• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01530

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01530"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, LINGKUNGAN DAN KEPEMILIKAN JARINGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN BERWIRAUSAHA BAGI LULUSAN

PERGURUAN TINGGI

Eliana Marizka Hade Putri Lieli Suharti

Email: lieli.suharti@staff.uksw.edu

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ABSTRACT

In general, the decision to become entrepreneur for college graduates are still rare. Although limited, there are some college graduates who decide to become entrepreneurs.The purpose of this study is to determine factors that influence the decision of college graduates to become entrepreneurs. This study is an explanatory research to test whether factors such as individual characteristics, environmental factors, as well as social networking will influence the decision to become entrepreneurs of college graduates. The sampling technique used in this study was non-probability sampling using snowball sampling, while the analytical techniques that used were simple and multiple regression. The result of the study showed that individual characteristic influence the decision to become entrepreneurs. The entrepreneurial attitude is the most dominant factor that affects the decision of college graduates to become entrepreneurs. Futhermore, environmental factor that influence the decision to become entrepreneurs is family, while social and academic environment do not affect the decision. Moreover, factor of social networking is also proven affecting the decision to become entrepreneurs for college graduates.

Keywords: entrepreneurship decisions, individual characteristics, environmental factors, social networking, college graduates

PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini. Laporan International Labor Organization (ILO) mencatat jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah 9.6 juta jiwa (7.6%), dan 10% diantaranya adalah sarjana (Nasrun, 2010 dalam Suharti, 2011). Angka pengangguran lulusan perguruan tinggi yang setiap tahun bertambah jumlahnya diduga disebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia (Rosyadi, 2010).

(2)

2

meningkatkan pendapatan pengusaha, bermanfaat pula untuk mengurangi pengangguran, sekaligus meningkatkan perekonomian negara.

Terlebih-lebih untuk lulusan perguruan tinggi, sangat diharapkan tidak hanya berorientasi menjadi pencari kerja (job seeker), namun mau menjadi job creator melalui berwirausaha. Walaupun dalam jumlah yang terbatas, namun ada juga sejumlah lulusan perguruan tinggi yang memutuskan berwirausaha baik secara langsung setelah lulus atau beberapa tahun kemudian.

Sejumlah faktor diduga berpengaruh terhadap keputusan lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha sendiri, misalnya karakteristik individu, seperti keyakinan diri (self efficacy), toleransi akan resiko, dan sikap wirausaha (Kencanawati, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Perdana, dkk (2009), mengenai Keputusan Berwirausaha Alumni Strata Satu (S1) Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia menemukan bahwa faktor karakteristik individu, faktor lingkungan sosial dan lingkungan keluarga juga berperan penting terhadap keputusan lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha. Pandangan bahwa berwirausaha merupakan hal yang dinamis dan menantang dan dapat menjadi bos usaha sendiri turut mendasari pengambilan keputusan seseorang untuk berwirausaha. Purwinarti, dkk (2006) menemukan bahwa faktor untuk menjadi wirausaha lebih didorong oleh karena inisiatif diri sendiri dari pada pengaruh oleh faktor lingkungan keluarga.

Selain faktor tersebut diatas, kemampuan seseorang membentuk dan memiliki jaringan sosial dapat mendatangkan berbagai peluang dan kesempatan bisnis. Menurut Gadar dan Yunus, (2009), usaha akan berjalan lebih efektif dan efisien dan dapat mengurangi resiko usaha jika seseorang merintis usaha dengan memiliki jejaring social yang baik. Oktarilis (2012), menemukan hambatan bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan wirausaha adalah karena cenderung menghindari resiko dalam pengambilan keputusan, dan ketidak mampuan membuat jaringan sosial.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi keputusan untuk menjadi wirausaha bagi lulusan perguruan tinggi (sarjana), dengan tujuan menjawab beberapa persoalan penelitian berikut:

(3)

3

2. Apakah faktor pendidikan dan lingkungan (lingkungan sosial, lingkungan keluarga, lingkungan akademik) berpengaruh terhadap keputusan seorang lulusan perguruan tinggi untuk menjadi wirausaha?

3. Apakah kepemilikan jaringan sosial berpengaruh terhadap keputusan seorang lulusan perguruan tinggi untuk menjadi wirausaha?

KAJIAN PUSTAKA

Pengambilan Keputusan Menjadi Wirausaha

Pengambilan keputusan menurut Koontz dan Weihrich dalam Nimran (1997) didefinisikan sebagai penetapan pilihan langkah atau tindakan dari sejumlah alternatif. George R.Terry dalam Iqbal (2002) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Demikian pula dalam pengambilan keputusan berwirausaha, sebelum mengambil keputusan individu selalu dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dan pilihan yang dilakukan nantinya akan digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.

Suryana (2003) mengemukakan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) ditentukan oleh berbagai motif, diantaranya motif berprestasi sikap optimisme, sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status kewirausahaan (entrepreneur status). Sedangkan menurut Bygrave dalam Alma (2008), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi, kemudian inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal yang ada pada diri seorang wirausaha, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan.

Dengan memiliki keyakinan diri yang tinggi, seseorang akan yakin bahwa usaha yang mereka lakukan walaupun menghadapi tantangan akan cepat diatasi. Sementara itu semakin besar seseorang memiliki kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinannya terhadap kesanggupan mendapatkan hasil dari keputusannya dan semakin besar keyakinannya untuk mencoba apa yang mungkin dilihat orang lain sebagai sesuatu yang beresiko.

Faktor-faktor Karakteristik Individu dan Keputusan Berwirausaha

(4)

4

karakteristik psikologis individu yang dapat menggambarkan mengapa seseorang terdorong untuk berperilaku sebagai wirausaha.

Termasuk dalam karakteristik individual untuk menjadi wirausaha adalah risk tolerance dan self efficacy (Sirec dan Mocnic, 2010). Selain itu karakteristik individu juga mencakup aspek lain seperti sikap wirausaha (Suharti, 2011).

Self-efficacy

Bandura (2001) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang pada kemampuan dirinya melalui sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Self-efficacy dikatakan memengaruhi bagaimana seseorang melihat dan menginterpretasi suatu kejadian. Mereka yang memiliki self-efficacy yang rendah dengan mudah yakin bahwa usaha yang mereka lakukan dalam menghadapi tantangan yang sulit akan sia-sia, sehingga mereka cenderung untuk mengalami gejala negatif dari stres. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung untuk melihat suatu tantangan sebagai sesuatu yang dapat diatasi melalui kompetensi yang dimiliki dan upaya yang dapat dilakukan mereka (Bandura, 2001).

Keyakinan diri memengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi mampu melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah. Penelitian Ferridiyanto (2012), menemukan bahwa dengan self efficacy yang tinggi menjadi faktor yang memengaruhi keputusan seseorang untuk berani berwirausaha. Dengan demikian , maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H1.1: Self efficacy berpengaruh terhadap keputusan seorang sarjana untuk berprofesi sebagai wirausaha

Toleransi akan resiko

(5)

5

Susanto (2000), menyatakan bahwa toleransi akan resiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan. Semakin besar seseorang memiliki toleransi akan resiko, semakin besar pula keyakinannya terhadap kesanggupan mendapatkan hasil dari keputusannya dan semakin besar keyakinannya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain beresiko.

Dalam pengambilan keputusan pelaku bisnis atau seorang entrepreneur akan mempertimbangkan tingkat toleransi akan adanya resiko. Seorang entrepreneur dapat dikatakan risk averse (menghindari resiko) dimana mereka hanya mau mengambil peluang tanpa resiko, dan seorang entrepreneur dikatakan risk lover (menyukai resiko) dimana mereka mengambil peluang dengan tingkat resiko yang tinggi.

Menurut Suryana (2003) seorang entrepreneur harus mampu mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung komitmen yang kuat, akan mendorong seorang entrepreneur untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Sementara itu Wirasasmita (2003) berpendapat seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H1.2: Toleransi akan resiko berpengaruh terhadap keputusan lulusan perguruan tinggi untuk berprofesi sebagai wirausaha

Sikap Wirausaha

Sikap wirausaha merupakan suatu studi yang menyangkut aspek-aspek pandangan atau respon seseorang yang memiliki kecenderungan untuk bertindak dan berperilaku sebagai wirausaha yaitu mencari dan memanfaatkan peluang usaha, penanggung risiko, penghasil modal, pencetus inovasi, pengatur usaha, pembuat keputusan, perencana masa depan dan mencari keuntungan (Ropke, 1995).

(6)

6

keberhasilan suatu usaha secara nyata dan positif dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar kewirausahaan yang dimiliki oleh pengelola.

Wijaya (2008) menemukan bahwa sikap wirausaha berpengaruh terhadap intensi dan perilaku berwirausaha. Tjahjono dan Ardi (2007) yang meneliti niat mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk menjadi wirausaha secara simultan dipengaruhi oleh sikap wirausaha. Azjen dan Fishbein (1988) dalam theory of planned behavior membuktikan bahwa intensi dan perilaku berwirausaha tidak hanya dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif akan tetapi kontrol perilaku juga turut mempengaruhi perilaku berwirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Suharti & Sirine (2012), menemukan bahwa sikap wirausaha terbukti berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa.

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

H1.3: Sikap wirausaha berpengaruh terhadap keputusan lulusan perguruan tinggi untuk berprofesi sebagai wirausaha

F aktor Lingkungan

Menurut Lupiyoadi (2007) faktor lingkungan yang memengaruhi seorang menjadi wirausaha meliputi lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial atau lingkungan masyarakat. Bagi mahasiswa, maka lingkungan akademik tempat seseorang menuntut ilmu juga memiliki andil membentuk minat seorang mahasiswa untuk berwirausaha (Suharti & Sirine, 2012).

Lingkungan sosial merupakan hubungan interaksi antara seseorang dengan lingkungan masyarakat (Walgito, 2004). Interaksi ini terjadi bila di antara individu yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang erat dan saling mengenal dengan baik, misalnya keluarga. Lingkungan sosial dalam wirausaha terjadi jika seseorang berinteraksi dengan saudara yang berwirausaha, memiliki tetangga dan masyarakat sekitar yang sebagian besar berwirausaha dan tinggal dilingkungan yang berwirausaha.

(7)

7

Lingkungan keluarga adalah faktor motivasi eksternal yang cukup berpengaruh besar. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anggota keluarga khususnya anak dengan cara yang

berbeda antara keluarga yang satu dengan yang lain. Lingkungan keluarga yang menuntut prestasi belajar yang tinggi sebagai standar keunggulan anak, akan menumbuhkan semangat dan dorongan bagi individu untuk senantiasa mencapai

standar keunggulan tersebut (Hasbullah, 2005). Orang tua yang memiliki usaha sendiri maka cenderung dapat menjadi pendorong bagi anak untuk mengikuti jejaknya (Alma, 2010). Penelitian yang dilakukan Lestari, dkk (2012) menunjukkan hasil bahwa faktor keluarga memengaruhi seseorang untuk menjadi wirausaha. Wibowo (2012), juga menemukan bahwa faktor lingkungan keluarga memberikan kontribusi yang tinggi untuk berwirausaha,

Lingkungan akademik adalah lingkungan yang erat dengan pengetahuan. Pengetahuan yang ada pada lingkungan akademik terus berubah secara dinamis sesuai dengan dinamika orang-orang yang terlibat. Pengetahuan sendiri sebenarnya merupakan aset penting bagi organisasi, termasuk institusi akademik. Oleh karena itu, jika dikelola dengan tepat maka pengetahuan ini akan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh komponen di lingkungan akademik baik mahasiswa, dosen maupun elemen-elemen lainnya (Wahyudi, 2007). Penelitian yang dilakukan Suharti & Sirine (2012), menemukan bahwa Faktor-faktor kontekstual yaitu academic support dan social support, terbukti berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H2.1: Lingkungan sosial berpengaruh terhadap keputusan berprofesi sebagai wirausaha H2.3: Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keputusan berprofesi sebagai wirausaha H2.4: Lingkungan akademik berpengaruh terhadap keputusan lulusan perguruan tinggi memilih

berprofesi sebagai wirausaha

F aktor Kepemilikan Jaringan Sosial

(8)

8

kebijakan dan peraturan, dan lain-lain dapat dibagi sehingga usaha akan lebih efektif dan efisien dan mengurangi resiko usaha.

Kristiansen dalam Indarti et al. (2008) menjelaskan bahwa jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausaha untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usaha.

Mazzarol dalam Indarti et al. (2008) menyatakan bahwa jaringan sosial mempengaruhi minat kewirausahaan. Menurut Gregoire et al. dalam Gadar dan Yunus (2009), jaringan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh pada wirausaha. Penelitian oleh Gadar dan Yunus (2009) menemukan bahwa jaringan sosial merupakan faktor kelima terpenting pada wirausaha wanita di Malaysia. Gadar dan Yunus juga menemukan bahwa hubungan dengan elit politik yang kuat dan dengan pemimpin bisnis, dukungan suami merupakan faktor yang mendukung para wirausaha wanita di Malaysia. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H3: Kepemilikan jaringan sosial berpengaruh terhadap keputusan lulusan perguruan tinggi berprofesi sebagai wirausaha

Berdasarkan tinjauan literatur diatas, maka dikembangkan model penelitian yang digambarkan dalam bagan berikut:

METODE PENELITIAN Faktor Karakteristik Individu

 Self efficacy (H1.1)

 Toleransi akan resiko (H1.2)  Sikap wirausaha (H1.3)

Kepemilikan jaringan sosial (H3.1)

Keputusan berwirausaha Faktor Lingkungan

(9)

9 METODE PENELITIAN

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data pimer, yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden. Populasi penelitian ini adalah wirausaha yang memiliki gelar sarjana. Karena populasi tidak diketahui secara jelas, maka teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan snowball sampling hingga terkumpul sebanyak 35 responden.

Kegiatan pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur dan didistribusikan langsung oleh peneliti. Setiap pernyataan baik variabel karakteristik individu, faktor lingkungan, dan faktor kepemilikan jejaring serta keputusan untuk berprofesi menjadi wirausaha diukur dengan menggunakan 5-point Likert scale, dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan angka antara 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju). Adapun skala yang digunakan untuk mengukur self efficacy menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Ferridiyanto (2012), yang terdiri dari 4 item pertanyaan. Toleransi akan resiko diukur menggunakan 4 item pertanyaan (Oktarilis, 2012); Sikap wirausaha diukur dengan 4 item pertanyaan (Suharti &Sirine, 2012); Lingkungan sosial mengadospi skala dari Purwinarti, dkk (2006) dengan 3 item pertanyaan; Lingkungan akademik (Suharti & Sirine, 2012) masing-masing mengggunakan 3 item pertanyaan; Kepemilikan jejaring 4 item pertanyaan (Gadar dan Yunus, 2009) dan keputusan berwirausaha menggunakan 5 item pertanyaan.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesa menggunakan regresi berganda. Sebelum melangkah ke uji regresi data diuji keabsahannya sehingga dapat di uji lebih lanjut melalui uji Validitas dan Reliabilitas. Seluruh item pertanyaan yang berjumlah 30 item semuanya terbukti valid (nilai r > 0.30) dan seluruh variabel yang diteliti reliabel dengan nilai Cronbach Alpha > 0,6 .

(10)

10 HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Responden

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki (62,86%), berusia 25 sampai dengan 40 tahun (65,71%), mayoritas (60%) memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi,. Sisanya bervariasi meliputi fakultas Teknik Informatika, Hukum, Teknik Elektro dan Pertanian. 80% dari responden memiliki orangtua yang berwirausaha, dan memiliki famili yang berwirausaha juga

Sebagai contoh dalam penelitian ini adalah Handi Gunawan, yang merupakan lulusan dari fakultas Teknik Elektro. Handi meneruskan usaha orang tuanya sebagai pengusaha makanan berupa kerupuk tenggiri di Cilacap. Contoh lain, Ari memiliki family yang membuka usaha bengkel. Sehingga setelah lulus, tidak melanjutkan kerja di perusahaan, melainkan belajar di bengkel hingga saat ini telah membuka bengkel motor sendiri tepatnya di Kota Salatiga. Berikut adalah jenis usaha yang digeluti para responden.

Tabel 1. Jenis Usaha Responden

Jenis Usaha Jumlah Prosentase

Makanan (Roti, Kuliner) 7 20,00%

Toko Handphone 6 17,14%

Bengkel dan asesoris motor 5 14,29%

Toko Pakaian 4 11,43%

Warnet dan game online 3 8,57%

Salon 2 5,71%

Peternakan Ayam 1 2,86%

Gedung olah raga 1 2,86%

Art Animator 1 2,86%

Wood art design and art concept 1 2,86%

Toko Alat listrik 1 2,86%

Toko Perlengkapan Bayi 1 2,86%

Packaging 1 2,86%

Design Interior 1 2,86%

Total 35 100,00%

Sumber: data primer, 2013

Usaha dalam bidang makanan/ kuliner beserta toko handphone dan usaha bengkel dan asesoris, menjadi usaha yang banyak diminati. Hal ini dikaitkan dengan terbukanya peluang usaha pada ketiga jenis usaha tersebut.

(11)

11

terjun ke dunia usaha sebagian besar responden telah bekerja di perusahaan terlebih dahulu, dan ada yang ikut orang tua atau saudara yang memiliki usaha. Sementara ada juga yang memulai merintis usaha langsung setelah lulus dari perguruan tinggi. Hal ini jelas jika responden setelah lulus langsung memutuskan menjadi wirausaha, entah dari warisan orang tua atau diberi modal oleh orang tua untuk berwirausaha.

Dari berwirausaha, omset yang diperoleh responden selama satu bulan kurang dari Rp. 10 juta sebesar 60 % dan dengan omset perbulan antara Rp. 20.000.000,00 sampai dengan Rp. 30.000.000,00 sebesar 14,29 %. Dengan tingkat keuntungan bersih lebih dari 10 juta/ bulan sebesar 62,86%. Sementara itu sebagian besar jangkauan pemasaran adalah local (68,57%) dan sisanya (31,43%) jangkauan pemasaran lokal maupun nasional.

PENGUJIAN HIPOTESIS

Untuk menguji hipotesis tentang adanya pengaruh karakteristik individu terhadap keputusan berprofesi menjadi wirausaha digunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan mengggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 11.00. Hasil uji regresi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Karakteristik Individu Terhadap Keputusan Berprofesi Menjadi Wirausaha

Variabel Independen Hipotesis Beta t hitung Sig

Self Efficacy HI.1 0.322 3.137 0.002 Toleransi Akan Resiko H1.2 0.512 3.212 0.003 Sikap Wirausaha HI.3 0.262 3.308 0.001

R 2

Adj.R square F hitung Sig. F

0.735 0.732 3.890 0.018

Sumber: olahan SPSS

(12)

12

memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keputusan untuk berprofesi menjadi seorang wirausaha.

Dari tiga elemen karakteristik individu yang diteliti menunjukkan pengaruh yang signifikan, dengan hasil uji F menunjukkan hasil yang signifikan (0,018) dengan nilai R2 = 0,735 yang berarti hanya sekitar 73,50% dari model penelitian ini dijelaskan oleh variabel variabel yang diteliti dan sisanya oleh variabel lain di luar model penelitian.

Untuk menguji hipotesis tentang adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap keputusan berprofesi menjadi wirausaha digunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan mengggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 11.00. Hasil uji regresi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Keputusan Berprofesi Menjadi Wirausaha

Variabel Independen Hipotesis Beta t hitung Sig

Lingkungan sosial H2.2 -0.210 -1.176 0.249 Lingkungan keluarga H2.3 0.423 2.958 0.006 Lingkungan akademik H2.4 -0.001 -0.006 0.995

R 2

Adj.R square F hitung Sig. F

0.263 0.165 2.683 0.050 Sumber: olahan SPSS

Hasil analisis regresi memperlihatkan sejumlah unsur dari variabel faktor pendidikan dan faktor lingkungan, yaitu lingkungan sosial, lingkungan keluarga dan lingkungan akademik, hanya lingkungan keluarga . yang terbukti berpengaruh secara positif terhadap keputusan menjadi wirausaha pada seseorang yang memiliki gelar sarjana dengan tingkat signifikansi 5%. Uji F yang kurang signifikan dengan nilai R2 = 0.250 yang berarti hanya sekitar 25% dari model penelitian ini dijelaskan oleh variabel variabel yang diteliti. Rendahnya niali R2 diduga disebabkan ditolaknya tiga buah hipotesis penelitian dalam model ini.

(13)
[image:13.612.82.537.113.203.2]

13

Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Lain Terhadap Keputusan Berprofesi Menjadi Wirausaha

Variabel Independen Hipotesis Beta t hitung Sig

Kepemilikan jaringan sosial H3.1 0.597 4.275 0.000 R 2

Adj.R square

0,856 0,837 Sumber: olahan SPSS

Hasil analisis regresi memperlihatkan unsur dari variabel faktor lain yang berupa kepemilikan jaringan sosial, terbukti berpengaruh secara positif terhadap keputusan menjadi wirausaha pada seseorang yang memiliki gelar sarjana dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji F menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai R2 = 0.929 yang berarti 92,90% dari model penelitian ini dijelaskan oleh variabel variabel yang diteliti.

Tabel 9. Analisis Simultan Yang Paling Dominan

Variabel Independen Beta t hitung Sig

Self Efficacy 0.342 3.345 0.003

Toleransi Akan Resiko 0.534 3.237 0.003

Sikap Wirausaha 0.271 3.315 0.000

Lingkungan sosial -0.161 -1.341 0.254

Lingkungan keluarga 0.523 2.341 0.004

Lingkungan akademik -0.032 -0.032 0.563

Kepemilikan jaringan sosial 0.583 4.328 0.000

R 2 0,6814

F 0,002

[image:13.612.78.479.362.606.2]
(14)

14

nilai R2 = 0,6814 yang berarti hanya sekitar 68,14% dari model penelitian ini dijelaskan oleh variabel variabel yang diteliti dan sisanya oleh variabel lain di luar model penelitian.

PEMBAHASAN

Variabel karakteristik individu, yaitu self efficacy, toleransi akan resiko dan sikap wirausaha berpengaruh terhadap keputusan berprofesi menjadi wirausaha bagi lulusan perguruan tinggi yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuyun Wirasasmita (2003), Oktarilis (2012), Tjahjono dan Ardi (2007), Wijaya (2008) dan Suharti (2012) yang menunjukkan bahwa karakteristik individu seperti self efficacy, toleransi akan resiko serta sikap wirausaha berpengaruh secara signifikan dan meyakinkan terhadap niat maupun keputusan untuk berwirausaha.

Variabel self efficacy dalam penelitian ini ditemukan berpengaruh secara positif terhadap keputusan sarjana untuk berwirausaha dapat dimengerti karena seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung melihat tantangan sebagai sesuatu yang dapat diatasi berdasarkan kompetensi dan kemampuan diri mereka. Orang yang memiliki self efficacy tinggi pada dasarnya memiliki sikap yang optimis jika usaha yang di jalani akan berjalan dengan baik dan berkembang. Sementara itu berpengaruhnya toleransi akan resiko untuk menjadi seorang wirausaha, sesuai dengan pendapat Suryana (2003) bahwa seorang entrepreneur harus memiliki keberanian menghadapi resiko serta didukung komitmen yang kuat. Hal tersebut akan mendorong seorang entrepreneur untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil.

(15)

15

Hasil analisis regresi memperlihatkan dari sejumlah variabel faktor lingkungan, yaitu lingkungan sosial, lingkungan keluarga dan lingkungan akademik, hanya lingkungan keluarga yang terbukti berpengaruh terhadap keputusan berwirausaha pada sarjana yang menjadi responden penelitian ini. Pengaruh lingkungan sosial terhadap keputusan berprofesi menjadi wirausaha, tidak terdukung dalam penelitian ini. Temuan ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Purwinarti, dkk (2006) yang menemukan bahwa seseorang berniat menjadi wirausaha, karena terdorong dengan melihat para tetangga yang sukses menjadi wirausaha. Sebaliknya, penelitian ini menunjukkan lingkungan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan menjadi wirausaha. Hal ini sejalan dengan penelitian McClelland dalamMuhandri (2002), Crant dalam Saud et al. (2009) dan Mathews dan Moser dalamCotleur (2009), yang menyimpulkan bahwa keluarga memainkan peranan yang penting ketika seorang calon wirausaha merencanakan dan mendirikan usaha karena anggota keluarga dan jaringannya selalu dilibatkan untuk dimintai bantuan dan dukungan. Lingkungan akademik tidak mempengaruhi keputusan berprofesi menjadi wirausaha. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Suharti (2011) yang menemukan bahwa faktor lingkungan akademik seperti fasilitas kampus dan suasana kampus yang mendukung kegiatan berwirausaha dikampus berperan positif terhadap niat mahasiswa untuk berwirausaha setelah lulus sarjana.

Hasil analisis regresi memperlihatkan variabel lain yaitu berupa kepemilikan jaringan sosial, terbukti berpengaruh secara positif terhadap keputusan menjadi wirausaha bagi para sarjana yang menjadi responden. Penelitian ini sejalan dengan Indarti et al. (2008) dan Gadar dan Yunus (2009) yang menyatakan jaringan sosial sangat penting dalam mendukung kegiatan berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa dengan membentuk jaringan sosial maka semua kesempatan bisnis yang ada, permasalahan modal kerja, teknologi produksi, informasi bisnis, investasi, perubahan kebijakan dan peraturan, dan lain-lain dapat dibagi dengan pihak lain sehingga usaha akan lebih efektif dan efisien dan dapat mengurangi resiko usaha.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(16)

16

baik serta memiliki sikap untuk berwirausaha yang baik kan mendorong seseorang menjadi wirausaha.

2) Faktorpendidikan tidak terbukti berpengaruh terhadap keputusanuntuk menjadi wirausaha bagi para sarjana lulusan perguruan tinggi, karena pendidikan tinggi bukan penentu seseorang menjadi wirausaha, adapun mereka yang memiliki orang tua berwirausaha tanpa perlu pendidikan yang tinggi.

3) Dari ketiga faktor lingkungan, hanya unsur lingkungan keluarga yang terbukti berpengaruh terhadap keputusan untuk menjadi wirausaha. Sedangkan lingkungan sosial, dan lingkungan akademik tidak terbukti berpengaruh terhadap keputusan menjadi wirausaha bagi para sarjana lulusan perguruan tinggi. Berpengaruhnya faktor keluarga karena keluarga memainkan peranan yang penting seperti memberikan bantuan dan dukungan

4) Faktor unsur kepemilikan jaringan sosial terbukti berpengaruh terhadap keputusan menjadi wirausaha bagi para sarjana lulusan perguruan tinggi. Karena dengan kepemilikan jaringan sosial yang luas maka seseorang akan mendapatkan informasi bahkan pertukaran informasi dan sumber daya untuk saling mendukung kegiatan masing-masing

5) Faktor kepemilikan jaringan sosial merupakan faktor dominan yang mempengaruhi keputusan menjadi wirausaha bagi para sarjana lulusan perguruan tinggi dengan R 2 sebesar 0,856. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan kepemilikan jaringan sosial yang relative luas, pergaulan yang luas serta mengikuti perkumpulan atau organisasi, seseorang akan mendapatkan informasi bahkan pertukaran informasi dan sumber daya untuk saling mendukung kegiatan masing-masing

Implikasi Terapan

(17)

17

menambah informasi maupun berukar informasi mengenai ide untuk berwirausaha. Selain itu juga untuk membantu meningkatkan penjualan.

Keterbatasan Penelitian dan saran untuk penelitian mendatang

Peneliti tidak memiliki sampel yang jelas dikarenakan tidak adanya respon dari email yang dikirim ke pengusaha Indonesia, serta tidak terdapat variasi etnis karena sebagian besar memperoleh responden etnis Tionghoa. Selain itu dalam penelitian ini pertanyaan pada kueisioner toleransi akan resiko terutama pada indikator mengambil resiko yang tidak terlalu tinggi menggunakan skor yang terbalik. Pada bagian kueisioner terdapat beberapa pertanyaan yang double barrel (pertanyaan yang ditanyakan membuat responden kebingungan dalam menjawab). Untuk penelitian mendatang dapat menambahkan variabel lain selain yang digunakan oleh peneliti seperti motivasi, budaya dengan menambahkan populasi selain etnis Tionghoa.

Daftar Pustaka

Alma, 2003. Kewirausahaan, Edisi Revisi, Alfabeta. Bandung

Bandura, A., Caprara, G. V., Barbaranelli, C., Pastorelli, C., & Regalia, C. 2001. Sociocognitive

self-regulatory mechanisms governing transgressive behavior. Journal of Personality and Social

Psychology, 80, 125-135. doi:10.1O37//O022-3514.80.1.125.

Fattah, Nanang, 2002. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung PT Remaja Rosdakarya

Ferridiyanto, 2012. Pengaruh Efikasi Diri (Self Efficacy) Dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap

Motivasi Bertechnopreneurship Siswa Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Smk 1 Sedayu.

Universitas Negeri Yogyakarta

Frinces, Z.Heflin, 2004. Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis. Darussalam, Yogyakarta

Gadar, Kamisan dan Nek Kamal Yeop Yunus, 2009. The Influence of Personality and Socio-Economic

Factors on Female Enterpreneurship Motivations in Malaysia, International Review of Business

Research Papers, January, 5 (1), 149 – 162

Hasbullah, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Imron, Ali, dkk, 2003. Manajemen Pendidikan. Malang, Universitas Negeri Malang

Indarti, dkk. 2008. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang

dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, 23, (4), 1-27

Indrawan, Rully, 2004. Ekonomi Koperasi (ideologi, teori, dan praktik berkoperasi). Bandung: Lemlit

(18)

18

Inggarwati, dkk. 2010. Peranan Faktor-faktor Individual Dalam Mengembangkan Usaha. Jurnal

Manajemen Bisnis. Vol. 3 No. 2. November 2010.

Kencanawati, 2009. Pengaruh Karakteristik Wirausaha dan Lingkungan Terhadap Motivasi

Berwirausaha Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 5,

No. 3. Nopember 2009.

Lupiyoadi, Hamdani. 2006. Manajemen Kewirausahaan, Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Oktarilis, 2012. Pengaruh Faktor-Faktor Yang Dapat Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan Wirausaha.

Universitas Gunadarma

Perdana, 2009. Keputusan Berwirausaha Alumni Strata Satu (S1) Program Studi Psikologi Universitas

Islam Indonesia. Universitas Islam Indonesia

Prijosaksono, Aribowo dan Sri Bawono. (2005). The Power Of Entrepreneurial Intelligence, Membangun

Sikap dan Perilaku Entrepreneur dalam Diri Anda. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Purwinarti, dkk, 2006. Faktor Pendorong Minat Untuk Berwirausaha (Studi Lapangan Terhadap

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 5, No. 1, Maret 2006: 39-

46.

Rahardjo, Pambudi, 2010. Hubungan Karakteristik Individu Dengan Keputusan Menjadi Wirausaha Baru

DiPurwokerto(Studi Tentang Alternatif Karir Lulusan PT). PSYCHO IDEA, Tahun 8 No.1, Feb

2010ISSN 1693-1076

Rivai, Veithzal, 2004. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Roscoe, J.T. 1975. Fundamental Research Statistic for The Behavior Sciencess. (2nd, ed), Holt, Rinehart

and Winston. New York

Suharti, Lieli, 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial

Intention) (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga). Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.13, No. 2, September 2011: 124-134

Suparyanto, Wachyu, 2006. Haruskah Bekerja atau Berwirausaha. Alfabeta, Bandung

Suryana, 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat.

Susanto, Adi. 2000. Kewirausahaan. Ghalia Indonesia. Jakarta

Tinambunan, 2008. Jalan Menuju Wirausaha Yang Sukses. Media Unika, No. 73. Edisi ke 4

Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Ed. 3. Yogyakarta

Wijaya, Tony, 2008. Kajian Model Empiris Perilaku BerwirausahaUKM DIY dan Jawa Tengah. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan. September. 10 (2).

Wirasasmita, Yuyun, 2003. Komunikasi Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

http://suarapengusaha.com tahun 2013

Gambar

Tabel 1. Jenis Usaha Responden
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Karakteristik Individu Terhadap Keputusan Berprofesi Menjadi Wirausaha
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Keputusan Berprofesi Menjadi Wirausaha
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Lain Terhadap Keputusan Berprofesi Menjadi Wirausaha

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dua belas sampel daging yang terdiri dari daging sapi, ayam dan babi pada empat pasar swalayan di

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dengan media pembelajaran permainan kartu bagi anak Tunagrahita kelas D.II / C SLB Negeri

Eksisting Panjang : Isilah panjang eksisting jalan lingkungan yang akan dibangun di lokasi perumahan yang diusulkan dalam satuan meter. Eksisting Lebar : Isilah lebar

Dimensi ini mencakup kondisi fisik fasilitas, peralatan serta penampilan perawat. Karena jasa tidak dapat diamati secara langsung, maka pasien seringkali berpedoman pada kondisi yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.. Dapat disimpulkan

[r]

Implikasi hukum hirfah sebagai kriteria kafa’ah dalam pernikahan menurut Imam al-Syafi’i bahwa perihal kafa’ah itu diperhitungkan karena apabila terjadi ketidak

27 RAFIQI MUHAMMAD SYAICHAN 28 RAKA HERNANDY PUTRA 29 RAMDHAN SYAIFULLOH. 30