• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMPN 2 BUDURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMPN 2 BUDURAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

779

TINGKAT KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMPN 2 BUDURAN

Wahyu Ratri Anggarini

16040254047 (PPKn, FISH, UNESA) wa hyuanggarini16040254047@mhs.unesa.ac.id

Listyaningsih

0020027505 (PPKn, FISH, UNESA) listya ningsih@unesa.ac.id

Abstrak

Tujuan da ri penelitian ini ya itu untuk mendeskripsikan tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 2 Buduran. Penelitia n ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desa in deskriptif. Populasi da lam penelitia n ini ya itu semua peserta didik yang menempati kela s bersama ABK sejumlah 574 orang. Sampel yang digunakan ya itu 58 peserta didik kela s VII hingga kela s IX seca ra acak. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK yang tergolong tinggi. Da ta menunjukkan bahwa sebanyak 79,31% memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK yang tinggi, 20,69% memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK dengan kategori sedang, dan tidak ada seorangpun peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK dengan kategori rendah. Asumsi a wa l yang menyebutkan bahwa kemungkinan peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki tingkat kepedulian sosial pada ABK dalam kategori sedang hingga tinggi terbukti.

Kata Kunci: Kepedulian Sosial, Peserta didik, ABK. .

Abstract

This study a ims to describe the level of socia l a wareness of students in Children with Specia l Needs at SMPN 2 Buduran. This resea rch uses a quantitative approach with descriptive design. The population in this study were a ll students who sha red a class with Children with Specia l Needs with a tota l of 574 people. The sample used wa s 58 students from grade VII to class IX randomly. The sampling technique uses proportionate stratified sampling technique. Data collection techniques are done using a questionnaire. The results of this study indicate that students of SMPN 2 Buduran have a high level of socia l ca re for Children with Specia l Needs. The data shows that as much a s 79.31% have a high level of socia l ca re for Children with Specia l Needs, 20.69% have a level of socia l ca re for Children with Specia l Needs in the medium category, and no single student has a level of socia l ca re for Children with Specia l Needs in the low category. The initia l a ssumption stating that the possibility of SMPN 2 Buduran students having a level of socia l ca re for Children with Special Needs in the moderate to high category is proven.

Keywords: Social Concern, Learners, Children with Special Needs.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan ba gian dari hak a sasi mendasa r yang dimiliki oleh semua manusia tanpa terkecua li. Nega ra Indonesia sendiri telah menjamin pendidikan ba gi seluruh wa rga nega ranya. Ha l tersebut sebaga imana tercantum da lam Undang-Undang Dasa r Nega ra Republik Indonesia Tahun 1945 Pasa l 31 Ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan”, ha l tersebut menunjukkan bahwa Nega ra Indonesia telah memberikan jaminan pendidikan ba gi seluruh wa rganya tanpa a da pengecualia n.

Pa da dasa rnya pendidikan ada lah proses untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku peserta didik kearah yang lebih ba ik. Da lam proses tersebut, yang terjadi ada lah adanya transfer pengetahuan dan nila i anta ra pendidik dengan peserta didik. Lemba ga

pendidikan menjadi sa lah satu lemba ga yang dira sa memiliki peran krusia l yang berpenga ruh terhadap perkembangan kecerda san anak. Sa lah satu dari lemba ga pendidikan tersebut ada lah sekolah. Keberadaan sekolah di kehidupan masyarakat sangat berpengaruh da lam upaya untuk mencerdaskan generasi-generasi muda. Tidak hanya menciptakan genera si yang ba ik, tak ja rang sekolah juga bisa menjadi tempat terjadinya kekera san, ba ik itu kekera san yang dila kukan oleh guru terhadap peserta didik, peserta didik terhadap guru maupun peserta didik terha dap peserta didik la innya.

Menurut survei yang dilakukan oleh Amrullah Sofyan dari Pla n Indonesia menunjukkan terdapat 300 sampel yang terdiri da ri peserta didik SD, SMP hingga SMA di dua kecamatan di Kota Bogor ditemukan 15,3% peserta didik SD, 18% peserta didik SMP dan 16%

(2)

peserta didik SMA pernah merasakan tindak kekerasan di sekolah. Da ri semua sampel yang ada, 14,7% tindak kekera san dilakukan oleh pendidik dan 35,3% dilakukan oleh teman sebaya. Menurut survei yang dila kukan oleh lembaga tersebut terlihat tidak sedikit peserta didik menga lami kasus kekera san di sekolah. (Dikutip da ri

DetikNews.com, diakses pada tangga l 3 Ma ret 2020 pada

pukul 10.20).

Bullying merupakan salah satu bentuk kekera san

yang marak terjadi di dunia pendidikan. Bullying bisa terjadi oleh siapa saja dan dimana saja , pada semua tingkatan mula i dari TK sampa i dengan Perguruan Tinggi. Bia sanya yang sering menjadi korban bullying ya itu anak yang lemah, pema lu, pendiam dan anak dengan kebutuhan khusus yang pada umumnya menjadi bahan ejekan. (Wiyani, 2012:14) dalam Septiyuni (2015: 5). Sedangkan menurut KPAI, saat ini ka sus bullying menduduki peringkat terata s pengaduan masyarakat. Sepanjang Januari hingga April 2019, trend kasus yang menimpa anak-anak berada pada kasus perundungan (bullying) hingga kekera san yang melibatkan fisik. Bahkan, da lam kasus kekera san, anak tidak hanya menjadi korban saja mela inkan juga sebaga i pelaku. Pelangga ran terhadap hak anak da lam bidang pendidikan yang masih banyak dijumpa i ya itu ka sus perundungan (bullying), ba ik itu berupa kekerasan fisik, psikis, maupun kekerasan yang melibatkan seksua l. (Dikutip dari kpai.go.id, diakses pada ta nggal 2 Maret 2020 pada pukul 20.00).

Jika dilihat kenyataannya saat ini, ka sus bullying kebanyakan dia lami oleh peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus disekolah yang berbasis inklusi. Fakta terka it Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang menjadi korban masih sering terjadi. Bukan hanya sebatas diskrimina si seperti kecenderungan di lingkup ma syarakat yang membeda-bedakan, atau sebatas lebelisa si seperti pencantuman pada diri ABK seba ga i identita s tertentu yang secara umum bersifat negatif. Lebih da ri itu, bullying pun sering dia lami oleh difabel atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). (dikutip da ri solider.id, dikutip pada ta nggal 4 Maret 2020 pada pukul 20.35).

Contoh kasus bullying di sekolah terjadi di Kota Banyuwangi, ya itu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menga lami pengeroyokan yang dilakukan oleh 7 kakak kelasnya. Ha l tersebut terjadi ka rena ABK tersebut mengamuk ketika diejek oleh kakak kela snya di sekolah. Contoh kasus bullying yang dia lami oleh ABK juga terjadi di sa lah satu sekolah swa sta di daerah Sruwohrejo Ka bupaten Purworejo Ja wa Tengah. Seorang siswi tuli kelas delapan menga lami pa lak uang saku, mendapatkan cercaan, bahkan kekerasan fisik oleh kakak kela snya di sekolah. (Dikutip da ri metronews.com, diakses tangga l 5 Ma ret 2020 pada pukul 21.00).

Ka sus bullying juga terjadi di SMP 2 Buduran meskipun dengan intensitas yang ja rang, ha l itu terlihat pada kela s inklusi, dimana dengan adanya ABK menjadikan peserta didik normal mela kukan ha l-ha l yang tidak sepanta snya dilakukan, yaitu seperti mengejek dan mengucilkan ABK. Namun kasus bullying yang terjadi di sekolah tersebut masih tergolong kasus ringan. Da ri studi pendahuluan menunjukkan peserta didik normal memiliki kecenderungan untuk berusaha peduli dan menolong meskipun terkadang juga mereka mera sa terganggu dengan keberadaan ABK. Meskipun masih terjadi

bullying, namun peserta didik SMPN 2 Buduran sudah

menunjukkan bahwasanya mereka memiliki pengetahuan terka it kepedulian sosia l, dapat merasakan dan melakukan perbuatan peduli tersebut. Ha l ini terbukti dengan ja rangnya kasus bullying di sekolah.

Namun, jika dilihat dari kenyataan yang ada, tidak bisa dipungkiri bahwasanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) rentan seka li menga lami bullying di lingkungannya . ABK memang memiliki potensi lebih besa r untuk menga lami perundungan dibandingkan dengan individu la in. Hasil studi menunjukkan dia nta ra ABK itu pernah digoda atau dijadikan objek lelucon, dia singkan, diberikan label-label negatif serta tidak sedikit diantara mereka yang menga lami perundungan fisik. (Dikutip dari Kompas.com, diakses pada tangga l 25 April 2020 pada pukul 07.50).

Ma raknya kasus bullying terutama yang sering terjadi pada ABK tersebut menandakan masih rendahnya kepedulian sosia l dianta ra peserta didik di sekolah. Peduli sosia l yang merupakan identita s da ri bangsa Indonesia kini menga lami penurunan. Oleh karena itu peran pendidikan karakter menjadi semakin penting untuk diimplementa sikan da lam lembaga pendidikan mengingat mora litas anak Indonesia semakin menurun. Sa lah satu komponen penting da lam pengembangan ka rakter di sekolah ada lah ka rakter peduli sosia l. Disini letak pentingnya menanamkan nila i-nila i peduli sosia l peserta didik mela lui pendidikan yang berka rakter. Mela lui pendidikan ka rakter yang diimplementa sikan oleh lembaga pendidikan diharapkan krisis mora litas anak bangsa khususnya perila ku bullying terhadap ABK di sekolah inklusi dapat segera terata si. Lebih dari itu, diharapkan di masa yang akan datang dapat melahirkan genera si bangsa dengan ka rakter peduli sosia l yang tinggi. Pembinaan nila i-nila i peduli sosia l di sekolah menjadi selah satu ja lan kelua r ba gi proses perba ikan da lam masya rakat. Situasi sosia l yang ada sekarang ini menjadi a lasan utama a gar pendidikan karakter dilaksanakan seca ra optimal oleh lembaga pendidikan.

Berka itan dengan adanya penelitia n terdahulu untuk menunjukkan posisi penelitian saat ini, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2019) tentang penga ruh

(3)

781 keberadaan sekolah inklusi terhadap kepekaan sosia l anak. Hasil penelitia n menunjukkan bahwa sekola h inklusi berpengaruh posistif dan signifikan terhadap 37,5% terhadap kepekaan sosia l anak SD Slerok 2 Kota Tega l. Ha l ini berarti keberadaan sekola h inklusi memiliki penga ruh terhadap tingkat kepekaan sosial a nak.

Da ri penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat perbedaan fokus yang diambil. Pada penelitian terdahulu berfokus pada penga ruh sekolah inklusi terhadap kepekaan sosia l anak, sedangkan pada penelitia n ini pada tingkat kepedulia n peserta didik pada ABK. Hasil da ri penelitia n ini nanti dapat dijadikan cerminan baga imana tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK di lingkungan sekolah inklusi. Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Buduran dikarenakan sekolah tersebut merupakan sa lah satu sekolah inklusi di Kabupaten Sidoarjo, dimana seha rusnya peserta didiknya memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Berdasa rkan ura ian seperti yang telah dijela skan, maka didapatkan rumusan masa lah yaitu Tingkat Kepedulian Sosia l Peserta Didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 2 Buduran. sedangkan tujuan yang akan dicapa i dari penelitian ini ya itu untuk mendeskripsikan Tingkat Kepedulian Kepedulian Peserta Didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 2 Buduran.

Kepedulian sosia l merupakan suatu tindakan dimana tindakan tersebut tidak hanya sekeda r pikiran atau kata hati. Seseorang dikatakan memiliki kepedulian apabila orang tersebut memandang sesamanya dengan sopan, bersikap santun, toleran terhadap berba ga i macam perbedaan, tidak meluka i sesamanya, bersedia memperhatikan sesamanya, mampu bekerja sama dan menyayangi sesama manusia . Menurut Yudhistira (2015:31) indikator kepedulian sosia l peserta didik yaitu sikap tolong-menolong, simpati dan empati, toleran dan kerjasama. Sa lah satu indikator seseorang dikatakan memiliki kepedulia n sosia l apabila peserta didik tersebut memiliki sikap tolong-menolong. Sikap tolong-menolong tersebut merupakan sikap menolong untuk mengurangi beban (penderitaan, kesuka ran, dan sebaga inya) orang la in. Bantuan yang dimaksud bisa berupa bantuan tenaga , wa ktu a taupun dana . Sikap tolong-menolong sendiri merupakan cerminan bahwa sela in seba ga i makhluk yang terbia sa sendiri, manusia juga merupakan makhluk yang tida k lepas dari bantuan orang la in.

Indikator kepedulian sosia l yang kedua ada lah indikator simpati dan empati kepada orang la in. Empati ya itu kesanggupan untuk merasakan kondisi emosiona l orang la in, bersikap simpati dan berupaya mengata si permasa lahan serta mampu menerima prespektif orang la in. Indikator selanjutnya ya itu indikator toleran terhadap orang la in. Menurut Samani (2013:213), toleran

merupakan sikap menerima secara terbuka orang la in yang tingkat kematangan dan kondisi yang berbeda . Indikator terakhir ya itu indikator kerjasama. Menurut Samani (2013:118), kerjasama merupakan suatu tindakan untuk mencapai tujuan dan keuntungan bersama.

Berdasa rkan indikator seperti yang disebutkan di atas, maka didapatkan kesimpula n bahwa tingkat kepedulian peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ada lah tinggi rendahnya kualita s peserta didik untuk peka terhadap lingkungan sekita rnya terutama terhadap teman sebayanya yang berkebutuhan khusus. Dimana yang dimaksud Anak Berkebutuahn Khusus (ABK) disini yaitu ABK yang yang berada di SMPN 2 Buduran dengan kla sifikasi hiperaktif, autis, tuna wicara dan lamban belaja r. Berdasa rkan pengertian di atas dan indikator kepedulian sosia l yang telah dijabarkan oleh Yudhistira (2015:31), maka seseorang bisa disebut memiliki tingkat kepedulian sosia l tinggi jika sangat menolong, sangat simpati kepada orang la in, sangat toleran terhadap orang la in da n sa ngat bekerjasama dengan orang la in.

Indikator seseorang bisa dikatakan memiliki tingkat kepedulian sosia l sedang jika cukup menolong orang la in, cukup simpati terhadap orang la in, cukup toleran terhadap orang la in dan cukup bekerjasama dengan orang la in. Sedangkan indikator seseorang dapat dikatakan memiliki tingkat kepedulian sosia l rendah jika kurang menolong orang la in, kurang simpati kepada orang la in, kurang toleran kepada orang la in dan kurang bekerjasama dengan ora ng la in.

Penelitian ini dilandasi dengan teori karakter Thomas Lickona . Menurut Lickona (1992) dalam Da lmeri (2014:272) pendidikan ka rakter menekankan pada perlunya tiga komponen karakter ba ik (Components of

Good Character) ya itu pengetahuan tentang mora l atau moral knowing, pera saan mora l atau moral feeling dan

perbuatan mora l atau moral action. Da ri tiga komponen ka rakter di atas satu dengan yang la innya sama -sama berhubungan, tidak bisa jika hanya satu komponen tertentu saja yang dikembangkan. Da ri ketiga komponen diata s dapat disebutkan bahwa jika seseorang mempunya i pemahaman tentang sesuatu, dan mempunya i sikap tentang sesuatu tersebut, maka selanjutnya akan dapat melakukan perbuatan sesua i dengan apa yang diketahuinya dan apa yang disikapinya , dengan begitu seseorang dapat memahami apa yang menurutnya ba ik dan buruk. Permasa lahan yang kemudian ada yaitu ba ga imana seseorang mempunya i sikap terhadap ha l ba ik dan buruk sampai pada level menyuka i sesuatu yang ba ik dan buruk. Untuk level selanjutnya maka akan dapat melakukan tindakan sesua i dengan nila i-nila i keba ikan, dimana kedepannya dapat menjadi manusia yang bera khlak dan berkarakter baik. (Da lmeri, 2014:278).

(4)

METODE

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desa in deskriptif. Penelitian kuantitatif desktiptif merupakan penelitian yang menggunakan instrumen berupa angka da lam pengumpulan data-datanya . Data tersebut digamba rkan mela lui informasi kua litatif dan selanjutnya dita rik kesimpulan yang mendeskripsikan tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran. Pendekatan penelitian kuantitatif dengan desa in deskriptif dipilih karena da lam penelitian ini menggunakan instrumen angket dan hanya ada satu va riabel penelitian, sehingga jenis penelitian kuantitatif deskriptif dianggap cocok untuk digunakan. Lokasi yang dipilih da lam penelitian ini yaitu SMPN 2 Buduran yang berlokasi di Ja lan Raya Sidokepung, Kec. Buduran, Kab. Sidoa rjo, Prov. Ja wa Timur.

Popula si pada penelitian ini ya itu peserta didik SMPN 2 Buduran. Berdasa rkan data yang diperoleh, peserta didik SMPN 2 Buduran berjumlah 788 orang dengan perbandingan 390 peserta didik laki-laki dan 398 peserta didik perempuan yang terseba r dalam 24 kela s. Namun da ri 24 kela s tersebut hanya ada 18 kela s yang terdapat peserta didik ABK-nya . Oleh karena itu populasinya ya itu peserta didik SMPN 2 Buduran yang berjumlah 574 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random

sampling untuk memperoleh kela s dengan proporsi yang

sama. Setela h masing-masing kela s memiliki proporsi yang sama, maka selanjutnya digunakan la gi teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling dika renakan a nggota populasi dia nggap homogen.

Ta bel 1. Sa mpel Penelitian

Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

VII 243 24

VIII 157 16

IX 183 18

Jumlah 583 58

Va ria bel pada penelitian ini ya itu Tingkat Kepedulian Sosia l Peserta Didik pada ABK. Adapun Definisi Operasiona l Va riabel (DOV) da ri Tingkat Kepedulian Sosia l pada ABK yang dimaksud da lam penelitian ini ada lah tinggi rendahnya kualita s peserta didik untuk peka terhadap lingkungan sekita rnya terutama terhadap teman sebanyanya yang berkebutuhan khusus, yang dimaksud ABK disini ya itu ABK yang ada di SMPN 2 Buduran dengan kla sifikasi hiperaktif, autis, tuna wica ra dan lamban bela jar. Adapun indikatornya seba ga i berikut: (1) tolong- menolong; (2) simpati; (3) toleran; (4) kerjasama.

Teknik pengumpulan data disini menggunakan angket

tertutup dengan ska la Likert, dimana pilihan a lternatif ja waban yang digunakan yaitu sela lu, sering, ja rang, dan tidak pernah. Penyeba ran angket dilakukan seca ra online menggunakan media googleforms yang diba gikan mela lui grub whatsApp. Setelah itu instrumen dilakukan uji va liditas dan relia bilitas sehingga diketahui ada 28 da ri 30 item instrumen yang dikatakan va lid. Va liditas item instrumen penelitian dilakukan dengan menguji cobakan 30 kepada 30 responden, dimana responden merupakan SMPN 2 Buduran yang berada da lam satu kelas dengan ABK. Dengan ta raf signifikan 1%, maka item instrumen yang dikatakan valid ya itu item yang memiliki r hitung >

0,463 (rtabel). Da ri data tersebut dapat diketahui bahwa ada

2 item yang rhitungnya kurang dari 0,330 ya itu item nomor 5

dan 28, oleh ka rena itu item tersebut dikatakan tidak valid dan tidak dipakai. Setelah dila kukan uji reliabilita s, instrumen juga dikatakan relia bel. Ha l tersebut dibuktikan dengan nila i Cronbach’s Alpha yang terdapat da lam instrumen lebih besar daripada nilai rtabel.

Tahap selanjutnya data diana lisis dengan menentukan skor yang ada da lam angket. Da lam angket penelitian ini terdapat dua jenis pernyataan ya itu penyataan yang bersifat positif dan pernyataan yang bersifat nega tif. Pada pernyataan positif skor 4 diberikan jika jawaban sela lu, skor 3 jika ja waban sering, skor 2 jika jawaban ja rang dan skor 1 jika jawaban tidak pernah. Sedangkan untuk pernyataan negatif berlaku seba liknya . Pada pernyataan negatif skor 4 diberikan jika jawaban tidak pernah, skor 3 jika jawaban ja rang, skor 2 jika ja waban sering, dan skor 1 jika jawaban selalu.

Untuk mengukur tingkat kepedulia n sosia l peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 2 Buduran digunakan tiga kategori ya itu rendah, sedang, dan tinggi. Ana lisis interval dilakukan dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini:

Ketera ngan: i = Interval Xi = Nila i tertinggi Xr = Nila i terendah Ki = Kela s interval

Berdasa rkan hasil ana lisis diketahui bahwa nila i tertinggi da ri angket tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK ya itu 112 ka rena hanya 28 da ri 30 item instrumen yang diketahui va lid, adapun untuk nila i terendahnya ya itu 28. Untuk tahapan sela njutnya dari nila i tersebut dimasukkan dalam rumus seperti dibawah ini:

i = (112 – 28) + 1): 3 = 85: 3

(5)

783 Ja di panjang kela snya ada lah 28. Untuk memudahkan da lam pemahaman, maka dapat melihat tabel dibawah ini:

Ta bel 2. Interval Tingkat Kepedulian Sosial Peserta Didik pa da ABK di SMPN 2 Buduran

Skor Kategori

28 – 55 Tinggi

56 – 83 Rendah

84 – 112 Sedang

Untuk melihat banyaknya peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi dapat diketahui dengan menggunakan rumus persentase seperti dibawah ini:

P= Ketera ngan:

P = ha sil a khir persentase tingkat kepedulian sosial peserta didik

n = nila i ya ng diperoleh dalam a ngket N= jumla h responden

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil da lam penelitian ini ya itu menerangkan tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK, berikut ini dipaparkan hasil penelitian yang didapatkan mela lui tahap pengumpulan data da ri angket yang telah disebarkan kepada peserta didik SMPN 2 Buduran mela lui

googleforms yang diba gikan lewat grub whatsApp,

kemudian untuk tahap selanjutnya data tersebut diana lisis untuk mengukur tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 2 Buduran. Kepedulia n sosia l yang dimaksud disini kepekaan peserta didik terhadap sesamanya khususnya teman sebayanya yang memiliki kebutuhan khusus.

Da lam menganalisis tingkat kepedulian peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), langkah pertama yang dilakukan ya itu menghitung data angket menggunakan rumus interva l. Pada tahap selanjutnya dila kukan ana lisis tingkat kepedulian peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menggunakan rumus persentase, maka dila kukan ana lisis pada masing-masing indikator sehingga bisa mendeskripsikan seca ra lebih rinci penjaba ran da ri masing-masing indikator tingkat kepedulian sosial peserta didik pada ABK.

Untuk mengukur tingka t kepedulian sosia l peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) digunakan 3 golongan ya itu: rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mela kukan analisis penggolongan rendah, sedang, dan tinggi digunakan rumus interva l. Perhitungan kela s interva l tersebut sela njutnya dicocokkan dengan hasil

tabulasi data sehingga dapat diketahui jumlah peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki tingkat kepedulian sosia l da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya untuk menghitung banyaknya persentase peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi, maka digunakan rumus persenta se. Untuk memudahkan da lam pembacaan, maka dijela skan da lam bentuk tabel seba ga i berikut:

Ta bel 3. Persentase Tingkat Kepedulian Peserta Didik pa da ABK di SMPN 2 Buduran Interval Kategori Frekuensi Persentase

28 – 55 Rendah 0 0%

56 – 83 Sedang 12 20,69%

84 – 112 Tinggi 46 79,31%

Total 58 100%

Skor rata-rata 5156: 58 = 88,89

Berda sarkan da ta yang terdapat da lam tabel 3 dinyatakan bahwa tidak ada seorangpun peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK yang rendah. La lu terdapat 12 orang atau 20,69% da ri 58 peserta didik memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK yang sedang, dan sebanyak 46 atau 79,31% dari 58 peserta didik memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK ya ng tinggi.

Berda sarkan ha sil tabula si data dapat diketahui bahwa tota l skor yang didapatkan responden pa ling tinggi ya itu 108, adapun tota l skor terendah yang diperoleh responden ya itu 60. Rata -rata skor tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran ada lah 88,89. Da ri perhitungan interva l dapat dinyatakan bahwa ra ta-ra ta peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki tingkat kepedulian sosia l pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan kategori tinggi.

Tingkat Kepedulian Sosial Peserta Didik pada ABK ditinjau dari Indikator Sikap Tolong-Menolong Untuk mengukur sikap tolong-menolong peserta didik SMPN 2 Buduran pada ABK digunakan tiga penggolongan ya itu: rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengana lisis penentuan interva l penggolongan rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus interva l. Untuk sela njutnya perhitungan kela s interva l dicocokkan dengan data tabulasi sehingga diketahui jumlah peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap tolong-menolong pada ABK da lam kategori rendah, sedang maupun tinggi. Selanjutnya untuk menghitung banyaknya persentase peserta didik yang memiliki sika p tolong-menolong pada ABK da lam kategori rendah, sedang maupun tinggi,

(6)

maka digunakan rumus persentase. Untuk memudahkan da lam pembacaan maka dijela skan oleh tabel seba ga i berikut:

Ta bel 4. Persentase Sikap Tolong-Menolong Peserta Didik pa da ABK di SMPN 2 Buduran Interval Kategori Frekuensi Persentase

7 – 13 Rendah 2 3,45%

14 – 20 Sedang 21 36,21%

21 – 27 Tinggi 35 60,34%

Total 58 100%

Skor rata-rata 1257: 58 = 21,56

Berda sarkan da ta yang terdapat da lam tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 2 atau 3,45% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap tolong-menolong pada ABK da lam kategori rendah. La lu sebanyak 21 atau 36,21% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap tolong menolong pada ABK dengan kategori sedang, dan sebanyak 35 atau 60,34% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap tolong menolong pada ABK dalam kategori tinggi.

Berda sarkan ha sil tabula si data diketahui bahwa tota l skor yang didapatkan responden pa ling tinggi pada soa l pernyataan dengan indikator sikap tolong menolong ada lah 28, adapun tota l skor terendah dari responden ya itu 11. Rata - rata tota l skor indikator sikap tolong-menolong peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran ada lah 21,67. Da ri perhitungan interva l dapat dinyatakan bahwa ra ta-ra ta peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap tolong menolong pada ABK dengan ka tegori tinggi.

Sesua i dengan data yang terdapat da lam tabel 4, jumlah peserta didik yang tergolong da lam kategori tinggi sebanyak 35 peserta didik atau sebesar 60,34%. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu memahami ketika ABK butuh bantuan dan rela berkorban tena ga , pikiran dan materi. Sedangkan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK ditinjau da ri indikator sikap tolong menolong da lam kategori sedang ya itu sebanyak 21 peserta didik a tau sebesa r 36,21%. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu memahami ketika ABK butuh bantuan dan rela berkorban tena ga, pikira n, dan materi, namun da lam pelaksanaannya belum dilaksanakan seca ra optima l. Dan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK ditinjau da ri indikator sikap tolong-menolong da lam kategori rendah ya itu sebanyak 2 peserta didik atau sebesa r 3,45%. Hasil ini menyatakan bahwa masih

ada peserta didik yang belum menerapkan sikap tolong-menolong terhadap teman yang memiliki kebutuhan khusus.

Tingkat Kepedulian Sosial Peserta Didik pada ABK ditinjau dari Indikator Sikap Simpati

Untuk mengukur sika p empati peserta didik SMPN 2 Buduran pada ABK digunakan tiga penggolongan ya itu: rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengana lisis penggolongan interva l rendah, sedang dan tinggi digunakan rumus interva l yang tersedia . Untuk sela njutnya perhitungan kela s interva l dicocokkan dengan data tabula si sehingga diketahui jumlah jumlah peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap simpati pada ABK dengan kategori rendah, sedang maupun tinggi. Selanjutnya untuk menghitung banyaknya persenta se peserta didik yang memiliki sikap simpati pada ABK da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi maka digunakan rumus persentase. Untuk memudahkan da lam membaca maka dijelaskan oleh tabel seba ga i berikut:

Ta bel 5. Persentase Sikap Simpati Peserta Didik pada ABK di SMPN 2 Buduran

Interval Kategori Frekuensi Persentase

8 – 15 Rendah 0 0%

16 – 23 Sedang 6 10,34%

24 – 32 Tinggi 52 89,66%

Total 58 100%

Skor rata-rata 1574: 58 = 27,13

Berda sarkan da ta yang terdapat da lam tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun peserta didik yang memiliki sikap simpati pada ABK da lam kategori rendah. La lu sebanyak 6 atau 10,34% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap simpati pada ABK da lam kategori sedang, dan sebanyak 52 atau 89,66% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sika p simpati pada ABK da lam kategori tinggi. Berda sarkan hasil tabula si data diketahui tota l skor yang didapatkan responden pa ling tinggi pada soa l pernyataan da ri indikator sikap simpati ya itu 31, a dapun tota l skor terendahnya ya itu 17. Rata -rata tota l skor indikator sikap simpati peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran ya itu 27,13. Da ri perhitungan interva l dapat dinyatakan bahwa rata -rata peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap simpati pada ABK dengan ka tegori tinggi.

Sesua i dengan data yang terdapat da lam tabel 5, banyaknya peserta didik yang tergolong da lam kategori tinggi sebanyak 52 peserta didik atau sebesar 89,66%.

(7)

785 Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu memiliki belas ka sih terhadap ABK dan ikut merasakan penderitaannya. Sedangkan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK ditinjau da ri indikator sikap simpati da lam kategori sedang ya itu sebanyak 6 peserta didik atau sebesa r 10,34%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika di da lam kela s maupun di lua r kela s sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu memiliki bela s kasih terhadap ABK dan ikut mera sakan penderitaannya , namun da lam pelaksanaannya belum dilaksanakan seca ra optima l. Dan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK ditinjau da ri indikator sikap simpati da lam kategori rendah ya itu tidak a da a tau 0%. Hasil ini menyatakan bahwa sikap simpati peserta didik pada ABK suda h tidak dira gukan la gi.

Tingkat Kepedulian Sosial Peserta Didik pada ABK ditinjau dari Indikator Sikap Toleran

Untuk mengukur sikap toleran peserta didik SMPN 2 Buduran pada ABK digunakan tiga penggolongan ya itu: rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengana lisis penggolongan interva l rendah, sedang, dan tinggi digunakan rumus interva l yang tersedia . Untuk sela njutnya perhitungan kela s interva l dicocokkan dengan ha sil tabula si data sehingga diketahui jumlah peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap toleran pada ABK dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya untuk menghitung banyaknya persentase peserta didik yang memiliki sika p toleran pada ABK da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi, maka digunakan rumus persenta se. Untuk memudahkan da lam membaca maka dijelaskan oleh tabel sebagai berikut:

Ta bel 6. Persentase Sikap Toleran Peserta Didik pada ABK di SMPN 2 Buduran

Interval Kategori Frekuensi Persentase

8 – 15 Rendah 1 1,72%

16 – 23 Sedang 13 22,42%

24 – 32 Tinggi 44 75,86%

Total 58 100%

Skor rata-rata 1470: 58 = 25,34

Berda sarkan da ta yang terdapat da lam tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 1 atau 1,72% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki sika p toleran pada ABK da lam kategori rendah. La lu sebanyak 13 atau 22,42% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap toleran pada ABK da lam kategori sedang, dan sebanyak 44 atau 78,86% da ri 58 peserta didik di

SMPN 2 Buduran memiliki sika p toleran pada ABK da la m kategori tinggi.

Berda sarkan ha sil tabula si data diketahui bahwa tota l skor yang didapatkan responden pa ling tinggi pada soa l pernyataan dengan indikator sikap toleran ya itu 31, adaapun tota l skor terendahnya ya itu 14. Rata -rata tota l skor indikator sikap toleran peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran ada lah 25,34. Da ri perhitungan interva l dapat dinyatakan rata -rata peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sika p toleran pada ABK da lam ka tegori tinggi.

Sesua i dengan data yang terdapat da lam tabel 6, jumlah peserta didik yang tergolong da lam kategori tinggi sebanyak 44 peserta didik atau sebesar 78,66%. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu memahami bahwa setia p orang memiliki kemampuan berbeda , tidak merendahkan teman ABK dan bersedia memaafkan kesa lahan. Sedangkan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK ditinjau da ri sikap toleran da lam kategori sedang ya itu sebanyak 13 peserta didik atau sebesa r 22,42%. Ha sil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu memahami bahwa setia p orang memiliki kemampuan berbeda , tidak merendahkan teman ABK dan bersedia memaafkan kesa lahan, namun da lam pelaksanaannya belum dila ksanakan seca ra optima l. Dan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK ditinjau dari indikator sikap toleran da lam kategori rendah ya itu ada 1 peserta didik atau sebesa r 1,72%. Hasil ini menyatakan masih ada peserta didik yang tidak menerapkan sikap toleran terhadap teman sebayanya ya ng memiliki kebutuhan khusus.

Tingkat Kepedulian Sosial Peserta Didik pada ABK ditinjau dari Indikator Sikap Kerjasama

Untuk mengukur sikap kerja sama peserta didik SMPN 2 Buduran pada ABK digunakan tiga penggolongan ya itu: rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengana lisis penggolongan interva l rendah, sedang dan tinggi digunakan rumus interva l yang tersedia . Untuk sela njutnya perhitungan kela s interva l dicocokkan dengan ha sil tabula si data sehingga diketahui jumlah peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap kerjasama pada ABK da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya untuk menghitung banyaknya persentase peserta didik yang memiliki sikap kerjasama pada ABK da lam kategori rendah, sedang, dan tinggi, maka digunakan rumus persenta se. Untuk memudahkan da lam membaca maka dijelaskan oleh tabel sebagai berikut:

(8)

Ta bel 7. Persentase Sikap Kerjasama Peserta Didik pa da ABK di SMPN 2 Buduran

Interval Kategori Frekuensi Persentase

5 – 9 Rendah 3 5,17%

10 – 14 Sedang 15 25,86%

15 – 20 Tinggi 40 68,97%

Total 58 100%

Skor rata-rata 855: 58 = 14,74

Berda sarkan da ta yang terdapat da lam tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 3 atau 5,17% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki sikap kerjasama pada ABK da lam kategori rendah. La lu sebanyak 15 atau 25,86% da ri 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap kerja sama pada ABK da lam kategori sedang, dan sebanyak 40 atau 68,9% dari 58 peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap kerjasama pada ABK da lam kategori tinggi.

Berda sa rkan hasil tabulasi data diketahui bahwa tota l skor yang didapatkan responden pa ling tinggi pada soa l pernyataan dengan indikator sikap kerja sama ya itu 18, adapun tota l skor terendahnya ya itu 8. Rata -rata tota l skor indikator sikap kerjasama Rata -rata tota l skor indikator sikap kerja sama peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran ada lah 14,74. Da ri perhitungan interva l dapat diketahui bahwa rata -rata rata -rata peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sika p kerjasama pada ABK da la m kategori sedang.

Sesua i dengan data yang terdapat da lam tabel 7, jumlah peserta didik yangtergolong da lam kategori tinggi sebanyak 40 peserta didik atau sebesa r 68,9%, ha sil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu sa nggup bekerja sama dengan semua orang. Sedangkan peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK ditinjau da ri indikator sikap kerjasama da lam kategori sedang ya itu sebanyak 15 peserta didik atau sebesa r 25,86%. Ha sil ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah dapat menunjukkan sikap yang memenuhi kriteria ya itu sanggup bekerjasama dengan semua orang, namun da lam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optima l. Da n peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK ditinjau da ri indikator sikap kerja sama da lam kategori rendah ya itu sebanyak 3 peserta didik a tau sebesa r 5,17%. Ha l ini menyatakan masih ada peserta didik yang tidak menerapkan sikap kerja sama terhadap sesama teman sebanyanya yang memiliki kebutuhan khusus.

Berda sarkan rincian data per indikator yang telah dijela skan di ata s, maka dapat dilihat bahwa masing-masing dari indikator kepedulia n sosia l pada ABK

menunjukkan rata -rata sikap yang tergolong da lam kategori tinggi. Wa laupun ha sil da ri ma sing-masing indikator menunjukkan jumlah persentase yang berbeda sa tu sama yang la innya . Da lam mempermudah melihat perbedaan da ri hasil masing-masing indikator kepedulian sosia l pada ABK yang dimiliki oleh peserta didik SMPN 2 Buduran maka dapat dijela skan rincian data masing-masing indikator seperti yang tercantum da lam grafik diba wah ini:

Gra fik 1. Rincia n per indikator Tingkat Kepedulia n Sosia l Peserta Didik pada ABK di SMPN 2 Buduran

Berda sarkan penjela san grafik 1 maka dapat diketahui bahwa indikator dengan skor terba ik ya itu indikator sikap simpati pada ABK. Ha l tersebut ka rena terdapat 52 atau 89,66% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap simpati pada ABK dengan kategori tinggi. Sedangkan sebanyak 6 a tau 10,34% da ri 58 peserta didik SMPN Buduran yang memiliki sikap simpati pada ABK dengan kategori sedang, dan tidak ada seorang pun peserta didik yang memiliki sika p simpati pa da ABK dengan kategori rendah.

Indikator dengan jumlah persentase pa ling buruk pada gra fik 1 ya itu indikator sikap kerjasama. Ha l tersebut ka rena hanya terdapat 40 a tau 68,97% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap kerja sama dengan ABK da lam kategori tinggi. La lu terdapat 15 atau 25,86% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap kerjasama dengan ABK da lam kategori sedang, dan terdapat 3 a tau 5,17% da ri 58 peserta didik yang memiliki sikap kerjasama dengan ABK da lam kategori rendah. Setiap indikator kepedulian sosia l pada ABK telah dipapa rkan dan menunjukkan hasil bahwa da ri masing-masing indikator memiliki ra ta-rata sika p dengan kategori tinggi.

Pembahasan

Pembahasan da lam penelitian ini ya itu untuk mendeskripsikan tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPN 2 Buduran berdasa rkan indikator sikap tolong-menolong,

(9)

787 simpati, toleran dan kerjasama. Dari hasil ana lisa yang dila kukan pada peserta didik di SMPN 2 Buduran memaparkan bahwa tidak ada seorangpun peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK yang rendah. Terdapat 12 orang a tau 20,69% dari 58 peserta didik yang memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK da lam kategori sedang, dan terdapat 46 atau 79,31% da ri 58 peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pada ABK da lam kategori tinggi. Jika dirata -rata menunjukkan bahwa peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki kepedulian sosia l terhadap ABK dalam kategori tinggi.

Da ri ha sil penelitian menyebutkan bahwa ada kesesua ian dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Lickona . Menurut teori ka rakter Thomas Lickona, ada tiga komponen dasa r pembentuk ka rakter ya itu pengetahuan mora l (Moral Knowing), perasaan mora l

(Moral Feeling) dan perilaku mora l (Moral Action).

Ketiga komponen karakter tersebut sa ling mempenga ruhi sa tu dengan la innya . Lickona juga menyatakan bahwa da ri ketiga komponen ka rakter tersebut terkadang juga tidak diimplementa sikan secara lurus, terkadang satu dengan la innya juga bertentangan. Da ri ketiga komponen ka rakter tersebut dapat dikatakan sesua i karena dapat dibuktikan, berdasa rkan hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa tingkat kepedulia n sosia l peserta didik pada ABK rata -rata memiliki kategori tinggi yang dipenga ruhi oleh adanya pengetahuan da ri peserta didik terka it kepedulian, da ri pengetahuan tentang kepedulian tersebut peserta didik dapat menentukan sikapnya , sela njutnya dapat berperilaku sesua i dengan pengetahuan da n sikap yang mereka miliki.

Da ri penelitian ini diketahui komponen pengetahuan mora l (moral knowing) ya itu pengetahuan mora l tentang kepedulian sosia l. Pengetahuan tentang kepedulian sosia l ini didapatkan oleh peserta didik da ri rumah maupun sekolah ka rena pada da sarnya peduli sosia l ada lah sa lah sa tu ka rakter yang ha rus dikembangkan di sekolah. Pengetahuan mora l tentang kepedulian sosia l ini dica ri da lam angket. Menurut penelitian ini perasaan mora l

(moral feeling) juga menjadi komponen yang dica ri.

Pera saan mora l (moral feeling) da lam penelitian ini yaitu sikap peduli sosia l. Kepedulia n sosia l ada lah ra sa yang sela lu ingin memberikan bantuan kepada orang la in yang membutuhkan, maka untuk mengukur ra sa sela lu ingin memberi bantuan orang la in dapat diukur dengan ba ga imana sikap seseorang tentang ha l tersebut. Sedangkan perbuatan mora l (moral action) ada lah perilaku yang mempresenta sikan perilaku peduli sosia l. Perbuatan mora l (moral action) da lam penelitian ini tidak dica ri datanya. Ha l tersebut dika renakan keterbatasan instrumen penelitian yang digunakan.

Menurut penelitian ini, pengetahuan mora l (Moral

Knowing) ada lah pengetahuan tentang ka rakter khususnya

terka it ka rakter peduli sosia l yang didapatkan peserta didik mela lui dua mata pelaja ran wajib ya itu a gama dan PPKn di sekolah. Perasaan mora l (Mora l Feeling) yaitu sikap yang mencerminkan peduli sosia l pada ABK. Sikap tersebut didapatkan dari pemahaman yang akhirnya dengan pemahaman yang dimilikinya peserta didik dapat menunjukkan sikapnya . Sedangkan perilaku mora l (Moral

Action) ya itu perilaku yang mencerminkan peduli sosia l.

Perilaku ini didapatkan da ri pengetahuan dan pera saan mora l, dimana dengan mengetahui sesuatu seseorang dapat bersikap kemudian dapat berperilaku terhadap sesua tu tersebut.

Menurut Lickona (2013:82) pendidikan ka rakter mengutamakan pentingnya tiga komponen karakter yang ba ik (Components of Good Character) ya itu pengetahuan mora l (Moral Knowing), pera saan mora l (Moral Feeling) dan Perila ku Mora l (Moral Action). Da lam penelitia n ini komponen pengetahuan mora l (Moral Knowing) ada lah pengetahuan tentang karakter peduli sosia l yang dimiliki oleh peserta didik SMPN 2 Buduran. Pengetahuan mora l tentang kepedulia n sosia l ini ditunjukkan oleh data -data yang didapatkan da ri angket. Ha sil di lapangan menyatakan bahwa pengetahuan tentang kepedulian sosia l yang dimiliki oleh peserta didik SMPN 2 Buduran dinyatakan ba ik. Ha l tersebut dapat dibuktikan dengan adanya dukunga n sikap yang ba ik pula yang berka itan dengan kepedulian sosia l peserta didik. Pengetahuan tentang kepedulian sosia l didapatkan peserta didik di sekolah mela lui dua mata pela jaran ya itu pendidikan Agama dan PPKn. Da lam struktur kurikulum pendidikan di Indonesia , terdapat dua mata pela jaran wajib, dimana mata pelaja ran tersebut berka itan la ngsung dengan pembentukan karakter yang ba ik. Kedua mata pelaja ran tersebut ya itu a gama dan PPKn. Di da lam kedua mata pelaja ran tersebut mengaja rkan nila i-nila i yang ba ik sa lah sa tunya ya itu nila i peduli sosia l, dimana untuk taraf sela njutnya dapat membentuk peserta didik yang peduli dan dapat mengaplika sikan nila i-nila i kepedulian tersebut.

Lickona (2012:291) menyebutkan strategi-strategi da lam membentuk karakter peserta didik di sekola h dapat dilakukan dengan ca ra seperti: (1) guru peduli terhadap peserta didik, dengan ca ra memberi panutan yang ba ik terka it ka rakter, (2) membangun kelompok kela s dengan sikap peduli terhadap sesamanya, (3) menumbuhkan kesadaran dengan memberikan dorongan pada peserta didik untuk mela kukan ha l ba ik dan menjauhi ha l buruk, dan (4) memberikan pengaja ran terka it nila i-nila i ba ik yang ha rus dipahami peserta didik, ba ga imana cara mengimplementa sikannya sehingga menjadi kebia saan ba ik dan memberikan penga rahan bahwa setiap individu

(10)

memiliki tanggungjawab untuk membentuk ka rakternya sendiri, ba ik itu berupa ka rakter ba ik maupun ka rakter buruk.

Komponen perasaan mora l (Moral Feeling) yang dimaksud da lam penelitian ada lah komponen yang dicari. Kepedulia n sosia l pada ABK merupakan kepekaan seseorang terhadap sesamanya yang memiliki kebutuhan khusus, sedangkan untuk mengukur kepedulian tersebut dapat dilihat da ri seberapa tinggi sikap seseorang tersebut da lam menunjukkan sikap peduli sosia l. Pada komponen perasaan mora l (Moral Feeling) ini, peserta didik di SMPN 2 Buduran cenderung menggunakan hati nurani untuk bersikap peduli dengan sesama, mampu intropeksi menila i diri sendiri, memiliki kerendahan hati untuk bisa menerima sega la kekurangan orang la in utamanya kekurangan yang dimiliki oleh teman sebanya yang berkebutuhan khusus. Da ri ana lisis diperoleh hasil bahwa tidak ada seorangpun peserta didik yang memiliki tingkat kepedulian sosia l pa da ABK yang rendah. La lu terdapat 12 orang a tau 20,69% daei 58 peserta didik memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK yang sedang, dan sebanyak 46 atau 79,31% da ri 58 peserta didik memiliki tingkat kepedulia n sosia l pada ABK yang tinggi. Da ri ana lisis data tersebut menunjukkan bahwa peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki komponen pera saan mora l

(Moral Feeling) yang ba ik. Ha l tersebut terlihat da ri

adanya peserta didik SMPN 2 Buduran sudah memiliki pengetahuan tentang kepedulian sosia l yang didapatkan da ri sekolah. Sehingga berpotensi besa r da lam membentuk sikap peduli sosia l di ka langan peserta didik.

Komponen yang terakhir da ri komponen ka rakter ya itu perila ku mora l (Moral Action). Komponen perilaku mora l ya itu perilaku-perilaku yang mempresentasikan perila ku peduli sosia l pada ABK. Akan tetapi pada penelitian ini perila ku yang mempresenta sikan perilaku peduli sosia l pada ABK tidak dica ri datanya. Ha l ini disebabkan karena waktu penelitian yang memiliki keterbata san juga instrumen penelitian yang masih terbata s. Untuk mengukur sampa i pada tahap perilaku mora l (Moral Action) diperlukan waktu lama dan instrumen yang disediakan juga ha rus lebih kompleks. Maka untuk penelitia n ini tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK dinyatakan tinggi hanya pada ta hap perasaaan moral (Moral Feeling) saja.

Pengetahuan mora l (Moral Knowing), perasaan mora l (Moral Feeling) dan perila ku mora l (Moral Action) merupakan satu kesatuan yang sa ling mempenga ruhi. Menurut Lickona (2013: 84) pengetahuan mora l (Moral

Knowing) dan pera saan mora l (Moral Feeling) akan

membua t tindakan mora l (Moral Action). Berdasa rkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa ka rakter yang ba ik didukung oleh pemahaman tentang keba ikan, keinginan untuk berbuat ba ik yang ditunjukkan dengan

bersikap yang ba ik, dan melakukan perbuatan ba ik. Apabila diga bungkan ketiga komponen tersebut dapat diketahui bahwa jika seseorang memiliki pengetahuan tentang sesuatu, kemudian memiliki sikap tentang ha l tersebut, maka selanjutnya seseorang tersebut dapat berperila ku sesua i dengan apa yang diketahuinya dan apa yang disikapinya tersebut. Ka rena itu, pendidikan ka rakter yang terdiri da ri tiga a spek tersebut mengakibatkan seseorang dapat memahami apa yang ba ik dan apa yang buruk.

Da lam lingkungan sekolah sosok figur yang memiliki peran krusia l da lam menumbuhkan sikap peduli sosia l ya itu guru, guru bukan hanya seba ga i pengaja r mela inkan juga seba ga i pendidik. Disini dapat dilihat bahwa pembentukan sikap peduli sosia l di SMPN 2 Buduran melibatkan tiga komponen karakter ya itu pengetahuan mora l, pera saan mora l dan perilaku mora l. Pengetahuan mora l dapat diliha t da ri sejauh mana pengena lan dan pemahaman tentang kepedulia n sosia l diberikan kepada peserta didik. Pengena lan dan pemahaman disini dapat dilakukan dengan cara memperkena lkan pentingnya peduli terhadap sesama, untuk selanjutnya peserta didik diberikan penga rahan atau pengertia n tentang kepedulian dengan tujuan a ga r peserta didik tersebut mengetahui dan bersedia untuk bersikap peduli. Sedangkan perasaan mora l dapat dilihat da ri sejauh mana penerapan kepedulian sosia l itu dikembangkan. Penerapan yang dimaksud disini ya itu dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan perbuatan ba ik yang tela h diaja rkan oleh tenaga pendidik di sekolah.

Selanjutnya perilaku mora l dapat diliha t da ri sejauh mana pengulanga n atau pembia saan da ri perilaku peduli sosia l itu diterapkan. Pengulangan atau pembiasaan yang dimaksud disini ya itu setela h peserta didik memahami dan menerapkan sikap peduli sosia l yang sudah dikena lkan sebelumnya , kemudian bisa dila kukan pembia saan dengan menerapkan sikap peduli sosia l seca ra berulang a ga r peserta didik terbia sa mela kukan perila ku peduli sosia l. Jika ketiga komponen mora l tersebut dapat diterapkan dengan ba ik maka peserta didik dapat memiliki ka rakter yang ba ik pula , utamanya ya itu ka rakter peduli sosia l terhadap teman sebayanya yang berkebutuhan khusus.

Da ri ha sil penelitia n yang sudah dipapa rkan diatas dapat dinyatakan bahwa masing-ma sing dari indikator kepedulian sosia l pada ABK berada da lam kategori tinggi. Jika diliha t perbedaan hasil perolehan skor pada masing-masing indikator da ri kepedulian sosia l peserta didik pada ABK seperti yang dijela skan pada grafik 1 maka bahwa indikator dengan skor terba ik ada lah indikator sikap simpati pada ABK. Ha l tersebut dika renakan terdapat 52 atau 89,66% dari 58 peserta

(11)

789 didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap simpati pada ABK dengan kategori tinggi. La lu sebanyak 6 atau 10,34% da ri 58 peserta didik SMPN Buduran yang memiliki sika p simpati pada ABK dengan kategori sedang, dan tidak ada seorang pun peserta didik yang memiliki sika p simpati pada ABK dengan kategori rendah. Sedangkan indikator dengan persenta se terburuk pada grafik 1 ada lah indikator sikap kerjasama. Ha l tersebut dikarenakan hanya terdapat 40 atau 68,97% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap kerja sama dengan ABK da lam kategori tinggi. La lu terdapat 15 atau 25,86% da ri 58 peserta didik SMPN 2 Buduran yang memiliki sikap kerjasama dengan ABK da lam kategori sedang, dan terdapat 3 a tau 5,17% da ri 58 peserta didik yang memiliki sikap kerjasama dengan ABK da lam kategori rendah.

Berda sarkan ha sil ana lisis dan pemapa ran dia tas, indikator kerja sama menjadi indikator dengan hasil terburuk. Wa laupun dida lam penelitian ini tingkat kepedulian sosia l peserta didik menunjukkan hasil dengan kategori tinggi, namun kenyataannya kerjasama yang terja lin antara peserta didik norma l dengan ABK berada da lam kategori sedang. Ha l ini merupakan indikasi yang buruk juga pada kepedulia n peserta didik terhadap ABK. Menurut Anita (2005:28) da lam Purwaningsih (2013:7) menjela skan bahwasanya kerja sama adalah sesuatu yang dianggap krusia l terhadap kehidupan individu di lingkungan sosia lnya . Tidak adanya kerja sama tidak mungkin juga terbentuk suatu lemba ga khususnya sekolah. Tanpa adanya kerjasama yang terjadi anta r wa rga sekolah, maka tujuan da ri pembela ja ran itu sendiri tidak akan bisa dicapa i dengan maksima l. Maka tidak seha rusnya indikator kerjasama menjadi indikator terburuk diantara indikator la innya.

Menurut Setiyani (2012:63) terdapat beberapa faktor yang bisa mendukung terja linnya kerja sama. Supaya terjadi sebuah kerja sama yang sa ling menguntungkan da lam suatu kelompok, sehingga mampu memecahkan masa lah yang sedang dihadapi, terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung terja linnya kerjasama ada lah sebaga i berikut: (1) tiap-tiap peserta didik ha rus menyadari dan mengakui kemampuannya masing-masing, (2) tiap-tiap peserta didik ha rus mengerti dan memahami akan masa lah yang sedang dihadapi, (3) tiap-tia p peserta didik yang bekerjasama perlu mela kukan komunika si, (4) tiap-tiap peserta didik yang bekerjasama perlu memahami kesulitan dan kelemahan anta r anggota kelompok yang la in, (5) perlu adanya penga turan, ya itu koordinasi yang benar-benar tertata dengan ba ik, (6) adanya keterbukaan dan kepercayaan da ri ma sing-masing individu.

Berda sarkan pemaparan diata s, indikator kerja sama menjadi indikator yang mendapatkan perolehan terburuk

dika renakan masing-ma sing peserta didik kurang da lam ha l berkomunikasi maupun berkoordina si. Ha l tersebut tidak dapat dipungkiri bahwasanya antara peserta didik normal dengan ABK ma sih kurang menerima satu sama la in. Tidak sedikit peserta didik norma l lebih memilih bekerja sama dengan sesama peserta didik norma l dibandingkan ha rus bekerjasama dengan ABK. ka rena pada hakikatnya bekerjasama itu sa ling menguntungkan. Da ri hasil a na lisa menunjukkan peserta didik sudah memiliki simpati yang ba ik, namun untuk sikap kerja samanya memperoleh hasil skor terendah dibandingkan indikator la innya. Wa laupun indikator kerja sama yang dimiliki oleh peserta didik SMPN 2 Buduran memiliki rata -rata berada da lam kategori tinggi tetapi mungkin saja data yang didapatkan bisa bersifat praksis maka ha l tersebut menjadi ha l yang mengkha watirkan bagi pengimplementasian kepedulian sosia l peserta didik pada ABK.

Da ri ha sil penelitian diketahui indikator dengan perolehan skor terba ik ya itu indikator sikap simpati. Menurut Tiyas (2017: 16) simpati dan empati pada usia remaja memiliki penga ruh cukup besa r terhadap kepedulian sosia l dikarenakan adanya faktor yang mempenga ruhi, diantaranya ya itu kemampuan memahami, kemampuan berinteraksi dan kemampuan merespon emosi. Sedangkan menurut Fa izah (2017: 5) simpati dan empati dapat menumbuhkan doronga n untuk menolong, dimana tujuan dari menolong itu sendiri ada lah untuk memberikan kesejahteraan bagi orang la in. Disini jela s seka li bahwa sanya simpati dan empati memiliki penga ruh yang besa r terhadap terbentuknya kepedulia n sosial.

Peserta didik di SMPN 2 Buduran memiliki sikap simpati yang tinggi terhadap keberadaan ABK. Adanya simpati memperliha tkan adanya kepedulian sosia l juga . Individu yang bersimpati terhadap orang la in bera rti individu tersebut menyadari adanya reaksi emosiona l yang dia lami orang la in, memiliki pera saan bela s kasih dan mampu memahami perasaan orang la in. Jika individu sudah memiliki itu semua maka sudah bisa dikatakan bahwa individu tersebut memiliki kepedulian sosia l. Sela in itu seperti yang dikatakan oleh Alma (2010:205) simpati dan empati mempunya i kontribusi yang dapat mempenga ruhi kepedulian sosia l. Simpati dan empati merupakan dua ha l yang yang dapat membuat sesorang memiliki kepedulian. Dengan simpati dan empati dapat membua t seseorang menjadi penuh kasih dan peduli kepada sesamanya. Sela in itu ada juga penyebab la in yang ikut mempenga ruhi. Kepedulian sosia l dipenga ruhi oleh tiga faktor lingkungan, ya itu lingkungan kelua rga , sekolah dan masya rakat dimana tempat mereka tingga l. Disini peran sekola h juga ikut mempenga ruhi terbentuknya kepedulian sosia l peserta didik.

(12)

Berda sarkan data diatas menunjukkan indikator simpati merupakan indikator dengan perolehan skor terbaik.

Berdasa rkan hasil wa wancara kepada sa lah satu guru PKn di SMPN 2 Buduran pada hari Rabu, 4 Ma ret 2020 juga mengatakan bahwa kepedulian sosia l anak terhadap ABK di SMPN 2 Buduran sudah terbilang ba ik, akan tetapi masih terdapat peserta didik yang belum peduli terhadap teman sebanyanya khususnya teman yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti anak kela s VII masih terlihat kurang ra sa kepedulia nnya terhadap sesama ka rena masih da lam proses transisi dari SD ke SMP menyebabkan mereka kurang memiliki pengetahuan terka it kepedulian sosia l. Untuk peserta didik kela s VIII dan IX dirasa sudah baik kepedulia nnya . Banyak sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik terutamanya yang berka itan dengan ABK, ba ik itu sikap yang positif ataupun nega tif. contoh sikap positif yang dimunculkan peserta didik di sekolah seperti mau membantu ABK yang membutuhkan bantuan, tidak membeda-bedakan da lam berkelompok, mau berteman ba ik dengan ABK. Sedangkan sikap negatif yang sering dimunculkan adalah masih adanya sikap sa ling mengejek yang berujung pada perkelahian kecil di kela s.

Pa da dasa rnya kepedulian sosia l ditanda i oleh adanya persahabatan yang terbentuk diantara peserta didik, dimana pada masa puberta s ini seseorang lebih banyak memiliki sahabat atau teman dekat bahkan berinteraksi dengan mereka . Da lam sebuah hubungan persahabatan atau pertemanan, individu tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat menciptakan rasa sa ling peduli dianta ra sesamanya. Untuk menumbuhkan ra sa peduli tersebut diperlukan rasa simpati dan empati. Da lam lingkungan pertemanannya banyak ha l yang dilakukan individu dengan temannya tersebut seperti sa ling bertuka r pikiran atau hanya sekedar untuk mencurahkan apa yang sedang dia laminya . Dalam hubungannya tersebut seca ra langsung dan tidak langsung seseorang sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sedang dia lami oleh orang la in. Ketika empati sudah dimiliki dan tertanam da lam diri seseorang maka akan tercipta kepedulian sosial.

Kepedulian ada lah mengenai tingkah laku sangat peduli, sikap mengacuhkan, dan sikap memperhatikan. Kepedulian sosia l ada lah sikap memedulikan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekita r individu. Tindakan peduli sosia l tidak sekedar mengetahui apa yang sa lah dan bena r, mela inkan juga adanya dorongan hati untuk mengadakan gerakan guna membantu orang la in. Sedangkan menurut Rusmakno (2008:42) dalam Purwaningsih (2017:10) Kepedulian sosia l merupakan tingkah laku yang mencermati kehidupan bersama, tingkah laku ini bia sa diaktua lkan lewat kepekaan atas kondisi orang la in, keterlibatan da lam mengadakan perubahan yang positif,

menolong tanpa mengharapkan imba lan, mengha rga i perbedaan dan empati atas kesusahan orang la in. Kepedulian sosia l yang dimaksud bukan untuk mengurusi urusan orang la in, mela inkan lebih pada memberikan kontribusi da lam menyelesa ikan masa lah orang la in dengan tujuan kebaikan. Sedangkan menurut Lawang da lam Murniati (2011: 206) kepedulian sosia l merupakan perasaan yang berka itan dengan tanggungjawab terhadap kesusahan yang dia lami orang la in, dimana orang tersebut memiliki dorongan untuk membantu mengata si permasa lahannya. Oleh karena itu kepedulian sosia l terhadap ABK ada lah sikap dimana seseorang tergerak memiliki dorongan untuk membantu kesulitan yang dihadapi temannya terutama temannya yang memiliki kebutuhan khusus dengan suka rela tanpa mengharapkan imba lan. Kepedulian sosia l terhadap teman ABK ini dapat diwujudkan dengan ca ra sa ling tolong-menolong, bersimpati, berbagi, bekerja sama satu dengan la innya , hormat-menghormati, bersikap sopan santun, dan ta nggung jawab sosial.

Bentuk-bentuk kepedulian sosia l dapat diba gi berdasa rkan lingkungannya . Lingkungan yang dimaksud disini merupakan lingkungan dimana seseorang hidup dan berinteraksi dengan orang la in atau yang bia sa disebut dengan lingkungan sosia l. Menurut Setiadi (2012: 66) da lam Rahman (2014: 19), lingkungan sosia l yang dimaksud merujuk pada lingkungan dimana seseorang mengadakan interaksi sosia l, ba ik itu interkasi dengan anggota kelua rga , teman, dan kelompok sosia l la in yang ca kupannya lebih besar.

Masa lah menurunnya kepedulian antar peserta didik di lingkungan sekolah timbul ka rena kurangnya pembentukan ka rakter peduli serta masih rendahnya ra sa kepedulian yang dimiliki oleh peserta didik. Terdapat ca ra pembentukan peduli sosia l yang dapat diterapkan menurut Feist (2002:79) da lam Afria nty (2018:19) dianta ranya ya itu: (1) memperhatikan dan mencontoh perila ku peduli sosia l dari orang-orang yang menjadi idola , (2) mela lui perolehan informasi seca ra verba l tentang keadaan seseorang yang dianggap lemah sehingga dapat didapatkan kesada ran tentang apa yang menimpa orang la in yang akhirnya dapat bersikap dan berperila ku peduli terhadap orang yang dianggap lemah tersebut, (3) mela lui perolehan penguatan yang didapatkan seseorang setelah mela kukan tidakan peduli sosial.

Da lam ha l ini terdapat upaya terstruktur yang dila kukan oleh sekolah da lam proses pembentukan ka rakter peduli sosia l ya itu mela lui kegiatan pembelaja ran, kegia tan ekstrakurikuler dan pembia saan-pembiasaan yang dilakukan di lingkungan sekolah. Da lam kegiatan pembelaja ran, pembentukan nila i peduli sosia l dila kukan dengan menggunakan berbaga i macam metode pembelaja ran yang dapat menumbuhkan kepedulian anta r

(13)

791 sesama. Da lam kegiatan ekstrakurikuler, pembentukan nila i peduli sosia l dapat dilakukan dengan ca ra mengimplementa sikan nila i-nila i peduli sosia l keda lam berba ga i kegia tan di lua r kela s. Ada beberapa ekstrakurikuler yang memang bisa memberikan penga ruh terhadap pembentukan karakter peduli sosia l dianta ranya seperti ekstrakurikuler Unik Kesehatan Sekolah (UKS), Pa lang Merah Remaja (PMR) dan Pramuka. Sedangkan pembiasaan rutin yang dilakukan sekolah sebaga i upaya pembentukan peduli sosia l ya itu budaya 5S (Senyum, Sa la m, Sapa, Sopan, Sa ntun) dan kegiatan Jumat Bersih.

Untuk dapat menumbuhkan kepedulian anta r peserta didik di sekolah diperlukan kerjasama semua elemen sekolah. Guru sebaga i pengaja r dan pendidik memiliki tanggung ja wab yang besa r da lam penumbuhan karakter yang ba ik, terutama terka it kepedulian. Langkah- langkah yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kepedulian sosia l dijela skan oleh Alma (2010:210), dimana sa lah sa tunya menyebutkan upaya peningkatan kepedulian sosia l dapat dilakukan di lingkungan sekolah. Sekolah ada lah sa lah satu lembaga pendidian yang berperan untuk memberikan pendidikan ka rakter sa lah satunya yaitu tentang kepedulian sosia l. Penumbuhan nila i-nila i kepedulian tersebut dapat diimplementasikan pada setiap mata pela jaran tujuannya adalah aga r nila i-nila i peduli sosia l benar-bena r bisa diterapkan oleh peserta didik. Seluruh wa rga sekolah memiliki peran da lam proses penumbuhan nilai-nila i dan karakter di sekolah.

Sela in upaya pembentukan kepedulian sosia l, ada juga berbaga i ha l yang menjadi faktor pengha lang da lam penumbuhan kepedulian sosia l yang mengakibatkan menurunnya tingkat kepedulian sosia l da lam diri individu, menurut Destina (2016:27) da lam Afriyanti (2018:20) diantaranya adalah sebaga i berikut, yang pertama yaitu egoisme. Egosime merupakan tindakan seseorang yang sudah terarah atau semua bentuk kegiatan yang terarah pada diri sendiri. Kedua ya itu matrelia listis, materia listis ya itu sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dimana sikap dan perilaku tersebut sangat mengedepankan materi sebaga i a lat pemenuhan kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan itu tidak sedikit diantara mereka cenderung meremehkan ba ga imana ca ra untuk memperolehnya.

Da lam lingkup Pendidikan, sekolah bukan hanya sebaga i tempat untuk mempela jari kemampuan yang berba sis pengetahuan saja , mela inkan juga mendukung peserta didik untuk dapat menumbuhkan kemampuan mora l atau akhla knya . Di sekola h pula peserta didik dapat berinteraksi dengan guru, teman-teman peserta didik la innya serta wa rga sekola h la innya . Sela in itu peserta didik mendapatkan pendidikan berupa pembentukan nila i-nila i, pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga menjadi peserta didik yang berkarakter mulia . Sesua i

dengan teori karakter Lickona bahwasanya karakter ba ik itu didukung oleh tiga komponen penting ya itu pengetahuan mora l (Moral knowing), pera saan mora l

(Moral Feeling) dan perila ku mora l (Moral action).

Ketiga komponen karakter itu bisa didapatkan sa lah sa tunya ya itu mela lui lingkungan sekolah. Mela lui lingkungan sekolah tersebut peserta didik diha rapkan mampu mengetahui, mera sakan, selanjutnya dapat mela kukan nila i-nila i keba ikan, sa lah satunya ya itu yang berka itan dengan kepedulian sosial.

Da lam penelitian ini tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) cukup bera gam, meskipun jika dika lkula sikan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepedulian sosia l peserta didik di SMPN 2 Buduran berada pada kategori tinggi. Ha l tersebut tidak seja lan dengan asumsi a wa l yang mengatakan bahwa tingkat kepedulia n sosia l peserta didik berada da lam kategori rendah hingga sedang. Da lam penelitia n ini yang dijadikan subjek penelitian ya itu peserta didik norma l pada sekolah inklusi di tingkat SMP di Kabupaten Sidoa rjo, dimana peserta didik norma l berinteraksi dengan peserta didik yang kebutuhanan khusus. Keberadaan ABK yang berbeda dengan kondisi peserta didik norma l ba ik secara fisik, emosiona l maupun pengetahuan menjadikan peserta didik norma l ha rus bisa menerima kondisi a papun yang dimiliki oleh ABK.

Apabila peserta didik norma l dapat bersikap positif terhadap keberadaan ABK maka peserta didik norma l tersebut akan cenderung mau menerima dan bersikap peduli dengan keadaan apapun yang sedang dia lami oleh ABK. Namun seba liknya, apabila peserta didik norma l memiliki sika p nega tif terhadap keberadaan ABK maka peserta didik norma l tersebut akan cenderung memiliki sikap meremehkan, membenci hingga memunculkan kecenderungan untuk memiliki perilaku bullying. Dengan begitu kepedulian sosia l a kan meluntur dengan sendirinya. Ha l ini sependapat dengan penelitian Tumon (2014) da lam (Ha sanah, 2015: 99) yang mengemukakan bahwa pelaku tindakan bullying cenderung menca ri korban denga n kriteria seperti teman yang kurang bisa da lam bergaul, teman yang memiliki kekurangan fisik dan mereka yang menjadi adik kela s para pelaku

bullying. Namun berda sa rkan penelitian ini menyatakan

peserta didik di SMP 2 Buduran memiliki sikap positif terhadap keberadaan ABK, sikap tersebut ditunjukkan dengan kesediaan peserta didik untuk menolong, bersimpati, memiliki toleran serta bersedia bekerjasama dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di lingkup sekolah. Da lam penelitian ini menunjukkan tingkat kepedulian sosia l peserta didik pada ABK di SMPN 2 Buduran berada dalam kategori tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya nifedipin memberi harapan dalam memperoleh obat yang cukup potensial dalam menghambat terjadinya kontraksi dan

Pola asuh otoriter adalah cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak dan mengasuh anak dengan menggunakan kontrol yang ketat serta membuat peraturan

Rekomendasi ADA tahun 2005 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah

plasenta dan mengurangi perdarahan (Sulistyawati, 2009).. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Involusi Uterus.

Dari hasil perhitungan fraksi volume tiap-tiap sampel terhadap variasi molar awal Bi dan pengamatan suhu kritis masing-masing sampel terhadap variasi molar awal Bi dapat

Selama terjadinya produksi, tekanan reservoir akan mengalami penurunan dan apabila pada suatu saat tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi untuk mengalirkan fluida sampai ke

Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd (http://taniats.blogspot.com/2013/11/pengertian-novel-menurut-para-pakar.html) Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu

atau Penerbitan Informasi Waktu dan Tempat Pembuatan Informasi Dinas Pendidikan, 05/10/2015 Dinas Pendidikan, 13/09/2015 Dinas Pendidikan, 08/10/2015 Dinas Pendidikan,