• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEGUNAAN PRODUK DAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP NILAI PELANGGAN PADA PRODUK “NUTRISARI” DI SURABAYA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEGUNAAN PRODUK DAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP NILAI PELANGGAN PADA PRODUK “NUTRISARI” DI SURABAYA TIMUR."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEGUNAAN PRODUK DAN ATRIBUT PRODUK

TERHADAP NILAI PELANGGAN PADA PRODUK

“NUTRISARI” DI SURABAYA TIMUR

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

0512010370 / FE / EM

DONI SETIAWAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(2)

S K R I P S I

Oleh :

0512010370 / FE / EM

DONI SETIAWAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(3)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KEGUNAAN PRODUK DAN ATRIBUT PRODUK

TERHADAP NILAI PELANGGAN PADA PRODUK

“NUTRISARI” DI SURABAYA

Yang Diajukan :

0512010370 / FE / EM

DONI SETIAWAN

Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :

Pembimbing

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Tanggal : ……….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

TERHADAP NILAI PELANGGAN PADA PRODUK

“NUTRISARI” DI SURABAYA

Yang Diajukan :

0512010370 / FE / EM

DONI SETIAWAN

Telah Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh :

Pembimbing

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Tanggal : ……….

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(5)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kegunaan Produk Dan Atribut Produk Terhadap Nilai Pelanggan Pada Produk Nutrisari Di Surabaya” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur, dan Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

ini.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang

(6)

ii

5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Maret 2010

(7)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 8

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 9

2.2.3. Konsep Pemasaran ... 10

2.2.4. Tujuan Pemasaran ... 11

(8)

iv

2.2.8. Pengaruh Kegunaan Produk Dengan Nilai Pelanggan 18

2.2.9. Pengaruh Atribut Produk Dengan Nilai Pelanggan ... 19

2.3. Kerangka Konseptual ... 21

2.4. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23

3.1.1. Definisi Operasional ... 23

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 24

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 25

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.3.1. Jenis Data ... 26

3.3.2. Sumber Data ... 26

3.3.3. Pengumpulan Data ... 26

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 27

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 27

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 28

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 28

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 28

(9)

v

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) .... 29

3.4.5. Uji Hipotesis ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 34

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 34

4.1.2. Deskripsi Kegunaan Produk (X1 4.1.3. Deskripsi Atribut Produk (X ) ... 35

2 4.1.4. Deskripsi Nilai Pelanggan (Y) ... 37

) ... 36

4.2. Analisis Data ... 39

4.2.1. Uji Outliers Multivariate ... 39

4.2.2. Uji Reliabilitas ... 40

4.2.3. Uji Validitas ... 42

4.2.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted .. 43

4.2.5. Uji Normalitas ... 44

4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 44

4.2.7. Uji Kausalitas ... 46

4.3. Pembahasan ... 47

4.3.1. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kegunaan Produk Terhadap Nilai Pelanggan ... 47

(10)

vi

5.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Brand Value (BV) Minuman Serbuk Periode Tahun 2006 -2008 3

Tabel 1.2 Tingkat Kepuasan Konsumen Beberapa Minuman Serbuk Pada

Tahun 2008 ... 4

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 35

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kegunaan

Produk (X1) ... 36

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Atribut Produk

(X2) ... 37

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Nilai Pelanggan

(Y) ... 38

Tabel 4.6. Residuals Statistics ... 40

Tabel 4.7. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 41

Tabel 4.8 Standardize Faktor Loading dan Construct dengan

Confirmatory Factor Analysis ... 42

Tabel 4.9 Construct Reliability dan Variance Extracted ... 43

Tabel 4.10. Assessment Of Normality ... 44

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Base Model ... 46

(12)

viii

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 21

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Kegunaan Produk, Atribut

Produk Dan Nilai Pelanggan, Model: One Step Approach –

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Kegunaan Produk (X1),

Atribut Produk (X2), Dan Nilai Pelanggan (Y)

(14)

x Oleh :

Doni Setiawan

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan pada minuman serbuk Nutrisari. Fenomena yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah semakin menurunnya nilai pelanggan. Berdasarkan Indonesian Best Brand tentang nilai brand value minuman serbuk periode tahun 2006 -2008 menunjukkan bahwa dari tahun 2007 - 2008, telah terjadi penurunan brand value pada produk Nutrisari dari 41,8 pada tahun 2007 menjadi 28,8 pada tahun 2008. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh semakin menurunnya penilaian pelanggan terhadap kualitas produk minuman serbuk merek Nutrisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegunaan produk dan atribut produk terhadap nilai pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya.

Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data. Pengambilan sampel didasari asumsi SEM yaitu 5 – 10 kali parameter yang diestimasi. Pada penelitian ini ada 9 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi maksimal 90 responden. Dikarenakan jumlah sampel minimal tidak terpenuhi, maka pedoman ukuran sampel mengikuti teknik maximum likehood yang menyatakan bahwa ukuran sampel antara 100 – 200, sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 100 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kegunaan produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya, dan atribut produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menuju era perdagangan bebas, maka indonesia harus

mampu bersaing dengan negara lain baik dari sisi kualitas sumber daya manusia

maupun dari kualitas barang. Sebagai negara sedang berkembang maka saat ini

Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang terutama

dalam sector Agro bisnis, tujuan pembangunan sendiri mengarah pada pencapaian

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat adil dan merata, dimana setiap orang

memiliki penghasilan yang layak.

Untuk bertahan hidup, berkembang dan dapat bersaing maka perusahaan

harus menetapkan dan menerapkan strategi serta cara pelaksanaan pemasaran

pada perusahaannya. Perusahaan juga harus selalu memperhatikan manfaat dan

kegunaan produk tersebut bagi konsumen jika nantinya telah digunakan atau

dikonsumsi oleh konsumen, serta atribut-atribut yang melekat pada produk

tersebut yang kemungkinan tidak dimiliki produk lain yang sejenis. Beberapa

manfaat dan kegunaan produk yang diperhatikan oleh konsumen meliputi

besarnya manfaat ketika mengkonsumsi produk, manfaat yang dirasakan setelah

mengkonsumsi produk, dan manfaat pada kebutuhan untuk bersosialisasi dan

bermasyarakat.

Menurut Thamrin (2003; 143) bahwa kegunaan produk dapat diartikan

(16)

tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan atribut produk dapat

diartikan sebagai keseluruhan bagian-bagian produk yang memiliki kemampuan

serta memberikan keuntungan dan dapat memberikan memuaskan kebutuhan yang

terdiri dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan desain produk

Hubungan kegunaan produk dengan nilai pelanggan seperti diungkapkan

oleh Thamrin (2003; 143) bahwa persepsi kegunaan produk yang tinggi di mata

konsumen merupakan indikasi kualitas produk yang tinggi pula. Kualitas produk

merupakan salah satu faktor pembentuk nilai pelanggan dalam pandangan

konsumen. Nilai suatu produk merupakan kualitas produk yang dinikmati

konsumen dengan pengorbanan sejumlah uang atau sumber daya yang lain.

Kualitas yang tinggi yang mengindikasikan kegunaan produk yang tinggi pula

adalah merupakan salah satu faktor penting untuk menciptakan nilai konsumen

yang tinggi.

Sedangkan hubungan atribut produk dengan nilai pelanggan seperti

diungkapkan oleh Thamrin (2003) bahwa keunggulan bersaing dapat ditimbulkan

melalui atribut produk atau pembedaan ciri khas sebuah produk. Dua produk yang

memiliki fungsi yang sama di mata produsen belum tentu sama di mata

konsumen. Karena itu konsumen akan lebih puas terhadap produk yang memiliki

atribut atau ciri khas tertentu yang dianggapnya lebih bernilai.

Fenomena yang dihadapi oleh perusahaan yang memproduksi minuman

serbuk Nutrisari adalah semakin menurunnya nilai pelanggan. Menurut Thamrin

(17)

3

kegunaan suatu produk berdasarkan atas apa yang diterima dan apa yang

dikorbankan.

Berikut ini akan disajikan hasil penjualan produk minuman serbuk

menurut Indonesian Best Brand mulai Tahun 2006 -2008.

Tabel 1.1

Brand Value (BV) Minuman Serbuk Periode Tahun 2006 -2008

Periode Brand Value

Tahun 2006

Berdasarkan tabel 1,1, dapat diketahui bahwa selama 2 tahun terakhir dari

tahun 2006 - 2008, telah terjadi penurunan brand value pada produk Nutrisari dari

205,9 menjadi 28,8. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh semakin

menurunnya penilaian pelanggan terhadap kualitas produk minuman serbuk

merek Nutrisari.

Penurunan nilai brand value pada produk Nutrisari menunjukkan bahwa

persepsi nilai pelanggan pada produk Nutrisari juga turun. Brand value

merupakan nilai suatu merek, yang biasanya dijadikan panduan atau tolak ukur

oleh para pemasar dan pemilik merek. Dengan demikian nilai merek tersebut

diharapkan dapat menjadi ukuran suatu merek. Brand value bukan sekedar bisa

(18)

melainkan juga bisa mengikuti naik turunnya kekuatan dan kinerja merek mereka

dari tahun ke tahun.

Penurunan nilai brand value Nutrisari tersebut didukung dengan tingkat

kepuasan konsumen terhadap Nutrisari yang menempati urutan ketiga. Hal ini

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Tingkat Kepuasan Konsumen Beberapa Minuman Serbuk Pada Tahun 2008

Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa pada tahun 2008, tingkat

kepuasan terhadap Minuman Serbuk Nutrisari menempati urutan ketiga (Sumber:

SWA, 18 / XXIV / 21 Agustus – 3 September 2008).

Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian berjudul:

“Pengaruh kegunaan produk dan atribut produk terhadap nilai pelanggan pada

produk Nutrisari di Surabaya”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari

(19)

5

1. Apakah kegunaan produk mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai

pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya?

2. Apakah atribut produk mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai

pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kegunaan produk terhadap nilai pelanggan pada

produk Nutrisari di Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh atribut produk terhadap nilai pelanggan pada

produk Nutrisari di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman secara praktik di bidang pemasaran khususnya

mengenai teoritik kegunaan produk, atribut produk, dan nilai pelanggan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang menjadikan

pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan nilai

(20)

3. Bagi Universitas

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan

menambah perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan

bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan masalah

(21)

7 BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Sylvia Denada Thamrin (2003) dengan judul “Studi Mengenai Proses Adopsi

Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Produk “Xon-Ce” di Surabaya”.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap pengembangan

minat beli dalam proses adopsi konsumen pasca masa tayang iklan produk

Xon-Ce. Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan snowball

sampling. Sampel yang digunakan adalah 152 responden yang pernah

membeli dan mengkonsumsi produk tablet hisap Xon-Ce, dan pernah melihat

iklan Xon-Ce di televise dan masih ingat dengan iklannya. Jumlah responden

tersebut berdasarkan asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu antara 100 –

200 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan,

memori iklan, nilai pelanggan, serta atribut produk secara langsung maupun

tidak langsung dapat mempengaruhi minat beli ulang konsumen.

2. Adi Santoso Budiman (2003) dengan judul “Minat Mereferensikan Dalam

Proses Adopsi Konsumen Pasca Masa Edukasi Pasar Fitur GPRS IM3 Smart

di Surabaya”. Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan

snowball sampling. Sampel yang digunakan adalah para pengguna kartu

(22)

mahasiswa dan para professional muda yang biasanya memiliki mobilitas

yang tinggi, dan berusia 20-30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Pertama, ditinjau dari indirect efect, konstruk - konstruk kegunaan produk,

kemudahan penggunaan produk, pengaruh pergaulan sosial mempunyai efek

tidak langsung yang positif terhadap minat mereferensikan. Kedua, persepsi

pelanggan terhadap variable observasi cukup tinggi, dan konsumen

merasakan bahwa selama proses edukasi pasar konsumen merasa didukung

oleh informasi dan bantuan dalam pengoperasian produk yang baik.

Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis Structural

Equation Models (SEM) sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil

pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang

ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada

intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Berikut ini dikutip beberepa definisi tentang pemasaran

yang dikemukakan beberapa ahli pemasaran :

Swasta (1999: 5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan

(23)

9

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Kotler (1997: 8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial

dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur

pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta

mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang

membutuhkannya.

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan

kegiatan-kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung proses pertukaran yang

efisien dan efektif. Definisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli

dalam pemasaran.

Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Swasta

dan Handoko (2000:4) adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan

pasar yang dituju denga maksud untuk mencapai tujuan perusahaaan. Titik berat

(24)

keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan

distribusi yang efektif untuk memberi tahu, mendorong serta melayani pasar.

Kotler dan Amstrong (1997:13) adalah bahwa manajemen pemasaran

sebagai analsis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang

dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang

menguntungkan dengan target pembeli dengan mencapai sasaran organisasi. Jadi

manajemen pemasaran termasuk menata-olah permintaan yang akhirnya termasuk

menata-olah hubungan demi pelanggan.

2.2.3. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa kunci sukses untuk

keberhasilan tujuan perusahaan adalah dengan mengutamakan pada pemuasan

kebutuhan dan keinginan konsumen melalui cara yang lebih efektif dan lebih

efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Menurut Kotler dan Amstrong (1997: 17) mengemukakan bahwa konsep

pemasaran merupakan falsafah manajemen pemasaran yang berkeyakinan bahwa

pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih

efektif dan efisien ketimbang pesaing.

Peter dan Olson (1996:3) menyatakan bahwa perusahaan harus memahami

dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta pelayanan yang

(25)

11

Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001: 6) adalah

alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi dalah memuaskan

kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan.

Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung

pada agresifnya tenaga penjual tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk

membeli suatu produk, bahkan apa yang konsumen pikirkan itulah yang mereka

beli-nilai yang mereka persepsikan-definisi suatu bisnis.

Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) terdiri

dari sebagai berikut :

1. Fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi dapat

membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para pesaing

2. Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya

produksi untuk memuaskan kebutuhan ini.

3. Pencapaian tujuan jangka panjang bagi organisasi dengan memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen secara hukum dan bertanggung jawab.

2.2.4. Tujuan Pemasaran

Ada empat tujuan pemasaran atau sasaran alternatif yang diajukan menurut

Kotler dan Armstrong (1997: 17):

1. Memaksimalkan konsumsi

Banyak eksekutif bisnis percaya bahwa jabatan pemasaran semestinya dapat

mendorong konsumsi maksimum, yang pada gilirannya akan menciptakan

(26)

2. Memaksimalkan kepuasan konsumen

Pandangan lain menyatakan bahwa sistem pemasaran adalah untuk

memaksimalkan kepuasan konsumen, bukan jumlah konsumsinya.

3. Memaksimalkan pilihan

Memaksimalkan ragam produk dan pilihan konsumen akan memungkinkan

konsumen mendapatkan barang yang benar-benar memuaskan selera mereka.

4. Memaksimalkan mutu kehidupan

Mutu kehidupan ini tidak hanya mencakup kualitas, kuantitas, ketersediaan

dan harga barang, tetapi juga mutu lingkungan fisik dan budaya.

2.2.5. Kegunaan Produk

Dalam proses adopsi konsumen, setelah konsumen mengetahui tentang

keberadaan produk baru, maka secara rasional konsumen akan melihat kegunaan

produk bagi dirinya. Apabila konsumen merasa produk tersebut dapat

memberikan manfaat yang sesuai dnegan yang diharapkannya, maka konsumen

akan merasa bahwa produk tersebut memiliki nilai yang tinggi bagi dirinya.

Kegunaan produk bagi konsumen merupakan derajad kepercayaan

konsumen bahwa dalam penggunaan produk atau jasa tertentu akan membawa

peningkatan terhadap kinerja pekerjaannya. Persepsi kegunaan produk tersebut

meliputi kegunaan produk pada efektifitas kerja, kegunaan produk pada

produktifitas dan penghematan waktu, dan pentingnya produk atau sistem pada

(27)

13

Oliver (1997; 167) dalam Thamrin (2003; 143) mengatakan bahwa

kegunaan suatu produk atau jasa merujuk pada kemampuan produk atau jasa

tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Manfaat suatu produk dapat

dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Experiental benefits, adalah manfaat yang dirasakan ketika menggunakan

produk tersebut.

2. Functional benefits, adalah manfaat yang lebih intrinsik dirasakan contohnya

produk mobil yang bermesin diesel hemat biaya bahan bakarnya.

3. Symbolic benefits, adalah manfaat yang berhubungan dengan kebutuhan yang

mendasari untuk bermasyarakat dan menunjukkan aktualisasi diri.

Swanson (1987) berpendapat bahwa dalam memutuskan untuk

menggunakan suatu produk atau jasa, konsumen akan mempertimbangkan antara

kegunaan yang diperoleh dengan pengorbanan untuk menggunakan produk

tersebut. Bila konsumen tidak mempersepsikan produk atau jasa yang mereka

gunakan tersebut berguna, maka mereka tidak akan menggunakannya (Budiman,

2003)

Kualitas produk merupakan salah satu faktor pembentuk nilai pelanggan

dalam pandangan konsumen. Nilai suatu produk merupakan kualitas produk yang

dinikmati konsumen dengan pengorbanan sejumlah uang atau sumber daya yang

lain. (Oliver, 1997; 167). Kualitas yang tinggi merupakan salah satu faktor

penting untuk menciptakan nilai konsumen yang tinggi (Naumann, 1995; 15).

Dengan kata lain persesi kegunaan produk di mata konsumen yang tinggi

(28)

Gefen dan Straub (2000) menemukan bahwa kegunaan produk dalam

persepsi konsumen berpengaruh terhadap minat menggunakan produk. Oliver

(1997;167) mengatakan bahwa kegunaan suatu produk atau jasa merujuk pada

kemampuan produk atau jasa tersebut memenuhi kebutuhan konsumen.

Konsumen akan melakukan perbandingan antara kinerja produk menurut persepsi

mereka dengan harapan mereka. Suatu produk dapat memuaskan konsumen bila

dinilai dapat memenuhi atau melebihi harapannya. Dalam hal ini dikatakan bahwa

produk tersebut mempunyai quality of design yang tinggi. (Budiman, 2003)

Menurut Thamrin (2003; 146) bahwa kegunaan produk (X1) dibentuk oleh

3 Indikator, antara lain :

1. Besarnya manfaat yang dirasakan konsumen ketika mengkonsumsi produk.

2. Manfaat yang lebih intrinsik yang dirasakan setelah mengkonsumsi produk.

3. Manfaat pada kebutuhan untuk bersosialisasi / bermasyarakat.

2.2.6. Atribut Produk

Atribut produk adalah keseluruhan bagian-bagian produk yang memiliki

kemampuan serta memberikan keuntungan dan dapat memberikan / memuaskan

kebutuhan yang terdiri dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan desain produk.

Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk menunjukkan berbagai

fungsi termasuk ketahanan, keterandalan, ketepatan dan kemudahan dalam

penggunaan (Kotler & Amstrong, 1996; 279, dalam Thamrin, 2003)

Ciri-ciri produk menurut Kotler dan Amstrong (1996; 281) adalah sebuah

(29)

15

(1995; 371) juga menambahkan bahwa seriap perusahaan senantiasa akan

menghasilkan produk yang berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh produsen

lain. Pembedaan ciri khas produk yang dihasilkan sedemikian rupa bertujuan

untuk menjadikan produk tersebut memiliki keunikan tersendiri. (Thamrin, 2003)

Desain produk menurut Kotler dan Amstrong (1996 ;282) adalah fungsi

dan corak produk yang merupakan proses desain yang dikembangkan menjadi

sebuah produk yang menarik murah dan aman, dan tidak mahal untuk digunakan

dan pelayanan. Dengan adanya atribut-atribut pada suatu produk maka akan

membentuk persepsi seseorang. Atribut yang berbeda pada dua produk akan

menimbulkan persepsi yang berbeda pula di mata konsumen. Kotler dan

Amstrong (1996; 279) mengatakan bahawa keputusan tentang atribut yang ada

sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk. (Thamrin, 2003).

Keunggulan bersaing dapat ditimbulkan melalui atribut produk atau

pembedaan ciri khas sebuah produk. Dua produk yang memiliki fungsi yang sama

di mata produsen belum tentu sama di mata konsumen. Karena itu konsumen akan

lebih puas terhadap produk yang memiliki atribut atau ciri khas tertentu yang

dianggapnya lebih bernilai. (Thamrin, 2003)

Menurut Thamrin (2003; 146) bahwa atribut produk (X2) dibentuk oleh

3 indikator, antara lain :

1. Penilaian kualitas produk

2. Ciri khas produk yang tidak terdapat pada produk lain

(30)

2.2.7. Nilai Pelanggan

Zeithmal (1988) mendefinisikan bahwa nilai pelanggan adalah penilaian

menyeluruh atas kegunaan suatu produk berdasarkan atas apa yang diterima dan

apa yang dikorbankan. (Wodruff, 1997; 41). Memberikan nilai pelanggan yang

tinggi seharusnya menjadi tujuan utama dari semua bisnis karena pelanggan

membuat keputusan berdasarkan nilai yang diterima. (Naumann, 1995; 28).

Pelanggan akan membeli produk atau jasa dari perusahaan yang mereka yakini

menawarkan nilai pelanggan yang tinggi. (Thamrin, 2003; 142)

Pengertian customer menurut Keegan, Moriarty dan Duncan (1995:7)

adalah sebagai berikut: “Customer is the best buyer of a product, often someone

with whom a seller deals on a regular basis.” Pengertian ini menjelaskan bahwa

konsumen adalah seorang pembeli produk, seringkali merupakan seseorang

dengan siapa penjual melakukan persetujuan. Namun konsumen bukan merupakan

target yang harus dicapai oleh badan usaha tetapi merupakan salah satu asset yang

berharga bagi badan usaha. Oleh karena itu konsumen harus dipelihara,

dikembangkan dan diperlakukan dengan tepat. Apabila hal ini dilakukan akan

memberikan suatu pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang yang baik bagi

badan usaha.

Kotler dan Levy (1969) mengatakan bahwa persepsi nilai pelanggan

merupakan faktor penentu kepuasan konsumen. Fornell, et.al, (1996; 9)

mengatakan bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan faktor penentu kepuasan

(31)

17

Menurut Pawitra (1995:31) bahwa customer value merupakan nilai

dirasakan oleh konsumen. Jadi konsumen yang menentukan apakah suatu barang

atau jasa memberikan nilai tersendiri dan seberapa besar nilai yang diperolehnya.

Tugas utama setiap organisasi, bagaimana memenuhi kebutuhan setiap konsumen.

Nilai pelanggan merupakan rasio dari manfaat yang didapatkan dengan

pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Persepsi nilai pelanggan terbentuk

dari tiga komponen utama yaitu kualitas produk, kualitas layanan dan harga /

pengorbanan yang harus dibayarkan / dikeluarkan oleh konsumen berupa uang

atau sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, dan upaya untuk mendapatkan

barang dan jasa. Nilai pelanggan yang tinggi bisa tercapai bila ketiga faktor

berada dalam keadaan keseimbangan dan harapan konsumen. (Budiman, 2003)

Kepuasan yang timbul dalam benak konsumen ketika mereka

membandingkan kinerja produk dan harapan mereka. Bila kinerja produk

melebihi harapan mereka maka konsumen akan puas. Dengan kata lain bila

persepsi produk tinggi, maka konsumen akan puas. (Spreng, et.al, 1996; 15).

Pendapat inididukung oleh Kotler & Lexy (1969) yang menyatakan bahwa

persepsi nilai konsumen merupakan factor penentu kepuasan konsumen.

Sementara Fornel, et al, (1996; 9) juga mengatakan bahwa persepsi nilai

konsumen merupakan factor penentu kepuasan konsumen. Para penjual dapat

meningkatkan persepsi membeli terhadap kualitas produk atau manfaat, relative

terhadap harga jual. (Thamrin, 2003; 143)

Nilai bagi konsumen bisa berarti harga yang murah, sesuatu yang

(32)

membayarkan sejumlah harga tertentu, atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu

yang didapatkan untuk sesuatu yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan keseluruhan penilaian konsumen

berdasarkan persepsi mereka terhadap manfaat yang diterima dari suatu produk

atas apa yang telah mereka berikan / korbankan untuk mendapatkan produk itu.

(Zeithaml, 1988;13 dalam Budiman, 2003)

Kepuasan timbul dalam benak konsumen bila kinerja produk sama atau

melebihi harapan konsumen. Dengan kata lain, bila persepsi nilai produk tinggi,

maka konsumen akan merasa puas. Pada gilirannya konsumen yang puas akan

menunjukkan sikap yang positif terhadap produk. Mereka akan memberikan

rekomendasi positif tentang produk tersebut kepada teman-teman, kolega,

keluarga dan orang-orang dalam lingkungan pergaulan mereka. (Anderson, et.al,

1994;55 dalam Budiman, 2003)

Menurut Thamrin (2003; 146) bahwa nilai pelanggan (Y) dibentuk oleh

3 Indikator, antara lain :

1. Penilaian kualitas produk dibandingkan harganya

2. Penilaian manfaat yang didapat dari produk dibandingkan dengan

pengorbanan uang yang dikeluarkan untuk membeli produk.

3. Penilaian kualitas produk dan harga dibandingkan produk lain yang sejenis.

2.2.8. Pengaruh Kegunaan Produk Dengan Nilai Pelanggan

Persepsi kegunaan produk yang tinggi di mata konsumen merupakan

(33)

19

faktor pembentuk nilai pelanggan dalam pandangan konsumen. Nilai suatu produk

merupakan kualitas produk yang dinikmati konsumen dengan pengorbanan

sejumlah uang atau sumber daya yang lain. Kualitas yang tinggi yang

mengindikasikan kegunaan produk yang tinggi pula adalah merupakan salah satu

faktor penting untuk menciptakan nilai konsumen yang tinggi. (Thamrin, 2003;

143)

Nilai bagi konsumen bisa berarti harga yang murah, sesuatu yang

diinginkan oleh konsumen pada produk, kualitas yang didapat dengan

membayarkan sejumlah harga tertentu, atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu

yang didapatkan untuk sesuatu yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan keseluruhan penilaian konsumen

berdasarkan persepsi mereka terhadap manfaat yang diterima dari suatu produk

atas apa yang telah mereka berikan / korbankan untuk mendapatkan produk itu.

(Zeithaml, 1988;13 dalam Budiman, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thamrin (2003: 149) menunjukkan

bahwa kepuasan pelanggan, memori iklan, nilai pelanggan, kegunaan produk serta

atribut produk secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi minat

beli ulang konsumen. Hal ini dapat diartikan bahwa kegunaan produk berpengaruh

signifikan terhadap nilai pelanggan.

2.2.9. Pengaruh Atribut Produk Dengan Nilai Pelanggan

Dengan adanya atribut-atribut pada suatu produk maka akan membentuk

(34)

persepsi yang berbeda pula di mata konsumen. Keunggulan bersaing dapat

ditimbulkan melalui atribut produk atau pembedaan ciri khas sebuah produk. Dua

produk yang memiliki fungsi yang sama di mata produsen belum tentu sama di

mata konsumen. Karena itu konsumen akan lebih puas terhadap produk yang

memiliki atribut atau ciri khas tertentu yang dianggapnya lebih bernilai (Thamrin,

2003)

Desain produk menurut Kotler dan Amstrong (1996 ;282) adalah fungsi

dan corak produk yang merupakan proses desain yang dikembangkan menjadi

sebuah produk yang menarik murah dan aman, dan tidak mahal untuk digunakan

dan pelayanan. Dengan adanya atribut-atribut pada suatu produk maka akan

membentuk persepsi seseorang. Atribut yang berbeda pada dua produk akan

menimbulkan persepsi yang berbeda pula di mata konsumen. Kotler dan

Amstrong (1996; 279) juga mengatakan bahwa keputusan tentang atribut yang ada

sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk.

. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thamrin (2003: 149) menunjukkan

bahwa kepuasan pelanggan, memori iklan, nilai pelanggan, kegunaan produk serta

atribut produk secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi minat

beli ulang konsumen. Hal ini dapat diartikan bahwa atribut produk berpengaruh

(35)
(36)

Keterangan :

Dari kerangka konseptual tersebut menjelaskan mengenai pengaruh

kegunaan produk (X1), dan atribut produk (X2) terhadap nilai pelanggan nilai

pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya. Kegunaan produk (X1) dibentuk

oleh 3 indikator meliputi: manfaat mengkonsumsi produk, manfaat produk untuk

pemenuhan kebutuhan vitamin C, dan manfaat produk untuk keakraban hubungan.

Atribut produk (X2) dibentuk oleh 3 indikator meliputi: Penilaian kualitas produk,

Ciri khas produk, dan design maupun kemasan produk. Nilai pelanggan (Y)

dibentuk oleh 3 indikator meliputi: penilaian kualitas produk dibandingkan

harganya, penilaian manfaat produk, dan penilaian kualitas produk dibandingkan

produk lain sejenis.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga kegunaan produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan pada

produk Nutrisari di Surabaya

2. Diduga atribut produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan pada

(37)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kegunaan Produk (X1) adalah kegunaan suatu produk yang merujuk pada

kemampuan produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Indikator yang digunakan (Thamrin, 2003; 146):

X1.1 Besarnya manfaat yang dirasakan konsumen ketika mengkonsumsi

produk Nutrisari di Surabaya

X1.2 Manfaat yang lebih intrinsik yang dirasakan setelah mengkonsumsi

produk Nutrisari di Surabaya

X1.3 Manfaat produk Nutrisari pada kebutuhan untuk bersosialisasi /

bermasyarakat.

2. Atribut Produk (X2) merupakan keseluruhan bagian-bagian produk yang

memiliki kemampuan serta memberikan keuntungan dan dapat memberikan

memuaskan kebutuhan yang terdiri dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan

desain produk. Indikator yang digunakan (Thamrin, 2003; 146):

X2.1 Kualitas produk merupakan penilaian pelanggan terhadap kualitas

(38)

X2.2 Ciri khas produk merupakan ciri-ciri khusus yang dimiliki produk

Nutrisari dan tidak terdapat pada produk lain

X2.3 Design dan kemasan produk merupakan penampilan produk

Nutrisari secara fisik yang bagus.

3. Nilai Pelanggan (Y) merupakan penilaian menyeluruh atas kegunaan suatu

produk berdasarkan atas apa yang diterima dan apa yang dikorbankan.

Indikator yang digunakan (Thamrin, 2003; 146):

Y1 Penilaian kualitas produk Nutrisari dibandingkan harganya

Y2 Penilaian manfaat yang didapat dari produk Nutrisari dibandingkan

dengan pengorbanan uang yang dikeluarkan untuk membeli produk.

Y3 Penilaian kualitas produk Nutrisari dibandingkan produk lain yang

sejenis.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan semantic differential scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini

mengikuti pola sebagai berikut :

1 7

(39)

25

Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor yang

berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008: 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelanggan yang pernah

mengkonsumsi produk minuman serbuk Nutrisari di Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008:80). Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik non probability sampling tepatnya accidental sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang

tersebut cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2008:85). Mengenai kriterianya

adalah pelanggan berusia minimal 17 tahun, dan pelanggan sedang melakukan

(40)

Penentuan sampel didasarkan pedoman ukuran sampel bahwa ukuran sampel

minimal 100 responden atau tergantung jumlah parameter yang diestimasi.

Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi (10 × 9

parameter = 90 responden). Dikarenakan jumlah sampel minimal tidak

terpenuhi, maka pedoman ukuran sampel mengikuti teknik maximum likehood

yang menyatakan bahwa ukuran sampel antara 100 – 200. (Augusty, 2002:48).

Sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 100 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis data yang diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung pada

konsumen yang sedang melakukan pembelian atau mengkonsumsi produk Nutrisari

di Surabaya

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

hasil pengisian kuesioner oleh konsumen yang sedang melakukan pembelian atau

mengkonsumsi produk Nutrisari di Surabaya

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

(41)

27

a. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan seperlunya.

b. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden.

c. Interview yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat

mereka secara langsung.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar

pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang

merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai

alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,

(42)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

(43)

29

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2

pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai χ2

Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

Kriteria Pengujian :

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

b. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi

adalah normal.

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau Model

(44)

berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model

mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara

faktor. (Augusty, 2002 : 34)

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini

yang perlu dilakukan :

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.

Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama

akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan

peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram

alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data

yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya

menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data

(45)

31

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat

(misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai

kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan

perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

4. Multicolinierity and Singularity.

3.4.5. Uji Hipotesis

Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan

(46)

yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

a. χ2(Chi Square Statistic).

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood

ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau

memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off

value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi

chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

berdasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of Fit Index).

Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi

yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang

mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).

(47)

33

d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien

yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan

yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau

lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks

kovarians sampel.

e. CMIN/DF.

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of

freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan

oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya

sebuah model. Nilai χ2

relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari

3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very

good fit.

g. CFI (Comparative Fit Index).

Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana

semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi

(48)

34

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Tanggapan responden tentang pengaruh kegunaan produk dan atribut

produk terhadap nilai pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya, dimana

kuisioner disebarkan pada 100 orang. Untuk jawaban kuisioner dinyatakan dengan

memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 7 pada masing-masing

skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 menunjukkan nilai

tertinggi.

Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari

jenis kelamin dan usia responden. Berikut karakteristik responden yang disajikan

dalam tabel frekuensi berikut :

1. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Pria 62 62,00

2 Wanita 48 48,00

Total 100 100,00

(49)

35

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden terbesar yang diambil

menjadi sampel adalah berjenis kelamin pria sebanyak 62 orang (62 %).

2. Berdasarkan Usia Responden

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase

(%)

1 17-30 tahun 41 41,00

2 31-45 tahun 35 35,00

3 ≥ 45 tahun 24 24,00

Total 100 100,00

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2 diketahui responden terbesar yang diambil menjadi sampel

adalah responden yang berusia 17-30 tahun sebanyak 41 orang (41%).

4.1.2. Deskripsi Kegunaan Produk (X1)

Kegunaan produk adalah kegunaan suatu produk yang merujuk pada

kemampuan produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Hasil tanggapan responden terhadap kegunaan produk (X1) dapat dilihat pada

(50)

Tabel 4.3.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kegunaan Produk (X1)

No Kuesioner Skor Jawaban Mean

Skor 1 2 3 4 5 6 7

1

Manfaat tubuh menjadi segar yang dirasakan konsumen ketika mengkonsumsi produk Nutrisari

0 0 0 6 45 44 5 5,48

2

Manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan vitamin C dapat anda rasakan setelah mengkonsumsi produk Nutrisari secara continue.

0 0 0 8 49 40 3 5,38

3

Nutrisari dapat disajikan pada acara-acara sosial sehingga dapat mengakrabkan hubungan dalam bermasyarakat

0 0 0 13 41 30 16 5,49

Mean Skor Keseluruhan 5,45

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa pernyataan “Nutrisari dapat

disajikan pada acara-acara sosial sehingga dapat mengakrabkan hubungan dalam

bermasyarakat” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,49, yang berarti

responden setuju bahwa Nutrisari dapat disajikan pada acara-acara sosial sehingga

dapat mengakrabkan hubungan yang baik dalam bermasyarakat. Sedangkan secara

keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap kegunaan produk (X1)

sebesar 5,45 yang berarti responden menilai bahwa kegunaan produk Nutrisari

untuk memenuhi kebutuhan konsumen cukup tinggi.

4.1.2. Deskripsi Atribut Produk (X2)

Atribut produk (X2) merupakan keseluruhan bagian-bagian produk yang

memiliki kemampuan serta memberikan keuntungan dan dapat memberikan

(51)

37

desain produk. Hasil tanggapan responden terhadap atribut produk (X2) dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Atribut Produk(X2)

No Pertanyaan Skor Jawaban Mean

Skor 1 2 3 4 5 6 7

1

Penilaian anda sebagai konsumen terhadap kualitas produk Nutrisari cukup baik

0 0 0 9 47 32 12 5,47

2

Nutrisari memiliki ciri khas produk yang tidak terdapat pada produk lain

Mean Skor Keseluruhan 5,51

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa pernyataan “Nutrisari memiliki

ciri khas produk yang tidak terdapat pada produk lain” memiliki nilai rata-rata

tertinggi sebesar 5,55, yang berarti responden setuju bahwa Nutrisari memiliki ciri

khas produk yang tidak terdapat pada produk lain. Sedangkan secara keseluruhan

rata-rata tanggapan responden terhadap atribut produk (X2) sebesar 5,51 yang

berarti responden setuju bahwa atribut produk Nutrisari yang terdiri dari kualitas

produk, ciri-ciri produk dan desain produk pada Nutrisari cukup sesuai dengan

keinginan konsumen.

4.1.3. Deskripsi Nilai Pelanggan (Y)

(52)

produk berdasarkan atas apa yang diterima dan apa yang dikorbankan. Hasil

tanggapan responden terhadap nilai pelanggan (Y) dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.5.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Nilai Pelanggan (Y)

No Pertanyaan Skor Jawaban Mean

Skor 1 2 3 4 5 6 7

1

Dibandingkan dengan kualitas produknya yang bagus, harga Nutrisari masih tergolong murah dan terjangkau.

0 0 0 5 53 38 4 5,41

2

Penilaian manfaat yang didapat dari produk Nutrisari

dibandingkan dengan pengorbanan uang yang dikeluarkan untuk membeli produk cukup sesuai.

0 0 0 7 46 42 5 5,45

3

Dibandingkan dengan produk lain yang sejenis, Nutrisari memiliki kualitas yang lebih tinggi.

0 0 0 11 47 32 10 5,41

Mean Skor Keseluruhan 5,42

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa pernyataan “Penilaian manfaat

yang didapat dari produk Nutrisari dibandingkan dengan pengorbanan uang yang

dikeluarkan untuk membeli produk cukup sesuai” memiliki nilai rata-rata tertinggi

sebesar 5,45, yang berarti responden setuju bahwa penilaian manfaat yang didapat

dari produk Nutrisari dibandingkan dengan pengorbanan uang yang dikeluarkan

untuk membeli produk cukup sesuai. Sedangkan secara keseluruhan rata-rata

tanggapan responden terhadap nilai pelanggan (Y) sebesar 5,42 yang berarti

responden setuju bahwa nilai yang dirasakan pelanggan terhadap produk Nutrisari

(53)

39

4.2. Analisis Data

4.2.1. Uji Outliers Multivariate

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam

bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau

mutivariate.

Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan

sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat

univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling

dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat

dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel

dalam sebuah ruang multidimensional (Hair dkk, 1998).

Uji terhadap outliers multivariate dilakukan menggunakan jarak

Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak mahalanobis dievaluasi menggunakan χ²

(chi kuadrat), derajat bebas sebesar jumlah variabel dalam penelitian ini. Hasil uji

(54)

Tabel 4.6. Standard Error of Predicted

Value 4.339 13.471 8.912 1.618 100

Adjusted Predicted Value 20.640 67.260 50.610 10.188 100

Residual -50.447 68.153 0.000 27.306 100

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu

dievaluasi dengan menggunakan χ2

pada derajat bebas sebesar jumlah variabel

yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis

lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi

multivariate outliers. Nilai χ20.001 dengan jumlah indikator 9 adalah sebesar

27,877. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 20.913 yang lebih kecil dari

dari χ2

tabel 27,877 tersebut. Dengan demikian tidak terjadi multivariate outliers.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Koefisien cronbach’s alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas

(55)

41

correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi

item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien cronbach’s alpha yang

dihasilkan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total Correlation

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada

indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena

nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang

tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan

cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di

atas menunjukkan hasil baik dimana koefisien cronbach’s alpha yang diperoleh

seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair

(56)

4.2.3. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya

diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan

antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.8.

Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis

Konstrak Indikator Faktor Loading

1 2 3

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor

loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct

seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat

(57)

43

4.2.4.Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal cronbach’s alpha, perlu

juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua

pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan

peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual

mengukur suatu pengukuran yang sama. Hasil perhitungan construct reliability

dan variance extracted dalam tabel berikut :.

Tabel 4.9.

Construct Reliability dan Variance Extrated

Konstrak Indikator

[εj] Reliability Construct

Variance

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan

variance extracted menunjukkan instrumen reliabel, yang ditunjukkan dengan

nilai construct reliability seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut

bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat

exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai

alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi, dan variance

(58)

4.2.5. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang

digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk

menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis

maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat

ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58. Hasil

analisis tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.10.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di dalam± 2,58

itu berarti asumsi normalitas terpenuhi.

4.2.6 Analisis Model One – Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural

parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan

(59)

45

terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang

diestimasi secara bersama-sama (One Step Approach to SEM). One step aprroach

to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta

validitas & reliabilitas data sangat baik (Hair et.al.,1998)

Hasil estimasi dan fit model one step approach to SEM dengan

menggunakan program aplikasi Amos 4.01 terlihat pada Gambar dan Tabel

Goodness of Fit di bawah ini

Gambar 4.1

MODEL PENGUKURAN& STRUKTURAL Product Utility, Product Attribute, & Customer Value Model Specification : One Step Approach - Base Model

Customer

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model

Cmin/DF 1.007 ≤ 2,00 baik

(60)

Dari hasil evaluasi terhadap one- step approach – base model ternyata dari

semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil

evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model

konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya

didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk

menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.

4.2.7. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 49.028,07 > 0

mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini

sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi

masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah

ini :

Tabel 4.12.

Uji Kausalitas Antar Faktor

Faktor Faktor Ustd

Estimate

Std

Estimate Prob

Nilai Pelanggan(Y) Kegunaan Produk (X1) 0,182 0,386 0,000

Nilai Pelanggan(Y) Atribut Produk (X2) 0,303 0,645 0,000

Batas Signifikansi ≤ 0,10

Sumber : Lampiran 3

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang

(61)

47

1. Kegunaan produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan pada produk

Nutrisari di Surabaya, dapat diterima, dengan probabilitas kausalnya 0,000 <

0,10 (signifikan dan positif)

2. Atribut produk berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan pada produk

Nutrisari di Surabaya, dapat diterima, dengan probabilitas kausalnya 0,000 <

0,10 (signifikan dan positif)

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kegunaan Produk Terhadap Nilai

Pelanggan

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa kegunaan produk

berpengaruh signifikan positif terhadap nilai pelanggan pada produk Nutrisari di

Surabaya, dengan probabilitas kausalnya 0,000 < 0,10. Sehingga hipotesis yang

menyatakan bahwa ”Kegunaan produk berpengaruh signifikan positif terhadap

nilai pelanggan pada produk Nutrisari di Surabaya”, dapat diterima.

Hal ini dapat diartikan bahwa apabila kegunaan produk (yang meliputi:

besarnya manfaat yang dirasakan konsumen ketika mengkonsumsi produk

nutrisari di surabaya, manfaat yang lebih intrinsik yang dirasakan setelah

mengkonsumsi produk nutrisari di surabaya, dan manfaat produk nutrisari pada

kebutuhan untuk bersosialisasi / bermasyarakat) semakin tinggi, maka nilai

pelanggan terhadap produk nutrisari di Surabaya akan semakin tinggi pula.

Sebaliknya jika kegunaan produk semakin rendah, maka nilai pelanggan terhadap

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penjerapan ion logam seng (Zn 2+ ) dapat dilakukan dengan menggunakan tricalcium phosphate sebagai adsorben Kemudian Semakin rendah temperatur pada proses adsorpsi

Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain percobaan dalam menentukan nilai efek dari komposisi ozokerite dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik

Sebagai contoh, leksem ibu dalam konstruksi ibu pertiwi memiliki makna yang berkembang dari ranah literal menuju ranah perluasan, yakni dari makna ‘wanita yang

Pengenaan denda dapat dibebaskan dalam hal keterlambatan atau kegagalan untuk melaksanakan salah satu bagian atau seluruh pekerjaan jasa terjadi karena hal-hal

Sementara pendekatan komparatif dilakukan dengan cara pengelompokan berdasarkan kesa- maan dan perbedaan antara kekuasaan presiden Indonesia dengan kepala negara dan/atau kepala

RAYONISASI/REGIONAL/WILAYAH BNNP JABAR RAYONISASI/REGIONAL/WILAYAH BNNP JABAR I II III IV BANDUNG KOTA BDG BARAT BANDUNG KAB CIMAHI DEPOK KOTA BEKASI KAB BEKASI KOTA

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 33% subjek penelitian mengalami sindrom makan malam dan faktor-faktor yang berhubungan antara lain stress dan depresi,

Dengan penelitian permasalahan berkaitan dengan ekologi seniman visual, kajian terdahulu mencadangkan pembentukan satu garis panduan dalam industri seni visual yang