• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Temuan Utama

Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan pada bab sebelumnya terdapat beberapa temuan utama yang dapat disampaikan pada sub bab ini adalah sebagai berikut:

5.1.1 Tahapan identifikasi kriteria evaluasi Supplier.

Melalui wawancara dan questionnaire yang ditanyakan kepada para narasumber atau pakar yang ahli di bidangnya masing-masing, akan menghasilkan data operasional variabel yang jelas dalam penilaian performansi supplier dan disesuaikan dengan kondisi perusahaan saat ini. Dalam penelitian ini telah ditetapkan jumlah kriteria sebanyak 4 (empat) dan dihitung bobotnya, kriteria yang dimaksud adalah quality, delivery, technical capability dan service. Jika pada tahapan identifikasi ini tidak tepat sasaran maka penetapan prioritas kriteria akan timbul masalah.

5.1.2 Proses perancangan model penilaian kinerja Supplier.

Pengolahan data kuesioner dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) akan menghitung setiap bobot kriteria yang dipilih oleh narasumber atau para pakar dengan hasilnya: quality (46%), delivery (24%), technical capability (8%) dan service (22%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kriteria quality memiliki peringkat bobot terbesar nomor satu yang kemudian disusul oleh kriteria delivery dan service. Hal ini pula menguatkan bukti hasil teori Dickson yang menempatkan kualitas (quality) pada tingkat kebutuhan extreme importance. Pengolahan data kuesioner ini juga telah diperkuat oleh perhitungan matriks perbandingan berpasangan yang kesimpulannya adalah pendapat para narasumber memiliki consistency ratio dibawah 10% atau data pada umumnya adalah konsisten.

(2)

5.1.3 Pengukuran Supplier Performance.

Melalui disain infrastruktur yang telah dirancang didapatkan hasil bahwa Supplier-2 memiliki peringkat performansi (dilihat dari performansi kriteria quality, delivery, technicalcapability dan service) paling tinggi jika dibandingkan dengan supplier lainnya dengan total nilai 82.47 peringkat B. Jika dibandingkan dengan kondisi aktual penilaian berdasarkan quality audit assessment Supplier-2 memiliki nilai lebih besar yaitu 84.00. Hal tersebut terjadi karena penilaian kriteria aktual yang digunakan belum secara objektif. Penilaian yang ada juga belum menampilkan nilai performansi supplier secara keseluruhan, dalam hal ini erat hubungannya dengan penilaian kriteria quality, delivery, technical capability dan service. Penilaian aktual terhadap performansi supplier mould yang berjalan di PT. Gajah Tunggal Tbk. masih secara terpisah, dalam hal ini beberapa kriteria seperti quality, delivery dan technical capability memiliki poin akhir masing-masing belum terintegrasi. Dampak yang ditimbulkan akibat sistem penilaian yang belum terintegrasi adalah tidak akuratnya atau memadai objektifitas evaluasi penilaian supplier tersebut. Sehingga untuk mengantisipasi hal pennilaian subjektifitas diperlukan suatu sistem penilaian atau evaluasi yang dilakukan secara berkala, contohnya setiap 3 (tiga) bulan sekali.

5.2 Kajian dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini memfokuskan kepada rancangan evaluasi kinerja supplier yang dimiliki oleh perusahaan PT. Gajah Tunggal Tbk dengan tujuan agar perusahaan dapat memiliki suatu metode atau rancangan usulan evaluasi kinerja secara tepat dan dapat diukur sesuai dengan kebutuhan kriteria perusahaan. Dari berbagai studi literature yang telah dilakukan beberapa metode menjadi solusi dalam pemecahan masalah evaluasi kinerja supplier yang beberapa contohnya adalah: Data Envelopment Analysis (DEA), suatu metode evaluasi kinerja dari suatu aktifitas dalam sebuah unit entitas dengan pemograman matematis. Vikor yang meruakan metode analisis pengambilan keputusan dengan multi atribut decision making atau dengan menggunakan kriteria yang saling bertentangan dari unit yang berbeda. Analysis of Moment Structures (AMOS) digunakan sebagai pendekatan umum analisis data dalam model persamaan SEM (Structural

(3)

Equation Model) atau yang dikenal sebagai model sebab-akibat. TOPSIS merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria yang didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga jarak terpanjang. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini, adapun kelebihannya dibandingkan dengan metode lainnya antara lain: Kesatuan (unity), AHP membuat permaslahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. Komplesitas (complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan system dan pengintegrasian secara deduktif. Saling ketergantungan (inter dependence), AHP dapat digunakan pada elemen-elemen system yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. Struktur hirarki (hierarchy structure), AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen system ke level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. Pengukuran (measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. Konsistensi (consistency), AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan dalam menentukan prioritas. Penilaian dan konsensus (judgement and consensus), AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. Kelebihan dari metode AHP ini juga mampu memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih dan memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas oleh pengambil keputusan

Kunci perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan sebelumnya adalah kepada pemilihan kriteria dalam evaluasi kinerja supplier yaitu quality, delivery, technical capability dan service yang merupakan kebutuhan penilaian di ruang lingkup R&D Mould Aesthetic and Design di PT. Gajah Tunggal Tbk. Secara umum kajian penelitian sebelumnya dapat ditarik garis besarnya dan disajikan pada Tabel 5.1

(4)

Tabel 5.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya

No. Persamaan Perbedaan

1 Bertujuan untuk melakukan pengukuran penilaian kinerja supplier

Penelitian yang dilakukan menggunakan studi kasus perusahaan.

2 Menggunakan Metode AHP Kriteria yang menjadi point pengukuran kinerja supplier

3 Mengatasi masalah dalam menentukan performansi supplier yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan

(Sumber Data diolah, 2016) Contoh kajian dengan penelitian sebelumnya:

Tabel 5.2 Perbandingan Hasil Penelitian-1

No Nama Perbandingan Hasil

Penelitian Sebelumnya Penelitian Ini

1

Adomas Zagarnaus kas (2012)

Kriteria yang digunakan: rata-rata tren harga yang lebih dari 5

tahun, quality, delivery dan

invoicing performance.

Penelitian dilakukan di oil & gas industry. Infrastruktur yang

digunakan yaitu Ms. Excel

Solver

Kriteria yang digunakan: quality,

delivery, technical capability dan service. Proses penelitian dilakukan di perusahaan manufaktur dengan infrastruktur yang dirancang adalah Ms. Excel dan Expert Choice

dengan model AHP.

(Sumber Data diolah, 2016 dan Adomas, 2012)

Persamaan dengan tujuan penelitian sebelumnya adalah untuk mengidentifikasi, merancang dan evaluasi kinerja supplier. Perbedaan objek studi kasus dalam hal ini adalah industri minyak dan gas, metode yang digunakan, penelitian sebelumnya adalah analisis DEA yang dimana rata-rata tren harga lebih dari 5 tahun menjadi kriteria variabel input, sedangkan kriteria quality, delivery dan invoicing performance menjadi variabel outputnya. Sedangkan penelitian ini

(5)

menggunakan model AHP dengan dibantu perhitungan expert choice dan ms. excel dengan objek penelitian dilakukan di area R&D MAD di perusahaan sparepart automotive. Kelebihan penelitian adalah kepada aspek yang diteliti dapat menjadi luas dikarenakan dikaitkan dengan kerangka supply chain dalam hal ini SRM.

Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Penelitian-2

No Nama Perbandingan Hasil

Penelitian Sebelumnya Penelitian Ini

2 Cheng-yuan Ku, Ching-Ter Chang dan Hui-Ping Ho. (2009)

Kriteria yang digunakan yaitu Cost or price, Quality, Service, Supplier’s profile, Risk, Buyer-supplier partnerships, Cultural and communication barriers,

Trade dan Restrictions.

Infrastruktur yang digunakan

yaitu Ms. Office Excel.

Kriteria yang digunakan: quality,

delivery, technical capability dan service. Proses penelitian dilakukan di perusahaan manufaktur dengan infrastruktur yang dirancang adalah Ms. Excel dan Expert Choice dengan model AHP.

(Sumber Data diolah 2016 dan Cheng et al, 2009)

Persamaan dengan tujuan penelitian sebelumnya adalah untuk mengidentifikasi, merancang dan evaluasi kinerja supplier. Perbedaan objek studi kasus dalam hal ini adalah industri minyak dan gas, metode yang digunakan, penelitian sebelumnya adalah analisis DEA yang dimana rata-rata tren harga lebih dari 5 tahun menjadi kriteria variabel input, sedangkan kriteria quality, delivery dan invoicing performance menjadi variabel outputnya. Sedangkan penelitian ini menggunakan model AHP dengan dibantu perhitungan expert choice dan ms. excel dengan objek penelitian dilakukan di area R&D MAD di perusahaan sparepart automotive. Kelebihan penelitian adalah kepada aspek yang diteliti dapat menjadi luas dikarenakan dikaitkan dengan kerangka supply chain dalam hal ini SRM.

5.3 Implikasi Industri

Terkait dengan implikasi industri yang dirasakan terhadap hasil penelitian penilaian performansi supplier ini dirasakan sangat besar pengaruhnya terhadap

(6)

perusahaan yang menjadi objek penelitian. Hal ini dikarenakan segala aktivitas evaluasi kinerja supplier mulai dapat dimonitor dengan baik dan secara berkala. Adapun kebijakan atau strategi yang dirancang agar harapan tersebut dapat direalisasikan adalah dengan membuat standard procedure sejelas mungkin dalam pelaksanaan evaluasi kinerja supplier agar hasil dapat seobjektif mungkin.

5.3.1 Standard Operation Procedure (SOP) performansi supplier.

Pada tahapan ini menampilkan standar pengerjaan penilaian performansi supplier. Dimana dengan standar ini akan menyamakan cara pengerjaan dari penilaian performansi supplier, dan langkah-langkah yang secara mendetail dijelaskan dalam melaksanakan prosedur tersebut. Berikut ini adalah SOP dari performansi supplier. SOP yang dibuatkan adalah penjelasan bagaimana melakukan penilaian performansi supplier, dan langkah-langkah yang secara mendetail dijelaskan dalam melakukannya. Rancangan SOP dapat yang dirancang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tata cara penginputan data: Input data dari tiap-tiap departemen terkait yang diantaranya departemen R&D Mould and Aesthetic Design, Technical Mould dan Quality Assurance.

2. Data-data yang diambil adalah seperti berikut: weekly mould report, MADJR, supplier inspection report dan incoming mould schedule.

3. Adapun data yang diambil dari departement Technical Mould yaitu berupa Inspection & Repair Mould Report.

4. Data yang diambil dari departement Quality Assurance berupa Quality Audit Assessment Report.

5. Person in Charge yang menjadi penanggung jawab menerbitkan Performansi mould supplier yaitu R&D MAD.

6. Semua data yang dibutuhkan dikirimkan oleh masing masing departemen terkait sebelum tanggal 15 dibulan berikut nya. contohnya: performansi bulan Januari 2013 dikirimkan 15 Februari 2013.

7. Semua data secara mendetail dimasukan kedalam form performansi supplier pada page 2 (halaman).

(7)

8. Data pada bulan update terakhir adalah data yang diinput kedalam ringkasan form performansi supplier pada page 1 (halaman) pada kolom nilai masing masing sub kriteria yang bertanda (1).

9. Perhitungan total nilai sub kriteria (2) yaitu dengan cara kolom bertanda (1) x masing-masing proporsi nilai sub kriteria dan hasil nya di totalkan sesuai sub kriteria masing masing.

10.Jika pada kolom yang bertanda (1) belum ada hasil nya, jangan dimasukan kedalam perhitungan peformansi. dan perhitungan nya berubah. sebagai contoh: pada kriteria quality terdapat sub kriteria Defect Rate, Final Process Inspection dan Quality Audit Assessment, jika item Quality audit assessment belum dilakukan maka perhitungan pada kolom bertanda (2) yaitu total persentase yang ada 57%, dengan demikian nilai persentase Defect Rate berubah menjadi 47%/57% = 82%, begitu pula untuk nilai final process inspection sehingga perkalian defect rate menjadi 82% x 70 point (contoh) = 57 point. hal ini dilakukan pada sub ktriteria lain nya juga.

11.Perhitungan nilai kriteria (3) yaitu dengan cara kolom bertanda (2) x masing masing proporsi nilai kriteria dan hasil nya di totalkan sesuai kriteria masing masing.

12.Perhitungan nilai total kriteria (4) yaitu dengan cara menambahkan semua nilai yang ada di kolom (3).

13.Form performansi supplier ini harus dikirimkan berupa hasil scan dan telah di tanda tangani oleh pihak yang berkepentingan pada form ini 14.Penyebaran form ini dilakukan setiap 3 bulan sekali.

5.3.2 Supplier Relationship Management (SRM).

Implikasi industri lainnya adalah berkenaan dengan adanya pengembangan berkelanjutan yaitu dengan adanya pembinaan atau pengelolaan hubungan dengan supplier atau yang disebut sebagai Supplier Relationship Management (SRM). SRM merupakan suatu bidang ilmu atau suatu strategi rencana pengaturan atau interaksi kepada organisasi third party yang mensuplai barang atau jasa kepada perusahaan dengan tujuan memaksimalkan nilai dari interaksi itu sendiri.

(8)

Memerlukan suatu pendekatan khusus, kolaborasi yang lebih mendalam terhadap supplier kunci untuk mengurangi resiko yang akan terjadi. (Tangus et al., 2015) Adapun ilustrasi SRM pada kerangka Supply Chain dapat dilihat pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 SRM dalam kerangka Supply Chain Management (Sumber: Lambert, DouglasM., Supply Chain Management: Processes, Partnerships, Performance, Sarasota, Florida: Supply Chain Management

Institute, 2008, p. 3.)

5.3.3 Pentingnya meningkatkan relasi antara Supplier dengan Perusahaan Di era globalisasi ini menyebabkan banyak perusahaan menghadapi tekanan besar terhadap kemampuan produk, kualitas proses yang dihasilkan, proses pengiriman, kinerja dan responsiveness sejalan dengan pengurangan biaya mereka. Dengan kata lain sekarang ini banyak perusahaan yang mulai memanfaatkan sumberdaya mereka dan meningkatkan nilai dari rantai pasok (supply chain) dengan tujuan kepada nilai flexibility yang handal dan responsive cepat terhadap permintaan pelanggan. (Kumar et al, 2012)

Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari peran supplier-nya. Supplier menyediakan bahan baku dan

(9)

peralatan bagi perusahaan. Singkatnya supplier adalah penyedia kebutuhan sumber daya perusahaan dengan jumlah, mutu dan harga yang sesuai sehingga proses produksi, distribusi dan pelayanan dapat berjalan lancar.

Menurut Kannan et al, 2006. Bahwa dalam tingkatan operasional keuntungan yang didapat suatu perusahaan dalam memelihara hubungan atau relasi secara dekat dengan supplier kunci akan membawa dampak kepada peningkatan kualitas produk atau jasa pengiriman dan pengurangan biaya. Sedangkan dalam tingkat stratejik, hal tersebut dapat mengarah kepada pengembangan kualitas produk secara berkesinambungan, inovasi, keunggulan kompetitif dan peningkatan market share.

5.3.4 Evaluasi kinerja Supplier

Berkenaan dengan kegiatan SRM yang akan dibahas dalam penelitian ini masih dalam hal evaluasi kinerja supplier. Indikator-indikator yang memiliki pengaruh dalam relasi hubungan antara supplier dan perusahan ini memiliki berbeda kebutuhannya, tergantung dengan kondisi aktual. Hal ini dikarenakan visi dan misi dari setiap perusahaan juga berbeda-beda. Contohnya bagi beberapa perusahaan price bukan merupakan faktor penentu dalam pemilihan dan evaluasi supplier. Oleh karena itu departemen terkait, dalam hal ini Purchasing membutuhkan rencana strategi dalam membangun relationship dengan supplier demi mengurangi faktor resiko yang mungkin terjadi. Dalam hubungan dengan supplier dibutuhkan komunikasi yang efektif dimana manfaatnya, semakin optimal hubungan dengan supplier sehingga dapat menciptakan keunggulan kompetitif dalam persaingan bisnis.

Dari penelitian ini telah ditetapkan sebanyak 5 indikator yang digunakan dalam evaluasi kinerja mould supplier adalah Quality, Delivery, Technical Capability dan Service. Namun pada implementasi SRM sebaiknya diperlukan adanya penambahan indicator lain terutama terkait dengan pembangunan relasi dengan supplier secara berkelanjutan. Berdasarkan studi literatur pada bab-bab sebelumnya dapat dilihat bahwa ada banyak indikator yang dapat digunakan dalam strategi pengelolaan relasi dengan supplier. Contoh indikator lainnya yang dapat digunakan dalam penelitian lanjutan mengenai relasi supplier dengan

(10)

perusahaan antara lain seperti yang pernah dikemukakan oleh Dickson (1966). Beberapa indikator yang dinilai dapat digunakan penelitian lanjutan seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4 Usulan kriteria Dickson dalam pembahasan SRM

No. Factor Evaluation

1 Performance History Considerable Importance 2 Commitment Considerable Importance 3 Communication

System Average Importance

4 Reputation and

Position in Industry Average Importance (Sumber: Al-Salem, 2012)

Hal ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya: Gichuru (2004) dalam Grace, et al (2014) mengatakan bahwa beberapa karakteristik yang menunjang dalam kesuksesan membangun relasi dengan supplier antara lain: commitment, coordination, trust, communication quality, participation dan joint problem solving. Canez, et al (2004) dalam Grace, et al (2014) berpendapat bahwa faktor kesuksesan membangun relasi antara supplier dengan perusahaan dalam jangka waktu yang lama mengacu kepada beberapa hal: komunikasi secara efektif, klarifikasi antara kebutuhan dan harapan, pengurangan masalah, performa yang konsisten dan menciptakan keunggulan yang kompetitif. Indikator performance history juga dapat digunakan sebagai indikator penelitian yang berpengaruh terhadap hubungan antara supplier dengan perusahaan. Data performance history ini berasal dari data masa lalu yang bisa berupa data historis berupa nilai skor atau rekapitulasi data sehubungan dengan kinerja supplier tersebut yang dapat diukur. Pertimbangan lama atau tidaknya supplier berkecimpung dalam bisnis juga bisa dijadikan tolak ukur kepercayaan, hal ini berkaitan dengan kesanggupan supplier dalam memenuhi pesanan dalam jumlah besar. Sedangkan indikator reputation and position in industry juga memegang peranan penting dalam mengelola hubungan dengan para supplier. Robert, et al (2007) berpendapat bahwa suatu supplier dengan pengalaman dan memiliki reputasi yang baik akan meningkatkan kepercayaan kepada perusahaan dan berdampak kepada pencapaian keuntungan maksimal dan peningkatan pertumbuhan pasar di masa yang akan datang. Suatu

(11)

reputational risk yang dapat memberikan dampak negatif kepada perusahaan dalam hal ini adalah kemampuan dalam menganalisa dan evaluasi supplier.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan di PT. Gajah Tunggal Tbk dalam melakukan

penilaian evaluasi performansi kinerja supplier masih menggunakan infrastruktur sederhana yaitu Microsoft Excel dan dengan penetapan indikator yang terbatas dikarenakan sesuai dengan kondisi real perusahaan.

2. Diperlukannya pengujian trial dan error dari pemodelan sistem yang dirancang dalam mengetahui apa saja yang dibutuhkan dalam improvement. 3. Penelitian ini hanya menggunakan kriteria quality, delivery, technical

capability dan service yang berperan dalam evaluasi kinerja supplier sehingga untuk mengukur supplier relationship dirasa kurang begitu akurat. Diperlukan adanya penambahan indikator terkait hubungan (relationship) dengan supplier.

Gambar

Tabel 5.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Penelitian-2
Gambar 5.1  SRM dalam kerangka Supply Chain Management  (Sumber:  Lambert, DouglasM., Supply Chain Management: Processes,  Partnerships, Performance, Sarasota, Florida: Supply Chain Management
Tabel 5.4 Usulan kriteria Dickson dalam pembahasan SRM

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan perbedaan yang terjadi antara periode pertama dan kedua mengenai pendidikan dan sosial kemasyarakatan, jika pada periode pertama penddikan Al-Qur’an sebagai satu

Materi Debat Bahasa Indonesia Siswa SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 adalah isu-isu yang aktual tentang kebahasaan dan tentang hal umum yang ada di masyarakat. Isu-isu

Dari 28 siswa terdapat 15-21 siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode drill dengan serius sehingga mereka tidak mampu memeragakan ragam gerak yang

KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu

• Mengambil secara acak kelompok-kelompok atau gerombol- gerombol unsur dari populasi yg bersangkutan, kemudian memilih semua atau contoh acak dari tiap kelompok atau gerombol

Kadar Senyawa yang Larut dalam Etanol Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol 96% menggunakan labu bersumbat sambil dikocok selama 6 jam

Utama : Jenis Pegawai : PNS Pusat DPK pada Instansi lain, yang benar PNS Pusat yang bekerja pada Departemen/Lembaga, Lokasi kerja LAWEYAN, yang benar SEMARANG, Anak: tempat lahir JAWA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas pendamping (keahlian, kepercayaan dan dinamisme) dalam penyuluhan dan bimbingan sosial anak jalanan di kota Bandung,