• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

LAPORAN

Pemantauan dan Evaluasi Bidang

Penyelenggaraan Penataan Ruang dan

Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian PPN/Bappenas

(3)

i | P a g e

Penyusun Rekomendasi Kebijakan

Pengarah:

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP

(Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas)

Ketua:

Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP

(Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas)

Anggota:

Mia Amalia, ST, MSi, PhD

Uke Mohamad Hussein, SSi, MPP Ir. Nana Apriyana, MT

Ir. Rinella Tambunan, MPA Santi Yulianti, SIP, MM Herny Dawaty, SE, ME Aswicaksana, ST, MT, MSc Raffli Noor, SSi

Pendukung: Sylvia Krisnawati Cecep Saryanto

(4)

i | P a g e DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan... 2

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB 2 PEMANTAUAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... 4

2.1 Bidang Tata Ruang ... 4

2.2 Bidang Pertanahan ... 6

BAB 3 EVALUASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ... 8

3.1 Bidang Tata Ruang ... 8

3.1.1 Arah Kebijakan ... 8

3.1.2 Sasaran ... 8

3.1.3 Kegiatan Prioritas Nasional ... 9

3.1.4 Kegiatan Prioritas Bidang ... 10

3.2 Bidang Pertanahan ... 15

3.2.1 Arah Kebijakan ... 15

3.2.2 Sasaran ... 15

3.2.3 Kegiatan Prioritas Nasional ... 15

BAB 4 INDIKATOR OUTCOME BIDANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG ... 23

4.1 Latar Belakang... 23

4.1.1 Deskripsi Singkat Penyusunan Indikator Outcome ... 23

4.1.2 Tujuan dan Manfaat ... 23

4.1.3 Identifikasi Pemangku Kepentingan (Stakeholders) ... 23

4.2 Hasil Perumusan Sementara Sistem Evaluasi Outcome... 24

4.2.1 Sistem evaluasi outcome ... 24

4.2.2 Mekanisme evaluasi outcome... 25

4.2.3 Penyusunan indeks komposit... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

(5)

ii | P a g e 5.1.2 Kesimpulan Hasil Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ... 32 5.1.3 Kesimpulan Penyusunan Indikator Outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan

Ruang ... 32 5.2 Rekomendasi... 33 5.2.1 Rekomendasi Penyelenggaraan Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ... 33 5.2.2 Rekomendasi Penyelenggaraan Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ... 34 5.2.3 Rekomendasi Penyusunan Indikator Outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan

Ruang ... 34 Lampiran

(6)

iii | P a g e DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Dokumentasi Kegiatan Pemantauan………...…… 8 Gambar 2 Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)………..…….… 24

Gambar 3 Kedudukan Sistem Evaluasi Outcomes ……… 25

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang……….…. 9 Tabel 3.2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program

Penyelenggaraan Penataan Ruang ……….…. 10 Tabel 3.3 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU……….…… 11 Tabel 3.4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah-Kemendagri ……….…….….. 14 Tabel 3.5 Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013 ………..….17 Tabel 3.6 Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun

2013 ………….……….….. 18 Tabel 4.7 Contoh Hasil Pemetaan Outcome dengan Output yang Dihasilkan Oleh K/L ………….. 27 Tabel 4.2 Contoh Hasil Pemilihan Indikator ………..…. 29

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN), perencanaan pembangunan nasional terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) diamanatkan untuk menyusun rencana, melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan di Indonesia dituangkan ke dalam 3 (tiga) dokumen perencanaan yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang masing-masing berlaku selama 20 tahun, 5 tahun dan 1 tahun secara berturutan. Dalam koridor waktu pelaksanaan, RPJMN 2010-2014 merupakan periode ke-2 dari RPJPN 2005 - 2025 dengan waktu pelaksanaan yang berakhir di Tahun 2014 dan kemudian akan masuk periode baru RPJMN 2015 - 2019.

Sesuai dengan dokumen RPJMN 2010 – 2014, fokus prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah: (1) penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang; (2) peningkatan kualitas produk rencana tata ruang; (3) sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; (4) peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang. Sedangkan fokus prioritas bidang reforma agraria adalah: (1) peningkatan jaminan kepastian hukum hak masyarakat atas tanah; (2) pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) termasuk pengurangan tanah terlantar; (3) peningkatan kinerja pelayanan pertanahan; (4) penataan dan penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi sengketa tanah. Dari keempat fokus prioritas tersebut, sasaran yang akan dicapai bidang pertanahan pada tahun 2014 antara lain: peningkatan penyediaan peta pertanahan; percepatan legalisasi aset tanah; penertiban tanah terindikasi terlantar; dan penataan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Kedua prioritas bidang tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Dalam Negeri (DN) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Sebagai bagian dari pelaksanaan siklus perencanaan pembangunan sesuai amanat UU SPPN, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) - Kementerian PPN/Bappenas melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi pembangunan terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan oleh Kementerian/Lembaga mitra direktorat. Pemantauan dilaksanakan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan rencana pembangunan dengan arah, tujuan, dan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, dan untuk mencari solusi dalam memecahkan kendala yang dihadapi. Sementara itu, evaluasi dilakukan untuk melihat capaian pembangunan Tahun 2013 dan merumuskan rekomendasi bagi perbaikan rencana pembangunan. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan untuk periode berikutnya.

Pemantauan pelaksanaan pembangunan dilakukan untuk RKP 2014 dan evaluasi dilakukan untuk RKP 2013. Amanat tersebut juga telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan PP No. 21 Tahun 2004 tentang

(8)

2

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL) serta PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Sesuai RPJMN 2010-2014, Prioritas Nasional Bidang Penataan Ruang adalah kegiatan sinkronisasi rencana pembangunan dan rencana tata ruang yang berbentuk dana dekonsentrasi Kementerian Pekerjaan Umum. Informasi yang dikumpulkan meliputi target dan realisasi fisik kegiatan dekonsentrasi serta kendala pelaksanaannya.

Di tahun 2014, selain evaluasi RKP yang dilakukan secara reguler, disusun pula indikator

outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam rangka pelaksanaan evaluasi berbasis

outcome untuk mengetahui perkembangan penyelenggaraan rencana penataan ruang nasional. Hingga saat ini pelaksanaan evaluasi pelaksanaan program pembangunan masih berfokus pada sisi sumber daya yang telah dihabiskan baik anggaran maupun realisasinya (output), tapi belum memberi perhatian kepada hasil nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat (outcome). Sehubungan dengan itu, Kementerian PPN/Bappenas, khususnya Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan indikasi program dalam rencana pembangunan dan rencana tata ruang nasional telah memberikan hasil nyata.

1.2

Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Tujuan dari kegiatan pemantauan dan evaluasi ini adalah identifikasi proses pelaksanaan dan pencapaian penyelenggaraan program Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan Tahun 2013 dan 2014. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka sasaran kegiatan ini adalah:

a. Menghimpun data dan informasi mengenai kemajuan kegiatan yang termasuk prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 dan 2014.

b. Menghimpun data dan informasi untuk penyusunan RPJMN 2015-2019.

c. Menghimpun data dan informasi mengenai kesiapan pelaksanaan kegiatan prioritas Tahun 2015.

d. Mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan serta menjaring upaya-upaya perbaikan pelaksanaan kegiatan prioritas khususnya, maupun program penyelenggaraan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan secara keseluruhannya pada Tahun 2013 dan 2014.

e. Menjaring informasi mengenai isu-isu tata ruang dan pertanahan yang spesifik di lokasi pemantauan serta gagasan penyelesaiannya.

f. Mengukur dan menilai hasil pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 untuk Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PR) dan Prioritas Bidang Reforma Agraria (RA);

g. Menghitung baseline Program Penyelenggaraan PR dan Program RA;

h. Merumuskan mekanisme evaluasi sebagai masukan untuk RPJMN 2015-2019.

1.3

Ruang Lingkup Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini meliputi: 1. Penentuan metode:

a. Perbandingan antara rencana dan realisasi kinerja indikator, kegiatan dan program dan kinerja penyerapan sesuai dengan yang telah tercantum dalam dalam RKP 2013;

b. Desk study untuk merumuskan indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Tata Ruang; c. FGD untuk pengumpulan data dan konfirmasi atas hasil evaluasi.

(9)

3

3. Penyusunan laporan kegiatan yang terdiri atas hasil analisis kinerja Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Prioritas Bidang Reforma Agraria serta hasil analisis dan rekomendasi indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Tata Ruang. 4. Sosialisasi dilakukan secara bertahap baik di tahap analisis maupun tahap penyusunan

rekomendasi. Hasil evaluasi kinerja kedua prioritas bidang serta hasil perumusan dan rekomendasi indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang akan disampaikan kepada pelaksana: Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pertanahan Nasional.

1.4

Sistematika Penulisan

Susunan laporan adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan. Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup kegiatan pemantauan dan evaluasi Tahun Anggaran 2014, serta sistematika penulisan.

Bab 2 Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Pada bagian ini dijabarkan hasil pemantauan pelaksanaan Prioritas Nasional dan Prioritas Bidang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur

Bab 3 Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Pada bagian ini dijelaskan hasil evaluasi pelaksanaan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang yang dilaksanakan oleh mitra K/L Kementerian PU dan Kementerian Dalam Negeri; serta Program Pengelolaan Pertanahan yang dilaksanakan oleh BPN tahun 2013.

Bab 4 Indikator Outcome Penyelenggaraan Penataan Ruang. Pada bagian ini dijelaskan rumusan indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk pelaksanaan evaluasi RPJMN 2015 – 2019 sehingga diketahui perkembangan penyelenggaraan rencana penataan ruang nasional.

Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bagian ini disimpulkan hasil evaluasi pelaksanaan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2013, hasil pemantauan pelaksanaan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2014 serta rekomendasi indikator outcome

(10)

4

BAB 2 PEMANTAUAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

Kegiatan pemantauan pelaksanaan Prioritas Nasional dan Prioritas Bidang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih sebagai sampel provinsi yang telah menyelesaikan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dan hampir seluruh Kabupaten/Kota-nya telah juga menyelesaikan Perda RTRW Kabupaten/Kota. Selain itu juga akan dipantau dana dekonsentrasi yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum ke seluruh provinsi, termasuk Provinsi Jawa Timur. Di bidang pertanahan, dalam menghadapi kegiatan prioritas di Tahun 2015 akan dilakukan identifikasi program dan kegiatan Provinsi Jawa Timur untuk melihat kesiapan pelaksanaan Reforma Agraria. Adapun waktu pelaksanaan kunjungan lapangan adalah pada hari Kamis-Jumat, 22 - 23 Mei 2014.

Metode pelaksanaan kegiatan ini, mencakup i) Diskusi dengan mitra kerja di daerah, yaitu Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kanwil BPN di Provinsi Jawa Timur dan ii) Kompilasi dan analisis data mengenai pelaksanaan kegiatan prioritas nasional program penataan ruang dan program pengelolaan pertanahan.

2.1

Bidang Tata Ruang

Kegiatan pemantauan yang dilakukan dalam prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah untuk pemantauan kegiatan Prioritas Nasional Bidang Tata Ruang, yaitu kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kegiatan dekonsentrasi dengan sasaran sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang. Selain itu, di dalam kegiatan pemantauan juga akan dilakukan inventarisasi isu-isu strategis bidang tata ruang di lapangan yang membutuhkan penanganan dari pemerintah pusat.

Berdasarkan hasil pemantauan, beberapa isu Bidang Tata Ruang yang teridentifikasi di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut:

a. Terkendalanya proses pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, seperti masalah penetapan ruas jalan bebas hambatan Waru/Aloha-Wonokromo-Tanjung Perak (tol tengah Kota Surabaya) karena adanya perubahan kebijakan akibat pergantian kepemimpinan di wilayah Kota Surabaya sehingga masih terhambat implemetasinya. Selain itu, Waduk Kedungbendo yang telah sesuai dengan RTRW Kabupaten Pacitan mendapatkan penolakan masyarakat, sehingga dipindahkan lokasinya ke Waduk Tukul.

b. Perlunya pedoman pendetailan lokasi serta petunjuk penetapan insentif dan disinsentif Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur. c. Perlunya penyediaan peta dengan skala 1:5000 dalam rangka penyusunan Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kabupaten/Kota.

d. Perlunya Percepatan Penyusunan Pedoman Mekanisme Arahan Pengendalian Pengendalian Pemanfaatan Ruang (insentif, perizinan, dan sanksi administratif)

e. Adanya konflik pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya terutama berkaitan dengan potensi pertambangan yang berada pada kawasan lindung atau kawasan budidaya.

(11)

5

f. Permasalahan batas wilayah yang belum terselesaikan bagi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur antara lain Kawah Ijen antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso; batas wilayah antara Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo. g. Masih terdapat ketidaksesuaian luasan hutan pada beberapa Kesatuan Pengelolaan

Hutan (KPH) di Provinsi Jawa Timur setelah diterbitkannya persetujuan substansi kehutanan dengan Nomor 581/Menhut-VII/2010 mengenai Persetujuan Substansi Kehutanan, dan mengacu pada Kepmenhut 417/Kpts-II/1999 yang telah diperbaharui, serta diterbitkannya Kepmenhut 395/Menhut-II/2011.

h. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang Tata Ruang Provinsi Jawa Timur masih belum cukup untuk mengakomodasi kebutuhan dan saat ini jumlah PPNS Bidang Tata Ruang di Provinsi Jawa Timur hanya berjumlah 1 (satu) orang.

i. Perlunya keterlibatan BKPRD dalam penyusunan substansi RZWP3K.

j. Tidak samanya jangka waktu/periodisasi antara Rencana Pembangunan (RPJPD/RPJMD) dengan Rencana Tata Ruang (RTRW) menyulitkan perumusan program yang akan dilaksanakan serta koordinasi antar sektoral yang lemah di lingkungan Pemerintah Daerah maupun dengan konsultasi/fasilitasi pendampingan penyusunan integrasi RTR dengan RP kepada Pemerintah Pusat.

k. Minimnya SDM yang memiliki keahlian di bidang keruangan/perpetaan.

Sementara itu, untuk kegiatan dekonsentrasi, beberapa poin penting yang diperoleh diantaranya:

a. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2013 dana pagu sebesar 6.750.000.000 dengan rincian kegiatan: i) pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah I sebesar 4.410.000.000; ii) pelaksanaan pengembangan perkotaan dengan dana 2.340.000.000. Tahun 2014 dana dekonsentrasi PU berupa sinkronisasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan sebesar 8.025.395.000.

b. Evaluasi terhadap kegiatan dekonsentrasi tahun 2013: i) keterlambatan proses pelelangan karena keterbatasan pejabat pengadaan; ii) belum selesainya RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN); dan iii) backlog kegiatan 2012 menghambat kegiatan di tahun 2013 terutama dalam proses serah terima Barang Milik Negara (BMN).

c. Sebaran dana dekonsentrasi ke kabupaten/kota yaitu pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah I mencakup 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, pelakasanaan pengembangan perkotaan mencakup wilayah Gerbangkertosusila, dan kegiatan monitoring dan evaluasi P2KH yang mencakup 21 Kabupaten/Kota.

d. Laporan yang disampaikan ke Kementerian Pekerjaan Umum untuk dana dekonsentrasi adalah:: i) laporan e-monitoring; ii) laporan Sistem Akuntansi Informasi (SAI) dan BMN dilaporkan setiap 6 bulan; iii) LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilaporkan setiap akhir tahun kegiatan.

e. Dana dekonsentrasi pada Tahun 2013 tidak digunakan untuk membiayai kegiatan BKPRD.

(12)

6

Gambar 1

Diskusi dengan Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas PU Provinsi Jawa Timur di Kantor

Bappeda Provinsi Jawa Timur

2.2

Bidang Pertanahan

Kegiatan pemantauan yang dilakukan dalam prioritas bidang pertanahan adalah kegiatan prioritas berupa Prioritas Nasional untuk Bidang Pertanahan yang dilaksanakan di Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih terkait dengan identifikasi awal rencana pelaksanaan Reforma Agraria (redistribusi tanah dan access reform) yang akan dilaksanakan pada tahun 2015, berdasarkan masukan hasil rapat kick off meeting Reforma Agraria 3 April 2014. Beberapa capaian Bidang Pertanahan yang teridentifikasi di Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut:

a. Legalisasi Aset

Target kegiatan legalisasi aset yang direncanakan di Jawa Timur pada Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

 PRONA ditargetkan sebanyak 93.000 bidang;

 Sertipikasi tanah pertanian ditargetkan sebanyak 400 bidang;

 Sertipikasi tanah nelayan tangkap ditargetkan sebanyak 200 bidang dan nelayan budidaya sebanyak 1.400 bidang;

 Sertipikasi tanah UMK ditargetkan sebanyak 1.200 bidang;

 Sertipikasi tanah MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) ditargetkan sebanyak 200 bidang.

b. Redistribusi Tanah Obyek Landreform (TOL)

Pada Tahun 2014 kegiatan redistribusi TOL dilaksanakan di 4 Kabupaten dengan target sebanyak 6.000 bidang dan alokasi anggaran sejumlah Rp 2.700.000.000,-. Capaian realisasi fisik sampai dengan TW II (Mei 2014) sudah sejumlah 6.000 bidang atau 100% dari target, namun belum ada data capaian anggaran.

(13)

7

c. Inventarisasi P4T

Kegiatan inventarisasi P4T Tahun 2014 dilaksanakan di 11 Kabupaten/Kota dengan target fisik sebanyak 25.000 bidang dengan alokasi anggaran sebesar Rp 6.300.000.000,-. Jumlah realisasi fisik sudah mencapai 25.000 bidang atau 100% dari target, namun data capaian anggaran yang terserap belum tersedia.

d. Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca legalisasi aset dan redistribusi tanah, pada beberapa lokasi telah dilakukan kerja sama dengan perusahaan (diantaranya PT. Djarum Foundation, Bank BRI) dalam bentuk corporate social responsibility (CSR) perusahaan tersebut. Permasalahan yang masih dihadapi saat ini adalah lokus kegiatan pemberdayaan masyarakat masing-masing SKPD di Jatim belum terintegrasi dengan lokasi kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi aset di BPN. Lalu koordinasi kegiatan lintas sektor terutama pemberdayaan masyarakat pasca redistribusi tanah dilakukan oleh Setda Provinsi di Biro Perekonomian Jawa Timur. Lalu BPN juga telah menyusun peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) se Jawa Timur dan telah digunakan oleh Pemda.

e. SDM Pertanahan

Kondisi ketersediaan SDM Pertanahan terutama Juru Ukur saat ini rata-rata kurang dari 10 orang per Kantah seluruh Jatim sehingga hampir semua Kantah mengalami kekurangan juru ukur. Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya juru ukur yang pensiun dan mendapat promosi menjadi pegawai struktural, di sisi lain jumlah penerimaannya tidak seimbang dengan angka pensiun mengakibatkan jumlah tenaga juru ukur pun terus berkurang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa kantah merekrut tenaga honorer. Namun hal tersebut belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan jumlah juru ukur.

f. Kasus, Sengketa, dan Konflik Pertanahan

Berikut akan dijelaskan capaian fisik dan anggaran sampai dengan TW II (Mei 2014):

 Kegiatan pelayanan pengaduan dan informasi sengketa konflik pertanahan, target fisik yang direncanakan sejumlah 602 kasus dan keuangan yang dianggarkan Rp 1.474.900.000,-. Sampai dengan TW II (Mei 2014), capaian fisik mencapai 41 kasus atau 6,88% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 101.471.700,- atau 6,88% dari total anggaran;

 Kegiatan beracara di Pengadilan, target fisik yang direncanakan sejumlah 204 laporan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 792.135.000,-. Sampai dengan TW II (Mei 2014) capaian fisik berjumlah 6 Laporan atau 2,738% dari total target dengan realisasi anggaran sebesar Rp 21.690.000,- atau 2,738%;

 Kegiatan pelayanan pengaduan SKP pertanahan ditargetkan sebanyak 103 laporan dengan anggaran sebesar Rp 400.000.000,-. Namun hingga Triwulan II (Mei 2014) belum ada capaian fisik dan anggaran;

 Kegiatan laporan pengkajian kasus pertanahan ditargetkan sejumlah 380 laporan dengan alokasi anggaran sebesar Rp1.474.900.000,-. Namun sampai dengan Triwulan II belum ada capaian fisik dan anggaran.

Sampai dengan TW II (Mei 2014) Kegaiatan Legalisasi Aset (Prona, sertipikasi UMK, nelayan, dan MBR) belum ada capaian fisik karena tahapan pelaksanaan kegiatan baru dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada calon penerima kegiatan (subyek). Data realisasi keuangan juga belum tersedia. Kegiatan redistribusi tanah dan IP4T sudah terlaksana dengan capaian 100 persen. Sedangkan beberapa kegiatan lain terkait dengan penyelesaian kasus sudah ada capaian tetapi masih relatif kecil dan kegiatan terus dilanjutkan.

(14)

8

Gambar 2

Diskusi dengan Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur di Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur

BAB 3 EVALUASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

3.1

Bidang Tata Ruang

3.1.1

Arah Kebijakan

Arah kebijakan dalam Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang di dalam RPJMN 2010-2014 adalah mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan dengan meningkatkan kualitas rencana tata ruang, mengoptimalkan peran kelembagaan, dan diacunya rencana tata ruang dalam pelaksanaan pembangunan.

Dalam rangka pencapaian arah kebijakan tersebut, Fokus Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah:

a. penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang b. peningkatan kualitas produk rencana tata ruang

c. sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang d. peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang

3.1.2

Sasaran

Dalam mendukung arah kebijakan yang telah dirumuskan dalam RPJMN 2010-2014, maka sasaran pembangunan Tahun 2013 Bidang Tata Ruang adalah sebagai berikut:

a. penyelesaian materi teknis peraturan perundangan amanat UU 26/2007;

b. penyerasian peraturan pelaksanaan UU 26/2007 dengan UU sektoral terkait untuk memudahkan implementasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah;

c. persetujuan substansi teknis untuk RTRW Kabupaten dan Kota yang belum mengacu pada PP 26/2008;

(15)

9

d. penguatan kelembagaan penataan ruang; dan e. penyerasian rencana pembangunan dengan RTR.

3.1.3

Kegiatan Prioritas Nasional

Prioritas Nasional (PN) pembangunan Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah 1 dan 2 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dengan indikator “jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya”. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam prioritas nasional bidang infrastruktur di dalam RPJMN 2010-2014, termasuk RKP 2013, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang

NO INTI/ KEGIATAN SUBSTANSI

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR

TARGET TAHUN 2013 PAGU TAHUN 2013 (MILYAR RP) INSTANSI PELAKSANA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

I.1 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya 15 provinsi 100,175 Kementerian PU I.2 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II Sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya 17 provinsi 112,784 Kementerian PU

Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU

Tabel 3.2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN

PRIORITAS INDIKATOR

Anggaran (milyar

RP)

Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi

PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

1. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I

Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program

pembangunannya

100,175 95,23 88,98 100 100

2. Pembinaan

(16)

10

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN

PRIORITAS INDIKATOR

Anggaran (milyar

RP)

Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi

Penataan Ruang

Daerah Wilayah II disinkronkan program pembangunannya

Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU

Berdasarkan data yang diperoleh, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2, pelaksanaan program pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah I dan II dengan kegiatan sinkronisasi RTR dengan program pembangunan cenderung efektif dan efisien. Kinerja tersebut terlihat dari keseimbangan antara realisasi fisik dan keuangan yang di atas 90 persen.

Realisasi dana dekonsentrasi untuk wilayah I dan II kurang tercapai (di bawah sasaran). Penyebab utamanya adalah dana dekonsentrasi turun dalam bentuk yang seragam, khususnya dalam hal nomenklatur. Sementara itu, kebutuhan daerah berbeda-beda. Perubahan pemanfaatan dana seringkali tidak disetujui Kementerian PU. Selain itu, kriteria di dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi (misal dana pendampingan) tidak dipenuhi oleh Daerah sehingga dana tidak dapat dipergunakan.

3.1.4

Kegiatan Prioritas Bidang

Prioritas Bidang (PB) penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan secara bersama-sama oleh Ditjen Bina Bangda, Kemendagri (cq. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup) dan Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan. Berikut disajikan capaian dan realisasi PB yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU.

Tabel 3.8 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan

Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS

INDIKATOR Anggaran (ribu rupiah)

Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi

PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

1. Pelaksanaa n Penataan Ruang Nasional

a Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah, Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional 114,967,36 0 96,12 94,34 100 100 b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan

(17)

11 NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS

INDIKATOR Anggaran (ribu rupiah)

Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi

PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

penyelenggaraan penataan ruang 2. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I a Jumlah Kota/Kabupaten yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya. 9,622,700 95,23 97,52 100 100 b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan, informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang. 5,784,100 95,23 94,06 100 100 3 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II a Jumlah Kota/Kabupaten yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya. 7,653,149 95,72 94,04 100 100 b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan, informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang. 5,678,091 95,72 91,77 100 100 4. Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang a Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang 144,505,000 94,54 84,27 100 100 5. Pembinaan Program Ditjen Penataan a Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan 63,505,897 97,34 96,32 100 100

(18)

12 NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS

INDIKATOR Anggaran (ribu rupiah)

Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi

PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

Ruang informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang 6. Pelaksanaan Pengembang an Perkotaan

a Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional 30,255,265 93,79 91,94 100 100 b Jumlah Provinsi/Kabupaten/Ko ta yang mendapat pembinaan penyelenggaraan Penataan Ruang. 5,958,637 93,79 94,10 100 100 c Jumlah Kabupaten/Kota yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya. 181,041,479 80,00 86,29 100 100 d Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang. 5,662,619 93,79 93,45 100 100

Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjen Penataan Ruang – Kementerian PU, seperti pada Tabel 3.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan seluruh program penyelenggaraan penataan ruang cenderung efektif dan efisien, terdapat keseimbangan antara realisasi fisik dan keuangan, yakni di atas 90 persen. Program tersebut antara lain: 1) pelaksanaan penataan ruang nasional; 2) pembinaan pelaksanan ruang daerah wilayah I; 3) pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah II; 4) dukungan manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang; 5) pembinaan program; dan 6) pelaksanaan pengembangan perkotaan.

(19)

13

Namun, jika dilihat lebih mendalam pada tingkat indikator/kegiatan, terdapat 2 kegiatan yang cenderung efektif tapi tidak efisien dalam perencanaan karena terdapat kelebihan anggaran dengan realisasi keuangan di bawah 90 persen. Kegiatan tersebut yaitu: 1) penyusunan laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang; dan 2) penyusunan laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang.

Kondisi berbeda terjadi pada program pelaksanaan pengembangan perkotaan. Jika membandingkan realisasi fisik dan keuangan, kegiatan pembinaan penyelenggaraan penataan ruang dan kegiatan pemenuhan SPM dan/atau peningkatan kualitas penataan ruang cenderung efektif dan efisien. Program percepatan penyelesaian RTRW Kota telah dilaksanakan di 93 kota, dan progrma pengembangan kota hijau telah dilaksanakan di 112 kota/perkotaan. Namun, dalam pelaksanaannya terkendala oleh komitmen daerah untuk melaksanakan setelah serah terima aset ke daerah.

Adapun pelaksanaan prioritas bidang (PB) yang dilaksanakan oleh Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan

Daerah-Kemendagri

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS

INDIKATOR Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

1 Fasilitasi Penataan Ruang Daerah dan Lingkungan Hidup di Daerah a Jumlah Penyusunan NSPK Penataan Ruang Daerah 100 88 100 100 2 b Meningkatnya Penyelesaian Perda Sesuai Amanat UU 26/2007 dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 100 70 100 100 3 c Terfasilitasinya penyusunan/revisi dan penetapan Perda tentang RTRW Provinsi

100 91 100 100

4 d Jumlah daerah yang

difasilitasi dalam Peningkatan

(20)

14

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS

INDIKATOR Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi

kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang pusat dan daerah

5 e Jumlah daerah yang

difasilitasi melalui Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Penataan Ruang 100 63 100 100 6 f Jumlah BKPRD yang terbentuk 100 68 100 100 7 g Terselenggaranya Raker BKPRD 100 94 100 100 8 h Terselenggaranya Rakernas BKPRN 100 86 100 100

9 i Jumlah daerah yang

difasilitasi dalam Monitoring dan Evaluasi Kinerja penyelenggaraan penataan ruang 100 99 100 100

Sumber: Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemdagri

Dapat dilihat pada tabel 3.4 di atas, bahwa realisasi fisik seluruh indikator program penyelenggaraan penataan ruang yang dilaksanakan oleh Direktorat Fasilitasi Penataaan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri, telah tercapai sempurna sesuai target sebesar 100 persen. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi keuangannya, maka secara umum kinerja program ini cenderung efektif tapi tidak efisien dalam perencanaan, dengan realisasi keuangan yang di bawah target. Kegiatan tersebut seperti NSPK penataan ruang daerah; penyelesaian Perda; fasilitasi dalam peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang pusat dan daerah; sosialisasi peraturan perundang-undangan penataan ruang; fasilitasi pembentukan BKPRD; dan penyelenggaraan Rakernas BKPRN.

Dalam penyusunan NSPK, Bina Bangda Kemdagri telah mereview Permendagri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RTR Provinsi dan Kab/Kota secara swakelola dan penyusunan NSPK tentang mekanisme penetapan rencana rinci tata ruang daerah dengan dukungan kosultan. Realisasi fisik kegiatan ini adalah Rapermendagri tentang tata cara evaluasi Raperda RTR Provinsi dan Kab/Kota, laporan akhir penyusunan NSPK tentang mekanisme penetapan Raperda tentang rencana rinci tata ruang dan draf Permendagri tentang tata cara evaluasi Raperda tentang rencana rinci tata ruang daerah. Sementara untuk mendorong penyelesaian Perda RTRW, telah tersusun SK Mendagri tentang evaluasi Raperda RTRWP untuk Provinsi Sulawesi Tengah dan Papua; dan SK Mendagri tentang klarifikasi Perda RTRW untuk Provinsi Maluku Utara.

Realisasi keuangan yang cukup rendah adalah kegiatan fasilitasi melalui sosialisasi peraturan perundang-undangan penataan ruang dan fasilitasi pembentukan BKPRD. Realisasi ini rendah, karena pelaksanaan sosialisasi hanya dilaksanakan di 2 daerah (Ambon dan Banten) dari target 3 daerah, juga forum fasilitasi pembentukan BKPRD yang frekuensinya dikurangi, karena sedang dilakukan revitalisasi BKPRD di 31 provinsi, kecuali Sulawesi Barat dan Papua Barat.

(21)

15

Meskipun begitu, terdapat 3 kegiatan yang cenderung efektif dan efisien, yaitu: 1) fasilitasi penyusunan/revisi dan penetapan Perda RTR Provinsi; 2) rapat kerja BKPRD; dan 3) fasilitasi dalam pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan penataan ruang. Tiga kegiatan tersebut memiliki keseimbangan antara realisasi fisik dan anggaran, yakni di atas 90 persen. Hasil realisasi fisik dari masing – masing indikator yang telah ditetapkan dapat dilihat secara rinci dalam lampiran Bab 3.

3.2

Bidang Pertanahan

3.2.1

Arah Kebijakan

Untuk mendukung berbagai program pembangunan dan sebagai upaya untuk mengatasi hambatan yang terkait dengan pertanahan, maka arah kebijakan pertanahan periode 2010-2014 adalah melaksanakan pengelolaan pertanahan secara utuh dan terintegrasi melalui Reforma Agraria, sehingga tanah dapat dimanfaatkan secara berkeadilan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan turut mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun fokus prioritas Bidang Reforma Agraria adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Jaminan Kepastian Hukum Hak Masyarakat Atas Tanah;

b. Pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) termasuk pengurangan tanah terlantar;

c. Peningkatan Kinerja Pelayanan Pertanahan;

d. Penataan dan Penegakan Hukum Pertanahan serta Pengurangan Potensi Sengketa Tanah.

Setiap tahunnya arah kebijakan pertanahan tersebut diimplementasikan ke dalam rencana kerja tahunan yang dikenal dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Arah kebijakan RKP Tahun 2013 prioritas Bidang Reforma Agraria adalah meningkatkan efektivitas pengelolaan pertanahan program dukungan manajeman dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.

3.2.2

Sasaran

Dalam mendukung arah kebijakan, maka sasaran pembangunan Tahun 2013 untuk Prioritas Bidang Reforma Agraria adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan penyediaan peta pertanahan. 2. Percepatan legalisasi aset tanah.

3. Penertiban tanah terindikasi terlantar.

3.2.3

Kegiatan Prioritas Nasional

RKP 2013 merupakan penjabaran tahun ke-tiga dari RPJMN 2010-2014. Kegiatan prioritas nasional pada Tahun 2013 Bidang Pertanahan, masuk dalam 6 (enam) kegiatan Prioritas Nasional (PN) yaitu: PN 4 Penanggulangan Kemiskinan, PN 5 Katahanan Pangan, PN 6 Infrastruktur, PN 7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha, PN 8 Energi, dan PN 10 Daerah Tertinggal, Terluar, dan Pasca Konflik (Buku I RKP 2012) sebagai berikut:

a. PN (4): Penurunan tingkat kemiskinan dan perbaikan distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator Jumlah bidang tanah yang diredistribusi;

(22)

16

b. PN (5): Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian dan perikanan. Prioritas ini didukung oleh program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

c. PN (6): Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (Kab/kota/kec) dan inventarisasi P4T (bidang); dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan perturan perundang-undangan bidang pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum;

d. PN (7): Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator cakupan peta pertanahan; jumlah bidang tanah yang dilegalisasi; penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan (laporan); dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengelolaan data dan informasi pertanahan dengan indikator peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (kab/kota);

e. PN (8): Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimasi pemanfaatan energi alternatif seluas-luasnya. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP);

f. PN (10): Pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pasca-konflik. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator inventarisasi wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu dan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu di pusat (peraturan-peraturan pengelolaan WP3WT).

Selanjutnya target dan alokasi anggaran (pagu) kegiatan prioritas nasional bidang pertanahan pada Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel berikut (Buku I RKP Tahun 2013).

Tabel 3.5 Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013

No. Kegiatan Prioritas RKP 2013 Target

RKP Alokasi RKP (Rp. Milyar) Alokasi DIPA BPN (Rp. Milyar)

Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

(23)

17

No. Kegiatan Prioritas RKP 2013 Target

RKP Alokasi RKP (Rp. Milyar) Alokasi DIPA BPN (Rp. Milyar)

a. Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang) 138.750 bidang

101,5 123,80

Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI

a.

Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (paket)

1 paket 6,2 Tidak ada

data

Prioritas Nasional 6: Infrastruktur

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a.

Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota) 45 kab/kota dan 55 kec

9,2 5,10

b. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) (bidang)

198.000 bidang

35,8 35,79

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI

a.

Tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum (paket)

1 paket 6,2 Tidak ada

data

Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan (laporan)

10.603 laporan

18,6 1.87

b. Cakupan peta pertanahan (Hektar) 2.800.000

ha

22,2 11,3

c. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang) 884.050 bidang

385,8 394,35

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI

a. Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (kab/kota)

419 Kab/Kota

37,9 40,0

Prioritas Nasional 8: Energi

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP)

463 SP 7,4 1,5

(24)

18

No. Kegiatan Prioritas RKP 2013 Target

RKP Alokasi RKP (Rp. Milyar) Alokasi DIPA BPN (Rp. Milyar)

terluar dan paska konflik

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP)

157 SP 14,3 14,3

b.

Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (paket)

1 paket 6,0 Tidak ada

data Sumber: RKP BPN, 2013.

Untuk melihat hasil kinerja dari pelaksanaan RKP 2013 dilakukan analisis kinerja indikator. Analisis kinerja tersebut dilakukan dengan menilai capaian fisik (target) dan realisasi anggaran. Kemudian, hasil penilaian disajikan dalam bentuk persentase.

Data capaian kegiatan dan indikator yang dianalisis adalah data yang termasuk ke dalam prioritas nasional saja karena untuk kegiatan dan indikator yang diluar prioritas nasional tidak tersedia datanya. Berdasarkan data tersebut disusun tabel capaian kegiatan dan realisasi anggaran dalam persentase (Tabel 3.6).

Tabel 3.9 Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013

No. Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2013 Keuangan (%) Fisik (%)

Target Realisasi Target Realisasi Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang)

100 66,49 100 84,51

Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI

a.

Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (paket)

100 82,97 100 Tidak

ada data

Prioritas Nasional 6: Infrastruktur

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota)

100 44,27 100 44,64

b.

Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) (bidang)

100 50,48 100 59,81

(25)

19

No. Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2013 Keuangan (%) Fisik (%)

Target Realisasi Target Realisasi Tugas Teknis Lainnya di BPN RI

a.

Tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum (paket)

100 82,97 100 Tidak

ada data Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan (laporan)

100 Tidak

ada data

100 Tidak

ada data

b. Cakupan peta pertanahan (Hektar) 100 94,88 100 100

c. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang) 100 Tidak ada data

100 Tidak

ada data Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya di BPN RI

a. Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (kab/kota)

100 Tidak

ada data

100 Tidak

ada data Prioritas Nasional 8: Energi

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

a. Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP)

100 59,81 100 69,80

Prioritas Nasional 10: Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan paska konflik

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional a.

Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP)

100 49,30 100 56,60

b.

Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (paket)

100 90,61 100 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan prioritas nasional seluruh Indonesia terkait bidang pertanahan cukup bervariasi. Beberapa kegiatan realisasi keuangan di bawah 50%, namun di sisi lain beberapa kegiatan sudah lebih dari 90%. Kegiatan yang realisasinya anggaran cukup kecil (di bawah 50%) adalah: Program Pengelolaan Pertanahan Nasional- Penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota) hanya mencapai 44,27% dan Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP) mencapai 49,30%. Kegiatan yang realisasi anggarannya cukup tinggi (di atas 50%) antara lain: Cakupan peta pertanahan (Hektar), Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (di pusat). Sedangkan beberapa kegiatan lainnya tidak tersedia data realisasi anggaran.

Sebanding dengan realisasi keuangan, capaian fisik yang relatif rendah adalah kegiatan Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota). Sedangkan capaian yang cukup tinggi terutama kegiatan Penyusunan cakupan peta pertanahan (Hektar) dan Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (di pusat) yang mencapai 100%. Beberapa kegiatan lainnya masih rendah dan yang lainnya tidak tersedia data.

(26)

20

Berdasarkan disksui dengan BPN, beberapa kendala yang umumnya dihadapi pelaksanaan program dan kegiatan di atas, diantaranya: a) bukti hak dalam penguasaan tanah tidak jelas; b) tingkat ekonomi masyarakat yang rendah sehingga terkendala dalam membayar BPHTB; c) koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan lancar, terutama sinergi dengan K/L dan Pemda setempat; d) permasalahan tata ruang (RTRW) tidak mendukung dengan belum keluarnya SK Menteri Kehutanan, khususnya di 2 (dua) provinsi (provinsi Kalimantan Tengah dan provinsi Kepulauan Riau; e) data peserta transmigrasi tida valid (yang terdaftar dengan penghuni berbeda) karena jeda waktu yang lama; f) lokasi transmigrasi masih belum terbit HPL sebagai prasyarat terbitnya HM, dan prosedur baku sulit dipenuhi; g) instansi kesulitan memenuhi persyaratan yuridis dalam kegiatan sertipikasi tanah BMN; h) keterbatasan jumlah SDM pada satker-satker; serta i) sulitnya menentukan kriteria peserta sertipikasi tanah, terutama warga miskin.

Sementara itu, target dan capaian beberapa kegiatan Prioritas Nasional dan Bidang Pertanahan khususnya di Kanwil BPN Jawa Timur Tahun 2013 meliputi:

a. Kegiatan legalisasi aset:

 Terkait target sertifikasi bidang tanah, sampai saat ini jumlah bidang tanah yang telah tersertipikasi sekitar 40% dari luas wilayah di Jawa Timur. Dari 40% bidang tanah yang telah bersertipikat tersebut, sekitar 60-70% diantaranya yang telah terpetakan dengan baik dan terdata di Geo-KKP. Proses sertifikasi tanah secara digital, baru efektif dilakukan mulai tahun 2005.

 PRONA ditargetkan sebanyak 95.000 bidang, dengan capaian 94.364 bidang (99.33%);

 Sertipikasi tanah UMK ditargetkan sebanyak 1.500 bidang, dengan capaian 1.500 bidang (100%);

 Sertipikasi tanah nelayan ditargetkan sebanyak 2.100 bidang, dengan capaian 2.100 bidang (100%);

 Sertipikasi tanah MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) ditargetkan sebanyak 1.400 bidang, dengan capaian 1.354 bidang (96,7%);

b. Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform dan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T):

 Redistribusi tanah ditargetkan sebanyak 6.000 bidang, dengan capaian 6.000 bidang (100%).

 IP4T ditargetkan sebanyak 38.000 bidang, dengan capaian 38.000 bidang (100%). c. Penanganan Kasus Pertanahan. Jumlah kasus pertanahan yang masuk ke Kanwil BPN

Jatim akumuluasi s.d 2013 sebanyak 1.166 kasus, jumlah diselesaikan sebanyaak 604 kasus (66%). Berikut akan dijelaskan capaian fisik dan anggaran Tahun 2013 masing-masing kegiatan:

 Kegiatan Pelayanan Pengaduan dan Informasi Sengketa dan Konflik Pertanahan, target fisik yang direncanakan sejumlah 41 kasus dan keuangan yang dianggarkan Rp 109.500.000,-. Capaian fisik sebanyak 15 kasus atau 36,59% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 37.842.500,- atau 34% dari total anggaran;

 Kegiatan Pengkajian Sengketa dan Konflik Pertanahan, target fisik yang direncanakan sejumlah 2 laporan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 60.000.000,-. Capaian fisik dan keuangan sudah mencapai 100%;

 Kegiatan Beracara di Pengadilan, target fisik yang direncanakan sejumlah 825 Laporan dan keuangan yang dianggarkan Rp 618.750.000,-. Capaian fisik sebanyak 337 kasus

(27)

21

atau 40% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 278.947.800,- atau 45% dari total anggaran;

 Kegiatan Pelayanan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan ditargetkan sebanyak 300 kasus dengan anggaran sebesar Rp 735.000.000,-. Capaian fisik sebanyak 274 kasus atau 91% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 441.217.580,- atau 60% dari total anggaran.

d. Tata batas kawasan hutan

Beberapa Kantor Pertanahan (Kantah) di Provinsi Jawa Timur kesulitan untuk mengakses dan mendapatkan data kawasan hutan sehingga tidak diketahui dengan pasti batas kawasan hutan dan non hutan (budidaya) baik secara tertulis maupun di lapangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sengketa pertanahan misalnya penerbitan sertipikat hak atas tanah pada kawasan hutan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kanwil BPN Jawa Timur mengusulkan agar dilakukan penataan batas kawasan hutan dan non hutan.

e. Kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca legalisasi aset dan redistribusi tanah

Pada beberapa lokasi di Provinsi Jawa Timur telah dilakukan kerja sama dengan perusahaan (diantaranya PT. Djarum Foundation, Bank BRI) dalam bentuk corporate social responsibility

(CSR) perusahaan tersebut. Permasalahan yang masih dihadapi saat ini adalah lokus kegiatan pemberdayaan masyarakat masing-masing SKPD di Jatim belum terintegrasi dengan lokasi kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi aset di BPN. Selain itu, koordinasi kegiatan lintas sektor terutama pemberdayaan masyarakat pasca redistribusi tanah dilakukan oleh Setda Provinsi di Biro Perekonomian Provinsi Jawa Timur. BPN juga telah menyusun peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) se Jawa Timur dan telah digunakan oleh Pemda.

f. Ketersediaan SDM Pertanahan terutama Juru Ukur

Kondisi SDM Pertanahan terutama Juru Ukur di Kanwil Jawa Timur, saat ini rata-rata kurang dari 10 orang per Kantah. Dengan demikian hampir seluruh Kantah mengalami kekurangan SDM Pertanahan terutama juru ukur. Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya juru ukur yang pensiun dan mendapat promosi menjadi pegawai struktural, di sisi lain jumlah penerimaannya tidak seimbang dengan angka pensiun mengakibatkan jumlah tenaga juru ukur pun terus berkurang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa kantah merekrut tenaga honorer. Namun hal tersebut belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan jumlah juru ukur.

g. Kebijakan kamar khusus pertanahan perlu dibentuk

Pembentukan kamar khusus pertanahan diperlukan karena sejalan dengan RUU Pertanahan. Selain itu beberapa kasus pertanahan yang telah diputuskan tidak dapat dilaksanakan karena keputusan yang dihasilkan oleh beberapa pengadilan berbeda-beda. Diusulkan agar hakim pada pengadilan pertanahan menggunakan pegawai BPN yang sudah dilatih khusus dan lebih memahami permasalahan pertanahan.

Berdasarkan data capaian fisik dan anggaran beberapa kegiatan prioritas di atas, tergambar bahwa sebagian besar kegiatan sudah tercapai. Secara keseluruhan kegiatan legalisasi aset (Prona, sertipikasi UMK, nelayan, dan MBR) hampir semua target tercapai. Kegiatan redistribusi tanah dan IP4T juga sudah mencapai 100 persen. Secara umum kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah belum jelasnya batas kawasan hutan dan non hutan sehingga dapat menimbulkan sengketa. Untuk kegiatan sertipikasi tanah lintas sektor, seringkali data yang disampaikan oleh Dinas terkait tidak lengkap sehingga menyulitkan pelaksanaan pendataan dan pengukuran bidang tanah. Upaya yang dilakukan oleh Kantah dan Kanwil BPN dalam mempercepat pelaksanaan legalisasi aset adalah melakukan koordinasi intensif dengan SKPD terkait di daerah. Selain itu dilakukan kegiatan pra sertipikasi untuk

(28)

22

mengidentifikasi data fisik dan yuridis atas bidang-bidang tanah yang akan dilakukan sertipikasi. Kedepan perlu dilakukan koordinasi lebih baik lagi terkait dengan tata batas kawasan hutan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca legalisasi aset dan redistribusi tanah.

Untuk kegiatan penanganan kasus pertanahan capaiannya masih relatif kecil bila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Umumnya penanganan kasus pertanahan memerlukan waktu penyelesaian yang cukup lama dan melibatkan berbagai pihak terkait. Untuk itu, kedepan diperlukan pembentukan kamar khusus pertanahan untuk mempercepat penyelesaian kasus pertanahan dengan melibatkan hakim-hakim ad-hoc yang mendalami bidang pertanahan. Terkait dengan kekurangan jumlah sumberdaya manusia pertanahan terutama juru ukur, perlu dilakukan pemetaan terhadap keseluruhan pegawai dan selanjutnya dilakukan penerimaan secara berkala untuk pemenuhan juru ukur tersebut.

(29)

23

BAB 4 INDIKATOR

OUTCOME

BIDANG PENYELENGGARAAN PENATAAN

RUANG

4.1

Latar Belakang

4.1.1

Deskripsi Singkat Penyusunan Indikator

Outcome

Kondisi sistem evaluasi saat ini terbatas pada evaluasi output yang hanya memperhatikan realisasi fisik dan realisasi anggaran. Sistem evaluasi ini tidak dapat menggambarkan capaian program yang memiliki dampak luas.

Kondisi perubahan yang direncanakan dalam proyek perubahan adalah penyusunan sistem evaluasi outcome Bidang Tata Ruang yang digunakan untuk mengevaluasi capaian outcome bidang ini dalam periode RPJMN 2015-2019. Sistem evaluasi ini memperhatikan tujuan Bidang Tata Ruang yang tercantum dalam RT RPJMN 2015-2019 serta tujuan Penataan Ruang yang ditetapkan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penyusunan sistem evaluasi outcome Bidang Tata Ruang ini berkaitan erat dengan tiga area perubahan reformasi birokrasi yaitu:

a. Tata laksana yang diharapkan dapat menghasilkan sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance; b. Pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang

bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; serta

c. Akuntabilitas yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi.

Jenis inovasi yang dilaksanakan adalah inovasi sistem evaluasi dari input dan output ke sistem evaluasi outcome.

4.1.2

Tujuan dan Manfaat

Tujuan proyek perubahan adalah menyusun sistem evaluasi dampak penyelenggaraan penataan ruang nasional untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan RPJMN 2019 untuk digunakan sebagai alat evaluasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang. Manfaat proyek perubahan ini adalah:

a. Tersusunnya outcome based indicators untuk digunakan sebagai alat evaluasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang;

b. Tersusunnya mekanisme penilaian kinerja penyelenggaraan penataan ruang nasional dan daerah;

c. Teridentifikasinya kegiatan dan daerah yang perlu mendapatkan alokasi baik dalam bentuk insentif ataupun alokasi khusus agar tujuan penataan ruang nasional dapat tercapai.

4.1.3

Identifikasi Pemangku Kepentingan (

Stakeholders

)

Mengingat bahwa output proyek perubahan ini akan digunakan sebagai alat evaluasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang, serta memperhatikan hasil benchmarking yang telah dilakukan, diperlukan identifikasi pihak terkait. Pihak terkait dibagi menjadi dua kelompok utama kelompok dari sisi supply kebijakan dan dari sisi demand kebijakan. Kelompok dari sisi supply

adalah:

(30)

24

2. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri;

3. Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

4. Direktorat Evaluasi Pembangunan Sektoral, Kementerian PPN/Bappenas; 5. Anggota Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

6. Pemerintah Provinsi.

Pemangku kepentingan dari sisi demand adalah masyarakat, DPR dan DPRD yang menggunakan ruang. Secara ringkas, seluruh pemangku kepentingan tersebut dapat digambarkan di dalam

stakeholder map yang dibagi berdasarkan tingkat interest dan power (Gambar 2).

Gambar 1 Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)

4.2

Hasil Perumusan Sementara Sistem Evaluasi Outcome

4.2.1

Sistem evaluasi outcome

Sistem evaluasi adalah serangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input),

proses/aktivitas, keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana yang telah ditetapkan. Melalui evaluasi dilakukan pengoleksian informasi tentang kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program secara sistematis, untuk membuat penilaian atas program, meningkatkan efektivitas program, dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan program mendatang.

Proses pelaksanaan evaluasi termasuk di dalamnya adalah pengumpulan, analisis dan pelaporan data inputs, aktivitas, outputs, outcomes dan dampak serta faktor eksternal yang mendukung manajemen yang efektif. Melalui proses evaluasi, kemajuan dapat dilihat dan perbaikan dapat dilakukan secara kontinu (DPME, 2014). Evaluasi dapat dilakukan di berbagai tahap pelaksanaan kegiatan, juga bisa dilakukan di berbagai tingkatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang digunakan untuk melakukan kegiatan? 2. Apa yang dilakukan?

(31)

25

3. Apa yang dihasilkan?

4. Siapa yang mendapatkan benefit?

5. Outcomes dan dampak apa yang ingin dicapai?

Khusus untuk evaluasi outcomes, pertanyaan terakhir yang relevan untuk dijawab. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dibutuhkan indikator kinerja yang dapat digunakan langsung ataupun indikator proxy (pendekatan) yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan. Untuk lebih jelasnya Gambar 4.5 memperlihatkan posisi evaluasi outcomes.

Gambar 2 Kedudukan Sistem Evaluasi Outcomes

Apa dan bagaimana? Siapa? Mengapa? Inputs Aktivitas Outputs Target Outcomes Dampak

Apa yang digunakan untuk melakukan kegiatan? Apa yang

dilakukan? dihasilkan? Apa yang mendapatkan Siapa yang benefit?

Outcomes dan dampak apa yang ingin dicapai?

Indikator kinerja Sumber: Diadopsi dari DPME, 2014; Othieno, 2011

Idealnya, indikator kinerja yang ditunjukan di bagian terbawah pada Gambar 4.5 disusun bersamaan dengan rencana atau kebijakan yang disusun. Dengan demikian, kemajuan pencapaian rencana atau tujuan kebijakan dapat diukur secara kontinu. Masalah yang muncul dalam evaluasi outcomes adalah (NPC, 2010):

1. Indikator dan target tidak disusun dengan baik; 2. Logic model yang lemah;

3. Evaluasi terlalu focus pada aktivitas, bukan outcomes sehingga hasil dan dampak dari aktivitas tidak dianalisis dengan baik;

4. Kemajuan tidak dapat dilihat dari indikator kunci yang telah dipilih; 5. Akuntabilitas data yang rendah.

Pendekatan evaluasi yang digunakan adalah formative evaluation. Pendekatan ini dikenal juga sebagai implementation evaluation untuk menilai outcome dari pelaksanaan program secara kontinu yang bersifat dinamis untuk dilakukan perbaikan terhadap program tersebut (Wall, 1994). Evaluasi outcome berupaya mengukur perbedaan yang dibuat oleh program dan perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari program (Otheino, 2011). Evaluasi ini dipilih untuk memperbaiki program dan meningkatkan pelayanan publik; menentukan efektifitas biaya; mendorong keberlanjutan pembangunan; serta mendukung pengambilan keputusan dan perencanaan jangka panjang.

4.2.2

Mekanisme evaluasi outcome

Berdasarkan tingkat outcome oleh Kirkpatick (1959) dan Bennett (1977), tingkat outcome

program penyelenggaraan penataan ruang berada pada tingkat situational outcome/long – term. Pada tingkatan ini, hasil evaluasi akan menjabarkan perubahan kondisi yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari pelaksanaan program. Dengan mempertimbangkan berbagai uraian di atas, untuk Bidang Tata Ruang, outcome diukur dari sisi demand atas kebijakan yang telah disusun oleh pemerintah, dalam hal ini UU No 26 Tahun 2007. Prosedur evaluasi dari sisi

Gambar

Tabel 3.2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program  Penyelenggaraan Penataan Ruang
Tabel 3.8 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan
Tabel 3.4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program  Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan
Tabel 3.5 Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Siswa Baru Tingkat 1 (Awal TP) : Isikan dengan Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Tingkat 1 pada Awal TP 2015/2016 berdasarkan Jenis Kelamin (khusus untuk kelas 1).. Jumlahnya

Evaluasi pemasok adalah masalah keputusan yang kompleks karena konsep strukturnya relatif sulit, data yang digunakan tidak hanya data kuantitatif tapi juga data kualitatif dan

- Harga atau biaya produksi relatif mahal. - Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua penonton mampu mengikuti informasi yang

(2) Setiap orang dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan kegiatan penambangan bahan galian golongan C wajib melakukan kegiatan pencegahan pencemaran dan

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan dan

Sebagai tambahan, Markus 8:31 mengatakan, "Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,

(2011) Hubungan Antara Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dengan Status Gizi Balita Pada Rumah Tangga di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Indramayu.. Universitas

serta dalam melakukan akad pembiayaan murabahah kedua belah pihak melakukan negosiasi margin keuntungan dan waktu pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah