Pendahuluan
HT : TD meningkat diatas Normal. HT pada saat kehamilan disebut preeklamsi.
• Preeklamsi juga punya tanda lain : Edema + Proteinuria.
• Preeklamsi yang tak tertangani dapat menjadi eklamsi (kejang bahkan sampai koma ).
Klasifikasi Tekanan
Darah Tekanan Darah Sistol (mmHg) Tekanan Darah Diastol (mmHg)
Normal Prehipertensi Hipertensi Stage 1 Hipertensi Stage 2 <120 120-139 140-159 160 atau >160 <80 80-89 90-99 100 atau>1 00
Tekanan darah diastolik merupakan indikator
Mengukur tahanan perifer
Tidak terpengaruh keadaan emosi
Diagnosis hipertensi bila tekanan diastolik
90 mmhg pada dua kali pengukuran berjarak 1 jam
Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi karena kehamilan
Diagnosis Tekanan darah Tanda lain Hipertensi KENAIKAN DIASTOLIK
15 mmhg ATAU 90 mmhg DALAM 2 PENGUKURAN JARAK 1 JAM Proteinuria (-) Kehamilan > 20 mg
Preeklampsia ringan Idem Proteinuria 1+
Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 mmhg Proteinuria 2+ Oliguria Hiperrefleksia Gangg.Penglihatan Nyeri epigastrium
Dideteksi sebelum kehamilan
20 mg
Superimposed
preeklampsia
adalah
hipertensi
kronik
+
preeklampsia
Kejang dapat terjadi tanpa
Tergantung pada berat
Ringannya hipertensi
Sifat kejang tonik-klonik
Koma terjadi setelah kejang dan
Protap awal Eklamsi :
Hindari ransangan
Pasang spatula lidah Bebaskan jalan napas
Beri : MgSO4 20 % 4 g (20 cc) I.V
pelan-pelan
MgSO4 40 % 8 g (10 cc) I.M ( 10 cc BoKa
+ 10 cc BoKi )
Pasang infus D5% atau RL
Sympatetic Nervous System Inhibitor • Metildopa • Klonidin Peripheeally Acting Agent • Doksazosin • Labetalol Calcium Chanel Blocker ( CCB) • Nifedipin Direct Vasodilator • Hidralazin • Natrium Nitroprussid
Metildopa merupakan obat pilihan utama
untuk hipertensi kronik gestasional (diastolik >110 mmHg) , baik ringan sampai sedang.
Menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan
hemodinamik janin.
Cara kerja :
Obat ini menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor.
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan
diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati
aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi,
depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia
hemolitika, sindrom mirip lupus
eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji
laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
Toksisitas :
Sedasi yg hebat (awal th/), Jangka pjng kelemahan mental, kerusakan
konsentrasi mental.
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali
sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg
diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
Turunan imidazolin, bekerja sebagai
antagonis adrenergik alfa 2 yang
mengurangi aliran adrenergik sentral.
Klonidin menurunkan TD krn bekerja
langsung pd SSP aman u/ bumil.
Termasuk gol.kat.C data penelitian
masih kurang, tapi tingkat keamanan nya sama dgn metildopa.
Famakokinetik :
Onset kerja :
oral : 0.5-1 jam. Transdermal : aplikasi awal : 2-3 hari. Durasi : 6 -10 jam.
Metabolisme : melalui hati menjadi
metabolit tidak aktif, melalui sirkulasi
enterohepatik. ;Bioavailabilitas : 75-95%.
Eliminasi : dewasa dengan fungsi ginjal normal : 6-20 jam, gangguan ginjal : 18-24 jam.
Waktu paruh : 2-4 jam.
Ekskresi : melalui urin (65% dan 32% dalam bentuk tidak berubah), feses (22%).
EFEK SAMPING
Lethargi, sedasi, konstipasi dab
xerostomia.,sakit kepala, pusing, fatigue dan rasa lemah selama terapi klonidin.
Toksisitas :
Mulut kering&sedasi. Tdk boleh pd resiko dep.mental
-penghentian setelah th/ lama dg dosis tinggi krisis hipertensi
Penyekat kompetitif selektif reseptor α1. Menyebabkan relaksasi otot polos A&V. Efek nya hanya merubah sedikit curah
jantung, individu post terapi tdk menjadi toleran thdp kerjanya aman untuk ibu hamil.
Indikasi:
Efek Samping:
hipotensi postural; pusing, vertigo, sakit kepala, letih, astenia, edema,
gangguan tidur, mual, rinitis,
inkontinensia urin dan priapismus
Dosis:
1 mg sehari (setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg sekali sehari, kemudian 4 mg sekali sehari, bila perlu), maksimal 16 mg
Merupakan gol α&β bloker dg menurunkan
resistensi vascular perifer.
Penelitian :
Mustafa et all : gol C menurunkan BB janin, hipoglikemi janin
Michael (1982) : Tdk ada hub penggunaan labetalol dg kej.teratogenik pd janin.
Penelitian quasi-exp Lamming (1979) : tdk mmpengaruhi kontraksi uterus pd proses persalinan.
Pickles ( 1989) : tdk ada hub kejadian fetotoksik pd janin yg di lahirkan dg pemeberian labetalol pd ibu hamil..
Farmakokinetik
Labetalol tersedia dalam preparat IV dan per oral.. Aliran darah pada ibu hamil ke uteroplasenta tidak
dipengaruhi oleh pemberian labetalol IV.
Aksi obat (OOA) : 5 menit efek puncak : 10-20 menit
Kontraindikasi
Hipersensitif, shock kardiogenik, edema paru, bradikardi, blok atrioventrikular, gagal jantung kongestif yang tidak
terkompensasi; penyakit saluran nafas reaktif, bradikardi berat.
Dosis
Oral harian labetalol dalam
rentang 200-2400 mg/hari. Labetalol
diberikan sebagai injeksi bolus intravena berulang 20-80 mg untuk pengobatan hipertensi darurat.
Merupakan CCB kerja sangat
cepat&bisa peroral Hipotensi.
Andra (2007) TD > 160/100 mmHg
harus diturunkan stroke , atau u/
perpanjang masa kehamilan perbaiki kematangan fetus.
Termasuk Kat. C pada kehamilan.
Kwawukume (1995) aman u/ bumil tdk
Indikasi:
Pengobatan dan pencegahan
insufisiensi koroner (terutama angina pektoris setelah infark jantung) dan sebagai terapi tambahan pada
hipertensi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap nifedipine, Syok kardiogenik, stenosis aorta lanjut.
Efek sampng :
Pusing, sakit kepala, muka merah,
letargi; takikardi, palpitasi; juga edema kaki, ruam kulit (eritema multiforme),
mual, sering urinasi; nyeri mata, hiperplasia gusi; depresi.
Farmakokinetik
-Waktu onset : 20 menit.
-Ikatan dengan protein 92-98%. -Metabolisme: di hati
-Bioavailibilitas: kapsul 40-77%; lepas lambat 65-98%.
-Waktu paruh eliminasi : dewasa normal 2-5 jam; cirosis 7 jam; lansia 6-7 jam.
-Ekskresi : urine dalam bentuk metabolit. Dosis : 2 dd 10-40 mg tab.retard
Indikasi
Hidralazin menurunkan tekanan darah karena hidralazin lebih selektif pada
arteriola maka hidralazin jarang menimbulkan hipotensi ortostatik (Farmakologi & Terapi FKUI,2012).
Kontraindikasi
Obat ini dikontra indikasikan pada hipertensi dengan penyakit jantung
koroner dan tidak dianjurkan pada usia lebih dari 40 tahun (Farmakologi & Terapi FKUI,2012)
Dosis
Pemberian oral 25-100 mg 2x sehari. Untuk darurat dapat diberikan secara
i.m atau i.v dengan dosis 20-40 mg. Dosis maksimal 200 mg/hari (Farmakologi &
Farmakokinetik
Hidralazin diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna, tapi
bioavailabilitasnya rendah (16% pada
asetilator cepat dan 32% pada asetilator lambat) karena adanya metabolisme
lintas pertama yang besar. Pada
asetilator lambat dicapai kadar plasma yang lebih tinggi, dengan efek hipotensi yang berlebihan dan efek samping
yang berlebihan (Farmakologi & Terapi FKUI,2012)
Efek samping
Hidralazin dapat menimbulkan sakit kepala, mual muntah, hipotensi,
takikardia, palpitasi, angina pektoris. Yang lain bisa menimbulkan ; neuritis
perifer, diskrasia darah, hepatotoksisitas, dan kolangitis akut (Farmakologi &
Farmakodinamik
Hidralazin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat dipastikan.
Sedangkan otot polos tidak dapat
dipengaruhi. Vasodilatasi yang terjadi menimbulkan refleks kompensasi yang kuat berupa peningkatan kekuatan dan frekuensi denyut jantung, peningkatan renin dan noreepinefrin plasma
Indikasi:
krisis hipertensi, untuk mendapatkan penurunan tekanan darah yang
terkontrol pada anestesi; gagal jantung kronik atau akut.
Obat ini termasuk kategori C pada
kehamilan. Indikasi pemberian, hanya u/ menurunkan TD pd kondisi emergensi.
Kontraindikasi:
defisiensi vitamin B12 berat, atropi optik Leber; hipertensi sekunder.
Obat ini dikontraindikasikan secara relatif karena berisiko terjadinya intoksikasi sianida pd fetus.
Dari hasil systematic review penelitian o/ :
Sass (2007) Tdk ada bukti yg menybutkan bahwa Na-Nitropussid mnybbkan efek
teratogenik pd bayi.
Stempel (1982) Tdk ada bukti yg
mengatakan bahwa Na-nitropussid tidak ada buktinya menyebabkan efek
Efek Samping:
Pengurangan tekanan darah yang
terjadi secara cepat (kurangi kecepatan infus):
sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, nyeri lambung, berkeringat, palpitasi, rasa was-was, rasa tidak
nyaman pada bagian retrosternal; jarang terjadi: penurunan jumlah platelet, flebitis transien akut.
Dosis:
30-50 mg IV tiap 5-15 menit
Magnesium sulfat kini menjadi obat pilihan
untuk mencegah serangan kejang yang lebih lanjut pada keadaan eklamsia yang sudah di tegakkan diagnosisnya.
Dalam penelitian diperlihatkan bahwa
pemberian magnesium sulfat lebih efektif daripada pemberian diazepam atau
fenitoin dalam pencegahan kejang yang rekuren dan pemberian obat ini disertai
dengan jumlah kematian ibu yang lebih sedikit.
Magnesium sulfat dapat diberikan lewat
suntikan intramuskuler yang dalam (ke dalam regio gluteus) atau suntikan intravena dengan efek yang cepat.
Magnesium mengatasi serangan
eklamsia dengan mengurangi spasme pembuluh darah serebral sehingga perfusi serebral di perbaiki ( Farmakologi
Indikasi : relaksan otot antikovulsan
digunakan pada pre-eklamsia dan eklamsia.
kontraindikasi :
perhatian pasien pantau ketat : TD, RR, Vol urin, Tnda klinis Overdosis ( Reflex
patela >, lemah, sensasi hangat, pandangan ganda, bicara cadel)
Efek samping : Mual, muntah, terasa haus,
hipotensi,mengantuk, lemah otot, pernafasan melemah.
Dosis :
IV awal 4g dlm5-15 mnt infus IV 1g/jam (min 24 jam) stlh kejang terakhir/stelah
mlahirkan. Jika kejang berualng beri IV 2g atau 4 g apabila BB >70kg.
Sediaan : 500 mg/ml dlm ampul 2ml, 500mg/ml dlm ampul 10ml