6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA di SD
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitas beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.
Hakekat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Proses IPA adalah langkah yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA. Proses IPA ada dua macam yaitu proses empirik dan proses analitik. Proses empirik suatu proses IPA yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses empirik adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi. Hakikat IPA terdiri dari 3 yaitu :
a. IPA sebagai proses yaitu proses mendapatkan IPA melalui suatu proses atau metode ilmiah.
b. IPA sebagai produk terdiri dari :
1) Fakta yaitu sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya 2) Konsep yaitu kumpulan dari fakta-fakta yang berkaitan 3) Prinsip
7 4) Teori atau hukum
c. IPA sebagai sikap ilmiah :
Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak SD yaitu : 1) Sikap ingin tahu
2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru 3) Sikap kerja sama
4) Sikap tidak putus asa 5) Sikap tidak berprasangka 6) Sikap mawas diri
7) Sikap tanggung jawab 8) Sikap berfikir bebas 9) Sikap kedisplinan diri
Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan atau observasi : a) Jujur
b) Teliti c) Cermat
Sutrisno (2007:18) menjelaskan bahwa IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan produk yang benar dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul.
Bebarapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan.
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
8 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, mencegah masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut: 1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Berikut merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari mata pelajaran IPA kelas IV Semester II
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas IV Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan perubahannya 7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
9 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda
8. Memahami berbagia bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara
penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/ model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/ baling-baling/ pesawat kertas/ parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik
Bumi dan Alam Semesta 9. Memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
9.1 Mendeskripsikan berbagai
penyeban perubahan kenampakan alam
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang air laut)
10 10.2 Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi, banjir dan longsor)
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan 11.3 Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian lingkungan
Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian yaitu :
Standar Kompetensi : 10. memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
Kompetensi Dasar : 10.1 mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang air laut)
2.2 Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia :17). Keaktifan mempunyai arti kegiatan atau kesibukkan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukkan peserta didik dalam kegiatan
11 belajar mengajar disekolah maupun diluar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau dalam (Sardiman, 2001: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi.
Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri,baik secara rohani maupun teknik. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah – sekolah tradisonal. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman, 2001:99) :
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
12 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan, percakapan, diskusi , musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, bermain.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Nana Sudjana (2013:61) menyatakan keaktifan siswa sebagai berikut: 1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
2) terlibat dalam pemecahan masalah;
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
13 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan, mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa, bertanya, keberanian siswa, mendengarkan, memecahkan soal.
2.3 Hasil Belajar IPA
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan” (Slameto,2003 : 2). Perubahan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil belajar. Yang terpenting dalam belajar adalah proses belajarnya, karena dalam proses itulah murid bisa belajar banyak hal.
Hayardin (dalam Sanjaya, 2011) mengemukakan bahwa “Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah menerima pengalaman belajarnya. ”Menurut Soedjarto (dalam Abidin, 2012) bahwa “Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan”.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Suprijono (2009) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan
14 hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak.
Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar IPA adalah hasil yang diperoleh dari evaluasi atau tes dan aspek-aspek lainnya yang dikuantitatifkan tercermin dari nilai raport yang diberikan oleh guru pada siswa setiap akhir masa belajar semester.
2.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mencari pasangan (Make A
Match) yang diperkenalkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994 (Rusman,
2013:223) menyatakan bahwa Make A Match adalah kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan ruangan kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah.
15 Dengan adanya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping itu (Make A
Match) juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Tata pelaksanaannya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini.
Beberapa persiapannya antara lain:
1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu–kartu pertanyaan
2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.
3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang gagal (disini, guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa)
4) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
Sintak strategi Make A Match dapat dilihat pada langkah-langkah berikut: 1) Guru menyampaikan materi.
2) Siswa dibagi dua kelompok, kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B
4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/ mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada siswa.
16 5) Guru meminta semua kelompok A untuk mencari pasangannya dikelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangan masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan.
6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri. 7) Guru memanggil 1 pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperlihatkan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok/tidak.
8) Terakhir, guru memberikan konformasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi
9) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
Menurut Huda (2013), ada berbagai manfaat pembelajaran Kooperatif adalah:
1) Dapat memotivasi siswa untuk saling membantu pembelajaranya satu sama lain.
2) Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya (sebagaimana kepada diri mereka sendiri) untuk melakukan yang terbaik.
3) Meningkatkan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif.
4) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.
5) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
Suatu Model Pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari Model Make A Match adalah sebagai berikut:
1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.
17 2) Meningkatkan keaktifan belajar siswa.
3) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
4) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 5) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
6) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi dan melatih kedisiplinan siswa untuk lebih menghargai waktu belajar.
Sedangkan kekurangan Model ini adalah:
1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang
2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya
3) Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.
4) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
5) Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran.
6) Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran.
7) Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.
8) Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.
Kelemahan yang terdapat didalam Model Make A Match dapat diatasi dengan:
1. Sebelum pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu membuat kesepakatan dengan siswa agar siswa bisa tertib dan tidak terlalu ribut.
2. Guru harus bisa menguasai kelas dan harus bisa mengatur kelas agar bisa tertib dan tidak terlalu ribut (setelah tertib baru pembelajaran bisa dimulai)
18 3. Guru menyiapkan waktu untuk mempersiapkan kartu-kartu yang berisi topik
pembelajaran yang akan dibahas
4. Guru harus mengarahkan siswa dengan baik, supaya siswa memperhatikan dengan baik pada saat presentasi pasangan.
5. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena bisa malu.
Peneliti melihat kelebihan dan kekurangan dari Model Make A Match bagi peneliti lain yang akan meneliti selanjutnya, hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti lanjutan, dengan harapan peneliti lanjutan dapat memilih Model yang tepat dalam melakukan penelitian untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi di kelas maupun di lingkungan sekolah secara umum dan janganlah mudah putus asa dalam menghadapi tantangan.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
1) Syamsul Anwar (2009) yang meneliti tentang pembelajaran kooperatif, dengan judul “penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe
Make A Match dengan numbered heads dalam pembelajaran matematika
siswa kelas XI IPA SMA Bunda Padang. Jenis penelitiannya adalah deskriptif dimana pembelajarannya digunakan untuk mengamati aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan numered heads dapat meningatkan hasil belajar matematika siswa.
2) Penelitian dari Raehanun (2011) dengan judul penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Sukarara 2010/2011. Hal ini, ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari siklus I kesiklus II. Tampak peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 76,59 menjadi 84,04. Dengan peningkatan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 71,43% menjadi 90,48%.
19 3) Penelitian oleh Agustina Ernis (2011) skripsi tentang “Penerapan Model Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas 3 di SDN Tanjungrejo 5 Kecamatan Sukun Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Make A Match untuk pembelajaran IPA siswa kelas 3B SDN Tanjungrejo 5 dengan standar kompetensi “Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca, dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam ” dapat dilaksanakan dengan efektif. Keaktifan siswa meningkat dari 50,00 pada awal siklus I menjadi 93,75 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 69,10 dan ketuntasan kelas 46,67% sebelum tindakan menjadi rata-rata 85,57 dan ketuntasan kelas mencapai 86,67% pada akhir siklus II. Kesimpulan dari penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas 3B SDN Tanjungrejo 5 Malang. Diharapkan dalam menerapkan model ini guru hendaknya membuat kesepakatan dengan siswa terlebih dahulu tentang aturan/tata tertib yang berlaku agar situasi di kelas tidak terlalu gaduh
Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Tipe Make A Match dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPA. Namun demikian, perlu dibuktikan lagi pada penelitian tindak kelas ini.
2.6 Kerangka Berpikir PTK
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Dalam pembelajaran IPA guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional, dimana kegiatan berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan dan memberikan soal latihan mandiri kemudian siswa mengerjakan soal tesebut. kemampuan siswa hanya dibentuk melalui kemampuan menghafal konsep-konsep yang telah diberikan oleh guru. Hal ini membuat siswa
20 menjadi jenuh, bosan, dan terbebani dengan segala hafalan materi yang telah disampaikan oleh guru sehingga keaktifan belajar dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Untuk itu dibutuhkan suatu Model Pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Salah satu Model yang dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar adalah model Make A
Match.
Model Pembelajaran ini dapat menumbuhkan kerjasama anatar siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan mereka. Dengan diadakannya permainan didalam kegiatan belajar mengajar membuat siswa merasa senang dan tidak bosan. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.
Adapun kerangka berpikir mengenai penggunaan model make a match pada mata pelajaran IPA dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:
21 Gambar 2.1 Kerangka berpikir PEMBELAJARAN IPA Keaktifan belajar siswa meningkat Keaktifan belajar siswa kurang
Pembelajaran
konvensional
Pembelajaran menggunakan Model Make A Match
Hasil belajar IPA sebagian besar < KKM
Kelebihan Model Make A Match
1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.
2) Meningkatkan keaktifan belajar siswa.
3) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
4) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
6) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi dan melatih kedisiplinan siswa untuk lebih menghargai waktu belajar.
Hasil belajar IPA > KKM
22 2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka dapat di rumuskan hipotesis tindakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match di duga dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPA kelas IV SDN Dukuh 01 Salatiga semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.