MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (KPPM) DI MTS
DARUSSALAM SIDOARJO
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Mukhamad Mukhlis NIM. F13212189
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (KPPM) DI MTS
DARUSSALAM SIDOARJO
Oleh:
Mukhamad Mukhlis NIM. F13212189
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Mukhamad Mukhlis (NIM. F13212189) Manajemen Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM) Di MTs Darussalam Sidoarjo. Tesis. Konsentrasi Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2016.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Atas dasar pemikiran
itu maka dikembangkanlah Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim.
Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim merupakan kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam Tujuan penerapan pendidikan karakter (KPPM) Di MTs Darussalam Sidoarjo dan Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo mulai dari perencanaan, pengorganisasian, implementasi serta evaluasi.
Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk field research atau
penelitian kancah atau lapangan yang bersifat kualitatif dengan mengambil latar
MTs Darussalam Sidoarjo. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analsisis data dilakuakan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari penerapan pendidikan karakter (KPPM) adalah untuk membekali siswa dengan ilmu pegetahuan agama yang kuat, serta penerapanya dalam kehidupan sehari hari serta dengan penerapan kepribadian muslim disekolah, siswa menjadi memahami hakikat serta sejatinya seorang muslim. Kemudian manajemen kurikulum meliputi, perencanaan, pengorganisasian serta pelaksanaan dan evaluasi, Pengembangan
Pribadai Muslim MTs Darussalam Sidoarjo menggunakan Integrated Curriculum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi
menghadapi suatu masa yang kritis karena masyarakat mengalami krisis
kebudayaan. Krisis kebudayaan bisa menyebabkan krisis moral, sosial,
krisis ekonomi, krisis psikologi dan berbagai jenis krisis lainnya. Fenomena
globalisasi mempengaruhi dinamika masyarakat, dinamika tersebut
mengubah tingkah laku manusia dan juga berakibat pada kaburnya nilai-nilai
kemanusiaan, agama dan budaya.
Masyarakat kita mengalami kelumpuhan budaya di berbagai bidang,
masyarakat mengalami krisis penurunan kepercayaan diri sehingga tidak
berdaya secara budaya merespons secara kritis gelombang persoalan yang
muncul. Masyarakat pun mengalami semacam degradasi nilai.
Globalisasi yang menjadi satu wajah dengan modernisasi membawa
dampak positif sekaligus negatif yang juga mengakibatkan kekacauan. Banyak
siswa kita melarikan diri kepada narkotika, geng- geng sekolah, game omline,
dan bunuh diri. Pendidikan menghasilkan pemimpin dan oknum politik yang
pintar namun merusak, cerdas namun culas, baik tetapi munafik, dan korup.
Pendidikan kehilangan jangkar kearifan nilai-nilai budaya, tradisi-tradisi yang
sudah diwariskan.
Melihat fenomena tersebut menunjukkan bahwa anak didik kita
2
belum pernah terbayangkan. Hal ini disebabkan pada hilangnya karakter pada
diri seorang siswa. Karakter yang kuat akan memberikan kemampuan kepada
anak didik kita untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk
lingkungan yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, bebas dari
kekerasan dan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.1 Oleh karena itu, kini
warga serta para orang tua memohon kepada sekolah untuk memberi
pendidikan karakter/moral yang baik kepada anak-anaknya. 2
Pendidikan karakter/moral pada hakekatnya memiliki dua tujuan,
yaitu membantu manusia untuk menjadi pintar (smart), dan baik (good).3
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw. juga menegaskan bahwa misi
utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan
mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).4
Menjadikan manusia pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi
menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh
lebih sulit atau bahkan sangat sulit. Maka dari itu seorang pendidik tidak hanya
dituntut menjadi pengajar tetapi sekaligus mendidik yakni dengan memberikan
nilai-nilai moral yang baik pada siswa.
a. Peran dan potensi pendidikan agama sebagai agen konstruktif perbaikan
masyarakat saat ini menjadi suatu kenyataan, suatu realita yang tidak hanya sekedar mengembangkan intelektualitas anak-siswa dan pemuda, namun juga masyarakat masa depan di mana mereka akan menjadi unsur
1
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 41.
2
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter; kajian teori dan praktek di sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 6.
3
Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme Pradigma Baru Pendidikan Agama Islam di Indonesia, (Malang: Aditya Media Publising, 2011), 8.
4
3
utama dan bagian dari budaya dan kehidupan hal ini sesuai dengan hadis nabi.
ِ إ
ِ بِاَمَن
َِمَِمّمَت ِِ تْث ع
ِْق ََْخَِْاَِم راَك
Artinya: “Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak/budi
pekerti yang mulia”. (HR. Ahmad).5
Pendidikan agama akan selalu menjadi semacam perusahaan moral,
yang seharusnya menganalisis trend-trend sosial, melihat problem-problem
budaya yang dihadapi masyarakat, berspekulasi tentang segala akibat yang
ditimbulkan oleh dinamika sosial dewasa ini, dan memproyeksikan nilai-nilai
dan tujuan-tujuan yang perlu ditampakkan untuk mempertahankan cara hidup
yang demokratis, yang di dalamnya ia menyeleksi bagian-bagian apa dari
agama dan budaya, kebijakan apa, nilai-nilai agama yang bagaimana, dan
ideal-ideal teoritik dari berbagai konsep nilai ajaran agama Islam apa yang
hendak ditransmisikan Oleh karena itu, kini warga serta para orang tua
memohon kepada sekolah untuk memberi pendidikan karakter/moral yang baik
kepada anak-anaknya. 6.
Pendidikan agama yang diidealkan adalah pendidikan agama yang
tidak doktriner sehingga tak memunculkan klaim-klaim kemutlakan yang
telah dimatikan ruang perbedaan dan perubahan dalam agama oleh sikap
fanatik dan eksklusif. Sebaliknya pendidikan Agama harus menanamkan
sikap toleransi, simpati, dan empati terhadap mereka yang beda agama.
5
Juwariyah, Pendidikan Anak Dalam Al Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2010), 93. 6
4
Model pendidikan Agama yang berkembang saat ini banyak yang
masih sebatas menekankan pada aspek kognitif siswa, tak mengherankan jika
kurikulum pendidikan agama dikritik antirealitas. Kurikulum pendidikan
agama dianggap kurang mengakomodasi realitas keberagamaan intra dan
antarumat beragama, serta justru cenderung melahirkan eksklusifisme
keberagamaan. Pendidikan agama disekolah kurang mampu menganalisis
trend-trend sosial, melihat problem-problem budaya yang dihadapi
masyarakat.
Model kurikulum Pendidikan agama dibeberapa sekolah justru
menanamkan benih-benih eksklusivism keberagamaan yang berpotensi
memicu konflik dan kekerasan atas nama agama itu sendiri Pendidikan
karakter/moral pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu
manusia untuk menjadi pintar (smart), dan baik (good).7.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20
tahun 2003), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jika perkataan beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti dilihat dari sudut
komponen dasar agama Islam, maka padanannya adalah ‘aqidah, syari’ah
7
5
(hablum minallah : ibadah; hablum minannas : muamalah), dan berakhlak
karimah.
Selain itu pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional dalam Pasal I UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.8
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ada perbedaan
yang jelas mengenai arti pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.
Pendidikan Agama adalah bahan kajian dan pelajaran dalam kurikulum di
semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan. Pendidikan keagamaan adalah
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjalankan peranan
yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan. Pendidikan keagamaan ini diselenggarakan oleh sekolah atau
lembaga pendidikan yang khusus diadakan untuk itu, misalnya madrasah dan
sekolah keagamaan. Di samping itu, Undang-undang ini membedakan juga
arti pendidikan umum dan pendidikan keagamaan. Yang dimaksud
pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan, sedangkan pendidikan
8
6
keagamaan (seperti telah dirumuskan di atas) adalah pendidikan sekolah
keagamaan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk menguasai
pendidikan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Pendidikan
agama, kalau dihubungkan dengan pendidikan umum yang dimaksud dengan
undang-undang ini adalah salah satu bahan kajian atau pelajaran dalam
kurikulum pendidikan umum itu.
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke
desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada
beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Dalam kaitan ini, kurikulum
sekolah menjadi perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga
mengalami perubahan-perubahan kebijakan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Atas dasar
pemikiran itu maka dikembangkanlah Kurikulum Pengembangan Pribadi
Muslim.
Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
7
Nomor 19 Tahun 2005 bahwa kurikulum satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah mengacu pada standar isi dan standar
kompetensi lulusan serta secara umum berpedoman pada panduan dari Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Implementasi Kurikulum pendidikan agama di sekolah saat ini belum
banyak melakukan inovasi, pemikiran kreatif dan kritis terhadap isu-isu dan
budaya global. Akibatnya ilmu agama yang dipelajari nyaris tidak banyak
menyentuh persoalan sosial, budaya dan kehidupan sekarang.
MTs Darussalam Sidoarjo sebagai salah satu lembaga yang
membidangi pendidikan mempunyai manajemen dalam pengelolaan
lembaganya termasuk managemen kurikulumnya, terlebih MTs Darussalam
Sidoarjo yang berada di bawah naungan Yayasan pendidikan Darussalam
(YPD) .
Banyak sekolah berpredikat Islam di Indonesia, namum pelajaran
ke-Islamanya kurang mendapat tempat dalam kurikulumnya. Kurikulum sekolah
Islam dalam kenyataanya lebih dekat pada kurikulum sekolah umum. Kata
“Islam” hanya dijadikan sebagai trend bahkan embel-embel saja untuk
persamaan status dan pengakuan ijazah .
Saat ini MTs Darussalam Sidoarjo adalah sekolah swasta yang
diminati banyak kalangan masyarakat.9MTs Darussalam Sidoarjo dengan
kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM), menawarkan
9
8
konsep metodologis, seperti sejumlah pendekatan, metode-metode,
tipologi-tipologi, dan paradigma-paradigma atau pola pikir-pola pikir.
Terkait dengan latar belakang di atas, maka peniliti mengkaji
permasalahan tersebut dengan judul ” Manajemen Pendidikan Karakter
(KPPM) Di MTs Darussalam Sidoarjo”
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darussalam Sidoarjo
2. Efektifitas manajemen dibatasi hanya pada Pengembangan Pribadi Muslim
(KPPM)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam
Sidoarjo ?
2. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam
Sidoarjo ?
3. Bagaimana Evaluasi Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam
Sidoarjo ?
9
Adapun penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu :
1. Mendeskripisikan Perencanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs
Darussalam Sidoarjo ?
2. Mendeskripsikan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs
Darussalam Sidoarjo ?
3. Mendeskripsikan Evaluasi Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs
Darussalam Sidoarjo ?
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan baik teoritis maupun praktis, sebagai
berikut:
1. Kegunaan secara teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi civitas
akademika dalam rangka memperluas khazanah keilmuwan, khusunya
dalam manajemen pengembangan kurikulum pendidikan Islam.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi pengembangan
penelitian yang lebih lanjut mengenai Manajemen Pendidikan
Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo
2. Kegunaan secara Praktis
a. Kegunaan bagi kepala sekolah, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan mengenai manajemen pengembangan
kurikulum pendidikan Islam di setiap sekolah, sehingga diharapkan
10
menciptakan model manajemen kurikulum yang lebih inovatif,
khususnya dalam hal pengembangan pribadi anak didik.
b. Kegunaan bagi pendidik, penelitian ini diharapkan agar dapat
dijadikan sebagai acuan model pengembangan pribadi muslim pada
anak didik sekaligus dapat diterapkan dalam pembelajaran, baik di
dalam maupun di luar kelas.
c. Kegunaan bagi satuan pendidikan, penelitian ini diharapkan mampu
menjadi contoh bagi pelaksanaan managerial dalam hal
pengembangan kurikulum pendidikan karakter.
d. Kegunaan bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.
e. Kegunaan bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi berupa masukan dan sumber informasi dalam
merancang kebijakan di bidang pendidikan, khususnya kebijakan yang
berkaitan dengan pendidikan karakter islami.
F. Kerangka Teoritik 1. Manajemen
Manajemen adalahrangkaian segala kegiatan yang merujuk kepada
usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan definisi manajemen pendidikan sebagai
mana dikemukakan Muljani A. Nurhadi yang dikutip Suharsimi
11
proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung
dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.10
Adapun fungsi dari manajemen adalah sebagai 1)Perencanaan
(Planning), 2) Pengorganisasian (Organizing), 3) Penggerakan/
Pelaksanaan (Actuating), 4) Pengawasan (Controlling)
Dari teori tentang fungsi manajemen di atas (Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi), Keempat fungsi manajemen
tersebut menjadi bahan acuan dan dasar dalam pengolahan berbagai data
yang ditemukan di lapangan sesuai dengan pokok permasalahan yang
diteliti yaitu manajemen kurikulum pengembangan pribadi muslim (KPPM).
2. Definisi Manajemen Kurikulum
Menurut kamus bahasa Indonesia kurikulum adalah perangkat mata
pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; 2 perangkat mata
kuliah mengenai bidang keahlian khusus.11
Manajemen kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
pendidikan tertentu. 12
10
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 4.
11
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, 845. 12
12
Adapun fungsi dari kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu
peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan
pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik
di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum
sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis,
diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai
program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.
3. Komponen Kurikulum
Untuk dapat melaksanakan kurikulum dengan baik, maka
diperlukan beberapa komponen kurikulum yang dapat menjelaskan apa
dan bagaimana kurikulum tersebut harus dilaksanakan. Miller dan Seller
(1985:175) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan kurikulum
terdapat elemen-elemen kunci yang harus ada dalam kurikulum, yaitu aims
(tujuan), content (isi), teaching strategis/learning experiences (strategi
mengajar/pengalaman belajar)
Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 bahwa kurikulum satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada standar isi
dan standar kompetensi lulusan serta secara umum berpedoman pada
13
Kepribadian merupakan suatu komponen yang berhubungan
dengan akhlaq. Akhlaq berasal dari kata khuluq yang berarti perangai,
sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. Karena itu akhlaq mempunyai
hubungan dengan sikap, perangai, tingkah laku atau budi pekerti manusia
terhadap khaliq (pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan).
Karena itu sama halnya dengan syari’ah, dalam garis besarnya ajaran
akhlak itu juga dapat dibagi 2, yakni berkenaan dengan sikap manusia
terhadap (1) khaliq, Tuhan Yang Maha Esa, dan (2) terhadap makhluk
(segala yang diciptakan oleh khaliq itu).
4. Ruang Lingkup Manajemen
Manajemen kurikulum merupakan bagian integrasi dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).13
Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat
satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi
sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan
lingkungan di mana sekolah iatu berada.14
13
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), 3. 14
14
Sikap terhadap sesama makhluk ini dapat dibagi menjadi 2 pula,
yaitu (1) akhlaq terhadap manusia, yakni diri sendiri, keluarga, tetangga
dan masyarakat, dan (2) akhlaq terhadap makhluk, bukan manusia yang
ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut terakhir ini dapat dibagi
lagi menjadi akhlaq terhadap (a) tumbuh-tumbuhan dan akhlaq terhadap
(b) hewan bahkan (c) akhlaq terhadap bumi dan air serta udara yang ada di
sekitar kita. Sebagaimana dengan aqidah, syari’ah tersebut di atas,
mengenai akhlaq inipun ada ilmu yang memperlajari, mendalami serta
mengembangkan ajaran akhlaq yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
assunnah (hadits) itu, agar manusia muslim dan muslimat dapat bersikap,
berbudi pekerti, dan bertingkah laku seperti yang ditetapkan dalam dua
sumber ajaran Islam tersebut
5. Prinsip Manajemen Kurikulum
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut15:
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum
merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen
kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran
dalam manajemen kurikulum.
15
15
b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum
harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai
tujuan kurikulum sehingga kegiatan menajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
relatif singkat.
e. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan
mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
6. Fungsi Manajemen Kurikulum
Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum, diantaranya
sebagai berikut16:
a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
16
16
b. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi
juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokuriluler yang dikelola secar
integritas dalam mencapi tujuan kurikulum.
c. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai demngan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
d. Meningkatkan efekifitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang
professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi kepad
kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yag telah direcanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, ketidaksesesuaian anatara desain dengan
implementasi dapat dapata dihindarkan. Di samping itu, guru maupun
siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang
17
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk untuk membantu
mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara
profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi
bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan
kebutuhan pembangunan daerah setempat.
G. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran penulis terhadap beberapa karya tulis dan
hasil penelitian, penelitian ini belum pernah dilakukan, namun terdapat
beberapa penelitian sebelumnya yang hampir serupa dengan penelitian ini.
Sebagai bahan telaah, maka penulis lampirkan beberapa penelitian yang
hampir serupa tersebut, sebagai berikut:
Pertama : Ima Faizah, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Akhlak
di SD MUHAMMADIYAH I SIDOARJO, hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengembangan kurikulum pendidikan akhlak di SD Muhammadiyah I
Sidoarjo bersifat the grass roots models dengan menggunakan model
pengembangan Hilda Toba.17
Kedua : Heni Zuhriya, Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan
Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih), di dalam Tesis
tersebut dijelaskan persamaan dan perbedaan antara kedua konsep.
Persamaannya, bahwa pendidikan karakter itu untuk menghasilkan manusia
yang mempunyai keutamaan, dan hal ini harus bersama-sama dengan
17
18
masyarakat dalam mengaktualisasinya. Adapun perbedaan diantara keduanya
adalah, bahwa pendidikan karakter Doni Koesoema menekankan diterapkan
di lingkungan sekolah, sedangkan Ibnu Miskawaih lebih menekankan untuk
menerapkan pendidikan karakter di lingkungan keluarga atau lingkungan
rumah.18
Ketiga : Hidayah, Pola Pendidikan Agama dalam Keluarga
Pengaruhnya terhadap Keberagamaan Anak di Desa Cangkring
Karanganyar Demak, di dalam Tesis tersebut dijelaskan konsep pola
pendidikan akhlak, tujuan keberagamaan, serta relevansinya pendidikan
akhlak dengan tujuan keberagamaan setiap anak.19
Keempat : Hakim As Shidqi, Pendidikan Akhlak Menurut KH. Imam
Zarkasyi dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter Bangsa, hasil
penelitian menunjukkan bahwa KH. Imam Zarkasyi dalam penelitian tersebut
melihat pendidikan sebagai sebuah totalitas kegiatan mendidik dan berpendapat
bahwa setiap yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh peserta didik dari
kegiatan atau suara merupakan sarana dari sarana-sarana pendidikan akhlak.
Keutamaan nilai-nilai pendidikan akhlak oleh KH. Imam Zarkasyi dirangkum
dalam panca jiwa pondok modern, yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari,
ukhwah diniyyah dan kebebasan. Kesemua keutamaan tersebut harus
ditanamkan melewati seluruh kegiatan pendidikan, KH. Imam Zarkasyi
18
Heni Zuhriya, “Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih)” (Tesis-- Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 65.
19
19
menawarkan beberapa metode yang dapat digunakan seperti metode
pengarahan/nasehat dan keteladanan, metode penciptaan lingkungan
(conditioning), metode penugasan metode pembelajaran/kisah/hikmah, metode
pembiasaan, dan metode latihan. Pendapat ini memiliki kesesuaian dengan
pemikiran tokoh pendidikan Islam seperti Miskawaih, Imam al-Ghazali, Ibn.
Qayyim al-jauziyyah dan Muhammad Abduh serta konsep pendidikan karakter
bangsa yang disusun oleh Kemendiknas.20
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas, maka bisa
penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan ini belum pernah
dilakukan sebelumnya dan bukan merupakan jiplakan dari penelitian yang
sudah pernah ada karena penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat dalam fokus penelitian dan objek
penelitian, jika penelitian manajemen pengembangan kurikulum sebelumnya
lebih berorientasi pada pembelajaran, maka penelitian ini mencakup fokus lain
yaitu dalam pembudayaan sekolah. Selain itu, penelitian ini juga berupaya
mengungkap pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat satuan pendidikan
dasar yang secara khusus terkait dengan penerapan pendidikan karakter, dan
tentunya pembahasan mengenai kinerja kepala sekolah juga menjadi salah satu
fokus dalam penelitian ini. Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan
manajemen pengembangan kurikulum sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan ini, perbedaannya terletak
pada fokus implementasi manajemen dalam lingkup bidang garapan
20
20
(kurikulum, sarana prasarana, dan lain-lain) sedangkan penelitian ini berfokus
pada pelaksanaan manajemen pada sisi pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemennya. Adapun penelitian mengenai manajemen pengembangan
kurikulum yang sudah pernah ada, belum memfokuskan penelitiannya terhadap
integrasi kurikulum dan pembiasaan karakter seorang muslim dalam
pendidikan Islam. Atas dasar perbedaan-perbedaan itu lah maka penulis yakin
untuk meneruskan penelitian ini.
Atas dasar perbedaan-perbedaan itu lah maka penulis yakin untuk
meneruskan penelitian ini.
H.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penilitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif analitis. Alasan pemilihan metode deskriptif analitis adalah
karena penelitian ini bermaksud mendeskripsikan dan menganalisis suatu
gejala dari peristiwa yang terjadi pada saat ini. Dengan kata lain, penelitian
ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya setelah penelitian ini dilaksanakan.21 Dalam hal ini tentunya
mendeskripsikan dan dan menganalisa secara riil Manajemen Pendidikan
Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo. Mengingat sifatnya yang
demikian, penelitian deskriptif analitis dalam pendidikan lebih berfungsi
untuk pemecahan masalah praktisi pendidikan.
21
21
2. Objek dan Subjek Penelitian
a. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam ensiklopedia disebut sebagai sesuatu yang
dengan cara tertentu dapat dikenali oleh subjek pemikir, baik sebagai
suatu hal di luar subjek maupun sebagai suatu konsep atau pengertian
yang dibentuk oleh subjek di dalam pemikirannya.22
Objek penelitian terdiri dari dua macam, yaitu objek material dan
objek formal. Objek material adalah benda atau hal yang menjadi
objek atau bidang ilmu, sedangkan objek formal adalah aspek atau
sudut pandang suatu ilmu dalam melihat objek ilmu. Merujuk pada
pengertian tersebut, maka objek material dalam penelitian ini adalah
MTs Darussalam Sidoarjo, sedangkan objek formalnya adalah
manajemen Pendidikan karakter (KPPM).
b. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian kualitatif tidak sama dengan penelitian
kuantitatif. Subjek penelitian dalam jenis penelitian kualitatif secara
spesifik disebut informan, yaitu “orang-dalam” pada latar penelitian.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat)
penelitian.23 Maka dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari:
1) Kepala Sekolah selaku pelaksana manajemen pendidikan yang ada
di MTs Darussalam Sidoarjo. Tentunya kepala sekolah merupakan
22
Ndraha, 1985:55 dalam Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011), 29.
23
22
informan paling utama dalam penelitian ini, karena menyangkut
Manajemen Pendidikan karakter (KPPM).
2) Pendidik dan tenaga kependidikan yang ada MTs Darussalam
Sidoarjo, termasuk di dalamnya tenaga kependidikan yang
mempunyai wewenang dalam pengawasan terhadap guru terkait
dengan Manajemen Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim
(KPPM).
3) Siswa MTs Darussalam Sidoarjo
4) Orang Tua siswa MTs Darussalam Sidoarjo
Adapun penentuan keempat subjek tersebut yang dijadikan
sumber data penelitian dilakukan dengan teknik penentuan purposive
sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.
Purposive sampling yaitu teknik sampel yang ditujukan pada sampel
yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu
berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Selanjutnya, untuk
memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian, teknik purposive
sample di atas dikembangkan dengan snowball sampling, yaitu
penentuan sampel yang semula jumlahnya kecil, kemudian sampel
disuruh untuk memilih rekan-rekannya untuk dijadikan sampel.24
Keempat kategori tersebut merupakan sumber data atau informan
yang bersifat primer dan sekunder, karena dalam penelitian ini
membutuhkan data mengenai manajemen Kurikulum Pengembangan
24
23
Pribadi Muslim (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo, sehingga yang
menjadi informan primer adalah kepala sekolah sebagai pelaksana
manajemen di sekolah tersebut.
c. Tekhnik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama
yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri untuk mengumpulkan
informasi melalui pengamatan maupun wawancara.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
a. Observasi
Observasi yang dilakukan dalah observasi partisipan (participant
observation), yakni pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut
ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi atau obyek yag
diteliti.25 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah proses
implementasi manajemen sudah dilakukan secara ideal dan sesuai
dengan yang direncanakan atau belum. Observas ini juga digunakan
untuk melakukan pengecekan data yang telah diperoleh dari hasil
interview dan dokumentasi, sehingga dapat mendukung validitas dan
keabsahan data yang diperoleh.
b. Wawancara
25
24
Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian.26 Tekhnik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
secara detail dan memahami dari informan terhadap fokus masalah
yang diteliti. Untuk membantu penulis dalam melakukan wawancara
supaya dapat berjlan secara sistematis dan substantive, dibuat
pedoman interview atau wawancara dalam bentuk semi structured.27
Dalam hal ini, mula-mula interview menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam
untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban
yang diperoleh meliputi semua masalah penelitian dengan keterangan
yang lengkap dan mendalam.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, notulen rapat, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Data yang dikumpulkan
melalui metode dokumentasi ini antara lain data tentang profil MTs
Darussalam Sidoarjo meliputi visi dan misi, data pelaksanaan
Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo, keadaan
guru dan peserta didik, sarana dan prasarana, program-program
sekolah dan data-data yang berkaitan dengan penelitian.
d. Uji Keabasahan Data
26
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 136. 27
25
Uji keabsahan data dilakukan dengan tujuan agar simpulan
penelitian yang diperoleh dari analisis terhadap data-data yang didapat
benar-benar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Ada empat
teknik yang menetapkan keabsahan data sebagaimana yang
diuangkapkan Lexy J. Moeleong yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan transferability), kebergantungan
(dependibility) dan kepastian (confirmability).28
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik derajat kepercayaan (credibility) yang meliputi :
1) Ketekunan pengamatan
Adalah pengamatan yang bertujuan untuk menentukan
ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yag sedang dicari kemudian memusatkan diri
pada hal-hal tersebut secara rinci.29 Dalam hal ini penulis
mengadakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam proses implementasi manajemen Pendidikan Karakter
(KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo.
2) Triangulasi
Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data gabungan.
Teknik Triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
28
Lexi J. Moluog, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 173
29
26
data dan sumber yang telah ada.30 Adapun bentuk-bentuk
Triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Triangulasi Sumber (member check),Triangulasi Teknik, dan
Triangulasi Waktu. Teknik tersebut dibutuhkan dalam penelitian ini
sebagai usaha kroscek dan konfirmasi agar data dan hasil yang
didapatkan menjadi lebih valid.
3) Analisis data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola , kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Adapun
langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian sesuai
dengan model Miles dan Huberman, sebagai berikut:
a) Reduksi Data, adalah proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data
mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.
Pemilahan data oleh peneliti kemudian diberi kode untuk ditarik
keluar, dan reduksi data merupakan suatu bentuk analisis untuk
mempertajam, memilah, membuang, dan menyusun data dalam
suatu cara di mana kesimpulan akhir mengenai manajemen
kurikulum pengembangan pribadi muslim di MTs Darussalam
Sidoarjo dapat digambarkan dan diverifikasikan.
30
27
b) Model Data (Data Display), atau dengan kata lain penyajian
data adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun yang
membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan setelah
melalui proses reduksi data.
c) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi). Bermula dari pengumpulan
data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna”
sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi
yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Dalam
pengambilan kesimpulan, peneliti akan mengarahkan pada hasil
penelitian mengenai manajemen kurikulum pengembangan
pribadi muslim di MTs Darussalam Sidoarjo
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami isi tesis ini, penulis
mengungkapkan sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab Pertama : Merupakan pendahuluan, isi pokok pikiran dari bab ini
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan keguanaan penelitian, kajian pustaka, kerangka
teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua : Kajian teori yang mendiskripsikan Manajemen Pendidikan
Karakter (KPPM) meliputi latar belakang, landasan
28
Karakter (KPPM), muatan kurikulum Pendidikan Karakter
(KPPM), prinsip pengembangan dan pelaksanaan
Pendidikan Karakter (KPPM), serta alasan MTs Darussalam
Sidoarjo menerapkan(Jakarta : Rajawali Pers, 2012 Manajemen
Pendidikan Karakter (KPPM)
Bab ketiga : Merupakan Deskripsi lokasi penelitian yang meliputi letak
geografis, sejarah singkat MTs Darussalam Sidoarjo, visi
dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan
peserta didik serta sarana dan prasarana.
Bab Keempat : Penyajian dan Analisis pelaksanaan Pendidik(Jakarta : Rajawali
Pers, 2012an karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
implementasi, dan evaluasi kurikulum. Serta ditambahkan
dengan hasil yang dicapai, faktor yang mendukung dan
yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter
(KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo.
Bab Kelima : Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran
dan kata penutup.
BAB II
KAJIAN TEORI A. Latar belakang Manajeman Pendidikan.
1. Latar Belakang Diperlukannya Manajemen Pendidikan
Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi
perubahan global disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi
informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada
perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) di bidang
pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh
lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas/mutu pendidikan
dalam pengelolaannya.
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika
proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang
sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses
belajar yang berkelanjutan.1 Proses pendidikan yang bermutu akan
membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan pembangunan.Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan
efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang
mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan
kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan
1
29
sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,keterampilan dan
keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus berkembang.
Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas,
diperlukan manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber
daya pendidikan.Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen
peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa
pendidikan karakter adalah dasar dari pengembangan Kurikulum 2013,
kurikulum tersebut lebih menekankan pada pengembangkan karakter untuk
membangun akhlak dan budi pekerti pada anak-anak bangsa.
Diterapkanya pendidikan karakter disekolah karena, mulai merosotnya
akhlaq dan moral bangsa Indonesia yang sudah memasuki masa modern,
oleh sebab itu pendidikan disekolah haruslah membantu dalam
menyelesaikan masalh bangsa yang sangat penting ini bagi kelangsungan
bangsa Indonesia yang akan dating.
2. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang merujuk kepada
usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan.2 Sedangkan definisi manajemen pendidikan sebagai
mana dikemukakan Muljani A. Nurhadi yang dikutip Suharsimi Arikunto
adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
2
30
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.3
Adapun fungsi dari manajemen adalah sebagai a. Perencanaan
(Planning), b. Pengorganisasian (Organizing), c. Penggerakan/ Pelaksanaan
(Actuating), d. Pengawasan (Controlling)
Dari teori tentang fungsi manajemen di atas (Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi), Keempat fungsi manajemen
tersebut menjadi bahan acuan dan dasar dalam pengolahan berbagai data
yang ditemukan di lapangan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti
yaitu manajemen kurikulum pengembangan pribadi muslim (KPPM).
Menurut kamus bahasa Indonesia kurikulum adalah perangkat mata
pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; 2 perangkat mata kuliah
mengenai bidang keahlian khusus.4
Manajemen kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
pendidikan tertentu. 5
Adapun fungsi dari kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu
peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan.
Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah,
3
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 4.
4
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, 845.
5
31
termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai
program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis, diberikan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana dan harapan
Dari berbagai definisi manajeman berarti ilmu dan seni dalam
upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan daya lain dalam kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi, yang
dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh
anggota secara aktif dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Dasar Manajemen adalah alasan menganggap ilmu manajemen
muncul dan terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang
memiliki sifat dan sikap yag sangat kompleks dan peranannya sebagai
makhluk social dan makhluk individual mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda sehingga memengarui aktifitasnya dalam mencapai tujuan
hidupnya.
3. Konsep manajemen pendidikan
Dalam kamus Bahasa Indonesia (1991 ; 232 ), pendidikan berasal
dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi
mendidik artinya memelihara dan memberi latihan, diperlukan adanya
ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran.
Menurut Bahasa yunani, berasal dari Bahasa paidagogi, yaitu kata
paid berarti anak, sedangkan agogos artinya membimbing sehingga
32
Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri.
Jika dilihat dari sudut fungsinya, tujuan pendidikan berasal dari
empat fungsi dasar pendidikan, yaitu :
a. Pengembangan indifidu meliputi aspek-aspek pribadi: etis, estetis,
emosional, dan fisi
b. Pengembangan cara berfikir dan teknik memeriksa kecerdasan yang
terlatih.
c. Peyebaran warisan budaya, nilai nilai sipil, dan moral banga.
d. Pemenuhan kebutuhan social yang vital, yang menyumbang kepada
kesejahteraan ekonomi, social, politik, lapangan teknik (sustina, 2000:
53)6
6
33
Adapun jika dilihat dari sudut pandang perubahan kultural,
prioritas pendidikan adalah sebagai berikut
Tabel 2.1 Perubahan Kultural
Tahap
Revosioner
Tahap
Konservatif
Tahap
Reaksioner
Tahap
Transaksional
Moral Teknik Moral Kecerdasan
Kecerdasan Pribadi Teknik Teknik
Teknik Moral Pribadi Moral
Pribadi Kecerdasan Kecerdasan Pribadi
Sumber : McCleary dan Hencley (1965:8)
Jika membahas pendidikan dari sudut tugas, pendidikan memiliki
peran sebagai berikut.
1), Dimensi Pribadi
a), Religi: Kesadaran beragama
b), Fisik: Kesehatan jasmani dan pertumbuhan
c), Emosi: Kesehatan mental
d), Integrasi moral
e), Estetika: Pengejaran kultur dan rekreasi
2), Dimensi kecerdasan
a), Penguasaan pengetahuan: konsep konsep dan informasi
b), komunikasi pengetahuan: keterampilan untuk memperoleh dan
menyampaikan informasi
c), Pencapaian pengetahuan: cara pemeriksaan, diskriminasi, dan
34
d), Hasrat dan pengetahuan: kesukaan akan belajar
3), Dimensi social
a), Hubungan antar manusia: kerjasama toleransi
b), Hubungan individu-Negara: hak dan kewajiban sipil, kesetiaan dan
patriotisme, dan solidaritas nasional.
c), Hubungan individu-dunia: atara hubungan bangsa bangsa dunia
d), Hubungan Individu – Lingkungan
4), Dimensi Produktif
a), Pilihan pekerjaan: informasi dan bimbingan
b), Persiapan untuk bekerja: Latihan dan penempatan
c), Rumah dan keluarga: mengatur rumah tangga
d), Konsumen: Membeli, menjual, investasi
Pendidikan menurut islam atau pendidikan islam adalah
pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan
nilai – nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu
al-qur’an dan hadist. Dengan demikian, pendidikan islam dapat berwujud
pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan
dikembangkan dari sumber-sumber tersebut
Pendidikan keislaman atau pendidikan agama islam adalah upaya
mendidikkan agama islam atau ajaran islamdan nilai-nilainya agar menjadi
35
pendidikan biologi atau matematika. Jadi, pendidikan agama islam dalam
pengertian ini adalah PAI yang diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan.7
Pendidikan dalam islam adalah proses dan praktik penyelenggaraan
pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat islam
dalam arti, proses bertumbuh kembangnya islam dan umatnya, baik islam
sebagai agama ajaran, maupun sistem budaya dan peradaban sejak zaman
Nabi Muhammad Saw. Sampai sekarang, dalam konteks ini pendidikan
islam dapat dimaknai sebagai proses pembudayaan dan pewarisan ajaran
agama, budaya, dan peradaban umat islam dari generasi ke generasi
sepanjang sejarahnya.
Jika ditinjau dari aspek program dan praktek penyelenggaraannya,
pendidikan islam dapat di kelompokkan dalam lima jenis, yaitu (1)
pendidikan pondok pesantren dan madrasah diniyah / pendidikan
keagamaan, (2) pendidikan madrasah / sekolah umum berciri khas agama
islam, dan pendidikan tinggi islam, seperti IAIN,STAIN,dan Universitas
Islam Negeri yang bernaungn dibawah kementrian agama, (3) pendidikan
umum yang bernafaskan islam yang diselenggarakan dibawah naungan
organisasi / yayasan islam, (4) pelajaran agama islam yang
diselenggarakan di lembaga pendidikan sebagai suatu mata pelajaran atau
mata kuliah, 5. pendidikan islam dalam keluarga atau tempat-tempat
7
36
ibadah dan atau di forum-forum kajian keislaman,majelis taklim,dan
institusi – institusi (Muhaimin,2005)
Dalam pandangan manajemen, penddikan yang merupakan sebuah
lembaga yang bergerak di bidang non-profit oriented memaksa pelaksana
penddikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang
dalam dunia ekonomi. Maka , tak heran ketika kita mendengar adanya
teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya diambil dari teori-teori
manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori
manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan Menjadi komersial
melainkan semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang
sistematis untuk mengolah sebuah lembaga pendidikan. Dengan demikian,
hasilnya pun tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang
menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis. Dari kondisi yang
semacam itulah,kita mengemban amanah untuk mengembangkan potensi
anak didik (manusia) dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pendewasaan anak dan lembaga pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan (tenaga,dana,sarana prasarana,dan informasi) agar
terpusat dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pidarta,2004).
Manajemen pendidikan adalah upaya menggerakan orang lain
untuk mencapai tujuan. Manajemen pendidikan adalah upaya seseorang
37
melaksanakan pekerjaan secara efektif dan menerima pertanggung
jawaban pribadi untukmencapai pengukuran hasil yang ditetapkan (
Hastrop,1975; 168;). Oleh karenanya,dalam manajemen diperlukan alat
ukur agar apa yang direncanakan dan akan dicapai dapat terukur.
4. Manajemen Mutu Pendidikan
Sebagaimana yang terjadi pada dunia produksi pada umumnya,
kepedulian akan mutu produk pendidikan pun didorong oleh persoalan
dasar; bagaimana menginteraksikan semua fungsi dan proses dalam suatu
organisasi agar tercapai peningkatan mutu secara berkelanjutan. Konsep
manajemen mutu terpadu (MMT) yg saat ini telah diadaptasi oleh banyak
organisasi modern, memang berorienstasi kpd persoalan dasar tersebut
Pola pikir MMT bersifat futuristik dan sistemik. Futuristik, karena
berwawasan kedepan. sistemik, karena ia menekankan efektifitas sistem
daripada jumlah keluaran-parsal per-subsistem. Dalam keseluruhan fungsi
organisasi bagi siklus kehidupan suatu produk, suatu sistem dinilai efektif
apabila intregasi & sinergisme fungsi-fungsi sub-sistem desain,
perencanaan, produksi, distribusi, dan pelayanan. Pada tingkat manajemen,
dituntut pula integrasi; strategi dgn fokus pelanggan, piranti mutu, dan
keterlibatan karyawan(ismaun, 1999)8
8
38
Lembaga pendidikan sbg industri jasa( relavan dgn premis pertama
dan kedua dibab pendahuluan ) dari sudut pandang penerapan MMT,
dituntut intuk mengutamakan pelayanan terbaik yg didasarkan atas
prinsip-prinsip sbg berikut: (1) berorientasi pada kebutuhan & harapan
pengguna jasa, (2) berkerja secara tim dalam proses manajemen, (3)
pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan data, (4) continous
improvement dan, (5) perbaikan yang konsisten untuk memenuhi dan bisa
melampaui kebutuhan dan harapan pelanggan.prinsip prinsip tersebut
mempunyai tujuan-pokok untuk mencegah terjadinya kesalahan,dan
perbaikan mutu secara berkelanjutan
Dengan mengambil standardisasi mutu kelembagaan pendidikan
sebagai salah satu aspek dari MMT pendidikan, maka sebuah model
standardisasi yg relevan didiskusikan bab ini adalah model ISO. 9000 .
menurut model ini, operasi MMT pendidikan memiliki 4 aspek jasa
pendidikan dgn integrasi
Lembaga pendidikan menyedian 4 jenis pokok jasa pendidikan,
yaitu jasa kurikulum, jasa administrasi, jasa ekstrakulikuler, & jasa
pengabdian kepada masyarakat. Kata “manajemen” yg ditulis mengawali
jenis-jenis jasa pokok tsb mengandung arti bahwa masing-masing jasa-jasa
itu telah ditempatkan dlm satuan-satuan manajemen.
39
Manajemen kurikulum merupakan bagian integrasi dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).9
Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat
satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi
sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan
lingkungan di mana sekolah iatu berada.
Sikap terhadap sesama makhluk ini dapat dibagi menjadi 2 pula,
yaitu (1) akhlaq terhadap manusia, yakni diri sendiri, keluarga, tetangga
dan masyarakat, dan (2) akhlaq terhadap makhluk, bukan manusia yang
ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut terakhir ini dapat dibagi
lagi menjadi akhlaq terhadap (a) tumbuh-tumbuhan dan akhlaq terhadap
(b) hewan bahkan (c) akhlaq terhadap bumi dan air serta udara yang ada di
sekitar kita. Sebagaimana dengan aqidah, syari’ah tersebut di atas,
mengenai akhlaq inipun ada ilmu yang memperlajari, mendalami serta
mengembangkan ajaran akhlaq yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
assunnah (hadits) itu, agar ummat Islam dapat bersikap, berbudi pekerti,
9
40
dan bertingkah laku seperti yang ditetapkan dalam dua sumber ajaran
Islam tersebut
6. Prinsip Manajemen Kurikulum
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut10:
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum
merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen
kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran
dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum
harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai
tujuan kurikulum sehingga kegiatan menajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
relatif singkat.
10
41
e. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan
mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
7. Fungsi Manajemen Kurikulum
Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum, diantaranya
sebagai berikut11:
a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
b. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi
juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokuriluler yang dikelola secar
integritas dalam mencapi tujuan kurikulum.
c. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai demngan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
d. Meningkatkan efekifitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang
11
42
professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi kepad
kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yag telah direcanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, ketidaksesesuaian anatara desain dengan
implementasi dapat dapata dihindarkan. Di samping itu, guru maupun
siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang
diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk untuk membantu
mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara
profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi
bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan
kebutuhan pembangunan daerah setempat.
B.Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter jika dilihat dari segi bahasa “karakter” berasal dari Yunani
yang berarti “to mark” (menandai) dan mefokuskan pada bagaimana
43
hari.12 Dalam Bahasa Latin “kharakter” berasal dari kata “kharassein”,
kharax”, sedangkan dalam Bahasa Inggris: “character” dan Indonesia
“karakter”.13
Sementara dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain.14
Senada dengan ungkapan Scerenko yang mendefinisikan karakter
sebagai atribut atau ciri dari pribadi seseorang, meliputi bagaimana seorang
bertindak, bersikap, berujar dan merespon sesuatu. Dalam Buku Refleksi
Karakter Bangsa Simon Philips mendefinisikan karakter sebagai kumpulan
tata nilai untuk menuju sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku
yang ditampilkan.15 Sedangkan pada situs online the free Dictionary
mendefinisikan karakter sebagai kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang
membedakan pribadi seseorang atau kemampuan seseorang.16
Oleh karena itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam
dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan
yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai seorang
yang memiliki karakter baik/mulia.
Pendidikan karakter merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
tidak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan
12
Mulyasa, Menejemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi aksara, 2012), 3. Lihat juga di Masnur Muslich, Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), 71.
13
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), 11.
14
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 42.
15
Masnur Muslich,Pendidikan Karakter…., 70. 16
44
perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality
improvement).17 Sesuai dengan ungkapan Dony Kusuma yang menyatakan
bahwa, pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan
yang berkesinambungan dalam diri manusia, berguna untuk mengadakan
internalisasi (penghayatan) nilai-nilai sehingga menghasilkan posisi aktif dan
stabil dalam diri individu. Dinamika tersebut dapat membuat pertumbuhan
individu menjadi semakin utuh dan unsur-unsurnya menjadi dimensi yang
menjiwai proses formasi setiap individu.18
Dengan kata lain pendidikan karakter adalah sesuatu yang dibangun
secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan dan memerlukan waktu yang
tidak sedikit untu