KATA PENGANTAR
Undang‐Undang Nomor Tahun tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMN harus memuat; i Strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, dan ii Rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Amanat tersebut yang menegaskan agar penyusunan strategi pembangunan nasional memperhitungkan kerangka pendanaan, merupakan wujud dari salah satu tujuan Undang‐Undang Nomor Tahun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Dalam rangka menjamin konsistensi tersebut, maka penyusunan RPJMN harus memperhatikan arahan di dalam Undang‐Undang Nomor Tahun tentang Keuangan Negara berkenaan dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja Performance Based Budgeting , berjangka menengah Medium Term Expenditure Framework dan terpadu Unified Budgeting .
Dalam implementasinya, perencanaan dan penganggaran seperti yang diamanatkan di atas masih belum sepenuhnya dilaksanakan. (al ini dapat terlihat seperti; i Belum digunakannya resource envelope sebagai landasan penyusunan RPJMN dan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga Renstra K/L , dan ii Program dan Kegiatan beserta indikator kinerjanya belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai alat ukur efektifitas pencapaian sasaran pembangunan, efisiensi belanja, dan akuntabilitas kinerja.
Sebagai langkah awal, diperlukan upaya penyempurnaan struktur Program dan Kegiatan Kementerian Negara/Lembaga. Untuk itulah Pedoman Penyusunan Program dan Kegiatan ini disusun. (asil dari restrukturisasi Program dan Kegiatan tersebut akan diimplementasikan dalam penyusunan RPJMN ‐ dan Renstra K/L ‐ .
Jakarta, Juni 9
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Gambar ... iv
Daftar Tabel ... v
BAB . I PENDAHULUAN ... 1
LATAR BELAKANG ... . . Reformasi Perencanaan dan Penganggaran ... . . . Permasalahan Saat )ni... TUJUAN... . . Tujuan Umum ... . . Tujuan Khusus... . SASARAN... . RUANG L)NGKUP... . LANDASAN (UKUM ... BAB II PENDEKATAN RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN ... 7
. . PR)NS)P RESTRUKTUR)SAS) PROGRAM... ARS)TEKTUR PROGRAM... . . Struktur Arsitektur Program... . . Struktur Organisasi ... 9
. . Struktur Anggaran ... 9
. . Struktur Perencanaan Kebijakan... 9
.
. . Struktur Manajemen Kinerja... )ND)KATOR K)NERJA... . . Kriteria Penyusunan )ndikator Kinerja... . . Target )ndikator Kinerja... . . )nformasi )ndikator Kinerja...
BAB 19
.
III PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN ...
PENYUSUNAN PROGRAM... . . Pertimbangan Penyusunan Program... . . Definisi dan Jenis Program...
.
. . Langkah‐Langkah Penyusunan Program ... PENYUSUNAN KEG)ATAN ... . . Definisi dan Jenis Kegiatan... . . Langkah‐Langkah Penyusunan Kegiatan... 9 . REKAP)TULAS) PROGRAM DAN KEG)ATAN...
BAB IV PENUTUP ... 43
Lampiran 1 FormulirFormulir
Lampiran 2 Petunjuk Pengisian Formulir
Lampiran 3 Contoh Pengisian Formulir
Lampiran 4 Contoh Indikator ProgramProgram Generik
Lampiran 5 Frequently Asked Question
DAFTAR GAMBAR
Diagram )). Bagan Arsitektur Program... Diagram )). Bagan )nformasi Kinerja ... m dan Kegiatan.... Diagram ))). Bagan Tahap Penyusunan Progra
iagram ))).
D Bagan Alir Penyusunan Program dan Kegiatan...
Diagram ))). Bagan Arsitektur Program Bagi
...
Lembaga Tinggi Negara... iagram ))).
D Bagan Arsitektur Program Bagi Departemen...
n Diagram ))). Bagan Arsitektur Program Bagi Kementeria
Negera dan Kementerian Koordinator... Diagram ))). Bagan Arsitektur Program Bagi LPND dan
Lembaga Non‐Struktural... 9 iagram ))). Langkah Penyusunan Program... iagram ))). Langkah Penyusunan Kegiatan... D
D
DAFTAR TABEL
abel ))).
T Program‐Program Dasar Unit Organisasi
Bersifat Pelayanan )nternal...
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
1.1.1 Reformasi erencanaan P dan Penganggaran
Reformasi perencanaan dan penganggaran diawali dengan diterbitkannya peraturan perundang‐undangan seperti Undang‐
Undang Nomor Tahun tentang Keuangan Negara dan
Undang‐Undang Nomor Tahun tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Peraturan perundang‐undangan tersebut
telah dilengkapi dengan PP Nomor / tentang Rencana Kerja
Pemerintah RKP , PP Nomor / tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga RKA‐K/L , PP Nomor 9/ tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan PP Nomor / tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang menekankan pada perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja
Performance Based Budgeting1 , berjangka menengah Medium
Term Expenditure Framework2 dan sistem penganggaran terpadu 3
Unified Budgeting .
Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka menengah serta penganggaran terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip pengelolaan keuangan publik Public ment , yaitu; i Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka Financial Manage
Mekanisme dalam meningkatkan manfaat sumber daya yang dianggarkan ke sektor publik terhadap
pencapaian hasil outcome dan keluaran output melalui key performance indicators KP) yang terkait dengan tiga hal yaitu i Pengukuran kinerja, ii Pengukuran biaya untuk menghasilkan
penggunaan informasi kinerja outcome dan output, serta iii Penilaian keefektifan dan efisiensi belanja dengan berbagai alat analisis
Pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan
B a b ) P e n d a h u l u a n |
implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju
Menengah Medium Term Fiscal Framework4 yang dilaksanakan
secara konsisten aggregate fiscal disciplin ; ii Alokasi pada
prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana yang terbatas allocative efficiency yaitu melalui penerapan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah Medium Term Expenditure
Framework yang terdiri dari penerapan Prakiraan Maju Forward Estimates5 , Anggaran Berbasis Kinerja Performance Based
Budgeting , dan Anggaran Terpadu Unified Budget ; dan iii
Efisiensi dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan technical and operational efficiency .
Perencanaan dan penganggaran seperti dimaksudkan di atas masih belum sepenuhnya dilaksanakan, seperti; i Belum digunakannya
resource envelope sebagai landasan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah RPJMN dan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga Renstra K/L , dan ii Program dan kegiatan beserta indikator kinerjanya belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai alat ukur efektifitas pencapaian sasaran pembangunan, efisiensi belanja, dan akuntabilitas kinerja.
Agar penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah KPJM , Anggaran Berbasis Kinerja, dan Anggaran Terpadu dapat dioptimalkan, diperlukan suatu upaya untuk menata kembali struktur program dan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga restrukturisasi program dan kegiatan . Restrukturisasi program dan kegiatan tersebut bertujuan mewujudkan perencanaan yang berorientasi kepada hasil outcome dan keluaran output sebagai
dasar; i Penerapan akuntabilitas Kabinet, dan ii Penerapan akuntabilitas kinerja Kementerian Negara/Lembaga . (asil dari
restrukturisasi program dan kegiatan tersebut akan
diimplementasikan dalam penyusunan RPJMN ‐ dan
‐ .
Renstra K/L
Pendekatan penyusunan prakiraan resource envelope ketersediaan anggaran dalam jangka menengah yang sesuai dengan tujuan kebijakan fiskal jangka menengah menjaga kesinambungan fiskal/fiscal sustainability
Perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna
isetujui dan menjadi dasar
B a b ) P e n d a h u l u a n |
memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah d penyusunan anggaran tahun berikutnya
1.1.2 Permasalahan Saat Ini
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan struktur program dan kegiatan dalam proses perencanaan dan penganggaran antara lain sebagai berikut:
. Program disusun dengan pendekatan input based.
Program seringkali disusun berdasarkan lineitem rincian
belanja dan bukan dalam bentuk kegiatan yang berorientasi pada keluaran output , sehingga kurang terlihat keterkaitan
sil ang apk
dengan ha outcome y dihar an.
. Program digunakan oleh beberapa Kementerian
Negara/Lembaga K/L .
Program yang digunakan oleh beberapa K/L dilaksanakan tanpa pembagian kerja dan indikator yang jelas sehingga tidak dapat diukur pencapaian dan akuntabilitas kinerja program.
. Program memiliki tingkatan yang sama atau lebih rendah dibanding kegiatan.
Pendefinisian program terlalu sempit sehingga kinerja program
outcomes sama dengan atau lebih rendah dari kinerja kegiatan output .
. Program memiliki tingkat kinerja yang terlalu luas
Pendefinisian tingkat kinerja program terlalu luas yang tidak dalam tataran hasil outcome namun lebih pada tataran dampak impact , sehingga tidak dapat dijelaskan oleh pencapaian
kinerja kegiatan‐kegiatannya output .
. Program tidak terkait secara langsung dengan kegiatan‐ kegiatannya.
Masih ditemui adanya beberapa keluaran output dari kegiatan‐
kegiatan yang tidak berkaitan dengan pencapaian kinerja program outcome . Pada hakekatnya, kegiatan merupakan
wujud dari pelaksanaan suatu program, sehingga keluaran dari kegiatan tersebut seharusnya berkontribusi secara langsung terhadap pencapaian sasaran program.
. Program untuk menampung biaya pengelolaan administrasi K/L
overhead cost masih beragam
Biaya pengelolaan administrasi overhead cost seringkali masih
berada pada program‐program yang beragam sehingga sulit untuk mengukur besaran biaya pengelolaan administrasi dari suatu K/L.
Program‐program pengelolaan administrasi seharusnya berada pada satu program yang seragam.
. Program‐program generik seperti Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur dan Program Penerapan
Kepemerintahan yang Baik masih digunakan untuk menampung biaya‐biaya pengelolaan administrasi dari kebijakan teknis.
Program‐program yang bersifat generik yang seharusnya hanya digunakan oleh unit yang memberikan pelayanan internal pemerintah, seringkali juga digunakan oleh unit teknis yang melakukan pelayanan eksternal kepada masyarakat. (al ini menyebabkan sulitnya mengukur efektivitas pendanaan bagi pelaksanaan program‐program yang bersifat pelayanan langsung eksternal dikarenakan biaya pengelolaan administrasi dipisah dengan biaya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Contoh penerapan yang benar: Kegiatan Pembangunan Kantor Pelayanan Pajak bersifat pelayanan eksternal dimasukkan dalam kategori Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Negara Program Teknis dan bukan kedalam kategori Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program Generik .
1.2
TUJUAN
Tujuan Umum
. Mempersiapkan Program dan Kegiatan yang akan digunakan
dalam penyusunan RPJMN ‐ dan Renstra K/L ‐
ja K/L, R
1.2.1
B a b ) P e n d a h u l u a n |
serta RKP, Ren KA K/L dan D)PA
. Meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi, dan
. Melaksanakan transparansi dalam proses perencanaan dan penganggaran.
1.2.2 Tujuan Khusus
Sebagai petunjuk bagi K/L dalam persiapan restrukturisasi program dan kegiatan berdasarkan Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi.
(asil restrukturisasi program dan kegiatan akan diimplementasikan
dalam penyusunan RPJMN ‐ dan Renstra K/L ‐ .
1.3
SASARAN
Mewujudkan upaya meletakkan landasan bagi sistem perencanaan dan penganggaran yang mampu menjamin arah pembangunan secara berkesinambungan dan memiliki akuntabilitas kinerja yang terukur.
1.4
RUANG
LINGKUP
Ruang lingkup materi Pedoman Penyusunan Program dan Kegiatan adalah sebagai berikut:
. Pendekatan penyusunan program dan kegiatan K/L beserta indikator kinerjanya, dan
. Mekanisme penyusunan program dan kegiatan K/L beserta indikator kinerjanya.
1.5
LANDASAN
HUKUM
Penyusunan program dan kegiatan ini dilandasi oleh peraturan perundangan yang berlaku, terutama:
. UU Tahun tentang Keuangan Negara,
. UU Nomor Tahun tentang Sistem Perencananan
Pembangunan Nasional SPPN ,
. PP Nomor Tahun tentang Rencana Kerja Pemerintah RKP ,
. PP Nomor Tahun tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga RKA K/L ,
. PP Nomor 9 Tahun tentang Tata Cara Pengendalian dan
P
Evaluasi Pelaksanaan Rencana embangunan, dan
. PP Nomor Tahun tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional.
BAB II
PENDEKATAN RESTRUKTURISASI
PROGRAM DAN KEGIATAN
2.1
PRINSIP
RESTRUKTURISASI
PROGRAM
DAN
KEGIATAN
Pendekatan restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pada
u ip d
d .
.
a prins asar, yaitu:
Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet Perencanaan
Kebijakan/Policy Planning
Terdapat keterkaitan yang jelas antara program dan kegiatan dengan upaya pencapaian Sasaran Pembangunan Nasional sesuai
d / t
dengan platform Agen a Kabinet Pemerin ah.
Penyusunannya akan dilakukan melalui Proses Teknokratis dipersiapkan oleh jajaran birokrasi pemerintahan yang kemudian disesuaikan dengan Proses Politis menerjemahkan
visi dan misi platform Presiden terpilih .
Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi Struktur Organisasi
tur An
dan Struk ggaran
Terdapat keterkaitan yang jelas antara Tupoksi Organisasi Struktur Organisasi dengan struktur program dan kegiatan Struktur Anggaran .
Kedua prinsip ini ditujukan untuk meningkatkan keterkaitan antara pendanaan dengan akuntabilitas kinerja, baik di Tingkat Kabinet/Pemerintah Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet maupun di Tingkat K/L Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi .
Rincian prinsip restrukturisasi program dan kegiatan dapat dilihat pada penjabaran Arsitektur Program berikut ini.
B a b ) ) P e n d e k a t a n R e s t r u k t u r i s a s i P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
2.2
ARSITEKTUR
PROGRAM
2.2.1 Struktur Arsitektur Program
rs dari empat struktur utama, yaitu:
A . . .
itektur program dibangun K/L, Struktur Organisasi Struktur Anggaran,
an Policy Planning , dan
Struktur Perencanaan Kebijak . Struktur Manajemen Kinerja
Bagan Arsitektur Program dapat dilihat pada Diagram ))‐
Diagram II1 Bagan Arsitektur Program
* Diagram Arsitektur Program di atas ditujukan bagi Departemen, untuk Lembaga Tinggi Negara, Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator serta LPND dan Lembaga Non
Struktural akan diuraikan lebih lanjut pada Bab III sub Bab 3.1.2. Definisi dan Jenis Program, pada pedoman ini.
2.2.2 Struktur Organisasi
Organisasi pemerintahan terdiri dari empat karakteristik K/L, yaitu: i Lembaga Tinggi Negara; ii Departemen; iii Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator; dan iv Lembaga Pemerintahan Non Departemen LPND dan Lembaga Non‐ Struktural.
Secara struktural masing‐masing organisasi tersebut terdiri dari pejabat Eselon , , , dan . Berkaitan dengan pelaksanaan restrukturisasi program dan kegiatan, secara umum unit Eselon A akan bertanggung jawab pada pelaksanaan program dan unit Eselon
akan bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan.
2.2.3 Struktur Anggaran
Berdasarkan UU Nomor tahun tentang Keuangan Negara, struktur anggaran belanja negara dirinci menurut: i Fungsi Sub‐ fungsi ; ii Organisasi; iii Program; iv Kegiatan; dan v Jenis Belanja. Selain itu, dalam undang‐undang tersebut juga diamanatkan adanya transparansi dan akuntabilitas keuangan negara yang diwujudkan melalui penjabaran prestasi kerja dari setiap K/L. Laporan Realisasi Anggaran masing‐masing K/L selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja K/L.
)mplikasi dari pelaksanaan UU Nomor tahun dalam
restrukturisasi program dan kegiatan adalah perlunya disyaratkan pengelolaan dan pelaksanaan anggaran yang berbasis kinerja.
Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, seluruh program dan kegiatan dilengkapi dengan indikator kinerja beserta anggarannya, untuk digunakan sebagai alat ukur pencapaian tujuan pembangunan yang efektif dan efisien secara teknis operasional serta dalam pengalokasian sumber dayanya.
B a b ) ) P e n d e k a t a n R e s t r u k t u r i s a s i P r o g r a m d a n K e g i a t a n | 9 2.2.4 Struktur Perencanaan Kebijakan (Policy Planning)
Struktur Perencanaan Kebijakan policy planning terdiri dari; i
Prioritas merupakan arah kebijakan untuk memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan.
Sasaran pembangunan tersebut merupakan penjabaran dari visi dan misi platform Presiden terpilih.
Fokus prioritas merupakan bagian dari prioritas untuk mencapai sasaran strategis yang dapat bersifat lintas K/L.
Kegiatan prioritas merupakan kegiatan pokok kegiatan yang mutlak harus ada untuk mendapatkan keluaran output dalam rangka
mencapai hasil outcome dari fokus prioritas.
Pendekatan Perencanaan Kebijakan merupakan alat dalam menerjemahkan visi dan misi platform Presiden terpilih. Dalam
restrukturisasi program dan kegiatan, perencanaan kebijakan tingkat Kabinet akan diterjemahkan dalam bentuk prioritas, fokus prioritas dan kegiatan prioritas yang kemudian dilaksanakan oleh masing‐masing K/L.
Jika dikaitkan dengan Struktur Manajemen Kinerja, maka prioritas akan terkait dengan pencapaian sasaran pokok impact , fokus
prioritas terkait dengan pencapaian outcome dan kegiatan prioritas
terkait dengan pencapaian output.
Pada tingkat K/L, prioritas dan fokus prioritas diterjemahkan melalui program dan kegiatan. Program dalam struktur policy planning berfungsi untuk memberikan rumah bagi kegiatan prioritas
pada tingkat K/L, dalam artian setiap kegiatan prioritas selain akan mendukung pencapaian prioritas dan fokus prioritas tertentu juga sekaligus akan mendukung pencapaian sasaran program dalam K/L.
Pencapaian fokus prioritas dilaksanakan melalui kegiatan‐kegiatan prioritas, dengan masing‐masing kegiatan prioritas tersebut dapat berada dalam beberapa program‐program yang berbeda di tingkat K/L. Dengan demikian, keberadaan fokus prioritas sekaligus
B a b ) ) P e n d e k a t a n R e s t r u k t u r i s a s i P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
berperan sebagai instrumen koordinasi antara K/L.
2.2.5 Struktur Manajemen Kinerja
Kinerja dalam Arsitektur Program merupakan struktur yang menghubungkan antara sumberdaya dengan hasil atau sasaran perencanaan, serta merupakan instrumen untuk merancang,
garan. memonitor dan melaporkan pelaksanaan ang
Kerangka penyusunan kinerja dimulai dari “apa yang ingin diubah” (impact) yang kemudian membutuhkan rumusan “apa yang akan dicapai” (outcome) guna mewujudkan perubahan yang diinginkan.
Selanjutnya, untuk mencapai outcome diperlukan rumusan
mengenai “apa yang dihasilkan” (output), dan untuk menghasilkan output tersebut diperlukan “apa yang akan digunakan”.
Secara konseptual, bagan informasi kinerja dapat dilihat pada Diagram ))‐ .
Diagram II2 Bagan Informasi Kinerja
Hasil pembangunan yang diperoleh dari
pencapaian outcome Apa yang ingin diubah DAMPAK
(IMPACT)
Manfaat yang diperoleh dalam jangka menengah untuk beneficieries tertentu
sebagai hasil dari output
Apa yang ingin dicapai HASIL
(OUTCOME)
Produk/barang/jasa akhir yang dihasilkan Apa yang dihasilkan (barang) atau dilayani (jasa) KELUARAN
(OUTPUT)
Proses/kegiatan menggunakan input
menghasilkan output yang diinginkan Apa yang dikerjakan KEGIATAN
Sumberdaya yang memberikan kontribusi dalam menghasilkan output
Apa yang digunakan dalam
INPUT bekerja
Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, pendekatan manajemen kinerja yang akan diterapkan terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu: i Kinerja pada tingkat Kabinet dan ii Kinerja pada tingkat K/L. Terkait dengan struktur informasi kinerja, tingkat kinerja yang akan disusun terdiri dari impact, outcome, dan output.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Struktur Manajemen Kinerja akan terdiri atas:
A. Akuntabilitas pada tingkat perencanaan kebijakan tingkat
Kabinet/Pemerintah , memuat informasi kinerja yaitu: i Impact
sasaran pokok ; ii Outcome kinerja fokus prioritas , dan iii Output kinerja kegiatan prioritas .
Sasaran pokok (impact) merupakan kinerja dari prioritas, outcome fokus prioritas merupakan kinerja dari fokus prioritas
dan output kegiatan prioritas merupakan kinerja dari kegiatan
prioritas.
Outcome fokus prioritas merupakan kinerja hasil yang harus
dicapai oleh satu atau beberapa K/L yang terkait dengan pencapaian kinerja prioritas.
B. Akuntabilitas pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga K/L ,
memuat informasi kinerja yaitu: i Impact misi/sasaran K/L ;
ii Outcome kinerja program ; dan iii Output kinerja
kegiatan .
Misi/sasaran K/L impact merupakan kinerja yang ingin dicapai
K/L, outcome program merupakan kinerja program yang secara
akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon A, dan output kegiatan merupakan kinerja kegiatan yang
secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon .
Pencapaian misi/sasaran K/L impact dipengaruhi oleh
pencapaian kinerja program‐program outcome yang ada di
dalam K/L, dan pencapaian kinerja program outcome
dipengaruhi oleh pencapaian dari kinerja kegiatan‐kegiatannya
output .
2.3
INDIKATOR
KINERJA
)ndikator merupakan alat untuk mengukur pencapaian kinerja
impact, outcome, dan output baik di tingkat Kabinet/Pemerintah
ataupun di tingkat K/L. Pengukuran kinerja memerlukan penetapan
indikator‐indikator yang sesuai dan terkait dengan informasi kinerja
impact, outcome, dan output .
2.3.1 Kriteria Penyusunan Indikator Kinerja
Penyusunan indikator kinerja, perlu untuk mempertimbangkan
iteria seba
kr .
.
.
gai berikut:
Relevant: indikator terkait secara logis dan langsung dengan
tugas institusi, serta realisasi tujuan dan sasaran strategis institusi;
Welldefined: definisi indikator jelas dan tidak bermakna ganda
sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan;
Measurable : indikator yang digunakan diukur dengan skala
penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas atau harga.
)ndikator Kuantitas diukur denga a an angk an unit n s tu a d
Contoh )ndikator Kuantitas : Jumlah penumpang internasional yang masuk melalui pelabuhan udara dan pelabuhan laut.
)ndikator Kualitas menggambarkan kondisi atau keadaan
tertentu yang ingin dicapai melalui penambahan informasi tentang skala/tingkat pelayanan yang dihasilkan
Contoh )ndikator Kualitas : Proporsi kedatangan penumpang internasional yang diproses melalui imigrasi dalam waktu menit.
)ndikator (arga mencerminkan kelayakan biaya yang
diperlukan untuk mencapai sasaran kinerja.
Contoh )ndikator (arga: Biaya pemrosesan imigrasi per penump na g.
Appropriate: indikator yang dipilih harus sesuai dengan upaya
peningkatan pelaya .
.
nan/kinerja
Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti
perubahan tingkatan kinerja;
.
.
Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang
digunakan un ut k menghasilkan indikator;
Costeffective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya
pengumpulan data.
Selanjutnya, definisi masing‐masing indikator kinerja berdasarkan Struktur Manajemen Kinerja pada Arsitektur Program dijabarkan
b t:
se agai beriku
A. )ndikator Kinerja pada tingkat Kabinet/Pemerintah
Perencanaan Kebijakan
)ndikator impact/)ndikator kinerja prioritas
impact pada tingkat Perencanaan Kebijakan merupakan
kinerja dari prioritas. Pencapaian kinerjannya diukur k
menggunakan indi ator impact/indikator kinerja prioritas.
Contoh: Prioritas Peningkatan Efektifitas Penanggulangan Kemiskinan, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya taraf kesejahteraan penduduk dengan indikator kinerja
sional prioritas antara lain prosentase angka kemiskinan na .
)ndikator outcome/)ndikator kinerja fokus prioritas
Outcome pada tingkat Perencanaan Kebijakan merupakan
kinerja dari fokus prioritas. Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator outcome/indikator kinerja fokus
. prioritas Contoh:
• Fokus Prioritas Perlindungan Sosial, kinerja yang
diharapkan adalah meningkatnya kualitas perlindungan sosial dengan indikator kinerja fokus prioritas antara lain prosentase penduduk miskin mendapatkan pelayanan dasar,
• Fokus Prioritas Pemberdayaan Masyarakat, kinerja yang
diharapkan adalah meningkatnya kemandirian
masyarakat miskin dengan indikator kinerja fokus prioritas antara lain prosentase penduduk miskin yang
mampu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan, dan
• Fokus Prioritas Pembinaan dan Pemberdayaan Usaha
Kecil, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya produktivitas dan kemampuan daya saing usaha kecil dengan indikator kinerja fokus prioritas antara lain
tase u produk
prosen saha kecil memiliki akses pemasaran .
)ndikator output/)ndikator kinerja kegiatan prioritas
Output pada tingkat Perencanaan Kebijakan merupakan
kinerja dari kegiatan prioritas. Pencapaian kinerjanya diukur mengunakan indikator output/indikator kinerja kegiatan
prioritas.
Contoh: Fokus Prioritas Perlindungan Sosial diwujudkan melalui:
• Kegiatan prioritas Jamkesmas, kinerja yang diharapkan
dari kegiatan prioritas ini adalah meningkatnya cakupan layanan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan indikator kinerja kegiatan prioritas antara lain prosentase penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, dan
• Kegiatan prioritas raskin, kinerja yang diharapkan dari
kegiatan prioritas ini adalah meningkatnya cakupan layanan bahan pangan yang layak bagi penduduk miskin dengan indikator kinerja kegiatan prioritas antara lain prosentase penduduk miskin memperoleh akses bahan makanan pokok,
• Dsb.
B. )ndikator Kinerja pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga K/
B a b ) ) P e n d e k a t a n R e s t r u k t u r i s a s i P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
L
)ndikat ro impact/)ndikator kinerja K/L misi/sasaran K/L
Impact pada tingkat K/L merupakan kinerja dari
misi/sasaran K/L. Pencapaian kinerjanya diukur
Contoh: Misi K/L adalah Peningkatan Taraf Kesehatan Masyarakat, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya taraf kesehatan penduduk dengan indikator kinerja K/L
antara lainangka harapan hidup, dsb.
)ndikator outcome/)ndikator kinerja program
Outcome pada tingkat K/L merupakan kinerja dari program.
Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator
outcome/indikator kinerja program.
Contoh: Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan indikator kinerja program antara lain
prosentase pemerataan pemenuhan layanan kesehatan, prosentase layanan kesehatan memenuhi standar pelayanan minimum bidang kesehatan.
)ndikator output/)ndikator kinerja kegiatan
Output pada tingkat K/L merupakan kinerja dari kegiatan.
Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator
output/indikator kinerja kegiatan.
Contoh: Kegiatan Jamkesmas, kinerja yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya cakupan layanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, dengan indikator kinerja kegiatan antara lain prosentase penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
2.3.2 Target Indikator Kinerja
Target kinerja disusun setelah indikator kinerja ditetapkan. Target kinerja menunjukkan sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh K/L, program, dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan.
Dalam menetapkan target kinerja perlu diperhatikan standar kinerja yang dapat diterima benchmarking . Salah satu cara menentukan
standar kinerja adalah dengan mengacu kepada tingkat kinerja institusi/negara lain yang sejenis sebagai perwujudan best practices.
Standar kinerja dan target kinerja dinyatakan dengan jelas pada awal siklus perencanaan dapat dilakukan pada tahap perencanaan strategis atau awal tahun anggaran . (al ini untuk menjamin aspek akuntabilitas pencapaian kinerja.
Kriteria dalam menentukan target kinerja menggunakan pendekatan
MART”, y ia tu:
Specific: sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan
jelas;
“S
.
.
.
.
.
da .
.
.
.
Measurable: target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur
baik bagi indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya;
Achievable: target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas
dan sum eb r daya yang ada;
Relevant: mencerminkan keterkaitan relevansi antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan;
serta antara target outcome dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan
Time Bond: waktu/periode pencapaian kinerja ditetapkan.
2.3.3 Informasi Indikator Kinerja
Masing‐masing indikator kinerja, selanjutnya harus dilengkapi dengan informasi indikator kinerja. )nformasi indikator kinerja
lam kerangka pengukuran kinerja terdiri atas:
Nama indikator: mengidentifikasi nama dan kategori indikator indikator outcome, output atau mainstreaming ;
Tujuan/kepentingan: menjelaskan apa yang ingin dicerminkan
u n
dari seb ah indikator da mengapa itu penting;
Metode penghitungan: menggambarkan cara penghitungan indikator jika indikator yang digunakan merupakan hasil perhitungan dari data/informasi yang dikumpulkan ;
Tipe penghitungan: mengidentifikasi sifat indikator kinerja bersifat kumulatif atau non‐kumulatif ;
.
.
.
.
9.
.
.
.
.
)ndikator baru: mengidentifikasi indikator baru atau indikator lama yang berubah sasaran kinerjanya dibanding tahun sebelumnya;
Kinerja yang diharapkan: mengidentifikasikan tingkat dan arah kinerja yang diharapkan;
Standar indikator: mengidentifikasi standar kinerja yang dapat
r
diterima benchma k ;
Penanggungjawab indikator: mengidentifikasi unit organisasi penanggungjawab dalam pendefinisian, analisis data, interpretasi dan pelaporan indikator;
Pengelola data indikator: mengidentifikasi unit organisasi penanggungjawab dalam memastikan data indikator telah terkumpul dan tersedia sesuai jadwal;
Waktu pelaksanaan pengumpulan data indikator: tanggal yang ditetapkan untuk memulai pengumpulan data indikator;
Jadwal pelaporan: mengidentifikasi jadwal pelaporan indikator apakah dilaporkan pertigabulan, persemester atau pertahun ; Sumber pengumpulan data: menggambarkan darimana data/informasi didapat dan bagaimana pengumpulannya; dan (ambatan pengumpulan data: mengidentifikasi hambatan pengumpulan data/informasi terkait pengukuran kinerja.
BAB III
PENYUSUNAN PROGRAM DAN
KEGIATAN
Program dan kegiatan yang disusun harus dapat menunjukkan akuntabilitas kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit organisasi K/L bersangkutan, disamping itu perlu disadari juga bahwa program dan kegiatan yang disusun merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan perencanaan kebijakan policy planning
pada tingkat Kabinet/Pemerintah.
Berdasarkan hal ini, kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan harus didasarkan dalam rangka pencapaian kinerja dampak impact dari tingkat perencanaan yang lebih tinggi, yaitu
pencapaian prioritas pada tingkat Kabinet/Pemerintah dan/atau dalam rangka pencapaian visi, misi dan sasaran strategis K/L pada tingkat K/L.
Kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan diturunkan berdasarkan Logic Model Theory lihat penjelasan pada sub Bab 2.3 .
Pengembangan kerangka pikir akan menjadi arah dalam penyusunan program dan kegiatan pada masing‐masing K/L.
Secara garis besar, penyusunan program dan kegiatan dalam rangka
penyusunan RPJMN ‐ dilakukan melalui tiga tahapan
sebagai berikut:
. Tahap Penyusunan Program; . Tahap Penyusunan Kegiatan; dan
. Tahap Rekapitulasi Program dan Kegiatan.
Tahapan serta alur pikir penyusunan program dan kegiatan dapat dilihat pada bagan ))). dan ))). berikut ini.
Dalam proses penyusunan program dan kegiatan, proses yang haru
penyusunan kinerja merupakan critical point s
diperhatikan dan dilakukan dengan cermat.
Pendekatan penyusunan kinerja menggunakan Logic Model
dimulai dari tingkat impact diturunkan pada tingkat outcomes
dan kemudian pada tingkat outputs akan memudahkan dalam
perencanaan dan pengelolaan informasi.
Diagram III1 Bagan Tahapan Penyusunan Program dan Kegiatan
Diagram III2 Bagan Alir Penyusunan Program dan Kegiatan
3.1
PENYUSUNAN
PROGRAM
3.1.1 Pertimbangan Penyusunan Program
Pertimbangan penyusunan program terdiri atas:
. Program harus disusun dalam kerangka strategis nasional
Dalam penyusunan program harus sudah memperhitungkan bahwa program yang akan digunakan merupakan salah satu elemen dalam pencapaian rencana pembangunan nasional. Program yang akan digunakan harus dapat menggambarkan kontribusi dari pelaksanaan pemerintahan dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional.
Setiap K/L dalam menyusun program harus dapat menunjukkan kontribusi program‐program yang akan digunakan dalam pencapaian kerangka strategis nasional.
. Program harus jelas pen nggun jawa nya. a g b
Setiap program harus secara jelas dapat menunjukan hasil
outcome yang akan dicapai dan unit organisasi yang
bertanggung jawab atas pencapaian kinerjanya.
Berdasarkan prinsip akuntabilitas organisasi, satu program hanya dimiliki oleh satu penanggung jawab yaitu unit Eselon A di bawah K/L.
Dalam penyusunan program setiap unit organisasi didalam K/L harus dilibatkan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab atas
B a b ) ) ) P e n y u s u n a n P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
pencapaian kinerja program.
. Program harus dapat dijabarkan ke dalam kegiatan
. Program harus didefinisikan sebagai cara untuk mendukung prioritas
Adanya keinginan untuk mengkaitkan program dengan prioritas kebijakan secara luas menunjukan pentingnya kejelasan hubungan antara sumber daya yang digunakan program dengan hasil kebijakan yang telah ditentukan.
Dalam menyusun program harus mempertimbangkan pilihan‐ pilihan dalam pelaksanaannya apakah secara teknis dapat dilakukan atau tidak. Dalam diskusi penentuan prioritas kebijakan akan lebih baik apabila program dalam penyusunannya sudah menetapkan tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai.
. Program harus terintegrasi dalam manajemen anggaran yang berbasis kinerja secara luas.
Pertanggungjawaban untuk melaksanakan setiap program harus sejalan dengan pemberian anggaran, yaitu dengan menunjukkan kejelasan hubungan antara anggaran dengan kinerja yang dihasilkan oleh program tersebut.
. Program harus memasukkan seluruh sumber pendanaan
Untuk pembiayaan secara penuh terhadap sebuah program mensyaratkan bahwa seluruh sumber pendanaan baik yang bersifat belanja rutin, belanja pembangunan maupun pos pembiayaan harus diperhitungkan menjadi satu kesatuan. (al ini ditujukan untuk memudahkan dalam melakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan program terhadap alokasi yang dibutuhkannya.
3.1.2 Definisi dan Jenis Program
3.1.2.1 Definisi rogram P
Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakan oleh K/L untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh K/L.
Selanjutnya, program ditetapkan menjadi dua jenis, yaitu:
A. Program Teknis, merupakan program‐program yang
menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat pelayanan eksternal .
Contoh: Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan
B. Program Generik, merupakan program‐program yang digunakan oleh beberapa unit Eselon A yang memiliki karakteristik sejenis untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi pemerintahan pelayanan internal .
Contoh: Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Departemen Pekerjaan Umum
3.1.2.2 Program Teknis
Program Teknis yang akan disusun harus mempertimbangkan hal‐ hal sebagai berikut:
. Program Teknis disusun berdasarkan kelompok karakteristik K/L, sebagai berikut:
a. Kelompok Lembaga Ti ggi Negara n
Program‐Program Teknis dilaksanakan oleh organisasi
Lembaga Tinggi Negara.
Program‐Program Teknis disesuaikan dengan lingkup
kewenangan berdasarkan peraturan perundang‐ undangan yang terkait dengan fungsi Lembaga Tinggi Negara. Dengan demikian, jumlah Program Teknis
ditentukan sesuai lingkup kewenangan dari Lembaga Tinggi Negara tersebut.
Diagram III3 Bagan Arsitektur Program Bagi Lembaga Tinggi Negara
b. Kelompok Departemen
satu unit Eselon A yang bersifat pelayanan eksternal
akan menggunakan satu Program Teknis;
satu unit Eselon A bersifat pelayanan eksternal
dimungkinkan untuk dapat melaksanakan lebih dari satu Program Teknis dengan menunjukkan justifikasi dan/atau pertimbangan kuat yang mendasarinya, yaitu antara lain berkenaan dengan aspek: i Kompleksitas pelaksanaan kegiatan‐kegiatannya, dan ii Besaran anggaran yang dikelola oleh unit organisasi yang bersangkutan.
Diagram III4 Bagan Arsitektur Program Bagi Departemen
c. Kelompok Kementerian Negara dan Kementerian
Koordinator
Disarankan untuk satu Program Teknis digunakan
oleh seluruh unit Eselon A di dalam Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator dengan catatan indikator kinerja masing‐masing unit Eselon A muncul dalam
n indikator kinerja program; da
Apabila dikehendaki untuk dapat melaksanakan lebih
dari satu Program Teknis, perlu ditunjukkan
justifikasi dan/atau pertimbangan kuat yang
mendasarinya, yaitu antara lain berkenaan dengan aspek: i Kompleksitas pelaksanaan kegiatan‐kegiatannya, dan ii Besaran anggaran yang dikelola oleh unit organisasi yang bersangkutan.
Diagram III5 Bagan Arsitektur Program Bagi Kementerian Negera dan
Kementerian Koordinator
d. Kelompok Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND
dan Lembaga Non‐Struktural.
LPND dan Lembaga Non‐Struktural menggunakan
satu Program Teknis untuk Lembaganya.
Diagram III6 Bagan Arsitektur Program Bagi LPND dan Lembaga NonStruktural
. Program Teknis harus dapat mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon A;
. Nomenklatur Program Teknis bersifat unique/khusus tidak
duplikatif untuk masing‐masing unit organisasi pelaksananya;
. Program Teknis harus dapat dievaluasi pencapaian kinerjanya berdasarkan periode waktu tertentu; dan
. Program Teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan setelah melalui tahapan evaluasi.
3.1.2.3 Program Generik
Program Generik untuk unit organisasi pelayanan internal ditetapkan sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel III1. ProgramProgram Generik Unit Organisasi Bersifat Pelayanan Internal
B a b ) ) ) P e n y u s u n a n P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
Instansi Variasi Program
Tahun 2008
Usulan Program
Tahun 20102014
Sekretariat
Jenderal . Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik . Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur . Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan . Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik . Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
ditambahkan nama K/L bersangkutan)
Menampung kegiatan yang berada dalam Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik, Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan dan Program Peningkatan Pelayanan Publik . Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur ditambahkan nama K/L bersangkutan)
Menampung kegiatan bersifat fisik berupa pembangunan/rehabilitasi/ peningkatan sarana dan prasarana pelayanan internal sesuai dengan tupoksi kesektretariatan jenderal )nspektorat
jenderal Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur ditambahkan nama K/L bersangkutan)
Menampung kegiatan‐kegiatan berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas aparatur secara internal Badan sejenis Badan Litbang dalam K/L . Program Penelitian dan Pengembangan )PTEK . Program Peningkatan Kapasitas )ptek Sistem Produksi . Program Penguatan Kelembagaan )PTEK . Program Difusi dan Pemanfaatan )PTEK Program Penelitan dan Pengembangan
ditambahkan nama K/L bersangkutan)
Menampung kegiatan penelitian dan pengembangan Badan sejenis Badan Diklat SDM dalam K/L .Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur . Program Pendidikan Kedinasan Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur ditambahkan nama K/L bersangkutan)
Menampung kegiatan‐kegiatan
Program Generik yang akan disusun harus mempertimbangkan hal‐ hal sebagai berikut:
. Masing‐masing Program Generik dilaksanakan oleh satu unit organisasi K/L setingkat unit Eselon A yang bersifat memberikan pelayanan internal;
. Nomenklatur Program Generik dijadikan unique dengan
ditambahkan nama K/L dan/atau dengan membedakan kode program; dan
. Program Generik ditujukan untuk menunjang pelaksanaan Program Teknis.
3.1.3 LangkahLangkah Penyusunan Program
ah, yaitu: Penyusunan program ini terdiri atas empat langk
. )dentifikasi visi, misi, dan sasaran strategis K/L; . )dentifikasi kinerja K/L dan indikator kinerja K/L;
r kinerja program (outcome); dan
. Penyusunan indikato . Penamaan program.
Diagram III7 Langkah Penyusunan Program
3.1.3.1 Identifikasi Visi, Misi, dan Sasaran Strategis K/L
)dentifikasi visi, misi dan sasaran strategis K/L merupakan langkah awal dalam melakukan pengukuran kinerja pemerintah.
)dentifikasi visi, misi dan sasaran strategis K/L bertujuan untuk menentukan kinerja dan/atau bentuk pelayanan apa yang akan dicapai oleh K/L.
Dalam rangka restrukturisasi program dan kegiatan, informasi mengenai visi, misi dan sasaran strategis K/L dapat mengacu kepada
Dokumen Renstra K/L ‐ 9 atau dokumen perencanaan
jangka menengah lainnya yang sesuai.
3.1.3.2 Identifikasi Kinerja K/L dan Indikator Kinerja K/L
A. )dentifikasi Kinerja K/L
Kinerja K/L merupakan rumusan pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis K/L. Rumusan kinerja K/L diperoleh dari proses identifikasi visi, misi dan sasaran strategis K/L.
(asil identifikasi kinerja K/L, selanjutnya diisikan ke dalam Form
Formulir Penyusunan Program dan Kegiatan) pada kolom Kinerja
K/L. Perlu diperhatikan bahwa kinerja K/L yang dicantumkan dalam Form adalah kinerja K/L yang pencapaiannya sesuai dengan
Tupoksi unit Eselon A bersangkutan.
B. )dentifikasi )ndikator Kinerja K/L
)ndikator kinerja K/L di dalam struktur manajemen kinerja
merupakan indikator dampak impact yang terkait dengan
pencapaian kinerja K/L.
)ndikator kinerja K/L harus dapat mendorong tercapainya kinerja K/L visi, misi dan sasaran strategis K/L .
(asil identifikasi indikator kinerja K/L, selanjutnya diisikan ke dalam Form Formulir Penyusunan Program dan Kegiatan) pada
kolom indikator kinerja K/L. Perlu diperhatikan bahwa indikator kinerja K/L yang dicantumkan dalam Form adalah indikator kinerja yang pencapaiannya sesuai dengan Tupoksi unit Eselon A bersangkutan.
3.1.3.3 Penyusunan Indikator Kinerja Program (Outcome)
A. Outcome Program
Outcome merupakan manfaat yang diperoleh dalam jangka
menengah untuk beneficiaries tertentu yang mencerminkan
berfungs ni ya kel aran dari kegiatan‐kegiatan dalam satu program. u
Outcome dalam Struktur Manajemen Kinerja merupakan sasaran
kinerja program yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit ingkat u
organisasi K/L set nit Eselon A.
Kriteria rumusan outcome program adalah sebagai berikut:
. Mencerminkan sasaran kinerja unit Eselon A sesuai dengan visi, misi dan tupoksinya;
. Outcome Program harus dapat mendukung pencapaian kinerja
K/L visi, misi dan asaran strategis K/L ; d n s a
. Outcome Program harus dapat dievaluasi berdasarkan periode
waktu tertentu.
B. )ndikator Kinerja Program
)ndikator kinerja program merupakan ukuran pencapaian /kinerja program.
outcome
Kriteria penyusunan indikator outcome/indikator kinerja program
adalah sebagai berikut:
. )ndikator kinerja program harus memenuhi Kriteria Penyusunan )ndikator Kinerja lihat sub Bab 2.2.3 ; dan
. )ndikator‐indikator kinerja program harus dapat mendorong tercapainya outcome program yang telah ditetapkan.
B a b ) ) ) P e n y u s u n a n P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
Metode pemilihan indikator kinerja program dapat dibagi
r engumpulan data, yaitu:
be dasarkan sumber ketersediaan dan p . Kelompok data/informasi tersedia
)ndikator kinerja program dapat disusun dengan menggunakan indikator yang sudah tersedia seperti contoh; i )PM )ndeks Pembangunan Manusia , ii APK Angka Partisipasi Kasar , iii APM Angka Partisipasi Murni dan iv )(SG )ndeks (arga Saham Gabungan dimana data pengukuran pencapaian kinerjanya telah tersedia/dilakukan pengumpulan dan penghitungannnya oleh instansi lain sehingga K/L bersangkutan dapat data ini secara langsung.
Penggunaan indikator kinerja program model ini memberikan keuntungan antara lain dalam pertimbangan biaya pada proses pengumpulan dan penghitungan data pencapaian kinerjanya. . Kelompok data/informasi dikumpulkan sendiri oleh K/L
bersangkutan
Data pengukuran pencapaian kinerja program dikumpulkan dan dilakukan penghitungannya secara mandiri oleh masing‐masing K/L bersangkutan.
Kelompok indikator ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a. )ndikator kinerja program berasal dari indikator kinerja
kegiatan terpenting. )ndikator kinerja program merupakan satu/lebih indikator kinerja kegiatan terpenting yang diangkat menjadi indikator kinerja program.
b. )ndikator kinerja program merupakan gabungan secara komposit dari indikator‐indikator kinerja kegiatannya. Perhitungan indeks komposit dapat diperoleh dengan
t r
B a b ) ) ) P e n y u s u n a n P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
membobo indikato ‐indikator kinerja kegiatan‐nya.
c. )ndikator kinerja program merupakan indikator survei penilaian pencapaian kinerja program. Berkaitan dengan metode ini, perlu diperhatikan bahwa indikator‐indikator kinerja kegiatan yang dipilih harus dapat menghasilkan
output kegiatan yang mendorong tercapainya outcome
kegiatan tidak terkait secara langsung dengan indikator kinerja program.
(asil penyusunan indikator kinerja program selanjutnya diisikan ke dalam Form Formulir Penyusunan Program dan Kegiatan) pada
kolom indikator kinerja program (outcome).
)ndikator kinerja program harus dilengkapi dengan detail informasi kinerja. Lembar )sian )nformasi Kinerja Program dapat dilihat pada
Form A.
3.1.3.4 Penamaan Program.
Penamaan program harus mempertimbangkan hal‐hal sebagai Dalam upaya penyusunan indikator kinerja program, perlu mempertimbangkan dan/atau menelaah Tupoksi unit Eselon A pelaksananya dan/atau dapat juga berfokus antara lain pada; i . Efisiensi, ii . Efektivitas, iii . (asil, iv . Pelanggan,
v . Karyawan, dan vi . Gabungan diantaranya.
berikut:
. Nama program teknis harus dapat mencerminkan pelaksanaan dari Tupoksi unit Eselon A terkait;
. Nama program teknis harus bersifat unique/khusus tidak
duplikatif untuk masing‐masing organisasi pelaksananya; dan
. Nama program generik agar tidak bersifat duplikatif dilakukan dengan menambahkan nama K/L pada lima kategori program generik yang telah ditetapkan sebelumnya lihat tabel III.1 .
Contoh: Nama program untuk Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan akan menjadi Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Departemen Kesehatan.
3.2
PENYUSUNAN
KEGIATAN
3.2.1 Definisi dan Jenis Kegiatan
Kegiatan didefinisikan sebagai bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat unit Eselon yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil sumberdaya manusia , barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, dan/atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan input
untuk menghasilkan keluaran output dalam bentuk barang/jasa.
Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, setiap unit Eselon memiliki akuntabilitas kinerja untuk satu kegiatan.
r a, Kegiatan tersebut dapat berupa:
Be dasarkan jenisny
A. Kegiatan Teknis
Kegiatan teknis dapat berupa:
a. Kegiatan prioritas nasional, yaitu kegiatan‐kegiatan dengan
output spesifik dalam rangka pencapaian sasaran nasional.
Kegiatan prioritas nasional harus memenuhi kriteria‐kriteria sebagai berik t, antara la : u in
Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap
pencapaian sasaran pembangunan nasional;
Merupakan kegiatan yang mendesak dan penting untuk
segera dilaksanakan;
Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk
melaksanakannya;
Memiliki ukuran kinerja yang spesifik, tegas dan terukur
sehingga dapat secara langsung dipantau manfaatnya terhadap masyarakat; dan
Realistis untuk dilaksanakan dan dapat diselesaikan
B a b ) ) ) P e n y u s u n a n P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
untuk melaksanakannya, tentunya dengan juga memperhatikan kontribusi output kegiatan prioritas nasional
e
ini terhadap outcom program pada tingkat unit Eselon A.
b. Kegiatan prioritas K/L, yaitu kegiatan‐kegiatan dengan m
output spesifik dala rangka pencapaian kinerja K/L.
Kegiatan prioritas K/L memiliki target kinerja yang lebih besar daripada kegiatan teknis non‐prioritas.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan prioritas K/L dapat berubah menjadi kegiatan teknis non‐prioritas sesuai dengan adanya perubahan kebijakan pada tingkat K/L. Dengan adanya perubahan ini, target kinerja kegiatan (output) akan
ditetapkan pada tingkat baseline‐nya.
c. Kegiatan teknis non‐prioritas, merupakan kegiatan‐kegiatan dengan output spesifik dan mencerminkan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan Tupoksi Satuan Kerja Satker namun bukan termasuk dalam kategori prioritas.
Target kinerja kegiatan (output) teknis non‐prioritas
ditetapkan pada baseline‐nya, atau pada target kinerja dasar/minimal yang dapat dihasilkan.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan teknis non‐prioritas dapat berubah menjadi kegiatan prioritas K/L sesuai dengan adanya perubahan kebijakan pada tingkat K/L. Dengan adanya perubahan ini, target kinerja output kegiatan akan
ditambah disesuaikan dengan kebijakan yang mendasari
perubahan ini. B. Kegiatan Generik
Merupakan kegiatan yang digunakan oleh beberapa unit unit Eselon yang memiliki karakteristik sejenis. Sebagai contoh adalah kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
3.2.1.1 Kegiatan Teknis (Kegiatan Prioritas Nasional, Kegiatan Prioritas K/L dan Kegiatan Teknis NonPrioritas)
Kegiatan teknis yang akan disusun harus mempertimbangkan hal‐
Dalam rangka Perencanaan Kebijakan yang terdiri dari prioritas, fokus prioritas, dan kegiatan prioritas , dapat terjadi bahwa kegiatan teknis tidak dapat dicerminkan secara langsung pada kegiatan unit Eselon yang berdasarkan Tupoksi sesuai Pendekatan Akuntabilitas Kinerja. Untuk kasus seperti ini, unit Eselon yang bersangkutan dapat menggunakan lebih dari satu kegiatan.
mekanisme Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;
Kegiatan Teknis yang disusun haru hal sebagai berikut:
. satu unit organisasi K/L setingkat Eselon yang bersifat memberikan pelayanan eksternal akan menggunakan satu kegiatan teknis termasuk kegiatan yang dilaksanakan melalui
. s dapat mencerminkan tugas
dan fungsi unit Eselon terkait;
. Nomenklatur kegiatan teknis bersifat unique/khusus tidak
duplikatif untuk masing‐masing unit Eselon pelaksananya;
. Kegiatan teknis harus dapat dievaluasi pencapaian kinerjanya a
berdasark n periode waktu tertentu; dan
. Kegiatan teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan setelah melalui tahapan evaluasi.
3.2.1.2 Kegiatan Generik
Kegiatan generik yang akan disusun harus mempertimbangkan hal‐ hal sebagai berikut:
. Kegiatan generik dilaksanakan oleh satu unit organisasi K/L setingkat unit Eselon yang bersifat memberikan pelayanan
B a b ) ) ) P e n y u s u n a n P r o g r a m d a n K e g i a t a n |
internal; dan
. Nomenklatur kegiatan generik dijadikan unique dengan
menambahkan nama unit Eselon dan/atau dengan
3.2.2 LangkahLangkah Penyusunan Kegiatan
Tahap kedua ini terdiri atas dua langkah utama yaitu; i Penyusunan indikator kinerja kegiatan (output) serta ii Penamaan
Kegiatan.
Rumusan
ditetapkan sebagai berikut: kegiatan bagi unit organisasi vertikal K/L di daerah akan • Unit vertikal K/L didaerah untuk melaksanakan enam kewenangan pusat akan memiliki rumusan kegiatan tersendiri, yaitu:
Unit vertikal berada dibawah unit Eselon A teknis pelayanan eksternal dan bersifat pelayanan langsung akan memiliki satu kegiatan teknis untuk seluruh unit organisasi vertikal sejenis. Contoh: seluruh Kantor Pelayanan Pajak akan memiliki
1 (satu) kegiatan tersendiri dibawah Dirjen Pajak.
Unit vertikal berada dibawah unit Eselon A teknis pelayanan eksternal namun bersifat memberikan pembinaan kepada unit‐unit pelayanan langsung dibawahnya dibatasi hanya sampai pada organisasi di tingkat provinsi akan memiliki satu kegiatan teknis untuk seluruh unit organisasi vertikal
: k 1
sejenis. Contoh seluruh Kanwil Pajak a an memiliki (satu)
kegiatan tersendiri dibawah Dirjen Pajak.
Unit vertikal bersifat perpanjangan pelaksanaan tupoksi organisasi K/L di daerah mis: Kanwil Agama, Kantor Kejati, dll akan memiliki satu kegiatan untuk seluruh organisasi vertikalnya dibatasi hanya sampai pada organisasi di tingkat provinsi dan ditempatkan dibawah Sekjen organisasi terkait.
Contoh: seluruh Kanwil Agama akan memiliki 1 (satu) kegiatan
tersendiri dibawah Sekjen DEPAG.
Unit vertikal yang langsung berada dibawah K/L dan bersifat memberikan playanan langsung akan memiliki satu kegiatan teknis untuk seluruh unit organisasi vertikal yang sejenis. Contoh: seluruh Kandep Agama, KUA dan Pendidikan
Keislaman (MAN, MIN, dan MTsN) masingmasing akan
memiliki 1 (satu) kegiatan tersendiri dibawah Sekjen DEPAG.
• Unit vertikal K/L didaerah untuk melaksanakan selain enam kewenangan pusat, bersifat memberikan pelayanan langsung dan berada dibawah unit Eselon A teknis pelayanan eksternal akan memiliki satu kegiatan teknis untuk seluruh organisasi vertikalnya. Contoh: seluruh UPT pengelolaan sungaisungai besar
akan memiliki 1 (satu) kegiatan teknis tersendiri di bawah Dirjen
Sumber Daya Air.
Diagram III8 Langkah Penyusunan Kegiatan
3.2.2.1 Penyusunan Indikator Kinerja Kegiatan (Output)
A. Out up t Kegiatan
Output merupakan keluaran berupa barang atau jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian outcome program dan/atau outcome fokus
prioritas.
Output merupakan kinerja kegiatan yang secara akuntabilitas
unit or .
berkaitan dengan ganisasi K/L setingkat unit Eselon Kriteria rumusan output kegiatan adalah sebagai berikut:
. Mencerminkan sasaran kinerja unit Eselon sesuai dengan tupoksinya;
Outputk e s
. egiatan harus b rsifat pesifik dan terukur;
. Output kegiatan harus dapat mendukung pencapaian outcome
program dan/atau outcome fokus prioritas dalam rangka
pelaksanaan Pere canaa Kebij kan; dan n n a
. Output kegiatan harus dapat dievaluasi berdasarkan periode
waktu tertentu.
to a
B. )ndika r Kinerj Kegiatan
)ndikator kinerja kegiatan merupakan alat ukur pencapaian
output/kinerja kegiatan.
Kriteria penyu