BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan galian tambang merupakan salah satu kekayaan yang terkandung di dalam bumi dan di dalam air. Di dalam bumi diartikan sebagai dipermukaan atau dibawah bumi. Di dalam air diartikan berada di bawah air yaitu di atas atau di bawah bumi yang berair (sungai, danau, laut dan rawa). Bahan galian tambang untuk sebagian didapati di atas permukaan bumi atau bagian permukaan bumi yang berada di bawah air. Oleh karena itu pengertian bahan galian harus diartikan baik yang diperoleh dengan menggali maupun dengan cara-cara mengambil di bagian permukaan bumi termasuk permukaan bumi yang ada di bawah air.1
1
Deddy Supriadi Bratakusumah, Kompetensi Aparatur Dalam Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah, (Jakarta: Jurnal Administrasi Publik Studi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Katolik Parahyangan, 2002), hal. 40
Di dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria telah disebutkan bahwa pelaksanaan penguasaan Negara atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dapat dikuasakan kepada daerah. Walaupun ketentuan ini memungkinkan daerah turut serta menyelenggarakan hak menguasai oleh Negara atas bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya, tetapi tidak cukup jelas terutama mengenai makna dikuasakan. Dinamika lingkungan yang berubah, termasuk diterapkannya otonomi daerah merupakan konteks yang melatarbelakangi lahirnya sejumlah perubahan dalam UU No. 4 Tahun 2009.
substansi UU No.4 Tahun 2009 berusaha menggunakan arah baru kebijakan pertambangan yang mengakomodasikan prinsip kepentingan nasional (national interest), kemanfaatan untuk masyarakat, jaminan berusaha, desentralisasi pengelolaan dan pengelolaan pertambangan yang baik (good mining practies). Dengan sejumlah prinsip tersebut, maka dalam terjemahannya pada tingkat konstruksi pasal-pasal terdapat beberapa point yang maju meski disertai dengan cukup banyaknya klausula yang masih membutuhkan klarifikasi. Sejak berlakunya pemberian otonomi kepada pemerintah daerah kabupaten dan kota secara luas telah dipersepsikan secara keliru bahwa semua kewenangan pertambangan secara otomatis menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Dalam konteks otonomi daerah, tidak serta merta kewenangan dan urusan pertambangan dapat diserahkan seluruhnya kepada pemerintah daerah secara. Tugas-tugas pengelolaan di bidang pertambangan bukanlah Tugas-tugas yang bersifat kedaerahan, sehingga tidak dapat diserahkan kepada pemerintah daerah. Urusan yang dapat diserahkan kepada daerah adalah urusan yang bersifat lokal, artinya mempunyai nilai yang bersifat kedaerahan, sesuai dengan kondisi daerah dan tidak menyangkut kepentingan nasional.2
Hal yang perlu untuk diperhatikan adalah bahwa pemberian otonomi kepada daerah tidak mengalami distorsi tujuan. Otonomi tidak semata-mata hanya dipersepsikan sebagai kewenangan saja tetapi juga tanggung jawab yang harus dijalankan. Untuk itu penataan kelembagaan dan kinerja lembaga (structure) dalam
2
Akhmad Subagya, Mekanisme dan Implementasi Otonomi Daerah, ( Bantul: Makalah untuk kabupaten bantul, 2002), hal. 7
pemerintahan daerah, pembenahan regulasi (substance) termaksud juga di bidang usaha pertambangan, sebaiknya dilakukan secara terpadu (integrated) walaupun bertahap (incremental). Di samping itu pemahaman HPN terhadap pertambangan perlu dijadikan referensi untuk meluruskan permasalahan yang sering terjadi di lapangan antara masyrakat melawan pemerintah atau juga kepada pengelola usaha pertambangan seperti masalah primordialisme terhadap masyarakat sekitar tempat usaha tambang di laksanakan, corporate social responsibility perseroan, masalah analisis dampak lingkungan atau amdal sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial dan konflik deprivasi relatif atau rasa kehilangan memiliki oleh kelompok masyrakat lama terhadap munculnya kelompok baru yaitu pengelola usaha tambang, maka perlu di jaga dan di tumbuhkan budaya hukum (legal culture) antara pemerintah pusat dan daerah juga kepada pengelola usaha tambang dan masyrakat sekitar usaha tambang berlangsung yang mencerminkan NKRI.3
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk karya ilmiah dengan fokus judul adalah “Analisis Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut, bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu dilakukan dalam bidang usaha pertambangan, bagaimana cara bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan dan yang menjadi hambatan-hambatan dalam proses pelaksanaan bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan.
3
Anonimous, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Jakarta:Erlanga, 2005),
Hukum Bagi Hasil Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di bidang Usaha Pertambangan”
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa sistem bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu dilakukan dalam bidang usaha pertambangan?
2. Bagaimana ketentuan sistem bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan?
3. Apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sistem bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang mendasari perlunya sistem bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan.
2. Untuk mengetahui pengaturan sistem bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalampelaksanaan sistem bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yaitu baik secara teoritis maupun secara praktis, yakni tentang :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan sebagai bahan pertimbangan yang penting dalam mengambil suatu kebijakan dalam pengelolaan perusahaan, serta diharapkan dapat memberi manfaat bagi bidang hukum bisnis terutama dalam perkembangan hukum pertambangan.
2. Secara praktis
a. Sebagai pedoman dan masukkan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam upaya pembaharuan dan pengembangan hukum nasional ke arah pengaturan kebijakan dalam pengelolaan perusahaan pertambangan dan bagi hasil dari pendapatan perusahaan pertambangan.
b. Sebagai informasi bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui pengaturan mengenai kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam pengawasan dan pengelolaanpertambangan.
c. Sebagai bahan referensi atau rujukan untuk dikaji kembali bagi para peneliti lebih lanjut untuk menambah wawasan hukum bisnis terutama yang membahas tentang bagi hasil antara pemerintah pusat dan daerah dalam usaha pertambangan dengan mengambil poin-poin tertentu.
d. Sebagai informasi untuk membuka inspirasi bagi pelaku bisnis pertambangan bahkan investor agar mampu memahami ruang lingkup perusahaan pertambangan.
E. Keaslian Penelitian
Kerangka Teori dan Konsepsional
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh penelitian di perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) diketahui bahwa penelitian mengenai “ Bagi Hasil Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Bidang Usaha Pertambangan ”, belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama sebelumnya, walaupun ada beberapa topik penelitian ilmiah ini dilakukan sesuai dengan asas-asas keilmuan, yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah dalam penelitian ini.
1. Kerangka Teori
Untuk mengkaji mengenai Sistem Bagi Hasil Pusat dan Daerah di Bidang Usaha Pertambangan, terdapat beberapa teori antara lain :
1. Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah yang melekat dalam keberadaan pemerintah daerah, juga sangat berkaitan dengan desentralisasi. Baik pemerintahan daerah, desentralisasi maupun otonomi daerah, adalah bagian
dari suatu kebijakan dan praktek penyelenggaraan pemerintahan, tujuannya adalah demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang tertib, maju dan sejahtera, setiap orang biasa hidup tenang, nyaman, wajar oleh karena memperoleh kemudahan dalam segala hal di bidang pelayanan masyarakat.4
B.C. Smith mendefenisikan desentralisasi sebagai proses melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah yang mensyaratkan terdapatnya pendelagasian kekuasaan (power) kepada pemerintah bawahan dan pembagian kekuasaan kepada daerah. Pemerintah pusat diisyaratkan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintah Daerah sebagai wujud pelaksanaan desentralisasi.5
Secara normatif, penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pihak lain (pemerintah daerah) untuk dilaksanakan disebut dengan desentralisasi. Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam sistem pemerintahan merupakan kebalikan sentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, kewenangan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, dipusatkan dalam tangan pemerintahan pusat.6
4
Parjoko, Filosofi Otonomi Daerah Dikaitkan dengan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, (Bandung : Makalah Falsafah Sains, 2002), hal.10.
5
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), hal.20
6
Soetijo, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, (Jakarta:PT Rineka Ripta,1990), hal. 55
2. Keadilan
Keadilan merupakan tujuan hidup manusia, tanpa terkecuali mereka yang menganut agama tertentu, bahkan di orang yang tidak beragama pun mengharapkan keadilan yang sesungguhnya. Di seluruh di Negara manapun telah sedang mempunyai persoalan yang sama, yaitu keadilan Sosial. Kata “keadilan” dalam bahasa Inggris adalah “justice” yang berasal dari bahasa latin “iustitia”. Kata “justice” memiliki tiga macam makna yang berbeda yaitu; (1) secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair (sinonimnya justness), (2) sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan hukum atau tindakan yang menentukan hak dan ganjaran atau hukuman (sinonimnya judicature), dan (3) orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan persyaratan sebelum suatu perkara di bawa ke pengadilan (sinonimnya judge, jurist, magistrate).7
Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, sama derajatnya, dan sama hak dan kewajibannya, tanpa membedakan suku, keturunan, dan agamanya. Orang dapat menganggap keadilan sebagai sebuah gagasan atau realitas absolut dan mengasumsikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentangnya hanya bisa didapatkan secara parsial dan melalui upaya filosofis yang sangat sulit. Atau orang dapat menganggap keadilan sebagai hasil dari pandangan umum agama atau filsafat tentang dunia secara umum.
7
2. Kerangka Konsepsional
Kerangka konsepsional atau kontruksi secara internal pada pembaca berguna untuk mendapat stimulasi atau dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan. Kerangka konsepsional dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian sebagai berikut :
1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.8
2. Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.9
3. Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan
8
Konsep Pemisahan Menurut UUPT (Poinetrs For Discussion), disampaikan pada acara
“Sosialisasi UU tentang PT” yang diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI), 22 Agustus 2007 di Jakarta, hal.10
9
administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional.10
4. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.11
5. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.12
6. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.13
7. Dana Bagi Hasil selanjutnya disebut DBH, adalah dana yang bersumber dan pendapatan APBN, yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.14
F. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari kata Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja. yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam bahasa Indonesia kata metode berarti cara sistematis dan cara
10
11
http://id. wikipedia.org/wiki/Perseroan_Terbatas
12
13
defenisi-aktiva-pasiva.htm
14
Kontjaranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1977), hal.16.
terpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaedah - kaedah penelitian sebagai berikut:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan tesis ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitan hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Ronald Dworkin menyebutkan metode penelitian tersebut juga sebagian penelitian doctrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.15
a. Analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan Dalam menggunakan penelitian hukum normatif dalam penyusunan tesis ini akan difokuskan kepada penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif. Untuk itu yang menjadi alasan adalah sebagai berikut:
b. Data yang akan dianalisis beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk dikuantifisir.16
15
Ronal Dworkin sebagaimana dikutip Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, 18 Febuari 2003, hal. 1.
16
2. Sumber Data
Sumber data digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terlebih dahulu yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.
Sebagai penelitian hukum normatif yang menitik beratkan pada penelitian kepustakaan dan berdasarkan data sekunder, maka bahan kepustakaan yang digunakan dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, baik dalam bentuk perundang-undangan ataupun peraturan perundang-perundang-undangan lainnya dalam hal ini antara lain UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer berupa buku-buku, makalah-makalah seminar, majalah, surat kabar dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berisikan pendapatt praktisi hukum dalam hal ini yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan juga putusan pengadilan tentang masalah yang diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder berupa kamus hukum, ensiklopedia dan berbagai kamus lain yang relevan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen atau studi pustaka (library reseach) untuk mendapatkan data sekunder berupa buku-buku pustaka, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan yang ada didalam media cetak dan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh Pasal-Pasal (di dalam UU Perseroan Terbatas, UU Pemerintahan Daerah, UU Pertambangan) yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini dapat dijawab.17
4. Analisis Data
Analisa data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti, sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu diadakan pengumuman data, kemudian dianalisis secara
17
Bambang Sunggono, Methode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 195-196.
kualitatif dan ditafsirkan secar logis dan sistematis, kerangka berpikir deduktif dan induktif akan membantu penelitian ini khususnya dalam taraf konsistensi, serta konseptual dengan produser dan tata cara sebagaimana yang telah ditetapkan oleh asas-asas yang berlaku umum dalam perundang-undangan.
Pada penelitian hukum normatif, pengelolahan bahan-bahan hukum pada hakekat adalah kegiatan untuk mengadakan sistematis terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematis berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan tertulis tersebut untuk memudahkan dalam penelitian, kegiatan yang dimaksud dalam hal ini diantaranya memilih bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang berisi peraturan perundang-undangan serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan berkaitan dengan bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam usaha pertambangan serta menemukan prinsip-prinsip hukum lainnya secara sistematis, sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu yang terbagi atasa penyebab terjadi bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam usaha pertambangan, proses pelaksanaan bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam suatu perusahaan pertambangan, dan akibat hukum dari bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kemudian menemukan dan mengarahkan hubungan antara prinsip-prinsip hukum dan klasifikasi dengan menggunakan kerangka teoritis yang ada sebagai analisis. Selanjutnya menarik kesimpulan dari hasi penelitian yang diperoleh dengan menggunakan logika berpikir deduktif dan induktif.