• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD) LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI I KEROBOKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD) LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI I KEROBOKAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD)

LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS

DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE

BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI

I KEROBOKAN

0

Oleh :

Luh Putu Ayu Wulandari

Nim. 1202305006

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD)

LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS

DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE

BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI

I KEROBOKAN

ABSTRAK

Keseimbangan dinamis merupakan salah satu unsur motorik yang sangat penting dibutuhkan oleh anak-anak. Keseimbangan dinamis merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan. Anak usia 5-6 tahun sudah memiliki keseimbangan dinamis yang cukup baik namun belum optimal. Hal ini merupakan salah satu latar belakang dilakukan penelitian ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan permainan papan keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan (balance beam) dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental randomized pretest-postest control group design. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 diberikan permainan papan keseimbangan (balance board) dan kelompok 2 diberikan permainan balok keseimbangan (balance beam). Latihan dilakukan selama empat minggu dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu di TK Pradnyandari I Kerobokan. Modified Bass Test digunakan sebelum dan sesudah pelatihan untuk mengukur nilai keseimbangan dinamis.

Perbedaan rerata sebelum dan sesudah pelatihan kelompok 1 diuji dengan Wilcoxon Match Pair test karena data pada kelompok 1 berdistribusi tidak normal dengan hasil p = 0,000 (p<0,05) dan pada Kelompok 2 diuji dengan Wilcoxon Match Pair test karena data berdistribusi tidak normal dengan hasil p = 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa pada setiap kelompok terjadi peningkatan keseimbangan dinamis yang signifikan. Uji beda selisih antara kelompok 1 dan kelompok 2 dengan Mann-Whitney U-test yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna dengan hasil p = 0,000 (p<0,05).

Permainan papan keseimbangan (balance board) meningkatkan keseimbangan dinamis, permainan balok keseimbangan (balance beam) meningkatkan keseimbangan dinamis dan permainan papan keseimbangan (balance board) lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada permainan balok keseimbangan (balance beam).

(6)

BALANCE BOARD GAME DEVELOPS DYNAMIC BALANCE

MORE THAN BALANCE BEAM GAMES FOR CHILDREN AGE

5

6 IN PRANDNYANDARI 1 KINDERGARDEN KEROBOKAN

ABSTRACT

Dynamic balance is one of the motoric element which is very important for children. Dynamic balance is an ability of maintaining body posture or position appropriately when doing the movement. Children age 5 – 6 already have well enough dynamic balance but not yet optimal. This is the background of why this research was conducted.

The aim of this research is to compare balance board game and balance beam game in developing dynamic balance of children age 5 – 6 in Pradnyandari 1 Kindergarden Kerobokan. This research is experimental research in which it used randomized pretest-postest control group design. The sample of the research are 32 children which divided into two groups. Group 1 was given balance board game and group 2 was given balance beam game. The practice was conducted for 4 weeks with frequency of three times a week in Pradnyandari 1 Kindergarden Kerobokan. Modified Bass Test was used before and after the practice to measure the value of dynamic balance.

The difference of the average before and after practice of group one was tested by using Wilcoxon Match Pair Test because the data from group one has abnormal distribution with result p = 0,000 (p<0,05). Group two was tested using Wilcoxon Match Pair Test because it has abnormal distribution with result p = 0,000 (p<0,05). This means that there is a significant development of dynamic balance in each group. At difference test between group one and group two using Mann-Whitney U-test shows significant difference with result p = 0,000 (p<0,05).

Balance board game develops dynamic balance, balance beam game develops dynamic balance and balance board game more develop dynamic balance than balance beam game.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Permainan Papan Keseimbangan (Balance Board) Lebih Meningkatkan

Keseimbangan Dinamis Daripada Permainan Balok Keseimbangan (Balance Beam)

Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Pradnyandari I Kerobokan”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT, (K), M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku Ketua Program Studi

Fisioterapi Universitas Udayana.

3. Ari Wibawa, SSt.Ft, M.Fis selaku pembimbing I sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti, S.Ked, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan

(8)

5. Bapak, Mama, Deskya dan seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi dukungan serta motivasi tanpa henti nya agar penulis berjuang dan

berusaha menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh teman – teman Axoplasmic, Fisioterapi FK Unud 2012 yang selalu membantu dan memberikan semangat.

7. Para sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak

sudah selalu berbagi cerita-cerita motivasi dan memberikan semangat.

8. Dosen – dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan.

Denpasar, Mei 2016

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

2.1.1 Pengertian Keseimbangan Dinamis ... 7

2.1.2 Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan ... 7

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan ... 12

2.1.4 Strategi Motorik Untuk Menjaga Keseimbangan ... 15

2.2Tahap Perkembangan Anak ... 16

(10)

2.3Bermain ... 20

2.3.1 Pengertian Bermain ... 20

2.3.2 Karakteristik Bermain ... 21

2.3.3 Arti Bermain Bagi Anak ... 22

2.4Papan Keseimbangan (Balance Board) ... 23

2.4.1 Pengertian Papan Keseimbangan (Balance Board) ... 23

2.4.2 Tujuan Latihan Papan Keseimbangan (Balance Board) ... 24

2.5Balok Keseimbangan (Balance Beam) ... 26

2.5.1 Pengertian Balok Keseimbangan (Balance Beam) ... 26

2.5.2 Tujuan Bermain Balok Keseimbangan (Balance Beam) ... 27

2.6 Modified Bass Test... 28

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, HIPOTESIS ... 30

3.1Kerangka Berpikir ... 30

4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel... 38

4.4Variabel Penelitian ... 39

4.5Definisi Operasional Variabel ... 39

(11)

4.5.2 Permainan Papan Keseimbangan (Balance Board) ... 40

4.5.3 Permainan Balok Keseimbangan (Balance Beam) ... 40

4.5.4 Umur ... 41

4.5.5 Status Gizi... 41

4.6Instrumen Penelitian ... 41

4.7Prosedur Penelitian ... 42

4.7.1 Prosedur Pendahuluan ... 42

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan ... 42

4.8Skema Alur Penelitian ... 48

5.3.1 Uji Beda Rerata Keseimbangan Dinamis Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok I ... 55

5.3.2 Uji Beda Rerata Keseimbangan Dinamis Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok II ... 56

5.3.3 Uji Komparasi Hasil Selisih Rerata Peningkatan Keseimbangan Dinamis Antara Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 59

6.1 Karakteristik Sampel ... 59

6.2 Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Kelompok Permainan Papan Keseimbangan (Balance board) ... 61

(12)

6.4 Kelompok Permainan Papan Keseimbangan (Balance Board) Lebih Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Daripada Kelompok Permainan

Balok Keseimbangan (Balance Beam) ... 64

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 68

7.1 Simpulan ... 68

7.2 Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Garis Gravitasi... 14

Gambar 2.2. Bidang Tumpu ... 15

Gambar 2.3. Modified Bass Test ... 29

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 32

Gambar 4.1. Desain Penelitian ... 34

Gambar 4.2. Permainan Papan Keseimbangan (Balance Board) ... 46

Gambar 4.3. Permainan Balok Keseimbangan (Balance Beam) ... 47

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode ... 18

Tabel 4.1. Kategori Status Gizi ... 43

Tabel 4.2. Jadwal Penelitian... 51

Tabel 5.1. Distribusi Data Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 53

Tabel 5.2. Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur dan Status Gizi... 53

Tabel 5.3. Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Anak Usia 5-6 Tahun Sebelum dan Sesudah Latihan ... 54

Tabel 5.4. Uji Beda Keseimbangan Dinamis Kelompok Perlakuan I Menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test ... 55

Tabel 5.5. Uji Beda Keseimbangan Dinamis Kelompok Perlakuan II Menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test ... 56

Tabel 5.6. Uji Beda Selisih Peningkatan Nilai Keseimbangan Dinamis pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II dengan Mann Whithney ... 57

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan perubahan

pola hidup dan kebiasaan yang ada di masyarakat. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi dan bermain game

dibandingkan dengan bermain dan beraktivitas fisik dengan orang tua maupun teman-temannya.

Salah satu hasil penelitian Indonesia’s Hottest Insight 2013 didapatkan

bahwa 85 persen anak-anak memiliki kebiasaan memotret dengan telepon genggam dan 51 persen anak meminta hadiah smartphone atau gadget canggih

saat naik kelas. Empat dari sepuluh orang tua Indonesia merasakan bahwa anak-anaknya lebih memilih bermain dengan gadget dibandingkan berinteraksi dengan mereka. Berubahnya kebiasaan bermain pada anak mengakibatkan berkurangnya

aktivitas fisik sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gerak dan resiko jatuh maupun cedera pada anak-anak akan meningkat (Estri, 2013).

Angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada anak-anak akibat jatuh sebesar 25% sampai 44% (McGibbon, 2005). Efek jatuh pada anak-anak dapat berupa kecacatan. Dilaporkan Disability Adjusted Life Year, anak-anak memiliki

(16)

2

pada tiap Negara. Di sekolah-sekolah Vancouver, British Colombia (Kanada) tingkat cedera sebesar 2,8 per 100 anak. Penelitian di Vancouver tersebut

melaporkan tingkat cedera kepala sebesar 1,8 per 100, cedera yang meliputi perdarahan pada hidung, leher terkilir, cedera pada mata dan gegar otak sebesar

0,09 per 100 anak.

Kurangnya aktivitas fisik akan mempengaruhi kondisi fisik anak. Data yang dihimpun oleh Safe Kids Worldwide menunjukkan sekitar 1,35 juta kunjungan ke

unit gawat darurat setiap tahunnya disebabkan cedera saat berolahraga, dan sekitar 20 persen terjadi pada anak atau remaja (Widiyani, 2013). Komponen kondisi

fisik terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan umum, fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, agility, dan keseimbangan (Subrajah, 2012).

Keseimbangan merupakan salah satu unsur motorik yang sangat penting

dibutuhkan oleh anak-anak. Keseimbangan menurut U.Z Mikdar (2006) merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat dan

saat berdiri diam (static blance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance). Meningkatnya keseimbangan tubuh dapat juga meningkatkan keleluasaan rentang gerak anak dalam melakukan berbagai jenis gerakan

keterampilan. Keseimbangan dinamis yang tidak baik akan mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, sehingga anak akan lebih mudah cidera dan

(17)

3

dinamis adalah agar terhindar dari jatuh, cedera, dan aktivitas sehari-hari dapat terlaksana tanpa mengalami gangguan (Kahle, 2009).

Keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun sangat penting untuk ditingkatkan sebab anak yang keseimbangannya terpenuhi otomatis penguasaan

terhadap gerak motorik kasar akan terbentuk secara optimal. Kemampuan fisik motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun berkembang dengan cepat. Peningkatan kemampuan gerak anak usia 5-6 tahun terjadi seiring dengan

meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki. Perkembangan gerak ini akan lebih optimal apabila anak diberi kesempatan cukup besar untuk

melibatkan aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan keseluruhan bagian anggota tubuh (Sujiono dan Bambang, 2007).

Keseimbangan anak dapat kita optimalkan dengan terapi bermain. Bermain

mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan dan kecerdasan anak. Bermain diperlukan dalam kehidupan anak karena tanpa bermain anak akan

bermasalah dikemudian harinya. Anak dapat mempraktekan gerakan-gerakan motorik kasar seperti berlari, melompat, dan meloncat pada saat bermain (Moeslichatoen, 2006).

Papan Keseimbangan (balance board) adalah alat yang digunakan untuk rekreasi, latihan keseimbangan, perkembangan otak, terapi, dan fungsi lain untuk

pengembangan diri. Latihan balance board berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot-otot core dan otot-otot pada anggota tubuh bagian bawah, melatih fungsi visual, vestibular, dan somatosensory yang pada akhirnya meningkatkan

(18)

4

meningkatkan proprioception seseorang. Tidak hanya meningkatkan proprioceptive saja latihan balance board juga melatih kemampuan vestibular,

dimana proprioceptive dan vestibular berperan sangat penting dalam komponen keseimbangan(Waddington & Adams, 2007).

Balok Keseimbangan (balance beam) merupakan salah satu sarana yang dapat melatih keseimbangan dalam berdiri, berjalan dan meniti serta melatih keberanian dan kepercayaan diri. Menurut Ika PH (2010), bermain balok

keseimbangan adalah salah satu kegiatan bermain aktif karena melibatkan banyak aktivitas tubuh gerakan tubuh dan dapat memberikan rasa senang atau gembira

dan rasa puas bagi anak, karena aktivitas yang telah mereka lakukan sendiri. Beberapa tujuan dari kegiatan bermain balok keseimbangan ini di antaranya: (a) Melatih kekuatan otot kaki, (b) Melatih keseimbangan tubuh, (c) Melatih

menggerakkan badan dan kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, (d) Melatih keberanian dan percaya diri. Selama ini yang digunakan untuk melatih

keseimbangan dinamis adalah balok keseimbangan (balance beam) namun hasilnya kurang optimal.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas serta masih

sedikit data mengenai keseimbangan dinamis dan kaitannya dengan permainan papan keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan

(balance beam) maka dilakukan sebuah penelitian dengan judul “Permainan

Papan Keseimbangan (Balance Board) Lebih Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Daripada Permainan Balok Keseimbangan (Balance Beam) Pada Anak

(19)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah permainan papan keseimbangan (balance board) dapat

meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan?

2. Apakah permainan balok keseimbangan (balance beam) dapat

meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan?

3. Apakah permainan papan keseimbangan (balance board) lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada permainan balok keseimbangan (balance beam) pada anak usia 5-6 tahun di TK

Pradnyandari I Kerobokan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang perkembangan anak usia 5-6 tahun, keseimbangan, permainan papan keseimbangan

(balance board) dan permainan balok keseimbangan (balance beam) di TK Pradnyandari I Kerobokan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh permainan papan keseimbangan (balance board) terhadap peningkatan keseimbangan dinamis

(20)

6

b. Untuk mengetahui pengaruh permainan balok keseimbangan (balance beam) terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada

anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan.

c. Untuk mengetahui pengaruh permainan papan keseimbangan (balance board) lebih meningkatkan keseimbangan dinamis

daripada permainan balok keseimbangan (balance beam) pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

a. Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan bagi para pembaca (mahasiswa) tentang pengaruh permainan papan keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan

(balance beam) terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca (mahasiswa) dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan permainan papan keseimbangan (balance board) dan

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keseimbangan Dinamis

2.1.1 Pengertian Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak

(Irfan, 2010). Terdapat dua macam keseimbangan menurut Permana (2012) yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis ruang

geraknya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang sempit, melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat.

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, berjalan, duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan

sebagainya.

2.1.2 Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Keseimbangan

merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang melibatkan deteksi dan integrasi sensorik untuk menilai posisi dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan

(22)

8

konteks lingkungan dan tugas. Kontrol keseimbangan memerlukan muskuloskeletal, interaksi sistem saraf, dan efek konteksual dari lingkungan.

Kontribusi dari sistem muskuloskeletal meliputi alinement postural, fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi, integrasi sendi, performa

otot dan sensasi (sentuhan, tekanan, vibrasi, propioseptive, dan kinestetik). Sistem saraf menyediakan 1) proses sensori yang melibatkan visual, vestibular, dan system sematosensorik, 2) intergrasi sensorimotor penting untuk menghubungkan

sensasi ke respon motor dan untuk adaptasi serta antisipasi, 3) strategi motorik untuk merencanakan, memprogram, dan mengeksekusi respon keseimbangan.

Efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan keduanya yaitu; pencahayaan, permukaan, dan gravitasi (Kisner and Colby, 2007).

Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyanggah

tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi

bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Irfan, 2010). Komponen-komponen pengatur keseimbangan adalah sebagai berikut:

1. Sistem informa sensoris

Sistem informa sensoris meliputi visual, vestibular, dan sematosensoris. a. Visual

Sistem visual (penglihatan) yaitu mata mempunyai tugas penting bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya.

(23)

9

yang terjadi dilingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal (otot &

tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Prasad et al., 2011).

b. Vestibular

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala, dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga

bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Sebuah cairan yang disebut

endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau gangguan keseimbangan. Alergi makanan, dehidrasi,

dan trauma kepala / leher dapat menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek

yang bergerak, kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formation retikularis,

thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

formasi (gabungan reticular), dan cerebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot

(24)

10

membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Watson et al., 2008).

c. Sematosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta

persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprio-septif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus

medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan legamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain

serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Willis, 2007).

2. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak

dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas

atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot

(25)

11

gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya

dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Irfan, 2010). 3. Kekuatan Otot

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler

yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula

kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan

otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat

berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya (Irfan, 2010).

4. Adaptif Sistem

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran

(26)

12

5. Lingkup Gerak Sendi

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan

gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

1. Pusat Gravitasi (Center Of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek dan terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan

mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia pusat gravitasi berpindah

sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat diatas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua (Nugroho, 2011).

Semakin rendah atau dekat letak pusat gravitasi ini terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh. Pada posisi berbaring pusat gravitasi

tubuh akan rendah, yakni letaknya dekat bidang tumpuan, dibandingkan dalam posisi duduk, berdiri atau melompat ke atas, sehingga posisi tubuh berbaring akan lebih stabil dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri (Nala, 2011).

Letak pusat gravitasi berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), umur, dan jenis kelamin (Soedarminto, 1992).

a. Indeks Massa Tubuh

Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan proporsi tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan

(27)

13

lebih besar mempunyai keseimbangan yang lebih besar daripada benda berukuran sama yang lebih ringan. Benda-benda yang berat lebih kuat

menolak pengaruh gaya dari luar daripada lawan yang lebih ringan. Terkait dengan tinggi pendek dan berat ringan seseorang akan berbeda

letak titik gravitasi yang mempengaruhi keseimbangan. Proporsi tubuh dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh yaitu melalui rumus berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter

kuadrat. b. Umur

Letak titik gravitasi tubuh berkaitan dengan pertumbuhan usia pada kanak-kanak letaknya lebih tinggi karena relative kepalanya lebih besar dari kakinya lebih kecil (Soedarminto, 1992). Keadaan ini akan

berpengaruh pada keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh (Nala, 2011)

c. Jenis Kelamin

Perbedaan keseimbanga tubuh antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya

kira-kira 50% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya, pada wanita letaknya rendah karena

(28)

14

2. Garis Gravitasi (Line Of Gravity)

Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada

vertikal melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang tumpu).

Garis gravitasi dijabarkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Garis Gravitasi (Army, 2012)

3. Bidang Tumpu (Base Of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh

dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri

(29)

15

dipersempit cenderung sulit untuk menjaga garis gravitasi selama hal tersebut dilakukan. Berdiri menggunakan satu kaki akan sulit jika dibandingkan dengan

berdiri dua kaki. Hal tersebut terjadi karena garis gravitasi yang terkonsentrasi langsung di bawah satu kaki tersebut (Piscopo and Baley, 1981). Bidang tumpu

dijabarkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bidang Tumpu (William, 2012)

2.1.4 Strategi Motorik Untuk Menjaga Keseimbangan

Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara terus menerus menyesuaikan posisinya dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS atau

membawa COM ke posisinya setelah mengalami gangguan (Kisner and Colby, 2007). Stabilitas yang baik dari core muscle sangat diperlukan agar hal tersebut bisa tetap berlangsung dengan baik. Aktivasi pada core muscle memungkinkan

distribusi yang tepat dari kekuatan, kontrol gerakan yang tepat dan efisien, penyerapan tekanan dan gesekan yang memadai pada rantai kinetic. Transver

(30)

16

baik tentang posisi sendi). Kontraksi pada kedua otot tersebut telah terjadi sebelum terjadinya gerakan pada anggota gerak. Transver abdomalis akktif 30

detik sebelum gerakan gelang bahu dan 110 detik sebelu gerakan kaki (Fredericson and Moore, 2005).

Ada tiga strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan keseimbangan dalam menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari permukaan tumpuan. Ankle strategis, gerakan dari pergerakan kaki untuk mengembalikan

COM ke posisi yang stabil (dalam posisi yang tenang dan gangguan kecil). Hip strategis, menggunakan gerakan cepat fleksi dan ekstensi panggul untuk

memindahkan COM dalam BOS (untuk gangguan yang cepat dan besar atau gerakan dari COG dekat dengan batas stabilitas). Stepping strategies, melangkah ke depan atau belakang untuk untuk memperlebar BOS dan mengembalikan

kontrol keseimbangan (jika ada kekuatan besar yang menggeser COM keluar dari batas stabilitas) (Kisner and Colby, 2007).

2.2 Tahap Perkembangan Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi

sampai berakhirnya masa remaja. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia.

Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di bagian tubuh yang dapat diukur secara kuantitatif (Neeraja, 2006). Hasil pertumbuhan berupa bertambahnya panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai,

(31)

17

tulang dan jaringan saraf. Pertumbuhan akan terhenti setelah adanya maturasi pada individu (Neir, 2008).

Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu. Pekembangan sebagian besar

melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan kemunduran akibat adanya proses penuaan (Santrock, 2007). Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,

gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian pada individu (Fida dan Maya, 2012).

Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai berikut :

1. Faktor Herediter

Supartini (2004) menjelaskan bahwa faktor herediter merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku, ras dan jenis kelamin.

2. Faktor lingkungan (Hidayat, 2008)

Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan tercapai dan tidak suatu potensi yang sudah dimiliki. Faktor

lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu: a) Faktor pranatal

(32)

18

b) Faktor paskanatal

Faktor paska natal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah

lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi :

 Lingkungan biologis, antara lain ras atau suku bangsa, jenis kelamin,

umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit dan hormon.  Faktor fisik, antara lain cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.

 Faktor psikososial, antara lain stimulasi, motivasi belajar, kelompok

sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anak ke orang tua.

Faktor keluarga, antara lain pekerjaan, pendidikan, jumlah saudara, adat istiadat, norma dan agama.

Pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pembagian periode berdasar usia dan ciri khas kemampuan yang dimiliki seorang anak. Berk (2007)

membuat pembagian periode perkembangan anak-anak beserta ciri khasnya dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode

Periode Usia Ciri kasar

Masa pranatal konsepsi- lahir Sel organisme yang membentuk menjadi bayi dan bertahan hidup selama dalam kandungan.

(33)

19

Masa pertengahan dan akhir kanak-kanak

6-11 tahun Tahun sekolah terjadi peningkatan pada kemampuan atletik, proses pemikiran yang logis, mampu mengenal huruf, mengerti diri sendiri, kesusilaan, persahabatan dan teman sebaya yang tergabung dalam grup.

Sumber : Berk (2007)

2.2.1 Kemampuan Motorik Anak Usia 5-6 Tahun

Motorik kasar berkembang terlebih dulu daripada ketrampilan motorik

halus. Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggunting atau meronce. Gerakan motorik halus perlu dilatih dan

dikembangkan setelah otot-otot besarnya mencapai kematangan seperti dalam aktivitas berjalan di atas papan, olahraga, menari atau bermain drama (Sujiono

dan Bambang 2007).

Kemampuan fisik motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 5 - 6 tahun berkembang dengan cepat. Anak mendapatkan kendali yang lebih besar atas

tubuh mereka, meskipun masih jauh dari matang secara fisik sehingga mereka harus aktif. Kemampuan berjalan dan memegang akan semakin baik yang dapat

dilakukannya dengan berbagai macam variasi gerakan (Rahyubi, 2012).

Sebagai anak yang sedang tumbuh, anak usia 5 – 6 tahun menjadi lebih terampil dalam tindakan fisik dasar. Keseimbangan badan anak sudah

berkembang cukup baik. Anak dapat berjalan dengan lebih nyaman dalam berbagai cara, seperti berjalan maju dan mundur, cepat dan lambat, melompat dan berlari serta memanjat dengan koordinasi tubuh yang lebih baik. Sedangkan

(34)

20

gerak dalam melakukan gerakan-gerakan ketrampilan (Sujiono dan Bambang, 2007).

Peningkatan kemampuan gerak anak usia 5 – 6 tahun terjadi seiring dengan meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki.

Perkembangan gerak ini akan lebih optimal apabila anak diberi kesempatan cukup besar untuk melibatkan aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan keseluruhan bagian anggota tubuh.

2.3Bermain

2.3.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan kegiatan yang penting dilakukan anak, dengan bermain anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Menurut Andang Ismail (2009) semakin besar fantasi yang bisa dikembangkan oleh anak dari

sebuah mainan, akan lebih lama mainan itu menarik baginya. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang dapat menghasilkan

pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

Menurut Harun (2009) bermain adalah aktivitas yang dilakukan anak demi

kesenangan. Sedangkan menurut Moeslichatoen (2006) mengemukakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan

untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu. Ada dua jenis yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka

(35)

21

atau kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh dan gerakan tubuh. Bermain pasif adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan seseorang dengan mengikuti

pola atau aturan yang datang dari luar dirinya. Jenis kegiatan bermain pasif misalnya membaca, menonton film atau televisi, mendengarkan radio.

2.3.2 Karakteristik Bermain

Adapun karakteristik bermain menurut B.E.F Montolalu (2009) di antaranya sebagai berikut:

a. Bermain adalah Sukarela

Kegiatan bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang

sehingga akan dilakukan oleh anak apabila hal itu, memang betul-betul memuaskan dirinya.

b. Bermain adalah Pilihan Anak

Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila anak dipaksa untuk bermain, hal ini merupakan aktivitas dan bukan lagi kegiatan bermain.

c. Bermain adalah Kegiatan yang Menyenangkan

Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress.

d. Bermain adalah Simbolik

Bermain tidak harus meggambarkan hal yang sebenarnya, khususnya

pada anak usia prasekolah dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi mereka.

(36)

22

Dalam bermain, anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, meyelidiki dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan bermain jika dilakukan tanpa paksaan atau sukarela, aktivitas tersebut membuat

senang atau menyenangkan, bermain tidak selalu menggambarkan keadaan sebenarnya terkadang bermain bersifat pura-pura sehingga dapat mengembangkan imajinasi anak dan aktivitasnya yang membuat anak aktif

melakukan suatu kegiatan.

2.3.3 Arti Bermain Bagi Anak

Arti bermain bagi anak berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli (B.E.F Montolalu, 2009) mengatakan bahwa bermain mempunyai arti: (a) memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi

yang ada padanya, (b) anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta minat dan kebutuhannya, (c) memberikan

peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (emosional), (d) anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik, (e) secara alamiah memotivasi anak untuk

mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.

Melalui bermain anak memperoleh pelajaran, yang mengandung aspek

(37)

23

bermain bagi anak memilki arti sebagai alat pendidikan dan sebagai salah satu alat perawatan.

a. Sebagai alat pendidikan

Para ahli pendidikan anak dalam risetnya mengatakan cara belajar anak

yang paling efektif adalah dengan bermain di dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dalam bermain anak dapat mengembangkan motorik kasar dan motorik halusnya, meningkatkan penalaran dan memahami

keberadaannya di lingkungan teman sebayanya, membentuk daya imainasi, mengikuti peraturan tata tertib, disiplin yang tinggi.

b. Sebagai salah satu alat perawatan

Permainan dapat dijadikan alat dalam merawat anak-anak yang mengalami gangguan kejiwaan. Dalam bermain anak dapat

mengungkapkan pertentangan batin, kecemasan dan ketakutannya. Selain itu,melalui bermain dapat pula menyingkap rahasia hubungan

antara mereka dengan orang tua, saudara, teman dan orang-orang yang dekat pada mereka. Anak dapat mengungkapkan kesukaran-kesukaran

itu dalam permainan.

2.4 Papan Keseimbangan (Balance Board)

2.4.1 Pengertian Papan Keseimbangan (Balance Board)

Pada awalnya balance board diproduksi untuk pemain ski dan peselancar untuk melatih kemampuan mereka di off season dan pada malam hari, balance board adalah sebuah perangkat papan keseimbangan yang digunakan untuk

(38)

24

Balance Board Exercise adalah alat yang digunakan untuk rekreasi, latihan keseimbangan, pelatihan atletik, perkembangan otak, terapi, dan fungsi lain untuk

pengembangan diri. Alat ini sama halnya seperti tuas (pengungkit) dimana kaki kiri dan kanan pengguna berada disamping papan, dan tubuh pengguna harus

berdiri tegak dan hindarkan papan atau kaki kita jatuh menyentuh lantai (Waddington & Adams, 2004).

Balance board digunakan untuk melatih keseimbangan tidak hanya pada

usia muda tetapi pada usia tua agar terhindar dari terjatuh, untuk koordinasi keterampilan motorik, weight distribution, core strength, mencegah cedera

olahraga, terutama pergelangan kaki dan lutut, rehabilitasi setelah cedera pada beberapa bagian tubuh. Penggunaan papan keseimbangan yang jauh dari tujuan atletik awalnya perlahan-lahan digunakan secara umum, untuk memperluas

jaringan saraf yang memungkinkan belahan otak kiri dan kanan saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga meningkatkan efisiensi, untuk

mengembangkan sensori integrasi dan keterampilan kognitif pada anak-anak dengan gangguan perkembangan, untuk membuat penari lebih lincah pada kaki mereka saat menari, pada penyanyi postur yang optimal untuk mengontrol aliran

udara, musisi cara memegang instrument mereka, sebagai aksesori untuk yoga dan sebagai bentuk yoga, kesehatan holistik, kesadaran dan ketenangan diri (Kisner &

Allen, 2007).

2.4.2 Tujuan Bermain Papan Keseimbangan (Balance Board)

Tujuan dari balance board exercise adalah untuk melatih secara bertahap

(39)

25

reaktif. Yang pada saatnya akan meningkatkan fungsi, mengurangi nyeri lutut, memperlambat penuaan sendi, meningkatkan keseimbangan dan membantu

mencegah cedera pada akhirnya.

Latihan balance board juga dapat membantu menguatkan otot-otot core,

bukan hanya otot core saja tetapi dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah, latihan balance board sangat membantu dalam mencegah terjadinya cidera serta dapat meningkatkan performa atlet, dan menjaga stabilitas postural

(Waddington & Adams, 2007).

a. Meningkatkan Kemampuan Tactile & Proprioception

Tujuan dari latihan balance board adalah untuk meningkatkan proprioception seseorang. Proprioceptive adalah persepsi sendi saat berada di ruang bebas dan terjadi pergerakan. Pada saat menutup mata,

seseorang masih dapat menyentuh ujung hidung dengan jari telunjuk. Melalui reseptor saraf di dalam sendi tubuh manusia, manusia dapat

mengetahui yang sedang dilakukan. Contoh lain dari fungsi proprioceptive adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan tanah pada saat berjalan. Reseptor saraf dalam sendi pergelangan kaki menginformasikan ke otak

tentang struktur tanah, gundukan kecil dan lubang, memungkinkan seseorang untuk berjalan dengan cara yang halus. Memiliki system

proprioseptif yang efisien memungkinkan tubuh untuk beradaptasi dengan cara halus dengan lingkungannya. Kurangnya aktivitas fisik atau cedera sendi dapat mempengaruhi kualitas proprioceptive kita. Untungnya, hal ini

(40)

26

b. Meningkatkan kemampuan vestibular

Tidak hanya meningkatkan proprioceptive saja latihan balance board

juga melatih kemampuan vestibular dimana, saat kita berada di atas balance board maka terjadi mekanisme bahwa didalam system vestibular

terdapat reseptor berupa cairan bernama endolymph saat kepala bergerak atau berpindah. Reseptor ini yang akan memberikan informasi ke Cerebellum dan basal ganglia sehingga tubuh akan melakukan gerakan

kompensasi agar tetap stabil (seimbang). Balance board memiliki tujuan untuk menantang keseimbangan dan memaksa kita untuk melatih

proprioceptive & vestibular. Hal yang menarik saat sudah berlatih keseimbangan dengan menggunakan papan keseimbangan adalah akan terus berlatih sampai merasa bahwa kita dapat bertahan diatas papan

keseimbangan, sehingga tanpa disadari keseimbangan dapat meningkat dan dapat terhindar dari cidera.

2.5Balok Keseimbangan (Balance Beam)

2.5.1 Pengertian Balok Keseimbangan (Balance Beam)

Hasan Alwi dkk dalam KBBI (2005) menyebutkan balok keseimbangan

merupakan jembatan kecil dari kayu atau besi atau batu yang lebar dan tipis yang digunakan untuk berjalan, meniti, menyeberang misal menyeberang sungai.

Balok keseimbangan (mainan kayu, 2010) adalah permainan untuk melatih keseimbangan anak, terbuat dari kayu ringan dan kuat, sehingga dapat dipindah pindahkan di area sekolah. Menurut Ika PH (2010) bermain balok keseimbangan

(41)

27

yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan tubuh. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang dapat memberikan rasa senang atau gembira dan rasa

puas bagi anak, karena aktivitas yang telah mereka lakukan sendiri.

Menurut Yani Mulyani & Juliska Gracinia (2007) balok keseimbangan

merupakan papan atau bangku panjang dengan ketinggian ± 30-50 cm dan panjang 1,5-2 m. Balok keseimbangan merupakan alat untuk melatih keseimbangan tubuh, kekuatan otot kaki. Dengan melakukan kegiatan berjalan

diatas balok keseimbangan, kegiatan ini dapat divariasikan dengan tangan direntang, tangan dipinggang, membawa beban, ember kecil berisi air. Selain itu,

dapat juga dengan berjalan diatas balok dengan tangan sedekap, berjalan tangan direntang dan memejamkan mata. Sedangkan balok keseimbangan untuk anak TK menurut Slamet Suyanto (2005) balok keseimbangan dapat dibuat secara

sederhana dari satu papan kayu yang ditaruh pada dua tempat yang lebih tinggi dari tanah. Anak dapat mencoba meniti dengan tangan lurus kesamping untuk

menjaga keseimbangan badan agar tidak terjatuh.

2.5.2 Tujuan Bermain Balok Keseimbangan (Balance Beam)

Menurut Yani Mulyani & Juliska Gracinia (2007) adapun beberapa tujuan

dari kegiatan bermain balok keseimbangan ini di antaranya: (a) Melatih kekuatan otot kaki, (b) Melatih keseimbangan tubuh, (c) Melatih menggerakkan badan dan

kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, (d) Melatih keberanian dan percaya diri. Menurut Mohammad Muhyi Faruq (2007) balok keseimbangan bermanfaat untuk mengembangkan gerak keberanian, keseimbangan dan partisipasi anak. Dengan

(42)

28

keseimbangan dengan langkah menyamping. Dalam melakukan langkah dengan berjalan menyamping, dapat dilakukan secara perorangan atau berpasangan. Jika

berpasangan, mereka harus saling berpegangan tangan, berjalan menyamping bersama, dan tidak ada yang boleh jatuh. Anak-anak harus berjalan menyamping

secara perlahan-lahan.

2.6 Modified Bass Test

Pengukuran keseimbangan dinamis dilakukan dengan menggunakan tes

keseimbangan dinamis (Modified Bass Test of Dynamic Balance). Fasilitas dan sarana yang diperlukan ialah lantai yang padat dan rata, sepuluh kotak dengan

ukuran masing-masing kotak 30 cm x 30 cm dan stop watch.

Prosedur dari pengukuran keseimbangan dinamis ini ialah peserta berdiri di kotak awal dengan bertumpu pada salah satu kaki, tumit diangkat setinggi 5 cm

(jingkat). Kedua lengan ditekuk di depan dada sedangkan posisi kepala tegak. Selanjutnya peserta tes melompat tepat di atas kotak no 1 yang tersedia dan

mendarat dengan kaki sisi lainnya sebagai tumpuan dengan posisi tumit diangkat setinggi 5 cm (jingkat) dan posisi kepala tegak, kaki satunya diangkat menempel di samping lutut, sedang posisi kedua lengan ditekuk di depan dada. Posisi ini

dipertahankan selama 5 detik pada kotak no 1, dilanjutkan ke kotak no 2 dengan posisi sama seperti posisi awal, demikian gerakan ini dilakukan seterusnya sampai

kotak ke 10, kaki yang bertempu pada kotak bergantian antara kaki kanan dan kiri. Ketentuan dari pengukuran ini ialah tiap komponen pada kotak anak harus berhenti selama 5 detik. Apabila kaki yang menempel di samping limit bergerak

(43)

29

gagal. Begitu pula apabila kaki jingkat berpindah atau bergeser keluar dari daerah (kotak) yang telah ditentukan. Hasil pengukuran adalah skor yang terbaik dari tiga

kali percobaan, dimana skor diambil berdasarkan banyaknya kotak yang dapat dilalui dalam setiap tes, dengan ketentuan 1 kotak keberhasilan nilai 10. Jadi tiap

kotak yang ada yaitu kotak 1 sampai kotak terakhir masing-masing diberi nilai (Laak, 2013).

Gambar

Gambar 2.1 Garis Gravitasi (Army, 2012)
Gambar 2.2 Bidang Tumpu (William, 2012)
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode
Gambar 2.3 Modified Bass Test (Mappaompo, 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan permainan balok terhadap kemampuan kognitif anak pada kelompok B di TK Pertiwi Mlese Kabupaten Klaten Tahun Ajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan melalui permainan balok bergambar di kelompok A TK PGRI II Celep kecamatan kedawug kabupaten

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kreativitas melalui permainan menyusun balok pada anak kelompok B TK Islam Terpadu Sabilillah Dompilan Sukoharjo Tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan keseimbangan tubuh terhadap perkembangan motorik kasar anak kelompok A di TK 02 Puntukrejo Ngargoyoso

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas anak melalui permainan balok pada anak kelompok B2 Taman Kanak- Kanak Islam Bakti VI Kebakkramat tahun pelajaran

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung awal anak melalui permainan balok angka pada anak BA ’Aisyiyah Jombor Ceper Kabupaten Klaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk permainan papan ( board game ) edukatif sebagai media promosi kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah..

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian pelatihan balance strategy exercise lebih baik daripada pelatihan core stability exercise dalam meningkatkan