• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, NHT dan STAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak. Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, NHT dan STAD"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 249 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA YANG MEMPEROLEH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER DAN

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

Puji Aprilliyani1), Anggar Titis Prayitno2), Nunu Nurhayati3)

Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Kuningan, Jl. Cut Nyak Dhien No.36 A Cijoho, Kuningan 1)2)3)

Paprilliyani@yahoo.com1), Melodinejma@gmail.com2),

nunu.nurhayati.9@gmail.com3)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD; (2) perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD; (3) respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Quasi Experimental dengan bentuk Non-equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTS N 4 Kuningan 2017/2018 dengan sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen 1 yang memperoleh model pembelajaran kooperatif NHT dan kelas VII C sebagai kelas eksperimen 2 yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Kelas Instrumen dalam penelitian ini berupa isntrumen tes kemampuan komunikasi dan instrumen non tes yang berupa angket. Analisis yang digunakan yaitu Uji independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD; (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD; (3) terdapat respon 51% yang artinya sebagian besar siswa tertarik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan 35% yang artinya hampir setengahnya siswa tertarik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis, NHT dan STAD

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemendikbud tahun 2017 tentang tujuan dari pembelajaran matematika yaitu salah satunya kemampuan mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti

matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. NCTM (Handayani, 2014) ada lima kemampuan matematis yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu

(2)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 237 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi. Maka dari itu, kemampuan komunikasi matematis menjadi salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Menurut Rini (2015) kemampuan komunikasi matematis itu sangat penting dimiliki oleh siswa karena dengan memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik, siswa mampu secara lisan maupun tertulis mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide matematika dengan simbol, tabel, grafik, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.Keluwesan (flexibility), Keaslian (originality), dan Elaborasi (elaboration). Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif sangat penting untuk dimiliki oleh siswa untuk memiliki kemampuan menghasilkan ide baru dalam menyelesaikan permasalahan.Begitu juga dengan Ubaidah (2016) yang didalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ”karena melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan.” Berdasarkan kurikulum matematika, salah satu fungsi matematika adalah sebagaiwahana untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol.

Berdasarkan hasil wawancara peniliti dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII di sekolah MTs Negeri 4 Kuningan, diperoleh

informasi bahwa pada kenyataannya kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika, terlebih jika soal yang harus dikerjakan membutuhkan gambar dalam penyelesaiannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar masih rendah. Kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan terhadap siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Selaras dengan pengalaman penelitian hasil wawancara Ubaidah (2016) denganbeberapa guru matematika SMA dalam studi pendahuluan menjelaskan bahwa ”sikap siswa yaitu motivasi belajar matematika kurang dan cenderung malas belajar matematika di kelas” atau cepat merasa bosan dengan metode pembelajaran yang diterapkan,sehinggakomunikasi

matematis siswa menjadi berkurang, karena pembelajaran tidak berjalan secara efektif. Hal ini berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Penurunan tersebut diakibatkan pada keaktifan siswa yang kurang terhadap pembelajaran yang berlangsung. Selain itu siswa disana cenderung bersikap individualis tetapi memiliki

(3)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 238 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

kemampuan akademik yang baik, sehingga sikap belajar siswa terhadap pembelajaran kurang.

Adapun alternatif untuk menyiasati permasalahan tersebut adalah dengan mengadakan diskusi dalam kelompok kecil, yang nantinya setiap anggota kelompok diminta perwakilannya untuk menjelaskan atau mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas. Maka dari itu, dianjurkan untuk memakai model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran matematika. Karena tujuan dari model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa yang membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Model pembelajaran kooperatif juga menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Suprijono, 2016).

Menurut Sukmayasa, dkk (2016) model kooperatif merupakan salah satu model yang disarankan dalam kurikulum 2013, kurikulum ini dalam proses pembelajarannya menekankan pada pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berorientasi atau yang berpusat pada siswa dimana dalam proses pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan dan menyimpulkan. Selaras dengan Supriyatingsih (2013) bahwa model pembelajaraan kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama

siswa dalam kelompok untuk tujuan belajar. Adapun beberapa model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerjasama siswa dalam berkelompok diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Togeher) dan STAD (Student Team Achievement Division).

Model pembelajaran kooperatif

tipe NHT menurut (Fathurohman,

2016) adalah salah satu model pembelajaran yang lebih mengdepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model yang menekankan pada diskusi kelompok, dengan berkelompok siswa diharapkan dapat menjelaskan ide dalam memecahkan soal yang diberikan oleh guru. Model ini siswa belajar untuk mampu menjelaskan hasil pemikiran mereka kepada orang lain (Sukmayasa, 2013).

Beberapa penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe (NHT) oleh Sukmayasa, dkk (2013), Yuliana (2014). Sukmayasa, dkk (2013), hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak secara signifikan memiliki keaktifan belajar dan prestasi belajar matematika yang tinggi. Sedangkan Yuliana (2014), rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT diawali Brain Gymlebih tinggi dibandingkan dengan

(4)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 239 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

siswa yang diajar menggunakan model konvensional. Karena dengan model ini siswa belajar untuk mampu menjelaskan serta dapat memberikan alasan tentang hasil pemikirannya bersama kelompok kepada kelompok lain.

Begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengacu kepada belajar kelompok, yang menekankan adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Jika siswa ingin agar timnya mendapat penghargaan, mereka harus membantu timnya untuk mempelajari materi yang diberikan dan saling bekerja sama dalam tim untuk memperkirakan kekuatan dan kelemahan serta membantu kesuksesan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Model pembelajaran koopertaif tipe STAD juga memberikan kuis untuk melihat kemampuan setiap siswa.

Penelitian Jalal (2015) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat, keaktifan serat hasil belajar siswa. Hasil yang sama juga diungkapkan Rahayu (2014) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran tipe STAD lebih efektif dari pada model TPS ditinjau dari aspek ketercapaian kompetensi, komunikasi matematika dan berpikir matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD adalah pilihan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan semua anggota kelompok dalam memecahkan masalah dengan

ciri khas masing-masing. NHT mempunyai ciri khas yaitu guru hanya menunjuk satu orang siswa yang akan mempresentasikan hasil diskusi. Sedangkan STAD siswa diberikan kesempatan menyampaikan ide-ide yang mereka miliki dalam kelompok untuk membantu anggota lain yang belum paham, dan juga dalam model ini memberikan kuis untuk melihat kemampuan siswa. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Memperoleh Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Number Head Togeher) dan tipe STAD (Student Team Achievement Division)”.

Tujuan Penelitian

Suatu penelitian dapat dikatakan berhasil apabila terdapat kesesuian antara tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang didapat. Adapun tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dalam pembelajaran matematika.

2. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dalam pembelajaran matematika. 3. Mengetahui respon siswa terhadap

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dalam pembelajaran matematika.

(5)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 240 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

LANDASAN TEORI

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Teknik model pembelajaran kooperatif tipe NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (Putra, 2013). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang tepat, dan mendorong mereka untuk meningkatkan semangat kerjasama. Prosedur dalam NHT yang ditetapkan secara eksplisit guna memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam menjawab pertanyaan.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan setiap anggota kelompok diberi identitas berupa nomor.

b. Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok.

c. Setiap siswa berdiskusi dengan

kelompoknya untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

d. Guru memanggil satu nomor (identitas).

e. Guru memilih satu kelompok

secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, diwakili oleh anggota kelompok yang

nomornya telah disebutkan oleh guru.

2. Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe STAD

Menurut Fatturohman (2013) tahapan dalam pembelajaran Student Team Achievment Divisions adalah sebagai berikut:

a. Class Presentation(presentasi kelas)

Presentasi dapat meliputi kegiatan penemuan kelompok dimana siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya sendiri atau dengan memberikan gambaran secara garis besar mengenai materi yang akan diajarkan.

b. Teams works (kerja kelompok) Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dan memiliki

kemampuan yang berbeda. Fungsi utama kelmpok adalah menyiapkan anggota kelompok agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setiap kelompok mendiskusikan LKS dengan teman kelompok dan saling membantu antar anggota jika mengalami kesulitan.

c. Quizzes (kuis)

Setelah siswa belajar dengan kelompoknya, siswa diberi kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan membantu satu sama lain selama kuis berlangsung.

d. Team recognition (Penghargaan kemlompok)

(6)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 241 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

Rekognisi tim diperoleh dari skor yang diperoleh setiap anggota tim pada saat turnamen. Tim yang memperoleh total skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru.

Tahapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions dalam penelitian ini mengacu kepada Fatturohman.

3. Kemampuan Komunikasi

Matematis

Menurut Ubaidah (2016) bahwa komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, siswa dapat dibimbing dalam berkomunikasi dengan berbagai bahasa termasuk matematis. Komunikasi matematis adalah kemampuan untuk menyatakan dan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam model matematika atau sebaliknya. Model matematis bisa berupa persamaan, notasi dan gambar Kusumah (2014).

Ubaidah (2016) melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan kurikulum matematika, salah satu fungsi matematika adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol.Sejalan dengan hal itu,

menurut Wahidin (Ubaidah, 2016) dengan komunikasi matematis siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis penting dalam proses pembelajaran matematika karena melalui komunikasi siswa dapat saling menyampaikan ide melalui gambar, tulisan maupun ekspresi (simbol).

Indikator kemampuan kominikasi matematis menurut Cai, Lane dan Jacobsin (Maudi, 2016) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi terdiri dari tiga indikator, yaitu:

a. Menulis matematis, pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis;

b. Menggambar secara

matematis, pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar; c. Ekspresi matematis, pada

kemampuan ini siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapat solusi secara lengkap dan benar.

(7)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 242 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desai penelitian Quasi Eksperimental bentuk Non Equivalent Control Group Desaign. Desain penelitian ini menurut Ruseffendi (Faturrohman, 2016) yaitu sebagai berikut: Kelas eksperimen I : O X1 O - --Kelas eksperimen II : O X2 O Dengan Keterangan : : Pretes/postes(kemampuan berpikir kreatif matematis siswa)

: Perlakuan eksperimen 1 (PMR)

: Perlakuan eksperimen 2 (PBL)

WAKTU DAN TEMPAT

PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di MTs N 4 Kuningan pada semester genap bulan April - Mei tahun pelajaran 2017/2018.

SUBJEK PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTS Negeri 4 Kuningan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini sampel yang akan dipilih yaitu dengan mengambil dua kelas dengan pertimbangan dari guru. Kelas

eksperimen 1 yaitu kelas VII A dan kelas eksperimen 2 yaitu kelas VII C siswa di MTS Negeri 4 Kuningan.

PROSEDUR

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan melalui empat tahap yaitu: persiapan, pelaksanaan, analisis data dan penarikan kesimpulan. Tahap persiapan meliputi pengajuan judul, pembuatan proposal, menyusun instrumen, perizinan dan uji coba instrumen. Tahap pelaksanaan meliputi pretes, pelaksanaan pembelajaran di kedua kelas eksperimen dan postes. Tahap analisis data meliputi analisis data kuantitatif yaitu pretes dan postes dan analisis data kualitatif yaitu angket. Tahap penarikan kesimpulan meliputi penarikan kesimpulan dan penyusunan laporan.

Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik tes dianalisis secara kuantitatif

a. Data pretes diperoleh melalui tes yang dilaksanakan sebelum perlakuan diberikan.

b. Data postes diperoleh melalui tes yang dilaksanakan setelah perlakuan diberikan pada akhir penelitian

c. Data N-Gain gain ternormalisasi merupakan data yang diperoleh dengan membandingkan selisih skor postes dan pretes dengan

(8)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 243 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

selisih SMI (Skor Maksimum Ideal) dan pretes.

2. Teknik non tes dianalisis secara kualitatif melalui angket.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil

Untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa, data pretes dianalisis secara deskriptif. Hasil deskripsi statistik data pretes menunjukkan bahwa rata-rata skor

pretes kelas eksperimen 1yaitu26,67dan rata-rata skor pretes kelas eksperimen 2 yaitu25,83. Hal ini menujukan bahwa rata-rata skor pretes antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak berbeda secara signifikan.

Setelah kedua kelas diberi perlakuan maka pada akhir pertemuan diberikan postes. Berikut hasil perhitungan statistik deskriptif posteskelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

Tabel 1. Deskripsi Statistik Skor Postes Kelas Mean SMI Std.

Deviasi

Min Maks

Postes Eksperimen 1 77,38 100 12,109 40 100 Eksperimen 2 67,14 100 14,018 30 95

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahuibahwa terdapat perbedaan rata-rata skor postes antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

Selanjutnya hasil perhitungan statistik deskriptif N-gain kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Deskripsi Statistik Data N-gain

Kelas Mean N Kriteria Std. Deviation

Eksperimen 1 0,6938 42 Sedang 0,15

Eksperimen 2 0,5700 42 Sedang 0,14

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahuibahwa rata-rata indeks gain kelas eksperimen 1 lebih tinggi daripada nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen 2. Sehingga terdapat perbedaan rata-rata N-gain antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan analisis data uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmorogov-Smirnov. Hipotesis pengujian normalitas adalah sebagai berikut.

: Sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal

: Sampel yang berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Uji homogenitas menggunakan uji Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis pengujian homogenitas adalah sebagai berikut.

: varians data kedua kelas homogen

(9)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 244 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

: varians data kedua kelas tidak homogen

Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas sebagai berikut (Siregar, 2015:159).

Jika probabilitas (sig.) dengan

maka diterima

Jika probabilitas (sig.) dengan

maka ditolak

Hasil pengujian normalitas dan homogenitas untuk pretes, postes dan N-gain disajikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil normalitas dan Homogenitas Pretes, postes dan N-gain

Dari Tabel 3 di atas, signifikansi normalitas data pretes, postes dan N-gain maka diterima artinya data berdistribusi normal.Sig homogenitas pretes, postes, dan N-gain > 0,05 maka H0 diterima artinya

varians data kedua kelas homogen. Karena data normal dan homogen dilakukan uji perbedaan dua rata-rata untuk pretes, postes, dan N-gain menggunakan uji Independent Sample T-Test.

Rumusan hipotesis uji perbedaan dua rata-rata data pretes adalah sebagai berikut ini.

H0: 𝜇1 = 𝜇2, tidak terdapat perbedaan

kemampuan awal komunikasi matematis siswa yang

memperoleh model

pembelajaran kooperatif tipe NHTdan STAD.

H1: 𝜇1 𝜇2, terdapat perbedaan

kemampuan awal komunikasi matematis antara siswa yang

memperoleh model

pembelajaran kooperatif tipe NHTdan STAD.

Rumusan hipotesis uji perbedaan dua rata-rata data postes antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 adalah sebagai berikut.

H0: 𝜇1 = 𝜇2, tidak terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. H1: 𝜇1 𝜇2, terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. Rumusan hipotesis uji perbedaan dua rata-rata data N-gain antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebagai berikut.

H0 :𝜇 𝜇2 tidak terdapat perbedaan

rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHTdan STAD.

Kelas Normalitas Homogenitas

Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain Eksperimen 1 0,144 0,200 0,200

0,892 0,492 0,405 Eksperimen 2 0,136 0,200 0,200

(10)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 245 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

H1 :𝜇1 𝜇2 terdapat perbedaan

peningkatan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaraan kooperatif tipe NHT dan STAD. Kriteria pengujian hipotesis uji perbedaan dua rata-rata pretes, postes dan N-gain berdasarkan nilai

probabilitas sebagai berikut (Siregar, 2015:188).

Jika probabilitas (sig.) dengan

maka ditolak

Jika probabilitas (sig.) dengan

maka diterima

Hasil pengujian perbedaan dua rata-rata untuk pretes, postes dan N-gain disajikan pada Tabel 4 berikut

Tabel 4. Hasil Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes, Postes dan N-gain

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat sig. pretes yaitu maka diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretes kemampuan komunikasi matematis yang signifikan antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.Dari hasil perbedaan dua rata-rata postes menunjukkan bahwa maka ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperolehmodel

pembelajarankooperatif tipe NHT dan STAD.Dari hasil uji perbedaan dua rata-rata N-gain menunjukkan bahwa

maka ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata N-gain komunikasi matematis antara siswa yang memperolehmodel pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Stad. Berdasarkan hasil angket, presentase rata-rata jawaban siswa kelas eksperimen 1 sebesar 51%. Artinya, sebagian siswa kelas eksperimen 1

telah memiliki minat terhadap matematika dan pembelajaran modelkooperatif tipe NHT. Sedangkan pada kelas eksperimen 2, presentase rata-rata jawaban siswa sebesar 35%. Artinya, hampir setengahnya siswa kelas eksperimen 2 telah memiliki minat terhadap matematika dan pembelajaran model kooperatif tipe STAD.

Pembahasan

Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Antara Siswa yang

Memperoleh Model Pembelajaran NHT dan STAD

Setelah dilakukan pembelajaran, selanjutnya dilakukan postes untuk melihat kemampuan akhir komunikasi matematis kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Kelas eksperimen 1

diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 77,38 dan untuk kelas eksperimen 2 diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 67,14. Selain itu perbedaan kemampuan akhir komunikasi matematis tidak hanya dapat dilihat

Pretes Postes N-gain

(11)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 246 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

dari rata-rata nilai postes, melainkan dapat dilihat juga dari hasil jawaban postes siswa yang mencakup dari 3 indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu menulis, menggambar dan menggekspresi secara matematis.

Ekspresi Matematis

Gambar 4.5 berikut hasil jawaban postes pada indikator ekspresi matematis siswa kelas eksperimen 1.

Gambar 4.5. Hasil jawaban postes siswa kelas eksperimen 1

Gambar 4.6 berikut hasil jawaban postes pada indikator ekspresi matematis siswa kelas eksperimen 2.

Gambar 4.6. Hasil jawaban postes siswa kelas eksperimen 1

Terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen 1 yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan kelas eksperimen 2 yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini disebabkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dituntut untuk selalu siap ketika guru memanggil nomor, sehingga setiap siswa harus benar-benar paham dengan materi yang dipelajari. Pada

model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini juga siswa tidak hanya bertanggung jawab terhadap pengetahuan diri sendiri akan tetapi terhadap pengetahuan bersama saat

berkelompok, karena

pertanggungjawaban kelompok merupakan tanggung jawab bersama. Hal tersebut akan membuat aktivitas kelas menjadi baik, karena siswa yang biasanya pasif akan lebih aktif karena mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadikan kelompoknya yang terbaik. Penelitian ini sejalan

(12)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 247 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

dengan Firdaus (2016) bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok dapat meningkat karena salah satu ciri khusus dari pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa.

Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis Antara Siswa yangMemperoleh Model pembelajaran Kooperatip tife NHT dan STAD

Sama halnya dengan pengujian yang dilakukan untuk data postes,dalam penelitian ini data N-Gain diolah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang diteliti. Berdasarkan hasil N-Gain diperoleh rata- rata untuk kelas eksperimen 1dan kelas eksperimen 2 berturut-turut sebesar 0,69yang termasuk kriteria sedang dan 0,57 yang termasuk kriteria sedang.

Selain itu, adanya perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata pretes dan postes, untuk kelas eksperimen 1 dari nilai rata-rata pretes sebesar 26,67 meningkat menjadi 77,38 pada nilai postes dan untuk kelas eksperimen 2 dari nilai rata-rata pretes sebesar 25,83 meningkat menjadi 67,14. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD.

Peneliti mengambil kesimpulan yang menyebabkan adanya perbedaan kemampuan akhir komunikasi siswa adalah pada proses pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas yaitu model pembelajaran koopertif tipe NHT sebagai kelas eskperimen 1dan model pembelajaran kooperatif tipe STADsebagai kelas eksperimen 2. Pada proses pembelajaran kelas eksperimen 1 yakni proses pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi pengetahuandan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dengan ini semua siswa terlibat aktif dalam bekerjasama. Hal ini sejalan dengan penelitian Nanang (2015) bahwa dengan model NHTyaitu membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih berusaha mencari tahu tentang materi yang dipelajari selain itu siswa lebih kompak berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Semua kelompok harus berusaha memahami dan dapat menyelesaikan soal yang telah diberikan guru.Seperti penelitian yang dilakukan oleh Supriyatiningsih (2013) bahwa dengan model NHTsiswa dituntut untuk selalu siap ketika guru memanggil nomor, sehingga setiap siswa harus benar-benar paham dengan materi yang dipelajari.

Sedangkan pada proses pembelajaran kelas eksperimen 2 yakni proses pembelajaran STAD,siswa

(13)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 248 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok dan aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu (2014) yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat belajar kelompok, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematikanya yang bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD

Secara umum siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang menjadi subjek dalam penelitian ini mempunyai sikap yang positif terhadap model NHTdan STAD pada proses pembelajarannya. Sikap positif siswa terhadap model NHT dan STADdapat dilihat dari hasil respon siswa per-indikator. Hasil respon siswa terhadap model NHT dengan persentase rata-rata keseluruhannya 51% yang artinya sebagian besar siswa tertarik terhadap model NHT. Begitu juga dengan model STADdapat dilihat dari hasil respon siswa dengan persentase rata-rata keseluruhannya 35% yang artinya hampir setengahnya siswa tertarik terhadap model pembelajaran yang dilaksanakan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih berjalan optimal dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dipengaruhi oleh sikap siswa yaitu kesanggupan setiap individu untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, baik secara kelompok ataupun mandiri, karena pada proses pembelajarannya menuntut siswa untuk lebih aktif. Selain itu pada penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe NHT keadaan siswa lebih kondusif karena siswa lebih sibuk dalam kegiatan diskusi kelompok, berbeda pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa yang aktif tetap aktif dan siswa yang pasif enggan melibatkan dirinya karena merasa minder dalam kelompoknya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbandingan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model kooperatif tipe NHTdan STADpada kelas VII A sebagai kelas eksperimen 1 dan VII C sebagai kelas eksperimen 2 MTs N 4 Kuningan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan kemampaun komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dalam pembelajaran matematika.

(14)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 249 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe

NHTdan STAD dalam

pembelajaran matematika.

3. Terdapat respon 51% yang artinya sebagian besar siswa tertarik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan 35% yang artinya hampir setengahnya siswa tertarik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Bagi sekolah dan pihak guru pada

khususnya, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya dengan berlatih mengenai soal-soal kemampuan komunikasi matematis.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat mendukung dan memfasilitasi guru matematika untuk mempelajari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebagai bahan pertimbangan peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti analisis kemampuan komunikasi matematis

ataupun kemampuan matematis secara umum lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar (2016). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi Matematis siswa SMA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together. Jurnal Didaktik Matematis, Vol, Hal 65-74. [online]. Tersedia: http:/jurnal.unsiyah.ac.id/DM/. [12 januari 2018]

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara.

Armiati . (2013). Kemampuan Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Interaktif. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1. Halaman 77-82. [online]. Tersedia:http://ejournal.unp.ac.id/ students/index.php/pmat/article/v iewFile/1175/867. [ 16 januari 2018]

Corebima, A. (2016). The Effect of Number Heads Together (NHT) Learning Strategy on The Retention of Senior High School Students in Muara Badak, East Kalimantan, Idonesia. European Journal of Education Studies. ISSN: 2501-1111. Volume 2. [online].

Tersedia :www.oapub.org/edu [ 5 januari 2018]

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas

Fathurohman, M. (2016). Model-Model Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia

(15)

Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2018 ISBN. 978-602-50629-1-9 250 ©Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UNIKU

Firdaus. (2016). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dalam Pembelajaran Matematika di SMA. Jurnal Sainsmat, Halaman 94-105 Vol. V, No. 1 ISSN 2086-6755. [online]. Tersedia: http://ojs.unm.ac.id/sainsmat/arti cle/download/3238/1856. [ 30 januari 2018] Khasanah, F. (2013). Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaram Kooperatif Tipe STAD. ISSN : 1410-8771. Vol. 18. Hal 48-57. [online]. Tersedia:https://media.neliti.com/ media/publications. [ 5 januari 2018]

Handayani, A. et al. (2014). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi Siswa Kelas VII Mts N Lubuk Buaya Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3 No. 2. [online]. Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/students/ index.php/pmat/article/view/1178 . [ 5 januari 2018]

Huda, M. (2015). Cooperaif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Jalal, A. (2015). Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam Meningkatkan Hasil B elajar Siswa pada Materi Luas Permukaan Sisi DatarBangun Ruang. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. ISSN-2089-855x, Volume 4. No.1. [online]. Tersedia:

http://download.portalgaruda.org. [30 januari 2018]

Lestari, E. K. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Maudi, N. (2016). Implementasi Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia. Volum 1 Nomor 1. ISSN: 596e ISSN. 2477-8443. [online]. Tersdia: https://media.neliti.com/media/pu blications/181388- IDimplementasi-model-project-based-learning.pdf. [30 januari 2018]

Gambar

Gambar  4.5  berikut  hasil  jawaban  postes  pada  indikator  ekspresi  matematis siswa kelas eksperimen 1

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan untuk perencanaan tanggul adalah data dari hasil. evaluasi kapasitas penampang

BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap.. ROA pada BUSN devisa go publicpublic mulai triwulan I tahun

Berdasarkan latar balakang dan identifikasi masalah, permasalahan dalam penelitian secara umum adalah “ Bagaimana mengembangkan alat asessmen untuk melihat kemampuan

Pakan dengan Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) dan hominy feed 10% pada pakan ikan kerapu bebek memberikan kinerja pertumbuhan ikan yang sama dengan

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Peneliti menyapa siswa dan dilanjutkan dengan memeriksa kelengkapan buku siswa serta mengingatkan siswa akan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya

Untuk itu perlu kerjasama yang baik antara (perwakilan) dengan paguyuban dimana perwakilan bersifat membina dan meningkatkan potensi yang sudah ada. Justru

Pada paper ini, sesuai dengan judul kami akan membahas proses pengolahan kacang merah menjadi tepung dan apa saja yang terjadi pada vitamin B1 atau thiamin