• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Katakunci:Mycoplasma gallisepticum, ayam Buras

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM

UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN

PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

SoEatrro

Balai Penelitian Peteriner

Alan R.E Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114 ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui efikasi vaksin aktif dan inaktif MG 88016 isolat local pada ayam buras dilakukan di daerah bibit temak di Banyumas .Sebanyak 700 ekor KURT buras yang diperoleh dari petemakan syam buras dibagikan kepada 7 kelompok yang masing-masing kelompok mendapat 100 ekor. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 petemak yang menerima 10 ekor. Ayam pada kelompok Al diberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hsri kemudian dibooster dengan vaksin inaktifMG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok A2 diberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hsri tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok B1 diberi vaksin inaktif MG 88016 pada umur 7 hsri kemudian dibooster dengan vaksin inaktifMG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok B2 diberi vaksin inaktif MG 88016 pada umur 7 hsri tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok C1 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hsri kemudian dibooster dengan vaksin inaktif komersial pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok C2 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hsri tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok D tidsk diberi vaksinasi yang dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan di laboratorium dilakukan seperti di lapang hanya syam di laboratorium ditantang pada umur 7 minggu dengan isolat gangs MG-R980 dan dibunuh pada umur 12 minggu. Sementara penelitian sedang berjalan banyak kematian terjadi baik di lapang sebanyak 268 ekor maupun di laboratorium sebanyak 18 ekor. Kematian di lapang banyak disebabkan oleh ND sedang yang di laboratorium disebabkan oleh Gumboro dan ND. Sekalipun demikian, hasil vaksinasi di lapang sampai pada akhir 5 bulan penelitian menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin akff maupun inaktif Balitvet (MG88016) tidak menunjukkan gejala klinis ngorok, sedang pada ayam yang tidak divaksin dengan isolat Balitvet menunjukkan gejala ngorok sebanyak 13 ekor pada kelompok C dan 16 ekor pada kelompok D. Hssil di laboratorium menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin aktifdapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi MG yang ganas.dibandingkan dengan kelompok lainnya.

PENDAHULUAN

Penyakit pernafasan menahun (PPM) pada unggas merupakan penyakit yang sangat merugikan. Kerugiannya dapat disebabkan oleh hambatan kenaikan produksi telur, turunnya daya tetas telur dsn tingginya angka kematian jika disertai dengan infeksi sekunder Pada ayam buras umumnya angka kematian sangat rendah jika tidak terjadi infeksi sekunder. Sampai saat ini PPM masih tersebar luas di seluruh dunia(FAO-WHO- 01E, 1992).

Pencegahan CRD dapat dilakukan dengan vaksinasi atau dengan menggunakan antibiotika. Vaksinasi dengan vaksin inaktif MG (HILDERBRAND et al., 1983 ; HILDERBRAND, 1985) terutama pada ayam induk (grand parent dan parent stock chicken) telah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hasil dari vaksinasi ini masih bervariasi . Umumnya vaksin impor inaktif harganya cukup mahal oleh karena itu yang dapat menggunakan hanya para breeder saja.

Vaksinasi dengan vaksin MG TS mutant (MG yang dilemahkan) juga telah digunakan di luar negeri (LAM et al., 1983, 1984; SOERIPTO, 1987; SOERIPTO dsn WHITHEAR 1996). Hasil dari

(2)

vaksinasi ini cukup baik, tetapi vaksin ini harganya cukup mahal dan penanganannya di lapang tidak

mudah.

Vaksin ND

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000

Vaksin inaktif MG dengan mengunakan isolat lokal telah dilakukan oleh Drh. Kuryana tetapi

hasilnya belum memuaskan, sedang vaksin aktif dari isolat local belum pernah dikembangkan di

peternakan ayam ras maupun buras.

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk menerapkan program pengendalian PPM pada ayam buras

melalui vaksinasi dalam rangka meningkatkan pengembangan pembibitan ayam buras di pedesaan di

propinsi Jawa Tengah.

MATERI DAN METODE

Untuk mencegah penyakit ND semua ayam divaksin ulang dengan vaksin ND pada umur 4 dan

14 hari.

Vaksin dan isolat Mycoplasma gallisepticum (MG)

Vaksin aktif dan inaktif MG yang berasal dari isolat local MG88016 diperbanyak di

laboratorium Balitvet, sedang vaksin inaktif komersial isolat local dibeli dari poultry shop. Untuk

penantang digunakan isolat MG R-980 yang berasal dari Amerika, diperoleh dari BPMSOH Gunung

Sindur.

Ayam

Sebanyak 770 ekor KURI (Kutuk umur sehari) buras diperoleh dari penetasan ayam buras

dipergunakan untuk penelitian di lapang dan laboratorium. Sebanyak 700 ekor diberikan kepada 70

peternak ayam buras di daerah Banyumas yang pada awalnya sudah memelihara ayam buras.

Masing-masing peternak mendapat 10 ekor yang diperlihara pada kandang bambu. Sisanya sebanyak

70 ekor dipelihara di Balai Penelitian Veteriner Bogor untuk percobaan di laboratorium sebagai

simulasi dari percobaan lapang. Ayam di Balitvet dipelihara dalam kandang kawat.

Vitamin

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan menjaga gangguan stress semua ayam diberi vitamin

sampai umur 1 bulan.

Media

Media mikoplasma yang digunakan yaitu modifikasi Media yang diformulasikan oleh

FREY

et

al. (1968). Media cair terdiri dari Mycoplasma broth base (Gibco), sistein HCI (BDH), thallous

asetat (BDH), meah phenol (Chroma) dan aquabides. Derajat kebasaan Media diatur mencapai pH

7,8. Media ini kemudian disterilkan pada suhu 121°C selama 15 menit, kemudian didinginkan pada

suhu kamar untuk Media cair, sedangkan untuk Media padat dibiarkan di dalam penangas air dengan

suhu 50°C. Setelah itu, Media diberi penyubur yang terdiri dari serum babi yang diinaktifkan lebih

dahulu pada suhu 56°C selama 30 menit, yeast extract (Difco), DNA (Koch-Light), glukosa (May

and Baker) dan amoxycillin (Beecham P.I .). Media padat komposisinya hampir sama dengan Media

533

(3)

cair kecuali glukosa clan merah phenol tidak ditambahkan. Agar yang digunakan untuk Media padat

yaitu agar Noble (Difco). Untuk mencegah kontaminasi cendawan, Media diberi actidione

(Up-John).

Tujuh kelompok peternak masing-masing menerima 100 ekor KURI. Tiap kelompok terdiri atas

10 peternsk yang masing-masing menerima 10 ekor. Ayam pada kelompok Al diberi vaksin aktif

MG88016 pada umur 7 hari liwat tetes mata dengan dosis 25 ul yang mengandung kuman MG

sebanyak 1 x 109 cfu/ml kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 sebanyak 0,1 ml yang

mengandung protein mycoplasma sebanyak 2 mg/ml liwat subkutan di belakang kepala pada umur 3

minggu. Ayam pada kelompok A2 diberi vaksin aktifMG 88016 pada umur 7 hsri tetapi tidak diberi

booster. Ayam pada kelompok BI diberi vaksin inaktif MG 88016 sebanyak 0,1 ml yang

mengandung protein mycoplasma sebanyak 2 mg/ml liwat subkutan di belakang kepala pada umur 7

hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggn. Ayam pada

kelompok B2 diberi vaksin inaktif MG88016 pada umur 7 hsri tetapi ticlak diberi booster. Ayam

pada kelompok CI diberi vaksin inaktif komersial liwat intramuskular dengan dosis 0,25 ml pada

umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif komersial dengan dosis yang sama pada umur

3 minggn. Ayam pada kelompok C2 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hsri tetapi ticlak

diberi booster. Ayam pada kelompok D tidak diberi vaksinasi yang dipergunakan sebagai kontrol.

Percobaan di laboratorium dilakukan seperti di lapang hanya ayam di laboratorium ditantang pada

umur 7 minggn dengan isolat ganas MG-R980 melalui kantung udara intraabdominal dengan dosis

0,5 ml yang mengandung kuman 3.7 x 103 cfu/ml. Pada umur 12 minggn semua ayam dibunuh.

Rancangan pengobaan di lapang clan laboratorium dapat dilihat pada Tabel l dan 2. Parameter yang

diukur yaitu lesi pada kantong udara, kematian dan respon antibodi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam pengobaan yang di lapang banyak yang mengalami kematian karena terserang ND

khususnya terjadi pada kelompok A, B dan C, sedang pada kelompok D yang letaknya terpisah dari

Kelompok A, B dan C tidak terserang ND. Hal ini terjadi karena sebelum diberikan vaksinasi ND

pada umur 4 hsri, ayam yang dimiliki peternak di kelompok C sndah ada yang terserang ND.

Keberadaan infeksi ND yang terjadi di kelompok C di luar sepengetahuan orang Dinas ataupun

peneliti sehingga mungkin ayam KURI yang clipelihara selama 4 hsri sudah terserang infeksi ND.

Akibatnya waktu dibenkan vaksin ND kematian ayam terjadi. Wabah ND ini terus menular pada

ayam yang baru dipelihara di Kelompok A dan B yang memang lokasinya berdekatan. Kematian

yang terjadi selama penelitian berjalan dapat dilihat pada Tabel 3. Kematian banyak terjadi pada

kelompok C2 yang diberi vaksin komersil tanpa booster disusul oleh kelompok B 1 yang diberi

vaksin inaktif dengan booster. Kematian terendah terjadi pada kelompok A2 yang divaksin dengan

vaksin aktif tanpa booster disusul dengan kelompok kontrol (D). Penyebab kematian ini banyak

disebabkan oleh ND (221 ekor) sedang yang disebabkan oleh CRD, koksidiosis clan penyebab tidak

diketahui masing-masing ada 2, 1, dan 14 ekor (Tabel 4). Gejsla ngorok banyak terjadi pada

kelompok C2 dan D. Pada kelompok D (kontrol) pada saat gejala ngorok terjadi dilakukan

(4)

Tabel 1. Rancangan percobaan di lapang

Tabel 2. Rancangan percobaan di laboratorium

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000

Tabel 3. Kematian yang terjadi selama 5 bulan penelitian

Serum darah ayam sebelum divaksinasi dilakukan pengujian terlebih dahulu. Hasilnya memperlihatkan reaksi negatif terhadap antigen berwarna MG. Sampel darah diambil secara reguler mulai bulan Nopember sampai bulan Februari. Sampel yang diambil sebanyak 20% (2 sampel dari setiap peternak) tetapi setelah banyak kematian jumlah yang diperoleh tidak mencapai 140 sampel lagi. Dalam penilaian hasil serologi lebih ditekankan pada hasil 2+ karena 1+ masih lemah hasilnya . Hasil serologi sampai bulan Februari 2000 dapat dilihat pada Tabel 5 . Dari tabel dapat dilihat bahwa ayam yang diberi vaksin MG88016 baik yang aktif maupun inaktif sampai dengan bulan Januari masih memperlihatkan antibodi yang tinggi, tetapi pada bulan Februari hanya vaksin aktif masih memberikan respon antibodi yang tinggi.

535 Grup Populasiawal

Okt Nov

Kematian terjadi Des

pada bulan

Jan Feb Total

Populasi akhir Al 100 9 21 2 1 2 35 65 A2 100 9 2 3 3 3 20 80 B1 100 5 33 11 1 3 53 47 132 100 19 10 8 4 - 41 59 Cl 100 20 9 5 5 2 41 59 C2 100 28 23 1 1 1 54 46 D 100 6 12 1 2 3 24 76 Jumlah 700 96 110 31 17 14 268 432 Grup Jumlah Petemak Ayam Perlakuan 1

pada umur (dalam 3

minggu) 24

Al l0 100 Vaksin aktif Booster Terminasi

A2 10 100 Vaksin aktif Tenninasi

B1 10 100 Vaksin inaktif Booster Tenninasi

B2 10 100 Vaksin inaktif - Terminasi

C1 10 100 Vaksin komersial Booster Terminasi

C2 10 100 Vaksin komersial - Terminasi

D 10 100 Kointrol - Terminasi

Grup Jumlah ayam Perlakuan pads umur

3

(dalam minggu)

7 12

Al 10 Vaksin aktif Booster ditantang Terminasi

A2 10 Vaksin aktif - ditantang Terminasi

131 10 Vaksin inaktif Booster ditantang Tenninasi

B2 10 Vaksin inaktif - ditantang Terminasi

C1 10 Vaksin komersial Booster ditantang Terminasi

C2 10 Vaksin komersial - ditantang Tenninasi

(5)

Tabel 4. Penyebab kematian selama 5 bulan penelitian

Penelitian di Moratorium juga memperlihatkan banyak kematian. Pada paska mati memperlihatkan perdarahan pada otot paha dan proventrikulus, dan perkejuan pada bursa Fabricius. Kematian ini terjadi setelah adanya ayam petelur yang masuk dalam kandang percobaan di sebelah kandang percobaan ini. Yang dikuatirkan jika banyak yang mati karena infeksi Gumboro maka percobaan vaksinasi MG hasilnya tidak4kumng baik karena pengaruh immunosupresive.

Hasil bedah bangkaii ayam yang dibunuh pada akhir periode menunjukkan ayam yang diberi vaksin aktif MG88016 memberikan proteksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang di vaksin lainnya dan kontrol. Ayam yang diberi vaksin aktif masih memperlihatkan kekusaman kantung udara rongga perut tetapi pada reisolasi tidak memperlihatkan adanya organisme/kuman MG (Tabel 6).

Tabel 5. Serologi paska vaksinasi sampai bulan Februari 2A00 Serologi pada bulan Grup 0 Nopember 1+ >2+ 0 Desember 1+ >2+ 0 Januari 1+ >2+ 0 Februari 1+ >2+ Al 0 12 8 0 10 7 0 10 7 4 3 7 A2 5 5 10 7 6 7 7 6 7 9 8 3 B1 1 17 2 1 7 8 1 7 8 6 1 5 B2 7 12 1 6 4 8 6 4 8 9 3 4 C1 12 8 0 13 7 0 13 7 0 11 5 1 C2 15 5 0 15 5 0 15 5 0 11 4 1 D 15 5 0 15 5 0 11 5 0 9 5 0

Grup Populasiawal ND CRD KematianCocci terjadi pada bulanUnknown Hilang/

kecelakaan Total Populasi akhir Al 100 32 - - 1 2 35 65 A2 100 13 - - 6 1 20 80 B1 100 48 - - 2 3 53 47 B2 100 35 - - 2 4 41 59 C1 100 25 1 - 2 13 41 59 C2 100 52 1 - - 1 54 46 D 100 16 - 1 1 6 24 76 Jumlah 700 221 2 1 14 30 268 432

(6)

Tabel 6. Perubahan patologi, serologi dan reisolasi MG pada ayam yang dibunuh Seminar Mastonal Peternakan dan Veteriner 2000

D 3 1 4 0 4 4 4

Keterangan :

Va= Vaksin aktifMG88016 Vi = Vaksin inaktif MG88016 Vk = Vaksin komersil

KESIMPULAN

Vaksin aktif maupun inaktif

MG 88016

di lapang mampu memberikan respon antibodi yang baik selama 4 bulan penelitian sekalipun banyak ayam yang terkena infeksi ND selama penelitian, sedang penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa vaksin aktif

MG 88016

mampu memberikan perlindungan yang tinggi terhadap tantangan infeksi

MG

yang ganas sekalipun terjadi wabah gumboro dan ND selama penelitian berjalan.

DAFI'AR PUSTAKA

BAGUST T.J. 1989. An overview ofAustralia's poultry industry in 1989. Aust. Vet. J. 66:416-418.

Bicuom A. A. 1986. Diseases affecting reproducing laying birds and reproductive performance. Proc. Aust. Vet. Assoc. 92:759-776 .

BIGGS, P.M. 1982. The world of poultry disease. Avian Pathol. 11 :281-300

FAo-OIE-WHO. 1992. Animal Health Year Book 1992. FAO-OIE-WHO, Geneva, Rome, Paris.

FREY, M.C., R.P. HANSON, and D.P. ANDERSON. 1968. A Media for the isolation of avian mycoplasma. Am. J. Vet. Res. 29:2164-2171 .

HILDERBRAND D. 1985. Immunologi and prophylaxis associated with the use of a Mycoplasma gallisepticum bacterin in chickens. La Clinica Veterinaria. 108:89-94.

LAM, K.M., W. LIN, RNAMAMOro, and T.B. FARVER. 1983. Immunization of chickens with temperature sensitive mutants ofMycoplasma gallisepticum. Avian Dis. 27:803-812.

LAM, K.M., W.

LIN,

RNAmAmoTO, and Y.G. GHAziKHANIAN . 1984. Vaccination of turkeys against airsac infection with a temperature sensitive mutants of Mycoplasma gallisepticum. Avian Dis. 28:1096-1101 . MEDION, P.T. 1996. Upaya pengembangan produk biologik bidang kesehatan hewan melalui kemitraan di

Indonesia. Bogor, 16 Desember 1996

SOERIPTO. 1987. Pathogenicity and Immunogenicity ofMycoplasma gallisepticum. PhD.thesis 1987.

SOERIPTO and K.G. WHITHEAR. 1996. The virulence of4 TS-mutants and 80083L ofMycoplasma gallisepticum strains in 2 week-old chickens. Pros. Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner. Bogor, 12-13 Maret 1996 hal. 178-183 537 Kelompok 0 Perubahan 1+ airsacs >2+ 0 Serologi 1+ >2+ Reisolasi

MG

Al- Va + booster 4 3 0 - 1 6 0 A2- Va 7 1 0 - 1 7 0 BI- Vi + booster 6 I 2 - 2 7 1 B2- 5 0 1 1 0 5 1 C1-Vk+ booster 3 2 2 0 2 5 2 C2-Vk 2 2 3 0 2 5 2

Gambar

Tabel 2. Rancangan percobaan di laboratorium
Tabel 5. Serologi paska vaksinasi sampai bulan Februari 2A00 Serologi pada bulan Grup 0 Nopember1+ >2+ 0 Desember1+ >2+ 0 Januari1+ >2+ 0 Februari1+ >2+ Al 0 12 8 0 10 7 0 10 7 4 3 7 A2 5 5 10 7 6 7 7 6 7 9 8 3 B1 1 17 2 1 7 8 1 7 8 6 1 5 B2 7
Tabel 6. Perubahan patologi, serologi dan reisolasi MG pada ayam yang dibunuh

Referensi

Dokumen terkait

Uji aktivitas katalis dilakukan menggunakan fotokatalis pada reaksi esterifikasi dengan pereaksi metanol dengan perbandingan minyak dan metanol 10:120 b/b dengan variasi

Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan PT SUCOFINDO maupun Perusahaan BUMN lainnya dalam melakukan evalusi terhadap kebijakan penyaluran pinjaman program

Strategi pembelajaran ARIAS telah dicobakan oleh sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumla siswa kelas V dari Sekolah

Analisis Hasil Tes Diagnostik Wawancara peserta didik terindikasi miskonsepsi Penyusunan laporan Instrumen siap digunakan Validasi oleh validator ahli Penyusunan instrumen

Untuk mengetahui apakah badan usaha yang nantinya akan menjadi calon rekanan pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa di instansi terkait memang tepat, perlu dilakukan

Dokter (C1) merupakan seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi.Petugas

Kurangnya daerah resapan, pembangunan yang tidak memperhatikan jenis tanah dan masyarakat yang kurang peduli terhadap kesehatan dan lingkungan membuat masalah penurunan lapisan

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis terhadap laporan biaya produksi berupa biaya bahan baku,biaya tenaga kerja dan