DAFTAR ISI
halaman
I
bPE kerajinan cindramata alat musik di kabupaten Jembrana - Bali
I Made Tamba, I Wayan Wana Pariartha, I Nengah Susrama
1-7
Peningkatan nilai ekonomi rebung bambu
tabah
(
Gigantochloa
nigrociliata
Buse-Kurz) melalui sentuhan IPTEK
Pande Ketut
Diah Kencana, dkk.
8-11
Inkubator multi fungsi sebagai wirausaha baru masyarakat sekitar cagar
alam pegunungan arfak
Hotlan Manik, Lukas Yowel Sonbait, Dariani Matualage
12-17
Ipteks for entrepreneurship (IbK) University of Papua
Achmad Rochani, dkk.
18-23
Penerapan program iptek bagi wilayah (IBW) kawasan Pulau
Menjangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng tahun 2013
I
Made Madiarsa, dkk.
24-31
Pemberdayaan kelompok tani ternak babi di Desa Talikuran
Nansi M. Santa, Anie Makalew, Franky N.S. Oroh
32-38
Mengembangkan budaya wirausaha bagi mahasiswa informatika di
Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI) Malang
Eva Handriyantini, dkk.
39-44
Entrepreneurship mentoring program for students and alumni of University
of Sumatera Utara
Arwina Sufika, Diana Chalil, Oding Affandi
45-51
Pengukuran suhu basal tubuh (SBT) sebagai metode kontrasepsi mandiri
dan penilaian ovulasi pada wanita usia subur di Desa Sungai Rambutan
Bina Melvia Girsang
52-59
Penguatan manajemen bisnis untuk meningkatkan produktivitas pengusaha
mikro
Evi Maria, Rr. Widanarni Pudjiastuti, Kadarusman
60-68
Mesin pemecah bambu bagi kelompok pengerajin anyaman bambu di Desa
Sulahan
I Made Sudana, I Nyoman Gunung, I Made Widiantara
Penerapan teknologi komputer dan internet untuk penyebarluasan buku
bicara digital perpustakaan pertuni Jawa Tengah
Idhawati Hestiningsih,dkk.
75-81
Budidaya lele organik kelompok tani tambak yang berdampak lumpur
lapindo di Desa Candi Sidoarjo
Meliza Silvi, Supriyati, Emma Yulianti , Rr.Iramani
82-88
Aplikasi teknologi pupuk organik dan teknik pemangkasan untuk
meningkatkan produksi jagung hibrida di Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar
Netty, Nurliani Karman, Annas Boceng
89-95
Kampung unggulan tas gadukan morokrembangan Surabaya
Ni luh Putu Hariastuti, Suparjo Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
96-102
Pembuatan pakan ikan dan mesin pellet untuk kelompok petani tambak lele
dan ikan nila Desa Penatar Sewu Kabupaten Sidoarjo
Prantasi Harmi Tjahjanti, Andriana Eko Prihatiningrum, Wiwik
Sulistiyowati
103-111
Pelatihan pembuatan bolu kukus dari campuran terigu dan waluh di Desa
Taro, Kabupaten Gianyar
Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi
112-115
Implementasi tri dharma perguruan tinggi secara terpadu melalui elaborasi
konsep
perampian
Pura Kehen Bangli-Bali
Sang Putu Kaler Surata, dkk.
116-121
IbM kelurahan penggaron lor melalui pemberdayaan PKK dalam
pembuatan jajanan sehat dengan pewarna alami
Suparmi, Ophi Indria Desanti, Budhy Cahyono
122-130
Pemberdayaan masyarakat cireundeu dalam upaya mewujudkan desa
wisata ketahanan pangan (dewitapa)
Marleen S. Herudiyanto,dkk.
131-137
Oil palm seedlings production quality polytechnic state Lampung
Bambang Utoyo, dkk.
138-145
Penerapan IPTEKS bagi kelompok agribisnis kambing di Kelurahan
Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu
Artise H.S. Salendu, dkk.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten
153-160
Halmahera Tengah Provinsi maluku utara
Sofyan Samad
Pelatihan kemampuan guru-guru Sekolah Dasar Kecamatan Klungkung
dalam mengembangan dan melaksanakan asesmen otentik
I Nengah
Astawa, Ida Bagus Nyoman Mantra
161-170
Budidaya padi berbasis organic dengan sistem ratun : upaya peningkatan
produksi dan efisiensi usahatani padi sawah yang beririgasi setengah teknis
I Made Diarta, Anak Agung Dwi Widyani
171-176
IbM kelompok pengasap ikan di lamongan
Mochamad Arief Sofijanto, Wahyu Sulistyowati, Arif Winarno
177-184
Penerapan IPTEKS bagi kelompok tani ternak itik di Desa Talikuran
Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa
Femi H. Elly, dkk.
185-192
Pemanfaatan limbah peternakan sapi potong sebagai penghasil biogas
dan pupuk organik untuk meningkatkan pendapatan petani peternak
Enike Dwi Kusumawati, Waluyo Edi Susanto, Dyah Lestari Yulianti
193-201
IbW Desa Warnasari dan Desa Tukadaya Kecamatan Melaya Kabupaten
Jembrana Propinsi Bali
I Made Legawa, dkk
202-206
Kerajinan keset dari kain perca di Desa Cerme Kabupaten Gresik
Kautsar Riza Salman Bayu Sarjono Mochammad Farid
207-212
Manajemen sampah berbasis pengelolaan sampah mandiri di masyarakat
Ida Bagus Suryatmaja, dkk.
213-219
Pengembangan produk bakso anti aging
Wahyu
Sulistyowati
220-228
Strategi pengembangan desa wisata (studi kasus Desa Wonorejo sebagai
penyangga TN. Baluran)
Ach. Muhib Zainuri, Tundung Subali Patma, Adi Sutanto
229-237
Urgensi keselamatan dan kesehatan kerja (K 3) pada sektor usaha kecil
menengah berbahan besi di Bali
Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih, dkk.
238-244
Wongaya Betan Desa Mengesta Tabanan
I Wayan Guwet Hadiwijaya, Farida Hanum, Ni Nyoman Suryani
IbM kelompok tani hortikultura untuk penyediaan pupuk organik
mikroorganisme lokal
Ratnawati, Arfan, Lisa Indriani B
251-259
Pemberdayaan ibu-ibu petani tambak yang terdampak lumpur
lapindo melalui usaha bandeng badjuri
Supriyati, Meliza, Riski dan
Titis
260-268
Penerapan alat pengering anyaman bambu berbahan bakar
sampah
I Gede Nyoman Suta Waisnawa
269-275
IbM Rancang bangun mesin pengolah limbah kulit singkong di TKM Flour
Mill Sampang
–
Madura
Titiek Indhira A, dkk.
276-283
IbM Kelompok tani tanaman herbal di Kabupaten Gowa
St.Hamsina,Yudit Patiku, Syatrawati
284-287
Rancang bangun disk mill (mesin pelembut) garam dalam konteks
pemberdayaan garam rakyat
Intan Baroroh, Bagiyo Suwasono, Ali Munazid
288-297
IPTEKS bagi pemandu wisata Desa Batur
I Gde Putu Agus Pramerta, Nyoman Deni Wahyudi
298-304
Penerapan sistem Akuntansi berbasis komputer bagi usaha mikro
kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan kinerja keuangan unit
usaha
I Gede Cahyadi Putra, Ni Wayan Rustiarini
305-313
IbM kelompok tani kelapa dalam untuk memproduksi minyak kelapa tahan
simpan di Desa Labuan Kungguma
Asrawaty, Sitti Sabariyah D., If’all
314-318
Pengembangan
soft skill
sumber daya manusia untuk
meningkatkan pelayanan di LPD desa adat Pecatu
Luh Kadek Budi
Martini
319-327
Optimalisasi usaha
backyard hatchery
ikan Kerapu hibrida di Bali
Cening Kardi, I Made Kawan, dan Bagus Putu Udiyana
Estimasi pemanfaatan sumberdaya penyu belimbing (
Dermochelys
coriacea
) di Pantai Jamursba Medi dan Wermon oleh masyarakat di Pesisir
Utara Papua
Ferawati Runtuboi1, Luky Adrianto, Mukhlis Kamal
333-336
IbM Kelompok tani tagamang bajawek di Kabupaten Padang Pariaman
337-342
Sumbar
I Ketut Budaraga dan Gusriati
Pengembangan usaha dodol nenas rumput laut di Kabupaten Pinrang
Alima Bachtiar Abdullahi dan Arham Rusli
343-349
Ipteks (Ibk) Bagi Kewirahusaan di Universitas Mahasaraswati Denpasar
I Wayan Sujana, Nengah Landra, I Nengah Susrama, I ketut Setia Sapta
350-362
Peningkatan Kapasitas Produksi dan Pemanfaatan Energi Alternatif
Kelompok UKM Pengusaha Kue Basah
Sugiono
1, Margianto
2, Warsito
3363-369
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani Melalui Pemberdayaan Sekeha
Manyi
Dian Tariningsih, I Made Suryana, Made Emmy Andayani Citra, Tjok Istri
Sri Harwathy
370-374
PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN SAPI POTONG
SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS DAN PUPUK ORGANIK
UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI
PETERNAK
Enike Dwi Kusumawati, Waluyo Edi Susanto, Dyah Lestari Yulianti, S.Pt., MP
Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang
E-mail: enikedwikusumawati@ymail.com
ABSTRACT
The topic of this technology research was “Using of Beef Cattle Waste as Biogas and Fertilizer to Increase Farmer’s Benefit on Tempursari and Banjarejo Village, Donomulyo,
Malang”. The aim of this research was to increase Farmer’s Benefit from saving money and profit
about Rp 180.000,00/month, meanwhile profit of fertelizer purchasing was Rp 200.000,00/month. In conclusion, biogas technology was feasible and proper solution to solve the problem.
Key words : Beef Cattle Wa ste, Biogas, Fertilizer
PENDAHULUAN
Donomulyo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur terletak disebelah selatan kota Malang ± 70 km dari kota Malang, Kecamatan Donomulyo dengan daerah geografis pegunungan, lembah dan perbukitan dan diakhiri oleh pantai (di sebelah selatan). Sebagian besar penduduknya adalah petani musiman (petani padi, tebu, jagung, kelapa, ketela pohon, kedelai), peternak dan sebagian diataranya menjadi pegawai negeri, pedagang dan nelayan.
Desa Banjarejo dan Tempursari merupakan salah satu dari sepuluh desa yang terdapat di Kecamatan Donomulyo. Desa Banjarejo berpenduduk 6.305 jiwa. Struktur mata pencaharian penduduknya adalah bidang pertanian yang mendominasi yaitu sebesar 97,25% yang meliputi pula bidang peternakan sebesar 894 orang atau hampir mencapai 30,25%. Sebagian besar ternak yang dipelihara adalah ternak sapi potong. Populasi ternak sapi potong yang ada di seluruh wilayah Kecamatan Donomulyo adalah 4.450 ekor dan hampir 50% terdapat di Desa Banjarejo. Desa Tempursari merupakan salah satu desa dengan luas lahan terkecil diantara 10 desa tersebut yaitu 816 Ha, (250,9 ha lahan sawah dan 565,10 lahan kering), berpenduduk 4.929 jiwa. Struktur mata pencaharian penduduknya adalah bidang pertanian yang mendominasi yaitu sebesar 79,47% yang meliputi pula bidang peternakan sebesar 9,29%. Populasi ternak sapi potong yang ada di desa Tempursari sebanyak 230 ekor, sedangkan sapi perah sebanyak 37 ekor. Produk yang dihasilkan dari usaha pertanian dan subsektor pertanian seperti peternakan memegang peranan yang sangat penting bagi masyarakat di Desa Banjarejo dan Tempursari. Bahan bakar yang digunakan sebagian besar rumah tangga di desa tersebut 90% adalah kayu bakar dan 10% adalah minyak tanah.
Tingkat pendidikan penduduk di bawah SLTA masih mencapai 85,94% dan tingkat kemiskinan masih cukup tinggi yaitu mencapai 23,87% dengan banyaknya penduduk yang menganggur sebanyak 74 jiwa (Anonymous, 2008).
Pengembangan biogas tersebut bertujuan untuk memanfaatkan limbah dan biomassa lainnya dalam rangka mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah (Suriawiria, 2005). Program tersebut tidak berkembang meluas di masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat pada waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas, adanya kebijakan subsidi dari pemerintah, disamping itu sumber energi lain seperti kayu bakar masih banyak tersedia di lapangan.
Hasil monitoring, wawancara serta analisis dengan masyarakat di sekitar lokasi penerapan Ipteks (2009) diperoleh informasi bahwa banyak sekali peternak yang berminat untuk menerapkan digester untuk pengelolaan limbah sapi. Tipe Digester yang diharapkan oleh peternak adalah yang terjangkau pembuatannya dan mudah diadopsi.
Pengembangan biogas mulai mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM sampai 100 % , bahkan untuk minyak tanah sampai 125 % per 1 Oktober 2005. Pada tahun ini pengembangan biogas semakin penting disebabkan karena minyak tanah menjadi langka dan mahal (Rp. 6.000/ltr), BBM dan LPG mahal (Rp. 92.000/12 kg), pupuk langka dan mahal. Mahalnya BBM dapat memicu kerusakan lingkungan (kebun, hutan, atmosfir), sedangkan kelangkaan pupuk dapat menyebabkan menurunnya kesuburan lahan. Oleh karena itu pengembangan biogas merupakan salah satu alternatif pemecahan dalam rangka mencari sumber energi alternatif sekaligus sebagai upaya konservasi.
SUMBER INSPIRASI
Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik baik berupa kotoran ternak, limbah tanaman maupun limbah industri pertanian, kemudian memproses limbah tersebut dan mengambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil pemrosesan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Dengan mengembangan biogas, akan diperoleh manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat dirasakan adalah mendapatkan sumber energi alternatif berupa gas bio yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan sebagai bahan bakar mesin disel. Selain itu, manfaat lain yang secara lansung dapat dinikmati dari pengembangan biogas adalah, menyediakan pupuk organik siap pakai. Oleh karena produk utama dari pengembangan biogas ini adalah gas bio dan pupuk organik, maka secara tidak langsung akan berpengaruh positif terhadap lingkungan, diantaranya membantu program pelestarian hutan, tanah dan air, mengurangi polusi udara, meningkatkan sanitasi lingkungan dan mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan subsidi BBM. Disamping itu pengembangan biogas secara tidak langsung mendukung program internasional yaitu mengurangi dampak negatif dari efek gas rumah kaca.
sebagai bagian dari program Internasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism). Pemanfaatan gas bio dalam mengurangi efek rumah kaca melalui tiga cara, pertama gas bio memberikan substitusi dari bahan bakar fosil untuk memasak dan penerangan. Kedua melalui proses fermentasi, methan dirubah menjadi CO2, sehingga mengurangi jumlah methan yang ada di udara. Ketiga penerapan biogas akan berdampak pada lestarinya hutan, karena penebangan dapat dikurangi. Dengan lestarinya hutan, maka CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan dan diproses melalui fotosintesis menghasilkan oksigen yang berperan melawan efek rumah kaca (Anonymous, 1998).
Untuk dapat membangun satu unit biogas, diperlukan 3 tabung yaitu, tabung penampung bahan baku atau inlet, tabung pemroses/pencerna atau digester dan tabung penampung sisa hasil pemrosesan atau outlet. Dari ketiga tabung tersebut yang paling utama adalah digester, hal ini disebabkan karena tabung ini merupakan tempat terjadinya proses fermentasi bakteri anaerob yang kedap udara. Terdapat 2 model digester, yaitu model fixed dome atau kubah dan model floating (mengapung). Ketiga tabung tersebut dihubungkan dan ditempatkan pada posisi tertentu sehingga menjadi satu rangkaian atau satu unit instalasi biogas.
Pembuatan instalasi biogas berdasarkan bahan pembuatnya dapat dibedakan menjadi 4, yaitu instalasi model bata (fixed dome), plastik, drum plastik dan bis beton. Pilihan model instalasi biogas yang akan dibangun dapat disesuai berdasarkan kondisi lokasi, anggaran dan adanya muatan pemberdayaan masyarakat. Instalasi model bata, mempunyai kelebihan, tahan sampai 20 tahun bahkan lebih, namun mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan biaya tinggi (Rp. 17 juta/unit/9m3),
pembuatannya lama (+ 15 hari) dan memerlukan keahlian tertentu, sehingga sulit diadopsi petani. Disamping itu, instalasi ini bila diterapkan pada lahan yang labil, dapat retak, sehingga menambah biaya lagi untuk menopang agar tidak mudah goyah. Instalasi model drum plastik mempunyai kelebihan yaitu lebih praktis, dapat diproduksi oleh pabrik, mudah diangkut, dapat dipindahkan, pemasangannya singkat 1 – 2 hari dan sesuai diterapkan disemua lokasi baik pada lahan labih maupun stabil. Instalasi model drum kapasitas digesternya terbatas yaitu 4,6 m3, sehingga apabila
ingin dibuat yang lebih besar, dapat dimodifikasi dengan menggabungkan beberapa digester menjadi satu kesatuan digester, sehingga kapasitasnya besar (Muryanto, Agus, Muntoha dan Widagdo, 2011).
Dengan penjelasan kelebihan dan kelemahan tersebut, maka digester model drum plastik sesuai dikembangkan untuk skala rumah tangga petani. Hal ini sangat berkaitan dengan kapasitas digesternya sekitar 5 m3, yang membutuhkan bahan baku kotoran ternak dari 3 – 4 ekor sapi.
petani, meningkatkan pendapatan petani peternak, menciptakan lapangan usaha baru yang dapat berkesinambungan.
Beberapa dampak jangka panjang kegiatan yang diharapkan muncul adalah: (1) peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga kemampuan mereka dalampembiayaan pendidikan anak-anaknya juga meningkat, (2) Limbah kotoran ternak akan dapat dimanfaatkan secara baik sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, (3) tumbuhnya ekonomi pedesaan karena adanya peningkatan daya beli, (4) Teknologi biodigester drum plastik akan dikembangkan ke wilayah lain karena masyarakat dari wilayah desa lain juga sangat mengharapkan dapat mengadopsi dengan mudah teknologi tersebut sesuai dengan ekonomi mereka, (5) Berkembangnya usaha pupuk organik di kelompok peternak sapi potong, (6) kelestarian lingkungan juga semakin terjaga dan diharapkan meningkat dengan adanya penggunaan pupuk organik dan terolahnya limbah kotoran ternak sehingga tidak mencemari lingkungan.
METODE
Alih pengetahuan dan teknologi dengan khalayak sasaran masyarakat peternak melalui beberapa cara meliputi: pelatihan pembuatan biodigester drum plastik, diskusi dan ceramah, pelatihan pembuatan pupuk organik, pelatihan manajemen produksi dan pemasaran pupuk organik.
Langkah-langkah solusi atas permasalahan mitra
1) Pelatihan pembuatan biodigester drum plastik.
2) Diskusi dan ceramah tentang penyelesaian permasalahan mitra. 3) Pelatihan pembuatan pupuk organik.
4) Pelatihan manajemen produksi dan pemasaran pupuk organik
KARYA UTAMA
Program IbM ini menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi guna
meningkatkan pendapatan petani peternak melalui produk bernilai ekonomis yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut yaitu pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai penghasil biogas dan pupuk organik untuk meningkatkan pendapatan petani peternak di Desa Banjarejo dan Tempursari Kecamatan Donomulyo kabupaten Malang dengan pemakaian biodigester drum plastik. Upaya penghematan biaya pengeluaran dengan cara memanfaatkan sumber energi alternatif berupa biogas, selain itu residu yang dihasilkan dari operasional instalasi biogas dapat diolah untuk dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai ekonomis.
ULASAN KARYA UTAMA
Mitra kegiatan IbM ini adalah 2 kelompok peternak sapi dari Desa Tempursari yaitu Kelompok Ternak Sapi Sidomakmur dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 25 anggota sedangkan dari Desa Banjarejo yaitu Kelompok Ternak Sapi Mujimulyo dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 40 orang. Pendidikan anggota Kelompok Ternak Sapi Sidomakmur yaitu SMA sebanyak 4 orang, SMP sebanyak 11 orang, SD sebanyak 10 orang. Sedangkan pendidikan Kelompok Ternak Sapi Mujimulyo yaitu SMA sebanyak 7 orang, SMP sebanyak 17 orang, SD sebanyak 16.
tanah dan LPG sehingga dapat membantu meringankan biaya hidup peternak dan mengurangi pencemaran lingkungan. Hal ini mendorong peternak-peternak lain untuk mengadopsi teknologi tersebut. Permasalahan yang dihadapi masyarakat desa Banjarejo dan Tempursari saat ini antara lain:
1) Masyarakat kesulitan mengadopsi biodigester fixed dome, masyarakat belum mampu karena biaya pembuatannnya yang terlalu tinggi. Sehingga perlu adanya teknologi biodigester dengan biaya yang lebih terjangkau.
2) Peternak yang hanya memilihi 1 ekor sapi juga kesulitan untuk mengadopsi biodigester dan rancang bangunnya.
3) Masyarakat di desa Tempursari dan Banjarejo tingkat kemiskinan masih tinggi yaitu mencapai 23,87% dan banyaknya penduduk yang menganggur sebanyak 74 jiwa. Sehingga diperlukan lapangan usaha baru agar dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran.
4) Peternak di desa Banjarejo dan Tempursari yang juga sebagai petani tidak mampu untuk membeli pupuk kimia karena selain langka juga harga yang tinggi.
Lokasi
Lokasi kegiatan IbM yaitu di desa Banjarejo dan desa Tempursari Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Jarak Lokasi kegiatan dengan kampus Universitas Kanjuruhan Malang kurang lebih 70 km dengan perjalanan sekitar 2 jam. Fasilitas jalan menuju lokasi sudah beraspal dengan kualitas bagus sehingga memudahkan pemantauan. Sarana transportasi menggunakan mobil dan sepeda motor. Sarana komunikasi menggunakan telepon dan internet juga sudah lancer.
Berdasarkan rancangan evaluasi kegiatan, tahapan kegiatan penelitian penerapan Ipteks beserta pencapaian indikator keberhasilan diuraikan sebagai berikut ;
1. Penyuluhan
Penyuluhan tentang “Pemanfaatan Limbah Peternakan Sapi Sebagai Penghasil Biogas dan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Peternak di Desa Banjarejo dan Desa
Tempursari Kecamatan Donomulyo” dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 dan dihadiri
oleh 56 petani peternak Desa Banjarejo dan Tempursari Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Pre Test, Penyampaian Materi, dan Post Test. Berdasarkan kegiatan Pre Test dan Post Test diperoleh 80% peningkatan pengetahuan petani peternak tentang pemanfaatan limbah peternakan sapi potong sebagai penghasil biogas dan pupuk organik.
2. Pembuatan Instalasi Biogas dan Residu Biogas
Bapak Sumardi Desa Banjarejo Rt 11 Rw 3 dan Bapak Mujiono Desa Tempursari RT 10 RW 3.
3. Pemeliharaan Instalasi Biogas dan Residu Biogas
Untuk menghasilkan biogas, maka digester harus mendapatkan suplai material input berupa limbah sapi potong. Imbangan antara senyawa karbon dan nitrogen mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Imbangan C:N yang cukup untuk produksi biogas adalah 20:30 ( Anonymous, 2007). Satu ekor sapi menghasilkan limbah sebanyak 30 kg/hari atau 2,07 m3/hari (Anonymous,
2009). Jumlah ternak yang dimiliki oleh sampel peternak adalah 3 (empat) ekor dengan spesifikasi biogas yang memiliki volume 11 m3, maka suplai berupa material limbah organik
sapi potong sesuai. pH dipertahankan pada kisaran 6,5-8 dan suhu 35-40 °C karena pada kondisi tersebut pencernaan anaerob oleh bakteri pengurai dapat bekerja secara optimal untuk merombak bahan organik yang terkandung pada limbah sapi potong menjadi biogas.
4. Evaluasi Berdasarkan Parameter Fisik Prosesing Biogas dan Pupuk Organik
Jika beberapa parameter untuk memelihara instalasi biogas dipelihara dengan berkesinambungan maka biogas dapat diproduksi secara kontinyu pula. Penelitian penerapan Ipteks yang dilaksanakan di Desa Tempursari dan Banjarejo Kecamatan Donomulyo ini telah berhasil menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif bagi peternak. Instalasi biogas dapat dikerjakan dengan baik selama dua minggu. Biogas dapat dihasilkan setelah proses fermentasi pada digester selama 17 hari. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa biogas akan diproduksi setelah proses fermentasi bahan organik pada digester selama 15-40 hari. Biogas yang diproduksi disalurkan ke kompor, digunakan sebagai sumber energi alternatif pengganti elpiji atau minyak tanah.
5. Demplot Pembuatan pupuk organik
Residu biogas akan dapat digunakan setelah dipisahkan dari ruang residu yang terdapat pada instalasi biogas. Residu biogas tersebut dipindahkan ke instalasi khusus residu biogas kemudian dihamparkan di lantai datar untuk dikeringkan di bawah sinar matahari selama kurang lebih dua minggu. Jika beberapa parameter fisik meliputi ; suhu stabil, tidak mengeluarkan bau busuk, bentuk fisik menyerupai tanah yang berwarna kehitaman, tidak larut dalam air, serta stuktur remah/tidak menggumpal maka residu biogas tersebut dapat dikemas dan siap untuk dipasarkan. Berdasarkan hasil pengamatan fisik di lapang, residu limbah biogas setelah diangin-anginkan selama satu minggu mencapai kondisi fisik seperti yang diharapkan untuk layak dijadikan sebagai pupuk organik siap jual.
Selain itu juga dilakukan demplot pembuatan pupuk organik dengan menggunakan kotoran sapi yang dicampur dengan stardec sebagai dekomposernya, abu, serbuk gergaji dan kapur. Demplot ini dilaksanakan pada hari Senin 6 Agustus 2012 di Desa Tempursari dengan mengundang kelompok Desa Tempursari dan Banjarejo. Peserta sangat antusias mengikuti proses demplot pembuatan pupuk organik tersebut.
6. Evaluasi Ekonomi Berdasarkan Analisa Keuangan
1 (satu) m3 biogas memiliki kesetaraan dengan elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 liter, bensin
4,14 m3 biogas/hari yang setara dengan 1,90 kg elpiji atau 2,56 liter minyak tanah . Rata-rata
pemakaian minyak tanah per kepala keluarga adalah 2 liter/hari. Harga minyak tanah di lokasi penelitian adalah Rp 6.000,00/liter (Anonymous, 2009). Berdasarkan asumsi tersebut maka petani peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar konvensional atau dapat dikatakan melakukan penghematan sebesar Rp 6.000,00/hari atau Rp 180.000,00/bulan. Selain itu pupuk organik yang merupakan produk sampingan dari prosesing biogas dan pupuk organik dapat dipasarkan pada masyarakat sekitar dengan harga Rp 4000,00/kg. Jika dalam satu bulan diproduksi 50 kg pupuk organik, maka akan diperoleh pendapatan sebesar Rp 200.000,00/bulan dari penjualan pupuk organik tersebut.
Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program IbM sangat menentukan keberhasilan dan
keberlanjutan program. Beberapa cara untuk mendorong mitra agar memberikan partisipasi aktif dalam pelaksanaan program IbM yaitu: a.Perlibatan mahasiswa sebagai motivator
Peran mahasiswa sebagai motivator khalayak sasaran progran IbM sangat penting.
Partisipasi khalayak sasaran yang tinggi ini tetap berlangsung meskipun tanpa kehadiran mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa peran mahasiswa selain sebagai motivator juga memunculkan citra bahwa kegiatan ini penting sehingga apresiasi khalayak sasaran terhadap program tetap tinggi walaupun tanpa kehadiran mahasiswa.
b. Pembuatan digester drum plastik
Pembuatan digester drum plastik yang diterapkan pada kedua mitra binaan dengan menggunakan lahan salah satu peternak dari masing-masing mitra binaan. Pelaksanaan pembuatan digester dengan melibatkan aktivitas dari mitra sehingga secara langsung mitra dapat mengadopsi dengan mudah aplikasi di lapang.
c. Pembuatan pupuk organik
Pembuatan pupuk organik yang diterapkan pada kedua mitra binaan dengan menggunakan lahan salah satu mitra binaan. Pelaksanaan pembuatan pupuk organik dengan melibatkan aktivitas dari mitra sehingga secara langsung mitra dapat mengadopsi dengan mudah aplikasi di lapang.
d. Kunjungan Lapang
Kunjungan lapang ke lokasi digester biogas dan lokasi pembuatan pupuk organik yang sudah jadi dan menghasilkan sangat besar pengaruhnya bagi keyakinan khalayak sasaran atas program yang dilaksanakan. Dalam kegiatan ini kedua mitra akan dipertemukan agar saling berdiskusi.
e. Lomba pembuatan pupuk organik terbaik
diselenggarakan antar grup dalam intern kelompok mitra. Hadiah diberikan dalam bentuk sarana produksi misalnya sprayer untuk aplikasi pupuk organik cair yang dihasilkan dalam kegiatan ini. Penilaian lomba sekaligus difungsikan sebagai evaluasi atas keberhasilan program.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami sampaikan banyak terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional dan Kopertis Wilayah VII atas segala kemudahan dan bantuan dana Hibah Penelitian yang diberikan serta Rektor Universitas Kanjuruhan Malang beserta jajarannya atas segala kemudahan dalam proses penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pelaksanaan Iptek bagi Masyarakat ini telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Masyarakat juga mengikuti semua program dengan antusias.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. ( 2008). Kecamatan Donomulyo Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang.
Djuarnani, T. (2005). Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Madden, J.M. and Dornbush, J.N. (1971). Measurement of runoff and runoff carried waste from commercial feedlots. Proc. Intern. Symp. Livestock Waste. Am. Soc. Agric. Eng., St. Joseps, Mich.
McCalla, T.M. and Viets, F.G. (1969). Chemical and microbial studies of waste from beef cattle feedlots. Seminar Manage. Beef Cattle Feedlot Waste, Lincoln, Neb. (mimeo) Simamora, S. (2004). Meningkatkan kualitas kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Susanto, Dyah dan Enike. ( 2009). Laporan program penerapan Iptek pemanfaatan limbah peternakan sapi potong sebagai penghasil Biogas. Universitas Kanjuruhan Malang. Witzel, S.A. et al., 1966. Physical, chemical and bacteriological properties of farm waste (bovine