• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum disingkat Yakkum adalah lembaga pelayanan sosial gerejawi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum tanpa membedakan suku, agama, kepercayaan, budaya, sosial-ekonomi, dan jenis kelamin. Yakkum didirikan pada tanggal 1 Pebruari 1950 oleh Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Wilayah Jawa Tengah, sebagai kelanjutan dari "Jejasan Roemah-Roemah Sakit Kristen di Djawa Tengah"

Yakkum memiliki sarana pelayanan kesehatan, yang disebut unit kerja, yaitu: 12 (dua belas) unit Rumah Sakit (RS), 1 (satu) unit pabrik obat, 1 (satu) unit penyalur obat (PBF), 1 (satu) unit pusat rehabilitasi dan kerajinan, 1 (satu) unit Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES), 1 (satu) unit akademi perawat dan 1 (satu) unit akademi kebidanan, 1 (satu) unit emergency, serta 1 (satu) unit dana pensiun. Unit-unit kerja ini berada di 4 (empat) propinsi, yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogyakarta, Sumatera Selatan dan Lampung. Dalam proposal ini, pembahasan akan di fokuskan pada unit kerja rumah sakit Yakkum, dimana permasalahan kenaikan biaya pelayanan kesehatan karyawan lebih banyak terjadi. Data unit kerja rumah sakit Yakkum dapat dilihat pada tabel 1.

(2)

Tabel 1: Rumah Sakit Yakkum dan Jumlah Tempat Tidur

NO UNIT KERJA TIPE JML TT

1. RS Bethesda Utama 445

2. RS Kristen Ngesti Waluyo Madya 150

3. RS Panti Wilasa Citarum Madya 200

4. RS Panti Rahayu Madya 175

5. RS Panti Waluyo-Solo Madya 150

6. RS Panti Wilasa Dr. Cipto Madya 180

7. RSU Emanuel Madya 155

8. RS Mardi Waluyo Madya 180

9. RS Sinar Kasih Pratama 54

10. RS Panti Waluyo-Purworejo Pratama 40 11. RS Bethesda Lempuyangwangi Pratama 50

12. RSKIA Wisma Rukti Khusus 25

Total tempat tidur 1.804 Sumber: Bidang Layanan RS Yakkum, 2014

Seiring dengan pertumbuhan pelayanan rumah sakit Yakkum, bertambah pula jumlah karyawan (SDM) yang diperlukan. Hampir setiap tahun rumah sakit menambah jumlah karyawannya dengan mengadakan rekrutmen. Macam kebutuhan tenaga kerja yang direkrut juga bervariasi, mulai perawat yang jumlahnya terbanyak dalam sebuah rumah sakit, tenaga kesehatan non perawatan, medis dan non medis. Perkembangan jumlah SDM di rumah sakit Yakkum dalam 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.

(3)

Standar rekrutmen SDM Yakkum salah satunya mengatur bahwa usia saat mendaftar adalah maksimal 35 tahun, sehingga teridentifikasi bahwa rata-rata usia karyawan adalah usia produktif. Pada usia produktif, kondisi kehidupan karyawan didominasi pada kebutuhan peningkatan kualitas kesehatan bagi diri sendiri dan keluarga yang terdiri dari suami/isteri dan anak-anak yang rata-rata masih pada usia sekolah dasar, dimana pada usia tersebut masih harus ditopang kebutuhan kesehatannya.

Yakkum adalah yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan dengan 12 rumah sakit yang tersebar di empat propinsi. Pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada masyarakat adalah merawat dan memberikan kesembuhan kepada masyarakat/pasien yang sakit, untuk itu kesehatan karyawan rumah sakit yang melayani sudah pasti harus terjaga agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Jaminan kesehatan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kerja, motivasi dan komitmen karyawan, juga merupakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan. Disisi lain, Kesehatan adalah hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia.

Data anggaran dan realisasi dana pemeliharaan kesehatan menunjukan peningkatan setiap tahun. Hal itu bisa terlihat dalam gambar 2.

Gambar 2. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Biaya JPK Karyawan di RS Yakkum Tahun 2008 – 2011

(4)

Sumber pendanaan untuk JPK karyawan dan keluarga serta purnakarya dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Biaya (APB) Rumah Sakit yang besarannya selalu meningkat setiap tahun. Bahkan realisasi anggaran JPK dalam empat tahun terakhir ini selalu melebihi anggaran. Kenaikan jumlah SDM setiap tahun sebenarnya tidak terlalu tinggi, namun pada tahun 2002 ada perubahan kebijakan Pemerintahan Indonesia, yaitu tentang persamaan hak bagi karyawan laki-laki dan karyawan perempuan dalam hal menanggung keluarganya. Untuk itu, JPK karyawan juga menyesuaikan pada kebijakan pemerintah tersebut, sehingga jumlah peserta JPK meningkat drastis, karena seluruh karyawan Yakkum yang perempuan mendapatkan hak untuk menanggung suami dan anak yang sah hingga 3 orang, termasuk jaminan pemeliharaan kesehatannya. Peraturan isteri menanggung suami adalah suami yang tidak berpenghasilan dan anak adalah dibawah umur 25 tahun, belum berpenghasilan dan atau belum menikah. Namun, perubahan kebijakan tersebut baru mulai diimplementasikan pada tahun 2004, dimana tentu saja berdampak meningkatnya biaya JPK karyawan dan purnakarya. Hal lain yang menjadi penyebab terjadinya kenaikan biaya JPK antara lain, meningkatnya kesadaran karyawan akan penggunaannya, hubungan perilaku antara dokter dengan karyawan dan makin berkembangnya teknologi dalam pelayanan kesehatan (Norma, 1995).

Peningkatan realisasi biaya JPK karyawan dari tahun ke tahun dirasakan semakin membebani rumah sakit. Peningkatan biaya JPK karyawan yang tersebut diatas, perlu dicermati oleh pihak manajemen rumah sakit, apakah ada ketidakefisienan dalam sistem yang sudah ada ataukah ada faktor-faktor lain yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyalahgunaan JPK adalah karyawan dan keluarga setelah melakukan pendaftaran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak ke dokter umum tapi langsung ke dokter spesialis yang diinginkan, dengan kata lain, peranan gate

keeper diabaikan. Hal ini tentu saja mejadi penyebab ketidakefisienan. Contoh lain

yang sering terjadi adalah karyawan dengan profesi medis sering meminta atau menentukan sendiri obat yang diinginkan walaupun dia dilayani oleh tenaga medis yang bertugas saat itu.

Biaya JPK karyawan yang meningkat terus menerus perlu dievaluasi dengan membandingkan kemampuan finansial rumah sakit. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukan bahwa dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, realisasi

(5)

dana JPK karyawan dibandingkan dengan pendapatan operasional rumah sakit adalah sama, yaitu 2%, padahal pendapatan operasional rumah sakit meningkat setiap tahun.

Tabel 2. Pendapatan, SHU, Perbandingan Realisasi Dana JPK Karyawan dengan Pendapatan Operasional dan SHU Operasional di RS Yakkum

TAHUN 2008 2009 2010 2011 Pendapatan 287,094,237,402 315,803,661,142 353,700,100,479 385,533,109,523 SHU 22,512,139,482 24,087,989,246 26,496,788,170 27,821,627,579 % Biaya JPK thd Pendapatan 2% 2% 2% 2% % Biaya JPK thd SHU 27% 28% 28% 30%

Sumber: Bagian Keuangan Kantor Yakkum

Perbandingan realisasi dana JPK dengan SHU juga mengalami peningkatan pada tahun 2008-2011, namun pada tahun 2006-2007 mengalami penurunan. Hal itu mungkin terjadi karena ada beberapa rumah sakit Yakkum yang melakukan pengendalian biaya JPK karyawan, karena hal itu dimungkinkan melalui Peraturan kekaryawanan ditingkat lokal. Misalnya di RS Panti Waluyo-Solo, JPK untuk keluarga karyawan diberikan 80% dari total biaya rawat jalan dengan nilai maksimal Rp 200.000,- per-anggota, per-tahun dan pelayanan rawat inap diberikan dengan nilai maksimal untuk tiap anggota per-tahun, sesuai tingkatan atau golongan , yaitu: golongan I sebesar Rp 2.500.000,-, golongan II sebesar Rp 3.000.000,-, golongan III sebesar Rp 4.000.000,- dan golongan IV sebesar Rp 5.600.000,-. Demikian juga dengan penunjang medik untuk keluarga karyawan ditanggung sebesar 80% dari total biaya.

Berdasarkan uraian diatas, manajemen perlu melakukan kajian terhadap pelaksanaan sistem JPK karyawan dan bagaimana persepsi stakeholder terhadap pelaksanaan sistem JPK karyawan berdasarkan Peraturan Pokok Kekaryawanan Yakkum (PPKY) pasal 30.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi stakeholder terhadap

(6)

pelaksanaan JPK karyawan Yakkum selama ini dan alternatif pilihan strategis pengelolaan sistem JPK karyawan di Rumah Sakit Yakkum selanjutnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum:

Mengidentifikasi persepsi stakeholder terhadap pengelolaan dan pelaksanaan JPK karyawan Yakkum.

Tujuan khusus:

1. Mengetahui bagaimana pandangan para pelaksana, pengguna langsung dan tidak langsung tentang JPK karyawan Yakkum dilaksanakan

2. Mengetahui JPK karyawan dilaksanaan di RS Yakkum.

3. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan JPK karyawan Yakkum

4. Mengetahui usulan alternatif pengelolaan JPK karyawan Yakkum

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. acuan perbaikan sistem JPK karyawan selanjutnya. 2. mengelola JPK karyawan Yakkum yang lebih efisien.

3. monitoring dan evaluasi sejauhmana efektivitas pelaksanaan JPK karyawan di RS Yakkum.

4. sebagai masukan kepada rumah sakit dan Pengurus Yakkum, untuk menetapkan strategi pengelolaan JPK karyawan yang lebih efektif dan efisien.

E. Keaslian Penelitian

(7)

Tabel 3. Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya Peneliti Jenis Penelitian Variabel Penelitian Perbedaan Raharjo

(2002)

Studi kasus a. Pola pemanfaatan RS: RJ, RI, Tindakan Medis operatif, Jangmed dan obat b. Biaya Pelayanan Kesehatan c. Pola penyakit Belum memperhatikan kepatuhan PPK terhadap standar pelayanan (formularium, SOP) Nehriasari (2005) Deskriptif dengan rancangan studi kasus Utilisasi: RJ dan RI Biaya: RJ, RI dan operasi

Belum memperhatikan diagnosa penyakit dan kepatuhan PPK terhadap standar pelayanan Mardiah (2005) metode kualitatif- Deskriptif dengan rancangan studi kasus a. Pengetahuan b. Sikap c. Harapan d. Persepsi stakeholder

Penekanannya hanya pada persepsi stakeholder tapi tidak memperhatikan bagaimana pelaksanaan JPKM Urhmila (2008) Deskriptif dengan rancangan studi kasus tunggal holistik Pengendalian biaya: - Mekanisme pembayaran - Cost sharing - Pelayanan berjenjang - Standar pelayanan (formularium)

- Utilization review (ang-

ka utilisasi dan biaya pelayanan kesehatan)

Dilakukan dalam satu rumah sakit dan

membandingkan dengan JPKM Takaful dan ASKES Tidak membahas persepsi

stakeholder terhadap JPK

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini dengan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah tempat penelitian yaitu rumah sakit Yakkum yang terdiri dari 12 (dua belas) rumah sakit, sehingga data dan permasalahan yang dapat diteliti cukup variatif. Dari 12 (dua belas) rumah sakit Yakkum, peneliti lebih memprioritaskan pada 7 (tujuh) rumah sakit Yakkum yang menurut peneliti banyak permasalahan dalam pelaksanaan JPK karyawan Yakkum tersebut.

Gambar

Tabel 1: Rumah Sakit Yakkum dan Jumlah Tempat Tidur
Gambar 2. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Biaya JPK Karyawan di RS Yakkum  Tahun 2008 – 2011
Tabel 2. Pendapatan, SHU, Perbandingan Realisasi Dana JPK Karyawan dengan  Pendapatan Operasional dan SHU Operasional di RS Yakkum
Tabel 3.  Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya  Peneliti  Jenis Penelitian  Variabel Penelitian  Perbedaan  Raharjo

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Tujuan utama dari PTK adalah untuk memberdayakan

Jika masing-masing variabel keputusan membentuk harmoni yang baik, pengalaman tersebut akan disimpan dalam variabel memori, yang nantinya akan memperbesar kemungkinan

Bab ini terdiri atas penjelasan dan pembahasan secara rinci terkait dengan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Badan, kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari testis, diagnosis dan pengelolaan UDT, work-up penderita UDT dan menentukan tindakan operatif

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa perkuatan dengan menggunakan material kapur sebagai pengisi drainase vertikal memiliki perkuatan yang paling bagus, karena

Pulasan IHK p53 dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam membedakan adenokarsinoma serosum high grade yang berkembang pada jalur patogenesis tipe II,

Keunggulan biaya merupakan strategi yang paling jelas dari ketiga strategi generic. Dengan konsep ini perusahaan bersiap menjadi produsen berbiaya rendah didalam

Judul skripsi : Efektivitas Peran Kelompok Wanita Tani (KWT) Rizki Lestari Dalam Pemberdayaan Perempuan Berbasis Agropolitan (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani