PENELITIAN INTERNAL DOSEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES
DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI SMP PADA KURIKULUM 2013
TIM PENGUSUL
Ketua:
Dr.Oneng Nurul Bariyah, M.Ag Anggota:
Siti Rohmah, M.Pd
Daftar Isi ……….. iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
A. Jenis Penelitian……….
B. Metode Penelitian ………...
C. Sumber Data……… ……….
D. Teknik Pengumpulan Data……… ……….
E. Teknik Analisis Data………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………
A. Aplikasi Konsep Multiple Intelligences Dalam PAI di SMP……….. B. Model Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
masalah penelitian adalah bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam saat ini lebih cenderung mementingkan aspek-aspek akademik cenderung memberikan tekanan pada perkembangan intelegensi hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah dipersempit menjadi sekedar memiliki kecerdasan kognitif atau yang sering disebut IQ. Padahal, menurut Howard Gardner “People are born with certain amount of intelligences” bahwa seorang anak yang lahir memiliki berbagai macam kecerdasan multiple intelligences
(kecerdasan majemuk).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aplikasi konsep multiple intelligences dalam pembelajaran PAI di SMP pada Kurikulum 2013. Data penelitian bersumber dari data pustaka karena penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan (Library Research). Sumber data yang digunakan ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah kurikulum 2013 mata pelajaran PAI tingkat SMP & buku tentang konsep Multiple Intelligences. Adapun Data sekunder adalah berupa buku yang berbicara mengenai kecerdasan yang pernah di tulis oleh para ahli, bisa berupa majalah, jurnal, makalah, internet dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah sebgai berikut: Fase 1:Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku. Fase 2: Guru merencanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Fase 3: Guru menentukan metode/teknik pembelajaran yang paling sesuai/cocok dengan kompetensi yang ingin dicapai. Kemudian Guru mengidentifikasi jenis kecerdasan yang paling dominan/efektif digunakan sesuai dengan teknik/metode yang digunakan. Fase 4: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan meminta siswa untuk ikut berperan aktif dan bekerjasama mengenali dan mengoptimalkan jenis-jenis kecerdasan yang ada pada diri mereka. Fase 5: Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat . Fase 6: Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari, berupa tes, baik tes lisan, tes tertulis ataupun presentasi. Fase 7: Guru mencari cara atau metode untuk menghargai prestasi siswa baik upaya maupun hasil belajar siswa (Memberikan Reward/Penghargaan). Fase 8: Guru memberikan informasi tentang materi pertemuan selanjutnya dan menugaskan siswa untuk menuliskan ide-ide baru/pertanyaan-pertanyaan baru dalam jurnal harian siswa.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada
manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat mempertahankan
dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses
berfikir dan belajar secara terus-menerus. Hal tersebut sesuai dengan perintah
Allah yang pertama kepada Nabi Muhammad yaitu membaca (QS.al-„Alaq:1).
Membaca merupakan proses meningkatkan kecerdasan seseorang dalam
menunjang keberhasilan pendidikannya.
Menurut Suparlan, kurikulum pendidikan di Indonesia menilai kecerdasan
manusia terlalu sempit, manusia dianggap hanya memiliki satu kecerdasan yang
dapat diukur yang disebut kecerdasan logika-matematika, sedangkan alat yang
digunakan untuk mengukur kecerdasan tersebut adalah tes IQ. Praktek-praktek
pembelajaran di Indonesia yang masih mengandalkan pada cara-cara yang lama
yang menganggap anak hanya perlu melaksanakan kewajiban yang telah
digariskan oleh guru dan orang tua harus diubah. Pembelajaran satu arah, yang
berorientasi pada keinginan guru dan kurikulum, dan cenderung sangat
mengutamakan prestasi akademik saja perlu dikaji ulang, karena sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat.1 Tampaknya pendapat tersebut
dapat diterima, karena kehidupan dan budaya masyarakat terus berkembang yang
ditandai dengan banyaknya penemuan baru berkaitan dengan teknologi yang
menopang kehidupan manusia.
Kecenderungan pembelajaran yang selalu menekankan pada prestasi
akademik tersebut akan menghasilkan generasi muda yang kurang berinisiatif
seperti menunggu instruksi, takut salah, malu mendahului yang lain, hanya
ikut-ikutan, salah tetapi masih berani bicara (tidak bertanggung jawab), mudah
1
bingung karena kurang memiliki percaya diri, serta tidak peka terhadap
lingkungannya. Di samping itu generasi demikian akan memiliki sifat-sifat yang
tidak sabar, ingin cepat berhasil walaupun melalui jalan pintas, kurang
menghargai proses, mudah marah sehingga banyak menimbulkan kerusuhan dan
tawuran. Pendekatan di dalam pembelajaran yang sangat mementingkan
aspek-aspek akademik cenderung memberikan tekanan pada perkembangan intelegensi
hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah dipersempit menjadi
sekedar memiliki kecerdasan kognitif atau yang sering disebut IQ.
Howard Gardner memperkenalkan penelitiannya yang berkaitan dengan
multiple intelligences (kecerdasan majemuk). Gardner menyatakan bahwa People
are born with certain amount of intelligences bahwa seorang anak yang lahir memiliki berbagai macam kecerdasan.2 Gardner menghilangkan anggapan yang
ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Gardner menolak asumsi, bahwa
kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai
kecerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu menunjukkan penguasaan
seluruh spektrum kecerdasan, tetapi setiap individu memiliki tingkat penguasaan
yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan, dan kecerdasan itu
bergabung manjadi satu kesatuan dan membentuk kemampuan pribadi yang cukup
tinggi.3 Perbedaan kecerdasan yang dimiliki setiap individu melahirkan aktivitas
yang berbeda-beda dalam kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, ada
standar utama yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian keberhasilan
seorang siswa. Namun, seorang guru pun harus memahami keberagaman tingkat
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
Dalam pendidikan, guru menginginkan siswanya berhasil. Seorang guru
ketika memilih karir menjadi pendidik dan sebagai pendidik akan merasa puas
jika dapat membuat perubahan dalam kehidupan generasi muda. Oleh karena itu,
sudah seharusnya para guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam
pengajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam variasi metode dan model
pembelajaran yang berlainan disesuaikan dengan intelegensi peserta didik, sebab
2
Howard Gardner, Changing Minds (Massachusetts, USA, Harvard Business School Press, 2006), hlm 29
3
para peserta didik mempunyai intelegensi yang berbeda dan siswa akan lebih
mudah belajar bila materi disajikan dengan cara yang sesuai dengan intelegensi
mereka yang menonjol.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bidang studi yang wajib
dipelajari siswa di sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat
Perguruan Tinggi. Berdasarkan pengamatan penulis di beberapa sekolah SMP di
Kecamatan Ciputat metode pengajaran PAI pada umumnya menggunakan metode
ceramah dan praktik (untuk materi ibadah salat dan membaca al-Quran).4 Materi PAI secara garis besar meliputi bidang akidah, syari‟ah, akhlak, dan sejarah.
Keterbatasan metode pengajaran PAI yang dilaksanakan guru melahirkan
siswa tidak memiliki kecerdasan majemuk. Artinya, siswa lebih memahami materi
PAI secara teoritis dan sedikit yang bersifat praktis. Penilaian kemampuan siswa
lebih menekankan pada aspek kognitif tidak pada aspek psikomotor. Akibatnya,
tujuan pengajaran Agama Islam secara umum tidak tercapai dimana belum dapat
merubah karakter siswa. Selain itu, pengukuran penilaian kemampuan siswa
hanya menitikberatkan pada beberapa indicator dan kecerdasan.
Padahal, menurut teori Gardner bahwa siswa memiliki kecerdasan
majemuk (multiple intellegences) sehingga seorang guru dapat menggunakan berbagai metode dalam menyampaikan pelajaran kepada anak-didik. Berdasarkan
pemikiran tersebut, PAI sebagai salah satu bidang studi yang wajib dipelajari
siswa semestinya juga dapat melahirkan berbagai kecerdasan anak didik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa penting untuk mengkaji
tentang Konsep Multiple Intellegence dan Aplikasinya dalam Pembelajaran PAI
SMP. Pada penelitian ini materi PAI berdasarkan Pada Kurikulum 2013.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian
ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
4
1) Pembelajaran materi Akidah di SMP belum menerapkan pembelajaran
berdasarkan kecerdasan majemuk?
2) Pembelajaran materi Fikih di SMP belum menerapkan pembelajaran
berdasarkan kecerdasan majemuk?
3) Pembelajaran materi Akhlak di SMP belum menerapkan pembelajaran
berdasarkan kecerdasan majemuk?
4) Pembelajaran materi Qur‟an Hadis di SMP belum menerapkan
pembelajaran berdasarkan kecerdasan majemuk?
5) Pembelajaran materi Sejarah di SMP belum menerapkan pembelajaran
berdasarkan kecerdasan majemuk?
2.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, Penelitian ini dibatasi pada :
Konsep Multiple Intellegence dan Aplikasinya dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP berdasarkan Kurikulum 2013 . Dalam penelitian ini akan
dibatasi pada Konsep multiple intelligence berdasarkan konsep Howard Gardner.
2.Perumusan M asalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka
rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana aplikasi konsep
Multiple Intelligences dalam pembelajaran PAI di SMP pada kurikulum 2013?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aplikasi konsep multiple
intelligences dalam pembelajaran PAI di SMP pada Kurikulum 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
memperkaya khazanah pemikiran dalam pendidikan agama Islam.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
berbasis tuntutan zaman sesuai dengan perkembangan psikologi dan
kecerdasan peserta didik.
3. Sebagai rujukan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam menggali
potensi kecerdasan peserta didik untuk mendesain pembelajaran sesuai
dengan gaya belajar mereka.
E. Luaran Penelitian
Penelitian yang dilakukan melahirkan konsep tentang aplikasi multiple
intelligences pada pengajarn Pendidikan Agama Islam di SMP pada
kurikulum 2013. Tindak lanjut dari penelitian ini yaitu penyusunan buku
tentang Pengajaran Agama Islam Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Multiple Intelligence 1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan (inteligensi) merupakan salah satu dari beberapa gejala
kejiwaan yang sulit dipahami. Padahal sudah tidak diragukan lagi, bagaimana
peranannya dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.5
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, masalah
kecerdasan merupakan salah satu masalah pokok, karena itu tidak mengherankan
kalau masalah itu banyak dikupas orang, baik secara khusus maupun sambil lalu
dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.
Dalam pertautan dengan pengupasan yang lain,6Kecerdasan didefinisikan
bermacam-macam. Para ahli, termasuk para psikolog, tidak semua sepakat dalam
mendefinisikan arti kecerdasan. Karena, memang tidak mudah mendefinisikan
kecerdasan. Bukan saja karena definisi kecerdasan itu berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmiah menyangkut studi kecerdasan dan sains-sains yang
berkaitan dengan otak manusia, seperti, neurology atau neurobiology atau
neurosains, dan penekanannya. Namun, hal demikian terjadi juga karena
penekanan definisi kecerdasan tersebut sudah barang tentu akan sangat
bergantung, pertama, pada pandangan dunia, filsafat manusia, dan filsafat ilmu
yang mendasarinya; kedua, bergantung pada teori kecerdasan itu sendiri. Sebagai
contoh, teori kecerdasan IQ sudah barang tentu akan berbeda dengan teori EQ dan
SQ dalam mendefinisikan kecerdasan.7
Menurut Spearman (yang terkenal dengan teori Spearman), ada dua faktor
pada kecerdasan, yaitu faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum mendasari
5
Add. Rachlmman Abror. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 1993). hlm 43
6
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT.RajaGrafindo. 1998), hlm 121 7
hampir semua perbuatan individu, sedang faktor khusus berfungsi dalam
kegiatan-kegiatan tertentu yang khas.8
Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran inteligensi yang
hidup antara tahun 1857 – 1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan
inteligensi terdiri dari tiga komponen yaitu:
a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan.
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan.
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.9
Pada tahun 1916 Lewis Madison Terman mendefinisikan kecerdasan
sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak. Sedangkan H.H.
Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan kecerdasan sebagai tingkat kemampuan
pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung
dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang datang.10 Donald
Sterner memberikan definisi tentang kecerdasan yaitu kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah
baru; tingkat kecerdasan diukur dengan kecepatan memecahkan masalah.11
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai "kemampuan untuk
memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu
latar belakang budaya atau lebih ". Dengan kata lain, kecerdasan dapat bervariasi
menurut konteksnya.12
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan itu merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk
8
Nana Syaodihlm Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2005). hlm 93
9
Syaifuddin Azwar. Pengantar Psikologi Inteligensi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002). hlm.5
10
Ibid 11
HLMarry Alder. Boost Your Intelligense. (Jakarta: Erlangga. 2001). hlm.15
12
memecahkan suatu masalah. Masalah yang dihadapi setiap orang berbeda
berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, serta pendidikan.
2. Teori Multiple Intellegence
1) Kecerdasan Intelektual (IQ)
Selama ini yang diketahui untuk mengetahui kecerdasan dikenal dengan
IQ sebagai standar pertama dan utama kecerdasan kita. Semakin tinggi tes IQ
seseorang, maka dia dikatakan memiliki kualitas kecerdasan intelektual yang
tinggi, dan kemudian orang tersebut dipuji-puji sebagai orang "pintar" dan bahkan
"brilian". Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tes IQ seseorang, semakin
rendah pula derajat kecerdasan intelektualnya, dan kemudian dia dicap sebagai
orang bodoh.
Cerdas-tidaknya otak seseorang , sepertinya hanya ditentukan melalui tes
kecerdasan yang populer dengan sebutan School Aptitude Test (SAT). Ini mengantar manusia menuju dekade-dekade yang oleh Gardner disebut "cara
berpikir IQ": "bahwa orang itu entah cerdas atau tidak terlahir secara demikian;
bahwa tak ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk mengubahnya; dan
bahwa tes-tes itu dapat menunjukkan apakah Anda termasuk orang cerdas atau
bukan".13 Pendapat tersebut tentu berbeda dengan dasar pemikiran dalam Islam
bahwa setiap manusia diberi akal untuk berfikir. Namun, manusia memiliki
keterbatasan dan hanya sedikit ilmu yang diketahui oleh manusia, disamping
manusia itu sendiri memiliki kemampuan berbeda-beda.
Di berbagai sekolah dan perguruan tinggi, mahasiswa yang ber-IQ tinggi
biasanya menduduki rangking tinggi dan sekaligus memperoleh prestasi
akademis. Demikian pula dalam dunia kerja; mereka akan segera memperoleh
pekerjaan yang menjanjikan selepas dari perguruan tinggi. Apalagi, banyak
perusahaan besar telah lama melakukan semacam "nota kesepakatan" dengan
perguruan tinggi bergengsi dalam rangka perekrutan lulusan-lulusan terbaik untuk
bergabung ke dalam perusahaan.
13
Mata rantai itulah yang kemudian memperkuat persepsi dan citra di
kalangan masyarakat luas bahwa orang yang ber-IQ tinggi akan mempunyai masa
depan yang lebih cemerlang dan menjanjikan. Sampai-sampai hal itu merasuk
kuat ke dalam ingatan kolektif masyarakat: Ber-IQ tinggi menjamin kesuksesan
hidup; sebaliknya, ber-IQ sedang-sedang saja, apalagi rendah, begitu suram masa
depanya.
2) Kecerdasan Emosional (EQ)
Istilah kecerdasan emosional baru dikenal secara luas pertengahan 90-an
dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman, Emotional Intelligence. Sebenarnya Goleman telah melakukan riset kecerdasan emosional ini lebih dari 10 tahun. Ia
menunggu waktu sekian lama untuk mengumpulkan bukti ilmiah yang kuat.
Sehingga saat Goleman mempublikasikan penelitiannya, Emotional Intelligence
mendapat sambutan positif baik dari akademisi maupun praktisi.14
Keterampilan kecerdasan emosional bekerja secara sinergi dengan
keterampilan kognitif, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya.
Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosional. Emosi yang
lepas kendali dapat membuat orang yang pandai menjadi bodoh.
Tanpa kecerdasan emosional, orang tidak akan mampu menggunakan
kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Yang
diperlukan untuk sukses dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi orang
juga memerlukan kecerdasan emosional untuk memanfaatkan potensi bakat
mereka secara penuh. Penyebab tercapainya potensi maksimum adalah karena
ketidaksetabilan emosi.15
Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual
yang biasa dikenal dengan IQ, tetapi keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada
kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang
sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam
14
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2005), hlm98
15
berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Goleman (1995) mengungkapkan 5
(lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
a. Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya
pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan
pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang
sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak
peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan
keputusan.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung
pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur
diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya
orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus
bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang
merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi diri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal
sebagai berikut : 1) cara mengendalikan dorongan hati; 2) derajat kecemasan yang
berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; 3) kekuatan berfikir positif; 4)
optimisme; dan 5) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian
seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya
hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang
dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif
d. Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada
kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan
bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang
tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak
akan mampu menghormati perasaan orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu". Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati
dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah
sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati merupakan
sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar,
menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani.
Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurkan
oleh lslam. Hati yang bersih dan tidak tercemar-lah yang dapat memancarkan EQ
dengan baik. Di antara hal yang merusak hati dan memperlemah daya kerjanya
adalah dosa. EQ berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan. Apabila petunjuk
agama dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak positif terhadap
kecerdasan emosional. Begitu pula sebaliknya. Jika petunjuk agama tidak
dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak negatif terhadap kecerdasan
emosional.
4) Kecerdasan Spritual (SQ)
Menurut Ary Ginanjar Agustian di dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan,
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang
seutuhnya, dan memiliki pola pemikiran tauhidi, serta berprinsip "hanya karena
Allah".16
16
SQ berbeda dengan IQ dan EQ. IQ adalah jenis kecerdasan yang
digunakan untuk memecahkan masalah logika dan strategis. Sementara EQ adalah
jenis kecerdasan yang memberi kita rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan
untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
Perlu ditegaskan bahwa secara harfiah SQ menumbuhkan otak manusiawi
kita. SQ adalah kecerdasan yang mampu "menyalakan" kita. Dengan SQ, kita
akan menjadi manusia seperti adanya sekarang dan memberikan kita potensi
untuk "menyala" lagi – untuk tumbuh dan berubah serta menjalani lebih lanjut
evolusi potensi manusiawi. Dengan SQ pula, kita bisa menjadi kreatif, luwes,
berwawasan luas, atau spontan secara kreatif, untuk berhadapan dengan masalah
eksistensial – yaitu saat secara pribadi kita merasa terpuruk, terjebak oleh
kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan.
SQ-lah yang menjadikan kita sadar bahwa kita mempunyai masalah eksistensial.
SQ akan membuat kita mampu mengatasinya; memberi kita suatu rasa yang
"mendalam" menyangkut perjuangan hidup; pedoman kita di saat kita berada di
"ujung". SQ adalah hati nurani kita, yang mampu membuat kita menjadi lebih
cerdas secara spiritual dalam beragama. SQ membantu kita menjalani hidup pada
tingkatan makna yang lebih dalam; menghadapi masalah baik dan jahat, hidup dan
mati, serta asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia.17
Dari sudut psikologi memberi tahu kita bahwa ruang spiritual pun
memiliki arti kecerdasan. Logika sederhananya: di antara manusia ada yang tidak
cerdas secara spiritual, dengan ekspresi keberagamaannya yang monolitik,
eksklusif, dan intoleran, yang sering kali berakibat pada kobaran konflik atas
nama agama. Begitu juga sebaliknya, di antara manusia bisa juga ada orang yang
cerdas secara spiritual sejauh orang itu mengalir dengan penuh kesadaran, dengan
sikap jujur dan terbuka, inklusif, dan bahkan pluralis dalam beragama di tengah
pluralitas agama.
17
5. Kecerdasan majemuk/ganda (Multiple Intelligences)
Menurut Howard Gardner bahwa kecerdasan itu meliputi beberapa macam,
yaitu:18 (1) kecerdasan linguistic-verbal / linguistic intelligence (2) kecerdasan logika-matematik / logical mathematical intelligence (3) kecerdasan visual-spasial / spatial intelligence , (4) kecerdasan ritmik-musik / musical intelligence, (5) kecerdasan kinestetis / Bodily-Kinesthetic intelligence, (6) kecerdasan sosial /
interpersonalintelligence , (7) kecerdasan Diri Pribadi / intrapersonal intelligence
(8) kecerdasan naturalis.
a. Kecerdasan Linguistic-Verbal19
Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas
juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara,
menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam
berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran,
menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara
dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis,
penyiar radio/televisi, editor, guru.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.
1. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
2. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu
komunikasi verbal.
3. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu
membaca karya orang lain.
4. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
5. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita
atau melakukan perbaikan pada karya tulis.
6. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan
melalui diskusi, ataupun debat.
18
Howard Gardner, Multiple Intelleigence, Intelleigence Reframed for the 21st (New York, USA: Basic Books, 1999), h.43-48; Paul Suparno, Teori Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolahlm, (Jakarta : Kanisius, 2004), hlm 15.
19
7. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang
diucapkan.
8. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan
kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di
radio / TV, dan sebagainya.
b. Kecerdasan Logika-Matematik
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi
dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali
tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat
operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara
logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik.
Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan
keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis
karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang
benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu
menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan
pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya
ingat.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai
berikut.
1. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
2. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
3. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
4. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman
5. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat
hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
6. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan
hukum.
7. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek
yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
c. Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk
melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya.
Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila
mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan
yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak
mampu melihatnya.
Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat
membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut
seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan
mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu
ditingkatkan kualitasnya.
Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti
fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut
untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti
terhadap gambaran tersebut.
1. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut.
2. Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat
patung.
3. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu
4. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
5. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
6. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan
dengan manipulasi.
7. Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek,
bentuk, dan warna.
8. Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses
mengingat.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan
sebagainya.
d. Kecerdasan Ritmik-Musik
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk
menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan
secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal
merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke
dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di
dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu
gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang
sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai
dengan alunan musik.
Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan
kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut
pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat
menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan ketakwaan,
meningkatkan kebanggaan nasional dan mengungkapkan kasih sayang
untuk orang lain.
Kecerdasan musikal dapat memberi nilai positip bagi siswa
karena: (a) meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c)
meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan
Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan
bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik
selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar
46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik
hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang
yang lebih suka belajar bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya
belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan
di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama
musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun
kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut.
1. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk
memainkan alat musik.
2. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
3. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah
lagu.
4. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
5. Mampu menciptakan komposisi musik.
6. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
7. Menyukai dan mampu bernyanyi.
8. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai
penyanyi atau pemusik.
9. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra,
penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.
e. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk
membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang
gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak
berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan
berenang dan akrobatik.
Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a)
meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan
kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan
harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut.
1. Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk
mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja
dengan baik dalam menangani objek.
2. Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan,
dan keanggunan dalam bergerak.
3. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role
play, permainan yang menggunakan fisik.
4. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
5. Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang
sedang dipelajari.
6. Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat
terhadap apa yang dialami atau dilihat.
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik/montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari,
atlet profesional, dan sebagainya.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang
suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian
memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal
memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah
bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam
pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang
tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain,
orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan
orang lain.
Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak
dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial,
(b) berhasil dalam pekerjaan.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut :
1. Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai
menjalin hubungan sosial.
2. Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan
orang lain.
3. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan
berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun
non-verbal.
4. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok
yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang
disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan
orang lain.
5. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
6. Mau melihat sudut pandang orang lain.
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli
psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
g. Kecerdasan Intrapersonal.
Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa
yang ada di belakang kita adalah hal yang kecil dibandingkan dengan
apa yang ada di dalam diri kita. Inilah kira-kira pandangan yang dianut
oleh orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan
intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan
seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas
kehidupannya sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat
penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya.
Mereka juga mampu mengendalikan emosis mereka untuk
membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan
mereka sendiri.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut.
1. Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu
menyalurkan pikiran dan perasaan.
2. Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
3. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar
yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
4. Mengembangkan konsep diri dengan baik.
5. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur
spiritual.
Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan
keadaaan saat ini.
6. Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.
h. Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta
menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di
lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan
naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.
Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian
kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola
kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak
dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat
benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan
memiliki kecerdasan naturalis tinggi.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut.
1. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan
objek alam, tanaman atau hewan.
2. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
3. Mampu mengenali pola di antara spesies.
4. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
5. Senang memelihara tanaman, hewan.
6. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop
untuk mempelajari suatu organisme.
7. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
8. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung,
scuba diving (menyelam).
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga
B. Pembelajaran PAI
1. Pengertian Pembelajaran PAI
Pembelajaran adalah proses interaksi antar Peserta Didik, antara Peserta
Didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pendidikan agama Islam adalah organisasi masyarakat yang memberi pengaruh
aktivitasnya bagi keluarga dan lembaga sekolah, dalam upaya mengembangkan
potensi anak didik, baik dari aspek jasmani, akal, maupun akhlak. Dengan
demikian, memungkinkan anak didik dapat hidup sesuai dengan perkembangan
lingkungan di mana dia berada.20
Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebany mengartikan pendidikan agama
Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya
melalui proses kependidikan. Usaha melakukan perubahan ini harus dilandasi
oleh nilai-nilai islami, yakni Qur'an dan Sunnah Nabi.21
Di dalam GBPP pendidikan agama Islam di sekolah umum, dijelaskan
bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.22
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan agama Islam di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar,
sistematis dan pragmatis berupa bimbingan, latihan dan asuhan yang diarahkan
kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam
untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Jadi dapat diambil suatu pengertian bahwa pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana terdapat unsur
manusiawi, material, fasilitas, prosedur dan perlengkapan yang saling
20
Ibid., 93
21
Sama'un Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Qurasy, 2005), hlm 10
22
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam juga bertujuan untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dangan lingkungannya agar
tercipta suasana dan kondisi belajar yang kondusif bagi siswa sehingga siswa
bergairah dan aktif belajar dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan
ajaran Islam.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki
kompetensi yang sama;
2) pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta
didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa
saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin
diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran berbasis alat multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8) pola pembelajaran pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran kritis.
Prinsip pembelajaran yang digunakan sebagai berikut:
1. dari pesertadidik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajarmenjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik.
2.Kompetensi Inti (KI) & Kompensi Dasar (KD) PAI tingkat SMP
KELAS: VII
K.1
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya ;
Kompetensi Dasar.1
1.1 Menghayati Al-Quran sebagai implementasi dari pemahaman rukun iman.
1.2 Beriman kepada Allah SWT
1.3 Beriman kepada malaikat Allah SWT
1.4 Menerapkan ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar berdasarkan
syariat Islam
1.5 Menunaikan shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman
1.6 Menunaikan shalat Jumat sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Jumu„ah (62): 9
1.7 Menunaikan shalat jamak qasar ketika bepergian jauh (musafir) sebagai
implementasi dari pemahaman ketaatan beribadah
KI.2
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya;
KD.2
2.1 Menghargai perilaku jujur sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Al-Baqarah (2): 42 dan hadis terkait
2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai
implementasi dari Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan hadis terkait
2.3 Menghargai perilaku empati terhadap sesama sebagai implementasi dari Q.S.
al-Nisa (4): 8 dan hadis terkait
2.4 Menghargai perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. al-Nisa (4):146, Q.S. Al Baqarah (2):153, dan Q.S. Ali
Imran (3): 134, dan hadis terkait
2.5 Menghargai perilaku amanah sebagai implementasi dari Q.S. Al-Anfal (8): 27
dan hadis terkait
2.6 Menghargai perilaku istiqamah sebagai implementasi dari pemahaman QS
Al-Ahqaf (46): 13 dan hadis terkait
2.7 Menghargai perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi dari
pemahaman sifat Allah (Al-‟Alim, al-Khabir, as-Sami‟, dan al-Bashir) dan
Q.S. Al-Mujadilah (58): 11 dan Q.S. al-Rahman (55):33 serta hadis terkait
2.8 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Mekah dan Madinah
KI.3
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata ;
KD.3
3.1 Memahami makna al-Asmaul-Husna: Al-‟Alim, al-Khabir, al-Sami‟, dan al
-Bashir
3.2 Memahami makna iman kepada malaikat berdasarkan dalil naqli
3.3 Memahami kandungan Q.S. Al- Mujadilah (58): 11 dan Q.S. al-Rahman (55):
33 serta hadits terkait tentang menuntut ilmu.
3.4 Memahami makna empati terhadap sesama sesuai kandungan Q.S. An-Nisa
(4): 8 dan hadis terkait
3.5 Memahami kandungan Q.S. al-Nisa (4) : 146, Q.S. Al-Baqarah (2): 153, dan
Q.S. Ali Imran (3): 134 serta hadis terkait tentang ikhlas, sabar, dan pemaaf
3.6 Memahami makna amanah sesuai kandungan Q.S. Al-Anfal (8): 27 dan hadis
terkait
3.7 Memahami istiqamah sesuai kandungan Q.S. Al-Ahqaf (46): 13 dan hadis
terkait
3.8 Memahami ketentuan bersuci dari hadas besar berdasarkan ketentuan syari‟at Islam
3.9 Memahami ketentuan shalat berjamaah
3.10 Memahami ketentuan shalat Jumat
3.11 Memahami ketentuan shalat Jamak Qasar
3.12 Memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Mekah
3.13 Memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Madinah
3.14 Mengetahui sikap terpuji khulafaurrasyidin
KI.4
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori ;
KD.4
4.1 Menyajikan contoh perilaku yang mencerminkan orang yang meneladani
al-Asmaul-Husna: Al-‟Alim, al-Khabir, al-Sami‟, dan al-Bashir.
4.2 Menyajikan contoh perilaku yang mencerminkan iman kepada malaikat.
4.3.1 Membaca Q.S. Al- Mujadilah (58):11, Q.S. Rahman (55): 33, Q.S.
al-Nisa (4): 146, Q.S. Al-Baqarah (2): 153, dan Q.S. Ali Imran (3): 134 dengan
tartil
4.3.2 Menunjukkan hafalan Q.S. Al- Mujadilah (58): 11, Q.S. al-Rahman (55): 33,
Q.S. al-Nisa (4):146, QS. Al Baqarah (2):153, dan Q.S. Ali Imran (3): 134
dengan lancar.
4.4 Mencontohkan perilaku empati terhadap sesama sesuai kandungan QS
An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait
4.5.1 Membaca Q.S.al-Nisa (4): 146, Q.S. Al-Baqarah (2): 153, dan Q.S. Ali
Imran (3): 134 dengan tartil
4.5.2 Menunjukkan hafalan Q.S. al-Nisa (4):146, QS. Al Baqarah (2):153, dan
Q.S. Ali Imran (3): 134 dengan lancar
4.6 Mencontohkan perilaku amanah sesuai kandungan Q.S. Al-Anfal (8): 27 dan
hadis terkait
4.7 Mencontohkan perilaku istiqamah sesuai kandungan QS. Al-Ahqaf (46): 13
dan hadis terkait
4.8 Mempraktikkan tata cara bersuci dari hadas besar
4.9 Mempraktikkan shalat berjamaah
4.10 Mempraktikkan shalat Jumat
4.11 Mempraktikkan shalat jamak dan qasar
4.12 Menyajikan strategi perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw.
4.13 Menyajikan strategi perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw.
periode Madinah
4.14 Mencontohkan perilaku terpuji dari khulafaurrasyidin
KELAS: VIII
KI.1
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya ;
KD.1
1.1 Menghayati Al-Quran sebagai implementasi dari pemahaman rukun iman.
1.2 Meyakini Kitab suci Al-Quran sebagai pedoman hidup sehari-hari
1.3 Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman
1.4 Menunaikan shalat sunnah
1.5 Menerapkan ketentuan sujud syukur, sujud tilawah dan sujud syahwi
berdasarkan syariat Islam
1.6 Menunaikan puasa Ramadhan dan puasa sunnah sebagai implementasi dari
pemahaman rukun Islam
1.7 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam mengonsumsi makanan yang halal
dan bergizi
KI.2
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya ;
KD.2
2.1 Menghargai perilaku jujur sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Al-Maidah (5): 8 dan hadits terkait
2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai
2.3 Menghargai perilaku gemar beramal saleh dan berbaik sangka kepada sesama
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-„Ashr (103): 2-3, Q.S.
Al-Hujurat (49): 12 dan hadits terkait
2.4 Menghargai perilaku rendah hati, hemat, dan hidup sederhana sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al Furqan (25): 63, Q.S. Al Isra‟(17): 27 dan hadits terkait
2.5 Menghargai perilaku mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan
bergizi dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman
Q.S. al-Nahl (16): 114 dan hadits terkait
2.6 Menghargai perilaku menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32
serta hadits terkait.
2.7 Menghargai perilaku semangat menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan
sebagai implementasi dari pemahaman sifat Allah (Al-‟Alim, al-Khabir,
as-Sami‟, dan al-Bashir) dan Q.S. Al-Mujadilah (58): 11 dan al-Rahman (55): 33
serta hadits terkait
2.8 Meneladani semangat ilmuwan muslim dalam menumbuhkembangkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
KI.3
Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata ;
KD.3
3.1 Memahami makna Q.S. Al-Furqan (25): 63 dan Q.S. Al Isra‟(17) : 27 serta
hadits terkait
3.2 Memahami makna Q.S. al-Nahl (16):114 serta hadits terkait
3.3 Memahami makna Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32 serta hadits terkait
3.4 Memahami makna beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt
3.6 Memahami hikmah shalat sunnah berjamaah dan munfarid
3.7 Memahami hikmah sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah
3.8 Memahami hikmah puasa wajib dan sunnah
3.9 Memahami hikmah penetapan makanan dan minuman yang halal dan haram
berdasarkan Al-Quran dan Hadits
3.10 Memahami sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan sampai masa Umayah
dan masa Abbasiyah
KI.4
Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
KD.4
4.1.1 Membaca Q.S. Al Furqan (25): 63 dan Al-Isra‟(17): 27 dengan tartil
4.1.2 Menunjukkan hafalan Q.S. Al-Furqan (25) ayat 63 dan Al-Isra‟(17): 27 serta
Hadits terkait
4.2.1 Membaca Q.S. An Nahl (16): 114 dengan tartil
4.2.2 Menunjukkan hafalan Q.S. An Nahl (16): 114 serta Hadits terkait
4.3.1 Membaca Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan32 dengan tartil
4.3.2 Menunjukkan hafalan Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan32 serta Hadits terkait
4.4 Menyajikan dalil naqli tentang beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt
4.5 Menyajikan dalil naqli tentang iman kepada Rasul Allah Swt
4.6.1 Memahami hikmah shalat sunnah berjamaah dan munfarid
4.6.2 Mempraktikkan shalat sunnah berjamaah dan munfarid
4.7 Mempraktikkan sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah
4.8 Melaksanakan puasa wajib dan puasa sunnah sebagai implementasi dari
pemahaman hikmah puasa wajib dan puasa sunnah
4.10 Merekonstruksi sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan sampai masa
Umayah dan masa Abbasiyah untuk kehidupan sehari-hari
KELAS IX
KI.1
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KD.1
1.1 Menghayati Al-Quran sebagai implementasi dari pemahaman rukun iman
1.2 Beriman kepada Hari Akhir
1.3 Beriman kepada Qadha dan Qadar
1.4 Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam pelaksanaan penyembelihan hewan
1.5 Menunaikan ibadah qurban dan aqiqah sebagai implementasi dari surah
al-Kautsar
KI.2
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KD.2
2.1 Menghargai sikap optimis, ikhtiar, dan tawakal sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. al-Zumar (39): 53; Q.S. al-Najm (53): 39-42; Q.S. Ali
Imran (3): 159 dan hadits terkait.
2.2 Menghargai perilaku toleran dan menghargai perbedaan dalam pergaulan di
sekolah dan masyarakat sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Al-Hujurat (49): 13 dan hadits terkait.
2.3 Menghargai perilaku jujur dalam kehidupan sehai-hari sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3): 77; Q.S. Al-Ahzab (33): 70 dan hadits
2.4 Menghargai perilaku hormat dan taat kepada orang tua da guru sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman (31):
14 dan hadits terkait.
2.5 Menghargai perilaku yang mencerminkan tata krama, sopan-santun, dan rasa
malu sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al- Baqarah (2): 83 dan
hadits terkait.
2.6 Menghargai sikap empati, peduli, dan gemar menolong kaum dhuafa sebagai
implementasi dari pemahaman makna ibadah qurban dan aqiqah
2.7 Menghargai sikap mawas diri sebagai implementasi dari pemahaman iman
kepada Hari Akhir
2.8 Menghargai sikap tawakal kepada Allah sebagai implementasi dari
pemahaman iman kepada Qadha dan Qadar
KI.3
Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KD.3
3.1 Memahami Q.S. al-Zumar (39): 53; Q.S. al-Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali
Imran (3): 159 serta hadits terkait tentang optimis, ikhtiar, dan tawakal serta
hadits terkait.
3.2 Memahami Q.S. Al-Hujurat (49): 13 tentang toleransi dan menghargai
perbedaan dan haditst terkait.
3.3 Memahami Q.S. Ali Imran (3): 77 dan Q.S. Al-Ahzab (33): 70 serta hadits
terkait tentang perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.
3.4 Memahami Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman (31): 14 dan hadits terkait
tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tua dan guru.
3.5 Memahami Q.S. Al- Baqarah (2): 83 dan hadits terkait tentang tata krama,
3.6 Memahami makna iman kepada hari Akhir berdasarkan pengamatan terhadap
dirinya, alam sekitar, dan makhluk ciptaan Nya.
3.7 Memahami makna iman kepada Qadha dan Qadar berdasarkan pengamatan
terhadap dirinya, alam sekitar dan makhluk ciptaan-Nya
3.8 Memahami ketentuan penyembelihan hewan dalam Islam
3.9 Memahami hikmah qurban dan aqiqah
3.10 Memahami ketentuan haji dan umrah
3.11 Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara
KI.4
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
KD.4
4.1.1 Membaca Q.S. al-Zumar (39): 53; Q.S. al-Najm (53): 39-42, dan Q.S. Ali
Imran (3): 159 sesuai dengan kaedah tajwid dan makhrajul huruf
4.1.2 Menunjukkan hafalan Q.S. al-Zumar (39): 53; Q.S. al-Najm (53): 39-42, dan
Q.S. Ali Imran (3): 159
4.2.1 Membaca QS. Al Hujurat (49) : 13 sesuai dengan kaedah tajwid dan
makhrajul huruf
4.2.2 Menunjukkan hafalan QS. Al Hujurat (49) : 13
4.3 Menyajikan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehai-hari sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3): 77; Q.S. Al-Ahzab (33):
70 dan hadits terkait
4.4 Menyajikan contoh perilaku hormat dan taat kepada orang tua da guru sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman (31):
14 dan hadits terkait
4.5 Menyajikan contoh perilaku tata krama, sopan-santun, dan rasa malu sebagai
4.6 Menyajikan dalil naqli yang menjelaskan gambaran kejadian hari akhir
4.7 Menyajikan dalil naqli tentang adanya qadha dan qadar
4.8 Memperagakan tata cara penyembelihan hewan
4.9 Mempraktikkan pelaksanaan ibadah qurban dan akikah di lingkungan sekitar
rumah
4.10 Mempraktikkan manasik haji
4.11.1 Melakukan rekonstruksi sejarah perkembangan Islam di Nusantara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu
maupun kelompok.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan (Library Research),
dengan menggunakan metode deskriptif analitis.
C. Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan literatur yang
berkaitan dengan teori, ada dua bentuk sumber data:
1. Data primer
Data primer adalah kurikulum 2013 mata pelajaran PAI tingkat SMP & buku
tentang konsep Multiple Intelligences. 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah berupa buku yang berbicara mengenai kecerdasan yang
pernah di tulis oleh para ahli, bisa berupa majalah, jurnal, makalah, internet
dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dokumenter, yaitu mencari atau mengumpulkan data mengenai hal-hal atau
variabel penelitian yang berupa buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
E. Teknik Analisis Data
1. Metode deduktif, yaitu cara berpikir dengan menggunakan analisis yang berpijak pada pengetian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian
diteliti dan hasilnya dapat memecahkan persoalan khusus.
2. Metode induktif, yaitu cara berpikir yang berpijak dari fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Aplikasi Konsep Multiple Intelegence Dalam PAI di SMP 1. Mengenal multiple intelligences siswa
Pada dasarnya, hal terpenting dalam proses pembelajaran, salah satunya
adalah bagaimana seorang guru mampu menyampaikan informasi dengan baik
selanjutnya disebut sebagai gaya mengajar. Begitu juga, bagi siswa harus dapat
menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya secara baik pula –yang
selanjutnya saya sebut sebagai gaya belajar. Gaya mengajar adalah strategi
transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan gaya
belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Seorang pengajar (guru), perlu mengetahui gaya belajar siswa. Guru harus
mampu membantu mereka untuk memaksimalkan dan menggunakan gaya belajar
mereka, dan mengembangkan kemampuan yang kurang dominan. Dengan
demikian, guru perlu menyampaikan informasi dengan menggunakan gaya
mengajar yang berbeda.
Dengan adanya variasi dalam menyampaikan informasi kepada siswa
secara keseluruhan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan lebih cepat,
terutama jika metode mengajar yang dipilih digunakan lebih cocok gaya belajar
yang disukai mereka. Selain itu, siswa bisa belajar dengan cara lain, tidak hanya
dalam gaya yang disukai mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Howard Gardner, ternyata
gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh
siswa tersebut. Oleh karena itu, seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya
belajar siswanya masing-masing. Kemudian, setiap guru harus menyesuaikan
gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswanya yang diketahui dari
Multiple Intelligences Research (MIR).
a. Anak Visual (spatial).
Anak visual banyak belajar dan menyerap informasi dari apa-apa yang