• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SHALAWAT WAHIDIYAH BAGI KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN UMAT HINDU DI BALI : STUDI TENTANG KOMUNITAS MANTRA SUCI DI DESA KESIMAN KECAMATAN DENPASAR TIMUR KABUPATEN DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SHALAWAT WAHIDIYAH BAGI KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN UMAT HINDU DI BALI : STUDI TENTANG KOMUNITAS MANTRA SUCI DI DESA KESIMAN KECAMATAN DENPASAR TIMUR KABUPATEN DENPASAR."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SHALAWAT WAHIDIYAH BAGI KEHIDUPAN

KEBERAGAMAAN UMAT HINDU DI BALI

(Studi Tentang Komunitas Mantra Suci di Desa Kesiman Kecamatan

Denpasar Timur Kabupaten Denpasar)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1)

Filsafat Agama

OLEH: IMAM JANUARI

NIM: E51211034

PRODI FILSAFAT AGAMA

JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Imam Januari, NIM. E51211034, 2016. Pengaruh Shalawat Wahidiyah Bagi Kehidupan Keberagamaan Umat Hindu di Bali (Studi Tentang Komunitas Mantra Suci di Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten Denpasar Bali). Skripsi Program Studi Filsafat Agama Jurusan Pemikiran Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata kunci: Shalawat Wahidiyah, Keberagamaan, Hindu, Bali

Skripsi dengan judul “Pengaruh Shalawat Wahidiyah Bagi Kehidupan Keberagamaan Umat Hindu di Bali (Studi Tentang Komunitas Mantra Suci di Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten Denpasar Bali)” ini adalah hasil penelitian lapangan untuk mengetahui alasan yang mendorong dan manfaat yang diambil dari kehidupan keberagamaan penganut agama Hindu di Bali yang mengadopsi shalawat Wahidiyah sebagai metode peningkatan spiritual keberagamaannya yang dilakukan melalui meditasi dan penerapan ajaran Wahidiyah. Penganut agama Hindu di Bali yang mengadopsi shalawat Wahidiyah telah membentuk suatu komunitas yang dinamakan Komunitas Mantra Suci. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan secara deskriptif-historis, yakni menggambarkan kehidupan keberagamaan penganut agama Hindu di Bali yang mengamalkan shalawat Wahidiyah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan selama proses penelitian ini adalah dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

PERSEMBAHAN ... xv

MOTTO ... xvii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 16

C. Rumusan Masalah ... 16

D. Tujuan Penelitian ... 17

E. Kegunaan Penelitian... 17

F. Penegasan Judul ... 17

G. Telaah Pustaka ... 20

H. Metode Penelitian... 21

1. Model Penelitian ... 21

(7)

3. Pengumpulan Data ... 22

4. Teknik Analisis Data ... 24

5. Sumber Data ... 24

I. Landasan Teori Penelitian ... 25

J. Sistematika Pembahasan ... 27

BAB II SHALAWAT WAHIDIYAH DAN AJARANNYA ... 29

A. Shalawat Wahidiyah... 29

1. Keorganisasian Shalawat Wahidiyah ... 29

2. Teks Shalawat Wahidiyah ... 31

B. Ajaran Wahidiyah ... 35

1. Lillah ... 35

2. Billah ... 36

3. Lirrasul ... 38

4. Birrasul ... 39

5. Lilghouts-bilghouts ... 39

6. Yukti Kulladzi Haqin Haqqah ... 41

7. Taqdimul Aham fal Aham Tsummal Anfa’ fal Anfa’ ... 41

C. Wahidiyah Sebagai Gerakan Tasawuf ... 43

1. Trilogi dan Teori Ilmu Tasawuf ... 44

2. Teori-teori dalam Ilmu Tasawuf ... 45

3. Wahidiyah sebagai Gerakan Tasawuf ... 46

D. Sejarah Lahir dan Berkembangnya Shalawat Wahidiyah ... 48

(8)

(Mu’allif Shalawat Wahidiyah) ... 48

2. Lahir dan Berkembangnya Shalawat Wahidiyah ... 59

3. Konsep Penyiaran Shalawat Wahidiyah ... 64

BAB III PENGARUH SHALAWAT WAHIDIYAH BAGI KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN UMAT HINDU DI BALI (KOMUNITAS MANTRA SUCI) ... 66

A. Aktifitas Pengamal Shalawat Wahidiyah (Komunitas Mantra Suci) di Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten Denpasar Bali ... 66

1. Komunitas Mantra Suci... 66

2. Monografi Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten Denpasar Bali ... 68

a. Letak Geografis ... 68

b. Demografi ... 68

1. Komposisi Penduduk ... 68

2. Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 69

c. Gambaran Pura Gandapura di Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten Denpasar d. Bali ... 69

1. Halaman Luar (Jaba Pura) ... 69

2. Halaman Tengah (Jaba Tengah) ... 70

3. Halaman Dalam (Jeroan) ... 71

(9)

Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten Denpasar Bali... 71

1. Keadaan Spiritual Komunitas Mantra Suci ... 71

2. Bapak Jro Mangku Panglima Dalem (Pimpinan Komunitas Mantra Suci) ... 74

C. Alasan yang Mendorong Penganut Agama Hindu di Bali (Komunitas Mantra Suci) Mengadopsi shalawat Wahidiyah ……....78

D. Pengaruh Shalawat Wahidiyah Bagi Penganut Agama Hindu di Bali (Komunitas Mantra Suci) ... 79

1. Para Pengamal Hindu (Komunitas Mantra Suci) pada Acara Mujahadah Kubro di Pondok Pesantren Al-Munadhdhoroh Kedunglo Kediri ... 81

2. Para Pengamal Hindu (Komunitas Mantra Suci) pada Acara Mujahadah Nisfusannah Provinsi Bali ... 83

E. Tanggapan K.H Abdul Lathif Madjid Ra (Pengasuh dan Pimpinan Pusat Wahidiyah) Mengenai Para Pengikutnya yang Berasal dari Penganut Agama Hindu (Komunitas Mantra Suci) ……… 85

BAB IV PENGARUH SHALAWAT WAHIDIYAH BAGI KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN UMAT HINDU DI BALI (KOMUNITAS MANTRA SUCI)………. 87

A. Keberadaan Shalawat Wahidiyah ... 87

1. Shalawat Wahidiyah sebagai Gerakan Tasawuf ... 87

(10)

3. Amaliah Shalawat Wahidiyah yang Mempengaruhi

Kehidupan Keberagamaan Komunitas Mantra Suci ... 89

B. Titik Temu Komunitas Mantra Suci dan Shalawat Wahidiyah ... 91

C. Analisis Pengaruh Shalawat Wahidiyah Bagi Kehidupan Keberagamaan Umat Hindu di Desa Kesiman Denpasar Bali dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik ... 94

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wahidiyah merupakan sebuah gerakan tasawuf yang memperjuangkan

umat dan masyarakat untuk sadar dan kembali kepada Allah Swt, melalui sebuah

metode jalur shalawat yang dinamakan shalawat Wahidiyah. Shalawat Wahidiyah

yang berfaedah menjernihkan hati dan ma’rifat billah, sehingga mengantarkan

siapapun yang mengamalkannya dan tidak pandang bulu dari bangsa, golongan,

dan ras manapun demi tujuan suci untuk sampai kepada Allah Swt dan Rasul-Nya

(wushul).1 Inti bacaan atau jantung dari shalawat wahidiyah adalah kalimat yang

diistilahkan kalimat (nida’) “yaa sayyidii yaa rasuulallaah” yang artinya “duhai pemimpinku duhai utusan Allah”. Sebagaimana banyak metode dalam prosesi ritual keagamaan khususnya agama dalam Islam yang bertujuan untuk pencerahan

maupun pengembalian kesadaran dan mengenal serta menenggelamkan jiwa ke

dalam samudera ketauhidan-Nya Allah Swt, yang proses pengamalanya dilakukan

dengan pegolahan rasa (dzauqiyah), melalui mujahadah dan bermeditasi yang

sungguh-sungguh.2

َ وٱ

َ ݚيِ

َ

ذ

َ

َ ج

َ اوُد ݟ

َ

ا ݜيِف

َ

َ ݟ َ

َ ݗُݟذݜ يِد

َ

َ ا ݜ ݖُܞُس

َ

َذنِ

َٱ

َ ذّ

َ

َ ع ݙ

َٱَ

َ حُݙ

َ يِنِس

َ

٩

َ

1 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, Pedoman

Pokok-pokok Ajaran Wahidiyah, Kediri : Qolamuna Offset Kedunglo, 2002, hal 2.

2

(12)

2

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S. Al-Ankabut 29 : 69).3

Mujahadah bisa berarti melatih diri dengan sungguh-sungguh,

menundukkan keinginan nafsu dan membersihkannya, sekaligus mendorongnya

untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Riyadhoh

atau dalam istilah orang jawa mlintir usus mripat ditus yang merupakan satu

kesatuan aplikatif yang tidak bisa lepas bagi para rohaniyyin atau pejalan spiritual.

Berjihad dan bermujahadah adalah perintah Allah Swt yang sangat

penting dan harus mendapat perhatian setiap umat, khususnya umat Islam. Dan

setiap mujahadah pasti akan mengantarkan pada petunjuk Allah Swt untuk sebuah

kesuksesan hidup baik di dunia sampai di akhirat, yakni kembali di hadirat-Nya

Allah Swt.4

لوصاا عماج( لاح لك نع ىوهاةفلاخو هيندبلا قاشم ىلع سفنلا لم ي ةد اجا

) ص ,

“Mujahadah ialah memaksa nafsu, menanggulangi nafsu atas keberatan-keberatan badaniyah, dan menghindari keinginan-keinginan hawa nafsu dari segala keadaan”.

(Kitab Jami’ul Ushul halaman 234).5

Dan Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menegaskan :

)ص ,نيدلا مولعءايحا( ا اوساه حاتفما ةيادها حاتفم ةد اجا

“Mujahadah adalah kuncinya hidayah, tiada kunci lain selain mujahadah”. (Ihya’

Ulumuddin juz 1 halaman 39).6

3Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Dept Agama RI, 1984, hal 638.

4 Saifuddin Aman, Abdul Qadir Isa, Tasawuf Revolusi Mental Zikir Mengolah Jiwa dan

Raga, Tangerang : Ruhama, 2014, hal 134.

(13)

3

Bagi para pengamal shalawat Wahidiyah, metode yang dilakukan untuk menjernihkan hati dan ma’rifat billah adalah dengan bermujahadah dan dengan

sarana shalawat yang disebut shalawat Wahidiyah sebagai pengantar pencarian

sebuah fokus dalam perjalanan memasuki pintu-pintu Tauhid-Nya Allah Swt.

َذنِإ

َٱ

َ ذّ

َ

َ ل م و

َُݝ ت ݓِئ

ۥَ

َ نݠُݖ صُي

َ

َ َ

َٱ

َ ِ ِبذَ

َ

َ ي

ا ݟُي

أ

َٱ

َ ݚيِ

َ

ذ

َ

َ اݠُݜ ما ء

َ

َ اݠُݖ ص

َ

َ ي ݖ ع

َِݝَ

َ اݠُݙِ ݖ س و

َ

َ س ت

اًݙيِݖ

َ

٦

َ

َ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya membaca shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bacalah shalawat dan sampaikan salam hormat sebaik-baiknya kepada-Nya”. (Q.S. Al-Ahzaab 33 : 56).7

Di dalam hadits Nabi juga menjelaskan :

ىلعةاص ااؤرثكا

رلا ةجردلاو ةليسولا ىاوبلطاو مكبونذلةرفغم ىلع مكتاص ناف

يليسو ناف ةعفا

مكل ةعافش ىرادنع

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku (Rasulullah Saw), maka sesungguhnya bacaan shalawat kepadaku itu merupakan ampunan atas dosa-dosa kamu sekalian dan carilah wasilahku dan derajat yang tinggi, maka sesungguhnya wasilahku di sisi Tuhanku

merupakan syafa’at bagi kamu sekalian”. (H.R. Ibnu ‘Asaakir dari Hasan).8

Dan dengan kemuliaan Rasulullah Saw, Allah Swt memberi kemudahan

akan selalu diterima di sisi-Nya terhadap siapapun (tidak pandang bulu) yang

berkenan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, hingga ditegaskan

oleh Syeikh Yusuf Ismail Nabhani dalam kitabnya yang terkenal Sa’adatud daroini:

ا ب اوما ىا ةمرت ى تاقبطلا ى ىارعشلا با ولا دبع ىديس لاقو

لاق هنا ىذاشل

نم اعاديس تيار

,

ةدحاو ةرم كيلع ىلص نمارشع ه ةاص ه لوسراي تلقف

نم كلاذ ل

ه ىلص لاق ؟بلقلارضاح

عيو افاا ناكولو ىلع للم لكلو لبا ملسو هيلع

ىاعت ه هيط

.لابجا لاثما

7

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Dept Agama RI, 1984, hal 678.

(14)

4

“Dan berkata Sayid Abdul Wahab Asy-Sya’rani di dalam kitab Thobaqot menerangkan terejemahan dari Sayyid Abil Mawahib Asy-Syadzili, behwasanya beliau berkata : “Aku

melihat Sayyidal ‘alamin shalallahu ‘alaihi wassalam, maka akupun bertanya, “Yaa Rasulallah, shalawat Allah sepuluh kali bagi orang yang membbaca shalawat kepadamu satu kali itu apakah bagi orang yang hatinya hidlur? Rasulullah Saw menjawab : Tidak, bahkan itu bagi siapa orang yang membaca shalawat kepadaku sekalipun dengan hati yang lupa (tidak pandang bulu), dan Allah memberikan kepadanya sebesar gunung dari malaikat yang berdoa dan memohonkan ampun kepada si pembaca shalawat. Dan adapun jika membaca hati yang hudlur, maka tidak ada yang mengetahui pahalanya selain hanya dalam perhitungan Allah sendiri yang mengetahui”. (Sa’adatud Daroini halaman 32).9

Para salik yang mengamalkan shalawat Wahidiyah diantaranya banyak

menemukan pengalaman rohani yang berbeda-beda, mulai dari yang mendapatkan

ketenangan jiwa, mudah merasakan banyak dosa dan sampai ada banyak

diantaranya yang mengaku bertemu langsung dengan beliau Rasulullah Saw, baik

melalui mimpi (rukhyah sholikhah) atau pun secara langsung dalam keadaan

sadar. Menurut tutur yang disampaikan salah seorang da’iyah pusat Wahidiyah, mereka yang bersungguh-sungguh dalam bermujahadah pasti akan menitiskan air

mata, yakni menangis sejadi-jadinya karena merasa berlarut-larut menuruti hawa

nafsu dengan memohon ampunan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Dalam hal

menangis Allah Swt berfirman :

َ ل و

ُ

أ

َ كِئ

َٱ

َ ݚيِ

َ

ذ

َ

َ ن

أ

َ ݗ ع

َٱ

َُ ذّ

َ

َ ي ݖ ع

ݗِݟ

َ

َ ݚِ م

َٱ

َِ ِبذَ

َ ن

َ

ݚِم

َ

َِܟذيِ ر

ُم

َ

َ م لا ء

َ

َ ݚذݙِ و

َ

َ ݖ َ

ا ݜ

َ

َ ع م

َ

حݠُن

ٖ

َ

ݚِم و

َ

َِܟذيِ ر

ُم

َ

َ بِإ

َ ر

َ ݗيِه

َ

َ سِ

َ ر

َ ݔيِء

َ

َ ݚذݙِ و

َ

َ ي د ه

ا ݜ

ََ و

ٱ

َ ج

َ ي ب ت

َ كا ݜ

َ

ا مِإ

َ

َ تُت

َ ل

َ

َ ي ݖ ع

َ ݗِݟ

َ

َ يا ء

َُܠ

َٱ

ِذر

َ

ۤ

َ

دذجُس

ٖ

ۤاَ

َ يِكُب و

ٖ

ا۩

َ

٨

َ

“ Mereka itulah yang Allah telah memberikan nikmat kepadanya dari golongan para Nabi dan Keturunan Adam, dan dari orang yang telah kami angkat bersama Nabi Nuh, dan dari

keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Isra’il, dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih (Hidayah-Nya). Jika kepada mereka dibacakan ayat-ayat

Allah yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”.

(Q.S. Maryam 19 : 58).10

9 Yusuf Ismail Nabhani, Sa’adatud Daroini, hal 32.

10

(15)

5

وكابتفوكبت م نافاوكبا سانهيااي

ا

“Wahai para manusia, menangislah kamu sekalian, dan jika kamu sekalian tidak bisa

menangis maka berusahalah agar bisa menangis”. (H.R. Abu Dawud).

Bagi perjuangan Wahidiyah, keampuhan dan faedah shalawat Wahidiyah

ini merupakan sebuah fadhol dari Allah Swt yang diturunkan melalui beliau

Rasulullah Saw untuk memberikan alamat ghaib atau sebuah bimbingan khusus

kepada salah seorang yang menjadi pilihanya, yakni Mbah K.H Abdul Madjid Ma’ruf QS wa RA untuk mengarang atau menta’lif sebuah shalawat yang

dinamakan shalawat Wahidiyah dan tepatnya pada tahun 1963 di desa Bandar Lor

kecamatan Mojoroto kabupaten Kediri.

Pada masa awal-awal perekembangan shalawat Wahidiyah yang di bawa

oleh beliau mu’allif shalawat Wahidiyah, yakni Mbah Yahi Madjid, diantara para pengikut atau pengamal shalawat Wahidiyah tidak sedikit yang berasal dari non

Islam. Menurut data yang diambil, diantaranya telah ditemukan ada yang berasal

dari penganut aliran kebathinan, yang hingga saat ini telah ditemukan banyak

pengamal shalawat Wahidiyah yang berasal dari penganut agama nasrani dan

penganut agama Hindu dari Bali.11 Bahkan mereka yang dari penganut agama

Hindu yang berada di Bali yang mengamalkan shalawat Wahidiyah, telah

terhitung jumlahnya kurang lebih 450 pengamal di seluruh provinsi Bali, bahkan

sampai mereka membentuk suatu komunitas khusus yang dinamakan Mantra

Suci, yang berpusat di Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kabupaten

(16)

6

Denpasar Bali.12 Pengamal dari penganut agama Hindu di Bali inilah yang akan

menjadi objek kajian dalam penelitian ini.

Sampai saat ini juga semakin banyak diantara para pengamal yang

notabennya adalah non Islam, yang masih ikut berperan aktif dalam misi-misi

perjuangan Wahidiyah dalam memperbaiki umat dan masyarakat, bahkan tidak

jarang para pengamal non Islam ini memberikan sambutan khusus atas nama

pengamal shalawat Wahidiyah di dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh

Wahidiyah, baik acara mujahadah di daerah-daerah, maupun acara mujahadah

kubro yang diselenggarakan dua kali selama setahun, pada bulan muharram dan

rajab.

Mereka semuanya merupakan para ruhaniyyin yang bersungguh-sungguh

mencarai jalan demi sebuah kebahagiaan dan jaminan kehidupan. Mereka

mengakui bahwa shalawat Wahidiyah benar-benar ampuh dan mudah dalam pengamalannya. Kemudian pada masa itu sang mu’allif shawalat Wahidiyah

menyikapi tentang para pendherek dan pengamal shalawat Wahidiyah yang

berasal dari umat beragama lain dengan mendawuhkan dalam bahasa jawa, “Shalawat Wahidiyah saget diamalaken sintenke mawon, mboten pandang bulu,

Wahidiyah kanggenipun sedoyo makhluk (jami’al ‘alamin), Wahidiyah shanes

kagungan kulo, Wahidiyah kagungane kanjeng nabi, kulo mung coronge kanjeng

nabi”, yang artinya “Shalawat Wahidiyah bisa diamalkan siapa saja, tidak pandang bulu. Wahidiyah untuk seluruh makhluk ciptaan yang di alam semesta,

Wahidiyah bukan punya saya, Wahidiyah adalah kepunyaan kanjeng nabi

(17)

7

Muhammad Saw, saya hanya pembantu penyiaran beliau dalam amanah yang

diberikan kepada saya untuk memperbaiki umat masyarakat melalui shalawat dan

sanjungan kepada beliau Rasulullah Saw”.13

Ini menunjukkan bahwa eksistensi shalawat Wahidiyah bisa membawa

respon positif dan anggapan yang sama bagi keyakinan umat agama lainya tanpa

adanya batasan dalam kehidupan keberagamaan dan spiritualitasnya. Hal yang

seperti ini membuat kesan yang berbeda dikarenakan lebih bersifat universal dan

pluralis, bahkan cenderung bersifat sebagai sebuah bentuk toleransi keagamaan

dalam pencapaian spiritualitas. Tentunya tidak banyak yang diketahui di khalayak

umum tentang hal yang demikian ini, dikarenakan fenomena yang seperti ini

sering dipandang kontradiktif karena dikatakan saling bersinggungan.

Fakta sosial keagamaan yang terjadi sebagaimana yang dialami oleh para

penempuh jalan spiritual dari penganut agama lain atau non muslim, yang

ditempuh melalui metode shalawat dan bimbingan langsung dari seorang guru

(mursyid) dari salah satu pergerakan tasawuf yang besar di Indonesia yang

dinamakan Wahidiyah, merupakan sebuah fenomena yang asing dan belum

pernah terdengar sebelumnya, bahkan oleh telinga para agamawan, baik

dikalangan tarekat ataupun kaum intelektualis Islam (cendekiawan muslim).

Persoalan yang di kaji dalam penelitian ini adalah keterkaitan mengenai

spiritualitas seorang manusia yang berusaha mendekatkan dirinya kepada Sang

Maha Segala (religi) untuk tujuan ketenangan hati dan ketentraman jiwa.

13 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondo Pesantren Kedunglo Al-Munadhdhoroh,

(18)

8

Manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang unik. Dia tercipta dari badan

jasmaniah dan rohaniah. Badan jasmaniah terdiri dari materi dan kecenderungan

bersifat material pula. Dari sisi ini, biologis manusia sangat bergantung pada

hal-hal yang material. Ia membutuhkan sandang, pangan dan papan (kebutuhan

dharuriyyah atau primer), dan bahkan kebutuhan lain yang sifatnya tahsiniyyah

atau sekunder. Sedangkan jiwa manusia berasal dari roh yang suci14

dengan

kecenderungan bersifat ruhaniyyah pula. Dari sisi ini, manusia sangat bergantung

pada hal-hal yang bersifat spiritual, dia membutuhkan ketenangan, ketentraman,

ketergantungan pada Zat Yang Maha Mutlak, bahkan kebersatuan dengan-Nya.15

Ketergantungan spiritual manusia yang dinashkan sebagai puncak kebahagiaan

menimbulkan berbagai keragaman manusia untuk mencapai sebuah tujuan akhir

dalam perjalanan spiritualnya tersebut, dan itu membawa mereka memasuki

sebuah wilayah yang diistilahkan sebagai system, kurikukulm atau metode yang

harus diikuti oleh seorang salik (pejalan spiritual) sebagai sarana berguru yang

bijak dan teratur demi meningkatkan martabat spiritualitasnya.

Keunikan manusia ini, juga terletak pada kemampuannya dalam

merenungkan dan memikirkan tentang alam (cosmos), Tuhan (theos), dan bahkan

dapat mempersoalkan dirinya sendiri, siapa, bagaimana, untuk apa, dari mana, dan

mau kemana ujung kehidupan itu. Dari salah satu aspek persoalan perenungan dan

pemikiran manusia tentang dirinya adalah apa dan bagaimana hakikat manusia

14 Roh suci itu datang dan dihembuskan dari Allah sendiri sebagai khaliq-Nya. Lihat surat

Al-Hijr (15) ayat 29 yang artinya: “Maka apabila Aku menyempurnakan kejadiannya, dan meniupkan kedalamnya roh-Ku, maka tunduklah kamu dengan bersujud (menghormat).

15 Kebersamaan dengan Tuhan dalam kehidupan kaum sufi dikenal dengan istilah ittihad,

(19)

9

itu? Apakah hakikat manusia itu terletak pada kehidupan jasmaniah? Atau pada

kehidupan rohaniah? Untuk persoalan tersebut paling tidak ada dua bagian yang

menjadi jawaban.

Pertama, ada orang yang cenderung menyelesaikan persoalan ini dengan

dasar dan argumentasi yang dianggap realistik, tampak, dapat diraba, dilihat,

didengar oleh pancainderanya. Jawaban orang ini tentu lebih ditekankan pada

aspek jasmaniah, sehingga hakikat kehidupan manusia dianggap atau dipandang

sebagai kehidupan duniawi yang serba material (cenderung sekular). Jawaban ini

biasanya dipegang dan dijalankan oleh orang-orang materialistik.

Kedua, ada orang yang mencoba menyelesaikan persoalan tersebut dengan

dasar dan argumentasi yang lebih filosofis, tidak melihat hal yang hanya tampak,

tapi lebih cenderung melihat manusia dari sisi rohaniah. Artinya kehidupan

jasmaniah dianggap sebagai cangkang, kulit luar saja yang seringkali menipu, dan

tidak menampilkan tentang hakikat kebenarannya. Karena hakikat kehidupan

manusia yang sebenarnya adalah terletak pada kehidupan ranahnya spiritualis

(rohaniah). Ini merupakan jawaban kaum intelektual yang sufistik.

Dr. Abdul Kadir Riyadi16 dalam bukunya yang berjudul “Anthropologi Tasawuf”, telah memberikan pengertian paling mendasar dalam konteks dan pemaknaan kata “spiritual”. Kata “spiritual” menunjukkan sifat dasar manusia sebagai wujud yang religius. Kata “spiritual” digunakan untuk menunjukkan

16 Seorang guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang ahli

(20)

10

kepada sosok manusia yang sadar akan dirinya dan Tuhannya serta menemukan

keseimbangan dalam hidupnya.17

Pemahaman tentang spiritual memang menegaskan tentang sifat dasar

manusia (akhlaq kemanusiaan), yaitu sebagai makhluk yang secara mendasar

dekat dengan Tuhannya, paling tidak selalu mencoba berjalan ke arah-Nya. Ali

Mabrook18 mengungkapkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang tidak

beragama. Kata atheisme yang berarti paham yang tidak mengakui adanya Tuhan

sebenarnya salah kaprah karena tidak ada manusia di dunia ini yang tidak

mempunyai atau mencari spiritual dan tidak ada manusia di dunia ini yang tidak mengakui keberadaan Tuhan. Kata “spiritual” sebagai sifat bagi manusia

disisipkan dalam pengertian ini untuk menunjukkan kepada sosok manusia yang

dekat dan sadar akan diri dan Tuhannya, tentunya semakin berkualitas spiritualitas

seorang manusia maka semakin bertambah pengetahuan tentang ilmu-Nya Tuhan,

semakin bertambah pula kesadaran terhadap wujud Tuhan (hakikat), dan semakin

tenang jiwanya berdamping di sisi Tuhan.

Al-Qur’an merupakan suatu pedoman yang menjadi sumber nilai dan norma dari ajaran Islam, dalam kaitannya dengan keberadaan dan hakikat

kehidupan manusia, mengisyaratkan bahwa jiwa manusia pada dasarnya

mempunyai potensi kefasikan atau kejahatan (fujur), dan potensi kebajikan

(taqwa)19 yang dalam kehidupannya sehari-hari kedua potensi ini saling

17 Dr. Abdul Kadir Riyadi, Anthropologi Tasawuf (Jakarta: LP3S, 2014), hal. 12.

18 Ali Mabrook dari Giza, Mesir adalah seorang profesor yang ahli dalam Studi Islam

(Pemikiran Islam), di Universitas Kairo dan Murid Hassan Hanafi dan Nasr Hamid Abu Zayd.

19 Lihat A-l-Qur’an surat As-Syams (92) ayat 7-10 yang artinya: “dan jiwa serta

(21)

11

menarik, pengaruh-memengaruhi. Di sinilah terletak hakikat nilai perjuangan

manusia di dunia. Apabila motivasi hidup dan kehidupannya didominasi oleh

potensi fujur-nya, maka kehidupan manusia terjerumus ke dalan jurang kehidupan

yang kotor, yang merupakan wabah imperialis dari syaithoniyah. Sebaliknya,

apabila motivasi kehidupannya didominasi, dikendalikan, diarahkan oleh potensi

taqwa-nya, dia akan sampai kepada kehidupan yang suci, derajat kehidupan

malakiyah, yaitu kehidupan spiritual para kaum pemburu spiritual atau kaum sufi

yang asetik (tashawuf).

Keterkaitan spiritual adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan,

bukan manusia dalam bentuk biologis (jasmani) melainkan bentuk jiwa (jism) atau

rohani manusia sebagai alatnya. Memang tak dapat dipikirkan oleh budi manusia,

tak dapat dikatakan dengan kata-kata, itulah prediksi atau sebutan yang selalu

dinyatakan tentang Tuhan. Maka dari itu dalam hal ini tidak membahas atau

mengkaji tentang Tuhan dalam bentuk Pribadi Tuhan, melainkan dalam bentuk

esensi dan kaitannya Tuhan dengan spiritualitas manusia yang berusaha

mendekati-Nya melalui kehidupan keberagamaan yang dianutnya.

Namun bagaimanapun juga orang yang menjalankan spiritual dengan

sungguh-sungguh, dengan tidak mencari lain daripada Tuhan dan keselamatan

dirinya, orang yang demikian itu merasa bahwa dalam spiritual itu dia

menemukan satu-satunya jalan untuk bahagia. Dia sadar bahwa hanya perbuatan

itulah, yang dapat memenuhi tuntutan kodratnya yang lebih dalam, bahwa

perbuatan itulah yang membawa kemuliaan dan bahagia, bahwa hanya perbuatan

(22)

12

itulah yang merupakan keluhuran yang benar. Itulah sebabnya orang bisa

mengikat diri terhadap Tuhan dengan senang hati.

Dalam pembahasan sebelumnya diatas sudah dikupas sedikit manusia

dalam kesibukknya yang khusus, yang disebut dengan berspiritual.

Mempraktekkan spiritual itu adalah suatu perbuatan. Dalam perbuatan itu yang

sudah kita pandang ialah manusia yang berbuat, manusiaa yang mengalami diri

sendiri. Akan tetapi dalam melakukan ibadat itu manusia tidak sendiri. Manusia

tidak melakukan monologi atau hanya berbicara sendiri. Di situ manuisa berada

dalam dialogi atau percakapan dengan subjek lain.20 Apakah atau siapakah subjek

itu? Itulah yang perlu dipahami dalam masing-masing spiritual para pengamal

shalawat Wahidiyah yang berasal dari penganut agama non muslim (Hindu di

Bali).

Manusia yang menganut agama atau beragama, di sini kita katakan sebagai

manusia religi. Karena dengan bereligi, manusia yang menganut agamanya

mempunyai dorongan yang kuat untuk mempraktekkan agamanya. Kemudian

kapan manusia yang bereligi tersebut dikatakan sebagai manusia spiritual?

Manusia yang berelegi atau melakukan agama seketika itu sudah bisa

dikatakan sebagai manusia yang berspiritual. Karena hasil daripada manusia yang

bereligi itu sendiri adalah spiritual, hanya saja yang membedakannya adalah

kualitas dan pencapaian derajat spiritual manusia tersebut. Seribu manusia

bereligi, seribu jenis spiritual manusia.

(23)

13

Kehidupan spiritual yang dialami oleh manusia yang bereligi memang

tidak statis, namun berjalan dinamis, artinya setiap spiritual yang dirasakan oleh

manusia yang religi tersebut, semakin tinggi usaha dan motivasi pencapaiannya

maka semakin banyak pengetahuan yang didapat dalam spiritualnya. Maka

dengan pengetahuan itu, manusia spiritual tersebut akan mendapatkan cara-cara

baru, sistem, metode, sarana, dan pemahaman baru dari perjalanan spiritualnya. Kata “yang mengetahui” mewakili aspek pengetahuan manusia yang

bersinggungan dengan persoalan bagaimana ia memperoleh pengetahuannya,

tentu kembali pada penjelasan diatas bahwa pengetahuan akan diperoleh ketika

spiritualitas manusia bisa berjalan dinamis sehingga mampu menembus batas

keilmuan Tuhan, dalam istilah tasawuf metode ini sering dikatakan sebagai

metode metode penyikapan (kashf).

Pendekatan para salik (para pejalan spiritual) yang menggunakan metode

penyikapan (kashf) secara mendasar berbeda dengan berbagai pendekatan yang

lain yang berekmbang dalam Islam maupun selain Islam. Pendekatan

penyingkapan ini memang lumayan bermasalah, sebab dia tidak bisa diukur

dengan akal, baik logis maupun ilmiahnya. Hal yang paling mendasar dari

pendekatan ini adalah bahwa dia bermaksud menyingkap hakikat suatu relitas

dengan menyingkap tabir yang menutupinya. Dia tidak berhenti pada tampilan

luaran saja, namun mencoba bergerak ke arah yang lebih dalam, karena ranahnya

adalah ranah spiritual yang bentuk dan sifatnya sangat metafisik.

Dari sinidapat dikembalikan lagi pada yang bersangkutan atau yang

(24)

14

pengamal shalawat Wahidiyah yang berasal dari penganut agama Hindu di Bali.

Melihat dan mencatat pengalaman rohani yang berasal dari spiritual

masing-masing, mereka bisa dikatakan telah menggunakan metode penyikapan (kashf).

Karena metode penyikapan tersebut hanya bisa digunakan oleh pejalan spiritual

yang mampu menggunakan metode pengetahuan diri, yakni pengetahuan tentang

dirinya sebagai manusia yang hina dan tak berharga.

Dalam dunia spiritual sekali lagi tidak memandang luaran, karena alam

spiritual merupakan alam kerohanian, dimana kerohanian dari manusia yang

berspiritual seperti mereka yang bersangkutan (pengamal dari non Islam) telah

meninggalkan kejasmanian (syari’at) agama masing-masing. Spiritualitas mereka

telah menembus alam pengetahuan Tuhan, sehingga apa yang diketahui dan yang

dimaksud pengetahuan merupakan salah satu cara (metode) Tuhan membawa

dirinya dekat dengan-Nya, yang dalam fakta kejadiannya Tuhan memberikan

shalawat Wahidiyah yang diadopsi sebagai sarana peningkat spiritual dan

pendekatan paling praktis menurutnya.

Dari sisi fungsinya (faedhah) dari shalawat Wahidiyah adalah

menyadarkan umat masyarakat pada umumnya sehingga masyarakat bisa

mencapai spiritual lurus, yang mampu membawanya kembali kepada jalan yang

haq, yakni jalan kemutlakan Tuhan Yang Maha Esa dan ketunggalan dengan Sang

Hyang Widhi. Artinya bisa mengantarkan siapapun untuk sampai pada martabat

(25)

15

dengan unsur ketuhanannya Tuhan (moksa)21. Adapun proses spiritual yang bisa

dirasakan ketika pejalan spiritual mampu menemukan ikatan atau jalan ketuhanan

tersebut adalah penjernihan hati dan ketentraman jiwa yang belum dirasakan

sebelumnya.

Dilihat dalam sudut pandang sosial mengeni fenomena yang terjadi di

lapangan terkait pengaruhnya shalawat Wahidiyah bagi para penganut agama

Hindu di Bali, sehingga mereka berkenan mengadopsi shalawat Wahidiyah dan

menyerahkan spiritualnya kepada Wahidiyah. Artinya para penganut agama

Hindu di Bali (Komunitas Mantra Suci) telah melihat relitas yang positiv di

sekelilingnya yang dalam fakta kejadian ialah para pengamal shalawat Wahidiyah

yang beragama Islam yang berada di sekitar provinsi Bali.

Adapun bagi penulis, memilih judul dalam skripsi ini bukan tanpa alasan

yang tidak jelas, melainkan ada beberapa alasan mengapa permasalahan ini yang

diteliti dan dipilih sebagai judul skripsi, yaitu bermula dari ketertarikan penulis

pada kajian keilmuan mistisme (tasawuf) dan adanya fenomena yang belum

pernah terdengar sebelumnya, tentang adanya seorang penganut dari berbagai

agama selain Islam yang berkenaan mengamalkan salah satu amalan wajib di

agama Islam, yakni sebuah amalan shalawat sebagai salah satu metode atau sarana

pendekatan kepada Tuhannya, yang dalam fakta kejadian ini adalah metode

pengadopsian shalawat Wahidiyah oleh seorang penganut agama Hindu di Bali

21 Moksa adalah pencapaian tertinggi (menyatu dengan Sang Hyang Widhi) dari

(26)

16

yang saat ini telah membentuk suatu komunitas yang dinamakan dengan

Komunitas Mantra Suci.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang adanya

fenomena yang unik dalam kehidupan keberagamaan penganut agama non Islam

(Hindu) atau lebih jelasnya, pengamal shalawat Wahidiyah yang berasal dari

penganut agama Hindu di Bali. Mereka yakin dengan sepenuhnya dalam

mengadopsi sebuah amalan wajib dalam agama Islam tersebut, yakni amalan

shalawat sebagai bagian amalan atau mantra yang digunakan untuk metode

peningkatan spiritual mereka, yang dalam fakta kejadiannya adalah shalawat

Wahidiyah.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut di atas dapar dirumuskan beberapa

perumusan antara lain:

1. Apa yang mendorong umat beragama Hindu di Bali (Komunitas Mantra Suci)

mengadopsi shalawat Wahidiyah?

2. Apa pengaruh shalawat Wahidiyah bagi kehidupan keberagamaan umat

(27)

17

D. Tujuan Penelitian

Penelitian dalam karya tulis ilmiah ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui alasan yang mendorong umat beragama Hindu di Bali

mengadopsi shalawat Wahidiyah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh shalawat Wahidiyah bagi kehidupan

keberagamaan umat beragama Hindu di Bali yang mengadopsi shalawat

Wahidiyah.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, diharapkan pembuatan karya tulis ilmiah

ini akan bermanfaat dan berguna sebagai tambahan wawasan khazanah intelektual

keilmuan, khususnya dalam konsentrasi kajian filsafat dan agama. Tentunya

secara praktis, karya tulis ilmiah ini akan memberi manfaat bagi para pembaca

dari seluruh kalangan masyarakat dan dapat menjadi sumbangsih yang berarti

dalam menerapkan akhlak spiritualis yang bertoleran antar umat beragama.

F. Penegasan Judul

Untuk memperjelas penulisan penilitian ini serta menghindari adanya

kesalahpahaman, maka akan dijelaskan secara singkat mengenai maksud dari

masing-masing kata yang tedapat dalam judul penelitian ini. Adapun judul

tersebut adalah Pengaruh Shalawat Wahidiyah Bagi Kehidupan Keberagamaan

(28)

18

Pertama, kata pengaruh dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai ”daya yang ada, atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seeeorang”.22

Kedua, adalah pengertian dari Shalawat Wahidiyah” adalah nama dari sebuah lembaga atau gerakan tasawuf yang berpusat di Pondok Pesantren

Kedunglo Al-Munadhdhoroh kecamatan Mojoroto kabupaten Kediri yang

bertujuan unruk memperjuangan kesadaran umat dan masyarakat yang pada

hakikatnya mencakup seluruh makhluk yang hidup di alam semesta ini untuk

kembali kepada Allah swt dan rasul-Nya melalui metode pengamalan shalawat

(mujahadah), yang dinamakan shalawat wahidiyah.23

Ketiga, kata “kehidupan” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “cara, keadaan (sosial), hal, mengalami, bergerak dan bekerja

sebagaimana mestinya (tentang manusia, bintang, tumbuhan dan sebagainya yang

mencakup alam).24

Kelima, kata “umat” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “para penganut (pemeluk/pengikut) suatu agama”.25 Agama adalah sistem

tata keimanan, kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta

tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungannya. Kalau beragama berarti menganut atau memeluk agama.26

22 http://kbbi.web.id/pengaruh

23 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhdhoroh,

Upgrading Pembinaan Wahidiyah, Kediri : Departemen Pembina Umum Wahidiyah Pusat, 1989, hal 3.

24 http://kbbi.web.id/kehidupan-hidup

25 http://kbbi.web.id/umat

26Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,

(29)

19

Keenam, kata “beragama” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “menganut (memeluk) agama, beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama), sangat memuja-muja; gemar sekali pada agama;

mementingkan agama.27

Ketujuh, kata “Hindu” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai nenek moyang28. Hindu merupakan suatu agama. Agama Hindu

(Sanskerta: Sanatana Dharma atau “kebenaran abadi”), atau dalam istilah lain Vaidika-Dharma (“pengetahuan kebenaran”) adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama Hindu diperkirakan muncul antara 3102 SM sampai

1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia. Dinamakan agama Hindu, karena

di dalamnya mengandung adat-istiadat, budi pekerti, dan gambaran kehidupan

orang-oran Hindu.29 Agama Hindu meyakini satu Tuhan yang berkekuatan yakni

Sang Hyang Widhi dan banyak Dewa-dewa yang berkekuatan yang diyakini

sebagai manifestasi-Nya dari satu Tuhan (Sang Hyang Widhi). Namun dari sekian

banyak Tuhan atau Dewa-dewa hanya tiga yang terkenal, yakni Brahmana (Dewa

penciptaan), Wisnu (Dewa pemelihraan), dan Siwa (Dewa pembinasa). Ketiga

konsep Dewa-dewa tersebut dinamakan dengan sebutan Trimurti.30

Kedelapan adalah kata “Bali” yang merupakan salah satu atau sebuah Pulau sekaligus menjadi provinsi di negara Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah

kota Denpasar. Bali terletak diantara pulau Jawa dan pulau Lombok. Secara

astronomis, Bali terletak di 8°25’23” Lintang Selatan dan 115°14’55” Bujur

27 http://kbbi.web.id/beragama

28 http://kbbi.web.id/hindu

29 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Widjaya, 1986), hal. 41.

(30)

20

Timur (iklim tropis). Bali dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu

Pura. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu.

Jadi yang dimaksud dalam judul tersebut di atas adalah pembahasan

tentang pengaruh shalawat Wahidiyah bagi kehidupan keberagamaan umat Hindu

di Bali yang mengadopsi shalawat Wahidiyah sebagai bentuk amalan dan

metodenya dalam meningkatkan spiritualitas.

G. Telaah Pustaka

Pada penelitian sebelumnya, sebenarnya telah ditemukan beberapa karya

ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengakji tentang wahidiyah, diantaranya ialah:

Pertama, yaitu Pola Interaksi Sosial Kiai Dan Santri Pengamal Ajaran Shalawat

Wahidiyah yang ditulis oleh Andi Wahyudin di Fakultas Ushuluddin Jurusan

Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2009. Akan tetapi

penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pola, criteria, etika, serta hubungan

antara guru dan pengamal shalawat wahidiyah.

Kedua, Aktivitas Belajar Siswa-siswi SMA Wahidiyah Kediri Dalam

Penghayatan Dan Pengamalan Shalawat Wahidiyah yang ditulis teliti oleh

Maftoech Effendi di Fakultas Tarbiyah Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam

UIN sunan Ampel Surabaya pada tahun 1887. Objek kajian sama dilakukan di

Pondok Pesantren Al-Munadhdhoroh Kedunglo Kediri, akan tetapi penelitian

yang ditulis dari skripsi ini adalah metode-metode pendidikan SMA Wahidiyah

dan bagaimana penghayatan serta pengamalan shalawat Wahidiyah di Pondok

(31)

21

Ketiga, Masuk dan Berkembangnya Shalawat Wahidiyah di Kelurahan

Wiyung Kecamatan Wiyung Kota Surabaya 1984-2005 menjadi judul skripsi yang

ditulis oleh Hanif Widiyawati di fakultas Adab prodi SPI (Sejarah Peradaban

Islam) di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2006.

Objeck penelitiannya adalah mengenai sejarah masuk dan berkembangnya

shalawat Wahidiyah, dan penambahan jumlah para pengamal shalawat Wahidiyah

yang berada di daerah kelurahan Wiyung kota Surabaya, serta menggambarkan

kondisi sosial kelurahan Wiyung sebelum masuk dan berkembangnya shalawat

Wahidiyah.

Beberapa telaah pustaka tersebut di atas telah memaparkan pembahasan

yang dikaji oleh penulis sesuai judul penelitian yang dipilih, dan menunjukkan

banyak perbedaan dari kajian objek penelitian yang dibahas. Karena dalam

penelitian ini akan mengkaji tentang adanya penganut agama non Islam dan aliran

kepercayaan lain yang mengadopsi shalawat Wahidiyah sebagai amalanya.

H. Metode Penelitian

1. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif,

sebuah metode penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, perspektif ke

dalam dan interpretatif.31

Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan yang muncul dari diri penulis

terkait persoalan tentang permasalahan yang diteliti. Perspektif ke dalam

31Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(32)

22

adalah sebuah kaidah dalam menemukan kesimpulan khusus yang semulanya

didapatkan dari pembahasan umum. Sedang interpretatif adalah

penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis dalam

mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pertanyaan.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field

research). Dalam penelitian lapangan, pengumpulan data-datanya diambil

melalui penggalian dan penelusuran lapangan serta diikuti dengan uji empirik,

untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis tentang fenomena tertentu atau

satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat, serta

penyelidikan itu akan dilakukan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal,

satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu yang substansinya ditelaah

secara filosofis dan teoritis, sehingga dapat menjawab persoalan yang telah

dirumuskan dalam pokok masalah.

3. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Observasi

Metode ini di artiakan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan pengamatan dan pendataan dengan sistematis tentang

fenomena-fenomena yang diselidiki.32 Oleh karenanya dalam

mengumpulkan data, penulis menggunakan metode pengamatan dan

keterlibatan langsung (observasi partisipatoris).

32

(33)

23

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk

mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau sekumpulan

orang secara lisan maupun langsung.33 Wawancara dapat dilakukan secara

tidak tersusun dan secara tersusun.

Dalam metode ini, penulis melaksanakan wawancara secara langsung

dengan melakukan Tanya jawab atau dialog pada beberapa narasumber

atau informan. Informan dilakukan secara acak dan spontanitas dimana

perlu, di samping adanya informan kunci.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang

isinya terdiri dari penjelasan dan pikiran peristiwa itu, dan ditulis dengan

sengaja untuk menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai

peristiwa tersebut.

Dokumentasi juga digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui

metode dokumentasi, diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian

berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

33

(34)

24

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data memakai pendekatan metode

deskriptif-analitis. Penelitian yang bersifat tematik memaparkan data-data

yang diperoleh dari lapangan.34

Dengan metode ini akan dideskripsikan mengenai signifikansi Wahidiyah

bagi umat beragama Hindu di Bali. Selanjutnya, setelah pendeskripsian

tersebut, dianalisis dengan melibatkan objek kajian, yakni Wahidiyah dan

pihak beragama lain yang mengamalkan dan mengikuti shawawat Wahidiyah

dan ajaranya.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

diantaranya adalah:

a. Sumber data primer

Sebagai sumber primer dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh melalui wawancara khusus kepada para pelaku spiritual yang

berasal dari penganut agama non Islam yang mengamalakan shalawat

Wahidiyah dan beberapa para tokoh penting yang menguasai dalam

bidang kajian intelektual keislaman Wahidiyah yang berada di pusat

Perjuangan Wahidiyah di Pondok Pesantren Al-Munadhdhoroh Kedunglo

Kediri dan ditambahkan dengan buku-buku penting diantaranya

Pedoman Pokok-pokok Ajaran Wahidiyah, teks Shalawat Wahidiyah,

Buku kuliah Wahidiyah, Buku Materi Upgrading Pembinaan Wahidiyah.

34Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta:

(35)

25

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang dimaksud di sini adalah sumber-sumber

lainnya yang berfungsi untuk melengkapi sumber data primer, di

antaranya ialah buku-buku materi umum tentang kajian tasawuf.

I. Landasan Teori Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan terori Interaksionisme

simbolik dari George Herbert Mead (South Hadley, Amerika, 27 Februari 1863).35

Maka akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud teori interaksionisme

simbolik dan bagaimana proses berjalan dan penerapan teori tersebut.

Pengertian interaksi dalam kamus bahasa Indonesia adalah saling

mempengaruhi, saling menarik, saling meminta dan memberi. Dalam bahasa

inggris disebut interaction yang dalam kamus ilmiah berarti pengaruh timbal

balik, saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan simbolik dalam kamus

bahasa indonesia berarti perlambangan, dan dalam bahasa inggris disebut

symbolic yang dalam kamus ilmiah berarti perlambangan, gaya bahasa yang

melukiskan suatu benda dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol

atau pelambang.36

Teori Interaksionisme simbolik adalah teori tindakan yang menjadi salah

satu metode model penelitian budaya yang berusaha mengungkap realitas perilaku

manusia. Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi. Tindakan

35 Geogre Ritzer, Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Post Modern,

(36)

26

manusia itu sama sekali bukan stimulus - respon, melainkan stimulus - proses

berpikir - respons. Jadi, terdapat variabel antara atau variabel yang menjembatani

antara stimulus dengan respon, yaitu proses mental atau proses berpikir, yang

tidak lain adalah interpretasi.

Teori interaksionisme simbolik sangat menekankan arti pentingnya proses mental” atau proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak.

Teori interaksionisme simbolik memandang bahwa arti atau makna muncul dari

proses interaksi sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari

cara-cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut. Jadi teori

interaksionisme simbolik adalah teori yang memiliki metode, bahwa manusia

bertindak berdasarkan atas makna-makna, dimana makna tersebut didapatkan dari

interaksi dengan orang lain, serta makna-makna itu terus berkembang dan

disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.37

Mead dalam teori interaksionisme simboliknya yang terkenal melalui

bukunya, mind, self dan society dan beberapa buku selanjutnya merupakan karya

yang penting dan berpengaruh terhadap sosiolog berikutnya. Mead

memperkenalkan dialektika hubungan antara manusia dengan manusia dan

manusia dengan alam. Bagi Mead, individu merupakan makhluk yang sensitif dan

aktif. Keberadaan sosialnya sangat mempengaruhi bentuk lingkungannya (secara

sosial maupun dirinya sendiri), secara efektif, sebagaimana lingkungan

mempengaruhi kondisi sensitivitas dan aktifitasnya.

37 Geogre Ritzer, Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Post Modern...

(37)

27

Mead menekankan bahwa individu itu bukanlah merupakan “budak masyarakat”. Dia membentuk masyarakat sebagaimana masyarakat

membentuknya. Bagi Mead, tertib masyarakat akan terjadi manakala ada

komunikasi yang dipraktikkan melalui simbol-simbol.

Teori ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses

yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan

mempertimbangkan ekspektasi orang lain atau komunitas sosial yang menjadi

mitra interaksi mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau

penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. Dalam pandangan

perspektif ini, bahwa proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang

menciptakan dan menegakan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang

menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. 38

J. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan

ini disusun atas lima bab.

Bab I (satu), merupakan pendahuluan yang menyangkut latar belakang

masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, penegasan judul, telaah pustaka, metode penelitian, landasan teori, dan

sistematika pembahasan.

38

(38)

28

Bab II (kedua) berisi tentang sejarah lahirnya shalawat Wahidiyah, teks

lembaran shalawat Wahidiyah dan ajaran-ajaran Wahidiyah, serta biografi (latar beakang kehidupan) mu’allif shalawat Wahidiyah.

Bab III berisikan tentang data lapangan hasil wawancara dan penelitian

buku. Yakni tentang pengaruh shalawat Wahidiyah bagi kehidupan keberagamaan

umat beragama Hindu di Bali (studi tentang komunitas mantra suci di desa

Gandapura kecamatan Kesiman kabupaten Denpasar Bali).

Bab IV merupakan analisis tentang shalawat wahidiyah dan pengaruhnya

bagi kehidupan keberagamaan umat beragama Hindu di Bali.

Bab V berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran

(39)

BAB II

SHALAWAT WAHIDIYAH DAN AJARANNYA

A. Shalawat Wahidiyah

1. Keorganisasian Shalawat Wahidiyah

Wahidiyah sendiri merupakan sebuah organisasi yang dikaitkan dengan

gerakan tasawuf yang memperjuangkan umat dan masyarakat untuk sadar dan

kembali kepada Allah Swt, melalui sebuah metode jalur shalawat yang

dinamakan shalawat Wahidiyah. Shalawat Wahidiyah yang berfaedah

menjernihkan hati dan ma’rifat billah, sehingga mengantarkan siapapun yang

mengamalkannya dan tidak pandang bulu dari bangsa, golongan, dan ras

manapun demi tujuan suci untuk sampai kepada Allah Swt dan Rasul-Nya

(wushul).1

Peningkatan atau usaha menuju kesadaran yang diupayakan oleh shalawat

Wahidiyah adalah untuk memperbaiki mental umat dan masyarakat,

khususnya mental tauhid dan kesadaran kepada Allah Swt. Dorongan yang

dilakukan oleh Wahidiyah untuk pencapaian sebuah maqam yang tinggi

(whusul), atau pencapaian martabat kemakrifatan seorang pejalan spiritual.

Adapun ranah spiritual ialah mutlak jalur batiniyah, yang kesemuanya itu

dilakukan dengan melalui shalawat (mujahadah-mujahadah dan riyadhah),

hanya khusus bagi seseorang yang baru mengamalkan shalawat Wahidiyah,

biasanya diinstruksikan melakukan mujahadah 40 hari dengan aurad

mujahadah lembaran atau biasa juga dilakukan dengan membaca kalimat nida’ 1 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, Pedoman

(40)

yaa sayyidii yaa rasuulallaah” berturut-turut selama kurang lebih 30 menit, dengan tanda kutip tanpa adanya sebuah bai’at seperti yang dilakukan oleh

kebayakan tarekat.2

Perjuangan Wahidiyah mempunyai tujuan terwujudnya keselamatan,

kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir bathin, materiil dan

spiritual di dunia dan di akhirat bagi masyarakat bangsa Indonesia, khususnya

di dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945, dan bagi umat masyarakat seluruhnya (jami’al

‘alamin) dengan mengusahakan agar supaya umat masyarakat jami’al ‘alamin

(seluruh makhluk di alam semsesta) kembali mengabdikan diri dan sadar

kembali kepada Allah Swt dan Rasul-Nya Saw. Kemudian agar supaya

akhlaq-akhlaq yang tidak baik dan merugikan (terutama akhlaq-akhlaq diri sendiri dan

keluarga) segera diganti oleh Allah Swt dengan akhlaq yang baik dan

menguntungkan.

Hasilnya perjuangan Wahidiyah yakin dengan penerapan yang demikian

akan tercipta kehidupan dunia dalam suasana aman, damai, saling

menghormat-hormati dan saling bantu-membantu diantara umat manusia yang

sadar disegala bangsa. Daan dengan demikian akan dilimpahkan barokah dan

maslahah atas bangsa dan Negara, dan atas segala makhluq ciptaan Allah Swt

pada umumnya.3

2 Wawancara, oleh: H. Zainuddin, M,Ag. 12, April 2015.

3 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantern Kedunglo, Risalah Tanya-Jawab

(41)

2. Teks Shalawat Wahidiyah

Adapun teks shalawat Wahidiyah sebagai berikut:

ميح لا ن ح لا ه مـسب

م س هي ع ه ص حم ن يـس

ح لإ

حت ل

(7x)

يض ه ء يل ئ س مزلاا ه غ

ح لإ

م ع ل عت ه

حت ل

(7x)

يس آ ع حم ن يـس ع

ب م س لص ، ا ج ي جا ي ، ح ي حا ي م ل

ن

ض يف ه م عم عب س ن ح ل لك يف ، حم

. ا م هت

(100x)

“Yaa Allah, Tuhan Maha Esa, yaa Tuhan Maha Satu, yaa Tuhan Maha Menemukan, yaa

Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah shalawat salam barokah atas junjungan kami kanjeng nabi Muhammad dan atas keluarga kanjeng nabi Muhammad pada setiap kedipnya mata dan naik turunnya nafas sebanyak bilangan segala yng Allah maha

mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian dan kelestarian pemeliharaan Allah”.

ش نا م ن يـس ع

ب م س لص ،ه ه تن ك م ل

ق ـي ح عي

يع

حم

لا حب ج ىف ق غت ه حب م لا كلأسن ،ه ه ه مك م س هي ع ه ص

ح ، ح

ح نا سحنا جنا ع سنا نا

كت غم ت ق ت ، ب اإ ن سنا

ه ي

ه ي ك عن ت

ه ي ك ف عم ت

ه ي ك حم ت

ه ي كنا ض ت

م س لص ،

هي ع

ب

حص هلآ ع

مح ب ك ح ب كب ك صح ك ع هب ح م ع ،ه

حلا ني حا لا

.ني ل علا ه

(7x)
(42)

termuat dalam kitab-Mu, dengan rahmat-Mu yaa Tuhan maha pengasih lagi maha

penyayang dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.

اـسلا اصلا ق لا عف ش ي

منأا ـه ق لا ن كـي ع

ـك هـح ه ــص

ـب ا ـب تـ ظ ـ ف

كل ه ص ش

تـ

ك ت إف

كا س يـس ي

ل سـيل

(3x)

“Duhai kanjeng nabi pemberi syafa’at makhluk, kepangkuanmu shalawat salam

kusanjungkan. Duhai cahaya makhluk pembimbing manusia.

Duhai unsur dan jiwa makhluk, bimbing dan didiklah diriku, sungguh aku manusia yang dhalim selalu.

Tiada arti diriku tanpa engkau duhai pemimpin kami, jika engkau hindari aku, akibat keterlaluan berlarut-larutku, pastilah, pasti aku akan hancur binasa”.

يـس ي

ه ـس ي

(7x)

“Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah”.

ه اـس ـغلا ـي ي

ــب كـي ع

ه إب

يـس يلإ ظنا

ظـ ب

يـ علا ـ ح ل ـص م

(3x)

“Duhai Ghautsu (Penolong) Zaman, kepangkuanmu salam Allah kuhaturkan, bimbing dan didiklah diriku dengan idzin Allah.

Dan arahkan pancaran sinar nadhrahmu kepadaku duhai pemimpin kami, dengan (sinar)

radiasi batin yang mewusulkan aku sadarr kehadirat maha luhur Tuhanku”.

ه بـي ح قـ لا عـف ش ي

هماـس عم كـي ع هـتاص

ت ب ف يح ت ض ت ض

مأا يـس ي يـب خ

(3x)

“Duhai kanjeng nabi pemberi syafa’at makhluk, duhai kanjeng nabi kekasih Allah,

(43)

Jalanku buntu, usahaku tak menentu, cepat, cepat, cepat raihlah tanganku duhai pemimpin kami, tolonglah diriku dan dan seluruh umat ini”.

يـس ي

ه ـس ي

(7x)

“Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah”.

س لـص م ـ لا ب ي

ـ

م

مـمأا عـي ش ـحم ع

جا آا

نيع سم نأا لع

ني ل ـعلا ل ي ـحا ل ب

ي غا ب ي

ن ـها ح فا س

ـ ب ي ـيب فل ـق

(3x)

“Yaa Tuhan kami yaa Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas kanjeng nabi

Muhammad pemberi syafa’at umat dan atas keluarga beliau

dan jadikanlah umat manusia cepat-cepat lari, lari kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan semesta alam.

Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudah segala urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami, dan berilah petunjuk kepada kami, pererat persaudaraan dan persatuan diantara kami, yaa Tuhan kami”.

ه ي ه ج لا ه ف ،ه ي ـ لا ـه ت ـخ يف ب م ل

(7x)

“Yaa Allah, limpahkanlah barokah didalam segala makhluk yang engkau ciptakan dan didalam negeri ini yaa Allah, dan didalam mujahadah ini yaa Allah”.

! ا غ ــسإ

Istighraaq !

Istiighraaq adalah diam, tidak membaca apa-apa. Segenap perhatian lahir

dan batin, fikiran dan perasaan dipusatkan hanya kepada Allah. Tidak ada acara

(44)

! حت ل

Al-Fatihah ! (1x)

(Membaca surat Al-Fatihah 1 kali kemudian membaca do’a dibawah ini).

ميح لا ن ح لا ه مـسب

حم ن يـس جب ،مظعأا ك سإ قحب م ل

س هي ع ه لص

زلاا ه غ ك ب م

م

،ه ي،ه ي كئ يل ئ س هنا ع

م ع عت ه يض ه ي

(3x)

“Yaa Allah dengan hak kebesaran-Mu, dan dengan kemulyaan serta keagungan kanjeng nabi Muhammad saw. serta dengan barakahnya Ghautsu hadzaz Zaman (penolong pada

zaman ini) wa a’wanihi (dan para pembantunya) serta segenap para wali kekasih-Mu yaa Allah, yaa Allah, yaa Allah, semoga Allah yang maha luhur meridhoi mereka”.

ا ه نءآ ن ني ل علا عي ج غ ب

غي ب ا يثأت هيف لعجا

(3x)

Sampaikanlah seruan kami ini kepada jami’al ‘alamin (seluruh alam) dan letakkanlah kesan yang merangsang (untuk berjuang) didalamnya.

ي ج ب جإ ب ، ي ق ئيش لك ع كنإف

(3x)

“Maka sesungguhnya Engkau maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan maha Ahli

memberi ijabah”.

ه ىلإآ ـ ف

(7x) “Larilah kembali kepada Allah”.

ط لا قه قحلا ء ج لق

ق ه ك ل لا إ

(3x)

“Dan katakanlah (wahai Muhammad), apabila perkara yang haq (benar) telah datang

maka musnahlah perkara yang batal. Sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah”.

! حت ل

Al-Fatihah !(1x)
(45)

B. Ajaran Wahidiyah

Yang dimaksud dengan ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis

lahiriyah (syari’at) dan bathiniyah (hakikat). Artinya di dalam mengamalkan

shalawat Wahidiyah dan ajarannya menerapkan tunturan Rasulullah Saw yang

mencakup bidang syari’at, bidang hakikat, yang juga meliputi iman pelaksanaan

islam serta perwujudan ihsan dan pembentukan akhlaqul karimah.

Adapun sumber dasar hukum ajaran Wahidiyah adalah Al-Qur’an dan

As-Sunnah Rasulullah Saw, dan yang dimaksud dengan pokok-pokok ajaran

Wahidiyah adalah rumusan ajaran Wahidiyah dalam pokok-pokoknya, yang

meliputi; lillah-billah (هاب – ه), lirrosuul-birrosuul (لوسرلاب – لوسرل),

lilghouts-bilghouts (ثوغلاب – ثوغ ل), yukti kulladzii haqqin haqqoh (ةقح ح ىذ لك ىتؤي), dan

taqdimul aham fal aham tsummal anfa’ fal anfa’ (ع نااف ع ناا ث هااف هاا يدقت),4

dijelaskan sebagai berikut:

a. Lillah

Lillah artinya, “Segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang hubungan langsung kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw, maupun yang

berhubungan di dalam masyarakat dalam hunbungan dengan sesame

makhluk, baiuk kedudukan hukumnya wajib, sunnah atau mubah asal bukan

perbuatan yang tidak diridhoi Allah Swt, bukan perbuatan yang merugikan,

melaksanakannya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada

Allah Swt dengan ikhlas tanpa pamrih ”.5

4 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, Pedoman

Pokok-pokok Ajaran Wahidiyah, Kediri : Qolamuna Offset Kedunglo, 2002, hal. 1.

(46)

َ غ

ا م

َ

َ ݐ ݖ خ

َ ܠ

َٱ

َق

ل

َ ݚ

ََ غ

ٱ

َق

ل

َ ن

َ

َ

ّقإ

َ

َ ݇ قِ

َقنغ د ܞ

َ

٥

“Dan tidaklah AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah (mengabdikan diri) kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat 51: 56).6

َ ا م غ

َ

َ غ ܱق

أ

َ اَ

َ

ّقإ

َ

َ ݇ قِ

َ اغ د ܞ

َٱ

َ ّ

َ

َ م

َقصقݖ

َ ي

َ

َ

ل

َٱ

َ ݚيقكل

َ

َ ا ف ن ح

َ ءَ

َ اݠ ݙيقݐ ي غ

َٱ

َ ݠ ݖ ص

َ ةَ

َ ي غ

َ ܖ

َ اݠ ت

َ

ٱ

َ ݠ ك ܲ

َ ةَ

َ ذ غ

َ ݑق

َ

َ ݚيقل

َٱَ ل

َقܟ ݙقكي ݐ

َ

٥

َ

“Dan tidaklah disuruh, melainkan supaya beribadah (mengabdikan diri) kepada Allah Swt dengan ikhlas (memurnikan kepada-Nya)”. (QS. Al-Bayyinah 98: 5).7

Orang yang tidak lillah namanya lilghoirillah. Berbuat tidak karena Allah

melainkan karena selain Allah. Istilah Wahidiyah disebut linafsi. Berbuat atau

beramal hanya karena menuruti hawa nafsunya. Kelihatan tho’at hanya pada

lahirnya saja, sedangkan batinnya adalah menuruti hawa nafsu. Berarti dia

diperalat oleh nafsunya dan diperbudak oleh nafsunya sendiri. Orang begini

inilah yang termasuk golongan orang atau kaum yang dholim yang tidak akan

mendapat petunjuk dari Allah Swt.8

b. Billah

Billah Artinya, “Dalam segala kehidupan, gerak-gerik kita atau perbuatan atau tindakan apa saja lahir bathin dimanapun dan kapanpun saja, supaya

dalam hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan menitahkan serta

menggerakkan itu semua adalah Allah Swt yang menciptakan”.9

َ غٱ

َ ّ

َ

َ ݗ ك ݐ ݖ خ

َ

ا م غ

َ

َ ݇ ت

َ نݠ ݖ ݙ

َ

٦

َ

6Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Dept Agama RI, 1984, hal. 862. 7Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hal.1084.

8 Wawancara, oleh : Kyai Subhan Khotib(Da’i Pusat Wahidiyah), Kediri, 13 April 2015. 9 Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, Pedoman

(47)

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa saja yang kamu sekalian perbuat”. (QS. As Shoffah 37 : 96).10

ةﻮﻗ

ا ا با حا

“Tiada daya upaya dan kekuatan (sedikitpun) melainkan dengan titah Allah Swt”.

Di dalam billah tidak diperkenankan sekali-kali mengaku atau merasa

bahwa manusia atau makhluk mempunyai kemampuan sendiri. Dan ini

dikatakan mutlak, dalam segala hal supaya merasa begitu. Baik dalam keadaan tho’at maupun ketika maksiat, harus merasa billah, tanpa terkecuali

ini haru disadari.11

Orang yang tidak sadar billah, sekalipun ia masih beriman, dia tidak akan

lepas dari bahaya musyrik (mempersekutuk

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan harus membangun kesadaran kepada pimpinan dan anggota tim bahwa setiap orang itu tidaklah sama, tapi sebagai anggota tim, masing-masing pribadi dalam tim harus memiliki

[r]

Kedekatan Mustapa dengan Snouck tidak dapat diabaikan, karena sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidup Mustapa sebagai seorang elite pribumi dengan jabatan Hoofd Penghulu Aceh

Analisis terhadap keefektivan dari Perangkat Pembelajaran Matematika berbasis konstruktivisme diperoleh hasil dari aktivitas, respon, hasil belajar siswa,

Pada Class Diagram sistem penentuan penerima KIP terdapat beberapa method, yaitu ubah, hapus, tambah, edit, dan detail. Pada sistem ini, Kepala sekolah dan TU dapat

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan iklim kerja dan kompetensi guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan

KETUJUH : Petugas Pelayanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada diktum KEDUA huruf e bertugas membantu PPID Unit Kerja dalam melaksanakan tugas, tanggung

Dibawah ini akan dijelaskan analisa sistem kontrol yang pertama yaitu sensitifitas sensor cahaya atau fotodioda, kedua sudut pergerakan naungan (atap) atau tripleks – tripleks,