• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Issn | Makalah Dan Jurnal Gratis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Issn | Makalah Dan Jurnal Gratis"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL AKUNTANSI, MANAJEMEN BISNIS DAN ISSN 1829–9857 SEKTOR PUBLIK (JAMBSP)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KUALITAS LABA DAN NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Wilsna Rupilu

wilsnarupilu@yahoo.com

Mahasiswa Magister Sains Akuntansi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia) Surabaya

ABSTRAC

This research had the purpose to know the effect of corporate governance mechanism on the profit quality and the corporate value. Corporate governance mechanism was measured by using 4 variables (independent commissioner board, managerial ownership, institutional ownership and audit committee), profit quality was measured by discretional

accrual and corporate value in this research was measured by Tobin’s Q value. Data gathering used the purposive sampling method on the manufacturing companies listed in the Indonesian Stock Exchange in 2006 to 2010. As many as 90 manufacturing companies were used as samples. The analysis method of this research used the multiple-regression. Based on the testing results it was found that the corporate governance measurement variables affecting profit quality and corporate value were managerial ownership, institutional ownership and audit committee. These meant that the corporate governance mechanism as the supervision function on management was very effective in improving profit quality and corporate value. While, the independent commissioner board variable had no effect on profit quality and corporate value.

Key words: Corporate Governance Mechanism, Profit Quality and Corporate Value.

PENDAHULUAN

Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996). Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan

earning power, dan untuk memperdiksi laba di masa yang akan mendatang. Beberapa

(2)

dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini akan disebut dengan konflik keagenan.

Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Subramanyam (dalam Siregar dan Utama 2005) menyatakan bahwa salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang diukur atas dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahan dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan

mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek (Dechow,

1994). Dalam prosesnya, dasar akrual memungkinkan adanya perilaku manajer dalam melakukan rekayasa laba atau earnings management guna menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi. Praktik seperti ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan (Boediono, 2005). Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003). Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten.

Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Fama (dalam Wahyudi dan Pawestri 2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005). Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.

(3)

mana-jemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan

sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik

monitoring kinerja (Deni et al., 2004).

Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Kaen (2003) menyatakan corporate governance pada dasarnya menyangkut masalah siapa (who) yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan korporasi dan mengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan korporasi. Yang dimaksud dengan siapa adalah para pemegang saham, sedangkan “mengapa” adalah karena adanya hubungan antara pemegang saham dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah keagenan tersebut adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Bernhart dan Rosenstein (1998), menyatakan beberapa mekanisme (mekanisme corporate governance) seperti mekanisme internal, seperti struktur dewan komisaris serta mekanisme eksternal seperti pasar untuk kontrol perusahaan diharapkan dapat mengatasi masalah keagenan tersebut. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Kemampuan dewan komisaris untuk mengawasi merupakan fungsi yang posifif dari porsi dan independensi dari dewan komisaris eksternal. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal juga diharapakan dapat mengurangi sifat oppurtinistic manajemen yang melakukan manajemen laba.

Warfield et al. (1995) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan manajemen sebagai proksi kualitas laba. Chtourou et al. (2001) menemukan bahwa earning management secara signifikan berhubungan dengan beberapa praktik governance oleh dewan komisaris dan komite audit. Klein (2002) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independent melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Berdasarkan teori keagenan, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance).

(4)

Apakah mekanisme corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan?, 3). Apakah kualitas laba mempengarui nilai perusahaan?

Sesuai dengan uraian dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk menguji secara empiris mekanisme corporate governance mempengaruhi kualitas laba. 2). Untuk menguji secara empiris mekanisme corporate

governance mempengaruhi nilai perusahaan. 3). Untuk menguji secara empiris kualitas

laba mempengaruhi nilai perusahaan.

Ruang Lingkup

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesimpangsiuran dan terbatas serta fokus pada permasalahan yang akan diteliti serta menghindari pembahasan yang lebih luas maka ruang lingkup penelitian mencakup faktor kualitas laba (KL), nilai Perusahaan (NP) sebagai variabel dependen, dan kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), komisaris independen (DK), serta komite audit (KA) sebagai variabel independen.

TINJAUAN TEORETIS

Pengembangan Hipotesis

Dewan Komisaris Independen, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan

Wilopo (2004) menganalis hubungan dewan komisaris independen, komite audit, kinerja perusahaan dan akrual diskresioner. Dari penelitian tersebut dilaporkan bahwa kehadiran komite audit dan dewan komisaris independen mampu mempengaruhi secara negatif praktik manajemen laba di perusahaan.

Sathila Palestin (2006) menganalisis hubungan Kepemilikan, Praktik Corporate

Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba. Dari penelitian tersebut

(5)

daripada kehadiran komite audit. Analisis lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan (outsider director) juga berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Veronika dan Utama (2005) meneliti pengaruh dari struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap besaran pengelolaan laba. Hasil penelitiannya melaporkan bahwa dewan komisaris independent tidak terbukti ber-pengaruh terhadap tindak manajemen laba yang dilakukan perusahaan di indonesia. Widyaningdyah (2001), Parulian (2004) menemukan bahwa komisaris independen perusahaan-perusahan di BEJ tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi pengelolaan laba perusahaan.

Brown dan Caylor (2004) meneliti mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja operasional (return on equity, profit margin, and sales growth), penilaian (Tobin’s Q) dan shareholder payout (dividend yield dan share repurchases). Corporate

governance diukur dengan menggunakan Gov-Score, yang berdasar pada data yang

disediakan Institutional Shareholder Services. Gov-Score merupakan campuran dari 51 faktor yang mencakup 8 kategori corporate governance antara lain audit dan board of

directors. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa perusahaan dengan tata kelola yang

lebih baik relatif lebih profitable, memiliki Tobin’s Q yang lebih dan pembayaran kepada pemegang saham yang lebih baik. Brown dan Caylor (2004) juga menemukan bahwa perusahaan dengan independent boards mempunyai return on equity, profit margin dan

dividend yield yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1: Komposisi komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba.

H2: Komposisi komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan Manajerial, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan

Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono, 2005). Gabriel et al. (2002) menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba serta discretionary accrual. Dengan menggunakan data pasar modal Denmark ditemukan adanya hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual dan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi laba.

(6)

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen maka berkurang kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa dengan menggunakan OLS maupun 2SLS menemukan hubungan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan adalah negatif dan linier sehingga disimpulkan bahwa dengan kepemilikan manajemen yang tinggi akan menurunkan nilai perusahaan.

Siallagan dan Machfoedz (2006) yang juga meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual dan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q, menyimpulkan dari hasil pengujiannya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap kualitas laba, sedangkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan adalah negatif.

Berdasarkan uraian diatas, maka bisa ditarik hipotesis:

H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba.

H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan Institusional, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan

Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Menurut Lee et al., (1992) dalam Fidyati (2004) menyebutkan dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management.

Boediono (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh mekanisme corporate

governance dan dampak manajemen laba menemukan bahwa struktur kepemilikan

(7)

investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer. Berbeda dengan penelitian Wedari (2004) dan Cornett et al. (2006) yang menemukan bukti konsentrasi kepemilikan oleh institusional tidak mampu mengurangi aktivitas manajemen laba didalam perusahaan.

Wahyudi dan Pawestri (2006) Dalam penelitiannya mengenai implikasi struktur kepemili kan terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Suranta dan Machfoedz (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai perusahaan (Tobin’s Q) dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, institusional dan ukuran dewan direksi. Kepemilikan institusional, dimana umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004). Begitu pula menurut Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Shleifer dan Vishny (dikutip oleh Tendi Haruman, 2007) menyatakan bahwa jumlah pemegang saham besar mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Dengan adanya kepemilikan institusional akan dapat memonitor tim manajemen secara efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H5: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kualitas laba.

H6: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Komite Audit, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan

Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance), Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

melalui Kep-339/BEJ/07-2001 mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki komite audit. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat professional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.

(8)

manajemen laba. Artinya, komite audit belum berhasil mengurangi manajemen laba. Peran komite audit sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk menilai perusahaan. Investor sebagai pihak luar perusahaan tidak dapat mengamati secara langsung kualitas sistem informasi perusahaan sehingga persepsi mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan (Suaryana, 2005).

Penelitian Veronica dan Utama (2005) menguji pengaruh keberadaan komite audit dalam perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut melaporkan bahwa variabel keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. Artinya keberadaan komite audit tidak mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Chtourou et.al (2001) menemukan hubungan negatif antara manajemen laba dan praktik governance yang dilakukan oleh komite audit. Setiawan (2006) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh signifikan secara positif terhadap kualitas laba (earnings response coefficient), artinya dengan adanya komite audit maka perusahaan dapat meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Carcello et.al. (2006) menunjukan bahwa (1) Komite audit independen dengan keahlian keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, (2) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa keberadaan komite audit mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba dan juga nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin’s Q. Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan.

Dari uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H7: Keberadaan komite audit mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba.

H8: Keberadaan komite audit mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan

(9)

Apakah yang dimaksud dengan kualitas laba (earnings quality)?. Yee (2006) meng-ungkapkan bahwa untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dipahami bahwa laporan laba memiliki dua peranan. Pertama, sebagai atribut dasar (fundamental attributes), dan kedua sebagai atribut pelaporan keuangan (financial reporting attributes). Laba fundamental (fundamental earnings) adalah ukuran profitabilitas akuntansi yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar dividen di masa depan. Pada sisi lain, laba yang dilaporkan (reported earnings) merupakan pertanda kurang baik yang harus diumumkan oleh perusahaan. Kualitas laba menunjuk pada seberapa cepat dan tepat laba yang dilaporkan mengungkapkan laba fundamental. Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat dan tepat laba yang dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan. Kualitas laba menjadi perhatian para pengguna laporan keuangan Karena laba berperan penting dalam pembuatan perjanjian dan keputusan investasi. Siallagan dan Machfoed (2006) yang menguji pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ pada periode 2000-2004 menyimpulkan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dari penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah: H9: Kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dan Gambaran dari Populasi (Obyek Penelitian) Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif (Quantitative Paradigm). Paradigma kuantitatif ini menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indiantoro dan Supomo, 1999:12). Penelitian ini juga meng- gunakan metode peneltian deduktif, yang bertujuan untuk menguji (testing) hipotesis melalui validasi teori atau pengujian aplikasi teori pada keadaan tertentu (Indiantoro dan Supomo, 1999:23).

Gambaran Populasi ( Obyek ) Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2007:72) dan yang menjadi polulasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Teknik Pengambilan Sampel

(10)

penelitian ini adalah purposive sampling, peneliti mempunyai tujuan atau target dalam memilih sampel.

Sedangkan perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2010. 2. Perusahaan manufaktur yang memiliki data komite audit, dewan komisaris

independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.

3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode pengamatan 2006-2010.

4. Perusahaan yang mempunyai laporan tahunan auditan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode pengamatan 2006-2010.

Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional variabel menurut Naburko (1998:61) adalah suatu defenisi yang didasarkan pada mengubah konsep-konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Dengan kata lain defenisi operasional variabel mengubah konsep atau variabel yang abstrak ke tingkat yang lebih realitas, konkrit sehingga gejala tersebut mudah dikenal.

Berdasarkan pada batasan masalah maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepemilikan manajerial (KM) adalah para pemegang saham, semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri Ross et al. (1999) dalam Tarjo (2008). Secara matematis kepemilikan manajerial (KM) dapat diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah saham yang dimiliki manajer + Dewan komisaris KM =

Total keseluruhan saham perusahaan

2. Kepemilikan Institusional (KI)

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi (Beiner et al., 2003). Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

(11)

dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel.

4. Komite Audit (KA) suatu kelompok yang sifatnya independent atau tidak memiliki kepemilikan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki panda-ngan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal lain yang terkait depanda-ngan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi, 2008:16). pengukuran komite audit menggunakan variabel dummy, yaitu apabila perusahaan sample memiliki komite audit maka akan diberi angka 1, apabila perusahaan sampel tidak memiliki komite audit maka diberi angka 0.

5. Menurut Chan et al., (2001) mengartikan kualitas laba sebagai akrual yang terkandung dalam laba yang dilaporkan perusahaan, atau persistensi laba. kualitas laba diukur dengan menggunakan rumus Discretionary accruals (DA). Dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995), model tersebut dituliskan sebagai berikut:

TACt = Nit–CFOit

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi Ordinary east Squere (OLS) sebagai berikut:

TAi

t/ At-1= α 1(1/ At-1) + α 2((Δ REVt-Δ RECt) / At-1) + α 3(PPEt/ At-1) + e

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

NDAit = α

1(1/ At-1) + α 2((Δ REVt-Δ RECt) / At-1) + α 3(PPEt/ At-1)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit = TAit / Ait-1–NDAit

Keterangan:

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke -t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1

Δ Revt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

Δ Rect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error terms

α = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan

(12)

7. Leverage

Variabel ini menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan hutang jangka panjang (Tarjo dan Prawesti, 2003) dan sebagai variabel kontrol karena leverage merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengurangi oportunistik manajemen.

Secara matematis leverage (LEV) dapat diformulasi sebagai berikut: Liabilitas

Leverage =

Aset

8. Ukuran Perusahaan ( SIZE )

Variabel ini dinilai berdasarkan total asset yang dimiliki perusuhaan (Arens dan Loebbecke, 1996:227), sebab ini total asset relative tidak banyak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, sehingga diharapakan dapat mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Teknik Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang bersumber dari dokumen di Bursa Efek Indonesia yaitu data kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris dan komite audit perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek dari tahun 2006 - 2010.

Teknik Analisis Data

Teknis analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam rangka memecahkan masalah atau menjawab hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif. Tahap analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda.

Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Adapun bentuk umum regresi linier berganda secara matematis adalah sebagai berikut:

a. Menguji mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba dengan menggunakan persamaan:

KL =β o+β 1DK+β 2KM+β 3KI+β 4KA+β 5LEV+β 6SIZE+e

b. Menguji mekanisme corporate governece terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan persamaan:

NP =β o+β 1DK+β 2KM+β 3KI+β 4KA+β 5LEV+β 6SIZE+e

c. Menguji kualitas laba terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan persamaan: NP =β o+β 1KL+β 2LEV+β 3SIZE+e

Keterangan:

(13)

β o = Konstanta

β 1,β 2,β 3,β 4,β 5,β 6 = Koefisien Regresi dari masing-masing variabel bebas KM = Kepemilikan Manajerial

KI = Kepemilikan Institusional KD = Dewan Komisaris Independen KA = Komite Audit

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linear terpenuhi. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menguji normalitas data secara statistik, uji Heteroskedastisitas, uji multikolinearitas serta uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas b. Uji Multikolonieritas c. Uji Autokorelasi d. Uji Heteroskedastisitas

3. Analisis Koefisien Determinasi (R²) 4. Pengujian Hipotesis

a. Uji F b. Uji t

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Pengaruh Corporate Governance terhadap Kualitas Laba

Hasil analisis 1 adalah untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris Independen (DK), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusioanal (KI), komite audit (KA),

leverage (Lev), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap kualitas laba (KL). Model

persamaan statistik diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

KL =-2,081-0,393DK+0,272KM+0,558KI+0,413KA+0,084Size -0,722Lev+ε t Persamaan regresi 1 tersebut digunakan untuk menjawab hipotesis H1, H3, H5 dan H7.

Berdasarkan hasil regresi 1 dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kualitas laba (KL) adalah kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), keberadaan komite audit (KA), leverage (LEV), dan ukuran perusahaan (Size) sedang variabel yang lain: dewan komisaris (DK), tidak berpengaruh karena signifikansi yang jauh lebih besar dari 0.05.

Pengujian Hipotesis 1: Pengaruh Dewan Komisaris Independen (DK) terhadap kualitas laba (KL).

(14)

pada á=0,05. Dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris independen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Dari persamaan regresi dewan komisaris independen berpengaruh negatif dengan koefisien -0,393. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan maka menurunkan kualitas laba, namun probabilitas signifikansinya sebesar 0,227 sehingga dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

Variabel dewan komisaris independen (DK) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dengan arah berlawan negatif. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba di perusahaan. Di sisi lain, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Widyaningdyah (2001), Veronica dan Utama (2005). Dewan komisaris tidak terbukti berpengaruh terhadap tindak manajemen laba yang dilakukan di perusahaan di Indonesia, hal ini disebabkan karena: (1) komposisi dewan komisaris independen kurang efektif dalam menjalankan fungsi pengawasan hal ini dikarenakan pengangkatan komisaris independen dan komite audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan.

Selain itu, ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika komisaris independen merupakan pihak mayoritas (> 50%) maka mungkin dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Tetapi jika pengangkatannya belum dilandasi kebutuhan (needs) perusahaan tapi hanya sebatas pemenuhan regulasi, maka proporsi dewan komisaris mungkin tidak perlu diperbanyak, tetap sesuai peraturan yang ada (minimal 30%), dan dilihat keefektifan dewan dan juga komite audit dalam jangka waktu yang lebih panjang. sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan dewan komisaris, (2) Banyak perusahaan menempatkan komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan.

Pengujian Hipotesis 3: Pengaruh kepemilikan manajerial (KM) terhadap kualitas laba (KL).

(15)

Dari persamaan regresi kepemilikan manajerial berpengaruh positif dengan koefisien 0,558. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka meningkatkan kualitas laba. namun probabilitas signifikansinya sebesar 0,004 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

Variabel kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh positif terhadap kualitas laba, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Vafeas (2000) dan Jansen dan Meckling (1976), Gabriel et al. (2002), Siallagan dan Machfoedz (2006), Solihan dan Taswon (dalam Jogi dan Josua, 2007). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme Corporate Governanace sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Selain itu juga semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian kualitas pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh manajer akan semakin baik (Ross et al. 1999). Discretionary accrual yang rendah mengindikasikan praktek oportunistik manajemen juga rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pelaporan keuangan (laba) perusahaan sudah merefleksikan perusahaan yang sebenarnya. Sehingga dengan manajemen laba yang semakin rendah akan direspon positif oleh pihak ke tiga, dengan demikian nilai perusahaan akan semakin tinggi.

Pengujian Hipotesis 5: Pengaruh kepemilikan Institusional (KI) terhadap kualitas laba (KL).

Pengujian hipotesis 5 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,996 dan koefisien sebesar 0,558 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,049 berada lebih tinggi pada á = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

Variabel kepemilikan Institusional (KI) berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas laba. Hasil studi ini konsisten dengan temuan Boediono (2005) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan hubungan positif. Studi ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang efektif dalam mengawasi manajer.

(16)

mayoritas meminta manajer melakukan rekayasa laba yang menguntungkan dirinya, maka pemegang saham minoritas dan pasar saham akan mendiskon harga saham perusahaan yang justru akan merugikan pemegang saham mayoritas itu sendiri, manajer tidak bisa bertindak oportunistik yang cenderung menguntungkan dirinya sendiri tetapi kemungkinan merugikan pemilik. Sehingga manajer tidak bisa dengan leluasa memanipulasi angka laba yang dihasilkan perusahaan. selain itu Jiambalvo et al. (1996), Carlson dan Bathala (1997), Xu and Wang (1997), Bushee (1998a, 1998b), Rajgopal et

al. (1999), Iturriaga dan Sanz (2000), Widyaningdyah (2001), Mitra (2002), Midiastuty

dan Machfoedz (2003), Wedari (2004), Hsu and Koh dan Herawati (2007) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan hubungan negatif. Hal ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan pada laba jangka pendek, sebagaimana dikemukakan oleh Porter (1992).

Emiten yang dianalisis termasuk memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu institusi yang biasanya memiliki saham yang cukup besar yang mencerminkan kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya manajer terpaksa melakukan tindakan berupa manajemen laba demi untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu, diantaranya pemilik. Temuan studi ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Demsetz and Lehn (1985), Darmawati (2003), serta Ujiyantho dan Pramuka (2007). Para peneliti tersebut tidak menemukan hubungan antara kedua variabel.

Pengujian Hipotesis 7: Pengaruh Komite Audit (KA) terhadap kualitas laba (KL). Pengujian hipotesis 7 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah komite audit berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,361 dan koefisien sebesar 0,413 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,021 berada lebih tinggi pada á = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

(17)

penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Klein (2000) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresional yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Begitu juga Carcello et al. (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba.

Variabel leverage (LEV) memiliki koefisien sebesar -0,722 dengan p= 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa leverage merupakan salah satu mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengurangi konflik kepentingan antara menajer dengan pemberi pinjaman (bondholders). Hal ini menunjukkan peningkatan atau penurunan leverage perusahaan, berpengaruh besar terhadap kualitas laba (KL). Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio yang tinggi mengemban risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Prospek hasil pengembalian yang tinggi memang diinginkan, tetapi para investor umumnya menolak untuk menerima risiko.

Keputusan untuk menggunakan leverage oleh karena harus menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap peningkatan risiko. Menurut Jiambalvo (1996) perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi (besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki oleh perusahaan), diduga melakukan earnings management karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Perusahaan akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba, sehingga akan memberikan posisi bargaining yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang perusahaan. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan karena perusahaan dalam kondisi leverage tinggi dengan kata lain total aset tidak dapat menutupi total utang, sehingga perusahaan melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba agar memberikan posisi bargaining perusahaan yang baik.

(18)

Pembahasan Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan

Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris Independen (DK), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusioanal (KI), komite audit (KA) leverage (Lev), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap nilai perusahaan (NP). Berdasarkan perhitungan model persamaan statistik diperoleh persamaan regresi 2 sebagai berikut:

NP =1,008-0,850DK-0,929KM+1,274KI+1,039KA+0,102Size+0,446LEV+ε t

Persamaan regresi 2 di atas digunakan untuk menjawab hipotesis H2, H4, H6 dan H8.

Berdasarkan hasil regresi 2 dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan (NP) adalah kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), dan komite audit (KA), sedang variabel yang lain: dewan komisaris (DK), leverage (LEV), dan ukuran perusahaan (Size) tidak berpengaruh karena signifikansi yang jauh lebih besar dari 0.05.

Pengujian Hipotesis 2: Pengaruh Dewan Komisaris Independen (DK) terhadap Nilai Perusahaan (NP).

Pengujian hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,261 dan koefisien sebesar -0,850 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,211 berada lebih tinggi pada á=0,05. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajemen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Variabel dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena rata-rata komposisi dewan komisaris independen saat ini kurang efisien dalam manjalankan fungsi pengawasan hal ini disebabkan ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika komisaris independen merupakan pihak mayoritas (>50%) maka mungkin dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Dengan demikian semakin sedikit dewan komisaris independen dalam perusahaan memungkinkan seorang manajer untuk melakukan manupulasi laba, hal ini menunjukkan bahwa fungsi monitoring dewan komisaris independen kurang efektif dalam menjalankan tanggungjawabnya dalam mengawasi kualitas pelaporan keuangan demi membatasi manajemen laba di perusahaan.

Pengujian Hipotesis 4: Pengaruh Kepemilikan Manajerial (KM) terhadap Nilai Perusahaan (NP).

(19)

ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka menurunkan nilai perusahaan. namun probabilitas signifikansinya sebesar 0,030 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Variabel kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan Suranta (2002), Siallagan dan Machfoedz (2006) menemukan hasil yang negatif dan signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Ini mengidentifikasi bahwa tingkat kepemilikan manajerial sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba, kurang memberikan pengaruh kepada pasar melalui informasi laba sehingga nilai perusahaan rendah. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan penelitian yang dilakukan Midiastuty dan Machfoedzs (2003), menemukan hasil yang positif dan signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

Pengujian Hipotesis 6: Pengaruh Kepemilikan Institusional (KI) terhadap Nilai Perusahaan (NP).

Pengujian hipotesis 6 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,183 dan koefisien sebesar 1,274 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,032 berada lebih tinggi pada á=0,05. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

(20)

Pengujian Hipotesis 8: Pengaruh Komite Audit (KA) terhadap Nilai Perusahaan (NP).

Pengujian hipotesis 8 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,848 dan koefisien sebesar 1,039 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,006 berada lebih tinggi pada á = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Variabel Komite Audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, artinya keberadaan komite audit sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan. hasil ini mendukung penelitian Veronica dan Utama (2005), Setiawan (2006), Siallagan dan Machfoedz (2006). Sebagaimana hasil penelitian Piot (2001), Teoh dan Wong (1993), Jang dan Lin (1993) bahwa pengguna laporan keuangan lebih percaya pada hasil audit dari auditor yang berkualitas. Kualitas Audit yang berpengaruh secara positif terhadap Nilai Perusahaan artinya Nilai Perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh auditor yang berasal dari KAP besar (Big 4). Hal ini mendukung hipotesa yang berarti mekanisme fungsi pengawasan dan kontrak yang bertujuan untuk mengatasi terjadinya konflik kepentingan antara agen dan principal melalui audit atas laporan keuangan agar tingkat kepercayaan pihak eksternal perusahaaan (salah satunya Principal) terhadap pertanggungjawaban semakin tinggi dapat dilakukan melalui penggunaan jasa pihak ketiga (auditor) yang berasal dari KAP dengan berkualitas. (KAP Big 4). Tingkat kepercayaan pihak pemakai informasi keuangan yang diaudit terutama pihak ekternal perusahaan tersebut dipengaruhi oleh kualitas audit dari auditor.

Variabel leverage (lev) tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, karena leverage adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan hal ini mendukung penelitian Soliha dan Taswan (2002) menunjukkan bahwa kebijakan hutang tidak berhasil mempengaruhi nilai perusahaan. Semakin kecil rasio hutang perusahaan, tidak akan mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemberi pinjaman (bondholders) mempunyai persepsi positif terhadap perusahaan. Namun dalam hal arah hubungannya penelitian Soliha dan Taswan mendukung pernyataan Modigliani

and Miller (1963), yaitu penggunaan hutang berhubungan positif dengan nilai

(21)

struktur pengendalian internalnya, sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam laporan keuangannya (Carslaw dan Kaplan, 1991:23).

Pembahasan Pengaruh Kualitas Laba terhadap Nilai Perusahaan

Hasil analisis 3 adalah untuk mengetahui kualitas laba (KL), leverage (Lev), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap nilai perusahaan (NP). Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

NP = -0,907 +0,455KL+0,732Lev-0,007Size+ε t

Persamaan regresi 3 digunakan untuk menjawab hipotesis H9. Berdasarkan hasil regresi 3

dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan (NP) adalah kualitas laba (KL), leverage (LEV), dan ukuran perusahaan (Size) signifikansi pada 0.05.

Pengujian Hipotesis 9: Pengaruh Kualitas Laba (KL) terhadap Nilai Perusahaan (NP).

Variabel kualitas laba yang diproksi dengan discretionary accrual terhadap nilai perusahaan berdasarkan hasil perhitungan SPSS menunjukkan koefisien discretionary

accruals (DACC) sebesar 0,455, dengan p=0.048. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kualitas laba mempengaruhi nilai perusahaan (α = 5%). Discretionary accrual sebagai proksi kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi kualitas laba maka nilai perusahaan semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaporan keuangan (laba) perusahaan sudah merefleksikan perusahaan yang sebenarnya. Sehingga dengan manajemen laba yang semakin rendah akan direspon positif oleh pihak ke tiga, dengan demikian nilai perusahaan akan semakin tinggi. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan dapat terdukung Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan perusahaan (manajemen laba yang rendah) maka semakin tinggi nilai perusahaan tersebut.

(22)

diperoleh menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi laba yang diperoleh suatu perusahaan maka semakin besar pula nilai perusahaan. (kepemilikan manajerial, dewan komisaris meningkat. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Report (1994) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang saham. Black et al. (2003) berargumen bahwa pertama, perusahaan yang dikelola dengan lebih baik akan dapat lebih menguntungkan sehingga dapat dividen yang lebih tinggi. Kedua, disebabkan oleh karena investor luar dapat menilai earnings atau dividen yang sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan corporate governance yang lebih baik. Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan Good Corporate Governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Variabel leverage (Lev) memiliki koefisien sebesar 0,732 dengan p= 0,033. Hasil ini menunjukkan bahwa leverage merupakan salah satu mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengurangi konflik kepentingan antara menajer dengan pemberi pinjaman (bondholders). Variabel leverage (LEV) memiliki koefisien sebesar 0.732, dengan p=0.033, artinya bahwa pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan adalah positif signifikan secara statistik pada alpha 5%. Kualitas laba (KL) ini juga dilakukan untuk memenuhi perjanjian hutang dengan para kreditur, sehingga dengan adanya laba yang sesuai dengan target diharap dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan Carlson dan Bathala (1997) dan Iturriaga dan Sanz (2000).

(23)

antara ukuran perusahaan dan nilai Q merupakan tendensi bahwa perusahaan semakin besar memiliki komposisi asset yang lebih terdiversifikasi, sehingga memiliki kemungkinan untuk melakukan pengolahan/ pengukuran terhadap laba. Pengaruh ukuran perusahaan (FSIZE) terhadap nilai perusahaan disebabkan karena perusahaan-perusahaan public (go public) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dijadikan sampel dalam penelitian ini tergolong perusahaan-perusahaan yang besar (dilihat dari total aset/aktiva yang dimiliki). Kecenderungan yang terjadi, semakin besar ukuran suatu perusahaan semakin baik sistem pengendalian internnya, sehingga akan mengurangi kemung- kinan terjadinya kesalahan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba.

a. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Ini mengindikasikan bahwa pengaruh mekanisme dewan komisaris independen tidak efektif dalam memberikan pengawasan terhadap manajemen.

b. Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Ini mengindikasikan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya. c. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Ini

mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas laba.

d. Komite Audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit dan auditor yang kompeten mempunyai kinerja yang baik dan profesional sehingga dapat mengidentifikasi adanya tindakan manajemen laba lebih dini sehingga sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas laba.

e. Variabel kontrol size berpengaruh positif dan leverage berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.

2. Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap nilai perusahaan.

a. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa pengaruh mekanisme dewan komisaris independen tidak efektif dalam memberikan pengawasan terhadap manajemen sehingga terjadi penurunan nilai perusahaan.

(24)

maka manajemen cenderung kurang mampu untuk berusaha meningkatkan kinerjanya.

c. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.

d. Komite Audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit sebagai mekanisme pengendali dalam penyusunan laporan laba memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.

e. Variabel kontrol size dan leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3. Pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan.

a. Kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasi- kan bahwa semakin tinggi kualitas laba yang di laporkan manajemen memberikan respon positif kepada pasar atas informasi laba sehingga semakin tinggi nilai perusahaan.

b. Variabel kontrol size berpengaruh negatif dan leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Implikasi Hasil Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Mekanisme corporate governance mampu mengendalikan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga dapat menekan terjadinya masalah keagenan (agency problem) karena dapat menselaraskan perbedaan kepentingan atau tujuan antara pihak agen dengan prinsipal maupun pihak prinsipal (pemegang saham) dengan prinsipal lainnya (pemberi pinjaman), serta di antara pihak-pihak yang berkepentingan. Mekanisme corporate governance yang optimal dalam pengelolaan laba perusahaan akan menciptakan suatu kondisi perusahaan yang baik atau good corporate

governance, pada akhirnya akan tercapai efisiensi dan perusahaan tidak akan pernah

mengalami kesulitan dalam akses permodalan. 2. Bagi investor.

Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang dihasilkan emiten, yang yang disusun berdasarkan norma atau standar akuntansi keuangan, sehingga tidak dapat dihindarkan adanya tindakan manajemen laba. Para investor sebaiknya berhati-hati dalam pengambilan keputusan bisnis, tidak hanya terfokus pada informasi laba, tetapi juga mempertimbangkan informasi non keuangan, seperti keberadaan mekanisme internal perusahaan.

Keterbatasan Hasil Penelitian

Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang turut mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan revisi pada penelitian selanjutnya adalah:

(25)

2. Periode penelitian yang dilakukan pendek yaitu 2006-2010 dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini cukup kecil yaitu 90 dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu dan teknik analisis yang digunakan masih menggunakan analisis regresi linear.

3. Penelitian ini hanya menggunakan satu karakteristik untuk variabel komite audit yaitu dengan menggunakan variabel dummy (ada atau tidaknya komite audit).

DAFTAR PUSTAKA

Beasley, M. 1996. An Empirical Analisis of The Relation Between The Board of Director Compensation and Financial Statement Fraud. The Accounting review, (71)443-465.

Bernhart, S. W. and Rosenstein S. 1998. Board Composition, Managerial Ownership, and Firm Performance: An Empirical Analysis. Financial Review, (33):1-16

Bernard, V.L. & D.J. Skinner. 1996. What Motivates Managers’ Choice of Discretionary Accruals? Journal of Accounting and Economics 22: 313-325.

Bitner, L.N., and R. Dolan. 1996. Assessing the Relationship Between Income Smoothing and Value of The Firm. Quarterly Journal of businees and Economics. Winter : p. 16-35.

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Carcello, Joseph V., Dana R. Hermanson dan Terry L. Neal. Disclosures in Audit Committee Charters and Reports. Accounting Horizons. 16(4): 291-304.

Chan Konan, Louis K. C. Chan, Narasimhan Jagadeesh and Josef Lakonishok. 2001. Earnings Quality and Stock Returns. National Bereau of Economic research.

Working Papers.

Chtourou S.M., Bedard, J., and Courteau. L., 2001. Coporate Governance and Earnings Management. Working Paper. http://papers. ssrn.com.

(26)

Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 5(1): 203.

Dechow dkk.1995. Detecting Earning Management, The accouting Riview, 70(2)

Fama, E., and M. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law

and Economics 26: 301-325.

Kaen, Fred R., 2003. A Blueprint for Corporate Governance: Strategy, Accountability,

and the Preservation of Shareholder Value. New York, NY: American

Management Association.

Klien, A., 2002. Audit Committee, Board of Director Characteristics and Earnings Management. Journal Accounting and Economics (33): 375-400.

Kussetyowati ,N. 2004. Pengaruh Besara Perusahan dan Struktur Modal Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi 2(3) Yogyakarta: Universitas Cokroaminoto.

Jansen. M. And Meckling. W. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of financial Economics 3: 305-306.

Jiambalvo, J. 1996. “Discussion of Causes and Consequences of Earnings Manipulation.”

Contemporary Accounting Research. 13: 37-47.

Jones, J.J. 1991. Earnings Management during Import Relief Investigation. Journal of

Accounting Research 29: 193-228.

Nabuko, C. 1998. Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Bumi Aksara. Yogyakarta.

Parawiyati .1996. Kemampuan Laba dan Arus Kas dalam memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahan Go Publik di Pasar Modal. Tesis S2 Program Pasca Sarjana

UGM. Yogyakarta.

Rajgopal, Shivaram., Mohan Venkatachalam, and James Jiambalvo. 1999. “Is Institutional Ownership Associated with Earnings Management and the Extent to which Stock Prices Reflecy Future Earnings?”. Working Paper. University of

Washington, Seattle. May.

(27)

Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama, 2005, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management), Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Tarjo. 2008. “ Pengaruh Kosentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity Capital”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli.

Vafeas, N. And Afxentiou, Z. 2000. The Association Between the SEC’s 1992 Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes.

Journal of Accounting and Public Policy, 17(1): 27-54.

Wahidawati. 2002. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory-Agency.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 5(1): 1-16.

Watts R. dan Zimmerman, J. L. 1986. Positive Accounting Theory. New York: Prentice-Hall.

Wedari, Linda Kusumaning. 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba,” Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII.

Wening, Kartikawati. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Institusioanal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. http://hana.wordpres/2009/05/17/pengaruh-kepemilikan-institusioanal-terhadap-kinerja-keuangan-perusahaan/, diakses tanggal 30 Desember 2009.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earning ManagementPada Perusahaan Go Public di Indonesia,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 3(2): 89-101.

Referensi

Dokumen terkait

Abstract : Pesantren is faced with many challenges, including the modernization of Islamic education. The system and institutional pesantren have been modernized and adapted to the

Penelitian ini lebih memfokuskan penelitian pada unggahan di media sosial instagram, oleh karena itu hasil penelitian Rulli Nasrullah yang berjudul Konstruksi Identitas

Data primer merupakan jenis dan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data yang dalam penelitian ini adalah responden penelitian yang telah

Teknik analisis data tingkat kesiapsiagaan masyarakat/individu menggunakan perhitungan nilai rata-rata indeks kesiapsiagaan, sedangakan utuk mengetahui ada tidaknya hubungan

2) Mengetahui  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  menyelesaikan  suatu  bagian 

Dikatakan jumlah nilai berita rata-rata dalam pemberitaan tentang pemilu 2014 di SKH Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014 adalah cukup lengkap, karena

Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa pengelolaan modal kerja sangat penting bagi setiap perusahaan, karena dengan adanya modal kerja yang cukup memungkinkan

Tabel 8.1 Matriks Memorandum Program Investasi Kota