• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR

BULUTANGKIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Sains Olahraga

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh Fiptah Mutakin

1001385

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

BULUTANGKIS

Oleh Fiptah Mutakin

Sebuahskripsi yang diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelar SarjanaSains Program StudiIlmuKeolahragaan

© Fiptah Mutakin 2015 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2015

HakCiptadilindungiundang-undang

(3)

FIPTAH MUTAKIN

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR

BULUTANGKIS

Disetujuidandisahkanoleh pembimbing : Pembimbing I

Agus Rusdiana M.Sc., Ph.D. NIP. 197608122001121001

Pembimbing II

Nur Indri Rahayu S.Pd, M.Ed NIP. 198110192003122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

Fiptah Mutakin 1001385

FakultasPendidikanOlahragadanKesehatan UniversitasPendidikan Indonesia

Agus Rusdiana1 Nur Indri Rahayu2

Dalamolahragabulutangkis, pemain tunggal dan ganda merupakan pemain yang memilikikarakterbermainyangberbedadalammelakukanperminannya.Tujuandalampenelitia niniadalah(1) Untuk mengetahui gambaran kondisi fisik dan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis,(2) Untukmengetahuiperbedaan kondisifisikpemaintunggaldenganpemaingandadalamcaborbulutangkis,(3)Untukmengetahu iperbedaanteknikdasarpemaintunggaldenganpemaingandadalamcaborbulutangkis.Metodep enelitian yang digunakanyaitudeskriptifkomparatif.Sampel yang digunakansebanyak30 orangpemainbulutangkis.15 orang daripemaintunggalPB.Mutiaradan15 orang daripemaingandaPB.Mutiara yang diambilmenggunakanmetodepurposive

sampling.Instrumen yang digunakanadalahteskondisi fisik dantes teknik dasar.

Hasilpenelitianmenunjukkannilairata-ratakondisi fisik pemain tunggaladalah35.86danuntukpemain gandaadalah37.33.Sedangkannilaiteknik dasar pemain tunggaladalah350.99danuntukpemain gandaadalah349.00.Nilaidariuji independent sample t-test untukperbandingankondisifisikadalah0.910dengannilaiprobabilitas0.370, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemain tunggal dengan pemain ganda dalamcaborbulutangkis,sedangkanuntukperbandinganteknikdasaradalah0.156dengannilaipr obabilitas 0,877, yang berartitidak terdapat perbedaan yang nyata atau signifikanantarapemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis

(5)

ABSTRACT

COMPARISON OF PHYSICAL CONDITION AND TECHNIQUES BASIC PLAYERS SINGLE PLAYERS WITH DOUBLE BRANCH IN SPORT

BADMINTON

Fiptah Mutakin 1001385

FakultasPendidikanOlahragadanKesehatan UniversitasPendidikan Indonesia

Agus Rusdiana1 Nur Indri Rahayu2

In badminton, singles and doubles players are players who have played different characters in conducting the game. The aim in this study were (1) To know the description of the physical condition and basic techniques single player with multiple players in the sports of badminton, (2) To determine differences in the physical condition of a single player with multiple players in the sports of badminton, (3) To know the basic techniques difference Single player doubles player in the sports of badminton. The method used is descriptive comparative. The sample used as many as 30 people badminton players. 15 people from the single player PB.Mutiara and 15 people from doubles player PB.Mutiara taken using purposive sampling method. Instruments used dalah tests physical condition and basic technical tests. The results showed the average value of the physical condition of the single player are 35.86 and 37.33 for doubles players are. While the basic technique of single-player value is 350.99 and for a doubles single-player is 349.00. The value of the test independent sample t-test for comparison of physical condition is 0.910 with probability value 0370, which means there is no significant difference between single player with multiple players in the sports of badminton, while the basic technique for comparison is 0156 with a probability value of 0.877, which means there are no real or significant differences between single player with multiple players in the sports of badminton.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangPenelitian ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian... 6

E. StrukturOrganisasi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. KeterampilanDasarPermainanBulutangkis ... 8

B. Kondisi Fisik Pemain tunggal dan ganda dalam cabor bulutangkis ... 23

C. Komponen Kondisi Fisik Pendukung Karakteristik Gerak Pemain Tunggal dan Ganda Dalam Cabor bulutangkis ... 26

D. Karakteristik permainan tunggal cabor bulutangkis ... 30

E. Karakteristik permainan ganda cabor bulutangkis ... 30

F. Karakteristik pemain tunggal dan ganda ... 32

G. Kerangka pemikiran ... 32

H. Hipotesisi ... 34

(7)

A. DesainPenelitian ... 35

B. Partisipan ... 36

C. Populasi Dan Sampel ... . 36

D. InstrumenPenelitian... . 37

E. Metode dan ProsedurPenelitian... . 53

F. Analisis Data ... . 54

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... . 57

A. TemuanPenelitian ... 57

1. AnalisisDeskriptif ... 57

a. Deskripsi hasil tes kondisi fisik dan teknik dasar pemain Tunggal ... 58

b. Deskripsihasilteskondisifisikdanteknikdasarpemain Ganda ... 64

2. Perbandingan Rata-Rata Per-Item Tes Kondisi Fisik dan Teknik Dasar ... 70

3. UjiAsumsi ... 73

a. UjiNormalitas ... 73

b. Uji_Homogenitas ... 74

c. Uji-Hipotesis ... 75

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... .80

A. Simpulan ... . 80

B. Rekomendasi ... . 80

DAFTAR PUSTAKA ... . 82

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang paling terkenal didunia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur,berbagai tingkat keterampilan, dan pria maupun wanita memainkan olahraga ini didalam atau diluar ruangan dengan berbagai tujuan diantaranya adalah sebagai 1) olahraga rekreasi, 2) olahraga pendidikan, 3) olahraga kesehatan atau media untuk meningkatkan kesegaran jasmani, dan 4) olahraga prestasi.

Permainan bulutangkis dibagi menjadi tiga partai yaitu tunggal, ganda dan ganda campuran. Tujuan utama dalam permainan bulutangkis adalah untuk memukul dan melewatkan satelkok melalui atas net dan menjatuhkannya didaerah permainan dan berusaha agar lawan tidak memukul satelkok dan menjatuhkannya didaerah permainannya sendiri.

Dalam permainan tunggal, menurut Grice yang diterjemaahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007, hlm. 121) menjelaskan bahwa “ permainan dalam partai tunggal pada umumnya merupakan permainan yang ditentukan oleh stamina dan kesabaran”. Maka dalam permainan tunggal lebih cenderung mempertahankan rally yang menguras stamina dan sifat khas permainan tunggal ialah banyaknya clear shot dan drop shot yang bergantian untuk memaksa lawan mundur kemudian maju lagi. Seorang pemain tunggal harus memiliki footwork yang teratur dan cepat. Supaya gerakan-gerakan yang cepat itu berlangsung untuk jangka waktu lama, diperlukan stamina yang memadai. Karena itu footwork yang cepat, teratur, dan stamina yang kuat menjadi faktor dominan diperlukan seorang pemain tunggal.

(9)

2

gerak reflek dan daya tahan tinggi dapat meningkatkan kemampuan untuk menutupi lapangan dalam partai tunggal. Johnson (1984, hlm. 120) pengembaliannya lemah, 4) Smashlah semua bola tanggung di daerah tengah lapangan, 5) Arahkan shuttlecock ke titik yang tidak dijaga sejauh mungkin dari tempat lawan berdiri.

Untuk dapat bermain tunggal yang baik harus melakukan latihan dengan teratur, dan kesinambungan. Latihan teknik, taknik, mental maupun fisik merupakan subjek yang menentukan prestasi yang maksimal. Maka dari itu semakin teratur pemain melakukan latihan maka semakin baik pula tingkat keterampilan bermain tunggal dalam bulutangkis.

Adapun permainan ganda merupakan permainan yang tidak begitu banyak memerlukan daya tahan sepertitunggal, tapilebih banyak menghendaki kecermatan, kegesitan dan kerja sama yang baik,menurut Grice yang diterjemaahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007, hlm. 135)menjelaskan bahwa : “permainan ganda sangat berbeda dengan permainan tunggal, khususnya karena anda sekarang memiliki pasangan , tapi juga karena anda biasanya memiliki lebih sedikit waktu untuk berpikir dan bereaksi”. Sesuai dengan kutipan diatas permainan ganda harus melakukan rotasi yang baik, kerja sama beregu dan strategi yang sama untuk berhasil.sistem rotasi mencakup dari posisi depan dan belakang keposisi samping, tergantung pada keadaan menyerang atau bertahan.Selain itu seorang pemain ganda memiliki kecepatan reaksi dan refleks pukulan serta power yang baik.

(10)

Pukulan cepat seperti drive, smes, servis, dan wiping (menyapu) adalah jenis pukulan yang wajib dan harus dikuasai dengan terampil dalam permainan ganda. Adapun servis yang banyak dipakai dalam permainan ganda adalah servis pelan supaya melintas tipis diatas net dan jatuh tipis didekat garis serang lawan.

Dalam permainan ganda ada filosofi yang berbunyi “ siapa yang bisa

menyerang lebih dulu, dialah yang akan menang”. Filosofi ini rata-rata dipegang

oleh setiap pemain ganda. Ini terlihat dalam karakter permainan ganda sekarang yang menganggap bahwa pertahanan yang baik adalah menyerang.Selain itu, ciri khusus permainan ganda adalah rally-rallynya yang lebih cepat dan ketat serta gerakan-gerakannya lebih gesit daripada dalam tunggal untuk mempertahankan bidang masing-masing.

(11)

4

dasar yang baik merupakan bagian penting untuk menampilkan permainan yang sempurna.

Mengenai kondisi fisik, Satojo (dalam hendrabayu, 2011, hlm. 1) mengungkapkan bahwa kondisi fisik adalah:

Satu kesatuan utuh dari komponen-komponn yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampaikan pada masalah status kondisi fisik.

Kondisi fisik adalah kemampuan menghadapi kegiatan fisik olahraga secara optimal dari komponen-komponen fisik. Sedangkan teknik dasarmenurut Tohar ( dalam buku Subarjah & Hidayat, 2007, hlm. 31) merupakan “salah satu jenis keterampilan yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis”, karena merupakan salah satu pendukung pokok prestasi olahraga. Berdasarkan penulusuran terhadap sejumlah sumber, secara umum teknik dasar permainan bulutangkis dapat dikelompokan kedalam empat bagian yaitu cara memegang raket ( grips), sikap siap (stance atau ready position), gerakan kaki (footwork), dan gerakan memukul atau strokes.

Berkaitan dengan Kondisi fisik dan teknik dasar dalam bulutangkis. Kondisi fisik dibagi menjadi 10 komponen yaitu daya tahan , power, kelincahan, fleksibilitas, kecepatan, kekuatan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi (M. Sajoto, 1988, hlm. 10). Dari banyak komponen kondisi fisik tersebut , pada cabang olahraga tertentu memerlukan prioritas kondisi fisik tertentu. Demikian pula pada cabang olahraga bulutangkis, menurut Richard Eaton ( dalam Nugroho, hlm. 5)” komponen kondisi fisik yang penting dalam olahraga bulutangkis terdiri dari : daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan”. Sedangkan untuk teknik dasar yaitu gerakan kaki (footwork), pukulan service, pukulan clear, pukulan dropshot, dan pukulan smash.

(12)

belum diketahui lebih konkrit apakah terdapat perbedaan atau sama darikondisi fisik dan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda.

Dari latar belakang diatas maka penulis akan meneliti kondisi fisik dan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda yang terdiri dari, daya tahan, power, kelincahan, fleksibilitas, reaksi, pukulan service, pukulan clear, pukulan dropshot,pukulan smash dan pukulan netting. Disini penulis hanya akan melihat kondisi fisik pendukung karakteristik gerak dan teknik dasar dalam permainan tunggal dan permainan ganda. Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin melakukan penelitian dengan menganalisa perbandingan pemain tunggal dengan pemain gandadalam cabor bulutangkis dilihat dari kondisi fisik pendukung karakteristik gerak dan keterampilan teknik dasar. Penulis mengusung penelitian ini dengan judul perbandingan kondisi fisik dan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Mendasari semua permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana gambaran kondisi fisik dan teknik dasar pemain tunggaldengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi fisik pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(13)

6

2. Untuk mengetahui perbedaan kondisi fisik pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

3. Untuk mengetahui perbedaan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontibusi sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan dalam bidang kepelatihan daninformasi terhadap atlet, pelatih dan pembina mengenai kualitas fisik dan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangis. 2. Secara praktis dapat memberikan bahan masukan bagi para pembina dan

pelatih bulutangkis serta untuk mengetahui tingkat kualitas fisik dan teknik dasar pemain tunggal dan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti memaparkan urutan dalam penyusunanya. Adapun urutan dari masing-masing bab akan peneliti jelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Dasar Permainan Bulutangkis

(14)

C. Komponen Kondisi Fisik Pendukung Karakteristik Gerak Pemain

Tunggal dan Ganda Dalam Cabor Bulutangkis

D. Karakteristik Permainan Tunggal Cabor Bulutangkis

E. Karakteristik Permainan Ganda Cabor Bulutangkis

F. Karakteristik pemain tunggal dan ganda

G. Karangka Pemikiran H. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

B. Partisipan

C. Populasi dan sampel D. Instrumen Penelitian E. Prosedur penelitian F. Analisis Data

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data

B. Pembahasan Data

BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

B. Saran

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai dengan variable-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian untuk diuji kebenarannya. Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai hal ini, Nasution (2004, hlm. 40) mengatakan bahwa: “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganlisa data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan

tujuan penelitian”. Konstruk desain yang digunakan dalam menggunakan dua

variabel independent dan dua variabel dependent dengan paradigma ganda seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1

Desain Penelitian Sumber : Sugiyono (2012, hlm. 45)

Keterangan :

X1 : Kondisi fisik X2 : Teknik dasar Y1 : Pemain tunggal

Y2 : Pemain ganda

Menurut Kerlinger, 1973 (Sugiyono, 2012, hlm. 38) “variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari”.lebih lanjut Sutrisno Hadi

X

1

X

2

Y

1

(16)

(Arikunto, 2006, hlm. 159) menyatakan variabel adalah sebagai gejala yang bervariasi. Berdasarkan permasalahan yang ada, variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas / Independen ( X )

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kondisi fisik pendukung karakteristik gerak dan teknik dasar. Aspek kondisi fisik itu sendiri terdiri dari daya tahan, power, kekuatan, kelincahan, fleksibilitas dan reaksi. Sedangkan teknik dasar adalah footwork dan pukulan (strokes) yang terdiri dari pukulan servis pendek, service panjang, pukulan clear, pukulan smash, dan pukulan dropshot.

2. Variabel Terikat / Dependen ( Y )

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemain tunggal dan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

B. Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah PB. Mutiara dan sampel pada penelitian ini adalah bagian kecil dari populasi yaitu 15 atlet pemain tunggal dan 15 atlet pemain ganda cabor bulutangkis. Subjek dalam penelitian ini adalah atlet PB. Mutiara yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Atlet merupakan pembinaan sebagai pemain tunggal dan ganda 2. Atlet sudah memahami teknik dan mahir dalam bermain bulutangkis 3. Atlet menjalani Training Center dan Program latihan yang sama dalam

pembinaan pemain tunggal maupun ganda.

C. Populasi dan sampel

(17)

37

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2012, hlm. 81). Populasi dalam penelitian ini adalah atlet PB. Mutiara (putra) dan sampel pada penelitian ini adalah bagian kecil dari populasi yaitu 15 atlet pemain tunggal dan 15 atlet pemain ganda cabor bulutangkis.

Sample adalah bagian kecil dari suatu kelompok. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling purposive.Menurut Sugiyono (2012, hlm. 124) purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.Dalam bahasa lebih sederhana purposive sampling dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu sesuai persyaratan.

D. Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian ini terdiri dari tujuh bentuk tes untuk kondisi fisik dan tujuh bentuk tes untuk teknik dasar. Adapun alat pengumpul data berdasarkan pengamatan dilapangan dan hasil wawancara untuk kondisi fisik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Alat ukur untuk mengukur power lengan adalah two hand medicine ball put. (Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 192)

b. Alat ukur untuk mengukur kekuatan otot tungkai adalah tes vertikal jump. Sargent (dalam Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 190)

c. Alat ukur untuk mengukur daya tahan cardiovaskular adalah dengan menggunkan tes lari multi tahap (bleep test). (Nurhasa dan Cholil, 2007, hlm. 80)

d. Alat ukur untuk mengukur kelincahan adalah dengan menggunakan tes Illinois Agility Run Test. Getchel (dalam Maulana, 2014, hlm. 45)

e. Alat ukur untuk mengukur kordinasi mata tangan adalah dengan menggunakan tes Alternate Hand Wall toss Test.

(18)

g. Alat ukur untuk mengukur kelentukan badan adalah dengan menggunakan sit and reach test. Wells, 1952; Johnson, 1966 (dalam Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 177)

Selanjutnya alat pengumpulan data untuk teknik dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Alat ukur untuk mengukur footwork adalah dengan menggunakan footwork test dengan validitas sebesar 0,972 dan reliabilitas 0,882(dalam skripsi saputri, 2012, hlm. 34)

b. Alat ukur untuk mengukur hasil pukulan clear adalah menggunakan tes keterampilan clear (forehand) oleh French (dalam Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 235)

c. Alat ukur untuk mengukur hasil pukulan service pendek adalah menggunakan tes service pendek oleh French pada tahun 1941 (dalam Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 232)

d. Alat ukur untuk mengukur hasil pukulan service panjang adalah menggunakan tes service panjangdengan Validitas 0,94 dan Realibilitas 0,96oleh Scott Fox pada tahun 1959 (dalam Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 233)

e. Alat ukur untuk mengukur hasil pukulan dropshot adalah menggunakan tes dropshot dengan reliabilitas tes sebesar 0,90 dan validitas tes sebesar 0,74. Hidayat,2004,hlm. 138(dalam Ramdan, 2013,hlm. 30)

f. Alat ukur untuk mengukur hasil kecepatan pukulan smash adalah menggunakan speed radar gun.

(19)

39

Untuk lebih jelasnya mengenai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, secara rinci akan diuraikan mengenai pelaksanaan tes tersebut sebagai berikut: a. Tes power lengan

1) Tujuan : untuk mengukur kekuatan lengan atau power lengan

2) Alat/fasilitas : alat tulis, bangku, bola medicine 6 pound, tali, pita ukuran 3) Pelaksanaan :

a. Testeduduk dibangku dengan punggunglurus.

b. Testememegangballmedicine denganduatangan,didepandadadandi bawah dagu.

c. Teste mendorongbolakedepansejauhmungkin,punggungtetapmenempel di sandaran bangku. Agar punggungnya tetap menempel pada

sandaran bangku,tubuhtesteepadasaat mendorong

bola,tubuhtesteeditahan dengan menggunakan talioleh pembantutester. d. Testemelakukan ulangan sebanyak 3 kali.

e. Sebelummelakukantes, testeebolehmencoba melakukannya1 kali.

Gambar 3.2 TesTwo-Hand Medicine Ball Putt Sumber :(Ismaryati, 2011, hlm. 65)

4) Penskoran : Penilaian pada tes ini adalah jarak diukur dari tempat jatuhnya bola hingga ujung bangku. Nilai yang diperoleh adalah jarak terjauh dari ketiga ulangan yang dilakukan. Jarak diukur dengan cm.

Tabel 3.1 Penilaian Tes Power Lengan

(20)

Kurang Cukup Baik Baik Sekali Sempurna MedicineBallPut 2,63- 3,67 3,68- 4,52 4,53- 5,37 5,38- 6,22 > 6,23 Sumber : Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan pengukuran olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

b. Vertikal Jump Test

1) Tujuan : tesiniuntukmengukurpowerotottungkaidayatahaneksplosif kedua kaki.

1) Alat dan fasilitas : Pitameteranataupapanloncattegakdengangaris-garispercmsepanjang 175cm, Kapur/magnesiumkarbonat, Kain,Bolpointdanformulir.

2) Pelaksanaan :

a. Papanloncatdigantung padatembokdenganketinggiansesuaikandengan kebutuhan

b. Sebuahkursiataumejadiletakanberdekatanuntukpengawas .

c. Testeeberdirimenyamping,tapakkaki/kirimerapattembok

d. Tangankanan/kiriberkapurdiluruskankeatassetinggi-tingginya dan diletakkan padapapanloncattegak,bekasyangtertinggiiniialahtinggi raihan,kemudiantesteeberdiriuntuksiapmeloncat.

e. Selanjutnya testee meloncat setinggi-tinginya dengan bantuan ayunan kedualengandanmenyentuhkan jari-jaritangankanan/kirikepapan loncattegak.

(21)

41

Gambar 3.3 Tes Vertikal Jump Sumber : (Handayani,2012,hlm. 54)

3) Skor :

a. Hasiltertinggidarikedualoncatan yangdipih.

b. Dayatahaneksplosif dihitung selisihantaratinggiloncatantertinggi dikurangitinggiraihandalamcm.

c. Bilaraihandengantangankanan,loncatanharusdengantangankanan, demikiansebaliknya.

Tabel 3.2 NormaTesKekuatanOtotTungkaiPutra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sempurna > 70

2 Baik Sekali 62-69

3 Baik 53-61

4 Cukup 46-52

5 Kurang 38-45

Sumber : Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan pengukuran olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

c. Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test).

1) Tujuan : untuk mengukur daya tahan kardiovaskular VO max 2) Alat tulis dan Fasilitas : Lintasan datar yang tidak licin sepanjang minimal

(22)

dengan jarak yang ditentukan oleh kecepatan kaset. Kecepatan standar adalah satu menit (untuk jarak 20 meter).

3) Pelaksanaan:

a. Ikuti petunjuk dari kaset. Setelah 5 hitungan bleep, peserta tes mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis 2. Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis, lalu berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah sampai di garis sebelum terdengar bunyi bleep, peserta tes harus menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi bleep. Begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai dengan irama bleep.

c. Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkatan (level). Setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level ditandai dengan 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap shuttle ditandai dengan satu kali bleep.

d. Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai ia tidak mampu mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar, peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu mengikuti tes, dan ia harus berhenti.

e. Lakukan pendinginan dengan cara berjalan, jangan langsung berhenti/duduk.

(23)

43

a. Catat pada level dan shuttle terakhir, berapa yang berhasil diselesaikan peserta tes sesuai irama bleep.

b. Tes bleep juga untuk mengukur prediksi nilai VO2 max

Tabel 3.3 Penilaian Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test) Putra

Sempurna Baik Sekali Baik Cukup Kurang

> 75 58-74 48-57 37-47 < 36

Sumber : Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan pengukuran olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

d. TeskelincahanIllinois AgililityRun Test 1) Tujuan :Mengukur kelincahan.

2) AlatTulis dan Fasilitas : Arealapangan

yangluasnya400metertidaklicin,8cone(tandaberbentukkerucut) danStopwatch

3) Pelaksanaan :

a. Tandai area lapangan dengan luas 10 x 5 meter, kemudian letakkan 4 cone pada setiap ujung lapangan. Ujung kiri lapangan yang terdapat sebuah cone diberi tanda start dan ujung kanan lapangan yang terdapat sebuah cone diberi tanda finish.

b. Letakkan 4 cone lainnya pada area pertengahan lapangan, dan setiapcone jaraknya 3,3 meter.

c. Orang coba mulai berdiri di depan cone start, kemudian asisten menjelaskan jalur lari yang harus dilakukan sampai finish.

d. Padasaat asistenmemberiaba-aba“go”makaorangcobaharuslari secepatmungkinmengikutijalurlarisampaifinish,sementaraasisten

menjalankanstopwatch

(24)

Gambar 3.5 Illinois Test

Sumber : brianmac(dalam Maulana,2014,hlm. 46)

4) Skor : Waktu yang ditempuh sampai finish dicatat dan dicocokkan dengan tabel Illinois Agility Run Test.Tiaptesteemelakukan2kaliulangan dankemudiandiambilhasilterbaik.

Tabel 3.4 Penilaian Tes Kelincahan Rating Male Female

Sempurna <15.2 <17.0 Baik

Sekali

15.2-16.1 17.0-17.9 Baik 16.2-18.1 18.0-21.7 Cukup 18.2-19.3 21.8-23.0 Kurang >19.3 >23.0

Sumber : Davis B. Et al; Physical Education and the Study of Sport; 2000 (dalam www.brianmac.co.uk/illinois.htm)

e. Tes Kordinasi Mata dan Tangan

1) Tujuan : mengukur kordinasi mata tangan

(25)

45

3) Pelaksanaan : testi berdiri dibelakang garis batas lemparan sejauh 2 meter. Bola dilempar kearah dinding dengan menggunakan salah satu tangan dan ditangkap oleh tangan yang berlawanan dalam waktu 30 detik

4) Penilaian: skor jumlah tangkapan yang sukses dalam waktu 30 detik

Tabel 3.5 Penilaian Tes Kordinasi Mata Tangan

Sumber : Beashel dan Taylor, 1997 (diakses dari brianmac.co.uk/handeye.htm)

f. Tes fleksibilitas sendi bahu

1) Tujuan : untuk mengukur kemampuan ruang gerak sendi bahu 2) Alat/fasilitas : alat tulis, meteran, tongkat 50 cm, dan lantai yang rata 3) Pelaksanaan :

a. Orang coba berada dalam posisi tidur telungkup dengan kedua lengan lurus ke depan.

b. Kedua tangan orang coba memegang tongkat dengan jarak satu kepalan tangan.

c. Gerakan yang harus dilakukan adalah mengangkat tongkat tersebut ke atas, dagu tetap menempel pada lantai.

d. Testee pada waktu gerakan mengangkat bahu, siku tetap lurus. e. Orang coba diberi kesempatan sebanyak tiga kali.

Gambar 3.6 Tes fleksibilitas sendi bahu Sumber : (http://www.brianmac.co.uk/flextest2.htm)

(26)

5) Penskoran: pengukuran diambil dari jarak naiknya tongkat dari lantai dikurangi panjang lengan. Skor yang diperoleh orang coba adalah hasil penghitungan terbaik dari tiga kali kesempatan dan hasil penghitungan terbaik sebagai data penelitian.Jarak diukur dengan inci.

Tabel 3.6 Penilaian Tes Fleksibilitas Sendi Bahu

kurang Cukup Baik Baik sekali Excellent Female >11.75 10.75- 11.75 7.50-10.74 5.50- 7.49 <5.50

Male >12.50 11.50 -12.50 8.25-11.49 6.00- 8.24 <6.0

Sumber : Johnson, B.L. and Nelson, J.K. (1986).Practical Measurements for Evaluation in PE. 4th ed. Minneapolis: Burgess Publishing. Diakses dari

http://www.brianmac.co.uk/flextest2.htm

g. TesFleksibilitasdengan Sit & Reach Test 1) Persiapan

a. Subyekdudukdilantaisambilmeluruskankakinya (telapak kaki

menempelpadabantalankaretalat). Kepala,

punggungatasdanbawahharusmenempel di dinding.

b. Subyekmeluruskankedualengannyakedepan. Posisitelapaktangankanan

di atastelapaktangankiri,

dimanajaritengahkeduanyasalingmenempel&berhadapan.

c. Pemeriksamemindahkan slide pengukurankeangka “nol”. Letakkan

“scale arm” padaujungjaritengah, kemudiankuncipadatempatnya.

2) Aksi

a. Subyekmenggerakkantangannyakedepansejauhmungkin (dengancaramenekuktubuhpadapinggang)

sehinggaujungjaritengahakanmendorong scale arm.

(27)

47

3) Pengukuran

a. Catathasil yang di tunjukkansekarangsampaiketelitian 0,5”

b. Ulangipemeriksaaninitiga kali berturut-turut, denganwaktuistirahat 30 detiksebelum test berikutnya.

c. Hasil yang digunakanadalah yang terjauhdariketigapengukurantersebut. Gambar3.7 tes sit and reach

Sumber :peneliti

Tabel 3.7 Penilaian Tes Sit And Reach

No Klasifikasi StandarNilai

1 Sempurna >24

2 Baiksekali 18-23

3 Baik 12-17

4 Cukup 6-11

5 Kurang 1-6

Sumber :Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan pengukuran olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Alat ukur untuk tes teknik dasar secara rinci mengenai pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

a.Tes Hasil Footwork

(28)

2) Perlengkapan : lakban hitamuntuk pembatas,stopwatch,peluit, formulirtes, alat tulis

3) Pelaksanaan : testeeberada di tengah- tengahlapangan.Padaaba-abasiap“ya”,testeebergerakmelangkahkankakike depankananhingga menginjakkotaknomor1kanan,setelahitumundursampai

4) Penilaian : darijumlahgerakanfootworkyang terbanyakyang mampu dilakukanolehtestee.Lalucatathasilnyapada formulirtes,berapa

b. TesPukulan Clear Bertahan (forehand)

1) Tujuan : untuk mengukur kekuatan pukulan ke atas dan ketepatan mengarahkan kebagian belakang lapangan

2) Alat/fasilitas : alat tulis, kapur, pita sepanjang net, dua tiang pancang 3) Pelaksanaan :

a. Seorang testee berdiri di daerah yang sudah disediakan

2 1,15 m 1 m 1

1,5 m

1 1,15 m

(29)

49

b. Seorang pembantu berdiri di tengah-tangah lapangan yang bertarget sasaran, untuk memberikan serve

c. Sesudah pembantu melakukan serve, testee boleh meninggalkan tempatnya serta memukul shuttle cock sekuatnya dan harus lewat di atas tali

d. Testee diberikan kesempatan memukul sebanyak 20 kali

4) Penskoran : shuttle cock yang dipukul dengan benar dan memnuhi syarat-syarat tes serta jatuh didaerah sasaran, yang bernilai dengan urutan dari luar ke dalam yaitu : 3,5,4, dan 2. Shuttle cock yang tidak masuk di sasaran tidak diberi nilai. Shuttle cock yang jatuh pada garis sasaran dianggap masuk ke daerah sasaran yang bernilai lebih tinggi. Nilai dari 20 kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan. Jumlah ini merupakan skor dari clear tes seseorang.

Y 2 4 5 3

X

NET

Gambar 3.9Lapangan Untuk Clear Test Sumber:(Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 235)

Keterangan :

Y = start orang coba X = tempat melakukan pukulan

(30)

1) Tujuan : mengukur kemampuan dan ketepatan penempatan serve dengan satelkok dibawah

2) Alat dan fasilitas : alat tulis, kapur, pita sepanjang net, dua tiang pancang

3) Pelaksnaan :Orang coba berdiri pada bagian lapngan yang terletak sudut menyudut dengan sasaran yang dibuat untuk melaksanakan serve. Setelah aba-aba “ya” orang coba mulai melakukan serve diarahkan ke sasaran dengan kesempatan sebanyak 20 kali serve. Satelkok harus melintas di atas net dan dibawah pita.

4) Penskoran :Satelkok yang jatuh terdalam diberi nilai 5, kemudian 4,3,2, dan satelkok yang jatuh diluar target tetapi masih pada bagian servis court diberi nilai satu.Nilai dari 20 kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan. Jumlah ini merupakan skor dari servis pendek tes seseorang. Pada titik sudut lapangan dibuat garis-garis lengkungan dari titik sudutnya dengan jari 22 inch (55 cm), 30 inch (76 cm), 38 inch (97) dan 46 inch (107), ukuran ini termasuk 2 inch (5,08 cm).

Lebar tiap-tiap garis. Pita sepanjang net dengan lebar minimal 5 cm direntangkan dengan jarak ketringgian 0,5 cm di atas net.

x 5

3 4

1 2

X= tempat serve NET Gambar 3.10

(31)

51

d. Tes Keterampilan Service Panjang

1) Tujuan: untuk mengukur ketepatan mengukur shuttle cock

kearahsasaran tertentu dengan pukulan servis panjang (serve tinggi/

panjang)

2) Alat dan fasilitas : alat tulis, satelkok, kapur dan lapangan

3) Pelaksanaan : orang coba berdiri di daerah yang terletak di

sudut-menyudut dengan bagian lapangan yang diberi sasaran. Kemudian testee

melakukan serve diarahkan ke daerah sasaran dan berusa melewatkan

satelkok di atas tali dengan cara serve yang sah. Tiap testee diberi

kesempatan melakukan serve sebanyak 20 kali.

4) Penskoran : untuk serve panjang daerah-daerah sasaran dibuat pada sudut

belakang. Bagian samping, masing-masing dengan ukuran yang sama

dengan sasaran untuk serve pendekdengan jari 22 inch (55 cm), 30 inch

(76 cm), 38 inch (97) dan 46 inch (107), ukuran ini termasuk 2 inch (5,08 cm).Pada sepanjang net dengan lebih 5 cm direntangkan sejajar dengan net berjarak 14 feet (4, 27 m) dari net, dengan tinggi 8 feet(2,44m) dari lantai.Nilai dari 20 kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan. Jumlah ini merupakan skor dari servis panjang tes seseorang.

45

23

1

x

(32)

Gambar 3.11

Lapangan untuk Tes Serve Panjang Sumber : (Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 234)

e. Tes Keterampilan Dropshoot (forehand)

1) Tujuan : untuk mengukur keterampilan dropshoot (forehand)

2) Alat/fasilitas : alat tulis, lapangan bulutangkis, raket,shuttle cock dan pita yang direntangkan sejajar dengan net berjarak 60 cm dari atas net.

3) Pelaksanaan :

a) Orang coba berdiri dengan memegang raket di antara garis ganda lapangan.

b) Orang coba memukul shuttle cock dengan pukulan dropshoot kearah sasaran yang telah ditentukan.

c) Orang coba diberikan kesempatan memukul shuttle cock dengan pukulan dropshoot sebanyak dua kali pukulan.

4) Penskoran :

a) Satelkok yang jatuh terdalam diberi nilai 3, kemudian 2,1 b) Skor diambil dari jatuhnya bola ke daerah sasaran.

c) Satelkok yang tidak masuk pada ketinggian tali 60 cm di atas net tidak diberi nilai

d) Jika bola jatuh tepat pada garis yang membatasi dua petak sasaran maka skor yang dicatat adalah skor yang paling tinggi.

e) Skor diperoleh dari hasil jumlah keseluruhan orang coba dalam dua kali kesempatan melakukan dropshoot dan jumlah hasil keseluruhan yang dijadikan sebagai data penelitian.

(33)

53

3 2 1

X= tempat testi 1,98m99cm Gambar 3.12

Lapangan untuk Tes Dropshot Sumber : Penulis f. Tes Keterampilan Pukulan Smash

1) Tujuan : Untuk mengukur kemampuan (kecepatan dan kecermatan smes) 2) Alat : Speed Radar Gun

3) Petunjuk Pelaksanaan Tes Smes Bulutangkis

a. Testi berada di tengah lapangan diantara net dan garis belakang b. petugas pemegang speed radar gun berada diluar sebelah lapangan c. Testor berdiri disebelah lapangan yang berlawanan dengan testi, dan

memukul shuttlecock di arahkan ke testi pada sisi forehand d. Testi harus memukul bola dengan pukulan overhead smash

e. Saat testi memukul shuttlecock, petugas pemegang speed radar gun menembakan alat tersebut ke arah shuttlecock yang dipukul

f. Kesempatan memukul terdiri dari 2 pukulan forehand, testi diberi 2 kali kesempatan

g. Jika testor memukul shuttlecocks terlalu rendah maka tidak dihitung h. Untuk mendapatkan poin, testi harus memukul bola (smes) mendarat

pada lapangan permainan ganda.

(34)

Gambar 3.13 Tes Kecepatan Smes Sumber : Penulis

g. Tes Keterampilan Pukulan Netting

1) Tujuan : mengukur keterampilan netting 2) Alat dan fasilitas : alat tulis, kapur,

3) Pelaksnaan : testi berdiri pada garis serve pendek,dan Testor berdiri disebelah lapangan yang berlawanan dengan testi, dan melemparkan shuttlecock di arahkan ke testi pada sisi forehand dan backhand dengan kesempatan memukul terdiri dari 5 pukulan forehand dan 5 pukulan backhand.

4) Penskoran :Satelkok yang jatuh terdalam diberi nilai 4, kemudian 3,2, dan 1.Nilai dari 10 kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan. Jumlah ini merupakan skor dari netting tes seseorang.

X 4321

X= tempat testi Gambar 3.14 Lapangan untuk Tes netting

Sumber:(Poole, 1982, hlm. 47) E. Metode dan Prosedur Penelitian

(35)

55

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah medote deskriptif. Mengenai metode deskriptif Sukardi (2003:157) mengatakan “Penelitian deskriptif merupakan metode penilitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai apa adanya”. Lebih lanjut Sudjana dan Ibrahim

(2001:64) mengatakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang”.

Penelitian ini juga,menggunakan teknik penelitian independent sample t test yang bertujuan untuk menguji perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok sample.

Adapun langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 3.15 Bagan Prosedur Penelitian F. Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah menggunakan penghitungan komputerisasi program SPSS(Statistikal Product and Service

Populasi

Tes kondsi fisik

Sampel

Pengumpulan data

Pengolahan data

Kesimpulan

(36)

Solution) versi 16.0. Program ini digunakan karena memiliki kemampuan analisis

statistik sangat tinggi. Selain itu sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoprasiannya. Selanjutnya , data yang dianalisis pada peneliti ini adalah hasil dari kondisi fisik dan teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda cabor bulutangkis yang akan dibandingkan. Dari kedua hasil tersebut akan dilihat perbandingannya. Namun sebelum itu ada beberapa uji yang harus dilakukan terlebih dahulu.Analisis yang pertama uji asumsi statistik kemudia yang kedua uji hipotesis.

1. Uji Asumsi Statistik

Uji asumsi statistik merupakan tahapan pengolahan data melalui rumus-rumus statistik, dengan tujuan akhirnya menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam tahapannya, uji asumsi statistik melalui tahapan sebagai berikut:

a. Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan tahapan pengolahan untuk memperoleh informasi mengenai data, diantaranya rata-rata, standar deviasi, skor terendah dan skor tertinggi.

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berada pada taraf distribusi normal atau tidak. Menguji normalitas data dari setiap data. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji Kolmogorov-smirnov, dengan asumsi kelompok sampel termasuk ke dalam sampel kecil atau 30 ke bawah. Format pengujiannya dengan membandingkan nilai probabilitas (p) atau signifikansi (Sig.) dengan derajat kebebasan (dk) α = 0,05. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:

(37)

57

c. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi homogen atau tidak. Menguji homogenitas data dari setiap data. Uji homogenitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Levene Test. Format pengujiannya dengan membandingkan nilai probabilitas (p) atau signifikansi (Sig.) dengan derajat kebebasan (dk) α = 0,05. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai Sig. Atau P-value > 0,05 maka data dinyatakan homogen. 2) Jika nilai Sig. Atau P-value < 0,05 maka data dinyatakan tidak

homogen.

d. Independent Sample T-Test

Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji hipotesis perbandingan antar variabel. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:

Terdapat perbedaan antara kondisi fisik pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis

H0: Tidak terdapat perbedaan antara kondisi fisik pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

H1: Terdapat perbedaan antara kondisi fisik pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

(38)

Hipotesis 2:

Terdapat perbedaan antara teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis

H0: Tidak terdapat perbedaan antara teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis

H1: Terdapat perbedaan antara teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis

(39)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Nilai rata-rata kondisi fisik pemain tunggaladalah 35.86danuntukpemain gandaadalah 37.33. Sedangkannilaiteknik dasar pemain tunggaladalah 350.99danpemain gandaadalah 349.00.

Nilai signifikansi perbandingan kondisi fisik adalah 0,370 > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi fisik pemain tunggal dengan pemain ganda dalam cabor bulutangkis.

Akan tetapi setelah diolah dengan menganalisis per item tes, untuk tes vertikal jump pemain tunggal lebih baik dibandingkan dengan pemain ganda dan memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai probabilitas 0.04. Untuk item Alternate Hand Wall toss Test memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai probabilitas 0,001,pemain ganda memiliki kelebihan yang baik dibandingkan dengan pemain tunggal. Lalu dalam item tes illinois agility run, bleep test dan shoulder elevation test nilai rata-rata pemain tunggal lebih baik dibandingkan dengan pemain ganda.Sedangkan untuk tes kondisi fisik Sit And Reach dan Two Hand Medicine Ball Put pemain ganda lebih baik dibandingkan dengan pemain tunggal namun tidak terdapat pebedaan yang nyata.

Adapun untuk nilai signifikan teknik dasar adalah 0.877> 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata atau signifikan antara teknik dasar pemain tunggal dengan pemain ganda cabor bulutangkis.

(40)

B. Implikasi dan Rekomendasi

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh selanjutnya peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan literatur tambahan bagi pelaku olahraga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk para pemain bulutangkis, harus mampu meningkatkan kondisi fisik dan teknik dasarnya, untuk menunjang performa yang maksimal dalam suatu pertandingan.

2. Untuk para pelatih, baik pelatih tunggal maupun ganda, harus memberikan pelatihan kondisi fisik dan teknik dasar yang sepadan terencana dan benar, karena kedua aspek tersebut saling mendukung dalam menampilkan performa yang maksimal.

3. Bagi para peneliti, penelitian mengenai permasalahan ini perlu dilanjutkan untuk mendapat penjelasan yang lebih detail dengan memperhatikan faktor konsentrasi dan stamina sampel. Diharapkan dalam melakukan penelitian, sampel harus berada dalam keadaan yang freshsehinggastaminabisaterjagadenganbaik. selain itu alat-alat harus

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPIBandung.

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Nurhasan, dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung:

FPOK UPI Bandung.

Imanudin, iman. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: C. V. Tambak Kusuma.

Subarjah, Herman dan Hidayat,Yusuf (2007). Permainan Bulutangkis .Bandung: FPOK UPI Bandung.

Poole,James.(1986).Belajar Bulutangkis.Bandung.Pionir jaya .

Tony Grice. 2007. Bulutangkis : Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut.Jakarta:PTRajaGrafindo Persada

R.A, Hetti (2010). Sejarah Olahraga Bulutangkis

Aksan, Hermawan (2013). Mahir Bulutangkis.Nuansa Cendekia

Maulana, F. (2014). Analisis perbandingan kondisi fisik pemain sepak bola dengan pemain futsal . (skripsi). S1, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Handayani, R. (2012). Profil kondisi fisik atlet dayung kayak nasional dikaitkan dengan prestasi pada SEA GAMES XXVI 2011 di Indonesia. (skripsi). S1, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet :

(42)

Pecinta, hockey. (2012). Tes dan Pengukuran. [online].Diakses dari

http://pecintahockey.blogspot.com/2012/06/tes-dan-pengukuran-olahraga.html

Sudjadi, dr.(1996). Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. [online]. Diakses dari http://pixoplaak.blogspot.com/2010/04/makalah-tes-dan-pengukuran-penjas.html

Gambar

Gambar 3.2 TesTwo-Hand Medicine Ball Putt
Tabel 3.2 NormaTesKekuatanOtotTungkaiPutra
Gambar 3.5 Illinois Test
Tabel 3.5 Penilaian Tes Kordinasi Mata Tangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Aaker (1991), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau

Hal ini menunjukan kandungan nutrisi pada cumi-cumi kurang memenuhi kebutuhan ikan kerapu macan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan hanya cukup untuk

a) Menghubungkan situasi permasalahan dengan pengalaman yang sebenarnya terjadi dan masalah-masalah mutkhir. b) Menelusuri prinsip prilaku secara umum. Selama melakukan

Dengan demikian penelitian tentang analisis kebutuhan guru sekolah dasar di Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi apa yang dibutuhkan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern terhadap perusahaan yang dianalisis dengan menggunakan rasio aktivitas pada PT. Perhitungan yang

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam aspek sujud ketika sholat, indikator yang digunakan adalah kaki ditekuk, lutut diletakkan pada alas sholat, permukaan telapak tangan

Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental

Metode demonstrasi digunakan guru untuk memperagakan atau menunjukkan suatu prosedur yang harus dilakukan oeserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.