• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN TANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN TANGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN PEMBUATAN

KERAJINAN TANGAN

Ayu Candra Dian Paramita, Fridayana Yudiaatmaja, dan I Wayan Bagia

Jurusan Manajemen

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

E-mail:dyancandra2@gmail.com, yudiaatmaja@gmail.com,

iwayan.bagia@yahoo.co.id,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan deskriptif mengenai evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali, menggunakan desain penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian adalah seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan sebanyak 18 orang. Objek penelitian ini ada dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah karyawan UD Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan pembuatan kerajianan tangan. Sedangkan objek formalnya adalah proses pelatihan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara pencatatan dokumen dan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil dengan katagori penilaian sangat baik. Sehingga pelaksanaan pelatihan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan. Kata kunci: evaluasi pelaksanaan pelatihan

ABSTRACT

This research was aimed at finding the descriptive result about the evalation of handicraft training program in UD Wahyu Artha at Menyali village, by using descriptive research design. The subject of this research was the entire employees in UD Wahyu Artha who followed this training program. They were 18 employees. The object of this reseacrh defined into two types of object. The first one was material object and the second one was formal object. Meanwhile the formal object was a training process. The material object in this reseacrh was the employees of UD Wahyu Artha who followed this handicraft training program. The data researcher collected the data by using observation, interview technique, note the written document and questionnaire. These data were analyzed in descriptive technique. The evaluation of training implementation on making craft on UD Wahyu Artha overall could be categorized successfully with very good grade. So the implementation of training could improve and increase the employee’s performance. Key words: evaluation training program

(2)

PENDAHULUAN

Karyawan merupakan faktor

produksi yang senantiasa bergerak dan selalu berubah-ubah, mempunyai akal dan perasaan serta motivasi, jika tenaga kerja sebagai faktor produksi merasa

senang bekerja dengan penuh

semangat dan bergairah, maka dapat dipastikan bahwa tujuan yang telah ditetapkan perusahaan atau organisasi akan semakin mudah tercapai. Oleh

karena itu kualitas sumber daya

manusia senantiasa harus

dikembangkan dan diarahkan agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Di samping itu, para manajer harus mempunyai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kepemimpinan mereka.

Dalam sejumlah situasi, para pemberi kerja telah mendokumentasikan bahwa pelatihan yang efektif akan menghasilkan peningkatan produktivitas yang lebih banyak dari sekadar menutup

biaya pelatihan. Suatu program

pelatihan yang efektif dan efisien yang diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki karyawan akan turut meningkatkan kemampuan dan

penguasaan terhadap pekerjaannya

yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas kerja yang baik. Pelatihan diberikan dalam upaya meningkatkan kemampuan para karyawan dalam menghadapi tuntutan atau perubahan lingkungan sekitar.

Pemberian pelatihan kepada

para karyawan bertujuan

memberdayakan karyawan agar mampu

berpartisipasi aktif pada proses

perubahan lingkungan. Melalui pelatihan para karyawan akan mampu melakukan

perubahan dari kebiasaan lama menjadi lebih baik terhadap perubahan sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam melakukan suatu pekerjaan sesudah mengikuti program pelatihan. Hal ini didukung pula dari teori yang dinyatakan

oleh Nasution (1994: 70) “Adanya

peningkatan keahlian, pengetahuan dan

sikap karyawan terhadap

tugas-tugasnya dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan akan merubah tingkah laku guna mendapatkan produktivitas yang tinggi”. Setiap pelatihan hendaknya harus dievaluasi untuk menilai apakah

program yang ditetapkan telah

mencapai tujuan atau tidak sehingga

nantinya bisa dilakukan perbaikan

kembali bila ternyata belum mencapai tujuan dari organisasi. Harapannya

program ini dapat berlanjut dan

memberikan manfaat bagi organisasi. Hal ini didukung pula dari teori yang dinyatakan oleh Sulistiyani (2003: 178) tujuan dari evaluasi program pelatihan adalah untuk menguji dan menilai apakah progam pelatihan yang telah dijalani, secara efektif mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Meningkatnya volume penjualan merupakan salah satu aspek penting

dalam perusahaan, untuk itu

perusahaan terus berupaya

memperbaiki kinerja karyawan degan melakukan pelatihan sebagai upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

Berdasarkan wawancara awal ternyata evaluasi pelatihan pada UD Wahyu

Artha tidak terintegrasi secara

keseluruhan padahal hal ini sangat perlu

dilakukan agar dapat

menilai sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari program pelatihan yang telah dilakukan. Salah satu klaster industri yang ada di Kabupaten Buleleng adalah klaster industri kerajinan tangan

(handicraft) yang terletak di Desa

Pekraman Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Banyak diantara

penduduknya memulai

(3)

seperti industri kerajianan tangan dari aluminium, seng dan tembaga. Pada awalnya pengarajin di Desa Menyali

hanya membuat kerajinan tangan

dengan jenis produk yang terbatas untuk fasilitas upakara umat Hindu di Bali, adapun produk tersebut antara lain: bokor, dulang, sangku, pabuan, dan saab. Seiring perkembangan zaman akhirnya jenis produk kerajinan tangan lebih banyak menggunakan bahan dasar aluminium karena harganya yang lebih murah dan proses pembutannya lebih mudah. Produk kerajianan tangan dari aluminium kini telah dapat dinikmati atau dimanfaatkan oleh umum seperti pas foto, cermin, pernak-pernik natal, hiasan lampu gantung, pas bunga, hiasan dingding, tempat tisu, dan tempat

file. Salah satu pengerajin usaha ini

adalah I Gede Ardana sekaligus pemilik UD Wahyu Artha. Kerajinan tangan

(Handicraft) sudah ditekuninya sejak

tahun 70-an. Sedangkan UD Wahyu Artha didirikan pada tahun 2004.

Meningkatnya volume penjualan merupakan salah satu aspek penting

dalam perusahaan, untuk itu

perusahaan terus berupaya

memperbaiki kinerja karyawan degan melakukan pelatihan sebagai upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

Berdasarkan wawancara awal ternyata evaluasi pelatihan pada UD Wahyu

Artha tidak terintegrasi secara

keseluruhan padahal hal ini sangat perlu dilakukan agar dapat menilai sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari program pelatihan yang telah dilakukan. Data hasil wawancara awal menunjukkan bahwa evaluasi program

pelatihan tidak terintegrasi secara

lengkap dari empat tahapan evaluasi pelatihan yang dilaksanakan meliputi:

(1) Reaksi peserta pelatihan, (2)

Pembelajaran, (3) Perilaku peserta

pelatihan, dan (4) Hasil peserta

pelatihan. Dari keempat tahapan

tersebut tahapan ketiga hampir jarang dievaluasi, sedangkan aspek yang

sering dievaluasi adalah hasil dan pembelajaran. Hal ini mengidentifikasi bahwa evaluasi dari program pelatihan masih dianggap remeh atau tidak begitu penting untuk dilaksanakan sehingga evaluasi dari pelaksanaan pelatihan lebih memprioritaskan pada aspek hasil dan pembelajaran dibandingkan dengan

aspek lainnya. Padahal idealnya

evaluasi pelatihan harus mencakup empat tahapan penilaian, hal ini juga diperkuat oleh teori yang dinyatakan

Tulus (1995:113) bahwa evaluasi

pelatihan meliputi empat tahapan yaitu: (1) Reaksi, (2) Proses Belajar, (3) Perilaku, dan (4) Hasil. Sehingga

berdasarkan permasalahan tersebut

perlu diadakan penilaian/menskor

kembali seberapa baik sasaran

pelaksanaan pelatihan pembuatan

kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha. Oleh karena itu dibutuhkan suatu proses evaluasi pelaksanaan pelatihan yang akan menilai atau menskor setiap komponen dalam evaluasi pelatihan. Pelatihan ketiga dalam pembuatan

kerajinan tangan berlangsung dari

tanggal 13 Oktober sampai dengan 16 Oktober 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh temuan deskriptif

mengenai evaluasi pelakasanaan

pelatihan pembutan kerajinan tangan

(handicraft) pada UD Wahyu Artha di

Desa Menyali yang meliputi 4 aspek penilaian (1) reaksi peserta pelatihan, (2) pembelajaran peserta pelatihan, (3)

perubahan sikap dan ketrampilan

peserta pelatihan dan (4) hasil kinerja peserta pelatihan. Hasil penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

pengembangan ilmu ekonomi

manajemen di bidang Manajemen

Sumber Daya Manusia khususnya pada pelatihan dan pengembangan.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan

(4)

informasi bagi karyawan untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan yang

mempunyai manfaat besar dalam

meningkatkan kemampuan dibidang

pembuatan kerajinan tangan dari bahan aluminium, sedangkan bagi perusahaan dari laporan ini nantinya perusahaan dapat melihat bahwa betapa pentingnya dilakukan sebuah evaluasi pelatihan untuk mendapatkan kualitas tenaga kerja yang handal. Pelatihan menurut Ardana, dkk. (2012: 91) merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori. Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai dan Sagala (2010: 211) yang menyatakan pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses

belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan di luar

sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori. Sedangkan Gorda

(2004: 137) menyatakan pelatihan

adalah suatu kegiatan untuk

memperbaiki kemampuan karyawan

dengan cara meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya di

dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab. Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pelatihan sebagai bagian

pendidikan yang menyangkut proses

belajar untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik dari pada teori.

Tahapan proses pelatihan

terdapat paling kurang tiga tahapan utama dalam pelatihan yakni: (1) analisis kebutuhan pelatihan (training

needs analysis/TNA), (2) implementasi

program pelatihan, dan (3) evaluasi

pelatihan (Irianto (2001: 18). Tujuan pelatihan menurut Simamora (dalam Sulistiyani dan Rosidah 2003: 176) adapun tujuan pelatihan meliputi: (a) memperbaiki kinerja, (b) mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru

supaya menjadi kompeten dalam

karyawan, (c), membantu memecahkan

persoalan operasional, (d)

mempersiapkan karyawan untuk

promosi, (e) mematuhi

kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi.

Hanggraeni (2012: 98) menyatakan pelatihan memiliki manfaat bukan hanya bagi perusahaan tapi juga bagi individu, berikut adalah manfaat pelatihan bagi

perusahaan: (a) meningkatkan

profitabilitas, (b) meningkatkan

pengetahuan dan keahlian kerja, (c) meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja, (d) meningkatkan efisiensi dan

mengurangi biaya operasi yang

diakibatkan karena kesalahan

operasional, (e) meningkatkan

pengembangan organisasi

(organizational development).

Sedangkan manfaat bagi individu: (a)

membantu pekerja menyelesaiakan

masalah kerja yang mungkin timbul, (b) meningkatkan motivasi dan kepuasan

kerja individu, (c) menyediakan

kepercayaan diri dan pengembangan diri individu, (d) menyediakan informasi kepada pekerja tentang cara untuk

mengembangkan kemampuan

kepemimpinan, komunikasi, dan siakap individu, (e) membantu pekerja untuk membuat keputusan yang lebih baik, cepat dan efisien. Sedangkan menurut

Dessler (1993: 248) pelatihan

mempunyai upaya untuk memperbaiki ketrampilan dasar yang diperlukan

pegawai baru dan lama untuk

melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan pemaparan para pakar tersebut dapat disimpukan bahwa tujuan pelatihan bukan hanya bagi perusahaan saja tapi juga bagi individu. Tujuan yang cukup

esensial dalam penyelenggaraan

(5)

andil yang besar dalam menentukan efektivitas dan efiesiensi organisasi. Berbagai manfaat dapat dirasakan antara lain: meningkatkan kualitas dan

produktivitas, menciptakan sikap,

loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan, memenuhi kebutuhan perencanaan SDM, dan lain-lain.

Definisi Evaluasi Pelatihan

Menurut Ruky (2003: 248) evaluasi

pelatihan bertujuan untuk menilai

apakah pelatihan yang dilaksanakan tersebut benar-benar efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, bila pelatihan yang telah dilaksanakn dinilai telah mencapai hasil yang diinginkan, pelatihan tersebut dianggap “berhasil guna”. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Sunyonto (2012: 142) evaluasi program

pelatihan adalah menguji apakah

pelatihan tersebut efektif di dalam

mencapai sasaran yang telah

ditetapkan, supaya efektif pelatihan harus merupakan solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yaitu bahwa

pelatihan dimaksudkan untuk

memperbaiki kekurangan ketrampilan.

Rachmawati (2008) mengemukakan

tingkat pencapaian efektivitas dan

efisiensi suatu program diklat dapat diketahui dari hasil evaluasi diklat yang kemudian dapat dijadikan masukan dan

bahan pertimbangan dalam

pengendalian diklat sekaligus untuk bahan penyempurnaan diklat diwaktu yang akan datang. Sedangkan menurut Kirkpatrick (1998), evaluasi program pelatihan dapat dilakukan melalui empat

tahap, yaitu: reaction evaluation,

learning evaluation, behavior evaluation dan result evaluation. Berdasarkan

pemaparan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa program evaluasi pelatihan bertujuan menilai program pelatihan yang dilaksanakan tersebut benar-benardapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan yang kemudian dapat dijadikan masukan dan

bahan pertimbangan dalam

pengendalian diklat sekaligus untuk bahan penyempurnaan diklat di waktu yang akan datang, evaluasi pelatihan dapat dilakukan melalui empat tahapan evaluasi yaitu: reaction evaluation,

learning evaluation, behavior evaluation dan result evaluation.

Alasan perlunya melakukan

evaluasi pelatihan menurut Noe (2010) menyatakan bahwa untuk sementara waktu produktivitas kerja pun menjadi

hilang karena pelatihan, untuk

meyakinkan bahwa program pelatihan yang diselenggarakan tidak sia-sia, maka perlu dilakukan evaluasi program pelatihan. Secara khusus, Kirkpatrick (1998) mengemukakan alasan mengapa

suatu pelatihan perlu dievaluasi.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelatihan dapat memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi atau tidak. Tidak

hanya itu, pelatihan juga perlu

dievaluasi untuk memutuskan apakah

program pelatihan tersebut perlu

dilanjutkan atau tidak, yang terakhir adalah evaluasi pelatihan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

bagaimana meningkatkan dan

mengembangkan program pelatihan

yang akan datang.

Model Evaluasi Pelatihan

Kirkpatrick menurut Kirkpatrick (2005) evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan dilakukan melalui empat level yaitu sebagai berikut: (a) level 1 (reaksi) Evaluasi di level 1 bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan, (b) level 2 (belajar) Evaluasi di level 2 bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi training atau sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada program pelatihan yang telah diberikan, (c) level 3 (perilaku) Evaluasi di level 3 bertujuan untuk mengukur perubahan perilaku kerja peserta pelatihan setelah mereka kembali ke dalam lingkungan

(6)

kerjanya, dan (d) level 4 (hasil)

bertujuan untuk mengetahui hasil

perubahan perilaku kerja peserta

pelatihan terhadap tingkat produktivitas perusahaan.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Menurut Arikunto (2009: 234) bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu gejala atau keadaan di lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada UD Wahyu

Artha yang mengikuti pelatihan

pembuatan kerajianan tangan sebanyak 18 orang yang diselengarakan pada tanggal 13 Oktober sampai dengan 16 Oktober 2015.

Ukuran populasi yang kecil ini

menyebabkan tidak dilakukannya

pengambilan sampel, karena seluruh anggota populasi menjadi unit analisis. Subjek penelitian ini adalah UD Wahyu Artha, sedangkan objek dari penelitian ini ada dua yaitu objek material dan objek formal. Objek material dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD

Wahyu Artha, sedangkan objek

formalnya adalah proses pelatihan pembuatan kerajinan tangan.

Variabel dalam penelitian ini

adalah evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dengan

indikator yang dapat didefinisikan

sebagai berikut: (1) reaksi merupakan

respon peserta terhadap materi

pelatihan, jenis dan metode pelatihan yang dipergunakan, instruktur pelatihan, dan fasilitas pelatihan, (2) pembelajaran

merupakan pengetahuan, keahlian,

sikap yang diperoleh sebagai hasil dari

pelatihan, (3) perilaku merupakan

perubahan sikap dan keterampilan yang

terjadi pada peserta akibat dari

pelatihan yang diikuti, dan (4) hasil

merupakan outcome yang dicapai

karyawan dalam memproduksi kerajinan tangan, yang dilihat melalui praktik setelah pelatihan. Jenis dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari tangan pertama (first hand data). Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur, dan

hasil kuisioner terhadap evaluasi

pelaksanaan pelatihan pembuatan

kerajinan tangan.

Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang

ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (a) observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti, metode ini bertujuan untuk mengamati kebenaran di lapangan, dalam hal ini yaitu evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali, (b) wawancara Dalam pelaksanaanya penulis berinteraksi langsung kepada pemilik dan karyawan UD Wahyu Artha. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yakni penulis mengajukan secara bebas

sesuai dengan informasi yang

diperlukan kemudian hasil dari jawaban narasumber dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi lebih

lengkap. Dalam penelitian ini

(7)

menjaring data mengenai hasil evaluasi pelaksanaan pelatihan pada periode

bulan April 2015, (c) pencatatan

dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pencatatan atau pengumpulan dokumen-dokumen. Dalam hal ini untuk menjaring data mengenai profil perusahaan, jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dan jenis produk yang dihasilkan, (d) Kuesioner pada teknik ini diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk menjawab pertanyaan terutama yang berhubungan dengan evaluasi pelatihan yang akan diteliti yaitu, reaksi peserta pelatihan, pembelajaran peserta pelatihan, dan perubahan perilaku peserta pelatihan. Sesuai dengan teknik pengumpulaan data, instrumen dalam penelitian ini meliputi dua tahapan yaitu: (1) pedoman wawancara merupakan panduan berupa

daftar pertanyaan yang digunakan

dalam melakukan wawancara untuk memperoleh data mengenai evaluasi

pelaksanaan pelatihan pembuatan

kerajinan tangan (reaksi peserta,

pembelajaran, perilaku peserta dan hasil peserta). Wawancara ini berpedoman

pada wawancara tidak terstruktur

terhadap pemilik dan karyawan UD Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan, dan (2) tabel kerja merupakan tabel yang dibuat sedemikian rupa untuk mencatat hal-hal penting berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini. Data ini

berpedoman pada arsip-arsip di UD Wahyu.

Metode Analisis Data dalam

penelitian ini dilakukan melalui hasil survei dengan menggunakan metode analisis data deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada di

lapangan sehingga memberikan

gambaran yang jelas mengenai evaluasi pelaksanaan pelatihan pada UD Wahyu Artha yang meliputi: (1) reaksi peserta pelatihan, (2) pembelajaran peserta pelatihan, (3) perilaku peserta pelatihan, dan (4) kinerja peserta pelatihan. Untuk

menganalisis dimensi evaluasi

pelaksanaan pelatihan pembuatan

kerajinan tangan di Desa menyali diperoleh dengan memberikan kriterian

penilaian penilaian untuk

masing-masing indikatornya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pada bagian ini akan disajikan hasil

penelitian mengenai evaluasi

pelaksanaan pelatihan pembuatan

kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali seperti yang nampak pada Tabel 1.

Tabel 1 Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Tangan Pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali Pada Periode Tanggl 13 sampai dengan 16 Bulan Oktober Tahun 2015

(8)

No Komponen Evaluasi

Pelatihan Skor Katagori Total Nilai Katagori

1 Reaksi Peserta Pelatihan 28 Reaktif 4 Baik

2

Pembelajaran Peserta

Pelatihan 20

Sangat

Baik 5 Sangat Baik

3 Perilaku Peserta Pelatihan 18

Sangat

Baik 5 Sangat Baik

4 Hasil Peserta Pelatihan 19

Sangat

Baik 5 Sangat Baik

Total 85

Sangat

Baik 19 Sangat Baik

Rata-rata 21

Sangat

Baik 5 Sangat Baik

Hasil penelitian pada Tabel 1

menunjukan bahwa bahwa secara

keseluruhan reaksi peserta terhadap pelatihan baik dilihat dari reaksi per materi dan per orangan masuk dalam katagori reaktif. Hasil ini menunjukkan peserta pelatihan memiliki reaksi yang reaktif atau berantusias terhadap materi, instruktur, metode dan fasilitas yang disediakan saat pelatihan berlangsung. Hasil Penelitian ini didukung oleh teori dari Eko (2005: 4, dalam Kirkpatrick’s Training Evaluation Model) menyatakan mengukur reaksi bisa dilakukan dengan menggunakan reaction sheet yang berbentuk kuesioner. Evaluasi terhadap reaksi ini sebenarnya dimaksudkan untuk mendapatkan respon dari peserta terhadap materi, metode, instruktur dan fasilitas dari penyelenggaraan pelatihan.

Pada tahap kedua yaitu dimensi pembelajaran peserta pelatihan lebih menekankan pada sejauhmana materi yang disampaikan bisa dipahami oleh

peserta pelatihan dengan

membandingkan hasil pembelajaran

sebelum mengikuti pelatihan dan

setelah mengikuti pelatihan. Pada

tahapan ini dapat diukur dengan

menggunakan hasil selisih dari pre test dan post test. Secara keseluruhan terdapat peningkatan pengetahuan dari peserta pelatihan terhadap materi yang

diberikan. Sehingga aspek

pembelajaran dikatagorikan sangat baik.

Pada dimensi perilaku peserta

pelatihan secara keseluruhan

perubahan sikap dan keterampilan

peserta pelatihan pembuatan

kerajianan tangan dari aluminium

berada pada kategori sangat baik.

Penskoran perubahan sikap dan

ketrampilan dengan memberikan bobot skor terhadap masing-masing aspek yang terdiri dari kemandirian, kejujuran, kedisiplinan dan tanggungjawab dengan mengunakan dua kriteria penilaian yaitu: (1) penilaian berdasarkan per orangan yang mengikuti pelatihan, dan (2)

penilaian berdasarkan per materi.

sehingga tanggungjawab atas

pekerjaannyadikerjakan dengan penuh kesadaran diri serta memiliki perilaku kerja yang baik.

Pada dimensi hasil dari

pelaksanaan peserta terhadap pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali bertujuan untuk mengetahui hasil perubahan

perilaku kerja peserta pelatihan

terhadap tingkat produktivitas

perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari hasil produksi yang dibuat peserta sesuai dengan arahan baik itu materi

dan pembelajaran selama proses

pelatihan berlangsung.

Secara keseluruhan total hasil penilaian dapat disimpulkan evaluasi pelaksanaan pelatihan berada pada katagori sangat baik. Hal ini bisa dilihat

(9)

dari hasil penilaian masing-masing aspek, dimana reaksi dan pembelajaran berada pada katagori sangat baik,

sedangkan perilaku berada pada

katagori cukup baik, serta hasil peserta pelatihan berada pada katagori baik. Bobot penilaian yang diberikan sesuai

dengan pelatihan dengan skor yang berbeda-beda sesuai dengan pelatihan

yang paling ditekankan. Sehingga

kedepannya pelatihan pada aspek

perilaku perlu di perhatikan dan bisa menjadi bagian dari prioritas pelatihan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai reaksi karyawan memberikan implikasi bahwa reaksi peserta pelatihan terhadap materi, instruktur, metode dan fasilitas pelatihan sudah berada pada katagori reaktif hal ini dapat dilihat melalui kriteria penilaian berdasarkan perorangan dan per materi dimana peserta berantusias dengan materi, instruktur, metode dan fasilitas yang disediakan. Hasil Penelitian ini didukung dari teori yang dinyatakan Eko 2005: 4, dalam Kirkpatrick’s Training Evaluation Model) mengukur reaksi bisa dilakukan dengan menggunakan reaction sheet yang berbentuk kuesioner. Evaluasi

terhadap reaksi ini sebenarnya

dimaksudkan untuk mendapatkan

respon dari peserta terhadap materi, metode, instruktur dan fasilitas dari

penyelenggaraan pelatihan. Kajian

empirik yang turut mendukung temuan hasil penelitian ini dilakukan oleh Jeane Marie Tulung (2014) dengan judul penelitian “Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV di Balai Diklat Keagamaan Manado”

menyatakan pada dimensi reaksi

diperoleh instansi penyelenggara

Diklatpim IV, dalam hal ini Balai Diklat Keagamaan Manado adalah instansi yang layak untuk menyelenggarakan Diklatpim IV bagi PNS pemangku jabatan eselon IV.

Pada dimensi pembelajaran

dilakukan berdasarkan perbandingan pemahaman peserta pelatihan terhadap materi pelatihan pembuatan kerajinan tangan sebelum mengikuti pelatihan dan

setelah mengikuti pelatihan. Pada

tahapan ini dapat diukur dengan

menggunakan hasil selisih dari pre test dan post test. Secara keseluruhan peningkatan pengetahuan dari peserta

pelatihan terhadap materi yang

diberikan selama proses pembelajaran

berlangsung berada pada kategori

sangat baik. Hasil penelitian ini

didukung dari teori yang dinyatakan

Eko (dalam Kirkpatrick’s Training

Evaluation Model, 2005: 4) program pelatihan dikatakan berhasil ketika aspek tersebut mengalami perbaikan

dengan membandingkan hasil

pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kajian empirik yang dilakukan oleh Revoldi (2009) dengan judul penelitian “Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Studi Madya Pusdiklatwas BPKP)” adapun hasil penelitian ini

adalah evaluasi dari dimensi

pembelajaran peserta ternyata

mendapatkan kemajuan yang luar biasa berkaitan dengan kompetensi yang disampaikan dalam program diklat.

Pada dimensi perilaku peserta pelatihan diskor melaui observasi atau pengamatan langsung di lapangan dari sudut pandang bukan berdasarkan posisi atau status sosial kerja dengan katagori sangat baik yang mengacu pada penilaian baik per orangan dan per materi. Hasil penelitian ini didukung dari teori yang dinyatakan oleh Eko (dalam Kirkpatrick’s training evaluation model, 2005: 4) evaluasi pada dimensi perilaku

dapat dilakukan melalui observasi

langsung kedalam lingkungan kerja peserta atau kuesioner. Dari sini diharapkan dapatmengetahui perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan

(10)

setelah mengikuti program pelatihan. Kajian empirik yang turut mendukung hasil dari penelitian ini dilakukan oleh Jeane Marie Tulung (2014) yang

menyatakan bahwa evaluasi pada

dimensi perilaku telah memantapkan

sikap dan semangat pengabdian

memperlihatkan bahwa pegawai yang

telah mengikuti diklat meningkat

kemauan kerjanya sehingga tanggung jawab atas pekerjaannya dikerjakan dengan penuh kesadaran diri serta memiliki perilaku kerja yang baik.

Pada dimensi hasil peserta

pelatihan pembuatan kerajinan tangan

sudah menunjukkan keberhasilan

pelaksanaan pelatihan proses

pembuatan pembuatan kerajinan

tangan, hal ini memberikan manfaat positif di dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan. Adapun yang mendukung hasil penelitian ini sesuai dengan kajian empirik dari Revoldi (2009) dengan judul penelitian

“Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Studi Madya Pusdiklatwas BPKP)” adapun hasil penelitian ini diperoleh evalusi pada dimensi hasil menunjukkan peningkatan kinerja pegawai terhadap pekerjaan sehari-hari, karena program diklat melatih mental sebagai PNS, program diklat sebagai landasan pola pikir, aplikatif dan banyak dilaksanakan diskusi seminar tentang unit-unit kerja.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ruang lingkup penelitian masih tergolong skala bisnis kecil sehingga permasalahn yang ditemukan tidak

begitu kompleks. Disarankan

kedepannya bagi peneliti yang tertarik

menganalis evaluasi pelaksanaan

pelatihan untuk mengembangkan

penelitian ini dengan melakukan

penelitian ke perusahaan bisnis yang besar, karena biasanya di perusahaan- perusahaan besar evaluasi pelaksanaan pelatihan lebih kompleks.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Reaksi peserta terhadap pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali yang mengacu pada dua kriteria penilaian

yaitu: (1) penilaian berdasarkan

perorangan yang mengikuti pelatihan,

dan (2) penilaian berdasarkan

permateri. Secara keseluruhan reaksi peserta terhadap materi, instruktur, metode dan fasilitas pelatihan berada pada kategori reaktif, ini menunjukkan peserta pelatihan memiliki reaksi yang reaktif.

Pembelajaran peserta terhadap

pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan pengetahuan peserta terhadap pola dan motif baru terhadap kerajinan

tangan yang berbahan dasar

aluminium tinggi.

Perubahan sikap dan keterampilan peserta pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali dilihat dari aspek kemandirian, kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab peserta pelatihan berada pada kategori sangat baik dengan mengacu

pada dua kriteria penilaian: (1)

penilaian berdasarkan perorang yang mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian berdasarkan permateri.

Hasil pelaksanaan pelatihan

pembuatan kerajinan tangan

memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil kinerja karyawan dalam proses pembuatan kerajinan tangan berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan secara keseluruhan

penilaian dari evaluasi pelaksanaan pelatihan pada karyawan UD Wahyu

(11)

berjalan dengan sangat baik. Sehingga

dengan adanya pelatihan bagi

karyawan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan organisasi.

Berdasarkan kesimpulan diatas

dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut.

(1) Bagi karyawan UD Wahyu Artha,

agar lebih meningkatkan

efektivitas pelatihan yang

dilaksankan, terutama dalam

meningkatkan reaksi dari peserta

agar tidak terkesan

membosankan dengan

memberikan lebih banyak

praktek dibandingkan dengan teori. Sehingga nantinya seluruh peserta pelatihan benar-benar

dapat mengaplikasikan

pengetahuan dan ketrampilan

yang diperolehnya selama

pelatihan pada pekerjaannya. Selain itu diperlukan analisis kebutuhan, tujuan dan desain program pelatihan yang lebih

matang terutama dalam

penentuan muatan materi

pelatihan serta sarana dan

prasarana pelatihan.

(2) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji aspek

yang serupa yaitu evaluasi

pelaksanaan pelatihan

pembuatan kerajinan tangan

diharapkan untuk

mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas agar

hasil penelitian lebih teruji

keandalannya.

DAFTAR RUJUKAN

Ardana, I Komang dkk. 2012.

Manajemen Sumber Daya

Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gorda, Ngurah.1994. Manajemen

Sumber Daya Manusia,

Denpasar: PT. Widya Kirya Gematama.

---.2004. Manajemen Sumber Daya

Manusia, Denpasar: Astabrata

Hanggreani, Dewi.2012. Manajemen

Sumber Daya Manusi, Jakarta:

Fakultas Universitas Indonesia.

Haris, J. Pranowo. 2012. “Evaluasi

Pendidikan dan Pelatihan

Prajabatan Golongan III (Studi

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia) “. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Indonesia.

Irianto, Jusuf. 2001. Manajemen

Pelatihan (Dari Analisis

Kebutuhan sampai Evaluasi

Program Pelatihan), Surabaya:

Insan Cendekia.

Kirkpatrick, D. L. 2005. Kirkpatric’s

ttaining evaluation model.

Tersedia pada http:

//www.bussinesballs.com/ Kirkpatricklearningevaluationmod el.htm, (diakses pada tanggal 23 september 2015)

Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating

Training Programs : The Four

Levels. San Fransisco: Berrett-Khoehler Publisher, Inc.

Kirkpatrick, L. Donald. 2005. Evaluating

Training Programs, 2nd Edition,

Berret- Koehler Publisher, Inc., San Fransisco.

Kusdyah, Ike. 2008. Manajemen

Sumber Daya Manusia,

Yogyakarta: CV Andi Offset. Marine, Jaene. Tulung. 2014. “Evaluasi

Program Pendidikan Dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Di Balai Diklat Keagamaan Manado”. Volume III, Nomor 3

(12)

(hlm 1-14).

Muh, A. Ihsan. Afdhalul. 2015. “Evaluasi

Pendidikan dan Pelatihan

Pegawai Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Wajo”. Skripsi (tidak

diterbitkan). Universitas

Hasanudin.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen

Sumber Daya Manusia untuk

Perusahaan (Dari Teori Ke

Praktik). Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Rosidah, Sulistiyani.2003.Manajemen

Sumber Daya Manusia (Konsep,

Teori, Pengembangan dalam

Konteks Organisasi Publik),

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ruky, S. Achmad. 2003. Sumber Daya

Manusia Berkualiats Mengubah Visi Menjadi Realistis, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama. Sunyanto, Danang. 2012. Manajemen

Sumber Daya Manusia, Jakarta:

CAPS.

Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen

Sumber Daya Manusia,

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh tingkat bahaya erosi terhadap kualitas air dilakukan dengan melihat hasil pengukuran kualitas air, terutama kandungan TSS dan TDS yang berhubungan dengan

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menguraikan proses belajar mengajar yang efektif, inovatif, progresif dan kontekstual khususnya pada anak usia dini agar para

Kelemahan dari membran CA ini adalah bahannya yang rapuh sehingga perlu dikembangkan dibuat membran komposit, yaitu membran yang dikombinasikan dengan bahan polimer

Harmonisa adalah sebuah fenomena pada sistem tenaga listrik yang menimbulkan permasalahan kualitas dimana bentuk gelombang arus atau tegangan dari suplai akan menjadi

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan

Arus mobilisasi informasi, teknologi, dan perubahan sosial yang ditandai dengan adanya ruang cyber ( cyberspace ) ternyata tidak hanya mempengaruhi cara berpikir manusia

Setelah menyelesaikan proses pembuatan video Animasi 3D perbedaan sampah organik dan anorganik untuk anak-anak, penulis memperlihatkan video tersebut kepada anak-anak

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai odss ratio sebesar 4,767 yang artinya responden yang tidak melakukan manajemen stres mempunyai resiko 5 kali lebih tinggi untuk