• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontasepsi Injeksi

1. pengertian kontrasepsi Injeksi

kontrasepsi Injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui injeksi hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB injeksi ini di Indonesia ini semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaianya yang praktis, harganya relatif murah dan aman (Arjoso, 2007).

2. Jenis- jenis kontraespsi Injeksi

Terdapat dua jenis kontrasepsi injeksi yang mengandung progrestin, yaitu: a. Depo Medroprogreston Asetat (DMPA), yang mengandung 150mg DMPA,

yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara injeksi intramuscular

b. Depo Neretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap satu bulan dengan cara injeksi intramuscular.

3. Cara kerja kontrasepsi injeksi

Cara kerja kontrasepsi injeksi adalah mencegah ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus, mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi, serta menghambat tranportasi gamet oleh tuba (Azwar, 2004).

4. Efektivitas kontrasepsi injeksi

Kontrasepsi injeksi memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 1000 perempuan, dengan syarat penyuntikanya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, 2003).

(2)

5. Keuntungan kontrasepsi injeksi

Keuntungan menggunakan kontrasepsi injeksi antara lain : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius pada penyakit jantumg dan ganguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, akseptor KB tidak perlu menyimpan obat injeksi, dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyakit radang panggul, serta menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle sell).

6. Keterbatasan kontrasepsi injeksi

a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spoting), tidak haid sama sekali.

b. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk injeksi) tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntukan berikutnya.

c. Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghenyian pemakaian bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat injeksi dari deponya (tempat injeksi).

d. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sampai suntikan berikut.

e. tidak menjamin terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS), hepatitis B virus, infeksi virus HIV.

f. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

g. Pada gangguan jangka panjang dapat menimbulakn kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (saiffuddin, 2003).

(3)

7. Akseptor yang dianjurkan menggunakan kontrasepsi injeksi

Aksepsto yang dianjurkan menggunakan kontrasepsi injeksi meliputi : usia produktif, nulipali dan yang sudah mempunyai anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang mamiliki efektifitas tinggi, menyusui dan yang membutuhkan kontrasepsi yang sesua, setelah abortus atau keguguran, perokok, tekanan darah 180/110 mm/Hg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi atau obat tuberkolosis, tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi, mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

8. Kontraindikasi kontrasepsi injeksi

a. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 10000 kelahiran). b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. Sampai saat ini terjadinya kanker payudara diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor genetika, lingkungan dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen yang berlebih dalah tubuh. Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitive terhadap estrogen pada wanita yang terpapar estrogen dalam jangka waktu yang lama akan memiliki risiko yang besar terhadap kanker payudara.

d. Tidak dapat menerima terjadinya agnguan haid, terutama amenorea.

e. Diabetes mellitus disertai komplikasi, temuan sebuah studi terbaru penggunaan kontrasepsi hormon tipe tertentu selama 5 tahun sebelum hamil terkait denagan risiko berkembang menjadi diabetes mellitus. Risiko ini bervariasi tergantung pada tipe progrestin dalam kontrasepsi hormonal. (Sudarmo, 2001).

(4)

B. Pengambilan Keputusan Menggunakan Kontrasepsi Injeksi

Pengambilan keputusan adalah proses komunikasi dan partisipasi yang terus menerus yang merupakan pernyataan yang disetujui antaralternatif atau antarprosedur untuk dilaksakan atau tidak dilaksanakan (Ujiani, 2002). Hasil keputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Persoalan pengambilan keputusan adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih melalui proses mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik. Prosedur pangambilan keputusan meliputi identifikasi masalah yaitu proses menentukan masalah yang sebenarnya dihadapi, mengklasifikasikan tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memilih sesuatu yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Setiap alternative yang dipilih membawa konsekuensi yang berbeda, baik dengan kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan.pilihan yang dituju harus dapat memberikan keputusan karena keputusan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pengambilan keputusan (Kusumadewi, 2009).

Simon (1960) dalam Notoadmodjo (2005) mengajukan tiga fase dari proses pengambilan keputusan :

1. Inteleigence

Tahap ini merupakan hasil penelusuran dari pendeteksian problematika masalah serta proses pengenalan masalah, melalui informasi yang diperoleh, kemudian diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah. 2. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan, meliputi proses untuk mengikuti masalah, memahami alternatif dan menguji alternatif yang disediakan.

(5)

3. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternative tindakan yang mungkin akan dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplentasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Pandekatan dalam proses pengambilan keputusanterdiri dari pendekatan yang bersifat individu, kelompok, dan politis. Faktor-faktor yang menyebabkan individu dibantu dalam pengambilan keputusan karena terbatasnya informasi yang diperoleh, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seseorang dalam pengambilan keputusan yang rasional dalam memahami masalah dan informasi yang disebabkan karena adanya kesenjangan gender dan budaya. Pengambilan keputusan dilakukan melalui beberapa pertimbangan yang berasal dari fakta dan pengalaman. Fakta yaitu seseorang yang mengmbil keputusan akan mengumpulkan semua fakta, fakta tersebut yang akan memberikan petunjuk keputusan yang akan diambil. Pengambilan keputusan yaitu seorang pengambil keputusan harus dapat memutuskan dan mempertimbangkan yang sesuai berdasarkan pengalaman. Orang yang sudah banyak pengalamn akan lebih dapat membuat keputusan dari pada pengambil keputusan yang sama sekali belum mempunyai pengalaman (Manuaba, 1999)

Keputusan untuk berkeluarga berencana merupakan keputusan bersama suami, yang tertuang dalam ICPD (International Conference population and Development) yaitu pasangan suami istri mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan yang sederajat dalam menetukan cara pengaturan dan jarak kelahiran anak. Pelayanan keluarga berencana perlu ditingkatkan untuk menunjang hak dan kewajiban pasanagan suami istri dengan memperbaiki penyediaan metode kontrasepsi, mempertimbangkan perbedaan akan kebutuhan pada pasangan dan pribadi berdasarkan usia, paritas, preferensi besarnya keluarga serta suami istri mendapatkan informasi dan akses terhadap pelayanan KB yang aman, efektif dalam melakukan pemilihan yang bebas dan tepat.

Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan

(6)

kontrasepsi. Banyak wanita tidak bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut perdarahan yang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermitten dapat membatasi partipasi dalam aktivitas keagamaan maupun budaya (Wilopo, 2004).

Keputusan mencari pelayanan kesehatan merupakan hasil jaringan interaksi yang kompleks. Menemukan proses pengambilan keputusan dan pola komunikasi yang relevan bukanlah masalah yang sederhana. Keputusan dalam menentukan penggunaan alat kontrasepsi dan pelayanan kesehatan dapat dibuat oleh wanita itu sendiri atau oleh suami, tokoh masyarakat desa, dan/atau anggota keluarga atau masyarakat lainya. Kondisi yang ada di Indonesia saat ini, suami mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Lebih dari 60% penetapan jumlah anak ditentukan oleh suami, 28% bersama istri dan 10% ditentukan oleh istri. Penyebab terjadinya kondisi atau kesenjangan gender antara lain karena pelaksanaan program KB adalah urusan istri (BKKBN, 2007).

Menentukan kapan dan metode kontrasepsi apa yang akan digunakan, wanita harus memepertimbangkan pengaruh metode tersebut terhadap fungsi reproduksi, sekaligus kesejahteraan umum mereka. Salah satu alas an yang paling banyak disebutkan dalam penghentian kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan (Azwar, 2004). Wanita akan merasa bahwa mereka dapat mengontrolseksualitas dan kesadaran reproduksinya secara umum jika dibantu dalam menentukan kebutuhan kontrasepsi dan mendapatkan informasi tentang kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan akseptor KB (Echlom&Newland, 1997).

C. Keluarga Berencana

Menurut world health organization (WHO) pengertian keluarga berencana adalah kegiatan untuk membantu individu-individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang di inginkan dan memperoleh anak yang diidamkan, menentukan jarak kehamilan, dan

(7)

menentukan jumlah anak dalam keluarga (Ujiani, 2008). Keluarga berencana menurut undang-undang No.10 tahun 1992 menyatakan bahwa upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2006).

Peningkatan mutu pelayanan KB menekankan pada pemberian informasi dan kualitas hubungan interpersonal yang baik agar klien dapat memilih metode yang efektif, terjangkau aman dan cocok. Program KB Nasional mempunyai visi dan misi yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM 2004-2009), yaitu :

1. Visi

Visi program KB Nasional telah berubah dari mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ) menjadi “Keluarga Berekualitas Tahun 2015”. Keluarga Berencana adalah keluarga yang sejahtera, memiliki jumlah anak ideal, sehat, berpendidikan, berkatahanan dan terpenuhinya hak-hak reproduksi.

2. Misi

Tercapainya Visi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” maka visi yang akan dilaksanakan, yaitu : Memberdayakan masyarakat untuk membantu keluarga kecil berkualitas, Menggalang kemitra dalam penigkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesejahteraan reproduksi, Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan gender dalam pelaksanaan program KB nasional, Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut, Menyediakan data informasi keluarga bersekala mikro untuk pengelolaan pembangunan, khususnya menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin (BKKBN, 2006).

(8)

D. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah, menolak atau melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur wanita yang matang denga sel sperma pria yang mengakibatkan pembuahan. Kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan ssel sperma pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahahn dan kehamilan (Arjoso, 2007)

Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi 4 yang meliputi :

1. Kontrasepsi sederhana

Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dilakukan sendiri oleh akseptor KB, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 macam, yaitu

a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat meliputi : senggama terputus, pantang berkala.

1). senggama terputus (coitus interuptus) : ejakulasi dilakukan diluar vagina. Keuntungan menggunakan metode ini karena tidak memerlukan alat, tidak menggunakan zat-zat kimiawi, tidak mempunyai efek samping. Kerugian menggunakan metode ini angka kegagalan cukup tinggi 16-23 kehamilan per 1000 wanita per tahun, factor kegagalanya terjadi karena adanya cairan sperma yang sudah keluar sebwlum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar serta kenikmatan seksual berkurang bagi suami-suami yang dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.

2). Pantang berkala (system kalender) : tidak melakukan senggama pada masa subur. Keuntungan dari metode ini karena tidak memerlukan alat , tidak menggunakan zat-zat kimiawi, tidak mempunyai efek samping.

(9)

Kerugian metode ini yaitu perlu kedisiplinan dan pengertian diantara suami istri dalam melakukan hubungan seksual karena sperma

maupun sel telur mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi, angka kegagalan cukup tinggi 14-47 kehamilan per 100 per tahun disebabkan karena kesalahan dalam menghitung masa subur atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.

b. Metode kontrasepsi dengan menggunakan alat bantu atau obat meliputi : kondom, diafragma, spermatisida.

1). Kondom

menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan. Keuntungan mencegah kehamilan, member perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks, murah, tidak memerlukan pemeriksaan medis, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian kondom yaitu perlu menghentikan sementara hubungan seksual untuk memasang kondom, perlu dipakai secara konsisten, perlu kehati-hatian dan dipakai terus-menerus setiap senggama. Angka keberhasilan cukup tinggi bila dipakai secara benar. Angka kegagalan yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

2). Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diisersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Keuntungan yaitu tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 6 jam sebelumnya, tidak mengganggu kesehatan klien, member perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual. Kerugianya yaitu memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai, untuk pemakain awal perlu instruksi dan pemasangan oleh tenaga klinik yang terlatih,

(10)

biaya yang dikeluarkan mahal,. Angka keberhasilan sedang ( bila digunakan dengan spermatisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

3). Spermatisida

zat kimia yang bekerja melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina. Berbentuk cairan, krim, tisu vagina yang dimasukkan dalam vagina selama 5 menit sebelum senggama. Keuntunganya aman, sebagai kontrasepsi pengganti untuk wanota dengan kontra indikasi pemakaian pil oral, IUD. Kerugianya angka kegagalanya relatif tinggi ( umumnya kegagalan disebabkan oleh pemakain yang tidak konsisiten ), menyebabkan reaksi alergi, harus diberikan berulang kali untuk senggama yang berturut-turut.

2. kontrasepsi sistemik

Kontrasepsi sistemik adalah obat-obat yang terdiri dari preparat yang mengandung steroid. Pada umumnya bahanya adalah estrogen dan progestin. Kontrasepsi sistemeik dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu : pil, suntikan, susuk ( implant ).

a. pil

terdapat estrogen maupun progrestin sintetik dalam satu pil. Pil diminum selama 3 minggu, diikuti selama satu minggu dengan placebo dimana pada saat perdarahan akan terjadi. Keuntunganya tidak mengganggu hubungan seksual, dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan, memiliki efekifitas yang yang tinggi, bila digunakan setiap hari ( 1 kehamilan per 100 perempuan per tahun ). Kerugianya mahal dan memerlukan kedisiplinan karena harus meminumnya setiap hari, perasaan mual, nyeri payudara dan tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS).

(11)

b). Suntikan

mencegah terjadinya kehamilan melalui suntikan hormonal, keuntunganya tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang dan efek samping kecil. Kerugianya terjadi perubahan siklus haid, mual, sakit kepala, adanya nyeri payudara ringan.

c). Susuk ( Implant )

implant yang beredar dipasaran adalah norplan, yang terdiri dari 6 kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgesel. Keuntungan daya kerja tinggi, perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun ), pengembalian tingkat kesuburan yang sepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan senggama. Kerugian menyebabkan perubahan pola haid, nyeri kepala, mual, tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS).

3. kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau intra uteri device (IUD)

Suatu alat yang dimasukkan kedalah rahim yang bentuknya berbagai macam yang digolongkan menjadi 2 golongan, golongan AKDR yang tidak mengandung bahan aktif (IUD lippes lapp dan saf T-coll) dan golongan AKDR yang mengandung bahan aktif (Multilood 250, copper T dan copper 7). Keuntungan metode jangka panjang dengan keberhasilan 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan per tahun, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil. Kerugianya terjadi perubahan siklus haid, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, perlu pengawasan dari petugas.

4. kontrasepsi mantap

Merupakan kontasepsi yang dilakukan dengan dilakukan tindakan pembedahan atau mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Kontrasepsi mantap meliputi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria, keuntungan bersifat permanen, tidak bergantung

(12)

pada faktor senggama, tidak ada efek samping jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. Kerugian karena bersifat permanen sehingga tidak dapat dipulihkan kembali kecuali dengan operasi rekanalisasi, risiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi umum ), rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah dilakukan tindakan, harus dilakukan oleh dokter terlatih, dan tidak melindungi dari IMS.

E. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi injeksi

1. Usia Ibu

Usia ibu sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Memilih alat kontrasepsi yang cocok dan baik merupakan hal yang tidak mudah. Semuanya harus disesuaikan dengan usia dan tujuan dari wanita pasangan usia subur (Manuaba, 1999). Semakin tua usia seseorang akan meningkatkan kemungkinan untuk tidak menginginkan kehamilan lagi, dan akan menggunakan alat kontrasepsi karena keterkaitan dengan risiko mengalami kontrasepsi kehamilan dan kelahiran. Usia terlalu muda (kurang dari 20 tahun) alat-alat reproduksiperempuan masih dalam proses pertumbuhan sehingga kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal. Kehamilan pada usia ini dapat mengakibatkan perdarahan, keguguran, kematian, serta secara mental dan psikologis ibu belum siap menghadapi perubahan yang terjadi saat kehamilan dan persalinan, sehingga kehamilan ditunda dengan alat kontrasepsi yang sifatnya sementara.

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Anthony, 2002). Jenis pendidikan menurut (Amien, 2002) menjadi tiga tingkatan secara berurutan. Pertama adalah pendidikan yang wajib bagi setiap orang demi menjaga kehidupanya sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya ( kebutuhan primer setiap individu). Kedua adalah pendidikan yang bermanfaat bagi keluarganya. Ketiga pendidikan yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekelilingnya.

(13)

Pendidikan tinggi kaum perempuan di Indonesia mencapai 3,06% dengan terbanyak di tingkat ssekolah lanjutan pertama dan menengah Pendidikan akseptor yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya masih sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainya atau perilaku kerabat lainya orang yang dituakan dalam menentukan penggunaan kontrasepsi.

3. Jumlah anak (paritas)

Keinginan keluarga untuk memiliki anak sangat erat kaitanya dengan pandangan masing-masing keluarga tentang “nilai anak” (value of children). Semakin tinggi kesadaran keluarga tentang nilai dan keinginan memiliki anak ideal semakin tinggi kesadaranya untuk menjadi peserta KB. Semakin tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal. Keluarga merupakan institusi dasar yang sangat besar perananya dalam membentuk karakter anggota keluarga terutama anak sejak dini melalui proses pengasuhan serta contoh teladan sehingga terjadi control dalam sisitem social dimana keluarga berada sebagai bentuk ketahanan keluarga (BKKBN, 2007).

4. Pendapatan keluarga

Upah minimum regional (UMR) adalah standar minimum yang digunakan oleh pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh dilingkungan usaha atau kerjanya (Wikipedia Indonesia, 2008). Pendapatan yang didapat setiap bulan berasal dari pendapatan suami dan istri yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya untuk memperoleh serta menggunakan kontrasepsi. Pendapatan dari hasil pekerjaaan suami maupun istri berpengaruh terhadap pemilihan metode kontrasepsi yang dipilih. Petani atau buruh lebih memilih metode kontrasepsi yang praktis, efektif dan harga yang terjangkau dengan penghasilan mereka. Pekerja pada instansi pemerintah/swasta, ibu rumah tangga lebih memilih menggunakan kontrasepsi

(14)

yang mempunyai efek samping sedikit, perlu pengawasan terus-menerus dan mudah mengontrolnya (Yusmiah, 2009).

F. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Models)

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologis seperti pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit, keuntungan yang diharapakan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit, kesiapan tindakan individu (Notoatmodjo, 2007). Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai dengan kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behaviour), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory, Lewin, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief models).

Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni :

1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul apabila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)

Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Penyakit polio misalnya, akan dirasakan lebih serius bila

(15)

dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu, tindakan pencegahan polio akan lebih banyak dilakukan apabila dibandingkan dengan pencegahan (pengobatan) flu.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafis and barriers).

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan didalam manentukan tindakan tersebut.

4. Isyarat atau tanda-tanda

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa factor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut misalnya pesan-pesan pada media massa,nasihat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya.

(16)

F. Kerangka Teori

Health Belief Model

Gambar1 : Kerangka teori dari Health belief model dalam Notoatmodjo (2005) Variable demografis:

- Usia -jumlah anak

Variable social psikologis : -Kepribadian dan pengalaman sebelumnya Variable Struktural: - pendidikan - pendapatan keluarga Kecenderun gan yang dilihat mengenai manfaat dan kerugian Manfaat menggunakan kontrasepsi injeksi Ancaman yang dilihat mengenai bertambahnya jumlah anak Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk menggunakan kontrasepsi injeksi Pendorong untuk bertindak :

-media massa, Koran, article, pengalaman orang lain, dll.

(17)

G. Kerangka Konsep Variable Bebas

Variable terikat

Variable pengganggu

Variabel Pengganggu

Hubungan Variabel Penelitian

: Variabel yang akan diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar2 : Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi injeksi

1) Usia Akseptor

2) Tingkat pendidikan Akseptor 3) Jumlah Anak (Paritas) 4) Pendapatan Keluarga Pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi injeksi 1. Pengetahuan

2. Lingkungan (adat dan budaya)

(18)

H. Hipotesa

a. Ada hubungan antara usia ibu dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi injeksi.

b. Ada hubungan antara tingkat pendidikan akseptor dengan pengambilan keputusa menggunakan kontrasepsi injeksi

c. Ada hubungan antara jumlah anak yang dimiliki dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi injeksi

d. Ada hubungan antara Pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi injeksi sangat dengan pendapatan keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari kegiatan belajar tampak dalam aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, aspresiasi, emosional, hubungan sosial,

“Sama halnya dengan kendala internal yang telah diuraikan di atas, terdapat tiga kendala eksternal yang dirasakan Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal

MESCO SARANA NUSANTARA A Lulus Sudah jadi 7 007/KJA/15 DENI WAHYUDI PT.. MESCO SARANA NUSANTARA A Lulus Sudah jadi 8 008/KJA/15 HENDRA

Objek penelitian ini adalah aspek kepribadian tokoh Laisa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Penerbit Republika Jakarta

Perubahan dan penambahan data sesuai dengan apa yang diinput oleh user Data berhasil tersimpan sesuai input user Daftar Master Skill Menampilkan data master Skill

Kajian perspektif dalam makalah ini dengan fokus pada pilihan tematik dan judul berita bertujuan untuk: (1) membuktikan bahwa keduanya merupakan piranti-piranti wacana yang

Dosen User Aktor yang menggunakan Sistem Informasi Portal Web Program Studi Teknik Informatika Unsrat untuk Melihat data mahasiswa bimbingan hasil asistensi tugas

Berdasarkan data di atas dapat diketahui masa inflamasi pada pasien post cateterisasi jantung setelah diberi aff sheath femoral sebagian besar didapatkan 10