• Tidak ada hasil yang ditemukan

420 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "420 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

KELAS 5 SDN NGAMPON Oleh Desy Kurniawati 292013022@student.uksw.edu Wasitohadi wasitohadi@staff.uksw.edu

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang dilakukan guru hanya mengandalkan metode ceramah. Dalam proses belajar mengajar guru hanya menggunakan buku pegangan yang ada, tanpa menggunakan model yang sesuai dengan materi. Kondisi yang demikian menjadikan siswa sulit untuk memahami materi pelajaran, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa yang berada di bawah KKM (70) sebanyak 14 siswa atau 52%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas 5 SDN Ngampon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus.Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi sesuai dengan model penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart, masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Ngampon yang berjumlah 27 siswa.Teknik pengumpulan yang dilakukan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan hasilbelajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas 48% pada kondisi awal menjadi 59% pada siklus I dan 81% pada siklus II. Pada kondisi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 13 siswa (48%). Pada siklus I meningkat 16 siswa (59%) dan pada siklus II 22 siswa (81%). Penelitian dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80 persen siswa tuntas dengan KKM ≥70.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional yang dirumuskan dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi wargaNegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menempuh berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup keseluruhan komponen pendidikan seperti kualitas guru, pengadaan buku, proses pembelajaran, pembaruan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan kualitas pendidikan. Telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu guru yang mendominasi kelas sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.Kualitas guru akan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Penggunaan media dan model-model pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Guru diharapkan mampu merancang proses pembelajaran semaksimal mungkin. Seorang guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran baik dalam penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran maupun sumber belajar yang akan digunakan. Dalam penggunaan media atau sumber belajar harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan dan sesuai karakteristik siswa. Guru perlu merencanakan pembelajaran sebaik mungkin dengan jalan mengupayakan siswa terlibat langsung untuk belajar menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan dapat menerapkan prinsip siswa belajar dengan aktif. Guru berperan sebagai motivator untuk memotivasi siswa agar maubelajar dengan jalan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa. Guru juga perlu melakukan penilaian pembelajaran. Guru melakukan penilaian pembelajaran dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen yang sesuai. Penilaian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh materi yang dikuasai oleh siswa. Guru diharapkan tidak menitikberatkan penilaian hasil akhir belajarnya saja tetapi guru juga harus melihat penilaian proses dalam pembelajaran. Tujuan dilakukan penilaian proses yaitu untuk mengetahui seberapa kinerja siswa dikelas dan keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran. Komponen dalam kegiatan pembelajaran yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Berdasarkan hasil observasi proses belajar mengajar pada kelas 5 SDN Ngampon, kegiatan pembelajaran IPA dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Interaksi antara guru dan murid masih rendah. Hal ini ditunjukkan pada saat proses belajar mengajar. Dari segi perencanaan guru kurang menyiapkan metode atau model-model pembelajaran yang tepat saat mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh tindakan guru pada saat mengajar. Guru hanya mengandalkan metode ceramah dan hanya menggunakan buku pegangan yang ada, tanpa menggunakan model yang sesuai

(3)

dengan materi. Akibatnya partisipasi, keaktifan dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Guru belum mempersiapkan RPP dengan baik pada saat mengajar, hanya menggunakan RPP yang dibuat pada tahun sebelumnya. Tidak ada kelompok kerja siswa, siswa hanya duduk di bangku masing-masing menyimak dan mendengarkan penjelasan dari guru. Guru dalam menilai hanya mengandalkan penilaian hasil akhir tanpa memperhatikan penilaian proses yang seharusnya menuntun siswa untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Problem Based Learning dan manfaat bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran serta kualitas hasil belajar siswa.

KAJIAN PUSTAKA Ilmu Pengetahuan Alam

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, maka pembelajaran IPA berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Dalam hal ini, pendidikan IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Iskandar (2001: 2-5) IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA, keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan di antaranya adalah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di kehidupan alam dan lingkungan sekitar untuk dipelajari siswa agar dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Tujuan IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagai berikut : (1) Memperoleh keyakinan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(4)

Model Pembelajaran PBL

Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada peserta didik. Model ini berusaha menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Gallow (dalam Miftahul Huda 2015) yang mengemukakan bahwa satu hal penting dalam model PBL adalah perpusat pada peserta didik. ModelPBL merupakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam mata pelajaran.Anies (dalam Miftahul Huda 2003: 1) mengemukakan bahwa PBL adalah salah satu intruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai konteks peserta didik yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah.

Menurut Arend (dalam Miftahul Huda 2007) langkah-langkah pembelajaran PBL yaitu: 1) memberikan orientasi suatu masalah pada peserta didik, 2) mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti, 3) mendampingi dalam penyelidikan sendiri maupun kelompok, 4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil, dan, 5) analisis dan evaluasi dari proses pemecahan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari dari lima tahapan utama yang dimulai dari pendidik memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik.

Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranahkognitif, afektif, dan psikomotor.Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan. Menurut Sardiman (2007:51) hasil belajar adalah hasil langsung berupa tingkah laku siswa setelah melalui proses belajar-menhajar yang sesuai dengan materi yang dipelajarinya, sedangkan menurut Howard Kingsley, hasil belajar dibedakan dalam 3 kelompok yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita (dalam Sudjana 2008:22).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya berupa sesuatu yang diukur secara kuantitatifsaja melainkan juga secara kualitatif terkait perubahan peserta didik dari yang belum bisa menjadi bisa.Dalam mengevaluasi suatu pelajaran pasti ada sesuatu yang harus di capai terutama ialah tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran.Tujuan utama penggunaan evaluasi dalam pembelajaran (classroom evaluation) disekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk mengambil keputusan professional dalam memperbaiki pelajaran. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan di SD Ngampon Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, dengan subjek penelitian siswa kelas 5 yang berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Jenis penelitian ini adalah

(5)

penelitian tindakan kelas (PTK) model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Uno, 2011), dimana setiap siklus terdiri dari tiga tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan yang dilaksanakan secara bersamaan dengan observasi dan refleksi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian atau berasal dari siswa yaitu berupa: nilai hasil belajar kondisi awal, nilai hasil belajar setelah pelaksanaan pada siklus I, nilai hasil belajar setelah pelaksanaan siklus II. Data sekunder berasal dari deskripsi atau catatan-catatan temuan selama berlangsungnya perbaikan pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskripsi komparatif, yaitu membandingkan nilai tes sebelum perbaikan, setelah siklus I dan setelah siklus II.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi. Tes dalam penelitian ini menggunakan tes formatif untuk mengukur tingkat hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai siswa kelas 5 SD Ngampon dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada proses pembelajaran PBL. Instrumen yang digunakan adalah soal tes, lembar observasi guru dan siswa, serta dokumentasi. Adapun untuk validitas soal tes maupun lembar observasi harus memenuhi validitas. Penelitian ini menggunakan validitas denganmenggunakan aplikasi SPSS versi 16.0.Soal tes yang diberikan sebelumnya telah lulus uji validitas soal.

Peneliti telah menetapkan indikator kinerja, dimana indikator tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator proses dan hasil. Penelitian ini memberi patokan indikator proses adalah 12 persen jumlah keseluruhan dalam kegiatan PBL, sedangkan indikator hasil adalah ketercapaian KKM pada hasil tes kemampuan siswa pada materi sifat-sifat cahaya, dimana KKM yang ditentukan adalah 70. Pemberian patokan keberhasilan 80 persen dari jumlah seluruh siswa mencapai ≥70 berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa sebagai pencapaian indikator hasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SDN Ngampon yang beralamatkan di Desa Ngampon, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Guru dan staff di SDN Ngampon berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olahraga, 1 guru agama Islam dan 1 penjaga sekolah. SDN Ngampon memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru sekaligus sebagai ruang kepala sekolah, 1 ruang tamu, 1 musholla, 1 perpustakaan, 4 buah kamar kecil untuk siswa dan guru, dan mempunyai 2 halaman luas yang terdapat di depan dan di belakang sekolah. Saat ini jumlah keseluruhan siswa yang ada di SDN Ngampon adalah 124 siswa. Penelitian ini dilakukan pada semester II (genap) siswa kelas 5 dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa, yang terdiri dari 14 siswaperempuan dan 13 siswa laki-laki. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada kondisi awal yaitu: 13 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (48%) sedangkan 14 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM (52%). Adapun rata-rata nilai 69 dan KKM

(6)

yang ditetapkan ialah 70. Hal ini dapat Hal ini dapat dilihat padatabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil belajar IPAPada Kondisi Awal

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥70 13 48% Belum Tuntas < 70 14 52% Jumlah 27 100% Rata-rata 69 Nilai Terendah 44 NilaiTertinggi 80

Sumber : Hasil Penelitian (Diolah)

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk meningatkan hasil belajar IPA dengan materi sifat-sifatcahaya menggunakan model pembelajaran PBL. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menyusun strategi yang tepat, cocok dan menarik siswa supaya siswa dapat berperan aktif dan antusias dalam kegiatan pembelajaran.

Siklus I

Kegiatan Pelaksanaan Siklus I

Rencana pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran, (3) menyiapkan alat evaluasi. Peneliti melaksanakan 3 pertemuan dalam siklus I.

Setelah dilaksanakannya KBM dalam siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa, yaitu terdapat 16 siswa tuntas dan terdapat 11 siswa yang belum tuntas. Hasil tersebut dapat digambarkan melalui tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA siklus I

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1. 40-46 1 3,70 2. 47-53 2 7,40 3. 54-60 2 7,40 4. 61-67 5 18,53 5. 68-74 6 22,22 6. 75-81 4 14,82 7. 82-88 5 18,53 8. 89-95 1 3,70 9. 96-102 1 3,70 Jumlah 27 100 Rata-rata 70,5 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 44

(7)

Sesuai pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas KKM. Pada siklus I terdapat niai terendah yaitu 44 dan nilai tertingginya adalah 100. Ketuntasan nilai IPA siklus I akan dijelaskan melalui tabel 3 berikut:

Tabel 3. Ketuntasan Nilai IPA Siklus I

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

Tuntas ≥ 70 16 59%

Tidak Tuntas < 70 11 41%

Jumlah 27 100%

Sumber : Hasil Penelitian (Diolah)

Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa atau sebesar 59% dari jumlah seluruh siswa, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 11 atau sebesar 41% dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang sudah mencapai ketuntasan (KKM) dalam pembelajaran lebih banyak dari siswa yang tidak tuntas, akan tetapi indikatorkinerja hasil belajar IPA yang peneliti tentukan belum tercapai sehingga perlu diadakan perbaikaan pembelajaran pada siklus selanjutnya yaitu diadakannya siklus II dengan lebih memperhatikan hasil refleksi dari siklus I.

Refleksi Siklus I

Secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I mengalami beberapa hambatan, yaitu sebagai berikut: pada siklus I hasil observasi guru yang diperoleh dari observer yaitu semua sintak sudah terlaksana, namun belum terlaksana secara baik dan sempurna,guru belum memberikan motivasi belajar pada siswa sehingga siswa kurang bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran. Siswa masih banyak yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yangdipelajari, ada sebagian siswa yang asyik bermain dengan teman sebangkunya.

Siklus II

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I untuk meningatkan hasil belajar IPA tentang sifat-sifat cahaya menggunakan model pembelajara PBL. Peneliti juga menyusun strategi yang tepat dan menarik supaya siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siklus II dilaksanakan dalam 3 pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi praktek pembelajaran siklus II, maka didapatkan peningkatan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL yang dilakukan oleh peneliti semakin membaik serta mengalami kemajuan. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa secara umum penerapan model pembelajaran PBL pada siklus II adalah baik.

(8)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA siklus II

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

1. 40-46 1 3,70 2. 47-53 1 3,70 3. 54-60 2 7,40 4. 61-67 1 3,70 5. 68-74 1 3,70 6. 75-81 6 22,22 7. 82-88 5 18,53 8. 89-95 6 22,22 9. 96-102 4 14,83 Jumlah 27 100 Rata-rata 80, 1 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 44

Sumber : Hasil Penelitian (Diolah)

Sesuai pada tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas. Pada siklus II terdapat niai terendah yaitu 44 dan nilai tertingginya adalah 100. Ketuntasan nilai IPA siklus II akan dijelaskan melalui tabel 5 berikut:

Tabel 5 Ketuntasan Nilai IPA Siklus II

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

Tuntas ≥ 70 22 81%

Tidak Tuntas < 70 5 19%

Jumlah 27 100%

Sumber : Hasil Penelitian (Diolah)

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan hasil belajar sebanyak 22 siswa atau 81% dan siswa yang tidak tuntas 5 siswa atau 19%.

Refleksi Siklus II

Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi yang mencakup keseluruhan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa guru atau peneliti mengalami kemajuan dalam menerapkan model pembelajaran PBL. Hal ini nampak pada hasil nilai rata-rata yang meningkat. Seluruh item yang diamati telah terlaksana pada penerapan model PBL pada pembelajaran IPA, sehingga dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas 5 sudah baik.

Berdasarkan tabel4 dan 5, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SDN Ngamponmengalami peningatan hasil belajar pada siklus II. Hal ini terlihat pada hasil nilai rata-rata yang meningkat menjadi 80,1 atau dalam persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 81% yang didapat oleh siswa. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM atau dapat disebut

(9)

dengan tidak tuntas mengalami penurunan menjadi 19% yang didapat oleh 5 siswa, untuk nilai terendah yang didapat oleh siswa menjadi 44 dan untuk nilai tertinggi mencapai nilai 100.

Hasil yang telah diperoleh baik dalam bentuk nilai rata-rata maupun dalam persentase ketuntasan telah mencapai indikator kinerja yang peneliti tentukan atau dapat dikatakan tujuan penelitian pada kali ini telah tercapai. Mengenai hambatan-hambatan yang dialami pada saat terlaksananya siklus I sudah berhasil diperbaiki dan terlaksana pada siklus II. Hal ini terbukti dengan semakin banyak siswa yang terlibat aktif dalampembelajaran, sudah dapat terkondisikan dengan baik derta antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah baik.

Setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat diketahui hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Ngampon mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6 Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN Ngampon pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar

Nilai Kondisi awal Siklus I Siklus II

F % F % F % 1. Tuntas ≥ 70 13 48 16 59 22 81 2. Belum tuntas < 70 14 52 11 41 5 19 Jumlah 27 100 27 100 27 100 Nilai Tertinggi 88 100 100 Nilai Terendah 44 44 44 Nilai Rata-rata 69 70,5 80,1

Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Pembahasan Hasil Penelitian

Pada kondisi awal hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Ngampon masih rendah ditunjukkan dari ketuntasan belajar yang dicapai dari 27 siswa ada 13 siswa atau 48% dari keseluruhan siswa yang telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru, siswa kurang aktif, mudah bosan karena guru cenderung menggunakan motode ceramah yang mendominasi dalam penyampaian materi dan kurang memanfaatkan media pembelajaran. Tidak ada kelompok kerja siswa hanya duduk dibangku masing-masing mendengarkan penjelasan dari guru. Berdasarkan masalah tersebut maka dilakukan tindakan penelitian kelas dengan menggunakan model pembelajaran PBL sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Ngampon.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Pada kondisi awal terdapat 13 siswa atau dengan persentase 48% dari keseluruhan siswa yang tuntas sedangkan 14 siswa atau dengan persentase 52% dari keseluruhan siswa yang belum tuntas dengan nilai rata-rata 69. Setelah dilakukan tindakan siklus I

(10)

hasil belajar siswa meningkat yang dapat dilihat dari yang tuntas bertambah menjadi 16 siswa atau dengan persentase 59% dari keseluruhan siswa dan yang tidak tuntas semakin berkurang yaitu 11 siswa atau dengan persentase 41% dari keseluruhan siswa dengan nilai rata-rata 70,5. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal, hasil belajar pada siklus I sudah meningkat namun hasil ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 80% dari keseluruhan siswa yang tuntas. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran masih terdapat kekurangan seperti siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru, siswa masih banyak yang ramai sendiri. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka dilakukan tindakan perbaikan dengan pelaksanaan siklus II.

Pada siklus II hasil belajar siswa semakin meningkat yaitu 22 siswa atau dengan persentase 81% dari jumlah keseluruhan telah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan dan 5 siswa atau dengan persentase 19% dari jumlah keseluruhan belum mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata 80,1. Hal ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80% dari jumlah keseluruhan telah mencapai ketuntasan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaaan model pembelajaran PBL di kelas 5 SDN Ngampon dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis tindakan yaitu penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL yang sesuai sintaks dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5 SDN Ngampon Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penerapan model PBL membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, karena siswa bisa belajar secara berkelompok dan dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anies (dalamMiftahul Huda 2001:1) PBL adalah salah satu intruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai konteks peserta didik yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah. Selain itu siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran IPA dibandingkan pada kondisi awal. Siswa juga menjadi lebih aktif hal ini dilihat dari kegiatan tanya jawab dan diskusi dengan bekerjasama dengan anggota kelompok untuk memecahkan soal.

Hasil penelitian ini melengkapi dan memperkuat penelitian terdahulu antara lain yang telah dilakukan oleh Riana Rahmasari (2016) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD.”Riana Rahmasari (2016) menyimpulkan bahwa melalui penerapan model ModelProblem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Nglempong Ngaglik Sleman. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata hasil belajar dari kondisi awal (41,67%) meningkat hasil belajarnya pada siklus 1 (95,83%). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Anik Rohchimah (2015) yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Problem Based

Learning.” Hamsyin Djabir (2015) menyimpulkan bahwa melalui model problem

based learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dari (1) keterampilan guru siklus I memperoleh skor 27 kategori baik, siklus II memperoleh skor 29 kategori baik dan siklus III skor meningkat menjadi 33 kategori sangat baik; (2) Aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 22,4 kategori

(11)

baik, siklus II memperoleh skor 26,7 kategori baik dan siklus III skor meningkat menjadi 31,3 kategori sangat baik; (3) hasil belajar siswa siklus I mendapatnilai rata-rata 75,3 ketuntasan klasikal 76,92%, siklus II mendapat nilai rata-rata 78 ketuntasan klasikal 82,05% dan meningkat pada siklus III nilai rata-rata 84,48 ketuntasan klasikal 87,17%.

Berdasarkan kajian diatas persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan hasil belajar. Perbedaannya adalah pada kesulitan materi yang dialami siswa dan jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada materi tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL sesuai sintaks dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Ngampon Semester II tahun pelajaran 2016/2017 adalah (a) memberikan masalah pada peserta didik dengan tahapan yaitu guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah dan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa (b) mengorganisasi peserta didikuntuk meneliti guru membantu siswa dalam mengidentifikasi masalah (c) peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai masalah guru membimbing dalam memecahkan masalah dan meminta untuk mencatat hasil diskusi (d) mengembangkan dan mepresentasikan hasil guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan (e) analisis dan evaluasi dari proses pemecahan masalah guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap penyelidikan masalah yang mereka lakukan.

2. Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Ngampon semester II tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat terbukti dengan meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar. Pada kondisi awal ketuntasan hanya mencapai 48% setelah menerapkan model pembelajaran PBL pada siklus I ketuntasan meningkat mencapai 59% pada siklus II ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 81%. Nilai rata-rata kelas juga meningkat pada kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 69, pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70,5 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,1.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran (1) Bagi siswa dalam mengikuti model pembelajaran PBL harus bersungguh-sungguh dan aktif baik dalam kegiatan diskusi maupun tanya jawab, selain itu pada saat dilakukan pembahasan jawaban secara bersama-sama siswa harus lebih memperhatikan agar pemahaman terhadap materi pelajaran menjadi lebih baik sehingga hasil belajar dapat meningkat (2) Bagi gurudapat menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi dalam pembelajaran IPA salah satunya dengan model pembelajaran PBL karena dengan model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, siswa aktif, dan

(12)

lebih semangat belajar. Selain itu dengan penerapan model pembelajaran PBL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya dalam kegiatan diskusi agar semua siswa aktif untuk menjawab pertanyaan, guru harus lebih mengkondisikan siswa untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan dan diberikan batasan waktu agar kegiatan diskusi lebih efektif (3) Bagi sekolahPenggunaan model pembelajaran PBL dapat dijadikan referensi untuk meningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa di SDN Ngampon.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Huda, Miftahul.2015.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandar. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: CV Maulana.

Rahmasari, Riana. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD.

Rohchimah, Anik. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Problem Based Learning.

Permendiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: BSNP

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA siklus I
Tabel 3. Ketuntasan Nilai IPA Siklus I
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA siklus II
Tabel 6 Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN Ngampon  pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Karena Teks A ḥ kām al-Jara ḥ hanya terdapat dalam satu naskah(codex unicus), maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitan naskah tunggal

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: Relationship Marketing berpengaruh signifikan dan positif terhadap Kepuasan Pelanggan, Brand Image berpengaruh signifikan dan positif

Hasil penyuluhan dan pelatihan kepada kelompok UKM pengolahan pangan dan Kelompok UKM Batik menunjukkan bahwa pemahaman peserta sesudah pelaksanaan penyuluhan dan

Perendaman 48 jam kemudian digunakan untuk penelitian utama yaitu diukur kadar mineral dengan AAS dan spektrofotometer, diukur ukurannya dengan SEM, derajat putihnya,

Pada penelitian kualitatif landasan teori yang dimiliki peneliti sebaiknya luas, dalam arti peneliti banyak pengetahuan/ ilmu tentang studi yang akan

Dapat dilihat bahwa, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melakukan pembelajaran menggunakan metode Snowball Throwing pada kelas XI IPA SMA

Berdasarkan tabel hasil analisis tingkat likuiditas di atas dapat diketahui kondisi keuangan dalam keadaan sehat, namun untuk memenuhi permintaan para debitor dengan aset bank

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG