PROFIL RASA PERCAYA DIRI SISWA
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
BIMBINGAN DAN KONSELING
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Diajukkan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
Angga Khuzaifah Prawira 1005919
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROFIL RASA PERCAYA DIRI SISWA
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh
Angga Khuzaifah Prawira
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Angga Khuzaifah Prawira 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,
ANGGA KHUZAIFAH PRAWIRA NIM. 1005919
PROFIL RASA PERCAYA DIRI SISWA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 198603 1 004
Pembimbing II
Dra. Aas Saomah, M.Si NIP. 19610317 198703 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Angga Khuzaifah Prawira, 1005919. (2014). Profil Rasa Percaya Diri Siswa dan Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Rasa percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbekal rasa percaya diri, peserta didik akan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Namun masih terdapat peserta didik yang tidak percaya diri sehingga mengalami hambatan dalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum rasa percaya diri siswa, dari gambaran umum tersebut dikembangkan sebuah program layanan bimbingan untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah instrumen berupa angket kepercayaan diri. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 yang diambil secara random sampling atau secara acak. Teknik analisis data untuk mengetahui tingkat validitas menggunakan model spearman dan untuk mengetahui tingkat reliabilitas menggunakan model alpha dengan bantuan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan (1) secara umum rasa percaya diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 berada pada kategori sedang, dan (2) implikasi Bimbingan dan Konseling yang disusun adalah program bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didk meningkatkan rasa percaya diri. Rekomendasi penelitian ditujukkan kepada Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti selanjutnya.
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Angga Khuzaifah Prawira, 1005919. (2014). The Profile of Student’s Self -Confidence and It’s Implication for Guidance and Counseling. (Descriptive Study for eight grade students of SMP Negeri 29 Bandung, year 2014/2015)
Self-Confidence is one of the aspects of personality that are very important in human life. With self-confidence, students will be able to develop their potential.
However, there’s still some students who had not self-confidence, so those students wil experiencing obstacles in their lifa. This study aims to describe the general overview of student’s confidence. Those general overview of
self-confidence become a foundation of guidance program for increasing student’s self
confidence.
The research approach is a quantitative approach, the method of research used descriptive method. A questionnaire about confidence used as data gathering tool. Population in this study were students of class VIII SMP Negeri 29 Bandung year 2014/2015, taken at random sampling. Data analysis techniques to determine the validity using models Spearman, and to determine the level of reliability using alpha models with the help of SPSS. Results showed (1) the general confidence of eighth grade students of SMP Negeri 29 Bandung School Year 2014/2015 in middle category, and (2) the implications of Guidance and Counseling is composed of basic services to help students improve their self-confidence. Recommendation study aimed to School Counselor and further researcher.
PROFIL RASA PERCAYA DIRI SISWA
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
BIMBINGAN DAN KONSELING
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Diajukkan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
Angga Khuzaifah Prawira 1005919
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROFIL RASA PERCAYA DIRI SISWA
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh
Angga Khuzaifah Prawira
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Angga Khuzaifah Prawira 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,
ANGGA KHUZAIFAH PRAWIRA NIM. 1005919
PROFIL RASA PERCAYA DIRI SISWA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 198603 1 004
Pembimbing II
Dra. Aas Saomah, M.Si NIP. 19610317 198703 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu,
melalui pendidikan individu akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan yang
dapat digunakan untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas
hidupnya. Pendidikan juga merupakan aset yang sangat berharga bagi masyarakat,
karena dengan pendidikanlah suatu bangsa dapat terus berkembang dan menjadi
bangsa yang maju. Terdapat tiga lingkungan dimana individu dapat mendapatkan
pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat pada umumnya.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan
yang diberikan keluarga, khususnya orang tua, akan menjadi modal utama bagi
individu dalam menjalani kehidupannya. Namun pendidikan yang diberikan oleh
keluarga terbatas pada pendidikan dasar, seperti membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk.
Sekolah memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam memberikan
pendidikan kepada individu, selain memberikan pendidikan yang bersifat kognitif,
sekolah juga mengajarkan kedisiplinan dan bagaimana caranya berhubungan
dengan individu lain. Dalam kehidupan bersekolah, siswa pada umumnya
berkeinginan untuk mendapatkan nilai yang baik pada semua mata pelajaran,
menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya, dan diakui oleh setiap
guru, dengan kata lain setiap siswa ingin berhasil dalam kehidupan sekolahnya.
Keberhasilan pendidikan seseorang salah satunya ditentukan oleh tingkat
kepercayaan diri peserta didik (Makmun, 2007, hlm. 156), artinya seorang siswa
yang duduk di bangku sekolah akan lebih berprestasi apabila memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi, baik berprestasi dalam bidang akademik maupun
ekstrakulikuler. Sejalan dengan itu, Darajat (1982, hlm. 12) mengungkapkan
bahwa interaksi sosial sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri individu. Jadi
2
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berinteraksi dengan orang lain, dan dapat menunjukkan eksistensi dirinya di
dalam kelas. Oleh karena itu, upaya menumbuhkan rasa percaya diri harus
dilakukan sedini mungkin, baik itu oleh guru ataupun orang tua sebagai sosok
yang paling dekat dengan siswa.
Menurut Saranson (dalam Amin, 2000, hlm. 13) rasa percaya diri
berkembang dan terbentuk melalui proses belajar individu, baik secara individual
maupun sosial. Rasa percaya diri terlahir dari kesadaran seseorang ketika
memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu pula yang akan
dilakukannya. Artinya keputusan untuk melakukan sesuatu itu bermakna bagi
kehidupannya. Jika seorang siswa memiliki rasa percaya diri di dalam arena
sosial, maka dalam pergaulannya akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan
tidak merasa gelisah, serta lebih mampu mengembangkan perilaku dalam situasi
sosial (Prayitno, 1995, hlm. 1).
Siswa dengan kepercayaan diri yang tinggi akan memiliki kelebihan dalam
beberapa hal, seperti yang disampaikan Adywibowo (2010, hlm. 38) bahwa siswa
dengan rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mandiri, tidak bergantung kepada
orang lain, mampu mengemban tanggung jawab yang diberikan, menghargai diri
sendiri, tidak mudah frustrasi, siap menerima tantangan dan tugas baru, memiliki
emosi yang stabil, mudah berkomunikasi dan senang membantu orang lain.
Walaupun banyak yang menyatakan bahwa rasa percaya diri itu penting
dan harus dimiliki oleh setiap orang, pada kenyataannya masih terdapat siswa
dengan tingkat percaya diri yang rendah. Masalah kepercayaan diri merupakan
fenomena yang global, yang banyak dialami oleh setiap orang, bukan hanya di
Indonesia saja, namun juga dialami oleh siswa dari berbagai negara lain. Salah
satu contohnya adalah hasil dari riset Gill (1999, hlm. 150) di California, yang
menyatakan bahwa hampir 23 % remaja usia sekolah menengah memiliki tingkat
percaya diri yang rendah. Riset lain yang dilakukan oleh Simbolon (2013, hlm.
30) di salah satu sekolah menengah di Bandung, menemukan 19 % siswa yang
juga termasuk kedalam kategori percaya diri rendah. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, kepercayaan diri terbentuk melalui proses belajar, artinya
3
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu alasan mengapa seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah
adalah karena pengalaman yang dialami tidak selamanya positif, namun ada
pengalaman yang berpengaruh negatif pada kehidupan seseorang.
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan Program Pengalaman
Lapangan (PPL), serta hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 29
Bandung melalui wawancara kepada guru bimbingan dan konseling, diketahui
terdapat siswa kelas VIII yang terindikasi memiliki tingkat rasa percaya diri yang
rendah, hal tersebut diketahui dari hasil observasi langsung di kelas-kelas dan
adanya laporan dari beberapa guru mata pelajaran. Adapun perilaku yang
menunjukkan siswa dengan kepercayaan diri yang rendah adalah perilaku siswa
yang tidak berani berbicara di depan orang banyak, tidak bisa memulai
percakapan dengan orang lain, mencontek, dan merasa tidak yakin terhadap
pandangan dan pendapatnya. Apabila hal ini terus dibiarkan, besar kemungkinan
terjadi konflik antara diri siswa dengan lingkungannya, padahal rasa percaya diri
ini sangatlah penting, seperti yang diungkapkan oleh Lauster (1997, hlm. 7)
bahwa “atribut yang paling berharga pada manusia dalam bermasyarakat ialah
kepercayaan diri, karena dengan kepercayaan diri seseorang akan mampu
mengaktualisasikan diri”.
Berbagai penelitian mengenai kepercayaan diri telah banyak dilakukan
oleh para ahli, hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri merupakan
aspek penting yang menunjang keberhasilan dan kebahagiaan manusia (Cheng
dan Furnham, 2002; Benabou dan Tirole, 2002; Pristiani, 2012). Penelitian
tersebut membuktikan bahwa rasa percaya diri adalah salah satu dari aspek
kepribadian yang memiliki peranan penting dalam kehidupan individu. Rasa
percaya diri akan sangat membantu manusia, khususnya siswa di sekolah dalam
mengembangkan kepribadiannya, karena itulah rasa percaya diri sangat
dibutuhkan oleh setiap siswa dalam menjalani kehidupannya di sekolah.
Berdasarkan pendapat dari para ahli dan kenyataan yang terjadi di sekolah,
siswa kerapkali mengalami masalah kepercayaan diri. Siswa dengan kepercayaan
diri yang rendah akan terhambat dalam hal prestasi intelektual, keterampilan,
4
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu fenomena yang sangat menarik untuk diteliti karena dampaknya terhadap
siswa dapat menimbulkan banyak masalah seperti depresi, pesimis, delinkuensi,
masalah penyesuaian diri, dan bahkan sampai bunuh diri. Lain halnya apabila
siswa mendapat bantuan dari ahli, maka siswa dapat berkembang sesuai dengan
potensi yang dimiliki siswa tersebut.
Mencermati pentingnya rasa percaya diri bagi siswa di sekolah, maka
penelitian ini difokuskan pada “Profil Rasa Percaya Diri Siswa dan Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling”. (Penelitian Deskriptif kepada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah
Rasa percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan individu, khususnya bagi siswa di
sekolah. Siswa yang memiiki kepercayaan diri akan merasa yakin pada
kemampuannya sendiri, memiliki pengharapan yang realistis, dan ketika
harapannya tidak terwujud, siswa akan tetap berpikiran positif dan dapat
menerima kenyataan dengan lapang dada. Dengan kepercayaan diri, siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
Kepercayaan diri adalah sebuah kemampuan individu dalam menguasai
ketiga aspek rasa percaya diri, ketiga aspek tersebut adalah kognitif, emosi, dan
performance. Menurut Norman dan Hyland (2003, hlm. 8) ketiga aspek rasa
percaya diri adalah sebagai berikut:
1.2.1 Kognitif, yaitu mengetahui dan yakin terhadap kemampuan diri sendiri,
mampu mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, memiliki pandangan
positif terhadap masa depan, memandang sesuatu sesuai dengan kebenaran
semestinya, memiliki pengharapan yang masuk akal, dan selalu
mempertimbangkan keadaan yang sedang dihadapi sebelum mengambil
tindakan.
1.2.2 Emosi, yaitu merasa bahagia terhadap diri sendiri, berani menghadapi
5
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bersikap adil, mengetahui segala sesuatu ada konsekuensinya, dan siap
menerima resiko.
1.2.3 Performance, yaitu berani tampil di depan orang banyak, dapat
mengungkapkan pengalaman kepada orang lain, mampu mengatasi rasa
cemas, dan bersikap positif ketika mengalami kegagalan.
Pada bagian latar belakang, telah dipaparkan mengenai fenomena
rendahnya kepercayaan diri yang ada di SMP Negeri 29 Bandung. Masalah
kepercayaan diri ini dapat dilihat dari gejala yang ditampilkan oleh siswa, yaitu
antara lain tidak berani berbicara di depan kelas, tidak yakin terhadap
pendapatnya, tidak bisa memulai percakapan dengan orang lain, bergaul dengan
orang-orang tertentu saja, merasa memiliki kemampuan yang terbatas
dibandingkan dengan orang lain, dan merasa cemas dalam persaingan.
Siswa SMP Negeri 29 Bandung merupakan individu yang berada pada
tahap perkembangan remaja awal yang perlu medapat bantuan dari orang dewasa
lainnya seperti guru bimbingan dan konseling, dan pendidik lainnya. Di SMP
Negeri 29 Bandung belum ada program layanan bimbingan dan konseling yang
khusus dilakukan dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Program layanan
bimbingan dan konseling dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan perilaku efektif dan mengembangkan keterampilan hidup
dengan mengacu pada tugas-tugas perkembangan.
Bimbingan terhadap siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah
sangatlah penting dilakukan, karena jika dibiarkan maka dapat menimbulkan
hambatan-hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari (Suhardita,
2011). Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa
diperlukan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor.
DEPDIKNAS (2008, hlm. 215) menjelaskan “konselor atau guru bimbingan dan
konseling berperan untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan
potensi peserta didik”. Pada umumnya, guru bimbingan dan konseling hanya
memberikan layanan responsif kepada siswa, artinya guru bimbingan dan
6
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
layanan preventif untuk mencegah dan mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi, pada hal ini layanan preventif yang perlu dilakukan adalah
layanan untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam bentuk layanan dasar.
Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 29 Bandung dengan
pertimbangan melihat kondisi objektf sekolah yang belum memiliki program
bimbingan dan konseling untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Bertitik
tolak dari temuan-temuan yang dipaparkan peneliti menjadikannya sebagai
temuan masalah yang perlu diteliti. Berdasarkan hasil pemaparan di atas maka
rumusan masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana gambaran umum kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP
Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?”
1.2.2 Apa implikasi layanan Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran
2014/2015?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Memperoleh gambaran profil rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP
Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.
1.3.2 Merumuskan implikasi bimbingan dan konseling bagi siswa untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015.
1.4Manfaat Penelitian
Secara teoritis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kepercayaan diri, dan untuk bahan acuan bagi penelitian
7
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara praktis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling.
Implikasi layanan Bimbingan dan Konseling yang dirumuskan dapat
menjadi pedoman bagi Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah, dalam
membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa.
1.4.2 Bagi Sekolah
Manfaat praktis bagi sekolah, yaitu sebagai bahan informasi mengenai
perlunya rasa percaya diri siswa sehingga tercipta suasana sekolah yang
dapat menunjang perkembangan siswa dan menunjang pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
1.4.3 Bagi Peneliti selanjutnya.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam mengenai gambaran umum rasa percaya diri pada setiap jenjang
pendidikan, baik itu SD, SMA, dan Perguruan Tinggi, dilihat dari berbagai
faktor, sehingga dapat menghasilkan gamabaran yang menyeluruh.
1.4.4 Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi mengenai fenomena
yang berkaitan dengan rasa percaya diri di SMP, serta menjadi bahan
referensi bagi mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
1.5Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi dituliskan dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut: BAB I berisikan pendahuluan yang teriri atas latar belakang
penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
8
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II merupakan kajian pustaka. Kajian pustaka mencakup konsep dasar
kepercayaan diri dan layanan Bimbingan dan Konseling.
BAB III merupakan metode penelitian, yang berisi penjabaran yang rinci
mengenai metode penelitian termasuk komponen berikut: lokasi dan
populasi/sampel penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasioal variabel,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data,
serta analisis data.
BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian dan
pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni pengolahan atau analisis data untuk
menghasilkan temuan berkaitan dengan peneltian, pembahasan dan analisis hasil
temuan.
BAB V meliputi kesimpulan dan saran, kesimpulan dan saran menyajikan
penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29
Bandung pada Tahun Ajaran 2014/2015. SMP Negeri 29 Bandung, tepatnya
berada di Jalan Geger Arum Nomor 11 A Bandung. Alasan penelitian dilakukan
di SMP Negeri 29 Bandung adalah karena di SMP Negeri 29 Bandung masih
terdapat siswa dengan tingkat percaya diri yang rendah, sedangkan dalam
implementasi kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif dan lebih responsif
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, bertambahnya ujian lisan dalam
beberapa mata pelajaran, serta belum tersedia program layanan Bimbingan dan
Konseling yang secara khusus difokuskan untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa.
3.2Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008, hlm. 80) populasi merupakan suatu wilayah
generalisasi, ynag terdiri dari subjek dan objek yang memiliki kwalitas dan
karakteristik tertnetu yang ditetapkan oleh penleiti untuk diplajarii dan ditarik
kesimpulan. Pendapat lain mengenai populasi disampaikan oleh Riduwan (2010,
hlm. 54) yang menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik
atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi dapat disimpulkan
bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek yang memiliki kwalitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lebih lanjut
dan kemudian diambil kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas VIII SMP Negeri 29
Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Alasan pemilihan siswa SMP Negeri 29
Bandung sebagai popuasi penelitian adalah dikarenakan di sekolah tersebut
31
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertambahnya ujian yang dilakukan secara lisan, dimana hal tersebut memerlukan
kepercayaan diri, serta belum adanya program khusus untuk meningkatkan
kepercayaan diri. Berdasarkan kerangka pikir tersebut, siswa kelas VIII SMP
Negeri 29 Bandung dianggap dapat memperlihatkan profil kepercayaan diri secara
keseluruhan. Adapun jumlah anggota populasi pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015
No Kelas Subjek
Sugiyono (2008, hlm. 81) menjelaskan bahwa sampel dalam penelitian
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Somantri
dan Muhidin (2006, hlm. 63) juga mengartikan sampel sebagai bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari
populasi yang memiliki karakteristik tertentu, yang bisa mewakili seluruh subjek
dalam populasi. Penentuan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
menggunakan teknik random sampling. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 82)
32
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Agar sampel yang diambil dapat mewakili seluruh anggota populasi, maka
penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S = 15% + 1000 – n___ x (35%)
1000 – 100
S = 15% + 1000 – 437 x (35%)
1000 – 100
S = 162
Keterangan:
S = Jumlah sampel yang diambil
n = Jumlah populasi
(Riduwan, 2012, hlm. 65)
3.3Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dirancang untuk
menjawab hipotesis secara spesifik, data hasil dari penelitian akan dijelaskan
secara akurat dengan menggunakan perhitungan statistik mengenai rasa percaya
diri siswa secara nyata dalam bentuk numerik, sehingga akan memudahkan proses
analisis dan penafsirannya (Sukmadinata, 2005, hlm. 194). Dengan perhitungan
statistik dapat diketahui cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau
penganalisisannya, dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
penganalisisan yang dilakukan (Sudjana, 2005, hlm. 3).
Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif dipilih karena peneliti bermaksud
mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai
kepercayaan diri siswa, selanjutnya dari hasil temuan tersebut, dijadikan landasan
untuk menentukan implikasi bagi Bimbingan dan Konseling.
33
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini menggunakan teori Lauster (1997, hlm. 54),
disebutkan bahwa kepercayaan diri (self confident) merupakan suatu sikap atau
keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga memiliki pandangan yang
positif dan realistis terhadap dirinya sendiri dan situasi yang dihadapinya.
Seseorang dengan kepercayaan diri bukan berarti mampu melakukan segala
sesuatu seorang diri, tetapi rasa percaya diri hanya merujuk pada adanya perasaan
yakin, mampu, dan bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi, prestasi,
serta harapan realistik terhadap diri sendri.
Didukung oleh pendapat Lindenfield (1997, hlm. 3) yang menyatakan
bahwa orang dikatakan memiliki kepercayaan diri jika merasa puas dengan
dirinya, adapun gambaran rasa puas tersebut ditunjukkan dengan sikap mengakui
dan mengetahui keterampilan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan
keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan sosialnya. Sedangkan menurut Hakim
(2005, hlm. 6) rasa percaya diri merupakan “suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan”.
Burns (dalam Endang, 2000, hlm. 8) menyatakan “kepercayaan diri
merupakan bagian dari kepribadian manusia yang terbentuk dan berkembang
melalui proses belajar secara individual maupun sosial”. Kepercayaan diri
sangatlah penting karena merupakan modal utama seseorang untuk mencapai
kesuksesan dalam hidupnya, oleh karena itu kepercayaan diri harus dilatih dan
terus dikembangkan, khususnya bagi siswa di sekolah. Kepercayaan diri dapat
dikembangkan dengan berbagai cara seperti mengidentifikasi penyebab masalah
kepercayaan diri dan domain-domain kompetensi diri yang penting, menciptakan
dukungan emosional dan penerimaan sosial, meningkatkan prestasi dan mengatasi
masalah (Santrock, 2003, hlm. 339).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dalam penelitian, kepercayaan diri adalah keyakinan siswa kelas
VIII SMP Negeri 29 Bandung terhadap segala aspek yang dimilikinya sehingga
34
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tujuan dalam hidupnya. Pada dasarnya percaya diri merupakan suatu keyakinan
untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan
sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu. Keyakinan tersebut akan
mengalami perubahan seiring dengan proses belajar dan pengalaman seseorang.
Norman dan Hyland (2003, hlm. 8) menyebutkan terdapat tiga aspek
dalam kepercayaan diri, aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kognitif, yaitu yakin terhadap kemampuan diri sendiri, memiliki
pandangan positif terhadap masa depan, memandang sesuatu sesuai
dengan kebenaran semestinya, memiliki pengharapan yang masuk akal,
dan selalu mempertimbangkan keadaan yang sedang dihadapi sebelum
mengambil tindakan.
b. Emosi, yaitu merasa bahagia terhadap diri sendiri, berani menghadapi
situasi yang baru, dapat membangun suasana hangat dalam kelas, dan siap
menerima resiko.
c. Performance, yaitu berani tampil di depan orang banyak, dapat
mengungkapkan pengalaman kepada orang lain, mampu mengatasi rasa
cemas, dan bersikap positif ketika mengalami kegagalan.
Dari aspek-aspek yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya diturunkan
kedalam indikator-indikator yang dapat menunjukkan indikator kepercayaan diri
siswa, untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan antara variabel, aspek, dan
indikator dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Keterkaitan antara Variabel, Aspek, dan Indikator
Variabel Aspek Indikator
Kepercayaan Diri
Kognitif
1. Yakin pada kemampuan diri sendiri 2. Memiliki pandangan positif terhadap masa
depan
3. Memandang sesuatu sesuai dengan kebenaran 4. Memiliki pengharapan yang masuk akal 5. Mempertimbangkan keadaan yang sedang
35
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Berani menghadapi situasi yang baru 3. Dapat membangun suasana hangat dalam
kelas
4. Siap menanggung resiko
Performance
1. Berani tampil di depan orang banyak 2. Dapat mengungkapkan pengalaman kepada
orang lain
3. Mampu mengatasi rasa cemas
4. Bersikap positif ketika mengalami kegagalan
3.5Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena sosial yang terjadi. Jenis instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah angket. Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan
data dengan cara memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2013, hlm. 199).
Angket kepercayaan diri ini menggunakan skala sikap Likert dengan lima
alternatif jawaban, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), ragu (R), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Di dalam menjawab skala sikap Likert ini
responden hanya perlu memberi tanda (checklist / √ ) pada salah satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan sikap pribadinya.
Pada penelitian ini penentuan skor skala sikap Likert dilakukan secara
aposteriori, yaitu setiap kemungkinan jawaban harus didasarkan atas hasil uji coba
(Subino, 1988, hlm. 124). Dengan cara ini, harga setiap kemungkinan jawaban
bisa berbeda-beda di setiap butir pernyataannya.
3.6Proses Pengembangan Instrumen
3.6.1 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen
Variabel pada definisi operasional menjadi landasan dalam
penyusunan kisi-kisi instrumen, selanjutnya menentukan aspek yang akan di
ukur, lalu diturunkan menjadi indikator yang kemudian dijabarkan menjadi
butir-butir pernyataan (Sugiyono, 2013, hlm. 149). Kisi-kisi instrumen dapat
36
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri Siswa (Sebelum Uji Kelayakan)
No Aspek Indikator
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya adalah
menjabarkan indikator kedalam butir-butir pernyataan. Penyusunan
pernyataan-pernyataan mengenai kepercayaan diri dibuat berdasarkan aspek
dan indikator yang telah ditetapkan (instrumen terlampir).
3.6.3 Penimbangan Butir Pernyataan
Sebelum melakukan uji coba instrumen kepercayaan diri, terlebih
37
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen ini dilakukan oleh dosen ahli, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi isi, konstruk, dan bahasa.
Instrumen kepercayaan diri peserta didik ditimbang oleh dosen ahli
dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yaitu Bapak Dr. Nurhudaya,
M.Pd., dan Ibu S.W. Indrawati, M.Pd. Hasil penimbangan dari kedua dosen
ahli tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3, sebagai berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Kelayakan Instrumen Kepercayaan Diri
Hasil Penimbangan Nomor Pernyataan Jumlah
Dipakai 1, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17,
Adapun kisi-kisi instrumen kepercayaan diri setelah uji kelayakan
instrumen tersedia dalam Tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri Siswa (Setelah Uji Kelayakan)
38
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Mempertimbangkan keadaan yang sedang 10, 11 2
3.6.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan
suatu instrumen penelitian, dan dikatakan valid apabila dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen penelitian
dilakukan pada seluruh pernyataan yang terdapat pada instrumen
kepercayaan diri siswa. Data hasil dari penyebaran instrumen
kepercayaan diri siswa digunakan untuk mengukur validitas item,
dengan kata lain penyebaran instrumen selain untuk mengumpulkan
data, juga sekaligus untuk menguji validitas item (built – in)
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0. validitas
dilakukan menggunakan model Pearson. berdasarkan pengolahan data,
hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 32 butir pernyataan, 24
diantaranya dinyatakan valid, dan delapan butir pernyataan
dianyatakan tidak valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.5
berikut:
Tabel 3.6 Hasil Validitas Item
39
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Valid 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16,
Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan suatu
instrumen penelitian, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya
untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun
diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Perhitungan reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan
menggunakan program SPSS 20.0. Pengujian reliabilitas dilakukan
terhadap pernyataan yang telah dinyatakan valid, hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.7
Tingkat Reliabilitas Instrumen Kepercayaan Diri
Cronbach’s Alpha N of Items
.6473 24
Keterangan:
Antara 0.800 – 1.000 : Reliabilitas sangat tinggi
Antara 0.600 – 0.799 : Reliabilitas tinggi
Antara 0.400 – 0.599 : Reliabilitas cukup tinggi
Antara 0.200 – 0.399 : Reliabilitas rendah
Antara 0.000 – 0.199 : Reliabilitas sangat rendah
3.7Analisis Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak
untuk diolah. Adapun tahapan pada verifikasi data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
40
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Tabulasi data, yaitu merekap data yang diperoleh dari hasil penyebaran
instrumen dengan cara melakukan penyekoran
c. Perhitungan statistik.
2. Penyekoran Data
Data yang diolah melalui verifikasi, diskor pada setiap pilihan jawaban
yang diambil. Angket yang disusun menggunakan skala Likert, yaitu
angket yang menyediakan beberapa alternatif jawaban. Penyekoran setiap
pilihan jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.8
Pola Skor Pilihan Angket Kepercayaan Diri
Pernyataan STS TS R S SS
Positif 0 1 2 3 4
Negatif 4 3 2 1 0
3. Pengelompokkan dan Penafsiran Data Kepercayaan Diri
Kategorisasi pada instrumen kepercayaan diri siswa akan membagi sampel
penelitian ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penentuan kategori siswa adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan Z score, yaitu dengan rumus:
Keterangan:
x = Nilai kepercayaan diri siswa
x = Rata-rata kepercayaan diri siswa
Sd = Simpangan baku
b. Data instrumen ditransformasi menjadi data interval, dengan rumus
41
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat ditentukan kategorisasi kepercayaan
diri siswa yang dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kategorisasi Skor kepercayaan Diri Siswa
Interval Kategori Interpretasi
≥ 60 Tinggi Siswa telah mencapai tingkat
kepercayaan diri yang ideal, artinya siswa memiliki tingkat kepercayaan diri yang optimal dalam semua aspek kepercayaan diri
41 – 59 Sedang Siswa berada pada tingkat kepercayaan diri kondisional, artinya siswa memiliki kepercayaan diri di semua aspek kepercayaan diri, namun masih bersifat kadang-kadang, tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang dihadapi siswa
≤ 40 Rendah Siswa memiliki pencapaian tingkat
kepercayaan diri yang kurang optimal dalam semua aspek kepercayaan diri
3.8Prosedur Penelitian
Penelitian mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
3.8.1 Menyusun proposal penelitian dibimbing oleh dosen mata kuliah
Metode Riset.
3.8.2 Mengajukkan proposal penelitian pada seminar di hadapan dosen mata
kuliah Metode Riset, kemudian direvisi dan disahkan oleh dewan
skripsi dan ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
3.8.3 Mengajukkan permohonan pengangkatan dosen pembimbing pada
tingkat fakultas.
3.8.4 Mengajukkan permohonan ijin penelitian dari ketua Departemen
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi
untuk melanjutkan ke tingkat fakultas dan Rektor UPI.
3.8.5 Melakukan studi pendahuluan ke SMP Negeri 29 bandung dan
42
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.8.6 Menyusun instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan
instrumen oleh dosen-dosen ahli Departemen Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan
3.8.7 Melakukan ujicoba instrumen bersama dengan pengumpulan data.
3.8.8 Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyusun implikasi
Bimbingan dan Konseling.
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN REKOMENDASI
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan temuan penelitian mengenai rasa percaya diri siswa, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Tingkat percaya diri yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 29
Bandung terbagi dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah,
namun pada umumnya kepercayaan diri siswa berada pada kategori
sedang, pada kategori ini ditandai dengan sikap siswa yang a) yakin pada
kemampuan diri sendiri, b) memiliki pandangan positif terhadap masa
depan, c) memandang sesuatu sesuai dengan kebenaran, d) memiliki
pengharapan yang mauk akal, e) mempertimbangkan keadaan yang sedang
dihadapi sebelum mengambil tindakan, f) merasa bahagia dengan diri
sendiri, g) berani menghadapi situai yang baru, h) dapat membangun
suasana hangat dalam kelas, i) siap menanggung resiko, j) berani tampil di
depan orang banyak, k) dapat mengungkapkan pengalaman kepada orang
lain, l) mampu mengatasi rasa cemas, dan m) bersikap positif ketika
mengalami kegagalan.
5.1.2 Dilihat berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri siswa, yaitu aspek
kognitif, aspek emosi, dan aspek performance, tingkat kepercayaan diri
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015
cenderung berada pada kategori sedang, dan perlu dikembangkan dengan
adanya bimbingan dari Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
5.1.3 Implikasi bagi layanan Bimbingan dan Konseling dituangkan kedalam
sebuah rancangan program Bimbingan dan Konseling dalam bentuk
layanan dasar untuk membantu mengembangkan dan meningkatkan
kepercayaan diri siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri sedang dan
70
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.2 KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan, namun dengan adanya
keterbatasan ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan
datang, adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.2.1 Pada penelitian ini hanya meneiliti rasa percaya diri siswa secara umum,
tidak berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri
ataupun faktor-faktor pembentuk rasa percaya diri.
5.2.2 Penelitian melibatkan subjek penelitian dengan jumlah yang terbata, yaitu
162 siswa. Sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada
kelompok subjek dengan jumlah besar.
5.2.3 Masih terdapat beberapa responden yang tidak lengkap dalam mengisi
kuesioner, dan beberapa responden yang mengisi kuesioner dengan tidak
serius.
5.3 REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 29
Bandung, berikut dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi pihak terkait:
5.3.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat menerapkan dan
mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang disusun
oleh peneliti sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan rasa percaya
diri siswa.
5.3.2 Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Secara praktis peneliti diharapkan dpat memberikan informasi
secara empirik mengenai fenomena kepercayaan diri siswa di Sekolah
Menengah dan upaya layanan BK yang dituangkan dalam program BK
untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, sebagai bahan referensi pada
mata kuliah Teori BK Pribadi-Sosial, dan Praktikum BK Pribadi-Sosial
71
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti kepercayaan diri
siswa dapat melakukan penelitian berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri ataupun faktor-faktor pembentuk rasa
percaya diri dan diharapkan dapat menguji cobakan program Bimbingan
dan Konseling yang telah dirancang atau disusun oleh peneliti sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M dan Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Amien. (2000). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja melalui Konseling
Kelompok. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Benabou, R. dan Tirole, J. (2002) “Self-Confidence and Personel Motivation”.
The Quarterly Journal of Economics. 3, 871-915.
Cheng, H. dan Furnham, A. (2002). “Personality, Peer Relations, and Self
Confidence as Predictors of Happiness and Loneliness”. Journal of Adolesence. 25, 327-339.
Darajat, Z. (1982). Penyesuaian Diri, Pengertian dan Peranannya dalam
Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
Dariyo, A. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT Refika Aditama.
Daud, A. (2010). Bimbingan Pribadi. [Online]. Tersedia: http://abudaud2010. blogspot.com/2010/10/bimbingan-pribadi.html. [12 Juni 2014].
DEPDIKBUD. (1998). SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 025/D/1995. Jakarta: Depdikbud.
DEPDIKNAS. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: UPI.
DEPDIKNAS. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Ajar Mandiri
Pelatihan Pengawas Sekolah. [Online]. Tersedia: http://file.upi/FIP/JUR.
Pend Luar Sekolah/19560810. [22 September 2013].
Desmita. (2007). Psikologi Perekembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Endang, A. (2000). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling
Kelompok. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
73
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hakim, T. (2005). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Lauster, P. (1997). Tes Kepribadian (Terejmahan Cecilia G. Sumekto). Yogyakarta: Kanisius
Lindenfield, G. (1997). Mendidik Anak agar Percaya Diri (Alih Bahasa). Jakarta: Arcon.
Makmun, S.A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Norman, M. dan Hyland, L. (2003). The Role of Confidence in Lifelong Learning. Educational Studies, Vol 29, No 2/3 pp. 26270. Tersedia:
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode,
Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.
Rustanto, B. (2013). Konsep Kepercayaan Diri. [Online]. Tersedia:
http://bambang-rustanto.blogspot.com/2013/08/konsep-kepercayaan-diri.html. [22 April 2014].
Priyono, R. (2011). Efektivitas bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik
bercerita untuk meningkatkan kepercayaan diri anak korban bencana alam.
Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga
Simbolon, R.R. (2013). Profil kepercayaan Diri Peserta Didik dan Implikasinya
terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi PPB FIP UPI: tidak
diterbitkan
Sobur. (1985). Butir-butir mutiara rumah tangga. Jakarta: GPK Gunung Agung.
74
Angga Khuzaifah Prawira, 2015
Profil rasa percaya diri siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes, Suatu Pengantar Kepada Teori Tes
dan Pengukuran. Jakarta: LPTK DEPDIKBUD.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhardita, K. (2011). Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan dalam
Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Thesis
Psikologi Pendidikan Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sukardi. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, N.S. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia & PT Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.
Walgito, B. (2005). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset.
Walgito, B. (2005). Program Bimbingan Pribadi Sosial dan Self-Confidence
Peserta Didik Terisolir Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. tidak
diterbitkan.
Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.