• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802010100 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802010100 Full text"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PEMESINAN SMK YP DELANGGU

OLEH

JONATHAN BRIAN SADEWA 80 2010 100

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Guna Memenuhi sebagian Dari persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

Sebagai siswa tentulah banyak sekali tugas-tugas akademik yang harus

dikerjakan. Dalam melaksanakan tugas tersebut seringkali siswa melakukan tindakan

prokrastinasi atau penundaan pengerjaan tugas. Menurut Ghufron (2010), prokrastinasi

akademik digunakan untuk menunjukan suatu kecenderungan menunda-nunda

pengerjaan dan penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan yang berhubungan dengan

aktivitas akademis. Menurut, Ghufron (2010), suatu penundaan tersebut dilakukan oleh

individu secara berulang-ulang dengan sengaja dan menimbulkan perasaan tidak

nyaman misalnya perasaan cemas, merasa bersalah, panik dan lain sebagainya. Pada

lingkungan akademik juga cukup sering terlihat secara langsung perilaku prokrastinasi

di kalangan siswa.

Individu yang mengalami prokrastinasi sebenarnya bukan karena menghindari

atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapinya, tetapi individu hanya mengalihkan

pikiran dan perhatiannya sehingga menunda waktu mengerjakannya yang

menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu (Ghufron, 2010).

Fokus utama dalam diri individu bukan lagi pada sekolah dan menyelesaikan tugas

sekolah, tetapi pada kegiatan lain yang lebih menyenangkan. Prokrastinasi akademik

memberikan dampak yang negatif bagi para mahasiswa, yaitu banyaknya waktu yang

terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Prokrastinasi juga dapat

menyebabkan penurunan produktivitas dan etos kerja individu sehingga membuat

(7)

Muhid (2009) menuturkan, dalam sebuah penelitian ditemukan faktor pada diri

individu yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan

perilaku prokrastinasi, antara lain rendahnya kontrol diri (self control).

Self control terbentuk sejak masa kanak-kanak antara 2-3 tahun, yakni ketika

anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak-anak yang lain dan berusaha

mengadakan kontak sosial. Selain itu, Hurlock (1997) mengatakan bahwa

perkembangan kemampuan self control seseorang dipengaruhi oleh faktor

perkem-bangan fisiologis, pengenalan dan minat sosial, serta kematangan dan faktor belajar

lingkungan. Self control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

individu mengendalikan diri dalam menentukan prioritas yang telah dibuat dan

mengarahkan perilakunya ke arah yang positif dengan memperhatikan konsekuensi

jangka panjang terkait bidang akademik.

Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyarankan bahwa self control

memiliki kapasitas besar dalam memberikan perubahan positif pada kehidupan

seseorang. Menurut Ray (2011), secara umum self control yang rendah mengacu pada

ketidakmampuan individu menahan diri dalam melakukan sesuatu serta tidak

memedulikan konsekuensi jangka panjang. Sebaliknya, individu dengan self control

yang tinggi dapat menahan diri dari hal-hal yang berbahaya dengan mempertimbangkan

konsekuensi jangka panjang.

Menurut Steel (2007) prokrastinasi akademik memiliki korelasi negatif yang

kuat dengan self control (r = -0,58). Hal tersebut didukung dengan penelitian Aini

(2011), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara self control

dengan prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi self control maka akan semakin

(8)

prokrastinasi. Namun hasil ini tidak sejalan dengan yang diungkapkan oleh Widyari

(2013) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara self

control dengan prokrastinasi akademik siswa di SMPN 86 Jakarta. Yang artinya bahwa

siswa di SMPN 86 Jakarta masih memiliki self control yang rendah, hal ini

dimungkinkan karena mereka masih memiliki umur yang muda dan masih memiliki

sifat anak-anak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat kontroversi hasil, oleh

sebab itu peneliti akan meninjau ulan atau meneliti ulang kedua penelitian tersebut.

Penelitian ini akan dilakukan di SMK Yayasan Pendidikan Delanggu.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru SMK Yayasan Pendidikan Delanggu

kelas II jurusan teknik pemesinan, siswa memiliki kecenderungan untuk menunda

mengerjakan, siswa memiliki kecenderungan untuk menyerah jika ada tugas, dan selalu

menyerahkan ke siswa yang lebih pintar untuk mengerjakan tugas dan menconteknya.

Prokrastinasi akademik tersebut terjadi karena adanya siswa kelas SMK Yayasan

Pendidikan Delanggu kelas II jurusan teknik mesin masih memiliki self control yang

belum stabil, berdasarkan wawancara pada guru kelas II tersebut siswa kelas II masih

belum memiliki self control, masih ingin menunjukan jati diri mereka, selain itu juga

siswa kurang termotivasi dalam mengerjakan tugas karena masih mudah terpengaruh

oleh teman-teman lainnya.

Berdasarkan perbedaan pendapat hasil penelitian di atas dan adanya beberapa

masalah prokrastinasi akademik di SMK Yayasan Pendidikan Delanggu kelas II jurusan

teknik mesin maka peneliti akan mengkaji persoalan penelitian: Seperti apa hungungan

self control dan prokrastinasi akademik di SMK Yayasan Pendidikan Delanggu kelas II

(9)

hungungan self control dan prokrastinasi akademik di SMK Yayasan Pendidikan

Delanggu kelas II jurusan teknik mesin.

TINJAUAN PUSTAKA

Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk meninggalkan, menunda

atau menghindari menyelesaikan aktifitas yang harusnya diselesaikan (Tuckman, 1991).

Prokrastinasi sering dialami oleh hampir setiap orang, termasuk para siswa yang sering

menunda untuk menyelesaikan segala tanggung jawabnya dalam proses belajar di

sekolah atau yang biasa disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik adalah

perilaku menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik, dan

biasanya tugas baru mulai dikerjakan pada saat-saat terakhir batas pengumpulan tugas

(Ghufron, 2010).

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination yaitu terdiri dari

pro yang berarti bergerak maju dan crastinus yang berarti keesokan hari. Prokrastinasi

ialah menunda sesuatu hingga waktu berikutnya (Ghufron, 2010). Kehati-hatian,

kesabaran, dan membuat suatu prioritas sama-sama memiliki unsur penundaan di

dalamnya tetapi tidak ada yang sama artinya dengan prokrastinasi (Steel, 2007).

Prokrastinasi merupakan kebiasaan menunda pekerjaan yang sudah terjadwal dan

penting serta yang seharusnya dapat diselesaikan tepat waktu sampai tiba waktu

berikutnya sehingga menyebabkan berbagai akibat (Knaus, 2010). Solomon &

Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan tindakan

(10)

yang berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ferrari, Johnson, McCown (1995)

mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai penundaan dalam melengkapi penilaian

akademik seperti mempersiapkan ujian, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menulis

makalah.

Berdasarkan pengertian di atas prokrastinasi akademik adalah tindakan

penundaan yang dilakukan secara sengaja dalam memulai atau menyelesaikan

tugas-tugas dalam lingkup akademik.

Aspek Prokrastinasi Akademik

Tuckman (1991), salah satu ahli yang mengembangkan alat ukur prokrastinasi,

membahas perilaku prokrastinasi dari tiga aspek yakni (a) gambaran diri secara umum

mengenai kecenderungan untuk menunda suatu tugas tertentu, aspek ini merujuk pada

gambaran seseorang mengenai kebiasaan dan kecenderungannya untuk menunda

melakukan ataupun menyelesaikan pengerjaan suatu tugas; (b) kecenderungan untuk

memiliki kesulitan melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan ketika

memungkinkan akan menghindari atau mencari jalan keluar dari hal tersebut, aspek ini

merujuk kepada kecenderungan untuk menyerah ketika menemui tugas yang sulit dan

kecenderungan untuk memilih kesenangan yang mudah diperoleh; dan (c)

kecenderungan untuk menyalahkan orang lain akan keadaan sulit yang dialami, dimana

aspek ini berfokus pada kecenderungan untuk menghindarkan tanggung jawab dari diri

sendiri dan menyalahkan orang lain. Kecenderungan ini dapat dilihat dari berbagai hal,

seperti kepercayaan bahwa orang lain tidak berhak memberikan batas waktu kepada

(11)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi

akademik, Muhid (2009) menuturkan, dalam sebuah penelitian ditemukan faktor pada

diri individu yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan

perilaku prokrastinasi, antara lain rendahnya kontrol diri (self control). Ferrari,

Johnson, McCown (1995) menyebutkan beberapa faktor yangmempengaruhi

prokrastinasi akademik, pertama faktor internal yaitu faktor dalam diri individu yang

turut membentuk perilaku prokrastinasi, meliputi faktor fisik seperti kondisi fisiologis

seseorang yang mendorong kearah prokrastinasi seperti kelelahan dan faktor psikologis

seseorang yang meliputi tipe kepribadian dan motivasi, semakin tinggi motivasi

intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi suatu tugas, akan semakin rendah

kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi. Kedua faktor eksternal meliputi

banyaknya tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan,

kondisi lingkungan dan pengasuhan otoriter ayah.

Self Control

Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), menyatakan bahwa, self control

bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya sehingga

mampu membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif sesuai dengan standar

ideal, nilai-nilai moral dan harapan sosial. Tangney, Baumeister, dan Boone (2004)

(12)

1) Self-discipline, yaitu mengacu pada kemampuan individu dalam melakukan

disiplin diri. Hal ini berarti individu mampu memfokuskan diri saat melakukan

tugas. Individu dengan self-discipline mampu menahan dirinya dari hal-hal lain

yang dapat mengganggu konsentrasinya.

2) Deliberate/nonimpulsive, yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu

dengan pertimbangan tertentu, bersifat hati-hati, dan tidak tergesa-gesa. Ketika

individu sedang bekerja, ia cenderung tidak mudah teralihkan. Individu yang

tergolong nonimpulsive mampu bersifat tenang dalam mengambil keputusan dan

bertindak.

3) Healthy habits, yaitu kemampuan mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang

menyehatkan bagi individu. Oleh karena itu, individu dengan healthy habits akan

menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meskipun

hal tersebut menyenangkan. Individu dengan healthy habits akan mengutamakan

hal-hal yang memberikan dampak positif bagi dirinya meski dampak tersebut

tidak diterima secara langsung.

4) Work ethic yang berkaitan dengan penilaian individu terhadap regulasi diri

mereka di dalam layanan etika kerja. Individu mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal di luar tugasnya meskipun hal tersebut

bersifat menyenangkan. Individu dengan work ethic mampu memberikan

perhatiannya pada pekerjaan yang sedang dilakukan.

5) Reliability, yaitu dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap

kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk

pencapaian tertentu. Individu ini secara konsisten akan mengatur perilakunya

(13)

Hubungan Antara Self Control Dengan Prokrastinasi Akademik

Menurut Steel (2007) dan Aini (2011), menyatakan bahwa prokrastinasi

akademik memiliki korelasi negatif yang kuat dengan self control. Setiap individu

memiliki self control yang berbeda-beda, ada yang memiliki self control yang tinggi,

namun ada pula yang rendah. Semakin tinggi self control maka akan semakin rendah

prokrastinasi, sebaliknya semakin rendah self control maka akan semakin tinggi

prokrastinasi.

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan

mengarahkan perilaku, yaitu self control. Menurut Muhid (2009) self control diartikan

sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk

perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai salah satu sifat

kepribadian, self control pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama.

Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memilikki

self control yang rendah.

Individu yang memiliki self control yang tinggi mampu mengubah kejadian dan

menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang membawa

pada konsekuensi positif. Dengan kata lain siswa yang mempunyai self control yang

tinggi akan menggunakan waktu dengan tepat dan mengarah pada perilaku yang lebih

utama (Zakiyah, 2010). Apabila siswa mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan

tugas, bila mempunyai self control yang tinggi, mereka akan mampu memandu,

mengarahkan dan mengatur perilaku dan akan segera menyelesaikan tugas tersebut

(14)

sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang

penyelesaian tugas ( Zakiyah, 2010).

Seorang siswa yang memiliki self control tinggi dapat mengontrol perilakunya

untuk segera mengerjakan tugas. Selain itu kemampuannya dalam menafsirkan

perisitiwa atau kejadian apa yang berkaitan dengan mengerjakan tugas dan kemampuan

mengambil keputusan yang tepat dalam setiap masalah yang berhubungan dengan

penyelesaian tugas juga tinggi. Dan sebaliknya siswa yang memiliki self control yang

rendah maka otomatis kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas juga rendah,

sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Penelitian Muhid (2009),

yang menyatakan bahwa self control mempengaruhi kecenderungan perilaku

prokrastinasi akademik mahasiswa. Begitu pula hasil penelitian Ghufron (2010), yang

menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh self control seseorang.

Ilfiandra (2009), juga menyebutkan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi

prokrastinasi adalah self control. Penelitian Aini (2011), yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang negatif antara self control dengan prokrastinasi akademik.

Artinya semakin tinggi self control maka akan semakin rendah prokrastinasi,

sebaliknya semakin rendah self control maka akan semakin tinggi prokrastinasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diambil hipotesa:

Ho : Tidak terdapat hubungan negative antara self control dengan prokrastinasi

akademik

Ha : Terdapat hubungan negative signifikan antara self control dengan

(15)

METODE PENELITIAN

Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu variabel tergantung

dan variabel bebas.

Variabel bebas : Self control

Variabel tergantung : Prokrastinasi akademik

Definisi Operasional

Self control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri;

kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive.

Aspek self control menggunakan aspek yang diungkapkan Tangney, Baumeister, dan

Boone (2004), berikut ini: Self discipline,. Deliberate/nonimpulsive, Healthy habits,

Work ethic, Reliability.

Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk meninggalkan, menunda

atau menghindari menyelesaikan aktifitas yang harusnya diselesaikan (Tuckman, 1991).

Prokrastinasi akademik menggunakan aspek yang dikemukakan Tuckman (1991),

seperti: gambaran diri secara umum mengenai kecenderungan untuk menunda suatu

tugas tertentu, kecenderungan untuk memiliki kesulitan melakukan hal-hal yang tidak

menyenangkan, dan ketika memungkinkan akan menghindari atau mencari jalan keluar

dari hal tersebut dan kecenderungan untuk menyalahkan orang lain akan keadaan sulit

(16)

Populasi dan Sampel

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa jurusan kelas II

jurusan permesinan SMK YP Delanggu yang berjumlah 64 Siswa. Sampel dalam

penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu semua populasi dijadikan sampel.

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswa kelas II SMK

Yayasan Pendidikan Delanggu kelas II jurusan teknik mesin. Pemilihan kelas II SMK

Yayasan Pendidikan Delanggu kelas II jurusan teknik mesin karena menurut guru

penggampu kelas II ini memiliki control diri yang rendah, sering atau tak jarang yang

mengerjakan tugas, atau dengan kata lain memunculkan prokatinasi akademik yang

mana tugas tidak diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan, tidak mengerjakan

dirumah melainkan mengerjakan di dalam kelas sebelum dikumpulkan dengan

mencontek.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk

memperoleh data yang diselidiki (Suryabrata, 2004). Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu dengan memberikan kuesioner kepada siswa jurusan permesinan

SMK YP Delanggu.

Skala Pengukuran

Skala pengukuran self control disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan

oleh Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) dan prokrastinasi akademik disusun

berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Tuckman (1990). Kedua variabel ini diukur

(17)

adalah 4 (SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS). sedangkan skor untuk pernyataan unfavorable

adalah 1 (SS), 2 (S), 3 (TS) dan 4 (TS).

Prokrastinasi akademik dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala yang

dikemukakan oleh Tuckman (1991). Untuk pernyataan yang bersifat favorable

sebanyak 18 pernyataan dan unfavorable sebanyak 17 pernyataan. Sementara itu Self

control dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala yang dikemukakan oleh

Tangney, Baumeister, dan Boone (2004). Untuk pernyataan yang bersifat favorable

sebanyak 16 pernyataan dan unfavorable senbanyak 20 pernyataan.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas : Uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan

sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cara meminta

pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah yang diteliti. Data

dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0.3

(Ghozali, 2005).

Uji realibilitas : Uji realibilitas diperlukan untuk menunjuk sejauh mana suatu

hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen dikatakan

reliable bila memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis hubungan antara self control dengan prokrastinasi

(18)

product moment. Perhitungan korelasi dalam penelitian ini dengan menggunakan SPSS

17.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Daya Beda Item

Hasil uji untuk variabel Prokrastinasi akademik sebanyak 35 item, diperoleh

hasil sebanyak 13 item dinyatakan gugur karena memiliki nilai Corrected Item-Total

Correlation yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 22 item dinyatakan tidak gugur

karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation yang lebih besar dari 0,3.

Ketersebaran data nilai antara 0,3 sampai dengan 0,8.

Tabel 2

Sebaran Item Prokrastinasi Akademik

No Aspek Prokrastinasi Akademik Tidak Gugur Gugur 1 Gambaran diri secara umum mengenai

kecenderungan untuk menunda suatu

tugas tertentu

1,4,5,8,9,10,11 2,3,6,7

2 Kecenderungan untuk memiliki kesulitan

melakukan hal-hal yang tidak

menyenangkan

12,13,14,15,17,20

,21

16,18,19,22

3 Kecenderungan untuk menyalahkan

orang lain akan keadaan sulit yang

dialami

23,24,25,26,28,31

,33,35

(19)

Uji daya beda item untuk Self Control sebanyak 36 item, diperoleh hasil

sebanyak 14 item gugur karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation yang

lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 22 item dinyatakan tidak gugur karena memiliki nilai

Corrected Item-Total Correlation yang lebih besar dari 0,3. Ketersebaran data nilai

valid antara 0,3 sampai dengan 0,6.

Tabel 3

Sebaran Item Self Control

No Aspek Self Control Tidak Gugur Gugur 1

Self-discipline/ disiplin diri

2,3,4,5,6,7,8,33,3

5,36

1

2 Deliberate/nonimpulsive/berhati-hati 9 10,12,13

3 Healthy habits/perilaku yang

menyehatkan

26 27

4 Work ethic/memberikan perhatian pada

pekerjaan

Jika dilihat dari uji reliabilitas, variabel prokrastinasi akademik memiliki nilai

alpha 0,735 dan self control memiliki nilai 0,662 yang keduanya lebih besar dari 0,600

(20)

Uji Asumsi

Uji asumsi menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui

normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing masing variabel. Data dari

variabel penelitian diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov test

menggunakan SPSS. Hasil diketahui bahwa variabel self control memiliki memiliki

koefisien normalitas 0,592 (p>0,05) dan prokrastinasi akademik memiliki koefisien

normalitas 0,222 (p>0,05), yang berarti bahwa variabel self control dan prokrastinasi

akademik memiliki distribusi normal.

Uji Linearitas

Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan self control dan

prokrastinasi akademik adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda =

1,190 dan nilai signifikansi 0,284 (> 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

hubungan self control dan prokrastinasi akademik ini menunjukan garis yang sejajar

atau linear.

Analisis Deskriptif

1. Prokrastinasi Akademik

Variabel prokrastinasi akademik akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu

tinggi, sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk

(21)

dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor

tertinggi dan terendah yaitu :

Jumlah skor tertinggi 22 x 4 = 88

Jumlah skor terendah 22 x 1 = 22

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

3 (tiga) kategori

= 88 - 22

3

= 22

Tabel 5

Kategorisasi Pengukuran Prokrastinasi Akademik

Interval Ketegori Jumlah Siswa Persentase Rata-rata

22 ≤ x < 44 Rendah 10 15,63 %

59,210

44 ≤ x < 66 Sedang 35 54,69 %

66 ≤ x ≤ 88 Tinggi 19 29,69 %

Jumlah 64 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan prokrastinasi akademik dengan nilai

rata-rata 59,21 masuk dalam kategori sedang. Sebesar 54,69 % siswa memiliki

(22)

2. Self Control

Variabel self control akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi, sedang,

rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori self

control mempunyai 22 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga

secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :

Jumlah skor tertinggi 22 x 4 = 88

Jumlah skor terendah 22 x 1 = 22

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

3 (tiga) kategori

= 88 - 22

3

= 22

Tabel 6

Kategorisasi Pengukuran Self Control

Interval Ketegori Jumlah Siswa Persentase Rata-rata

22 ≤ x < 44 Rendah 11 17,19 %

67,510

44 ≤ x < 66 Sedang 22 34,38 %

66 ≤ x ≤ 88 Tinggi 31 48,44 %

(23)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan self control dengan nilai rata-rata

67,51 masuk dalam kategori tinggi. Sebesar 48,44 % siswa memiliki self control yang

masuk dalam kategori tinggi.

Pengujian Hipotesis

Hasil korelasi product moment menunjukkan nilai r = - 0,542 (p < 0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan negative signifikan antara self control dengan prokrastinasi

akademik pada SMK Yayasan Pendidikan Delanggu kelas II jurusan teknik mesin.

(24)

Tabel 7

Terdapat hubungan negatif signifikan self control dengan prokrastinasi

akademik siswa pada pada siswa kelas II jurusan permesinan SMK Yayasan Pendidikan

Delanggu (r = - 0,542, p < 0,05). Artinya semakin tinggi self control maka akan

semakin rendah prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka

(25)

Adanya hubungan negative signifikan self control dengan prokrastinasi

akademik pada siswa SMK Yayasan Pendidikan Delanggu kelas II jurusan teknik

mesin kemungkinan dikarenakan siswa yang mempunyai self control yang tinggi akan

menggunakan waktu dengan tepat dan mengarah pada perilaku yang lebih utama

(Zakiyah, 2010). Apabila siswa mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan tugas, bila

mempunyai self control yang tinggi, mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan

mengatur perilaku dan akan segera menyelesaikan tugas tersebut tanpa menubda

(prokastinasi). Siswa mampu mengatur waktu dan mengontol diri sehingga dapat

menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang penyelesaian tugas

(Zakiyah, 2010). Widyari (2013), mengemukakan pada hakekatnya self control pada

satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki

kontrol diri yang tinggi, namun ada pula individu yang memiliki self control yang

rendah. Subjek dalam penelitian ini memiliki kecenderungan untuk dapat mengontrol

dirinya dengan baik.

Subjek dalam penelitian ini memiliki kecenderungan untuk dapat mengontrol

dirinya dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan rata-rata self control sebesar

67,510 yang tergolong tinggi, sedangkan untuk prokrastinasi akademik sebesar 59,210

yang termasuk sedang. Sebagai seorang pelajar yang mempunyai kewajiban untuk

menuntut ilmu di sekolah, apabila mempunyai self control yang tinggi, mereka akan

mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya sehingga dapat menyesuaikan perilaku

mereka dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menunjang kegiatan belajar mereka,

baik di sekolah maupun di rumah.

Logue (1995) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki self control, yaitu

memegang teguh atau tetap bertahan dengan tugas yang seharusnya dikerjakan

(26)

perubahan dari beberapa pengaruh aturan norma yang ada, tidak menunjukkan atau

melibatkan perilaku yang dipengaruhi oleh kemarahan atau emosional, bersifat toleran

terhadap stimulus yang berlawanan. Sebagai seorang siswa yang mempunyai kewajiban

untuk belajar, jika mempunyai kontrol diri yang tinggi, mereka akan mampu memandu,

mengarahkan, dan mengatur perilaku sehingga dapat menghindari perilaku

prokrastinasi. Sebaliknya, jika seorang siswa memiliki kontrol diri yang rendah, maka

akan cenderung untuk melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya, seperti

berjalan-jalan, menonton televisi dan sebagainya, sehingga cenderung untuk

mengabaikan tugas-tugas akademiknya.

Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aini (2011),

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara self-control dengan

prokrastinasi akademik. Sumbangan efektif (R2) sebesar 0,542 atau sebesar 54,20 %

yang artinya variabel self control berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik sebesar

54,20 %.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat hubungan negatif self control dengan prokrastinasi akademik siswa

pada pada siswa kelas II jurusan permesinan SMK Yayasan Pendidikan Delanggu.

Artinya semakin tinggi self control maka akan semakin rendah prokrastinasi akademik

dan sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka akan semakin tinggi prokrastinasi

(27)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saransaran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1) Bagi para siswa diharapkan agar tetap dapat mengontrol diri (self control)

sehingga dapat terus mencegah perilaku prokrastinasi akademik.

2) Bagi pihak sekolah diharapkan dapat tetap mempertahankan peraturan yang

sudah ada, karena dapat mengurangi kecenderungan siswa untuk melakukan

prokrastinasi akademik.

3) Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut tentang

prokrastinasi akademik siswa, diharapkan dapat mempertimbangkan

faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh, seperti self efficacy, pola asuh orang tua,

pengaruh teman sebaya dan dapat melakukan penelitian dengan memperluas

orientasi penelitian pada tingkat pendidikan lain dengan karakteristik subjek

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, A.N, (2011). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Universitas Muria Kudus. Jurnal Psikologi Pitutur. Volume I, No 2, Juni 2011

Ferrari, J.R. Johnson, J.L., & McCown,W.G.(1995).Procrastination and task avoidance.New York: Plenum Press

Ghozali, I, (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghufron, M.N, (2010). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media

Ilfiandra. (2009). Penanganan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Atas (Ko n s e p d a n Ap l i k a s i ) . J u r n a l .http://www.google.com. Diunduh tgl 28 Oktober 2015

Hurlock, E, (1997). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Knaus, W. (2010). End Procrastination Now! Get it Done with a Proven Psychological Approach.

Muhid, A. (2009). Hubungan Antara Self -Control dan Self – Efficacy Dengan Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah. Vol,18.

Ray, J. V. (2011). Developmental trajectories of self-control: assessing the stability hypothesis. [Disertasi]. University of South Florida, South Florida. http://scholarcommons.usf.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4501&context =etd [28 Febuari 2016]

(29)

Steel, P, (2007). Arousal, avoidant and decisional procrastinators: Do they exist? Personality and Individual Differences. 48, 926-934.

Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L. (2004). High self-control predicts good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success. Journal of Personality, 72(2), 271-322.

Tuckman, B. W. (1991). Measuring procrastination attitudinally and behaviorally. Diunduh dari ERIC database. (ED319792)

Utomo, D, (2010). Hubungan antara pemalasan sosial dengan prokrastinasi akademik. Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/1034 7/1/F100060039.pdf.

Widyari, H. (2013). Hubungan Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Gambar

Sebaran Item Tabel 2 Prokrastinasi Akademik
Sebaran Item Tabel 3 Self Control
Tabel 5 Kategorisasi Pengukuran Prokrastinasi Akademik
Kategorisasi Pengukuran Tabel 6 Self Control
+2

Referensi

Dokumen terkait

Koagulasi merupakan suatu proses penambahan zat kimia atau koagulan ke dalam air baku yang disertai dengan pengadukan yang cepat, agar dapat diperoleh campuran koagulan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun mahoni sebagai antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus yang

Penelitian ini menghasilkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Penyewaan Mobil Pada Kiki Rental Car Group Yogyakarta yang dapat digunakan untuk pengolahan daftar

Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Tipe kelahiran tunggal betina ditinjau dari pertambahan berat badan dan konsumsi bahan kering berpengaruh nyata lebih baik (P&lt;0,05)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman system akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD,

penelitian ini didukung oleh temuan yang menunjukkan bahwa besarnya nilai setiap indikator dan nilai rata-rata indikator variabel implementasi SIA telah memberikan

Sehingga harus dilakukan backup per layanan (basis data, mail server, dan lainnya) yang membuat proses backup menjadi lebih rumit, dan proses restorenya