• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Faktor Dan Kelipat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Faktor Dan Kelipat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A.JUDUL KTI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VI SD NEGERI 32 POASIA KENDARI DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

B. BIDANG KAJIAN

Desain dan Strategi Pembelajara di Kelas

C. PENDAHULUAN

Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang persekolahan sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran termasuk matematika.

Tidak sedikit sumbangan matematika untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran terhadap hal ini telah mendorong berbagai kalangan pendidikan untuk melakukan berbagai upaya, baik peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum, pelatihan guru-guru dan tenaga dosen LPTK, peningkatan kualitas guru, dan pelaksanaan perlombaan seperti Olimpiade Sains Nasional untuk menyeleksi putra-putri terbaik bangsa dalam ajang menyeleksi bidang sains dan matematika pada skala nasional dan internasional. Semua upaya tersebut merupakan bukti nyata kesungguhan berbagai kalangan untuk mengangkat derajat bangsa melalui pendidikan. Walau demikian, harus disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar sehingga tantangan dan hambatan yang dihadapi untuk mewujudkan cita-cita tersebut juga tidak sedikit. Hal ini dirasakan oleh keseluruhan komponen pendidikan khususnya guru matematika yang menjadi tulang punggung pelaksana pendidikan matematika di sekolah-sekolah.

SD Negeri 32 Poasia yang berlokasi di Perumahan Dosen Kampus Baru Universitas Haluoleo merupakan salah satu SD yang guru-gurunya juga mengalami hal yang sama sebagimana diuraikan di atas. Namun setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan demi meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya minat dan motivasi belajar telah nampak berbagai perubahan secara klasikal baik hasil belajar maupun minat dan motivasi belajar siswa.

(2)

kemampuan siswa dalam menentukan model matematika yang digunakan dalam penyelesaian soal.

Dari laporan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PPMRII) sesuai dengan skenario yang dirancang. Namun demikian, pada pemberian tugas latihan di kelas dan di rumah kepada siswa, guru masih kurang memperhatikan aspek soal cerita sebagai salah satu bentuk soal latihan di rumah. Guru masih terfokus pada soal-soal latihan yang ada di buku. Hal ini kurang memberi ruang kepada siswa untuk mengembangkan idenya dalam melatih kemampuannya memecahkan masalah yang ada pada soal matematika

berbentuk cerita.

Berdasarkan alasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya soal berbentuk cerita. Hal ini dapat diwujudkan karena guru telah dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Artinya, guru dan siswa telah memiliki pengalaman dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran matematika. Pendekatan Matematika Realistik digunakan karena pendekatan ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari ini akan mengarahkan siswa pada pengertian bahwa matematika bukan hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya. Pemberian pembelajaran matematika yang bermakna kepada siswa dan tidak memisahkan belajar matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan tidak cepat lupa.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka disarankan perlu dilaksanakannya penelitian ini yang merupakan kerjasama antara dosen matematika FKIP Unhalu dengan guru matematika kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita pada Pokok Bahasan Faktor dan Kelipatan Bilangan Melalui Pendekatan Matematika Realistik”.

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “apakah kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan dapat ditingkatkan melalui pendekatan matematika realistik?”

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan-tindakan sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas, yaitu:

(3)

interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri siswa. Pembagian anggota kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan, jenis kelamin, status sosial dan etnis.

2. Memberikan angket untuk diisi oleh siswa sehingga dapat diketahui tanggapan siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika.

3. Mengadakan pembimbingan pada guru matematika SD Negeri 32 Poasia tentang pendekatan matematika realistik khususnya tentang pembelajaran matematika soal cerita.

4. Menyusun perangkat pembelajaran yang mengacu pada karakteristik PMRI yajng secara umum meliputi komponen: tujuan, materi, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan evaluasi.

5. Melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada pendekatan PMRI untuk tiap-tiap siklus tindakan (direncanakan tiga siklus), evaluasi dan refleksi.

6. Tindakan di dalam kelas disesuaikan dengan sintaks implementasi PMRI dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, yaitu:

1. Melaksanakan skenario pembelajaran melalui penyajian masalah yang kontekstual untuk menghubungkan matematika denga dunia sekitar (sebelum siswa masuk pada sistem formal, terlebih dahulu siswa dibawa ke situasi informal).

2. Mengusahakan keterlibatan siswa dengan bantuan guru untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri sesuai materi matematika yang dipelajari.

3. Mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan ke dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.

7. Evaluasi dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran. Evaluasi selama proses pembelajaran dilakukan melalui observasi bagaimana siswa mengkomunikasikan matematika. Sedangkan setelah pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah untuk mengerjakan soal beserta alasannya dan mengajukan soal kepada siswa untuk dikerjakan beserta alasannya. Pada akhir setiap siklus tindakan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Hasil dari evaluasi pada akhir setiap siklus akan direfleksi untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan.

8. Tindakan pada setiap siklus dikatakan berhasil bila telah minimal 80% siswa mencapai nilai paling rendah 6,5.

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 poasia kendari dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan melalui pendekatan matematika realistik.

6. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bererti seperti berikut:

(4)

dapat dikuasai siswa, (2) guru akan terbiasa untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merancang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang baru guna meningkatkan prestasi belajar siswanya, dan (3) guru dapat meningkatkan kemampuan meneliti dan menyusun laporan dalam bentuk karya ilmiah yang baku, sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu, yang lebih kuat dan mendorong terciptanya disposisi matematika (mathematical disposition)

2. Bagi siswa: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan minat, motivasi, dan kemampuannya dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.

3. Bagi dosen: dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan sekolah mitra, dosen akan lebih memahami masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah yang sangat membantu dosen dalam mendidik calon guru matematika di LPTK.

4. Bagi sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

5. Bagi FKIP Unhalu: hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk perbaikan pembelajaran di LPTK, khususnya Program Studi Pendidikan Matematika sebagai lembaga yang mencetak calon guru matematika.

6. KAJIAN PUSTAKA

1. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan.

Dalam proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan yakni kegiatan guru dan kegiatan siswa. Guru mengajar dengan gayanya sendiri dan siswa juga belajar dengan gayanya sendiri. Sebagai guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga belajar memahami suasana psikologis siswanya dan kondisi kelas. Dalam mengajar, guru harus memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga kerelavansian antara gaya-gaya mengajar guru dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif dan kondusif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ametembun (1985) bahwa suatu interaksi yang harmonis terjadi bila dalam prosesnya tercipta keselarasan, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen yaitu guru dan siswa.

Dalam proses edukatif guru harus berusaha agar siswanya aktif dan kreatif secara optimal. Guru tidak harus terlena dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar seperti ini tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan modern. Pendidikan modern menghendaki siswa lebih aktif dalam kegiatan interaktif edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan siswa aktif dalam belajar.

(5)

semua komponen tersebut saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.

Sehubungan dengan diberlakukannya kurikulum 2004, maka salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan adalah pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI). Kemahiran matematia yang diharapkan dapat diwujudkan adalah sebagaimana tertuang dalam peta kompetensi mata pelaaran matematika di kelas VI SD, yaitu (1) menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika (termasuk peran definisi), (2) memecahkan dan menafsirkan masalah soal cerita, dan (3) menghargai matematika sebagai suatu yang berguna dan bermanfaat dalam kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut maka soal cerita merupakan soal yang seharusnya mendapat porsi cukup besar dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Artinya, pembelajaran seharusnya dimulai dengan penggunaan masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita sehingga siswa memiliki kepekaan dalam memahami suatu persoalan dan bagaimana memecahkannya sehingga bermanfaat dalam kehidupannya.

2. Soal Cerita Matematika dan Langkah-lankah Menyelesaikannya

Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal). Menurut Abidia 1989:10), soal cerita adalah soal yang disajian dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Boot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bibot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji (1994:13), soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dilanjutkannya, soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dmaksudkan dalam penelitian ini adalah soal matematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran matematika di kelas VI SD.

Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, siswa harus menguasai hal-hal yang dipelajari sebelumnya, misalnya pemahaman tentang sartuan ukuran luas, satuan ukuran panjang dan lebar, satuan berat, satuan isi, nilai tukar mata uang, satuan waktu, dan sebagainya. Di samping itu, siswa juga harus menguasai materi prasyarat, seperti rumus, teorema, dan aturan/ hukum yang berlaku dalam matematika. Pemahaman terhadap hal-hal tersebut akan membantu siswa memahami maksud yang terkandung dalam soal-soal cerita tersebut.

(6)

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam menyeesaikan suatu soal cerita adaah pemahaman terhadap suatu masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Untuk melakukan hal ini, Hudoyo dan Surawidjaja (1997:195) memberikan petunjuk: (1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat; (2) identifikasikan apa yan diketahui dari masalah tersebut; (3) identifikasikan apa yang hendak dicari; (4) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan; (5) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi (192), bahwa untuk menyelesaikan soal matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah: (1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat; (2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan; (3) membuat model matematika dari soal; (4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut; dan (5) mengembalikan jawaban soal kepada jawaban asal.

Mencermati beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) menentukan hal yang diketahui dalam soal; (2) menentukan hal yang ditanyakan dalam soal; (3) membuat model/kalimat matematika; (4) melakuka perhitungan (menyelesaikan kalimat matematika), dan (5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaa soal.

3. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Istilah matematika realistik semula muncul dalam pembelajaran matematika di negeri Belanda yang dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Pendekatan pembelajaran ini merupakan reaksi terhadap pembelajaran matematika modern (new math) di Amerika dan pembelajaran matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai “mechanistic mathematics education”.

PMRI pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperti halnya pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam PMRI juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan cara (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya.

Dalam pandangan PMRI, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan untuk dirinya sendiri. Peran guru lebih banyak sebagai motivator terjadinya proses pembelajaran, bukan sebagai pengajar atau penyampai ilmu. Ini berarti materi matematika yang disajikan kepada siswa harus berupa suatu “proses” bukan sebagai barang “jadi”.

(7)

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk mengambil keputusan tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.

PMRI sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut pandangan psikologi kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa daripada yang tidak bermakna. Bermakna disini dimaksudkan, bahwa informasi baru mempunyai kaitan dengan informasi yang sudah tersimpan dalam memori. Memori kita menyimpan pengalaman-pengalaman yang memiliki arti bagi kita, yang kontekstual, yang realistik.

PMRI memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik dan kasat mata, namun juga termasuk yang dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian PMRI menggunakan situasi dunia nyata atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, PMRI mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) menggunakan konteks yang nyata sebagai titik awal belajar, (2) menggunakan model sebagai jembatan antara real dan abstrak, (3) belajar dalam suasana demokratis dan interaktif, dan (4) menghargai jawaban informal siswa sebelum mereka mencapai bentuk formal matematika.

Dalam pelaksanaannya, PMRI menganut lima prinsip utama, yaitu: (1) penggunaan konteks, sebagai sumber belajar dalam menemukan kembali ide matematika dan secara bersamaan menerapkan ide tersebut; (2) menggunakan model produksi dan konstruksi siswa; (3) menolak proses yang mekanistik, saling terlepas dan tak bermakna, prosedur rutin, dan sering bekerja individual; (4) siswa bukan penerima informasi, tetapi subyek aktif dalam menemukan kembali; dan (5) menggunakan berbagai teori belajar yang relevan dan saling terkait.

Beberapa keuntungan dalam PMRI antara lain: (1) Melalui penyajian yang kontekstual, pemahaman konsep siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek matematika, dan memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitarnya; (2) siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka tidak takut belajar matematika; (3) siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya; (4) memberi peluang pengembangan potensi dan kemampuan berfikir alternatif; (5) kesempatan cara penyelesaian yang berbeda; (6) melalui belajar kelompok berlangsung pertukaran pendapat dan interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda, dan menumbuhkan konsep diri siswa; dan (7) melalui matematisasi vertikal, siswa dapat mengikuti perkembangan matematika sebagai suatu disiplin.

Dengan melhat keuntungan dalam PMRI di atas mengarahkan kita pada suatu kesimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika siswa akan terbiasa memahami suatu persoalan dengan suatu sudut pandang yang bervariasi sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Potensi siswa akan berkembang baik minat dan motivasinya dalam belajar matematika karena pembelajaran yang dimulai dengan konteks mengarahkan siswa pada pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dipahamkan tentang kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(8)
[image:8.595.72.474.121.610.2]

dalam pembelajaran matematika. Adapun sintaks implementasi matematika realistik (PMRI) adalah:

Tabel 1 Sintaks Implementasi Matematia Realistik (PMRI)

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Guru memberikan siswa masalah

kontekstual Siswa secara sendiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal.

Guru merespon secara positif jawaban siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif.

Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya meminta siswa

mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka

Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut.

Guru mengelilingi siswa sambil memberikan bantuan seperlunya.

Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis. Melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan.

Guru mengenalkan istilah konsep Siswa merumuskan bentuk matematika formal.

Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita beserta jawabanya yang sesuai dengan matematika formal.

Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru

(I Gusti Putu Suharta, 2001)

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Kadir (2005) menyimpulkan bahwa melalui penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari dapat ditingkatkan. Dari hasil penelitiannya juga tergambar adanya peningkatan minat dan motivasi belajar siswa setelah siswa di ajar dengan pendekatan PMRI.

Hasil penelitian Ahmad Fauzan (2001) tentang pengembangan dan implementasi protype I dan II perangkat pembelajaran geometri untuk siswa kelas IV SD berdasarkan pendekatan

(9)

ditemukan banyak kendala seperti siswa mengalami kesulitan untuk memahami contextual problem, tidak terbiasa bekerja berkelompok, sangat tergantung kepada guru, tidak aktif dan kreatif, sangat lemah dalam penalaran dan penguasaan konsep-konsep yang sudah dipelajari, hanya tertarik pada hasi akhir dan mengabaikan proses untuk menemukan jawaban. Setelah dilakukan beberapa usaha diperoleh bebarapa perubahan positif pada siswa. Usaha dimaksud adalah: mengadakan diskusi sebelum siswa memecahkan contextual problem, membuat catatan-catatan pada buku latihan siswa, dan tidak memberi nilai maksimal kepada siswa yang tidak memberi alasan untuk jawabannya. Beberapa perubahan psotif yang didapat adalah siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, kemampuan siswa dalam memahami soal cerita semakin baik, beberapa siswa menunjukkan kemajuan yang baik dalam penalaran, dan hasil postes lebih baik daripada hasil pretes pada semua kelompok siswa yang diteliti.

5. Keranga Berpikir

Pendekatan Pendidika Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan

menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajara. Melalui matematisasi horizontal-vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Seanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-kosep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain pembelajaran PMRI mengarahkan siswa pada belajar dengan bermakna.

Kebermaknaan yang timbul sebagai akibat pembelajaran PMRI akan memberi peluang kepada siswa mengembangkan potensi dan kemampuan berpikir alternatif, mengembangkan cara penyelesaian berbeda terhadap suatu permasalahan, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari serta saling hormat menghormati dan menumbuhkan konsep diri yang kesemuanya itu mengarah kepada peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan setiap soal matematika bahkan dalam aplikasinya dengan kehidupan sehari-hari atau bidang lainnya.

Soal-soal matematika yang digunakan sebagai gambaran kehidupan sehari-hari atau aplikasinya dalam bidang lain ini tertuang dalam bentuk-bentuk soal cerita atau masalah kontekstual. Soal yang disusun dalam bentuk kalimat verbal tersebut memungkinkan siswa menggunakan daya imajinasi dan kreativitasnya serta ide dan nalarnya untuk

mengemukkakan berbagai alternatif pemecahan soal-soal tersebut. Jika siswa dibina dengan membiasakannya menyelesaikan soal-soal seperti ini, di mana siswa merasakan manfaat matematika dalam kehidupannya sehari-hari, maka tentu kemampan nalar, ide dan

kreativitasnya dalam pembelajaran akan meningkat. Meningkatnya aktifitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh siswa berupa perubahan kemampuan matematika siswa sebagai akibat dari proses interaksi siswa dengan lingkungannya ini disebut hasil belajar matematika siswa. Artinya, semakin baik pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik akan semakin meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

6. Hipotesis Tindakan

(10)

kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan faktor dan kelipatan bilangan dapat ditingkatkan”.

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN 1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kota Kendari sebagai sekolah mitra, dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang yang terdiri dari 12 orang siswa pria dan 12 orang siswa wanita. Pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007 selama 8 bulan.

2. Faktor yang Diselidiki

Untuk menjawab permasalahan di atas, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki, yaitu:

1. Faktor siswa: yaitu dengan melihat apakah tingkat kemampuan siswa pada pokok bahasan bilangan cacah dan bilangan pecahan berada dalam kategori rendah, sedang atau tinggi ?

2. Faktor guru: yaitu dengan memperhatikan bagaimana persiapan materi dan kesesuaian pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di kelas.

3. Faktor sumber pelajaran: yaitu dengan memperhatikan sumber pelajaran yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, demikian pula latihan-latihan yang diberikan, apakah sudah berjenjang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa serta dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan pendekatan matematika realistik yang digunakan.

3. Rencana Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus tindakan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Bila target ketuntasan belajar klasikal, yaitu minimal 80 % siswa tidak mencapai nilai paling rendah 6,5, maka dilaksanakan siklus tambahan.

4. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal berupa tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan di samping observasi. Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, yaitu melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas ini dengan prosedur sebagai berikut.

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

1. Membuat skenario pelaksanaan tindakan.

(11)

3. Membuat kuesioner: untuk mengumpulkan data tentang tanggapan siswa mengenai pelaksanaan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran.

4. Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep matematika dengan baik.

5. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa. b. Pelaksanaan tindakan

Tindakan yang telah dirancang dilaksanakan oleh satu orang guru matematika kelas VI SD Negeri 32 Poasia. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan matematika realistik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses observasi dilakukan oleh dua orang dari tim peneliti untuk mengamati guru dalam kelas selama melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Pengamatan juga dilakukan terhadap prilaku dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.

d. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Evaluasi tersebut ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan yang diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes hasil belajar yang disusun peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 80 % siswa telah mencapai nilai paling rendah 6,5, maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.

e. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

5. Data dan Cara Pengambilannya

1. Sumber data: personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru.

2. Jenis data: data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar dan data kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi, kuesioner, dan jurnal.

3. Cara pengambilan data:

1. Data situasi pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil dengan menggunakan lembar observasi.

2. Data tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil dengan menggunakan kuesioner.

3. Data refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas, diambil dengan menggunakan jurnal.

4. Data tentang hasil belajar matematika siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.

6. Indikator Kerja

(12)

mendapatkan nilai paling rendah 6,5, maka siklus selanjutnya tidak dilaksanakan karena indikator keberhasilan telah tercapai.

J. BIAYA PENELITIAN 1. Biaya Perencanaan

a. Observasi lokasi penelitian (3 orang, 3 hari)

Konsumsi : 3x3xRp. 17.500

Rp 157.500

Transportasi : 1x3xRp. 20.000 Rp 60.000

b. Wawancara dengan guru (3 orang, 1 hari)

Konsumsi : 3x1xRp. 17.500 Rp 52.500

Transportasi : 1x1xRp. 20.000 Rp 20.000

c. Diskusi hasil observasi da wawancara

dengan guru (3 orang, 2 hari)

Konsumsi : 3x2xRp. 17.500

Rp 105.000

Transportasi : 3x2xRp. 20.000 Rp 120.000

Jumlah (1) Rp. 515.000 2. Biaya Persiapan

a. Rapat persiapan pembuatan instrumen penelitian (3 orang,10hari)

Konsumsi : 3x1xRp. 17.500 Rp 52.500

Transportasi : 3x1xRp. 20.000 Rp 60.000

b. Pembuatan scenario pembelajaran, lembar

Observasi, dan kuesioner (3 orang, 10 hari)

Konsumsi : 3x10xRp. 17.500

Rp 525.000

Transportasi : 3x10xRp. 20.000

(13)

c. Pembuatan alat bantu, evaluasi, dan jurnal (3 orang, 10 hari)

- Konsumsi : 3x10xRp. 17.500 Rp 630.000

- Transportasi : 3x10xRp. 20.000

Rp 600.000

Jumlah (2) Rp 2.467.500 3. Biaya Pembelian ATK

a. Kertas duplikator 5 rim, @ Rp. 25.000

Rp 125.000

b. Kertas bergaris 5 rim, @ Rp. 30.000,-

Rp. 150.000

c. Kertas Komputer 2 ply 2 dos, @RP. 300.000 Rp 600.000

d. Kertas Ukuran A4 4 rim, @ Rp. 30.000

Rp 120.000

e. Pita komputer 3 buah, @ Rp. 35.000

Rp 105.000

f. Refill Tinta Printer 3 buah, @ Rp. 27.500 Rp 82.500

g. Catridge 1 buah (hitam)

Rp. 125.000

h. Cartrige 1 buah (warna)

Rp. 150.000

i. Spidol Whiteboard 2 box, @ 85.000,- Rp. 170.000

j. Karton manila 20 lembar @ Rp. 7.500

Rp. 150.000

k. Tip Ex 2 buah @ Rp. 7.500 Rp. 15.000

l. Balpoint 1 lusin Rp. 20.000

m Pensil 1 lusin Rp. 10.000

n. Isolasi 2 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000

(14)

p. Paku tinis 5 dos @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000

q. Lem kertas 1 buah Rp. 5.000

Jumlah (3) Rp 1.877.500 4. Biaya Operasional

Rincian biaya berikut untuk setiap siklus (selama tiga siklus)

(1) Perencanaan tindakan, observasi awal dan rapat tim peneliti

(3 orang, 1 hari): 3x1xRp. 125.000 Rp 375.000

(2) Biaya implementasi tindakan untuk 2 orang : 2xRp. 125.000 Rp 250.000

(3) Biaya observasi dan evaluasi: 3xRp. 100.000 Rp 300.000

(4) Biaya analisis dan refleksi : 3xRp. 100.000 Rp 300.000

Jumlah Rp 1.225.000 Biaya 1 siklus Rp. 1.225.000

Jadi biaya 3 siklus : 3xRp. 1.225.000 Jumlah (4) Rp 3.675.000 5. Honor selama 8 bulan

a. Honor 1 orang ketua peneliti: 8x1xRp. 200.000 Rp 1.600.000

b. Honor 2 orang anggota peneliti: 8x2xRp. 150.000 Rp 2.400.000

Jumlah (5) Rp 4.000.000 6. Biaya seleksi internal, semnar local, publikasi,

dan diseminasi hasil penelitian Rp 960.000

Jumlah (6) Rp 960.000 7. Biaya pelaporan

a. Penyusunan draft laporan penelitian (3 orang, 1 hari)

Konsumsi : 3x1xRp. 17.500 Rp 52.500

Transportasi : 3x1xRp. 20.000 Rp 60.000

(15)

Konsumsi : 3x10xRp. 17.500 Rp 525.000

Transportasi : 3x10xRp. 20.000 Rp 600.000

d. Penggandaan laporan: 14 x 50 x Rp. 150 Rp. 105.000

d. Penjilidan laporan 15 examplar: 15xRp.7.500 Rp. 112.500

e. Pengiriman laporan ke Jakarta Rp 50.000

Jumlah (7) Rp 1.505.000 Rekapitulasi:

1. Biaya perencanaan = Rp 515.000

= Rp 1.877.5004. Baiaya operasional= Rp 3.675.0002. Biaya

persiapan = Rp 2.467.500

5. Honorarium3. Biaya pembelian ATK = Rp 4.000.000

6. Biaya seleksi internal, seminar lokal, publikasi, dan = Rp 960.000

Diseminasi hasil penelitian

7. Biaya pelaporan = Rp 1.505.000

Jumlah = Rp 15.000.000 (Lima belas juta rupiah)

K. PERSONALIA PENELITIAN

Personalia penelitian dan waktu yang disediakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ketua peneliti : Drs. La Misu, M.Pd.

Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari Waktu yang disediakan: 15 jam/minggu

Anggota Peneliti 1 : Hartana, S.Pd.

Guru kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari Waktu yang disediakan: 10 jam/minggu Anggota Peneliti 2 : Hidayah, A.Ma. Guru kelas V SD Negeri 32 Poasia Kendari Waktu yang disediakan: 10 jam/minggu

(16)

Pada tahap perencanaan: ketua peneliti, bersama dengan anggota peneliti 2 melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh anggota peneliti 1. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh anggota peneliti 1 sebelum penelitian ini dilaksanakan. Observasi dilaksanakan dalam beberapa kali pelaksanaan pembelajaran matematika (direncanakan 3 kali). Untuk lebih memantapkan hasil observasi yang dilakukan juga dilakukan wawancara dengan anggota peneliti 1. Hasil observasi dan wawancara kemudian didiskusikan oleh ketua, dan kedua anggota peneliti sehingga diputuskan langkah pemecahan permasalahan pembelajaran yang ditemukan. Hasil diskusi tersebut kemudian dibuat dalam bentuk pra proposal.

Pada tahap persiapan, ketua tim peneliti bersama anggota 1 dan 2 merancang skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMRI, lembar observasi, alat bantu pembelajaran, kuosioner, alat evaluasi, dan jurnal. Hasil keseluruhan perancangan tersebut kemudian didiskusikan kembali sehingga anggota 1 sebagai guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PMRI dapat memahami secara mendalam langkah-langkah pembelajaran dengan PMRI, sedang anggota 2 dapat memahami apa-apa yang harus diobservasi selama anggota 1 melaksanakan pembelajaran. Di samping itu juga supaya ada kesepahaman langkah dalam menggunakan berbagai perangkat yang digunakan dalam penelitian ini.

Pada tahap pelaksanaan, anggota peneliti 1 melaksanakan pembelajaran sesuai skenario yang telah dibuat, dan anggota peneliti 2 melakukan observasi yang pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran ditemani oleh ketua peneliti. Hasil observasi terhadap setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian didiskusikan oleh tim peneliti sekaligus mengecek beberapa kelemahan yang dilakukan dalam setiap pembelajaran oleh anggota peneliti 1. Dari hasil diskusi tersebut kemudian anggota peneliti 1 melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.

Pada tahap monitoring, ketua dan anggota peneliti mendiskusikan berbagai hal sehubungan dengan penelitian ini sehingga diperoleh kesamaan langkah sesuai dengan rencana pelaksanaan penelitian yang telah direncanakan termasuk menyiapkan berbagai perangkat penelitian.

Pada tahap akhir/pelaporan, ketua peneliti mengumpulkan semua data yang telah dikumpulkan oleh anggota peneliti 1 dan 2 untuk ditabulasi dan dianalisis. Hasil tabulasi dan analisis kemudian dianalisis kembali oleh tim sehingga dapat ditemukan kelemahan dan keunggulan pelaksanaan penelitian ini. Di samping itu juga untuk menentukan bentuk draft laporan penelitian sesuai dengan petunjuk/pedoman laporan PTK tahun 2006. Draft laporan tersebut kemudian disepakati sebagai bentuk laporan akhir yang akan diseminarkan oleh ketua peneliti didampingi oleh anggota peneliti 1 dan 2. Laporan yang dikoreksi dari pelaksanaan seminar kemudian diperbaiki oleh ketua peneliti untuk dijadikan laporan akhir. Laporan akhir ini kemudian digandakan dan dijilid untuk kemudian ditanda tangani sebagai laporan akhir pelaksanaan PTK yang akan dikirim ke Jakarta.

L. DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Mini Jaya. 2001. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004. Bab VII Pembangunan Pendidikan.

Mini Jaya Abadi, Jakarta.

(17)

Ametembun, N.A. 1985. Kerelevansian Gaya-Gaya Mengajar dan Belajar (Suatu Tinjauan Analitik). FIP-IKIP Bandung, Bandung.

Ametembun, N.A. 2000. Beberapa Model Pembelajaran dan Strategi Mengajar dalam Pembelajaran Matematika. Depdiknas, Jakarta.

Anonim. 1999. Penelitian Tindakan Kelas; Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. TIM Pelatih Proyek PGSM, Jakarta.

Anonim, 2000, Beberapa Model Pembelajaran dan Strategi Mengajar dalam Pembelajaran Matematika, Depdiknas, Jakarta.

Anonim, 2002, Model-Model Pembelajaran, Depdiknas, Jakarta.

As’ari, A.R. 2000. Pembelajaran Matematika yang Demokratis. Universitas Negeri Malang. Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Budiarto, Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 1 Dirjen Depdiknas, Jakarta. Budiarto, Mega Teguh, dkk. 2004. Matematika Buku 3. Dirjen Depdiknas, Jakarta. De Lange, J. 1987. Mathematics, Insight and Meaning. OW & Co, Utrecht.

---. 1995. Assesment: no chance without problems, In Romberg, TA. (Ed). Reform in school mathematics and authentic assessment. Suny Press, New York.

Depdikbud. 1982/1983. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Ditjen-Dikti Depdikbud, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Djamamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta, Jakarta.

Fauzan, Ahmad. 2001. Pengembangan dan Implementasi Prototype I dan II Perangkat Pembelajaran Geometri untu Siswa Kelas 4 SD Menggunakan Pendekatan RME, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), 24 Pebruari 2001.

Freudenthal, H. 1973. Mathematics as an Educational Task. Reidel Publishing, Dordrecht ---. 1994. Revisiting Mathematics Education. Reidel Publishing, Dordrecht

Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematic Education. Freudenthal Institute, Utrecht.

Haji, Saleh, 1994. Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas VI SD Negeri Percobaan Surabaya. Tesis, PPS IKIP Malang.

Hartadji Nursyafi’i dan Ma’nar. 2001. Laporan Pengembangan dan Ujicoba Perangkat Contextual Teaching and Learning Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Aritmetika Sosial. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.

Hudoyo, Herman, 1988, Belajar Mengajar Matematika, P2LPTK. Jakarta.

Hudoyo, Herman dan Surawidjaja, A. 1996/1997. Matematika. Bagian P3GSD Ditjen-Dikti Depdikbud, Jakarta.

Joyce, B. and Weill, M. 1980. Models of Teaching. Prentice Hall Inc., New Jersey

Kadir, 2005. Strategi Pengembangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Matematika.

Makalah disampaikan pada Sosialisasi KBK bagi Guru-Guru Matematika MTs DEPAG se Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari, 29 Juni – 1 Juli 2005.

M. Nur. 2000. Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sain dan Matematika Sekolah. PPs Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.

N.K. Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.

Polya, George. 1980. On Solving Mathematical Problem in High School, dalam Krulik, Stephen dan Reys, Robert E. (Eds.) Problem Solving in School Mathematics. NCTM, Reston-Virginia.

(18)

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. A Simon and Schuster Company, Massachusetts. Soekamto, T., Wardani, I.G.A.K., dan Winataputra, U.S. 1993. Prinsip Belajar dan Pembelajaran, Bahan Ajar PEKERTI P2LPTK, Jakarta.

Soekamto, T., dan Winataputra, U.S., 1997. Teori Belajar dan model-model Pembelajaran,

Bahan Ajar PEKERTI P2LPTK, Jakarta.

Suharta, I Gusti Putu. 2001. Pembelajaran Pecahan dalam Matematika Realistik. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Pebruari 2001.

Gambar

Tabel 1 Sintaks Implementasi Matematia Realistik (PMRI)

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Pengukuran dengan Metode Pembelajaran Problem Posing Siswa Kelas IV Semester 2 MI Roudlotul Huda

Adapun basil penelitian yaitu penerapan pendekatan metakognitif PQ4R dapat digunakan untuk mengungkapkan kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan soal cerita

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: (l) Meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) melalui pendekatan inquiry siswa kelas

Berdasarkan hasil analisis data 5 siswa yang menjadi subyek penelitian dan perhitungan persentase siswa yang melakukan kesalahan terhadap 35 siswa kelas VIII E yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan kesalahan yang dilakukan siswa kelas XII IPS SMA Tribhakti Tanggulangin dalam menyelesaikan soal cerita

Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang, Volume 1 No. Berdasarkan dari hasil observasi dan pengamatan yang telah dilakukan, maka penulis melakukan penelitian tindakan

Memberikan informasi kepada guru matematika mengenai kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal peluang, sehingga guru dapat mencari sebab

Kesulitan belajar yang menyebabkan terjadinya kesalahan tahap II yang dilakukan siswa kelas VII G SMP Muhammadiyah 5 Surakarta dalam menyelesaikan soal matematika