dan kinerja karyawan akan terus berpacu seiring dengan. meningkatnya target penjualan para

Informasi hanya untuk bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan dalam kombinasi dengan bahan. lain atau dalam proses lain,

Untuk dapat menghitung persentase komponen obat dalam besaran kapitasi yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan dengan memperhatikan pola peresepan yang rasional paling tidak

Limbah kertas yang digunakan umumnya dalam bentuk bubur kertas ( pulp ). Mohammed, 2009), papercrete ini memiliki sifat sebagai isolasi yang cukup baik sehingga lebih

Pada Gambar 17 (b) ketika cermin cembung telah dipindahkan, maka dapat diperhatikan bahwa ketika ada suatu benda (AB) berada di depan lensa cembung yang memiliki

Dari ketiga varietas rumput laut memperlihatkan hasil seleksi bibit memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol internal selama empat siklus pemeliharaan.. Secara

Penggunaan galur kedelai tahan sebagai sumber belajar dapat memberikan informasi dan pengalaman langsung dengan mempelajari dan mengamati daun galur kedelai melalui