• Tidak ada hasil yang ditemukan

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY (REBT) DALAM MENANGANI TIMOROUS PADA REMAJA DI DESA LEMBOR : STUDI KASUS PADA REMAJA X YANG KURANG PERCAYA DIRI DI DESA LEMBOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY (REBT) DALAM MENANGANI TIMOROUS PADA REMAJA DI DESA LEMBOR : STUDI KASUS PADA REMAJA X YANG KURANG PERCAYA DIRI DI DESA LEMBOR."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPHY

(REBT) DALAM MENANGANI

TIMOROUS

PADA

REMAJA DI DESA LEMBOR

(Studi Kasus pada Remaja X yang Kurang Percaya Diri

di Desa Lembor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

HALIMAH NI’MATUS SA’DIYAH NIM. B03213007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ni’matus Sa’diyah, Halimah (B03213007), 2017. Rational Emotive Behaviour Theraphy (REBT) dalam Menangani Timorous (Kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor (Studi Kasus pada Remaja X yang Kurang Percaya Diri di Desa Lembor). Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya 2017

Penelitian ini berlatar belakang mengenai kurangnya rasa percaya diri pada seorang remaja di desa lembor, hingga ia menjadi orang yang sering murung, diam, dan lebih sering menarik diri dari keramaian serta sulit bersosialisasi dengan orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelesaian dari permasalahan yang diangkat. Penulisan ini menggunakan metode Kualitatif yang sesuai dengan fokus penelitian, yaitu; 1). Bagaimana Proses penanganan Timorous pada Remaja di Desa Lembor? 2). Bagaimana hasil penanganan Timorous pada Remaja di Desa Lembor?

Menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif, jenis penelitian studi kasus dengan analisis deskriptif komparatif. Dalam bab III peneliti mendeskripsikan permasalahan yang dialami konseli serta cara menanganinya, dan dalam bab IV peneliti mengkomparasikan kondisi konseli sebelum dan sesudah diberikan Treatment. Dalam proses penanganan Timorous (kurang percaya diri) pada remaja dengan menggunakan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) yang terdiri dari beberapa langkah yakni tahap pertama (pengajaran), tahap kedua (persuasive), tahap ketiga (konfrontasi), tahap keempat (pemberian tugas), dan tahap kelima (ending). Adapun informan penelitiannya adalah wali kelas, guru BK, teman, orang tua atau keluarga konseli, dan konseli sendiri. teknik pengumpulan data meliputi observasi, interview, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data meliputi reduksi dan data, Display (penyajian data) dan verifikasi (pengambilan kesimpulan).

Hasil penelitian dari pelaksanaan terapi REBT dapat di katakan berhasil, dilihat dari pengamatan peneliti pada saat sebelum dan sesudah proses konseling di lakukan, konseli sudah mulai menunjukkan perubahan lebih percaya diri dengan kemampuan yang dia miliki, mampu berfikir secara logis dan rasional, dan lebih berani bersosialisasi atau bercengkrama dengan teman-temannya mulai berani mengutarakan argumentasinya ketika ada diskusi.

(7)

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat penelitian ... 9

E.Definisi Konseptual. ... 10

F. Metode Penelitian... 12

1. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 12

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 13

3. Jenis dan sumber data... 15

4. Tahap-tahap penelitian ... 17

5. Tehnik Pengumpulan Data ... 18

6. Tehnik Analisis Data ... 20

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data ... 21

G.Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik ... 27

(8)

a. Pengertian Rational Emotive Behaviour Therapy

(REBT) ... 27

b. Konsep Dasar Rasional Emotif Behaviour Therapy. ... 28

c. Ciri-Ciri Rational Emotive Behaviour Therapy ... 29

d. Tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy... 30

e. Peran Dan Fungsi Konselor ... 31

f. Teknik-teknik Rational Emotive Behaviour Therapy. .... 32

g. Langkah-langkah Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT). ... 35

2. Tinjauan tentang Timorous ... 37

a. Pengertian Tentang Rasa Timorous (Percaya Diri) ... 37

b. Ciri-Ciri Timorous (Rasa Kurang Percaya Diri) ... 38

c. Faktor-faktor Penyebab Timorous... 40

d. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Remaja Melalui Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT). ... 41

B. Penelitian Terdahulu yang Relavan. ... 50

BAB III : PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 52

1. Sejarah berdirinya Desa Lembor ... 52

2. Deskripsi profil dan lokasi penelitian ... 56

3. Deskripsi konselor ... 61

4. Deskripsi konseli. ... 62

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Pelaksanaan Rational Emotive Behaviour Theraphy (REBT) dalam Menangani Timorous (kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor ... 67

(9)

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis data tentang proses Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) dalam menangani Timorous (Kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor ... 87 B. Analisis data tentang hasil akhir Rational Emotive Behaviour

Therapy (REBT) dalam menangani Timorous (Kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor ... 96

BAB V : PENUTUP

(10)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1. Tanah Sawah 58

Tabel 3.2. Tanah Kering 58

Tabel 3.3. Tanah Basah ... 58

Tabel 3.4. Tanah Fasilitas Umum ... 59

Tabel 3.5. Tanah Hutan ... 59

Tabel 3.6. Iklim Tanah dan Erosi ... 60

Tabel 3.7. Komposisi Penduduk Berasarkan Jenis Kelamin... 60

Tabel 3.8. Kondisi Konseli sesudah Pelaksanaan Konseling ... 84

Gambar 4.1. Skema proses konseling A-B-C-D-E ... 95

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Percaya diri merupakan suatu perasaan yang didasarkan keyakinan diri dengan menerima keadaan dirinya apa adanya sehingga tidak membuatnya malu ketika menampilkan apa yang ada pada dirinya di hadapan umum.1

Orang yang memiliki rasa percaya diri cenderung meyakini bahwa apa yang dimilikinya, adalah karunia Allah SWT. dan merupakan Anugerah yang patut disyukuri, sehingga tidak perlu merasa malu pada orang lain.

Orang yang memiliki rasa percaya diri tinggi biasanya lebih optimis dengan keyakinannya dan tidak mudah putus asa, namun sebaliknya dengan orang yang kurang percaya diri. Orang yang kurang percaya diri lebih banyak putus asa karena tidak memiliki kemampuan untuk menerima keadaan dirinya baik kelebihan maupun kelemahan. Agama Islam memerintahkan agar berserah diri dan ikhlas kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan agar memiliki rasa percaya diri dan tidak berputus asa untuk terus mencari Ridho dan Rahmat dari Allah SWT. Perintah untuk percaya diri dan tidak mudah berputus asa seperti telah difirmankan oleh Allah dalam QS. Yusuf ayat 87:

1

(12)

2

م س ي ي َ هَ ۗ ه حو َر م وس ي ت َ, هيخأو فسوي م وسَسحتف وبهذ َي بي

ورف ل موقل ََ ه حو َر

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah sesungguhnya

tiada berputus asa dari Rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf:87)2

Allah menceritakan perihal Nabi Ya’qub, bahwa Ya’qub memerintahkan

kepada anak-anaknya untuk pergi ke Negeri itu untuk mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya, Bunyamin. Lafadz Tahassus digunakan untuk mencari berita kebaikan, sedangkan lafadz Tajassus digunakan untuk mencari berita keburukan. Ya’qub memberi semangat pada mereka (anak-anaknya), bahwa janganlah mereka berputus asa dengan Rahmat Allah SWt. Dengan kata lain, janganlah kalian putus harapan dari Rahma Allah dalam menghadapi tantangan dan meraih cita-cita yang dituju, karena sesungguhnya tiada yang berputus harapan dari Rahmat Allah kecuali orang kafir.3

Dijelaskan pula pada QS. Al-Hijr ayat 56:

ول َضل َ هبر ة ح َر م ط قي مو ق

“Ibrahim berkata: tiada orang yang berputus asa dari Rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Hijr:56)4

(Bandung: Sinar Baru Algentindo, 2003), hlm. 43

4

(13)

3

Rasa percaya diri seseorang akan menentukan bagaimana seseorang akan menilai dan menghargai dirinya. Tingkat kebijaksanaan juga akan mempengaruhi apakah seseorang akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi atau rendah.5

Percaya diri merupakan kebalikan dari Minder atau rendah diri. Rendah diri disebut juga dengan Timorous,6 yang artinya merasa memiliki aib, malu, perasaan hina, rendah diri, segan, dan wirang.7

Percaya diri adalah suatu aspek dari kepribadian individu yang harus dimiliki, karena dengan sikap percaya diri seseorang akan memiliki kemampuan dan bangga dengan apa yang dilakukannya secara positif. Sifat percaya diri tidak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa, akan tetapi anak-anak juga memerlukannya dalam perkembangannya menjadi dewasa. Sifat percaya diri sulit dikatakan secara nyata, tetapi kemungkinan besar orang yang percaya diri akan bisa menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba sesuatu yang baru walaupun ia sadar bahwa kemungkinan salah pasti ada. Orang yang percaya diri tidak takut menyatakan pendapatnya di depan orang banyak. Rasa percaya diri membantu seseorang untuk menghadapi situasi di dalam pergaulan dan untuk menangani berbagai tugas dengan lebih mudah.

Sedangkan orang yang Timorous atau kurang percaya diri juga akan terlihat dari sikap dan tindakannya. Misalnya, Kurang bisa bersosialisasi dan tidak

5

M.Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: AR-RUZ Media, 2012), hal.34

6

Pius Abdullah, Kamus 15 Juta Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Surabaya: Arloka, 1999), 303

7

(14)

4

yakin dengan dirinya sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya, sering bergantung dan tidak berani melangkah mengambil keputusan sendiri.8

Orang yang kurang percaya diri cenderung menarik diri dari pergaulan masyarakat yang luas, dan lebih suka menyendiri karena takut kekurangan atau keburukan pada dirinya akan terlihat oleh orang lain, bahkan dalam bicarapun kadang juga sulit untuk diungkapkan karena takut apa yang akan dikatakan berbeda atau tidak sama dengan yang lain, bahkan takut dianggap aneh, atau disalahkan, sehingga orang tersebut cenderung untuk mengikuti kebijakan sebagaimana yang telah ditentukan tanpa berani mengeluarkan suara. Namun pada saat sendiri, orang tersebut akan berfikir kembali dan terkadang muncul suatu penyesalan dalam dirinya karena apa yang disetujui tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, hal itu terjadi karena rasa Timorous yang dimilikinya.

Gejala kurang percaya diri atau Timorous yakni ragu, lidah terkunci di hadapan orang banyak, merenung, malu, tidak mampu berfikir bebas, tidak berani menyangka akan terjadi bahaya, takut, lebih berhati-hati, membuang waktu untuk memperhitungkan terhadap urusan sebelum mengerjakan, sehingga tidak keluar dari batas kesempurnaan, hal itu mengakibatkan seseorang menjadi tidak percaya diri.9

Orang yang Timorous (kurang percaya diri), atau biasa disebut minder suka berfikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi yang dimilikinya, takut

8

Pradipta Sarastika. Tampil Percaya Diri. (Yogyakarta: AR-RUZ Media, 2012), hlm. 34

9

Zakiyah Drajat. Pokok-pokok Kesehatan Jiwa atau Mental. (Jakarta: Bulan Bintang, 1988),

(15)

5

dikritik dan merespon pujian dengan negatif, takut untuk mengambil tanggung jawab, takut untuk membentuk opininya sendiri serta hidup dalam keadaan pesimis dan suka menyendiri. Sadar atau tidak disadari, hal demikian mengakibatkan kelemahan terhadap orang tersebut karena kurang memiliki rasa ingin maju serta menghambat hal besar yang bisa diraihnya menjadi milik orang lain karena ketidak beraniannya dalam mengambil tanggung jawab dan lebih suka menganut, atau mengikuti opini dan ideologi orang lain, karena merasa kurang memiliki kemampuan untuk memegang dan menjalankan tanggung jawab besar, oleh karena itu perlu perubahan dan peningkatan rasa percaya dirinya, karena dengan memiliki rasa percaya diri seseorang akan menjadi orang yang luwes dan mudah bergaul dengan siapapun serta lebih cepat meraih sukses dibanding dengan orang yang tidak memiliki rasa percaya diri atau kurang percaya diri.

Terdapat beberapa cara untuk mengatasi Timorous (kurang percaya diri), salah satunya yakni dengan pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT).

(16)

6

mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya menuju pikiran yang rasional melalui teori ABC, dan disusul dengan D-E.10

Berpikir irasional biasanya diperoleh dari budaya tempat dibesarkan, yang mana terkadang dalam suatu penerjemahan mengenai budaya dari seseorang itu tidak tepat, alias keliru dan menjadikan apa yang dipelajari melalui budaya tersebut irasional. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.11

Proses konseling REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy) fokus pada tingkah laku individu, akan tetapi menekankan bahwa tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang irasional sehingga fokus penanganan pada pendekatan REBT adalah pemikiran individu.12

(17)

7

irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.13

Studi kasus pada penelitian ini, seorang remaja 16 Tahun mengalami kehilangan rasa Percaya Diri, ia sering murung, diam, dan lebih sering menarik diri dari keramaian. Anak yang sudah menginjak remaja ini merasa kurang percaya diri dalam beberapa hal, misal; dalam hal minat, berteman, pelajaran, dan lain-lain.

Subjek dikatakan Timorous karena ciri dari sikap dan tingkah laku yang ditampakkan oleh Remaja X (Subjek) ini masuk dalam ciri dan kategori Timorous, yang diantaranya: kurang bisa untuk bersosialisasi, seringkali tampak murung, bersikap pasrah pada kegagalan, suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi yang dimiliki, takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif, takut untuk mengambil tanggung jawab, takut untuk membentuk opininya sendiri, hidup dalam keadaan pesimis dan suka menyendiri, serta memiliki kemiripan dengan ciri orang yang Timorous menurut Prof. Dr. Abdul Aziz El Qussy yang diantaranya ragu-ragu, lidah terasa terkunci dihadapan orang banyak, murung, malu, merasa rendah diri, dan takut memulai suatu hubungan baru dengan orang lain, serta pasif dalam pergaulan, tidak berani mengemukakan pendapat, dan tidak berani bertindak

Hasil wawancara Sabtu, 01 Oktober 2016 dini hari dengan ibu konseli, beliau mengatakan bahwa konseli memang pendiam, suka di dalam rumah sendiri

13

(18)

8

pada saat keluarga yang lain berkumpul di depan rumah, susah berinteraksi dengan orang baru, dan sukar akrab dengan orang lain, dan tidak memiliki keinginan yang jelas untuk dikatakan kepada orang tuanya.14

Salah satu dari sekian banyak terapi yang dapat digunakan untuk membantu konseli yakni dengan terapi REBT. Terapi REBT diharapkan dapat membantu mengubah rasa kurang percaya diri menjadi lebih percaya diri dan lebih baik lagi. Berdasarkan latar belakang dan studi kasus di atas, peneliti ingin menggali bagaimana cara mengatasi rasa Timorous atau kurang percaya diri yang ada pada remaja tersebut dengan terapi REBT, oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengangkat judul “Rational Emotive Behaviour Theraphy (REBT)

dalam Menangani Timorous (kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor (Studi Kasus pada Remaja X yang Kurang Percaya Diri di Desa Lembor)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses penanganan Timorous pada Remaja di Desa Lembor? 2. Bagaimana hasil penanganan Timorous pada Remaja di Desa Lembor?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses penanganan Timorous pada Remaja di Desa Lembor 2. Untuk mengetahui hasil penanganan Timorous pada Remaja di Desa Lembor

14

(19)

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat untuk pengembangan keilmuan, dan penelitian selanjutnya. Khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam konsentrasi keluarga, dan umumnya bagi semua mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil dari penelitian ini d iharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah pengetahuan tentang meningkatkan rasa percaya diri melalui terapi REBT, mulai dari penerapan teori hingga pelaksanaannya dalam menyelesaikan sebuah studi kasus serta sebagai wujud dari pengalaman dari apa yang telah dipelajari oleh peneliti selama berada di bangku perkuliahan. b.Manfaat bagi konseli

(20)

10

E. Definisi Konseptual

Sebelum melangkah lebih jauh dalam pembahasan skripsi ini yang berjudul

“Rational Emotive Behaviour Theraphy (REBT) dalam Menangani Timorous

(kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor (Studi Kasus pada Remaja X yang Kurang Percaya Diri di Desa Lembor)”. Maka terlebih dahulu perlu adanya

penjelasan mengenai istilah-istilah yang ada pada judul tersebut, hal ini dimaksudkan

untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami skripsi ini.

Definisi konseptual perlu dicantumkan untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran maksud dan tujuan penelitian serta permasalahan yang dibahas, pembahasan dalam penulisan berjudul “REBT dalam Menangani Timorous (kurang Percaya Diri) pada Remaja di Desa Lembor (Studi Kasus pada Remaja X yang Kurang Percaya Diri di Desa Lembor)”, maka penulis mecantumkan definisi konseptual dari permasalahan yang telah diangkat. Dengan demikian ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan, adapun definisi konsep dari penelitian ini antara lain:

1. Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT): pendekatan konseling yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran dan merubah cara pikir yang irasional menjadi rasional.15

Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT): suatu pendekatan konseling yang berorientasi Kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang.16

15

(21)

11

Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) dalam penelitian ini yaitu suatu terapi yang digunakan oleh Konselor (Peneliti) dalam menangani rasa Kurang Percaya Diri yang dialami oleh Remaja X di Desa Lembor sebagaimana judul yang telah ditetapkan.

2. Timorous (kurang Percaya Diri): merasa memiliki aib, malu, perasaan hina, rendah diri, segan, dan wirang.17 Merasa rendah diri, dan sukar bergabung dengan orang lain, serta malu menampakkan diri di depan banyak orang.

Pengertian Timorous atau rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah

pada diri sendiri. Seperti dikatakan oleh Alder bahwa rasa rendah diri berarti

perasaan kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau

social maupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.18

Rasa Timorous adalah keadaan emosi yang mengakibatkan munculnya berbagai

perasaan negatif seperti kegelisahan, rasa tidak aman, rasa tidak mampu, takut

gagal dan sebagainya.

Timorous dalam Penelitian ini yakni suatu Perasaan malu dan Rendah diri yang yang terjadi pada Remaja X di Desa Lembor, yang merupakan suatu permasalahan yang patut untuk diselesaikan.

3. Remaja: Remaja dalam penelitian ini yakni Remaja berusia 16 Tahun yang tengah mengalami Timorous atau malu dan rendah diri, yang mana Remaja ini merupakan Subjek Penelitian yang dimaksudkan dalam Judul yang ditetapkan.

16

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 62

17

https://www.sinonimkata.co,/kamus-sinonim-148659 diakses pada: 18/09/2016 09.39 WIB. 18

(22)

12

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.19 Adapun langkah-langkah dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Peneliti dalam penulisan kali ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana Pendekatan kualitatif berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (Verstehan). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.20 Penelitian kualitatif yang dilakukan dalam kegiatan Penanganan Timorous (kurang percaya diri) pada Remaja di Desa Lembor dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yaitu konselor menawarkan bantuan dalam bentuk terapi objek (remaja X) sebagai alternatif dalam pemecahan masalah.

Pendekatan penelitian kualitatif dalam penulisan ini, peneliti tidak mengunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Menurut Bodgan dan Taylor (dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam buku Metode Penelitian Kualitatif).21

19

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 02

20

Husnaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), hal. 81

21

(23)

13

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi kasus yakni menyangkut uraian dan penjelasan komprehensif mengenai aspek seorang individu, suatu kelompok, situasi sosial. program, atau organisasi (komunitas). Peneliti berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti. Peneliti menggunakan berbagai metode yakni wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terperinci. 22 Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan prosedur data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.23 Jadi pada penelitian ini, penulis mengunakan penelitian studi kasus karena penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara terperinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantu klein agar lebih memahami dan mampu menerima kelebihan serta kekurangan dirinya dan lebih percaya diri.

2. Sasaran dan lokasi penelitian

Sasaran dalam penelitian kali ini terdapat tiga subyek, yang diantaranya adalah konseli (yang sekaligus informan 1), konselor (sekaligus peneliti) dan informan 2. Lokasi penelitian di Desa Lembor. Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai subyek atau sasaran penelitian:

22

Deddy Mulyana, Metode penelitian kualitatif (Bandung: Rosda, 2001), hal. 201 23

(24)

14

a. Konseli

Konseli di sini adalah Remaja X yang berusia 16 Tahun, remaja X ini mengalami kehilangan rasa Percaya Diri, ia sering murung, diam, dan lebih sering menarik diri dari keramaian.

Konseli bersikap diam bukan hanya di rumah saja, namun juga di sekolah. Guru Wali Kelas Konseli juga mengatakan bahwa Konseli di sekolah juga dipandang sebagai orang yang sangat pendiam, dalam hal pelajaranpun ketika teman-teman yang lain menjawab umpan pertanyaan dari Guru, konseli hanya diam.24

b. Konselor

Koselor di sini merangkap sekaligus sebagai peneliti, yakni seorang mahasiswi UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Konseling Islam. Pengalaman konselor selama masa kuliah yaitu pengalaman dalam praktikum-praktikum dan simulasi Konseling saat kuliah, melakukan konseling terhadap seorang klien untuk memenuhi tugas setiap mata kuliah yang bersangkutan, dan praktek konseling sebaya dalam mata kuliah Bimbingan Konseling Islam, dan Konseling Keluarga dalam Mata Kuliah Konseling Keluarga Sakinah. Dari pengalaman akademis, konselor memiliki wawasan baik secara pengetahuan maupun prakteknya yang terkait dengan Bimbingan dan Konseling.

24Wawancara Wali Kelas, Sabtu, 27 November 2016 di MA NU Mazro’atul Ulum Paciran,

(25)

15

c. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah, konseli, orang tua konseli dan orang-orang yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal konseli.

3. Jenis dan sumber data a. Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, di mana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata verbal (deskripsi) bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini ada dua yaitu data yang berupa data tertulis dan tak tertulis (kata-kata dan tindakan).

1) Data tertulis

Data tertulis merupakan jenis data yang tidak dapat diabaikan bila dilihat dari segi sumber data. Sumber tertulis bisa berupa dokumentasi nila-nila rapot sekolah konseli atau arsip surat-surat, administrasi dan foto-foto konseli. Peneliti menulis semua kata-kata dan tindakan yang dirasa sangat penting dari para informan dari kehidupan sehari-hari yang kemudian diproses menjadi data yang akurat.

2) Kata-kata dan Tindakan

(26)

16

dekat dan keluarganya yang berperan sebagai informan dalam penelitian ini.

b. Sumber data

Untuk mendapatkan keterangan dan informasi, peneliti mendapatkan informasi dari sumber data, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.25 Adapun sumber data yang dimaksud adalah:

1)Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.26 Sumber data primer merupakan sumber data utama. Yakni hasil wawancara peneliti dengan konseli dan mengamati secara langsung, gejala-gejala yang tampak pada diri konseli.

2)Sumber data skunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut. 27 Sumber data skunder merupakan sumber data ke dua. Sumber data ini peneliti peroleh dari informan seperti: teman konseli, tetangga, keluarga konseli yang lain. Sumber data skunder ini bertujuan untuk mengamati tingkah laku konseli secara tidak langsung melalui sudut pandang mereka.

25

Suharsimi, Arikunto, Metode Penelitian Suatu Pendekatn Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 129

26

tatang, M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hal. 123

27

(27)

17

4. Tahap-tahap penelitian

Peneliti mengunakan tiga tahapan penelitian dalam penelitiankali ini, sebagaimana yang ditulis Lexy J. Moeleong dalam bukunya metode penelitian kulaitatif, tiga tahapan tersebut antara lain:

a. Tahap pra lapangan

Tahap ini meliputi mengangkat permasalahan, memunculkan pertanyaan penelitian.28 memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih informan, menyiapkan perlengkapan dan persoalan ketika dilapangan. Semua ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh deskripsi secara Global tentang objek penelitian yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian bagi peneliti selanjutnya. b. Tahap persiapan lapangan

Pada tahap ini peneliti memahami penelitian, persiapan untuk menuju ke tahap kerja, yakni terjun lapangan dan berperan serta mengumpulkan data yang relevan yang ada dilapangan29 yakni data-data tentang kependudukan yang ada di Desa Lembor dan hasil wawancara dengan para tetangga konseli atau obyek penelitian. Disini peneliti menindak lanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang dapat diteliti dengan cara mengumpulkan data dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan.

28

Haris, Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011) cet. Ke-2, hal. 47

29

(28)

18

c. Tahap kerja

Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis data dari data dan keterangan yang telah diperoleh dari lapangan, dan menjawab pertanyaan penelitian,30 yakni dengan menggambarkan atau menguraikan masalah yang ada sesuai dengan kenyataan yang telah diperoleh melalui tinjauan / praktek dilapangan. 5. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

“Through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” yang artinya melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.31 Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.32 Teknik observasi ini digunakan untuk mengungkap data tentang kehidupan sehari-hari konseli, melalui cara bicara (berkomunikasi), bersikap (tingkah laku), serta hubungan konseli dengan masyarakat yang tinggal di sekitar konseli.

b. Wawancara

wawancara merupakan “conversation between two people in wich one person tries to direct the conversation to obtain information for some specific

30

Haris, Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 48 31

Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2010), hal. 64

32

(29)

19

purpose” yang artinya percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.33

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapat informasi mendalam pada diri konseli yang meliputi: identitas diri konseli, ekonomi konseli, kondisi keluarga, lingkungan serta permasalahan yang dialami konseli. Teknik wawancara yang dugunakan adalah teknik wawancara pembicaraan informal dimana wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi tergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan narasumber adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, wawancara perlu dilakukan dengan efektif, agar memperoleh informasi data yang lengkap meskipun hanya dalam waktu yang singkat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.34 Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

33

Haris, Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 118 34

(30)

20

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.35 Untuk mendapatkan data yang berupa gambar, peneliti perlu memotret tentang keadaan lingkungan konseli, kegiatan sehari-hari yang dilakukan konseli, dan gambar lain yang mendukung data penelitian (proses konseling). Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapat gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi, luas wilayah penelitian, jumlah penduduk, batas wilayah, kondisi geografis Desa Lembor serta data lain yang menjadi data pendukung dalam lapangan penelitian.

6. Teknik analisis data

Analisis data kualitatif adalah upaya melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan, peneliti dalam hal ini bisa melakukan interpretasi dari data yang didapatkan di lapangan.36 Inti dari analisis data adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu perspektif ilmiah yang sama.37

Teknik analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, dalam artian setelah data terkumpul maka data diolah dan di analisis serta di intepretasikan.

35

Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 82 36

Rinaldoadi.blogspot.com/2014/12/tahapanpenelitian 37

(31)

21

Selanjutnya analisis proses serta analisis hasil Penanganan Timorous (kurang percaya diri) pada Remaja di Desa Lembor dengan REBT dilakukan dengan analisis diskriptif , yakni memaparkan proses konseling yang telah dilakukan di lapangan, serta membandingkan kondisi konseli sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses konseling.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut:

a.Perpanjangan pengamatan.

Melalui perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru, dengan begitu hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.38

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:

1)Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks. 2)Membatasi kekeliruan peneliti.

38

(32)

22

3)Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.

b. Meningkatkan ketekunan pengamatan

meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Melalui cara tersebut, maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.39

Ketekunan pengamatan diharapkan sebagai upaya untuk memahami pokok perilaku, situasi kondisi dan proses tertentu sebagai pokok penelitian. Makna lainnya, jika perpanjangan pengamatan menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Kemudian menelaah kembali data-data yang terkait dangan fokus penelitian, sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data. b. Trianggulasi

Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.40 Trianggulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.41 Triangulasi dibedakan atas empat macam yakni:

39

Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 124 40

Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 125 41

(33)

23

1)Triangulasi metodelogis (methodological triangaltion), jenis triangulasi ini bisa dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda 2)Triangulasi data (data triangulation) atau triangulasi sumber, adalah

penelitian dengan mengunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.

3)Triangulasi teoretis (theoretical triangulation), triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

4)Triangulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud dengan cara triangulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji faliditasnya dari beberapa peneliti.

Adapun triagulasi yang peneliti terapkan alam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode.

Dalam triangulasi data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada dilapangan diambil dari beberapa sumber penelitian yang berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan:

1)Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2)Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

(34)

24

3)Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4)Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah.

5)Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Sedangkan triangulasi metode yang peneliti terapkan bahwa pengumpulan data dilakukan melalui beberapa metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu kesempatan peneliti mengunakan teknik wawancara pada saat yang lain menggunakan teknik obsevasi, dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik pengumpulan data ini sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan dari suatu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.42

G. Sitematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang penjelasan latar belakang

masalah serta hubungan dengan fenomena yang terjadi disekitar konseli, bagian

42

(35)

25

awal terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini ,membahas tentang kajian teoritik yang

terdiri dari: Terapi REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy) meliputi: pengertian REBT, konsep dasar REBT, ciri-ciri REBT, tujuan REBT, peran konselor, teknik-teknik REBT dan langkah-langkah REBT. Percaya diri meliputi : Pengertian tentang percaya diri, ciri-ciri percaya diri, Dan faktor-faktor yang menghambat rasa percaya diri. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Remaja Melalui Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT).

Bab III Penyajian Data. Yang membahas tentang deskripsi umum objek

penelitian dan deskripsi hasil penelitian. Deskripsi umum objek penelitian meliputi penyajian data, di dalam penyajian data terdapat dua isi, antara lain: Deskripsi umum objek penelitian,yang meliputi: Lokasi penelitian, Deskripsi konselor, Deskripsi konseli, Deskripsi masalah, dan yang selanjutnya yaitu tentang Deskripsi hasil penelitian yang berisi : Deskripsi proses penanganan Timorous (kurang percaya diri) pada Remaja di Desa Lembor dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Deskripsi hasil penanganan Timorous (kurang percaya diri) pada Remaja di Desa Lembor dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT).

Bab IV Analisis Data. Pada bab ini memaparkan tentang analisa: Analisis

(36)

26

tentang hasil penanganan Timorous (kurang percaya diri) pada Remaja di Desa Lembor dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT).

Bab V Penutup. Merupakan bab terakhir dari skripsi yang meliputi

(37)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. kajian Teoritik

1. Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

a. Pengertian Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan” mengatakan bahwa Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada perubahan perasaandan perilaku.1

Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan

Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.2

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa terapi Rasional Emotif merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir konseli yang tidak logis, tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis

1

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hal. 364.

2

(38)

28

dan rasional dengan cara mengonfrontasikan konseli dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas keyakinan-keyakinan yang irasional.

b.Konsep Dasar Rasional Emotif Behaviour Therapy.

Konsep dasar terapi Rasional Emotif ini mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-C kemudian diselesaikan dengan D-E,3 yaitu:

1) A = Activating Experence (pengalaman aktif) Ialah suatu keadaan, fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.

2)B = Belief System (Cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan penghayatan individu terhadap A.

3) C = Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi individu positif atau negative.

4)D = Dispute (langkah penyelesaian)

5) E = Effects (efek atau hasil yang diharapkan dari proses konseling)

Urutan dalam Teori A-B-C-D-E menurut pandangan Ellis (Pelopor REBT), A bukalah sebab dari C, melainkan B terhadap A menjadi sebab timbulnya C. Apabila B adalah irasional, maka berakibat pada C yang tidak wajar, namun jika B rasional, maka C akan wajar. Artinya, A (pengalaman

3

(39)

29

aktif) tidak langsung menyebabkan timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B (belief system) dari individu tersebut.4

Sasaran utama yang harus diubah adalah aspek B (Belief Sistem) yaitu bagaimana caranya seseorang itu memandang atau menghayati sesuatu yang kejadian atau pengalaman, sedangkan konselor harus berperan sebagai pendidik, pengarah, mempengaruhi, sehingga dapat mengubah pola pikir konseli yang irasional atau keliru menjadi pola pikir yang rasional.

Kesimpulan dari uraian di atas yakni bahwa permasalahan yang menimpa seseorang merupakan kesalahan dari orang itu sendiri yang berupa prasangka yang irasional pada pandangan penghayatan individu terhadap pengalaman aktif.

c.Ciri-Ciri Rational Emotive Behaviour Therapy

Ciri-ciri Rational Emotive Behaviour Tharapy (REBT) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:5

1) Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan konseli. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan konseli.

4

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hal. 368-370.

5

(40)

30

2)Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu konseli mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.

3)Dalam menelusuri masalah konseli yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan konseli. Maksudnya adalah peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi konseli dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi, artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong konseli supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.

4)Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau konseli.

d. Tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy

Tujuan rational emotive behavior therapy menurut Ellis yakni membantu konseli untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik yang berarti menunjukkan kepada konseli bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.6 Sedangkan Tujuan dari Rational Emotive Behavior Therapy menurut Mohammad Surya sebagai berikut:7

6

Rochman Natawidjaya, Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan (Bandung: Rizqi

Press, 2009), hal. 275 7

Mohammad Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori) (Yogyakarta:

(41)

31

1)Memperbaiki dan mengubah perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan lebih logis agar konseli dapat mengembangkan dirinya.

2)Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.

3)Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.

Kesimpulan yang dapat diambil dari tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy di atas adalah menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri (seperti benci, rasa bersalah, cemas, dan marah) serta mendidik konseli agar mengahadapi kenyataan hidup secara rasional.

e. Peran Dan Fungsi Konselor

Konselor dalam Rational Emotive Behaviour Therapy berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pendamping konseli. Dalam perannya membantu konseli mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sehingga konseli dapat secara sadar dan mandiri mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.

(42)

32

bimbingan dan konseling. Disinilah guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatar belakangi permasalahan siswa tersebut. Guru pembimbing meneliti latar belakang permasalahan siswa melaui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data.8

f. Teknik-teknik Rational Emotive Behaviour Therapy

Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli. teknik-teknik Rational Emotive Behavior Therapy sebagai berikut :

1)Teknik Kognitif

Adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir konseli. Dewa Ketut menerangkan ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif: a) Tahap Pengajaran

Dalam REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari konseli. Tahap ini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada konseli, terutama menunjukkan bagaimana ketidak logikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada konseli tersebut.

8

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

(43)

33

b) Tahap Persuasif

Meyakinkan konseli untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Dan Konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh konseli itu adalah tidak benar.

c) Tahap Konfrontasi

Konselor mengubah ketidak logikaan berfikir konseli dan membawa konseli ke arah berfikir yang lebih logis.

d) Tahap Pemberian Tugas

Konselor memberi tugas kepada konseli untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan konseli bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.9

2) Teknik Emotif

Teknik Emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi konseli. Antara teknik yang sering digunakan ialah: 10

9

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985),

hal.91-92. 10

Rochman Natawidjaya, Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan (Bandung:

(44)

34

a) Teknik Sosiodrama

Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan konseli itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.

b)Teknik Self Modelling

Digunakan dengan meminta konseli berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.

c) Teknik Assertive Training

Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan konseli dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.

3) Teknik-Teknik Behavioristik

Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif konseli, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong Behavioristik adalah: 11

a) Teknik Reinforcement

Teknik Reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong konseli ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini

11

(45)

35

dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada konseli dan menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.

b)Teknik Social Modeling (pemodelan sosial)

Teknik social modeling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya serta menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan konselor.

c) Teknik Live Models

Teknik Live Models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang digunakan untuk menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan-percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan maslah-masalah.

Peneliti menggunakan teknik kognitif dalam melaksanakan REBT sebab sesuai denganpermasalahan konseli yaitu kurangnya rasa percaya diri.

g. Langkah-langkah Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

Untuk mencapai tujuan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) konselor melakukan langkah-langkah konseling antara lainnya:12

12

(46)

36

1) Langkah satu

Menunjukkan pada konseli bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukkan bagaimana konseli mengembangkan nilai-nilai sikapnya yang menunjukkan secara kognitif bahwa konseli telah memasukkan banyak keharusan, sebaiknya dan semestinya konseli harus belajar memisahkan keyakinan-keyakinannya yang rasional dan keyakinan irasional, agar konseli mencapai kesadaran.

2) Langkah dua

Membawa konseli ke tahapan kesadaran dengan menunjukan bahwa konseli sekarang mempertahankan gangguan-gangguan emosionalnya untuk tetap aktif dengan terus menerus berfikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ulang dengan kalimat-kalimat yang mengalahkan diri dan mengabadikan masa kanak-kanak, terapi tidak cukup hanya menunjukkan pada konseli bahwa konseli memiliki proses-proses yang tidak logis.

3) Langkah tiga

(47)

37

4) Langkah empat

Menantang konseli untuk mengembangkan filosofis kehidupanya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irasional. Maksudnya adalah mencoba menolak fikiran-fikiran yang tidak logis untuk masuk dalam dirinya.

2. Tinjauan tentang Timorous

a. Pengertian Tentang Rasa Timorous (Kurang Percaya Diri)

Percaya diri (confident) adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada diri seseorang. Tanpa adanya rasa percaya diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri individu. Kepercayaan kepada diri itu timbul apabila setiap rintangan atau halangan dapat di hadapi dengan sukses. Sebaliknya, seseorang yang kurang percaya diri (Timorous) akan menjadi pesimis dalam menghadapi setiap kesukaran, karena sudah terbayang kegagalan sebelum mencoba untuk menghadapi persoalan yang ada.

Anthony mengatakan dalam buku teori-teori psikologi, berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat menegmbangkan kesabaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.13 Hal ini senada dengan pendapat Kumara yang menyatakan bahwa percaya diri merupakan ciri kepribadian yang mengandung

13

(48)

38

arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Percaya diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah keyakinan diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, menegmbangkan kesabaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mampu untuk menghadapi situasi apapun.

b. Ciri-Ciri Timorous (Rasa Kurang Percaya Diri)

Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah dapat mengatur dirinya sendiri, dapat mengarahkan, mengambil inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, dan dapat melakuakan hal-hal untuk dirinya sendiri. Dalam hal yang sama Eyyenk seperti yang dikutip D.H Guld menjelaskan bahwa “orang-orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan percaya terhadap kemampuan dirinya yang tinggi pula”.14 Beberapa ciri atau karateristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah percaya akan kompetensi atau kemampuan dirinya, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain termasuk berani menjadi diri sendiri, punya pengendalian yang baik (emosinya setabil). Adapun ciri- ciri Timorous (kurang percaya diri) pada diri seseorang adalah:15

14

Guld D.H, Mengnal Diri Pribadi, (Jakarta : Singgih Bersaudara, 1970), hlm.70 15

(49)

39

1)Kurang bisa untuk bersosialisasi dan tidak yakin pada diri sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya

2)Seringkali tampak murung dan depresi.

3)Sikap pasrah pada kegagalan, memandang masa depan suram.

4)Mereka suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi yang dimilikinya.

5)Takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif. 6)Takut untuk mengambil tanggung jawab.

7)Takut untuk membentuk opininya sendiri.

8)Hidup dalam keadaan pesimis dan suka menyendiri.

Bentuk tidak percaya diri (Timorous) menurut Prof. Dr. Abdul Aziz El Qussy ialah ragu-ragu, lidah terasa terkunci dihadapan orang banyak, gagap, murung, malu, tidak dapat berpikir bebas, tidak berani, menyangka akan terjadi bahaya, bertambah takut, sangat hati-hati, merasa rendah diri, dan takut memulai suatu hubungan baru dengan orang lain, serta pasif dalam pergaulan, tidak berani mengemukakan pendapat, dan tidak berani bertindak.16 Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut:17

16

Abdul Aziz El Qussy, Pokok-pokok kesehatan jiwa/mental. (Jakarta : Bulan Bintang, 1997)

17

(50)

40

a) Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sunguh-sungguh.

b)Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang). c) Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan d)Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah

Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan yang positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya sendiri dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah dapat mengatur dirinya sendiri, dapat mengarahkan, mengambil inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, dan dapat melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri. Dalam hal yang sama Eyyenk spt yang dikutip D.H Guld menjelaskan bahwa orang-orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan percaya terhadap kemampuan dirinya yang tinggi pula.

c. Faktor-faktor Penyebab Timorous

(51)

41

terhadap diri sendiri, yaitu kurangnya rasa bebas dari individu itu sendiri, dengan adanya hal itu biasanya menunjukan hilanngnya rasa aman atau adanya rasa takut, diantara gejala kelemahan itu ragu-ragu, lidah terasa terkunci dihadapan orang banyak, malu, tidak dapat berfikir bebas, dan tidak berani.18

Berdasarkan beberapa factor diatas, jelas terlihat bahwasanya percaya diri dapat terhambat oleh beberapa factor yang ada. dan Masalah kurang percaya diri bukan hanya dialami orang biasa yang dalam kesehariannya jelas-jelas tampak kurang percaya diri, namun rasa kurang percaya diri juga dialami oleh siapapun, hanya saja kadarnya yang berbeda-beda.

3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Remaja Melalui Rational Emotive Behaviour

Therapy (REBT).

Menumbuhkan rasa percaya diri yang profesional, harus dimulai dari dalam diri individu. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa tidak percaya diri yang sedang dialaminya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan jika individu mengalami krisis kepercayaan diri. Hakim mengemukakan sikap-sikap hidup positif yang mutlak harus dimiliki dan dikembangkan oleh mereka yang ingin membangun rasa percaya diri yang kuat, yaitu:19

18

Abdul Aziz El Quessy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 131

19

(52)

42

a. Bangkitkan kemauan yang keras. Kemauan adalah dasar utama bagi seorang individu yang membangun kepribadian yang kuat termasuk rasa percaya diri. b. Membiasakan untuk berani. Dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu

membangkitkan keberanian dan berusaha menetralisir ketegangan dengan bernafas panjang dan rileks.

c. Bersikap dan berpikir positif. Menghilangkan pikiran yang negatif dan membiasakan diri untuk berfikir yang positif, logis dan realistis, dapat membangun rasa percaya diri yang kuat dalam diri individu.

Rasa percaya diri remaja juga dapat di bangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan yang ada di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Karena sekolah bisa dikatakana sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri. Adapun kegiatannya sebagai berikut:20

1) Memupuk Keberanian Untuk bertanya

Guru perlu memberikan suatu keyakinan kepada siswa bahwa salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri adalah dengan selalu mencoba memberanikan diri untuk bertanya. Jadikanlah situasi seperti itu sebagai penambah latihan mental guna membangun rasa percaya diri yang lebih baik.

20

(53)

43

2) Peran guru yang aktif bertanya pada siswa

Peran guru yang aktif mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswa, terutama kepada mereka yang selalu pendiam dan bersikap tertutup (Introvet). Cara seperti ini cukup efektif untuk memancing keberanian dan membangun percaya diri, dan juga untuk membangun komunikasi yang lebih baik antara guru dan siswa. Yang lebih penting guru akan lebih mengenal siswa lebih mendalam.

3) Melatih diskusi dan berdebat

Proses diskusi dan perdebatan merupakan suatu tantangan yang mengharuskan mereka untuk berani tampil didepan banyak orang, berani mengajukan argumentasi, dan berani pula untuk mendebat atau sebaliknya di debat pihak lawan diskusi. Jika situasi ini sering di ciptakan maka siswa akan lebih bisa membangun rasa percaya diri dalam tempo yang relatif cepat.

4) Bersaing dalam mencapai prestasi belajar

Setiap orang yang mau melibatkan dirinya di dalam situasi persaingan yang sehat dan mau memenangkan persaingan secara sehat pula, haruslah berusaha keras untuk membangkitkan keberanian, semanagat juang dan rasa percaya diri yang maksimal.

5) Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

(54)

44

bakat minatnya. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, rasa percaya diri bisa diperoleh melalui pergaulan atau sosialisasi yang lebih luas.

6) Penerapan disiplin yang konsisten

Disiplin yang konsisten pada hakekatnya suatu tantangan bagi siswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan. Di dalam proses penerapan disiplin yang konsisten disekolah, siswa mendapat pembinaanmental dan fisik yang sangat bermanfaat untuk menghadapi kehidupan dimasa kini dan yang akan datang. Salah satu dari manfaat tersebut adalah meningkatkan rasa percaya diri.

7) Memperluas pergaulan sehat

Seseorang memperluas pergaulannya berarti ia telah menambah jumlah orang yang menjadi temannya dengan berbagai banyak watak. Berarti telah memperluas lingkungan pergaulannya dengan berbagai macam pola interaksi sosialnya. Oleh karena itu siswa perlu di beri pengarahan agar pergaulannya tidak terbatas pada lingkungan kelas saja.

Kepercayaan diri juga dapat terbentuk secara maksimal apabila memperhatikan beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, meliputi:

(1) Konsep diri

(55)

45

mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.21

(2) Harga diri

Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain.Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.22

(3) Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.23

21

Centi, P. J. Mengapa Rendah Diri. (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hlm. 45 22

Ibid, hlm. 201 23

Anthony, R.. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (Terjemahan Rita Wiryadi). (Jakarta:

(56)

46

(4) Pengalaman hidup

Bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.24

Faktor eksternal juga mempengaruhi terbentuknya rasa percaya diri yang meliputi:25

(1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

(2) Pekerjaan

Bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh.

24

Lauster, P. Test Kepribadian (terjemahan Cecilia, G. Sumekto). (Yokyakarta. Kanisius, 1997)

25

(57)

47

Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

(3) Lingkungan dan pengalaman hidup

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang. Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak-kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri.26

Timorous (Kurangnya rasa percaya diri) apabila terus ada pada diri remaja, maka akan menganggu kegiatan belajar di sekolah. Remaja sendiri juga tidak akan dapat bersosialisasi dengan baik dan susah memiliki teman. Oleh sebab itu permasalahan demikian juga perlu diatasi dengan menggunakan Rational emotive behaviour therapy (REBT). Terapi Rasional Emotif Behavior menurut Maynawati memandang bahwa manusia dapat memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi,

26

Gambar

gambar, peneliti perlu memotret tentang keadaan lingkungan konseli,
 Tabel 3.1
Tabel 3.4 Tanah Fasilitas Umum
Tabel 3.7  Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

situasi seperti ini maka menurut kami MBDS tidak layak untuk dilanjutkan sebagai layanan permanen karena tidak menguntungkan dari segi finansial bagi hotel dan tidak memberikan

Nachdem der Lehrer fertig die Materie präsentiert, ist der nächste Schritt die Umsetzung der modelle Austauscherfahrungen von Studenten. Die Schritte zur modelle

Seperti kita ketahui hasil ini menunjukkan adanya indikasi ke arah patologis, karena selama ini pada beberapa wanita dengan periode pre-meno ause banyak juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi manajemen dan kompetensi internal auditor terhadap praktik pengelolaan laba.. Analsis dilakukan terhadap 59

Adapun penelitian ini menggunkan R & D ( riset and development ) model penelitian ini meliputi analisis kebutuhan siswa/i bagi pemula,membaca buku

Az is feltehet ő kérdés, hogy miért lesz valaki konzer- vatív vagy liberális, feltéve, ha elismerjük, hogy a politikai orientációk sokdimen- ziósak, változtathatóak, és

“Analisis Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt To Equity Ratio, Sales dan Size terhadap ROA (Return on Asset) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

Tindakan indisipliner mahasiswa merupakan salah satu gejala yang timbul akibat kurang berjalannya fungsi pengendalian secara baik, sehingga pada akhirnya akan