PEMBELAJARAN PKN BERBASIS MEDIA ICT DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI
KEWARGANEGARAAN SISWA DI SMKN 13 BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun Oleh:
ELLA DEWI LATIFAH, S.Pd
NIM:1107153
SEKOLAH PASCA SARJANA
BANDUNG 2013
PEMBELAJARAN PKN BERBASIS MEDIA ICT DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN
SISWA DI SMK NEGERI 13 BANDUNG
Oleh
Ella Dewi Latifah
S.Pd UPI Bandung, 2005
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan
© Ella Dewi Latifah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Ella Dewi Latifah (1107153) “Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa di SMKN 13 Bandung”
Penelitian ini bertolak dari pentingnya penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran, khususnya berkaitan dengan pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology). Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan media ICT di sekolah. Namun dalam memanfaatkan media ICT, harus didukung dengan fasilitas serta kemampuan guru dan siswa dalam memanfaatkan media tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis informasi tentang pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran yang mencakup kompetensi guru dan siswa, pelaksanaan dan hambatan, sarana prasarana pendukung, serta kompetensi PKn yang dilaksanakan di SMK Negeri 13 Bandung. Penelitian ini dilandasi teori tentang media pembelajaran (Kemp and Dayton), dan ICT sebagai media pembelajaran (Karsenti). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi, angket, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru PKn diharuskan untuk: 1) Memahami teknologi terkini, 2) Memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran baik berupa penggunaan in focus, e learning, edmodo, 3) Memfasilitasi siswa untuk mengerjakan tugas melalui media internet, email, facebook, 4) Mengupload soal UJON, 5) membuat materi presentasi power point, 6) menguasai media ICT yang difasilitasi oleh sekolah, 7) serta memahami karakteristik media ICT. Selain itu siswa pun diwajibkan memiliki kemampuan dan kompetensi yang sama dengan guru dalam memanfaatkan media ICT. Fasilitas Media ICT yang digunakan untuk menunjang pembelajaran PKn antara lain: e-learning, edmodo, in focus, Aplikasi internet dan area hotspot, Sistem ujian secara online (UJON). Proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn meliputi kegiatan: Mempersiapkan proses pembelajaran dan media, Pelaksanaan pembelajaran PKn berlangsung di dalam kelas dengan menggunakan media ICT, Evaluasi melalui proses penilaian berbasis ICT melalui sistem online (UJON). Kompetensi Kewarganegaraan Siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam Pembelajaran PKn meliputi aspek: Watak Kewarganegaraan (civic disposition), Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge), dan Civic Skill. Penulis menyimpulkan dan memberikan rekomendasi bahwa pemanfaatan media ICT berperan membina karakter Pendidikan Kewarganegaraan siswa, oleh karena itu pemanfaatan media ICT baik di sekolah harus dikembangkan agar dapat membentuk karakter Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang lebih baik lagi untuk membentuk kepribadian bangsa yang lebih baik.
ABSTRACT
Ella Dewi Latifah (1107153) "Learning Civics ICT-Based Media in Improving Student Citizenship Competencies in SMKN 13 Bandung"
This study departed from the importance of the use of educational media in learning, particularly with regard to (Information and Communication Technology). Therefore, the need for the use of ICT in the school media. However, in using ICT media, must be supported by the facility and the ability of teachers and students in the use of the media. The purpose of this study is to examine and analyze information about the use of ICT in the learning media that includes the competence of teachers and students, and barriers to implementation, infrastructure support, as well as Civics competencies held at SMK Negeri 13 Bandung. This study is based on the theory of learning media (Kemp and Dayton), and ICT as a learning medium (Karsenti).The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. The data collection techniques through in-depth interviews, observation, document study, questionnaire, and the study of literature. The results showed that: Civics teachers are required to: 1) understand the latest technology, 2) media Utilizing ICT in learning in the form of the use of in focus, e learning, Edmodo, 3) Facilitating students to do the work through the medium of the internet, email, facebook, 4) Uploading UJON matter, 5) made a power point presentation materials, 6) media mastering ICT facilitated by the school, 7) as well as to understand the characteristics of ICT media. In addition, students were required to have the same ability and competence to teachers in using ICT media. Media ICT facilities are used to support learning Civics include: e-learning, Edmodo, in focus, application and internet hotspot, an online test system (UJON). Process of media use ICT in teaching civics activities include: Preparing and media learning, teaching Civics Implementation takes place in the classroom using ICT media, through the evaluation of ICT-based assessment process through the online system (UJON). Citizenship competencies students after the use of ICT in Teaching Civics media covering aspects: Nature of Citizenship (civic disposition), Knowledge Citizenship (civic knowledge), and Civic Skill. The authors concluded that the use of the media to provide recommendations to foster ICT plays the character of civic education students, therefore the use of ICT in school media must be developed in order to establish the character of Citizenship Education students better for shaping the personality of a better nation.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 1. Identifikasi Masalah...
1. Pengertian Media Pembelajaran ... 16
2. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran ... 18
3. Pemilihan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran ... 19
B. Pengertian Pembelajaran dan Teori Pembelajaran Berbasis ICT... 1. Hakekat Teknologi Pembelajaran ... 22 22 2. Perkembangan Teknologi Pendidikan ... 26
3. Pengertian Information and Communication Technology (ICT)... 27
4. Fungsi ICT sebagai Media Pembelajaran ………... 5. Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran... 28 30 6. Klasifikasi ICT sebagai Media Pembelajaran ………... 7. Kelebihan dan Kekurangan ICT sebagai Media Pembelajaran….. 32 35 C. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……..………. 36
1. Pengertian dan Konsep Pendidikan Kewarganegaraan………….. 36
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ……. ... 38
3. Aspek-aspek Kompetensi dalam Pendidikan Kewarganegeraan.... 42
B. Desain Penelitian ………... 54
C. Pendekatan dan Metode penelitian ……….. 55
1. Pendekatan Penelitian………... 55
2. Metode Penelitian………... 56
D. Definisi Operasional………. 57
1. Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT ... 57
2. Kompetensi Kewarganegaraan ... 58
E. Instrumen Penelitian ... 59
F. Uji Validitas Data Penelitian ... 1. Keterpercayaan (Credibility/validitas internal)... G. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Observasi... 3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian... 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 71
1. Profil SMK Negeri 13 Bandung………... 71
2. Sarana dan Prasarana SMK Negeri 13 Bandung... 72
3. Jumlah Tenaga Pendidik dan Siswa SMK Negeri 13 Bandung ... 73
4. Visi, Misi dan Prestasi SMK Negeri 13 Bandung ……… 73
B.Deskripsi Hasil Penelitian……….. 1. Kompetensi yang Dimiliki Guru dalam Memanfaatkan Media ICT pada Pembelajaran PKn……… 2. Kemampuan Siswa untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn……… 3. Lingkungan/Sarana Prasarana Sebagai Penunjang untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn………. 4. Proses Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran PKn………... 5. Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Setelah Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn……….. 6. Hambatan dalam Memanfaatkan Media ICT dan Upaya untuk C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
Pembelajaran PKn ………... 103
3. Lingkungan/Sarana Prasarana Sebagai Penunjang untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn ……….. 106
4. Proses Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran PKn ……….. 5. Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Setelah Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn……… 6. Hambatan dalam Memanfaatkan Media ICT dan Upaya untuk Mengatasinya………. 110 114 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 130
A. Kesimpulan ... 130
1. Kesimpulan Umum ... 130
2. Kesimpulan Khusus ... 132
B. Rekomendasi ……….. 134
DAFTAR PUSTAKA ………. 136 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Media ICT dan Karakteristiknya ...34 Tabel 3.1 Subjek Penelitian ………. 53
Tabel 4.1 Daftar Prestasi SMK Negeri 13 Bandung……… 74 Tabel 4.2 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis………... 85 Tabel 4.3 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Wawasan tentang Sistem Demokrasi dan Struktur Pemerintahan …………... 86 Tabel 4.4 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Peran Sebagai Warga Negara dalam Kehidupan
Demokrasi ………
Tabel 4.5 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Peran Aktif dalam Lingkungan………... Tabel 4.6 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Kepercayaan Diri dalam Mengemukakan Pendapat………... Tabel 4.7 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Berkomunikasi dengan Menggunakan Bahasa
yang Baik……….
Tabel 4.8 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Tanggung Jawab Moral……….. Tabel 4.9 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Tanggung jawab Tugas dan Pekerjaan…………... Tabel 4.10 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Kedisiplinan Diri………. Tabel 4.11 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Kedisiplinan Diri dalam Mengerjakan Tugas dan Pekerjaan………... Tabel 4.12 Peningkatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap
DAFTAR BAGAN
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Pembelajaran……….…..
Gambar 2.2 Bagan Kedudukan Media ICT dalam Pembelajaran………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini sistem pembelajaran konvensional yang masih dilakukan di sekolah
kian diyakini sebagai sistem yang tidak efektif lagi dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan. Hal tersebut diyakini karena konsep-konsep kemampuan otak,
kecerdasan, dan kreativitas seseorang telah berkembang pesat serta makin
menguatkan argumentasi dan pemahaman yang ingin mengoreksi kelemahan sistem
pembelajaran konvensional menjadi sebuah sistem pembelajaran yang lebih baik.
Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh Suryadi (2007:83) yang
menjelaskan bahwa sistem pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan
memiliki ciri-ciri antara lain:
“kelas yang tertutup di sekolah serta tertutup dari lingkungan sekitarnya, setting ruangan yang statis dan sangat formal, kemudian guru menjadi satu-satunya sumber ilmu dan pengetahuan bagi siswa dan mengajar secara linier, menggunakan papan tulis sebagai sarana utama dalam proses transfer of knowledge, mengupayakan situasi dan kondisi belajar yang hening untuk mendapatkan konsentrasi belajar yang maksimal, serta menggunakan buku wajib yang cenderung menjadi satu-satunya referensi yang sah di kelas. Semua aspek dalam proses pembelajaran itu kini dinilai mengandung banyak kelemahan yang bahkan secara agregatif menjadi kontraproduktif terhadap pengembangan diri dan intelektual siswa.”
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukkan
interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah
interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar
tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa sebagai subjek belajar diartikan
bahwa siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima
Dalam sistem pembelajaran terkini siswa dituntut untuk banyak melakukan aktivitas
sesuai dengan tema yang dikembangkan dalam materi pembelajaran pada mata
pelajaran tertentu. Siswa dituntut untuk menemukan konsep-konsep penting yang
dikembangkan dalam tema materi pembelajaran atau melakukan inquiri. Sementara
guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengantarkan dan membimbing siswa
hingga menemukan konsep-konsep tersebut.
Proses inquiri yang dilakukan oleh siswa harus didukung oleh media dan
sumber belajaryang digunakan oleh guru. Media dan sumber belajar tidak hanya
terpaku pada buku teks yangdijadikan pegangan oleh guru. Apabila hal ini dilakukan
informasi materi pembelajaran sangatterbatas. Sumber materi yang terbatas, akan
sulit untuk mengembangkan tema. Hal yang idealadalah media dan sumber belajar
harus memberikan kemudahan bagi siswa dalam memperolehmateri yang nantinya
dapat dikembangkan dalam tema pembelajaran. Salah satu media dansumber materi
yang bisa dikembangkan adalah melalui teknologi informasi dan komunikasi(TIK).
Perubahan yang cepat pada masa sekarang ini disebabkan terutama oleh
kemajuanteknologi. Teknologi dapat dianggap sebagai katalis perubahan, yakni
membuat perubahan jadirevolusioner, sangat cepat dan intensif. Dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan, revolusi inisedang berlangsung dan berdimensi ganda,
yaitu menghubungkan penelitian otak modern dengan kekuatan informasi dan
pengetahuan yang dapat diakses secara cepat danmudah melalui teknologi informasi
dan komunikasi (Information and Communication Technology atau ICT).
Revolusi gabungan internet-komputer-World Wide Web (www)telah
membentuk generasibaru dengan nilai-nilai baru, gaya pergaulan baru, budaya baru,
bahkan ekonomi baru yang disebutsebagai ekonomi digital. Komunikasi dan akses
informasi menjadi serba instan, cepat dan mudah,sehingga aktivitas-aktivitas seperti
perdagangan dan pendidikan dapat dilakukan secara bersamaandengan sebuah
Berdasarkan hal tersebut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) menjadi kunci dalam mengembangkan kemampuan diri siswa di semua
aspek kehidupan untuk meningkatkan kemampuannya agar bisa menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman. Untuk itu, siswa perlu dibekali dengan kompetensi
yang memadai agar bisa menjadi peserta aktif di masyarakat nantinya. Cogan
(1999:8) menegaskan bahwa:
Technology is the second global trend area wich receives a great deal of attention in the media. Technological change has affected nearly every activity in wich people are engaged on a daily basis, eg, in the workplace, the home, at school, at leisure: yet it is probably the computer and electronics revolutions wich have most noticeably touched our lives directly. People are increasingly ‘online’ to the entire world with instant acces to so much information we don’t even know where to begin to sort it all out.
Pendapat tersebut menguraikan bahwa teknologi merupakan bagian dari
globalisasi sehingga mayoritas kegiatan yang dilakukan manusia saat ini tidak bisa
lepas dari teknologi. Termasuk mencari informasi dan terhubung dengan orang lain
melalui media yang memberikan fasilitas online dengan akses yang instan dan
mudah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan penyikapan yang
benar terhadap kemajuan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan sistem
pendidikan melalui persiapan-persiapan nyata pada peningkatan sumber daya
manusia sebagai pelaku kegiatan melalui kegiatan memanfaatkan teknologi.
Penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi selalu diawali dan
diiringi dengan upaya alih teknologi. Pada tahap lanjut dari upaya alih teknologi
untuk mengejar ketinggalan dalam tingkat penguasaan dan pengembangan teknologi
diperlukan kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif agar memiliki kemampuan
untuk menciptakan teknologi-teknologi baru. Penerapan pengembangan dan
penguasaan teknologi tidaklah mungkin dapat dicapai dengan baik, tanpa didukung
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Uno, dan Lamatenggo
(2005:2):
Globalisasi informasi yang terjadi sekarang ini dimungkinkan oleh penggunaan media elektronik dalam mengirim dan menerima informasi melalui radio, televisi dan juga melalui jaringan internet. Efek yang dimungkinkan oleh penggunaan radio dan televisi adalah bahwa ruang dan waktu menjadi kecil, karena apa yang terjadi di belahan dunia bagian barat, sudah dapat diketahui di dunia bagian timur satu jam sesudah terjadinya peristiwa itu. Para ahli komunikasi menyebutnya sebagai gejala time-space compression atau menyusutnya ruang dan waktu.
Dari pendapat di atas sudah jelas bahwa teknologi informasi adalah salah satu
kekuatan baru yang muncul pada awal abad ke-21 dengan ciri utama perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat, baik dari segi sarana, prasarana, infrastruktur
teknologi informasi, hardware, dan software. Penetrasi teknologi informasi ini telah
menyentuh hampir semua sektor kehidupan sosial yang ada saat ini. Perkembangan
teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari
lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Tuntutan global menuntut dunia
pendidikan untuk selalu senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap
usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama penyesuaian penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Haryanto (2010:1) yang menyatakan
bahwa:
Pendapat di atas menguraikan bahwa proses pembelajaran merupakan suatu
hal yang memerlukan perencanaan terlebih dahulu secara tepat, suatu kegiatan
melaksanakan kurikulum sekolah dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan dan merupakan suatu upaya untuk menghantarkan para siswa menuju
perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial, dengan
cara pengaturan lingkungan belajar oleh guru. Lingkungan belajar yang diatur oleh
guru diantaranya mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metodologi
pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan
komponen-komponen pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah rumusan
kemampuan yang diharapkan dimiliki para peserta didik setelah menempuh berbagai
pengalaman belajarnya (pada akhir pembelajaran). Bahan pembelajaran adalah
seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep,prinsip, generalisasi suatu
ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran. Metodologi pembelajaran adalah metode dan teknik yang
digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan peserta didik agar bahan
pembelajaran sampai kepadanya, sehingga peserta didik menguasai pembelajaran.
Hal senada dikemukakan oleh Sopiatin, P (2010:78) yang menyatakan
bahwa:
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pelajaran dalam kurikulum sekolah yang dituangkan oleh guru ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun non verbal. Untuk mengefektifkan proses komunikasi dalam proses belajar mengajar diperlukan media pengajaran sebagai salah satu sumber belajar.
Pendapat di atas menegaskan bahwa di dalam proses pembelajaran, terjadi
interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Proses komunikasi tersebut yaitu penyampaian materi-materi pelajaran yang akan
diperlukan tersedianya media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar juga
untuk mempermudah proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Haryanto (2010:2), yaitu:
Dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek penting, yakni metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran. Sebagai alat bantu pembelajaran, peran dan fungsi media pembelajaran tidak boleh diremehkan. Sebab proses pembelajaran yang berkualitas selalu menyediakan sumber belajar dan atau media pembelajaran yang kaya dan bervariasi. Media pembelajaran yang kaya dan bervariasi tidak saja membuat motivasi belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih bermakna.
Pendapat di atas menjelaskan bahwaproses inquiri yang dilakukan oleh siswa
harus didukung oleh media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru. Media dan
sumber belajar tidak hanya terpaku pada buku teks yang dijadikan pegangan oleh
guru. Apabila hal ini dilakukan maka informasi materi pembelajaran yang didapat
sangat terbatas. Sumber materi yang terbatas, akan sulit untuk mengembangkan tema.
Hal yang ideal adalah media dan sumber belajar harus memberikan kemudahan bagi
siswa dalam memperoleh materi yang nantinya dapat dikembangkan dalam tema
pembelajaran. Salah satu media dan sumber materi yang bisa dikembangkan adalah
melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Menurut pendapat Kamarga, H (2008:475-502) bahwa:
Dari pendapat di atas dapat terlihat bahwa media TIK sebagai salah satu
sumber belajar sangatlah penting bagi pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sarana dan prasarana belajar
yang memadai. Perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi dan
teknologi informasi (ICT), yang telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan tak
terkecuali pendidikan, sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan
terhadap adanya tuntutan reformasi dalam sistem pendidikan. Pengembangan dan
pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK tersebut baik yang bersifat off-line
maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berminat.
Proses pembelajaran dengan mengaplikasikan teknologi komunikasi dan
teknologi informasi (ICT) sangat dibutuhkan dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) di Indonesia
ditempatkan sebagai salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Kerangka sistematik Pendidikan Kewarganegaraan ini menurut Budimansyah
(2008:180) dibangun atas paradigma:1). Secara kurikuler bertujuan untuk
mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang
berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab, 2). Secara teoretik
memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic
disposition, dan civic skills) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan
terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila,
kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara, 3). Secara programatik
menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan
pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga
lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis, dan bela negara.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengusung
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan agar tidak monoton dan membosankan
khususnya bagi siswa, maka sistem belajar konvensional di sekolah makin diyakini
sebagai sistem yang sudah kurang efektif terhadap pembelajaran. Pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kenyataan tersebut akan berdampak secara langsung
terhadap kompetensi kewarganegaan siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tidak mengaitkan materi dengan realita kehidupan
siswa, lebih banyak memberikan kemampuan untuk menghapal bukan untuk berfikir
kreatif, kritis dan analitis, bahkan menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap
enteng dan kurang menarik.
Di sisi lain, Branson (1999:8-25) menegaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan dalam menghadapi era globalisasi hendaknya mengembangkan
civic competences (kompetensi kewarganegaraan). Aspek-aspek civic competences
tersebut meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic
disposition).
Pendidikan kewarganegaraan dipahami sebagai mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945. Dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan tersebut, pemerintah kemudian
merumuskan tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum yaitu Pertama,
berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
Kedua, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
berkembang secara posistif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya. Keempat, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (Kurikulum Kewarganegaraan untuk SD, SLTP, SMA, 2001:12). Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nuccio, A (2007).
A new model of civic education must place the student at the center of the learning process. It must use good curriculum materials that encourage critical thinking, teamwork, and interaction with classmates, teachers, parents, and the community. Teachers must receive high quality training in the use of materials and in how to collaborate with students in their own education.
Pendapat tersebut menyiratkan bahwa model baru dari pendidikan
kewarganegaraan harus menempatkan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran.
Dimana pendidikan kewarganegaraan ini harus menggunakan materi kurikulum yang
baik yang bisa mendidik siswa untuk berfikir kritis, bekerjasama dengan teman,
berinteraksi baik dengan teman sekelas, guru, orang tua, maupun dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Branson ( 1998:2), yaitu: “Civic education, therefore, is-or should be-a prime concern. There is no more important
task than the development of an informed, effective, and responsible citizenry”.
Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan
pendidikan yang dapat membentuk sikap dan perilaku warganegara yang baik. Dalam
sebuah negara demokrasi, civic education atau PKn seharusnya menjadi perhatian
utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang
bertanggung jawab, efektif dan terdidik.
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang harus dikuasai seorang siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat bahwa kompetensi adalah pengetahuan, nilai dan
Kompetensi ini diantaranya dihasilkan dari proses pembelajara di sekolah.
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menghasilkan kompetensi
kewarganegaraan. Dengan demikian kompetensi kewarganegaraan adalah
pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan siswa yang mendukungnya menjadi
warga Negara yang partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Salah satu upaya untuk mencapai kompetensi tersebut
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi, salah satunya penggunaan ICT
sebagai media pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Hasil pengamatan sementara melalui observasi langsung ke lapangan yaitu di
lingkungan SMKN 13 Bandung, sekolah tersebut merupakan sekolah bertaraf
Internasional (SBI) yang menggunakan kurikulum KTSP, kurikulum kejuruan yang
setara dengan kurikulum Belanda yang mana sekolah tersebut berdiri pada tahun
1946 yang dipelopori oleh Prof.C.O.Schaeffer. SMKN 13 Bandung merupakan salah
satu dari banyak SMK di Indonesia yang dipotensikan sebagai sekolah berstandar
nasional/internasional.Sekolah tersebut memperoleh IHT ISO Awareness dan
Verifikasi Kesiapan SMK oleh Konsultan dari Dikmenjur sehingga kini dapat
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000.
Sarana dan prasarana yang tersedia di SMKN 13 Bandung untuk menunjang
proses pembelajaran sudah sangat memadai. Bahkan sebagian besar kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah tersebut baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun
yang menyangkut masalah administratif sudah menggunakan internet dengan sistem
WAN dan LAN (Local Area Network) yang terhubung untuk seluruh akses komputer
di SMKN 13 Bandung.
Penggunaan teknologi di SMKN 13 Bandung sudah di laksanakan hampir di
semua kegiatan tidak terkecuali yang menyangkut kegiatan belajar mengajar di kelas.
Hal tersebut didukung dengan penyediaan tiap ruang kelas yang dilengkapi fasilitas
internet. Guru dan siswa di SMKN 13 Bandung dituntut untuk bisa menguasai ICT.
Terutama guru sebagai fasilitator di kelas dalam menyampaikan materi terhadap
siswa, wajib untuk menggunakan media ICT sebagai salah satu penunjang
keberhasilan di dalam proses pembelajaran. Selain itu beberapa guru di SMKN 13
Bandung telah melaksanakan pembelajaran dengan sistem E Learning yang di
dalamnya termuat banyak hal seperti: materi pelajaran, pemberitahuan dan
pengerjaan tugas, jadwal ujian, berita, artikel, bahkan ujian yang dilakukan dengan
sistem on line.
Penggunaan ICT di SMKN 13 menjadi hal yang wajib bagi guru dan siswa,
penggunaan media ini tidak hanya terbatas pada penggunaan fasilitas komputer
seperti infokus saja, tetapi juga padapenggunaan media kaset audio interaktif, televisi,
atau alat perekam dalam kegiatan belajar-mengajar. Lebih khususnya menindaklanjuti
fasilitas internet yang tersedia di SMKN 13 Bandung maka pembelajaran dilakukan
dengan kegiatan online berupa penggunaan internet untuk mencari bahan
pembelajaran, mengirim email, forum diskusi, atau melakukan presentasi web.
Dengan pemanfaatan teknologi terjadilah efisiensi, dalam arti lain bahwa guru
masih mempunyai waktu yang tersisa dari yang disediakan. Waktu yang tersisa ini
merupakan nilai tambah yang dihasilkan melalui pemanfaatan teknologi. Dalam
kaitan ini, guru dapat menggunakan waktu yang tersisa untuk membimbing para
siswanya mengerjakan soal-soal latihan atau untuk berdiskusi sehingga pada akhirnya
akan memberikan implikasi pada peningkatan hasil prestasi belajar para siswa.
Pemanfaatan ICT ini secara umum bertujuan menghubungkan murid-murid
dengan jaringan pengetahuan dan informasi. Selain itu mengembangkan sikap dan
kemampuan murid-murid untuk belajar sepanjang hidup (life-longeducation),
meningkatkan kinerja guru dalam bidang ICT. Pada akhirnya akan mengubah sekolah
menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dengan menjadikan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemanfaatan ICT ini adalah
dengan menyediakan sarana prasarana dan fasilitas TIK untuk murid dan guru yang
memungkinkan mereka mengakses informasi, mendorong pemain kunci dalam sistem
sekolah dalam menjalankan peran baru mereka. Di samping itu juga, sekolah
mengintegrasikan TIK dalam pendidikan sekolah melalui kurikulum yang sesuai
dengan dukungan sumberdaya dan mendorong tumbuhnya lingkungan berbasis
komunitas yang kondusif terhadap manajemen perubahan. Namun hal yang tak kalah
penting dalam pemanfaatan ICT adalah kemampuan atau kompetensi pelaksana
dalam memanfaatkan ICT yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi
dan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran.
Melihat betapa pentingnya pemanfaatan media ICT dalam menunjang
keberhasilan tujuan pendidikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan merumuskan judul: “Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa di SMKN 13 Bandung”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Pemanfaatan media ICT dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
memanfaatkan media ICT, khususnya berkaitan dengan pembelajaran.
b. Pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran merupakan salah satu upaya
peningkatan kemampuan siswa dalam memanfaatkan media ICT.
c. Pemanfaatan media ICT akan optimal dan berjalan dengan baik jika sarana
prasarana dan lingkungan yang menyediakan segala kebutuhan berkaitan
d. Belum adanya sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi serta media elektronik secara optimal disekolah, sehingga
pembelajaran yang ada masih konvensional dan monoton. Maka pemanfaatan
media ICT dalam pembelajaran semestinya dilaksanakan dalam setiap
pembelajaran pada seluruh mata pelajaran.
e. Pembelajaran PKn yang konvensial kurang menarik bagi siswa sehingga
kompetensi kewarganegaraan yang diharapkan kurang tercapai, penggunaan
media ICT dapat menarik minat dan perhatian siswa sehingga akan
berdampak pada perubahan kompetensi kewarganegaraan siswa.
f. Pada pelaksanaannya pemanfaatan media ICT tentu tidak akan terlepas dari
kendala dan hambatan, maka dalam pembelajaran yang memanfaatkan media
ICT selayaknya dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
berlangsung.
2. Perumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas
dan memiliki arah yang jelas sehingga memudahkan penelitian, maka penulis
membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk memanfaatkan
media ICT dalam pembelajaran PKN?
b. Bagaimana kemampuan siswa untuk memanfaatkan media ICT dalam
pembelajaran PKN?
c. Bagaimana lingkungan/sarana prasarana sebagai penunjang untuk
memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN?
d. Bagaimana proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKN?
1) Perencanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.
3) Evaluasi pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.
e. Bagaimana kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media
ICT dalam pembelajaran PKN?
f. Bagaimana hambatan yang dihadapi pada saat memanfaatkan media ICT dan
upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasinya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media
ICT dalam pembelajaran PKN untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan
siswa di SMKN 13 Bandung.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1) Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk memanfaatkan media ICT
dalam pembelajaran PKN.
2) Kemampuan siswa untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.
3) Lingkungan/sarana prasarana sebagai penunjang untuk memanfaatkan media ICT
dalam pembelajaran PKN.
4) Proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKN.
a. Perencanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.
b. Pelaksanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.
c. Evaluasi pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.
5) Kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam
pembelajaran PKN.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara keilmuan
(teoritis) maupun empirik (praktis). Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan
khususnya pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini
akan memperkuat landasan dimensi pendidikan kewarganegaraan yang terdiri atas
civic knowledge, civic skills dan civic disposition diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari serta bermanfaat antara lain:
1. Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan
empiris bagi kepentingan akademis dalam Pendidikan Kewarganegaraan
terutama bagi pemecahan masalah-masalah kewarganegaraan..
2. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut khususnya
bagi pengembangan pendidikan kewarganegaraan.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk dijadikan:
1. Sebagai sumber referensi mengenai pemanfaatan media ICT dalam
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran PKn.
2. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam meningkatan kompetensi dan kinerja
diri melalui pemanfaatan ICT dalam pembelajaran.
3. Pengalaman dan pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa sehingga mampu
penyerap materi lebih dalam serta menambah wawasan.
4. Meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa melalui pemanfaatan media
ICT
Tesis ini di susun ke dalam beberapa bab. Bab I meliputi bagaimana kajian
terhadap latar belakang dimunculkannya permasalahan dalam penelitian yang
diuraikan dalam Latar Belakang Penelitian. Kemudian bagaimana identifikasi
terhadap masalah serta pertanyaan-pertanyaan yang harus dibuktikan kebenarannya
yang diuraikan dalam bagianPerumusan Masalah. Selanjutnya dalam bab I diuraikan
Tujuan dan Manfaat Penelitian untuk melihat sejauhmana penelitian memiliki tujuan
dan manfaat yang akan didapatkan setelah penelitian dilakukan. Bagian berikutnya
pada bab I yaitu Struktur Organisasi Tesis yang berisi rincian mengenai urutan
penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam tesis mulai bab 1-terakhir.
Bab II pada penelitian ini berisi penguraian mengenai kajian teoritis yang
mendukung terhadap penelitian yang terdiri dari beberapa rincian. Yaitu terdiri dari
pengertian media pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Media ICT dalam
Pembelajaran PKN.
Bab III merupakan bagian yang menguraikan metode penelitian, pada bab ini
di uraikan mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan
metode penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, uji validitas data
penelitian, teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian.
SelanjutnyaBab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasannya,
bab ini terdiri dari deskripsi lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V memaparkan hasil penelitian secara keseluruhan melalui rincian lebih
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian iniadalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
13 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta Km. 10 Jati Sari/Bandung,
Buah Batu, Kota Bandung 40286 dengan pertimbangan bahwa berdasarkan
pengamatan awal ke SMKN 13 Bandung fasilatas ICT yang digunakan cukup
memadai dan seringkali dipergunakan secara rutin.
2. Subjek Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, dimana
subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau
sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian
dengan tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
Creswell (2010 :266) bahwa partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara
sengaja dan penuh perencanaan, penelitian yang dapat membantu peneliti
memahami masalah penelitian.
Agar memperoleh informasi yang valid dan bertalian, maka yang menjadi
subjek penelitiannya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Subjek Penelitian
No Informan Jumlah
1. Kepala Sekolah 1 orang
3. Guru PKn 3 orang
4. Peserta Didik kelas XI dan X 40 orang
Sumber : hasil olah data peneli
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian sebagai
gambaran tahapan-tahapan penelitian yang akan ditempuh oleh peneliti. Adapun
tahapan-tahapan tersebut terdapat pada gambar di bawah ini:
Bagan 3.1 Desain Penelitian
Studi Pendahuluan Penentuan Masalah Studi Empiris
Identifikasi Masalah
Analisis
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data Penyusunan Instrumen/ Pedoman wawancara Kajian Pustaka
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian
(Arikunto, 2002:23). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang digunakan
berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk
menemukan solusi dalam permasalahan tersebut. Alasan memilih pendekatan
kualitatif karena hal ini berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang
dikemukakan pada pendahuluan yang telah dipaparkan sebelumnya.
Menurut Bogdan dan Taylor (1992:29-32) bahwa maksud dari penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Hal ini
senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cresswell (1994:15) yang
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:
Qualitatif research is an inquairy process of understanding based on distinctmethodological tradition of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analysis words, report detailed views on informants, and conducts teh study in a natural cetting.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong (2004:131) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.
Dari pendapat di atas jelas bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada
tradisi metodologi penelitian dengan cara mengamati masalah sosial atau yang
berkaitan dengan masalah kemanusiaan. Peneliti membuat gambaran yang
pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian
dalam situasi yang alamiah artinya tanpa ada rekayasa.
Dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan otentik
dikarenakan peneliti bertemu langsung dengan informan sehingga bisa secara
langsung mewawancarai dan berdialog dengan informan. Peneliti memilih
pendekatan ini karena ingin mengetahui secara langsung dan mendalam mengenai
pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran pkn untuk meningkatkan kompetensi
kewarganegaraan siswa di SMKN 13 Bandung. Dari penelitian ini diharapakan
dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan tidak mengesampingkan
keakuratan data yang diperoleh.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian
yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan
kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang dan memusatkan pada masalah sosial
aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nazir (1998 : 63) yang menyatakan bahwa :
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.
Metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan
kenyataan sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk
memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan cara mendalam artinya
melalui berbagai teknis yang disusun secara sitematis serta dicari informasi
selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang lebih
Alasan peneliti melakukan penelitian dengan studi deskripstif, hal ini
karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh, bukan untuk
menguji hipotesis akan tetapi berusaha untuk mendapatkan gambaran yang nyata
tentang bagaimana pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn untuk
meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa. Karena penelitian ini bersifat
kualitatif, maka instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun
langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana dikemukakan Moleong (2000:103) bahwa “bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrument utama karena ia menjadi segala bagi proses penelitian.
Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan akhirnya ia menjadi pelapor penelitian”.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep utama, diantaranya media
pembelajaran,media pembelajaran ICT, pendidikan kewarganegaraan, dan
kompetensi kewarganegaraan.
1. Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT
Pembelajaran PKn berbasis media ICT adalah proses pembelajaran yang
menggunakan atau memanfaatkan media ICT baik dalam perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi. Adapun yang menjadi fokus utama dalam
pembelajaran PKn berbasis media ICT adalah:
a. Kompetensi yang dimiliki guru dalam memanfaatkan media ICT
b. Kemampuan siswa dalam memanfaatkan media ICT
c. Lingkungan sarana/prasarana yang menunjang dalam memanfaatkan
media ICT
d. Kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT
e. Hambatan pada saat memanfaatkan media ICT dan cara
menanggulanginya
Yang dimaksud dengan kompetensi kewarganegaraan adalah sikap,
tindakan yang cerdas dan penuh tanggung jawab yang diharapkan dari seorang
warga negarayang berhubungan dengan negara dan dapat memecahkan berbagai
masalah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Branson dalam (Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78) menjelaskan bahwa
kompetensi kewarganegaraan teruraikan sebagai berikut:
Cakupan civicknowledgemeliputipengetahuantentangsistempolitik, pemerintahan,konstitusi,undang-undang,hakdankewajibanwarganegara, dansebagainya.Sementaracivicskillmencakupketerampilanintelektual, sosialdanpsikomotorik.Sedangkancivicdispositionsmencakupsifat karakterpribadiwarganegarayangmanameliputitanggungjawabmoral, disiplindiridanhormatterhadapmartabatsetiapmanusia,kemudiansifat
karakterpublikmeliputikepeduliansebagaiwarganegara, kesopanan, hormat terhadapaturan(ruleofthelaw),berpikirkritis,dankemauanuntuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Nasution (2003:9) menyatakan bahwa peneliti adalah “key
instrument” atau alat penelitian utama. Dialah yang mengadakan sendiri
pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku
catatan. Ia tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket seperti yang lazim
digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia sebagai instrumen dapat
memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami
perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
Walaupun digunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan
utama sebagai alat penelitian.
Hal tersebut diperkuat oleh Creswell (2010:264) bahwa dalam deskriptif
kualitatif peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus
penulis sendiri yang langsung terjun ke lapangan untuk mencari informasi melalui
observasi dan wawancara. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan antarmanusia, dimana selama proses penelitian peneliti akan lebih
banyak mengadakan kontak langsung dengan orang-orang di sekitar lingkungan
penelitian yaitu di SMK Negeri 13 Bandung. Dengan demikian peneliti akan lebih
leluasa mencari informasidan data yang terperinci tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk penelitian.
F. Uji Validitas Data Penelitian
Penelitian kualitatif seringkali diragukan terutama dalam hal kesahihan
data (validitas data). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengecekan validitas data melalui “derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (tranferbility), ketergantungan (defendebility), dan kepastian (confirmabality)”
(Satori dan Komariah, 2011:164).
1. Keterpercayaan (Credibility/validitas Internal)
Salah satu pengecekan validitas data yaitu kredibilitas atau keterpercayaan. Kredibilitas adalah adalah “ukuran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian (Satori dan Komariah, 2011:165)”. Untuk memenuhi kredibilitas data penelitian ini, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam
rencana penelitian tesis ini. Cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Memperpanjang Masa Observasi
Agar penelitian ini dipercaya, maka peneliti perlu memperpanjang
observasi atau pengamatan. Peneliti harus cukup waktu untuk benar-benar
mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di
sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mencheck kebenaran informasi.
Lingkungan, orang-orang, dan perilaku dalam penelitian ini, yaitu SMK Negeri 13
Bandung dengan segala proses interaksinya, khususnya yang berhubungan dengan
b. Pengamatan Terus-Menerus
Pengamatan terus-menerus dilakukan agar penelitian ini dapat dipercaya,
dengan pengamatan terus-menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan
sesuatu lebih cermat, terinci, dan mendalam. Apa saja harus dianggapnya penting.
Lambat laun akan dapat membedakan hal-hal yang bermakna untuk memahami
gejala tertentu.
Maksudnya agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat
yang tinggi, maka dalam penelitian ini harus mengamati setiap perkembangan
yang terjadi pada subjek penelitian.
c. Trianggulasi
Data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenaran dengan cara
memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan
seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuan trianggulasi
yaitu menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya data yang
diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu
yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Cara
demikian untuk menghindari subjektifitas yang tinggi.
d. Peer Debriefing (Diskusi dengan Teman Sejawat)
Peer debriefing maksudnya bahwa penelitian ini didiskusikan dengan
orang lain terutama dengan teman sejawat posisinya dengan peneliti untuk
menerima masukan berupa pandangan-pandangan yang objektif dalam
memperkuat penelitian yang ada. Moleong (Satori dan Komariah, 2011:172) mengungkapkan bahwa “diskusi dengan teman sejawat akan menghasilkan: (1) pandangan kritis terhadap hasil penelitian; (2) temuan teori substantif; (3)
membantu mengembangkan langkah berikutnya; (4) pandangan lain sebagai pembanding”.
e. Menggunakan Bahan Referensi
Penelitian ini menggunakan bahan referensi yaitu bahan dokumentasi,
diambil dengan cara yang tidak menganggu atau menarik perhatian informan,
sehingga informasi data yang diperlukan dengan tingkat kesahihan yang tinggi.
2. Keteralihan (Tranferbility/Validitas eksternal)
Salah satu pengecekan validitas data yaitu dengan transferbilitas atau
keteralihan. Transferbilitas menurut Satori dan Komariah (2011:165) bahwa “berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang hampir sama”.
Terkait dengan penelitian ini, untuk mendapatkan derajat transferbilitas
yang tinggi maka peneliti akan berupaya mengangkat makna-makna
esensialdalam permasalahan penelitian, melakukan refleksi, dan telaah kritis
tentang masalah pokok penelitian ini, yaitu bagaimana pemanfaatan media ICT
dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan
siswa, secara jelas, rinci, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga penelitian ini
dapat dipahami dan digunakan disituasi dan tempat yang lain.
3. Kebergantungan (Defendability/Reliabilitas)
Salah satu pengecekan validitas data yaitu defendability atau
kebergantungan. Defendability menurut istilah konvensional disebut “reliability”
atau reliabilitas. Menurut Stainback (Satori dan Komariah, 2011:166) bahwa “reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan”.
Untuk mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhkan alat
yang reliable dalam memperoleh data yang valid. Alat tersebut adalah peneliti
sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama (key instrument). Dengan
demikian, peneliti terjun langsung ke lapangan guna mendapatkan data secara
langsung dalam situasi yang alamiah (natural cetting).
Salah satu pengecekan validitas data yaitu confirmability. Satori dan
Komariah (2011:166) mengungkapkan bahwa:
Confirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektifitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.
Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan
objektifitas, maka peneliti akan berusaha mendapatkan kepastian artinya jejak
yang dapat dilacak. Dalam pengertian ini artinya pemeriksaan keseluruhan proses
penelitian. Dalam rangka penulisan tesis ini comfirmabilty dilakukan oleh
pembimbing. Pembimbing berkewajiban untuk memeriksa proses penelitian serta
taraf kebenaran data serta tafsirannya. Cara ini dilakukan untuk mengetahui
apakah laporan penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan atau tidak,
untuk menjamin kebenaran sebuah penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Faisal, S dalam Sugiyono (2010:64) mengemukakan beberapa bentuk
observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, antara lain sebagai
berikut:
a. Observasi partisipan (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam aktivitas orang-orang yang sedang diamati. b. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.
c. Observasi terus terang atau tersamar, dalam penelitian ini peneliti secara terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Dengan demikian pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir penelitian tentang aktivitas peneliti.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari
penelitian.Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak.
Menurut Creswell (2010:267) bahwa “observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang didalamnya peneliti turun langsung ke
lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas-aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Maksudnya dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menyajikan secara realistik informasi tentang
pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan
kompetensi kewarganegaraan.
Data yang dikumpulkan melalui observasi adalah kegiatan dan proses
pelaksanaan pemanfaatan media ICT yang dilakukan oleh guru, baik penggunaan
media ICT di dalam kelas maupun di luar kelas seperti melalui media internet.
Subjek penelitian pada kegiatan observasi adalah guru PKn yang mengajar di kelas
X dan XI SMK Negeri 13 Bandung.
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-depth
interview) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab melalui tatap muka secara langsung. Pada penelitian ini teknik
wawancara mendalam merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua
alasan. Pertama dengan wawancara peneliti dapat menggali secara mendalam
mengenai subjek penelitian. Kedua pertanyaan yang ditanyakan kepada
narasumber bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan
dengan masa lampau, sekarang, dan masa yang akan mendatang.
Teknik wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dalam
dan Komariah (2011:130) bahwa “wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab”.
Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan. Seorang peneliti dapat menggunakan
wawancara sesuai dengan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang
dianggap memiliki pengetahuan yang memadai dan mengetahui informasi yang
dibutuhkan agar memperoleh data yang digunakan untuk menjawab fokus
penelitian.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara adalah data
keseluruhan isi penelitian meliputi: kompetensi guru dalam memanfaatkan media
ICT pada pembelajaran, kemampuan siswa dalam memanfaatkan media ICT,
sarana prasarana dan lingkungan pendukung, proses pelaksanaan pembelajaran
dengan memanfaatkan media ICT, hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan
media ICT, serta hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan media ICT.
Subjek penelitian pada kegiatan wawancara adalah 3 orang guru PKN
SMK Negeri 13 Bandung, Wakil Kepala Sekolah bidang Pengembangan SDM,
serta siswa-siswi kelas X dan XI SMK Negeri 13 Bandung.
3. Studi Dokumentasi
Creswell (2010:269-270) mengemukakan bahwa “pengumpulan data
dalam penelitian dilakukan melalui dokumen publik, dokumen privat, dan materi audio visual”. Dokumen publik yang dimaksud adalah koran, majalah, dan laporan kantor. Dokumen privat yang dimaksud yaitu buku harian, diary, surat,
dan email. Sedangkan dokumen materi audio visual yakni foto, objek-objek, seni,
video, tape atau segala jenis suara (bunyi).
Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa selain data diperoleh
dari sumber lisan, namun untuk meyakinkan secara faktual maka sumber data
dan gambar atau foto. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
teknik observasi dan wawancara.
Data yang dikumpulkan pada kegiatan dokumentasi adalah seluruh
dokumen pada setiap kegiatan penelitian, meliputi: dokumen kegiatan
pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan media ICT dengan subjek
penelitian guru PKn dan siswa kelas XII, dokumen/bukti pelaksanaan wawancara
penelitian dengan subjek penelitian 3 orang guru PKN SMK Negeri 13 Bandung,
Wakil Kepala Sekolah bidang Pengembangan SDM, serta siswa-siswi kelas XI
SMK Negeri 13 Bandung. Serta dokumen seluruh fasilitas/sarana dan prasarana di
SMK Negeri 13 yang berkaitan dengan media ICT.
4. Studi Literatur
Satori dan Komariah (2011:147) mengemukakan bahwa “literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara rutin ataupun berkala”. Lebih lanjut menurut
Green (Satori dan Komariah, 2011:152) bahwa:
Suatu literatur menjadi dokumen kajian dalam studi literatur karena memiliki kriteria yang relevan dengan fokus kajian, yang dimaksud relevan adalah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan (relevance) bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance).
Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mempelajari,
menganalisis, dan memahami buku-buku yang relevan dengan masalah yang
diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara teoritis yang dapat
mendukung kebenaran data yang diperoleh dan sebagai penunjang kenyataan yang
berlaku pada penelitian.Data yang dikumpulkan melalui studi litelatur adalah teori
pendukung yang disimpulkan dan dikaitkan dengan kegiatan penelitian.
Data angket diolah berdasarkan instrumen yang disebarkan. Teknik
pengolahan data angket adalah dengan mengecek jumlah lembar jawaban angket,
menghitung angket, memeriksa kelengkapan angket, memeriksa kebenaran
angket, dan tabulasi data.
Tabulasi data juga digunakan untuk melihat perbandingan besar kecilnya
frekuensi jawaban dalam angket yang dihitung dalam jumlah persentase, karena
jumlah jawaban pada setiap angket berbeda. Sesuai pendapat yang dikemukakan
oleh Ali, M dalam Suharsimi (2004:184) bahwa rumus untuk menghitung
persentase adalah:
Keterangan :
P =Persentase (jumlah persentase yang dicari)
f = Frekuensi jawaban responden
n = Jumlah responden
100% = Bilangan tetap
Data yang dikumpulkan melalui angket adalah persentase jumlah jawaban
dan pilihan yang dipilih responden sesuai dengan jawaban yang tersedia. Subjek
pada pengumpulan angket adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMK Negeri 13
Bandung sejumlah 40 orang.
H. Prosedur Penelitian
Yang dimaksud dengan prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang
harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun
tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pra-Penelitian
Tahap pra-penelitian merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian.
Diantaranya memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan
tujuan menyesuaikan keperluan dan demi kepentingan masalah yang akan diteliti.
Setelah masalah dan judul penelitian telah disetujui oleh pembimbing, maka
gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti. Setelah memperoleh gambaran
subjek yang akan diteliti dan masalah yang relevan dengan kondisi objektif di
lapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum
melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur
perizinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada Ketua Progran Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada Asisten Direktur I untuk
mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI yang secara
kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.
b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat
permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala SMK
Negeri 13 Bandung.
c. Kepala SMK Negeri 13 Bandung mengeluarkan surat Rekomendasi izin
untuk disampaikan kepada pihak yang terkait dengan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap pra penelitian selesai dilakukan, maka penulis mulai terjun
ke lapangan untuk memulai penelitian dengan cara mengumpulkan data dari
informan atau subjek yang terkait, dan juga mengumpulkan hasil observasi di
lapangan. Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menghubungi Kepala SMK Negeri 13 Bandung untuk meminta izin
mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpinnya, serta untuk
melakukan wawancara
b. Menghubungi Guru PKn di SMK Negeri 13 Bandung untuk
mengadakan wawancara.
c. Menghubungi para Peserta didik SMK Negeri 13 Bandung untuk