• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diseminasi SPMPT 2010 Kebijakan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diseminasi SPMPT 2010 Kebijakan Nasional"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Nasional

Sistem Penjaminan Mutu

Perguruan Tinggi (SPM-PT)

Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Direktorat Akademik

(2)

Perubahan Struktur Pengawasan

Pendidikan Tinggi di Indonesia

Perubahan Peraturan Perundang-undangan Pendidikan Tinggi

Perubahan Struktur

Pengawasan Pendidikan Tinggi

UU. No. 2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas

--- UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen --- UU. No. 9 Tahun 2009 Tentang BHP

PP. No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi RPP. Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Kepmendiknas No. 232/U/2000 Tentang Kurikulum

dan Penilaian Hasil Belajar Mengajar PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Kepmendiknas No. 234/U/2000 Tentang Pedoman

Pendirian Perguruan Tinggi

PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Kepmendiknas No. 045/U/2002 Tentang Kurikulum

Inti Pendidikan Tinggi PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Kepmendiknas No. 184 Tahun 2001 Tentang

Wasdalbin(EPSBED)

PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

(3)

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi

Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 Tentang

Sisdiknas (

UU Sisdiknas Lama

) 1

Pasal 52 Bab XVI UU Sisdiknas Lama:

Pemerintah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan

pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 53 UU Sidiknas Lama:

Menteri berwenang mengambil tindakan administratif terhadap

penyelenggara satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini.

Penjelasan Pasal 53 UU Sisdiknas Lama:

Tindakan administratif berwujud pemberian peringatan sebagai tindakan yang paling ringan dan perintah penutupan satuan

(4)

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi

Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 Tentang

Sisdiknas (

UU Sisdiknas Lama

) 2

Kesimpulan

Pemerintah merupakan satu-satunya pemegang tanggungjawab

pengawasan atas pendidikan, termasuk pendidikan tinggi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Struktur pengawasan pendidikan tinggi seperti ini disebut

pengawasan vertikal.

• Akibatnya peraturan pelaksanaan tentang pengawasan pendidikan tinggi yang ditetapkan pada masa UU.Sisdiknas Lama berlaku,

berkarakter pengawasan vertikal, antara lain:

- Kepmendiknas No. 234/U/2000 Tentang Pedoman

Pendirian Perguruan Tinggi;

- Kepmendiknas No. 184 Tahun 2001 Tentang Pedoman

Pengawasan-Pengendalian dan Pembinaan Program Diploma Sarjana dan Pascasarjana di Perguruan Tinggi (Wasdalbin),

(5)

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sisdiknas (UU Sisdiknas Baru) 1

Alinea keenam Penjelasan Umum UU.Sisdiknas:

Strategi pembaharuan sistem pendidikan, antara lain:

13. pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Pasal 8 UU Sisdiknas:

Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Pasal 66 Bab XIX UU Sisdiknas:

(1)  Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan

komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas

penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(2)  Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas

(6)

Selain itu, salah satu tonggak penting di dalam UU.Sisdiknas yang tidak dikenal di dalam UU.Sisdiknas Lama, adalah penetapan

otonomi perguruan tinggi, yang diatur dalam:

Pasal 24 ayat (2) UU Sisdiknas:

Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri

lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 50 ayat (6) UU Sisdiknas:

Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi

dalam mengelola pendidikan di lembaganya.

Penjelasan Pasal 50 ayat (6) UU Sisdiknas:

Yang dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi adalah

kemandirian perguruan tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya.

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi

(7)

Kesimpulan

• Terhadap perguruan tinggi yang otonom, tentu saja Pemerintah tidak berwenang lagi melakukan pengawasan seperti pada masa berlakunya UU.Sisdiknas Lama.

• Otonomi perguruan tinggi mengamanatkan bahwa perguruan

tinggi harus mengelola secara mandiri pengawasan atas

pendidikan tinggi yang diselenggarakannya.

• Pemerintah tetap memiliki wewenang mengawasi pendidikan

tinggi, namun harus dilakukan secara transparan untuk

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (akuntabilitas

publik), artinya pengawasan adalah bukan untuk kepentingan

Pemerintah melainkan Pemerintah melakukan pengawasan adalah demi melindungi kepentingan masyarakat (stakeholders) yang

menggunakan hasil pendidikan tinggi.

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi

(8)

• Dalam era otonomi perguruan tinggi, masyarakat diberi hak untuk mengawasi pendidikan tinggi. Struktur pengawasan

pendidikan tinggi ini disebut pengawasan horisontal.

• Akibatnya, peraturan pelaksanaan tentang pengawasan

pendidikan tinggi yang telah dan akan ditetapkan setelah

berlakunya UU.Sisdiknas, semuanya harus berkarakter

pengawasan horisontal, antara lain:

- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, dan

- Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, serta

- Rancangan Permendiknas Tentang Peyelenggaraan

Pendidikan Tinggi yang sedang dalam proses penyusunan .

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi

(9)

Dampak pada Struktur Pengawasan Pendidikan

Tinggi (Dari WASDALBIN ke SPM-PT) 1

• Struktur pengawasan vertikal bertujuan agar perguruan tinggi menaati semua persyaratan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang ditetapkan Pemerintah, sehingga pada hakekatnya

bertujuan menjamin mutu perguruan tinggi.

• Dengan tujuan menjamin mutu perguruan tinggi, PP. No. 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

menetapkan struktur pengawasan horisontal di dalam:

- Pasal 91 ayat (1):

Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal

wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan.

- Pasal 91 ayat (3):

Penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk

(10)

• Struktur pengawasan pendidikan tinggi melalui penjaminan mutu, memenuhi amanat UU. Sisdiknas yaitu menerapkan pengawasan horisontal yang dilaksanakan oleh tiga unsur, yaitu:

a. perguruan tinggi;

b. masyarakat/stakeholders;

c. Pemerintah.

• Pada tahun 2006, dipandang perlu oleh Dirjen Dikti, dibentuk Komisi SPM-PT di bawah Dewan Pendidikan Tinggi untuk

menyusun

Sistem Penjaminan Mutu Perguruan

Tinggi (SPM-PT)

yang berbasis institusi.

• Di dalam SPM-PT, Pemerintah, perguruan tinggi, dan kat/stakeholders diposisikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, dalam menjalankan penjaminan mutu perguruan tinggi.

(11)

Dasar Hukum SPM-PT (1)

Dasar Hukum SPM-PT (1)

UU.No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

UU.No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Pasal 50 ayat(2):

Pemerintah menentukan

kebijakan nasional

dan

standar

nasional

pendidikan untuk

menjamin mutu

pendidikan

nasional;

Pasal 60:

(1)

Akreditasi

dilakukan untuk menentukan

kelayakan

program dan satuan pendidikan

pada jalur

pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang

dan jenis pendidikan.

(12)

Dasar Hukum SPM-PT (2)

Dasar Hukum SPM-PT (2)

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

Pasal 1 butir 1:

SNP

adalah

kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 4:

(13)

Dasar Hukum SPM-PT (3)

Dasar Hukum SPM-PT (3)

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

Pasal 91:

(1) Setiap

satuan pendidikan

pada jalur formal dan non-

formal

wajib

melakukan

penjaminan mutu

pendidikan.

(2)

Penjaminan mutu

pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) bertujuan untuk

memenuhi

atau

melampaui

SNP.

Pasal 1 butir 27:

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya

disebut BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetap

kan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan

(14)

Dasar Hukum SPM-PT (4)

Dasar Hukum SPM-PT (4)

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

Pasal 2:

(1)

Lingkup SNP

meliputi:

a. Standar isi;

b. Standar proses;

c. Standar kompetensi lulusan;

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;

e. Standar sarana dan prasarana;

f. Standar pengelolaan;

g. Standar pembiayaan;

h. Standar penilaian pendidikan.

(15)

Dasar Hukum SPM-PT (5)

Dasar Hukum SPM-PT (5)

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

Pasal 92 ayat (1):

Menteri

mensupervisi

dan

membantu

satuan perguruan

tinggi melakukan

penjaminan mutu

Pasal 92 ayat (8):

Menteri

menerbitkan pedoman program penjaminan

mutu satuan pendidikan

pada semua jenis, jenjang dan

(16)

Dasar Hukum SPM-PT (6)

Dasar Hukum SPM-PT (6)

HELTS 2003

-HELTS 2003 -

2010

2010

Butir E

Strategic Issues

:

In healthy organization, a

continuous quality improvement

should become its primary concern.

Quality assurance

should be

internally driven

, institutionalized

within each

organization’s standard

procedure, and

could also

(17)

8 Jenis SNP

(Standar Minimal) Standar Lain (Melampaui SNP)

Wajib

Internally driven

SPM-PT Berdasarkan

SPM-PT Berdasarkan

(18)

8 Jenis SNP

(Standar Minimal) Standar Lain (Melampaui SNP) Wajib Internally driven

Psl 2 ayat (1) PP No 19/2005

1. Standar Isi 2. Sandar Proses 3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian Pendidikan

Ditetapkan sendiri oleh PT :

a. Penelitian dan publikasi b. Pengabdian kepada masyarakat; c. Sistem informasi; d. Kerjasama institusional dalam dan luar negeri; e. Kemahasiswaan; f. Suasana akademik; g. Sumber pendanaan (revenue generating); h. Bidang lain sesuai ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan.

Standar Mutu PP.No.19 Tahun 2005

Standar Mutu PP.No.19 Tahun 2005

(19)
(20)

Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT)

Sistem Penjaminan Mutu Eksternal

(SPME)

Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Sistem Penjaminan Mutu Internal

(SPMI)

SNP

SNP SNP

SNP

(21)

Pengertian SPM-PT (1)

Pengertian SPM-PT (1)

Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT)

Nasional

Kegiatan sistemik pengumpulan, pengolahan, dan

penyimpanan data serta informasi tentang

penyelenggaraan pendidikan tinggi di semua perguruan

tinggi oleh Ditjen Dikti, untuk mengawasi penyelenggaraan

pendidikan tinggi oleh Pemerintah sebagaimana

(22)

Pengertian SPM-PT (2)

Pengertian SPM-PT (2)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

Kegiatan sistemik penjaminan mutu penyelenggaraan

pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh perguruan tinggi

(

internally driven

), untuk mengawasi penyelenggaraan

(23)

Pengertian SPM-PT (3)

Pengertian SPM-PT (3)

Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME)

Kegiatan sistemik penilaian kelayakan program dan/atau

perguruan tinggi oleh BAN-PT atau lembaga mandiri di luar

perguruan tinggi yang diakui Pemerintah, untuk mengawasi

penyelenggaraan pendidikan tinggi untuk dan atas nama

masyarakat, sebagai bentuk akuntabilitas publik

sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 60 ayat (2)

(24)

Mekanisme SPM-PT (1)

Mekanisme SPM-PT (1)

1.

Data dan informasi tentang kegiatan masing-masing

perguruan tinggi wajib dikumpulkan, diolah, dan disimpan

oleh perguruan tinggi yang bersangkutan di dalam PDPT

masing-masing dengan klasifikasi data dan informasi

berdasarkan SNP. Kemudian data dan informasi tersebut

dikirim, dikumpulkan dan disimpan di dalam PDPT

Nasional yang dikelola oleh Ditjen.Dikti.

2.

Dengan menggunakan data dan informasi yang telah

dikumpulkan dan disimpan di dalam PDPT masing-masing,

perguruan tinggi melakukan SPMI (internal quality assurance)

melalui evaluasi diri dalam dua lingkup, yaitu pemenuhan

SNP dan melampaui ke delapan standar di dalam SNP

secara kuantitatif dan kualitatif, serta mengembangkan

(25)

Mekanisme SPM-PT (2)

Mekanisme SPM-PT (2)

3.

Dengan menggunakan data dan informasi di dalam PDPT

Nasional dan visitasi, BAN–PT atau lembaga mandiri yang

diakui Pemerintah melakukan akreditasi, yang disebut

SPME (external quality assurance) dengan memberikan

(26)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (1)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (1)

Pengertian Mutu Perguruan Tinggi

Mutu perguruan tinggi adalah kesesuaian antara

penyelenggaraan perguruan tinggi dengan SNP, maupun

standar yang ditetapkan oleh perguruan tinggi sendiri

berdasarkan visi dan kebutuhan dari

para pihak yang berkepentingan (

stakeholders

)

Dengan demikian, terdapat standar mutu perguruan tinggi

yang:

• ditetapkan oleh Pemerintah (

government);

• disepakati bersama di dalam perguruan tinggi (

vision)

;

• dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan

(27)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (2)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (2)

Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Internal

Sistem Penjaminan mutu internal di perguruan tinggi adalah

kegiatan penetapan dan pemenuhan standar nasional

(28)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (3)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (3)

Konsep Sistem Penjaminan Mutu Internal

Perguruan tinggi dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila

1. Perguruan tinggi mampu memenuhi SNP (aspek imperatif)

2. Perguruan tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan

visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif)

3. Perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan

stakeholders

(29)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (4)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (4)

Tujuan Sistem Penjaminan Mutu Internal

Memelihara dan meningkatkan mutu perguruan tinggi secara

berkelanjutan (

continuous improvement

), yang dijalankan

oleh perguruan tinggi secara internal untuk memenuhi SNP,

mewujudkan visi dan misinya, serta memenuhi kebutuhan

(30)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (5)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (5)

Strategi Sistem Penjaminan Mutu Internal

a. Ditjen. Dikti. menetapkan Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi

b. Perguruan tinggi menggalang komitmen menjalankan sistem penjaminan mutu internal perguruan tinggi

c. Perguruan tinggi memilih dan menetapkan sendiri standar mutu yang melampaui SNP berdasarkan visinya

d. Perguruan tinggi menetapkan dan menjalankan organisasi dan mekanisme kerja sistem penjaminan mutu internal

e. Perguruan tinggi melakukan benchmarking mutu perguruan

(31)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (6)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (6)

Standar Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal

Contoh:

• Kurikulum

• Proses pembelajaran • Kompetensi lulusan

• Pendidik dan tenaga kependidikan (SDM) • Sarana dan prasarana

• Pengelolaan • Pembiayaan

• Penilaian Pendidikan

• Penelitian dan publikasi

• Pengabdian kepada masyarakat

• Manajemen lembaga (institutional management) • Sistem informasi

(32)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (7)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (7)

Mekanisme Penetapan Standar Mutu

Mekanisme Penetapan Standar Mutu SDM

SDM

PT

PT

Kebutuhan Kebutuhan Stakeholders Stakeholders

Visi PT

Visi PT

dan dan

SNP

SNP

Standar Standar Mutu Mutu SDM SDM

Rekrutasi

Masa Percobaan

Perjanjian Kerja

Penilaian Prestasi Kerja

Mutasi, Promosi, Demosi

Waktu Kerja

Kerja Lembur & Cuti

Penghasilan & Penghargaan

Jaminan Sosial & Kesejahteraan

Pengembangan & Pembinaan

Keselamatan & Kesehatan Kerja

Disiplin

Perjalanan Dinas

(33)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (8)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (8)

Manajemen

Manajemen

Kendali Mutu SPMI

Kendali Mutu SPMI

Penetapan Penetapan Standar Mutu Standar Mutu Audit Audit Pelaksanaan Pelaksanaan Standar Mutu Standar Mutu Ada Ada Gap

Gap antaraantara Standar Mutu Standar Mutu Dan Dan Pelaksanaan? Pelaksanaan? Identifikasi

Identifikasi action action untuk memenuhi untuk memenuhi Standar Mutu Standar Mutu Laksanakan Laksanakan action action Integrasikan pada Integrasikan pada proses

proses SDCASDCA

(34)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (9)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (9)

Manajemen Kendali Mutu SPMI

PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan kaizen atau peningkatan mutu berkelanjutan (continuous improvement) di perguruan tinggi

SDCA SDCA SDCA SDCA P D C A P D C A P D C A P D C A SDCA

S : Standard

Quality first

Stakeholder - in

The next process is our stakeholder

Speak with data

Upstream management

Kaize n / c

ontin uous

impr

(35)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (10)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (10)

Tindakan Penjaminan Mutu Audit Pelaksanan Penjaminan Mutu Pelaksanaan Penjaminan Mutu

Garis Besar Proses Penyusunan SPMI

(36)

1. A common set of desirable characteristics were agreed upon for ASEAN Assessors in Higher Education.

2. A common set of obstacles to achieving the desirable quality of ASEAN Assessors were agreed upon as challenges to be overcome.

3. The AQAN Board consists of representatives from all member countries:

• Dato’ Prof. Dr. Syed Ahmad Hussein was elected as the first Chair for two years.

• Prof. Emeritus Dr. Somwung Pitiyanuwat was elected as Deputy Chair. The Executive Committee Members consists of the Philippines, Indonesia, and Cambodia and SEAMEO RIHED.

• Prof. Zita Mohd. Fahmi was elected as the Secretary General.

It was decided that the Permanent Secretariat would move to whichever country had the chair.

The results of the 2009 Asean Quality Assurance Network

(AQAN) Roundtable Meeting, Bangkok

(37)

4. Indonesia will be the next host of the 2010 AQAN

Roundtable Meeting.

The theme

was agreed

upon as the

Interfacing between IQA

and EQA in Higher Education

.

5. Before the 2010, AQAN Roundtable Meeting, MQA will host a workshop for Senior Assessors in Malaysia. In addition, ONESQA will host a seminar

entitled: “The EQA System in Higher Education”

6. It was agreed by all member countries to review the country reports and send them back to ONESQA within 2 weeks to be developed for the AQAN meeting proceedings, and to be eventually published into a book.

(38)

Penelaahan dan Evaluasi SPMI sebagai salah satu

syarat yang harus dipenuhi di dalam:

Pembukaan program studi baru (pendirian

program studi

on-line

)

Pendirian Badan Hukum Pendidikan

(39)

Continuous

Quality

improvement

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

1 2 3 4 5 6 7 8 9=8-7 10 EPARA;PURBALINGGA;SUK OHARJO;BOYOLALI;BREBE S;SRAGEN;BANJARNEGAR A;BANYUMAS;KENDAL;KOT A SALATIGA;KOTA MAGELA NG;TEMANGGUNG;DKI JAK

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademis guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan

Dari berbagai referensi jurnal, untuk merancang struktur solar cell seperti pada Gambar 2.10 dibutuhkan kondisi temperatur (300 0 K) yang stabil. Untuk menjaga kondisi

Para Pihak sepakat bahwa ruang lingkup pekerjaan pemeriksaan, perawatan, penggantian suku cadang/ sparepart dan/atau perbaikan lainnya atas Kendaraan WASKITA yang akan

1) Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir,

Pengalaman produsen benih bawang merah di Kabupaten Bima (Kecamatan Belo, Woha, Monta dan Sape), hasil penelitian dari BPTP NTB serta Pedoman Sertifikasi Benih Bawang

5) Bahan-bahan sebagai penutup/opacifier, bahan ini khusus dipergunakan untuk slip tanah liat /engobe yang berwarna terang/cerah atau berwarna ringan, karena lapisan warna

Data postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran dilakukan pada kedua kelas. Soal yang digunakan dalam postes ini sama percis dengan