• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik dan Aktivasi Campuran Tanah Andisol / Lempung Bayat / Abu Sekam sebagai Penjerap Logam Berat Kromium (Cr).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik dan Aktivasi Campuran Tanah Andisol / Lempung Bayat / Abu Sekam sebagai Penjerap Logam Berat Kromium (Cr)."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan

jalan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pemanfatan sumber

daya alam untuk kepentingan industri sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia

saat ini semakin berkembang. Adanya industri pada suatu lokasi tertentu akan

menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Suatu industri dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, hal ini karena mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah

yang banyak dan mendorong tumbuhnya sektor informal di sekitar perusahaan.

Meskipun demikian pada sisi lainnya hasil samping industri mempunyai potensi

menyebabkan tekanan terhadap mutu lingkungan hidup.

Peningkatan industri membawa dampak negatif berupa peningkatan dalam

segi jumlah dan tipe limbah yang dihasilkan. Bahan-bahan pencemar yang masuk

ke perairan (air tanah atau air permukaan) dapat mempengaruhi parameter

lingkungan perairan. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar berbahaya

karena toksik dan sifatnya yang tak terdegradasi di alam (Zhao et al., 2011; Suprihatin

dan Indrastuti,2010 dalam Pranoto et al., 2013; Al-Jill dan Alsewailem, 2009; Alhawas

et al., 2013)

Kegiatan industri tekstil yang berkembang di Kabupaten Sukoharjo saat ini akan

menghasilkan produk utama yang bernilai ekonomi yaitu tekstil dan hasil sampingan

tidak bernilai ekonomi yang berupa limbah. Limbah ini apabila tidak dikelola dengan

baik dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air, tanah dan udara. Untuk

menurunkan tingkat pencemaran limbah cair sebelum dibuang ke lingkungannya, harus

diolah dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL), setelah kualitas air limbah di

bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan baru kemudian dibuang ke badan

perairan umum atau sungai.

Salah satu parameter dalam limbah cair industri tekstil adalah adanya kandungan

logam berat kromium (Cr). Logam berat dalam lingkungan perairan telah diketahui

dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air, di samping itu terdapat

fakta bahwa logam tersebut membunuh mikroorganisme selama perlakuan biologis pada

(2)

commit to user

logam berat dapat larut dalam air dan membentuk larutan sehingga tidak dapat

dipisahkan dengan pemisahan fisik yang sudah biasa (Hussein, 2004).

Tercemarnya lingkungan perairan akibat limbah logam berat kromium (Cr) dapat

mempengaruhi kualitas air permukaan maupun air tanah. Pada konsentrasi tinggi

dan jangka waktu yang lama, logam berat dapat menyebabkan resiko kesehatan

bagi manusia dan ekosistem. Kromium dapat masuk ke dalam tubuh melalui

makanan, minuman dan pernapasan. Akibat yang ditimbulkan dari banyaknya logam

berat dalam tubuh yaitu kelainan syaraf seperti gangguan motorik serta penyakit

parkinson (WHO, 2012;Ariffeni, 2011).

Kromium (III) umumnya hanya toksik terhadap tumbuh-tumbuhan pada

konsentrasi yang tinggi, kurang toksik bahkan non toksik terhadap binatang.

Walaupun Cr(III) kurang toksik dibandingkan Cr(VI), jika tubuh terpapar oleh

Cr(III) dalam jangka waktu yangpanjang dapat menyebabkan reaksi alergi kulit

dan kanker (Sengupta and Clifford, 1986; Anderson, 1997).

Pemerintah telah berupaya melakukan pencegahan dan pengendalian pencemaran

logam berat dari limbah industri melalui penerbitan UndangUndang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.

Adapun nilai ambang batas logam kromium yang masih diperbolehkan dalam air

minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 adalah sebesar 0,05 mg/l.

Berbagai metode telah dikembangkan oleh para peneliti untuk meningkatkan

kualitas air, misalnya pertukaran ion, pengendapan, ultrafiltrasi, elektro dialisis, reverse

osmosis, ekstraksi pelarut, evaporasi dan penjerapan (Alhawas et al., 2013; Sajidu et

al.,2006; Arpa et al., 2000). Metode penjerapan banyak dikembangkan sebagai

metode pengurangan logam berat karena lebih efektif, sederhana dan murah

dibandingkan metode-metode lainnya (Alhawas, 2013; Prakash, 2013). Menurut

Manohar et al.,(2006) dalam Muhdarina et al., (2010), metode penjerapan sangat

efektif untuk limbah dengan konsentrasi polutan yang rendah sampai sedang.

Penjerapan adalah proses pemusatan molekul atau ion terjerap pada lapisan

permukaan penjerap, baik secara fisika atau kimia. Dengan demikian penjerap harus

(3)

commit to user

Karbon aktif dan resin merupakan penjerap yang cukup efektif tetapi biaya

operasionalnya cukup tinggi serta kesulitan dalam regenerasinya (Muhdarina, 2010;

Alhawas, 2013), sehingga perlu dicari penjerap alternatif dengan biaya yang lebih

murah, misalnya abu sekam, zeolit, abu layang, peat, siderite, sampah pertanian dan

arang kayu. Secara umum, penjerap dapat disebut murah apabila sederhana dalam

proses preparasinya, jumlahnya melimpah di alam, seperti alofan alam dan abu

sekam (Alhawas et al., 2013; Pranoto et al., 2013; Muhdarina et al., 2010; Sallstrom,

2008 ).

Tanah andisol adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batu-batuan vulkanis, baik

dari batu yang telah membeku, maupun dari abu gunung api. Aktivitas gunung

api menghasilkan bahan piroklastik yang merupakan sumber bahan induk tanah

vulkanis, yang dalam Sistem Taksonomi Tanah diklasifikasikan sebagai andisol.

Andisol keberadaannya merata di wilayah Indonesia sesuai dengan persebaran

gunung api, seperti di Jawa dan Sumatera (Devnita, et al., 2005). Keberadaan tanah

andisol di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dapat dijumpai di Gunung Lawu,

Pegunungan Dieng, Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan Gunung Wilis (Munir,

1996). Sifat dan ciri fisika, kimia dan morfologi andisol ini berkaitan erat dengan

mineral liat nonkristalin seperti alofan, ferihidrit, serta mineral liat parakristalin

imogolit (Devnita, et al., 2005).

Tanah yang berkomposisi andesit merupakan tanah andisol, sedangkan

alofan merupakan aluminosilikat yang terdapat dalam tanah andisol. Alofan

mempunyai karakteristik sebagai penjerap yang baik, seperti porositas, daya serap

dan pertukaran kation yang tinggi. Heraldy, et al., (2004) memanfaatkan alofan alam

dari gunung Lawu sebagai penjerap ion logam seng (Zn2+) pada limbah elektroplating.

Sulistyarini (2012) melakukan uji perbandingan alofan alam dari gunung Arjuna dengan

dan tanpa aktivasi secara kimia untuk jerapan ion logam tembaga (Cu2+) dengan metode

batch. Pranoto et al., (2013) memanfaatkan alofan alam dari berbagai gunung di pulau

Jawa (Papandayan, Arjuna dan Wilis) untuk jerapan logam berat (Cr, Fe, Cd, Cu,

Pb dan Mn) dengan metode batch. Kombinasi antara alofan alam dan lempung

alam dari daerah Sokka, Kebumen, Jawa Tengah sebagai penjerap ion logam

tembaga (Cu2+) dilakukan oleh Sistha (2014). Pengaruh aktivasi secara kimia terhadap

(4)

commit to user

oleh Widjonarko, et al., (2003), dan disimpulkan bahwa aktivator basa (NaOH) lebih

baik daripada aktivator asam (H2SO4) dalam meningkatkan luas permukaan spesifik

dan keasaman total alofan.

Alofan merupakan senyawa mineral yang banyak terdapat di alam bebas, terletak

di alam di wilayah datar sampai bergunung dengan ketinggian 0 3000 m dpl serta

terbentuk di bawah pengaruh iklim tropika basah. Menurut Munir (1991), alofan

terutama ditemukan pada tanah-tanah abu vulkanik dan di Indonesia banyak di jumpai

di Jawa, Sumatra, Bali dan NTB, Kitagawa (1971) dalam Munir (1991) juga

menyebutkan bahwa alofan mempunyai prioritas dan permeabilitas tinggi, memiliki

daya serap dan pertukaran kation yang tinggi.

Gambar 1. Sebaran Gunung Vulkanik di Indonesia

Pengembangan alofan alam sebagai penjerap perlu dilakukan untuk

meningkatkan kapasitas jerapannya. Bahan-bahan alam dipilih untuk memodifikasi

alofan alam sebagai penjerap logam berat. Lempung Bayat dan Abu sekam dipilih

sebagai campuran alofan sebagai penjerap ion logam dalam larutan.

Lempung Bayat dipilih sebagai penjerap karena keberadaannya yang melimpah di

Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten, serta saat ini baru dimanfaatkan sebagian besar

masyarakat Bayat untuk produksi gerabah. Lempung merupakan agregat mineral yang

(5)

commit to user

pada permukaannya, keras dan kaku bila kering, stabil pada suhu tinggi dan bersifat

plastis bila dihaluskan dan dibasahi (Sulastri dan Kristianingrum, 2007; Auliah,

2009; Tan, 1982). Lempung merupakan konstituen utama dalam tanah dan

berperan sebagai perangkap alami polutan-polutan yang mengalir bersama air di

permukaan atau di dalam tanah melalui proses penjerapan atau pertukaran ion. Selain

itu, lempung memilki luas permukaan spesifik dan porositas yang tinggi,

keberadaannya melimpah serta kapasitas pertukaran ion yang tinggi (Suarya,

2012). Berbagai keunggulan lempung di atas menyebabkan lempung banyak

digunakan sebagai penjerap.

Indonesia mempunyai potensi cadangan lempung yang sangat besar dan tersebar

terutama di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan, tetapi pemanfaatannya belum

optimal. Lempung banyak dimanfaatkan secara individu maupun industri sebagai bahan

baku pembuatan batu bata, genteng, marmer, keramik, gerabah atau keperluan

rumah tangga lainnya. Di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten mempunyai

cadangan lempung yang cukup besar, namun hingga sekarang pemanfaataannya

masih sebatas untuk pertanian dan untuk memasok kebutuhan bahan pembuatan

gerabah.

Lempung dengan karakteristiknya dapat dimanfaatkan sebagai penjerap logam

berat. Mineral lempung mempunyai kemampuan sorpsi dan pertukaran ion, luas

permukaan yang besar, murah, keberadaannya melimpah sehingga lempung dapat

dikembangkan sebagai penjerap logam berat pada limbah cair (Zhao et al., 2011 dan

Grasi et al., 2012). Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lempung

efektif sebagai penjerap logam berat. Muhdarina (2010) melakukan kajian kinetika

jerapan lempung alam dari daerah Cengar Provinsi Riau sebagai penjerap kation Co2+

dalam larutan buatan. Wahba et al., (2012) menggunakan mineral lempung

monmorilonit, kaolinit dan campurannya sebagai penjerap logam timbal (Pb),

kadmium (Cd) dan seng (Zn) dengan metode Electrical Stirred Flow Unit (ESFU).

Alhawas (2013) melakukan uji perbandingan kapasitas jerapan logam nikel (Ni)

oleh lempung dari dua daerah berbeda, yaitu lempung dari pegunungan

Al-Mhawes, Al-Kharg dan Khulais, Jeddah secara kolom. Talaat et al., (2011)

menggunakan lempung untuk menjerap logam Cr3+, Ni2+, Cd2+, Cu2+, Zn2+ dan Pb2+

(6)

commit to user

Sistha (2014) menggunakan perpaduan lempung dan tanah andisol dengan

perbandingan tertentu untuk mengadsorbsi logam tembaga (Cu) secara batch. Lempung

tidak dilakukan aktivasi secara kimia sedangkan tanah andisol diaktivasi menggunakan

larutan NaOH 3N. Bijang dan Telussa (2008) melakukan aktivasi lempung yang

berasal dari desa Ouw-Saparua Maluku dengan H2SO4 10% dan digunakan untuk

menjerap logam timbal dan tembaga.

Kemampuan tanah lempung dan tanah andisol dalam mengurangi kandungan

logam berat dikembangkan dalam bentuk teknologi tepat guna untuk mengatasi

kontaminasi logam berat Mn pada air permukaan. Salah satu pengembangan yang sudah

dilakukan adalah pembuatan filter keramik. Filter keramik berbahan utama tanah

lempung telah terbukti mampu menurunkan kandungan logam berat dan mikroba

(Agmalini, et al., 2013; Dewi, 2011; Haryati, et al., 2011; Hariyadi, et al., 2013; Henry

et al., 2013; Sunaryo dan Widyawidura, 2010). Pengembangan filter keramik

berbahan utama tanah liat ini diharapkan mampu menghasilkan pengurangan bahan

pencemar fisik, biologi dan kimia yang lebih efektif sehingga diperoleh air bersih

yang dapat ditoleransi untuk air minum; sederhana karena pengoperasiannya tidak

memerlukan keahlian khusus; bahan-bahan yang digunakan tersedia dilokasi dan

mudah diperoleh serta murah, dan efektif dalam memurnikan air (Dewi, 2011).

Sekam padi merupakan limbah pertanian yang melimpah di Indonesia. Selama

ini sekam padi biasanya hanya digunakan sebagai bahan bakar atau bahkan hanya

dibakar begitu saja. Dengan menjadikannya sebagai adsorben diharapkan dapat

memberi nilai tambah pada limbah ini. Beberapa peneliti (Proctor et al., 1995;

Chang, et al., 2001) telah menggunakan abu sekam padi sebagai pemucat minyak

goreng dan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini membuka

kemungkinan penggunaan abu sekam padi sebagai adsorben untuk keperluan yang

lebih luas.

Berdasarkan berbagai penelitian dengan memanfaatkan tanah andisol, lempung

alam dan abu sekam, maka pada penelitian ini dilakukan pengembangan penjerap

berupa campuran tanah andisol, lempung bayat dan abu sekam untuk meningkatkan

efektifitas penjerapan terhadap logam berat kromium (Cr3+) serta pengembangannya

sebagai filter keramik dan pipa penjernih untuk menurunkan kandungan logam berat

(7)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh komposisi tanah andisol / lempung bayat / abu sekam, suhu

aktivasi dan waktu kontak terhadap kapasitas jerapan ion logam berat kromium

(Cr) dalam larutan model?

2. Bagaimana kondisi optimum penjerap campuran tanah andisol / lempung bayat /

abu sekam sebagai penjerap ion logam berat kromium (Cr) dalam larutan model?

3. Bagaimana efektivitas filter keramik dan pipa penjernih dalam mengurangi

kandungan ion logam berat kromium (Cr) dalam air?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh komposisi tanah andisol / lempung bayat / abu sekam,

suhu aktivasi dan waktu kontak terhadap kapasitas jerapan ion logam berat

kromium (Cr) dalam larutan model.

2. Untuk mengetahui kondisi optimum penjerap campuran tanah andisol / lempung

bayat / abu sekam sebagai penjerap ion logam berat kromium (Cr) dalam larutan

model.

3. Untuk mengetahui efektivitas filter keramik dan pipa penjernih dalam mengurangi

kandungan ion logam berat kromium (Cr) dalam air.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi peneliti : Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan

pemikiran dalam pengembangan bahan alam (tanah andisol, lempung bayat, abu

sekam dan modifikasi andisol-lempung-abu sekam) sebagai penjerap yang efektif

(8)

commit to user

2. Manfaat bagi masyarakat : Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif

dalam memanfaatkan tanah andisol, lempung bayat dan abu sekam sebagai

penjerap logam berat kromium di perairan serta pengembangan filter keramik

dan pipa penjernih untuk meningkatkan kualitas air.

3. Manfaat bagi pemerintah : Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam mengelola potensi daerah, yaitu tanah lempung dan

andisol agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas terutama dalam penjernihan air

minum

4. Manfaat Terapan : Adanya alternatif model penjernihan air dengan pemanfaatan

(9)

commit to user

i

KARAKTERISTIK DAN AKTIVASI CAMPURAN

TANAH ANDISOL / LEMPUNG BAYAT / ABU SEKAM

SEBAGAI PENJERAP LOGAM BERAT KROMIUM (Cr)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Ilmu Lingkungan

Oleh

Agus Suprapto

NIM : A130908001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(10)

commit to user

(11)

commit to user

(12)

commit to user

(13)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah dan segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Program Studi Ilmu

Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan tesis ini masih

jauh dari kesempurnaan. Berbagai kendala dan hambatan banyak dijumpai baik

selama penelitian maupun dalam penyusunan naskah tesis. Dengan bantuan

masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak membuat penulis mampu

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis dengan lebih baik. Oleh karena

itu, penulis menyampaiakan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, yaitu sebagai berikut :

1. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo yang telah

memberikan izin Tugas Belajar kepada penulis dan selalu mendorong penulis

untuk menyelesaikan Tugas Belajar dengan tepat waktu.

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang memberikan izin penelitian tesis.

3. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiatuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Ilmu

Lingkungan yang telah memberikan izin penelitian dan selalu memberikan

motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis hingga akhir.

4. Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si., selaku dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis hingga

selesai.

5. Dr. Pranoto, M.Sc., selaku dosen Pembimbing II yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis hingga selesai.

6. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Seluruh dosen dan staf di Program Studi Ilmu Lingkungan yang telah

memberikan dukungan dan bantuan sehingga meringankan penulis dalam

(14)

commit to user

vi

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan

tesis ini, untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis hargai.

Akhirnya peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri

dan bermanfaat untuk masyarakat.

Surakarta, Juli 2015

Penulis,

(15)

commit to user

vii

ABSTRAK

Agus Suprapto

. A130908001. 2015.

Karakteristik dan Aktivasi Campuran Tanah

Andisol / Lempung Bayat / Abu Sekam sebagai Penjerap Logam Berat Kromium

(Cr). Pembimbing I. Prof.Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si,

Pembimbing II. Dr. Pranoto,

M.Sc

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Tercemarnya lingkungan perairan akibat limbah logam berat kromium

(Cr) dapat mempengaruhi kualitas air permukaan maupun air tanah. Oleh

karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas air dengan

mengurangi kandungan ion logam kromium (Cr). Konsentrasi Cr dalam air dapat

dikurangi dengan cara penjerapan (

adsorbsi

). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh komposisi tanah andisol / lempung bayat / abu sekam,

suhu aktivasi dan waktu kontak terhadap kapasitas jerapan Cr dalam larutan

model; kondisi optimum jerapan dan efektivitas filter keramik dan pipa penjernih

untuk menurunkan Cr dalam air.

Campuran tanah andisol, lempung bayat dan abu sekam digunakan

sebagai penjerap (adsorben) ion logam Cr

3+

dengan metode batch. Filter

keramik dan pipa penjernih digunakan untuk mengurangi kandungan Cr dalam

air sumur. Identifikasi dan karakterisasi penjerap dilakukan dengan uji NaF,

Spektroskopi infra merah (FTIR), difraksi sinar-x (XRD), luas permukaan

spesifik dan keasaman total spesifik. Konsentrasi logam Cr dianalisis dengan

spektroskopi serapan atom. Isoterm jerapan ditentukan dengan persamaan

Freundlich dan Langmuir. Filter keramik dan Pipa Penjerap dibuat dengan

komposisi tanah andisol /lempung bayat / abu sekam menurut perbandingan

80/10/10.

Hasil penelitian menunjukkan sampel tanan andisol dan lempung bayat

mengandung mineral-mineral alofan, felspar, kaolin, gibsit dan monmorilonit.

Kondisi optimum jerapan dicapai pada suhu aktivasi 150

0

C, waktu kontak 30

menit dan komposisi tanah andisol / lempung bayat / abu sekam menurut

perbandingan 80 / 10 / 10. Isoterm Freundlich jerapan Cr dengan koefisien

determinasi (R

2

) (0,999), lebih tinggi dibandingkan Langmuir (0,380). Hasil

pengukuran menunjukkan filter keramik efektif menurunkan padatan terlarut

(TDS) dan kandungan Cr dalam air sumur dengan persentase penurunan

masing-masing sebesar 75,91 % dan 9,44 %. Sedangkan pipa penjernih mampu

menurunkan padatan terlarut (TDS) dari 260 ppm menjadi 249 ppm dan

kandungan Cr dari 0,064 ppm menjadi 0,052 ppm.

(16)

commit to user

viii

ABSTRACT

Agus Suprapto

. A130908001. 2015. Characteristics and Activation of Mixed

Andisol Soil / Bayat Clay / Rice Husk Ash used as Adsorbent Heavy Metal

Chromium (Cr). Supervisor I. Prof.Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si, Supervisor II. Dr.

Pranoto, M.Sc. Environmental Science Program Of Graduate School, Sebelas

Maret University of Surakarta.

The pollution of the water environment as a result of heavy metal waste

chromium (Cr) can affect the quality of surface water and groundwater. Therefore,

it takes effort to improve water quality by reducing the metal ion containing of

chromium (Cr

3+

). Cr concentration in water can be reduced by adsorption. This

study aims to determine the effect of composition andisol soil / bayat clay / husk

ash, activation temperature and contact time on the adsorption capacity of Cr in

the solution of the model; The optimum adsorption conditions and the

effectiveness of ceramic filters and pipe purifiers to reduce Cr in the water.

Andisol soil, bayat clay and rice husk ash are used as adsorbent Cr metal

ions with a batch method. Ceramic filters and purifiers pipe are used to reduce the

content of Cr in the water. Identification and characterization adsorben have been

done with NaF test, Infrared Spectroscopy (FTIR), X-ray diffraction (XRD),

specific surface area and a specific total acidity. Cr metal concentrations are

analyzed by atomic absorption spectroscopy. Sorption isotherms are determined

by Freundlich and Langmuir equation. Ceramic filters and pipe purifiers are made

with the composition of the soil / bayat clay / husk ash by comparison 80 / 10 / 10.

The results show the samples empire andisol soil and bayat clay minerals

containing allophane, feldspar, kaolin, gibsit and montmorillonite. Sorption

optimum condition is achieved at the activation temperature of 150

0

C, contact

time of 30 minutes and composition andisol soil: bayat clay: husk ash by

comparison 80: 10: 10. The sorption isotherms Freundlich Cr with a coefficient of

determination (R

2

) (0.999), higher than the Langmuir (0.380). The measurement

results show a ceramic filter effectively lower dissolved solids (TDS) and Cr

content in water with a percentage decreasing respectively by 75.91% and 9.44%.

While the pipe purifiers are able to lower dissolved solids (TDS) from 260 ppm to

249 ppm and Cr content of 0.064 ppm to 0.052 ppm

(17)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

KATA PENGANTAR ...

v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN...

1

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

7

C.

Tujuan Penelitian ... ...

7

D.

Manfaat Penelitian ...

7

BAB II LANDASAN TEORI ...

9

A.

Tinjauan Pustaka ...

9

1. Logam Berat Kromium (Cr)...

9

2. Penjerapan (Adsorbsi) ... 10

3. Abu Sekam ... 13

4. Lempung ... 14

5. Tanah Andisol ... 16

6. Alternatif Model Penjernihan Air ... 21

7. Asas-Asas Lingkungan... 24

B.

Kerangka Berpikir ... 25

(18)

commit to user

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A.

Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

B.

Tata Laksana Penelitian ... 29

1. Alat ... 29

2. Bahan ... 30

3. Cara Kerja ... 30

a. Preparasi Penjerap ... 30

b. Identifikasi dan Karakterisasi Penjerap ... 31

c. Aktivasi Penjerap... 32

d. Uji Kinerja Penjerap ... 33

e. Penentuan Isoterm Jerapan ... 34

f. Pembuatan Alternatif Model Penjernih ... 34

C.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis ... 35

D.

Jadwal Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A.

Identifikasi Penjerap... 39

1. Analisis Uji NaF ... 39

2. Analisis Uji FTIR ... 39

3. Analisis Difraksi Sinar X ... 43

4. Analisis Luas Permukaan ... 44

5. Analisis Keasaman ... 45

B.

Aktivasi Penjerap ... 46

C.

Uji Kinerja Penjerap ... 47

D.

Penentuan Jenis Isoterm Jerapan ... 54

E.

Uji Kinerja Filter Keramik dan Pipa Penjernih ... 56

1. Filter Keramik ... 57

2. Pipa Penjernih ... 57

(19)

commit to user

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A.

Kesimpulan ... 58

B.

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(20)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Abu Sekam ... 13

Tabel 2. Komposisi Kimia dalam Lempung ... 14

Tabel 3. Jenis Kation yang Cenderung Terikat ... 15

Tabel 4. Data Hasil Analisis Gugus Fungsi ... 41

Tabel 5. Perbandingan Sampel Alofan dengan Standar ... 44

Tabel 6. Data Luas Permukaan ... 44

(21)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sebaran Gunung Vulkanik di Indonesia ...

4

Gambar 2.

Tahap-Tahap Jerapan ...

10

Gambar 3.

Struktur Alofan...

18

Gambar 4.

Sebaran Andisol di Pulau Jawa ...

20

Gambar 5.

Hubungan Logis antara 14 Asas Lingkungan ...

24

Gambar 6.

Kerangka Berpikir ...

27

Gambar 7.

Spektrum Sampel ...

40

Gambar 8.

Difraktogram Sampel ...

43

Gambar 9.

Komposisi Penjerap terhadap Kapasitas Jerapan 100 C ...

49

Gambar 10. Komposisi Penjerap terhadap Kapasitas Jerapan 150 C ...

49

Gambar 11. Komposisi Penjerap terhadap Kapasitas Jerapan 200 C ...

50

Gambar 12. Kurva Isoterm Langmuir ...

55

Gambar

Gambar 1.  Sebaran Gunung Vulkanik di Indonesia
Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Abu Sekam ..............................................

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ariyanti (2012) 25 menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan manajemen diet di Puskesmas Kebonsari Surabaya

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi A: Karakteristik peserta didik dan pengembangan ruang, waktu dan tenaga dalam gerak tari, fasilitator

Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Pecahan pada Siswa Kelas III SDN 3 Tambakmulyo Tahun Ajaran 2017/2018 Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang

Kualitas produk, kualitas pelayanan, kepuasan konsumen, dan keuntungan perusahaan berkaitan sangat erat (Budiastari, 2012). Untuk itu, pengelolaan kualitas

Yang dimaksud dengan pihak yang dirugikan disini adalah para Stakeholders, termasuk kreditor dan para pemegang saham yang secara individual merasa dirugikan oleh tindakan,

Sekiranya beberapa prestasi yang telah diukir oleh para mahasiswa dan komitmen para pengajar/ dosen untuk terus mengembangkan kelimuannya, dapat menjadi bukti, bahwa

Namun kenyataannya, dewasa ini masih terdapat kesulitan-kesulitan untuk mewujudkan tujuan tersebut, menurut Dasim Budimansyah (2012, hal. 17) di masyarakat secara