• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlambatan pemberian antibiotika memperburuk luaran penderita meningitis bakteri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterlambatan pemberian antibiotika memperburuk luaran penderita meningitis bakteri."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH LENGKAP

KETERLAMBATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIKA

MEMPERBURUK LUARAN

PENDERITA MENINGITIS BAKTERI

Oleh :

dr. Ni Made Oka Suliani PPDS-I Neurologi FK UNUD

Pembimbing :

Prof. Dr. dr. AA Raka Sudewi, Sp S (K) dr. Ni Made Susilawathi, Sp S

(2)

Keterlambatan pemberian antibiotika memperburuk luaran penderita meningitis bakteri

Ni Made Oka Suliani*, Ni Made Susilawathi**, IGN Budiarsa***, AA Raka Sudewi**** Bagian/SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Denpasar, Bali

ABSTRAK

Pendahuluan

Meningitis bakteri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menyebabkan mortalitas yang tinggi. Meningitis bakteri adalah kegawatdaruratan medis dan langkah yang cepat dan tepat sangat diperlukan dalam penatalaksanaannya termasuk mengenali penyebabnya dan memulai terapi antibiotika yang efektif. Angka mortalitas penyakit ini masih tinggi diduga disebabkan oleh keterlambatan mulainya pemberian antibiotika. Penelitian ini bertujuan mendapatkan proporsi luaran buruk pada penderita meningitis bakteri yang terlambat menerima terapi antibiotika dan menggambarkannya berdasarkan karakteristik penderita dan waktu pemberian antibiotika.

Metode

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif retrospektif pada penderita meningitis bakteri yang dirawat di bangsal rawat inap RSUP Sanglah Denpasar. Data diambil dari rekam medis penderita meliputi usia, jenis kelamin, tingkat kesadaran saat MRS, kadar leukosit darah, jumlah sel pada hasil pemeriksaan liquor dan waktu pemberian antibiotika. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan batas kemaknaan 0,05.

Hasil

Penelitian melibatkan 45 subyek penelitian yang memenuhi kriteria eligibilitas. Karakteristik subyek penelitian meliputi usia, jenis kelamin, waktu pemberian antibiotika, tingkat kesadaran saat MRS, kadar leukosit darah dan jumlah sel pada hasil pemeriksaan cairan liquor. Luaran buruk didapatkan lebih tinggi pada kelompok penderita yang terlambat menerima antibiotika (47,4%) dibandingkan yang tidak terlambat menerima antibiotika (15,4%). Analisis statistik menunjukkan keterlambatan pemberian antibiotika meningkatkan secara signifikan (p=0,019) luaran buruk penderita meningitis bakteri (RR 3,079; IK 95%: 1,112-8,525).

Kesimpulan

Keterlambatan pemberian antibiotika meningkatkan risiko luaran buruk penderita meningitis bakteri.

Kata Kunci: keterlambatan pemberian antibiotika, luaran buruk, meningitis bakteri.

(3)

DELAY IN ADMINISTRATION OF ANTIBIOTICS LEAD TO A WORSENING OUTCOME IN BACTERIAL MENINGITIS

Ni Made Oka Suliani*, Ni Made Susilawathi**, AA Raka Sudewi**

Neurology Department, Faculty of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital, Denpasar, Bali

ABSTRACT

Introduction

Bacterial meningitis is still a public health problems which cause high mortality. Bacterial meningitis is a medical emergency, and immediate and precise steps must be taken to establish the spesific cause and initiate the effective antibiotics therapy. Bacterial meningitis plays high mortality rate supposedly caused by delay the start of administration of antibiotics. This research aims to determine the proportion of poor outcome in patient with delay in administration of antibiotics and describe it based on patients characteristics and time iniation of antibiotics.

Methods

Research is a descriptive retrospective study in people with bacterial meningitis that being hospitalized in ward at RSUP Sanglah Denpasar. Data taken from medical record covering age, gender, level of consciousness when admitted to hospital, level of blood leukocytes, number of cells on work up liquor and time initiating antibiotics. Statistical analysis using chi-square test 0.05.

Results

Research involved 45 subjects who met the criteria of eligibilitas. Characteristic respondent covering age, gender, time granting antibiotika, level of consciousness when admitted to hospital, level of blood leukocytes, number of cells in work up liquor. The poor outcome obtained higher on group which delay in administration of anitibiotics ( 47,4 % ) than do not late receive antibiotika ( 15,4 %). Statistical analyses showing administration of antibiotics improve significantly ( p = 0,019 ) poor outcome in patients with bacterial meningitis ( rr 3,079; CI 95 %: 1,112-8,525 ).

Conclusion

Delay of administration of antibiotics lead to a worsening outcome in bacterial meningitis

Keywords: delay in administration of antibiotics, poor outcome, bacterial meningitis

* Resident of Neurology Department, Faculty of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital, Denpasar

(4)

1 PENDAHULUAN

Meningitis bakteri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

menyebabkan mortalitas yang tinggi. Meningitis bakteri adalah kegawatdaruratan

medis, langkah yang cepat dan tepat sangat diperlukan dalam penatalaksanaannya

termasuk mengenali penyebabnya dan memulai terapi antibiotika yang efektif.

Angka mortalitas penyakit bila tidak diterapi dikatakan mencapai 100%,

sedangkan dengan terapi yang optimal dengan antibiotika yang sesuai didapatkan

angka kematian yang masih tinggi diduga disebabkan oleh keterlambatan

pemberian antibiotika1.

Angka mortalitas meningitis bakteri masih cukup tinggi meskipun dengan

pemberian antibiotika yang tepat. Banyak faktor yang mempengaruhi angka

mortalitas. Angka mortalitas meningitis bakteri pada pasien dewasa meningkat

sesuai dengan pertambahan umur. Di Amerika suatu penelitian yang dilakukan

dari tahun 2003 sampai 2007 menemukan angka kematian pada kasus ini 16,4%,

dengan perbandingan hanya 8,9 % pada umur 18 – 34 tahun dan 22,7% pada umur 65 tahun ke atas2. Penelitian lain mendapatkan angka kematian bervariasi dari

13% sampai 27%2, 4. Prognostik pasien meningitis bakteri juga ditentukan oleh jenis organisme penyebab dan keterlambatan pemberian antibiotika2,3.

Penelitian yang ditujukan untuk meneliti hubungan antara mortalitas dan

keterlambatan pemberian antibiotika masih belum banyak dilakukan. Berbagai

penelitian yang sudah dilakukan mendapatkan hasil yang masih kontroversial2,4.

Penelitian retrospektif oleh British Society for the Study of Infection pada 305

(5)

2

pada pasien yang menerima terapi antibiotika lebih awal (2% berbanding 12%)5. Sebuah penelitian dengan analisa retrospektif pada 46 konsekutif pasien dengan

infeksi meningokokus didapatkan 13 pasien yang tidak menerima antibiotika

penisilin sebelum dirujuk ke RS oleh dokter umum semuanya meninggal,

sedangkan dari 33 pasien sisanya yang menerima antibiotika sebelum dirujuk

hanya 8 pasien yang meninggal6.

Studi retrospektif yang meneliti catatan medis dan laboratorium pasien RS

serta puskesmas yang diduga terinfeksi meningokokus dilakukan di Inggris

tenggara. Pasien yang diberikan benzylpenisilin oleh dokter umum sebelum

dirujuk ke RS memiliki angka mortalitas yang lebih rendah dibandingkan pasien

yang baru diterapi kemudian di RS (5% berbanding 9%). Meskipun hanya studi

retrospektif dan tidak secara spesifik meneliti pasien dengan meningitis, hasilnya

menunjukkan pemberian terapi antibiotika dini pada pasien dengan infeksi

meningokokus dapat memperbaiki luaran7.

Data klinis dan berbagai fakta yang berupa penelitian prospektif ataupun uji

klinis belum ada dilakukan yang dapat menunjukkan waktu optimal pemberian

antibiotika pada pasien meningitis bakteri. Meskipun demikian berbagai literatur

merekomendasikan pemberian antibiotika dalam 30 menit pertama pasien tiba di

RS. Rekomendasi ini bukan acuan baku, namun diharapkan membuat para klinisi

lebih waspada untuk mendiagnosis dan memulai terapi antibiotika secepatnya

ketika diagnosis meningitis bakteri ditegakkan2,4.

Kegagalan mendiagnosis dengan cepat dan memberikan antibiotika yang

(6)

3

luaran yang buruk, disamping meningkatkan risiko tuntutan medikolegal bagi

insan pelaku kesehatan itu sendiri. Tidak ada alasan untuk menunda terapi

antibiotika ketika diagnosis meningitis bakteri telah ditegakkan meskipun

berbagai penelitian yang telah dilakukan masih menunjukkan hasil yang

kontroversial. Untuk itu diusulkan penelitian terhadap keterlambatan pemberian

antibiotika dan hubungannya dengan luaran pasien meningitis bakteri yang

dirawat di Bangsal Rawat Inap Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-UNUD/RSUP

Sanglah, sehingga apabila penelitian ini memberikan hasil yang positif mampu

memberikan masukan yang sangat berarti dalam deteksi dini dan manajemen

pasien untuk mencegah berbagai komplikasi yang sangat mempengaruhi luaran

pasien meningitis bakteri.

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan proporsi luaran buruk

pada penderita meningitis bakteri serta menggambarkan kejadian luaran buruk

tersebut berdasarkan karakteristik subyek dan waktu pemberian antibiotika.

METODE

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif retrospektif pada

penderita meningitis bakteri yang dirawat di bangsal rawat inap RSUP Sanglah

Denpasar. Data diambil dari rekam medis penderita meliputi usia, jenis kelamin,

tingkat kesadaran, kadar leukosit darah, jumlah sel pada hasil pemeriksaan liquor

(7)

4

antibiotika bila pemberian dilakukan hari 0 sampai hari ketiga onset penyakit dan

terlambat antibiotika bila pemberian antibiotika setelah hari ketiga. Luaran buruk

didefinisikan sebagai kematian atau disabilitas berat seperti kecacatan, sisanya

disebut luaran baik.

Analisis univariate digunakan untuk variabel berskala katagorikal seperti

jenis kelamin, tingkat kesadaran, kadar leukosit darah dan jumlah sel pada cairan

liquor, ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi, sedangkan variabel berskala

rasio ditampilkan dalam bentuk rerata dan standar deviasi (SD). Analisis bivariate

digunakan untuk menggambarkan luaran berdasarkan karakteristik waktu

pemberian antibiotika dengan cara membuat tabel 2x2.

Hubungan keterlambatan antibiotika dengan terjadinya luaran buruk dinilai

dengan menggunakan Relative Risk (RR). Analisis statistik menggunakan uji

chi-square dengan batas kemaknaan 0,05. Pengaruh kemaknaan antibiotika dikatakan

bermakna jika p<0,05. RR>1 maka keterlambatan antibiotika akan meningkatkan

risiko terjadinya luaran buruk, RR=1 maka tidak ada pengaruh keterlambatan

antibiotika dengan terjadinya luaran buruk, jika RR<1 maka keterlambatan

antibiotika merupakan faktor pencegah (preventif) terjadinya luaran buruk.

HASIL

A. Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 45 subyek penelitian yang menjalani perawatan di

RSUP Sanglah Denpasar dan dilakukan pengambilan data sesuai alur penelitian.

(8)

5

kadar leukosit darah dan jumlah sel pada pemeriksaan cairan liquor. Usia

rata-rata didapatkan 46,56±16,20 dengan jenis kelamin laki-laki 35 orang (77,8%) dan

perempuan hanya 10 orang (22,2%). Tingkat kesadaran baik (GCS 15) didapatkan

pada 10 (22,2%), tingkat kesadaran sedang (GCS 9-13) pada 30 (66,7%) dan

tingkat kesadaran buruk (GCS 3-8) pada 5 (11,1%) penderita meningitis bakteri.

19(42,2%) penderita mempunyai kadar leukosit darah < 10 dan 26 (57,8%)

memiliki kadar leukosit ≥ 10. Hasil pemeriksaan liquor didapatkan sel <500 pada

27 (60%) dan ≥500 pada 18 (40%) penderita. Karakteristik subyek disajikan pada

Tabel 1 dibawah ini.

B. Proporsi Luaran Buruk pada Penderita Meningitis Bakteri

Luaran perawatan baik pada penderita meningitis bakteri pada penelitian

ini adalah 32 (71,1%) dan luaran perawatan buruk sebanyak 13 (28,9%). Proporsi

(9)

6 Tabel 2 Proporsi luaran buruk pada penderita meningitis bakteri

Total (n=45)

N %

Luaran buruk 13 (28,9)

32 (71,1)

C. Gambaran Luaran berdasarkan Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini didapatkan usia rerata penderita dengan luaran perawatan

buruk 45,92±14,85 tahun, tidak jauh berbeda dengan usia rata-rata penderita

dengan luaran perawatan baik yaitu 46,81±16,93 tahun. Berdasarkan karakteristik

jenis kelamin didapatkan 8 orang (27,9%) laki-laki dengan luaran perawatan

buruk dan 27orang (71,1%) laki-laki dengan luaran perawaan baik. Untuk jenis

kelamin perempuan didapatkan sebanding yaitu sebanyak 5 orang (50%) untuk

kedua kelompok luaran.

Pada penelitian ini didapatkan 10 penderita meningitis bakteri dengan

tingkat kesadaran yang baik (GCS 15), dari jumlah tersebut hanya 1 orang (10%)

dengan luaran perawatan buruk dan sebagian besar yaitu 9 orang (90%) memiliki

luaran perawatan yang baik. Pada 20 orang penderita dengan tingkat kesadaran

sedang (GCS 9-14) didapatkan 8 orang (26,7%) dengan luaran perawatan yang

buruk dan 22 orang (73,3%) memiliki luaran perawatan yang baik. Untuk 5 orang

penderita dengan tingkat kesadaran yang buruk (GCS 3-8) didapatkan 4 orang

(80%) memiliki luaran perawatan yang buruk dan hanya 1 orang (20%) penderita

(10)

7

Penderita meningitis bakteri dengan kadar leukosit darah < 10 10e3/μL sebanyak 5 orang (26,3%) memiliki luaran perawatan yang buruk dan sebanyak

14 orang (73,7%) memiliki luaran perawatan yang baik. Penderita dengan leukosit

≥ 10 10e3/μL hanya sebanyak 8 orang (30,7%) memiliki luaran perawatan buruk, sedangkan 18 orang penderita (69,3%) didapatkan dengan luaran perawatan yang

baik.

Hasil pemeriksaan cairan liquor penderia dengan meningitis bakteri

menunjukkan penderita dengan jumlah sel <500 hanya 8 orang (29,6%) yang

memiliki luaran yang buruk dan sebanyak 19 orang (29,6%) yang memiliki luaran

perawatan yang baik. Pada penderita meningitis bakteri dengan jumlah sel cairan

liquor ≥ 500 terdapat 5 orang (27,8%) yang memiliki luaran yang buruk dan

sebanyak 13 orang (72,1%) yang memiliki luaran perawatan yang baik Hasil

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan luaran perawatan

Karakteristik Luaran

(11)

8

D. Gambaran Luaran berdasarkan Waktu Pemberian Antibiotika

Tabel 4 Analisis bivariat waktu pemberian dengan luaran perawatan

Luaran Perawatan

Tabel 4 menunjukkan gambaran luaran penderita meningitis bakteri

berdasarkan waktu pemberian antibiotika. Subyek penelitian sebanyak 45 orang,

dari jumlah tersebut 13 orang (28,9%) mempunyai luaran perawatan yang buruk

dan 32 orang (71,1%) dengan luaran perawatan yang baik. Pada penderita yang

terlambat menerima antibiotika 22 orang (84,6%) mempunyai luaran perawatan

yang buruk dan hanya 4 orang (15,4%) luaran yang baik. Pada kelompok yang

tidak terlambat antibiotika didapatkan kedua luaran cukup sebanding yaitu 10

(52,6%) dan 9 (47,4%). Uji Chi-square mendapatkan hubungan yang bermakna

(p=0,019) dan didapatkan RR=3,018 dengan IK 95% antara 1,112-8,525. Hal ini

berarti penderita meningitis bakteri yang terlambat menerima antibiotika

mempunyai kemungkinan 3,018 kali lebih besar mengalami luaran buruk

dibanding yang tidak terlambat menerima antibiotika. Jika penelitian ini diulang

dengan menggunakan cara dan metode yang sama, maka kelompok yang

(12)

9

1,112 sampai 8,525 kali lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak terlambat

menerima antibiotika.

PEMBAHASAN

Belum banyak studi yang meneliti hubungan keterlambatan antibiotika

dengan luaran penderita meningitis bakteri. Pada penelitian ini didapatkan

penderita meningitis bakteri yang terlambat menerima antibiotika mempunyai

kemungkinan 3,018 kali lebih besar mengalami luaran buruk dibanding yang tidak

terlambat menerima antibiotika. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu

misalnya penelitian retrospektif terhadap 269 pasien meningitis bakteri. Penelitian

itu melibatkan tiga marker prognostik saat mulai pemberian antibiotika yaitu

hipotensi, penurunan kesadaran dan kejang diduga sebagai prediktor outcome

buruk berupa mortalitas atau defisit neurologis saat keluar RS. Keterlambatan

pemberian antibiotika di IGD dengan median keterlambatan 4 jam berhubungan

dengan perburukan tiga marker ini pada 15 % pasien. Pasien-pasien yang

terlambat menerima antibiotika ini berkembang dari tidak memiliki menjadi

memiliki satu, dua atau bahkan tiga marker prognostik buruk ini dan memiliki

luaran yang lebih buruk8 .

Pada penelitian retrospektif pada 156 pasien dengan meningitis

pneumokokal didapatkan keterlambatan terapi antibiotika lebih dari tiga jam

setelah masuk RS merupakan faktor risiko kuat dan tidak tergantung untuk

(13)

10 meningkatkan faktor risiko isolasi strain penisilin yang resisten atau

meningkatkan keparahan penyakit9 .

Penelitian lain berupa penelitian kohort retrospektif pada 286 pasien

meningitis bakteri didapatkan bahwa pemberian antibiotika yang cepat dan

adekuat berhubungan secara tidak tergantung dengan luaran yang lebih baik yang

didefinisikan dengan tidak adanya disabilitas atau disabilitas yang ringan saja10 .

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut: keterlambatan pemberian antibiotika dapat memperburuk luaran penderita

(14)

11 DAFTAR PUSTAKA

1. Tunkel AR. Initial Therapy and Prognosis of Bacterial Meningitis in adults. Up to date Terms of Use. Wolters Kluwers Health. 2014.

2. Proulx N, Frechette D, Toye B, Chan J, Kravcik S. Delay in Administration of Antibiotics are Associated with Mortality from Adult Acute Bacterial Meningitis. Qjmed Oxford Journals. 2005.

3. Aronin SI, Peduzzi P, Quagliarello VJ. Community Acquired Bacterial Meningitis : Risk Statification for Adverse Clinical Outcome and Effect of Antibiotic Timing. Ann Intern Med. 1998; 129 : 862-869.

4. Hash RB. Bacterial Meningitis and Antimicrobial Therapy. Am Fam Physician. 1998; 57 (9): 2081-2084.

5. The Research Committee of British Society for The Study of Infection. Bacterial Meningitis : Cause for Concern. J infect. 1995; 30: 89-94.

6. Strang JR, Pugh EJ. Meningococcal Infections : Reducing the Case Fatality Rate by Giving Penicillin before Admission to Hospital. BMJ. 1992; 305: 141-3.

7. Cartwright K, Reilly S, White D, Stuart J. Early Treatment with Parenteral Penicillin in Meningococcal Disease. BMJ. 1992; 305: 143-7.

8. Duran ML, Calderwood SB, Weber DJ, et al. Acute Bacterial Meningitis in Adults. N Eng J Med 2004; 351-1849.

9. Auburtin M, Wolf M, Charpentier J , et al. Detrimental Role of Delayed Antibiotic Admininstration andPenicillin Non Susseptible Strains in Adult Intensive Care Unit with Pneumococcal Meningitis : The Pneumorea Prospective Multicenter Study. Crit Care Med.2006; 34: 2758.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik subyek penelitian
Tabel 2 Proporsi luaran buruk pada penderita meningitis bakteri
Tabel 3 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan luaran perawatan
Tabel 4 Analisis bivariat waktu pemberian dengan luaran perawatan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rancangan penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan penilitian yaitu untuk memahami perancangan Kwala Bekala Convention Hall di kawasan TOD yang dapat digunakan

Tujuan dari perusahaan untuk melakukan investasi sumber daya manusia adalah untuk memperoleh balas jasa potensial dari karyawan yang telah memberikan manfaat bagi perusahaan

pemuda dan pembangunan daerah melalui peningkatan peran pemuda dalam pembangunan kelautan dan perikanan, baik oleh pemerintah daerah, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)

atau tenaga kependidikan yang profesional. Mendapat bantuan pemikiran, tenaga, ilmu, dan teknologi dalam merencanakan serta melaksanakan pengembangan sekolah, klub, atau

Setelah Saudara mempelajari tiap-tiap bagian dari kegiatan belajar diatas, diharapkan Saudara dapat menjelaskan sejarah perkembangan jaringan komputer dan prinsip komunikasi

Sesuai dengan peraturan Rektor UNNES nomor 22 tahun 2008, Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan intra kurikuler yang wajib diikuti oleh mahasiswa