• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PESERTA DIDIK: Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PESERTA DIDIK: Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Yuniar Karima

060713

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN

RESILIENSI PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas

X SMK Profita Kota Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Yuniar Karima

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

© Yuniar Karima 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Yuniar Karima, 060713. (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena perilaku maladjustment remaja. Dalam penelitian ini perilaku salah suai remaja dianggap sebagai dampak dari ketidakberhasilan remaja dalam menghadapi kondisi adversitas dalam hidupnya. Kemampuan individu dalam menghadapi kondisi adversitas disebut sebagai resiliensi. Produk penelitian ini adalah rancangan program bimbingan dan konseling pribadi sosial hipotetik untuk meningkatkan resiliensi peserta didik. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 414 peserta didik kelas X SMK Profita Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, dan 157 peserta didik sebagai sampel. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik simple random sampling, yaitu sampel penelitian didapatkan secara acak. Penelitian ini menghasilkan : (1) gambaran umum resiliensi peserta didik kelas X SMK Profita Kota Bandung, yang sebagian besar berada pada kategori sedang; (2) tidak adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat resiliensi peserta didik dari keluarga utuh dengan peserta didik dari keluarga tidak utuh; dan (3) rancangan program bimbingan dan konseling pribadi sosial hipotetik untuk meningkatkan resiliensi peserta didik. Hasil penelitian ini merupakan rekomendasi bagi : (1) Guru bimbingan dan konseling, sebagai upaya tindak lanjut dalam mengimplementasi program bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam meningkatkan resiliensi peserta didik yang telah dirancang; (2) Peneliti selanjutnya, dapat melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan mencari metode atau teknik yang lebih efektif dalam meningkatkan resiliensi siswa; (3) Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah dalam pengembangan keilmuan bimbingan dan konseling.

(5)

ABSTRACT

Yuniar Karima. 060713. (2013). Personal Social Guidance and Counseling Program for Improving Resilience of Students (Descriptive Study of Students in 10th grade SMK Profita Bandung School Year 2012/2013).

this research is motivated by the phenomenon of adolescent maladjustment behavior. In this study the behavior of adolescents considered one custom as a result of the failure of youth in the face of adversity conditions in his life. The ability of individuals in the face of adversity is the condition referred to as resilience. Product of this research is the design of hypothetic social personal guidance and counseling program to improve the resilience of students. The research method uses a quantitative approach, the descriptive method. The population in this study were 414 students of 10th grade SMK Profita Bandung School Year 2012/2013, and 157 students in the sample. Sampling study using simple random sampling technique, the sample obtained at random. This research resulted in: (1) An overview of the resilience of 10th class students of SMK Profita Bandung, most of which are medium category; (2) Comparison of the student’s level of resilience intact and non-intact families are not significant; and (3) The design of social personal guidance and counseling program to improve the resilience of hypothetical students. The result of this study are recommended for : (1) Guidance and Counseling Teacher, as a follow-up effort in implemented the social personal guidance and counseling program in improving the resilience of students who have designed; (2) Next Researchers, continue to research and seek methods or techniques that more effective in increasing student resilience; (3) Educational psychology and guidance majors, this study is expected to enrich the wealth of knowledge and in the development guidance and counseling.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GRAFIK……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah……….. C. Tujuan Penelitian ………... D. Metode Penelitian ……….... E. Hipotesis ………... F. Manfaat Penelitian ………..………... G. Struktur Organisasi Skripsi... 1

B. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik …... 35

C. Langkah-langkah Penyusunan Program ………... 39

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……..……… 42

B. Pendekatan Penelitian ………….……… 44

C. Metode Penelitian ………...………. 44

D. Definisi Operasional Variabel ..…….………. 45

E. Pengembangan Instrumen ……… 47

F. Uji Coba Alat Ukur ………. 49

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..………. H. Pengumpulan Data Penelitian ………. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian …….……….. B. Pembahasan Hasil Penelitian .………….……… C. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik ………. 61 84 98 D. Keterbatasan Penelitian……… 110

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 112

(7)
(8)
(9)

Tabel 4.11

Resiliensi ………..……….

Pengembangan Tema Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Resiliensi ………

101

(10)

DAFTAR GRAFIK

Gambaran Umum Resiliensi Peserta Didik ……... Gambaran Umum Aspek Resiliensi Peserta Didik ………… Gambaran Umum Indikator Aspek Regulasi Emosi ...…...… Gambaran Umum Indikator Aspek Pengendalian Impuls...…

Gambaran Umum Indikator Aspek Optimisme ……....…...… Gambaran Umum Indikator Aspek Empati ………....…...… Gambaran Umum Indikator Aspek Analisis Sebab Akibat .… Gambaran Umum Indikator Aspek Efikasi Diri ……...…...… Gambaran Umum Indikator Aspek Membuka Diri ...…...… Gambaran Umum Resiliensi Peserta Didik dari Keluarga Utuh ………..……… Gambaran Umum Aspek Resiliensi Peserta Didik dari Keluarga Utuh ………..……… Gambaran Umum Aspek Resiliensi Peserta Didik dari Keluarga Tidak Utuh ………….…..……… Gambaran Umum Aspek Resiliensi Peserta Didik dari Keluarga Tidak Utuh ..………..……… Perbandingan Tingkat Resiliensi Berdasarkan Rata-rata Peserta Didik dari Keluarga Utuh dan Tidak Utuh.…………..

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan tonggak yang akan memajukan suatu bangsa, karena sebuah negara akan dipandang baik apabila sistem pendidikan di negaranya berkembang pesat. Pendidikan beserta aspek penunjang lainnya seperti teknologi, ekonomi dan lain-lain berperan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Adapun yang menjadi tujuan pendidikan yakni menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan mampu menghadapi masalah. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa “pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Definisi pendidikan tersebut menggambarkan tujuan proses pendidikan yang komprehensif. Tujuan pendidikan tidak hanya berorientasi pada pengembangan intelektual peserta didik tetapi juga pada kekuatan spiritual keagamaan dan kepribadian. Kemajuan pendidikan juga tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya, karena perkembangan individu yang optimal bukan hanya upaya individu itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan bimbingan dari sekitarnya. Demi tercapainya perkembangan yang optimal, menyediakan fasilitas yang memadai dan lingkungan yang dapat mendukung proses perkembangan tersebut adalah bagian dari tujuan pendidikan.

(12)

antara usia 13-16 tahun dan usia remaja akhir berkisar antara usia 17-18 tahun. Masa remaja, merupakan fase penting yang perlu diperhatikan lebih seksama karena pada masa ini individu mengalami saat-saat penuh tekanan dan harapan. Pada periode ini individu mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu, berbagai gejolak timbul karena fungsi sosial remaja sedang mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari identitas diri dan memantapkan posisinya dalam masyarakat); pertumbuhan fisik (perkembangan tanda-tanda seksual sekunder), perkembangan inteligensi (penalaran yang tajam dan kritis), serta perubahan emosi (lebih peka, cepat marah dan agresif). Masa remaja merupakan masa mencari jati diri dan mengenal siapa dirinya. Apabila remaja gagal mengenal identitas dirinya, ia akan kehilangan arah dan tidak mampu mengarahkan dirinya ke arah yang positif. Hurlock (1994: 213) menyatakan bahwa lingkungan sosial yang menimbulkan perasaan aman serta keterbukaan dapat berpengaruh positif bagi hubungan sosial yang dilakukannya.

Kay (Yusuf, 2000: 72) mengemukakan beberapa tugas perkembangan remaja, yaitu sebagai berikut :

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

(13)

tidak semua orang mampu bersikap baik, semua harapan tidak selalu dapat menjadi kenyataan, bahwa hidup tidak selalu bahagia, kesadaran tersebut merupakan aset individu dalam menjalani fase-fase hidupnya.

Berbagai masalah yang timbul di usia remaja dipengaruhi berbagai faktor yang sangat kompleks. Salah satu hal yang paling berpengaruh pada konflik yang dialami remaja yaitu berkaitan dengan harapan akan kenyataan. Mengingat emosi remaja yang belum stabil karena faktor hormonal, remaja seringkali mudah terpengaruh oleh kenyataan yang terjadi. Dari hal yang sederhana sampai hal yang rumit dapat mempengaruhi semangat dan motivasinya dalam berprestasi. Apalagi jika remaja menemukan kondisi yang tidak menyenangkan baginya (adversif). Menurut bahasa, kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan (Kramer, 2009: 13). Schoon (2006: 5) mengungkapkan bahwa adversitas dapat membawa remaja pada resiko. Remaja beresiko (at-risk adolesence) biasanya menjadi remaja yang rentan (vulnerable adolesence) dan remaja yang demikian memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi remaja bermasalah (troubled adolesence). Adversitas ini dapat menjadi pemicu utama timbulnya konflik dan masalah psikologis bagi remaja. Adversitas bisa berupa musibah, keadaan tidak sesuai harapan atau sulit, pengalaman buruk, kejadian tidak menyenangkan, serta stressor yang dianggap berat dan dapat menyebabkan trauma.

(14)

yang membuat remaja merasa nyaman, tempat mengadukan segala beban dan kebahagiaan, apabila lingkungan utama tidak memberikan kehangatan, maka terjadinya konflik sangat mungkin terjadi.

Beberapa data dari hasil survey menjelaskan bahwa pengalaman terhadap adversitas berkaitan dengan penggunaan obat terlarang pada remaja. Dalam situs

(15)

Menurut Badan dan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010, tercatat lebih dari setengah remaja telah melakukan hubungan suami istri. Wahyuni, Kasubid Kesehatan Seksual BKKBN (2010: 1) mengungkapkan bahwa "Pada saat ini para remaja dihadapkan pada masalah besar yang berkaitan dengan penularan HIV dan AIDS, karena tiga permasalahan. Salah satunya yaitu meningkatnya seks pranikah 51% untuk kawasan Jabodetabek,". Fenomena ini terjadi karena akses negatif terbilang cukup mudah di zaman teknologi ini. Hal tersebut linier dengan mengikisnya moral di kalangan remaja serta kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orang tua.

(16)

frustrasi, stres, paranoid, depresi, kesedihan berkepanjangan, histeria, skizofrenia, dan akibat terparah seperti bunuh diri.

Schwartz, dkk dalam Egan dan Todorov (2009: 200) kasus bullying di sekolah telah dilaporkan di banyak negara termasuk Amerika, Kanada, Australia, New Zealand, Norway, Finlandia, Jerman, Belanda, Belgia, Itali, Spanyol, Portugal, Prancis, Switzerland, Korea, Jepang dan China. Whitney dan Smith dalam Egan dan Todorov (2009: 200) melakukan survey terhadap 6000 peserta didik dari 24 sekolah di Sheffield, Inggris, menemukan bahwa 27% dari peserta didik sekolah dasar dan 10% dari peserta didik menengah pertama dilaporkan telah mengalami bullying selama masa survei dilakukan. Terungkapnya fenomena

bullying di Indonesia ditandai dengan ospek di IPDN dan di SMA Don Bosco (Hasbullah, 2011: 1).

Fenomena kenakalan remaja memang sebagian merupakan dampak yang ditimbulkan oleh konflik-konflik yang berasal dari keluarga, tetapi melihat fenomena kenakalan remaja saat ini, dan besar kemungkinan bahwa masalah dan tekanan yang dialami remaja bertambah akibat kenakalan remaja itu sendiri. Selain perceraian, fenomena child abuse, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa 15% remaja memilih menjadi PSK karena pernah mengalami kekerasan seksual. Perceraian, child abuse, bullying, perkelahian, tawuran, perkosaan dan pembunuhan bukan lagi hal-hal yang bisa diabaikan, dan saat ini jumlah korbannya semakin meningkat. Terutama remaja yang seharusnya menjadi penerus dan pembangun bangsa di masa depan. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini remaja di sekolah umum pun dimungkinkan memiliki trauma baik akibat dari masalah keluarga ataupun masalah dengan lingkungan di luar rumah (sekolah, tetangga, dan lainnya). Berbagai kejadian ini yang berat ini tentu dapat menimbulkan trauma baik yang bersifat permanen ataupun temporary, hal ini tentunya merupakan hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut, karena di sekolah umum pun kemungkinan tetap ada peserta didik yang memiliki luka psikologis yang berat.

(17)

menengah biasa, ada bidang keilmuan yang lebih didalami. Melalui wawancara yang dilakukan dengan konselor sekolah SMK Profita, ada beberapa peserta didik yang sulit mengontrol diri ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, dari mulai masalah akademik, keluarga, teman dan hubungan dengan lawan jenis. Sulit mengontrol diri disini yaitu ada peserta didik yang sampai mengalami histeria ketika mengalami kondisi adversitas, ia tidak dapat menerima dan merasa tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Remaja yang memiliki lingkungan keluarga yang hangat mungkin saja akan lebih terbantu dalam menjalankan perannya, tetapi jika ada tekanan atau tuntutan lain dari luar sekolah, hal ini dapat semakin menambah beban remaja yang bisa membuatnya menyerah dan tidak mampu bertahan dengan situasi yang tidak diinginkan atau disukainya. Seseorang memerlukan kekuatan untuk bisa bertahan dan menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya. Kemampuan bertahan dan bangkit tersebut disebut sebagai resiliensi (daya lentur). Saat ini banyak penelitian kontemporer yang sepakat bahwa resiliensi mengarah pada positive outcome, adaptasi atau kompetensi dalam menghadapi bahaya signifikan, adversitas dan stres (Goldstein & Brooks, 2005: 108).

(18)

kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari.

Hendriani (2011: 1) mengungkapkan bahwa menjadi individu yang resilien bukan berarti ia tidak pernah mengalami kesulitan atau stres. Justru sebaliknya, suatu jalan untuk menjadi orang yang resilien adalah dengan sering mengalami tekanan-tekanan emosional yang masih bisa dihadapi. Resiliensi juga bukanlah sebuah trait, yang dimiliki ataupun tidak dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi resiliensi mencakup perilaku, pikiran dan berbagai sikap yang dapat dipelajari dan dikembangkan dalam diri setiap manusia. Berdasarkan ungkapan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa resiliensi merupakan sesuatu yang bisa dilatih dan dikembangkan. Berhubungan dengan fenomena yang terjadi di lapangan, bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari pendidikan memiliki peran yang besar dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menghadapi situasi-situasi sulit yang terjadi dalam hidupnya.

Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian integral dari pelaksanaan pendidikan yang mampu memberikan layanan bagi peserta didik. Dalam hal ini, peran konselor sangat dibutuhkan karena bimbingan konseling merupakan upaya pendidikan yang secara khusus menangani masalah-masalah peserta didik. Seperti yang kita ketahui bahwa permasalahan seringkali luput dari perhatian dan pengamatan para ahli pendidikan karena belum ditemukannya akar dari permasalahan yang ada, sedangkan kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan peserta didik. Kartadinata (Yusuf dan Nurihsan, 2006: 7) menjelaskan bahwa bimbingan merupakan upaya yang diberikan untuk membantu individu dalam mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan rancangan program untuk digunakan dalam peningkatan resiliensi peserta didik.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

(19)

untuk bisa bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Apapun yang dihadapinya, baik itu hal-hal yang tidak disukainya ataupun masalah-masalah yang memberatkannya, demi kelangsungan hidupnya yang sehat dan bahagia diperlukan kekuatan dan kelenturan dalam menghadapi berbagai situasi sulit tersebut. Masa remaja adalah suatu periode yang sering dikatakan sebagai periode “badai dan tekanan” yaitu sebagai suatu masa dimana terjadi ketegangan emosi yang tinggi yang diakibatkan adanya perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1980: 212). Remaja dihadapkan pada berbagai kenyataan yang mungkin tidak sesuai dengan harapannya, dan dengan emosi yang masih labil remaja tetap harus menghadapi setiap episode yang terjadi dalam hidupnya.

Dewasa ini masalah kenakalan remaja semakin kompleks dan memprihatinkan, banyak remaja yang akhirnya terjerumus pada perilaku

(20)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum resiliensi peserta didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung?

2. Bagaimana perbandingan tingkat resiliensi peserta didik yang berasal dari keluarga yang utuh dan tidak utuh Kelas X SMK Profita Kota Bandung? 3. Bagaimana program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang secara

hipotetik efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Mendeskripsikan gambaran umum resiliensi peserta didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung.

2. Mendeskripsikan perbandingan tingkat resiliensi peserta didik yang berasal dari keluarga yang utuh dan tidak utuh Kelas X SMK Profita Kota Bandung. 3. Menyusun program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang secara

hipotetik efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik Kelas X SMK Profita Kota Bandung.

D.Metode Penelitian

(21)

dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2008: 21). Hasil analisis data penelitian ini kemudian digunakan sebagai bahan rujukan bagi perancangan program bimbingan pribadi-sosial hipotetik dalam mengembangkan resiliensi peserta didik SMK Profita Kota Bandung.

E.Hipotesis

Resiliensi peserta didik yang berasal dari keluarga utuh lebih tinggi daripada resiliensi peserta didik yang berasal dari keluarga tidak utuh.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, manfaat tersebut, yaitu :

1. Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memennuhi ujian Sarjana Pendidikan, dapat menambah pemahaman mengenai pengembangan resiliensi peserta didik di sekolah.

2. Guru

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh wali kelas dan guru pembimbing sebagai evaluasi dalam penanganan masalah-masalah peserta didik, serta sebagai acuan bagi guru pembimbing dalam pengembangan teknik yang lebih mendalam dalam mengembangkan resiliensi peserta didik.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam menentukkan kebijakan-kebijakan sekolah dengan melihat karakteristik dan masalah-masalah peserta didik.

4. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(22)

5. Peneliti Berikutnya

Peneliti berikutnya dapat melanjutkan penelitian dan menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan. Peneliti selanjutnya juga dapat memunculkan ide-ide baru dalam mengembangkan resiliensi peserta didik.

G.Struktur Organisasi Skripsi

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan struktur organisasi skripsi;

Bab II merupakan bab tinjauan pustaka yang memaparkan kajian teoritis yang membahas tentang karakteristik remaja, definisi resiliensi, faktor faktor-faktor dalam resiliensi, program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan resiliensi peserta didik.

Bab III merupakan bab metodologi penelitian yang mencakup pendekatan penelitian dan teknik sampling, langkah-langkah penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen dan pengumpulan data, uji coba alat ukur, sampel penelitian, persiapan pengumpulan data penelitian, pelaksanaan pengumpulan data, prosedur pengolahan data, dan analisis data akhir;

Bab IV merupakan bab pembahasan yang menguraikan hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian;

(23)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMK Profita yang bertempat di Jl. Pajagalan No. 67 Astana Anyar Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas X SMK Profita Kota Bandung. Pemilihan sampel dilakukan melalui teknik

random sampling, yaitu seluruh populasi (peserta didik kelas X) memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Arikunto, 2009: 95).

Tabel 3.1

Tabulasi Jumlah Populasi Penelitian

Kelas Jumlah Peserta didik

X-AK.1 48

X-AK.2 47

X-AP.1 45

X-AP.2 44

X-AP.3 44

X-PS.1 40

X-PS.2 38

X-PS.3 38

X-PS.4 36

X-PS.5 34

Jumlah Peserta didik 414

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik

simple random sampling, yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi anggota populasi untuk menjadi sampel, dan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Dalam mengambil sampel penelitian, digunakan rumus sebagai berikut :

(24)

Keterangan : s = sampel n = populasi

(Riduwan, 2005: 65)

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : s = 15% + 1000 – n x (50% - 15%)

1000 - 100

s = 15% + 1000 – 414 x (50% - 15%) 1000 - 100

s = 15% + 586 x (35%) 900

s = 15% + 0,65% s = 15% + 22,8%

s = 37,8% dibulatkan menjadi 38%

Maka sampel dalam penelitian ini yaitu 38% dari 414 peserta didik. 38% x 414 = 157 peserta didik. Sesuai dengan rumus yang telah dipaparkan sebelumnya maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 157 peserta didik dari 414 peserta didik kelas X. berikut rincian 157 peserta didik yang akan menjadi sampel dalam penelitian :

Tabel 3.2

Anggota Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Sampel

X-AK.1 16

X-AK.2 16

X-AP.1 15

X-AP.2 16

(25)

X-PS.1 16

X-PS.2 16

X-PS.3 16

X-PS.4 14

X-PS.5 16

Jumlah

Peserta didik

157

B.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data numerikal berupa persentase tingkat resiliensi peserta didik serta perbandingan tingkat resiliensi peserta didik dari keluarga utuh dan tidak utuh di SMK Profita. Pendekatan kuantitatif didesain untuk mendeskripsikan tingkat resiliensi peserta didik SMK Profita serta perbandingan tingkat resiliensi peserta didik yang berasal dari keluarga utuh dan tidak utuh. Hasil deskripsi tersebut kemudian diprediksikan sebagai gambaran umum tingkat resiliensi peserta didik yang dijadikan rujukan dalam perumusan program bimbingan dan konseling pribadi peserta didik SMK Profita.

C.Metode Penelitian

(26)

program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan resiliensi peserta didik sesuai dengan karakteristik peserta didik dari keluarga utuh dan tidak utuh.

D.Definisi Operasional Variabel

1. Resiliensi

Zautra, Hall dan Murray (2010; dalam Reich, 2010: 14) mengemukakan bahwa resiliensi merupakan kapasitas seseorang untuk bertahan dari tekanan yang dialami tanpa terjadi perubahan fundamental pada kehidupannya. Senada dengan ungkapan Zautra, Hall dan Murray, (Schoon, 2006: 6) mengatakan bahwa asumsi mendasar dalam studi mengenai resiliensi adalah bahwa beberapa individu tetap baik-baik saja meskipun telah mengalami situasi yang sarat adversitas dan beresiko, sementara beberapa individu lainnya gagal beradaptasi dan terperosok dalam adversitas atau bahaya yang lebih berat lagi. Reivich & shatte (2002: 33) membagi komponen utama dalam mengukur resiliensi individu menjadi tujuh kemampuan, yaitu: regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis sebab akibat, efikasi diri, membuka diri.

a. Regulasi Emosi (Emotion Regulation), pengaturan emosi merupakan kemampuan untuk tetap tenang ketika menghadapi tekanan. Individu yang resilien menggunakan pengembangan keahlian yang tepat yang dapat membantu mereka mengontrol emosi, perhatian dan tingkah laku.

b. Pengendalian Dorongan (Impulse Control), individu yang resilien akan mampu mengendalikan dorongan, keinginan serta hambatan yang muncul dari dalam dirinya.

c. Optimisme (optimism), individu yang resilien adalah individu yang optimis, memiliki harapan di masa depan dan percaya bahwa individu mampu mengontrol arah hidupnya.

d. Analisis Penyebab (Causal Analysis), analisis penyebab atau analisis sebab akibat adalah kemampuan individu untuk mengidentifikasi secara akurat sebab-sebab dari masalah yang sedang mereka hadapi.

(27)

f. Efikasi Diri, merupakan kepekaan pada diri individu bahwa individu efektif di dunia. Rasa peka tersebut menggambarkan keyakinan individu bahwa dia mampu memecahkan masalah yang mungkin dialami, dan yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk berhasil.

g. Membuka diri (reaching out), membuka diri merupakan kemampuan individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain, mencari hubungan-hubungan yang mendalam, gigih melakukan usaha belajar dan pencarian pengalaman baru.

2. Keutuhan Keluarga

Koerner & Fitzpatrick (2007: 8) mengemukakan bahwa yang dimaksud keluarga utuh yaitu keluarga yang tidak retak, yang didefinisikan keluarga secara struktur. Berdasarkan perspektif secara struktural, keluarga yang utuh adalah keluarga yang dibangun oleh pasangan yang berbeda jenis kelamin yang berkomitmen membangun hubungan dan bertanggung jawab terhadap anak mereka. Ahmadi dalam Nisfiannoor & Yulianti (2005: 9) mengemukakan bahwa keutuhan keluarga ialah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di dalam keluarga itu ada ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu, atau kedua-duanya tidak ada, maka struktur keluarga itu tidak utuh lagi. Keluarga utuh merupakan keluarga yang memiliki struktur lengkap atau keluarga yang utuh secara struktural, yaitu terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga tidak utuh merupakan keluarga yang tidak memiliki kelengkapan struktur, seperti keluarga yang bercerai dan meninggal salah satu dari orang tua.

3. Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Resiliensi

(28)

E.Pengembangan Instrumen

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah hasil modifikasi angket atau Instrumen Resiliensi peserta didik yang dikembangkan oleh Syifa Hudzaifa Zahra (2012). Butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran tentang tingkat resiliensi peserta didik. Angket menggunakan skala Likert yang merupakan pernyataan positif dan negatif tertulis untuk dijawab responden dengan lima artenatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (RG), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden dapat mengisi pernyataan dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada salah satu dari lima alternatif jawaban.

2. Pengembangan Kisi-Kisi

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat resiliensi peserta didik, dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi Instrumen Resiliensi Peserta didik yang dikembangkan oleh Syifa Hudzaifa Zahra (2012) disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pengungkap Resiliensi Peserta didik

Aspek Indikator No Pernyataan

Regulasi Emosi

Mampu memfokuskan pikiran-pikiran yang mengganggu

2,3 1

12 Mampu mengendalikan diri saat

kesal

4,6 5

Mampu mengendalikan diri saat marah

7,8,9

Mampu mengendalikan diri saat cemas

(29)

Aspek Indikator No Pernyataan

Pengendalian

impuls

Mampu mengendalikan keinginan yang menghambat belajar

13,14 15 6

Mampu mengendalikan dorongan 16 17,18 Mampu mengendalikan kesulitan

dari dalam diri Percaya mampu mengatasi

masalah-masalah yang muncul

25,26,27

Empati Mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi orang lain

28,30 29

6 Mampu merespon secara positif

emosi yang tampak pada orang lain

31,32 33

Analisis Sebab Akibat

Mampu mengidentifikasi sebab akibat dalam permasalahan

34,35 36

6 Mampu memunculkan solusi 37,38,39

Efikasi Diri Memiliki komitmen untuk bersekolah di TKB

40,41,42,

43 10

Tidak mudah menyerah 44,45 46

Memiliki tantangan 47,48 49

Membuka diri Mampu membuka diri untuk tujuan sekolah di SMP Terbuka

54,55,56

3. Pedoman Skoring

(30)

mendapat skor dari 1 – 5 (1, 2, 3, 4, 5). Skor penilaian setiap item dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.4

Pola Skor Pilihan Angket Resiliensi Peserta didik

Pernyataan Skor Lima Pilihan Alternatif Jawaban

SS S RG TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

F. Uji Coba Alat Ukur

Dikarenakan perubahan kata-kata ‘TKB’ dan ‘SMP’ menjadi ‘SMK’ dan penyesuaian terhadap jenjang pendidikan serta karakteristik sekolah maka dilakukan uji keterbacaan dan uji coba instrumen sebelum penyebaran angket instrumen terhadap sample penelitian.

1. Uji Keterbacaan

Sebelum masuk ke tahap penelitian dilibatkan 5 orang peserta didik untuk menguji aspek pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 3 Juni 2013. Pada uji keterbacaan terdapat tiga item pernyataan yang kurang dimengerti peserta didik, setelah memperbaiki beberapa item pernyataan yang kurang dipahami dilakukan uji coba (try out).

2. Uji Coba (Try Out)

Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan/kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) alat ukur yang telah disusun dan akan digunakan penelitian. Uji coba dilakukan pada 40 orang peserta didik.

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas Butir Item

(31)

Syifa (2012) memperoleh 47 item valid. Langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2010. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir item pernyataan adalah korelasi product moment dari Pearson dengan rumus :

Pengambilan keputusan mengenai signifikansi validitas instrumen tes dengan kriteria :

a. Butir item valid (memiliki korelasi yang signifikan jika rhitung >rtabel)

b. Butir item tidak valid (tidak memiliki korelasi yang signifikan jika rhitung >rtabel) Melalui uji coba yang dilakukan, diperoleh 5 item yang tidak valid dan 51 item valid dari 56 butir item yang kemudian menjadi angket yang digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas yang terdiri dari 56 item pernyataan memiliki tingkat kepercayaan 95% pada n=40 diketahui nilai t tabel = 1,684.

Hasil uji validitas instrumen pengungkap resiliensi peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas

Kesimpulan No. Item Jumlah

Memadai

1,2,3,5,6,7,8,9,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,

(32)

,43,44,45,47,48,49,51,52,53,54,56

Tidak

Memadai 15,30,32,35,51 5

Jumlah 56

Berikut kisi-kisi instrumen sebelum dan setelah dilakukan uji coba : Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi Peserta Didik

(Sebelum Uji Coba)

No Aspek Indikator No Pernyataan

(+) (-)

1. Regulasi Emosi a. Mampu memfokuskan pikiran-pikiran yang

(33)

No Aspek Indikator No Pernyataan

(+) (-)

(34)

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi Peserta Didik

(Setelah Uji Coba)

No Aspek Indikator No Pernyataan

(+) (-)

(35)

No Aspek Indikator No Pernyataan

(+) (-)

tanda psikologis dan emosi orang lain

(36)

digunakan mampu memberikan data yang konsisten. Pengujian reliabilitas dalam penelitian, menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (α) sebagai berikut, diawali mencari varians semua item dengan menggunakan rumus berikut.

∑ ∑

Keterangan:

∑ jumlah skor

∑ jumlah kuadrat skor banyaknya sampel

Kemudian dilanjutkan mencari reliabilitas sebagai berikut :

2

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item

∑n2

= jumlah varian butir t2

= varians total

(Arikunto, 2006: 239)

Proses uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2010.

Tabel 3.8

Kriteria Reliabilitas Instrumen

0,91 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,71 – 0,90 Derajat keterandalan tinggi 0,41 – 0,70 Derajat keterandalan sedang 0,21 – 0,40 Derajat keterandalan rendah

(37)

Arikunto (2006: 247)

Hasil uji reliabilitas instrumen yang dikembangkan oleh Syifa Hudzaifa Zahra (2012) memperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,79. Dengan merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas, hasil perhitungan menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan layak digunakan sebagai alat pengumpul data.

Tabel 3.9

Tingkat Reliabilitas Instrumen

Resiliensi Peserta didik SMP Terbuka

Cronbach's Alpha Jumlah Item

0.79 47

Sementara hasil uji reliabilitas instrumen peneliti memperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,88. Dengan merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas, hasil perhitungan termasuk ke dalam tingkat reliabilitas yang tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

H.Pengumpulan Data Penelitian

1. Penyusunan Proposal

Rancangan kegiatan penelitian dituangkan peneliti dalam bentuk proposal. Langkah penyusunan proposal penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Menentukan permasalahan yang akan dijadikan tema penelitian dan membuat

peta masalah.

b. Menentukan pendekatan masalah yang meliputi metode penelitian, teknik pengumpulan data, penentuan sampel dan populasi, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.

(38)

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian diperlukan sebagai legitimasi dari pelaksanaan penelitian. Proses perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan SMK Profita Kota Bandung.

3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan memodifikasi kisi-kisi instrumen tingkat resiliensi peserta didik yang dikembangkan oleh Syifa Hudzaifa Zahra (2012). Kisi-kisi instrumen disempurnakan dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data.

I. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian untuk mendapatkan pengelompokkan kategori peserta didik dan persentase kategori peserta didik dilakukan dengan cara berikut : 1. Pemilihan data dilakukan terlebih dahulu dengan melihat kelengkapan instrumen yang telah dibagikan sehingga instrumen yang dikumpulkan memiliki jumlah yang sama.

(39)

menjawab STS peserta didik diberi skor 5. Secara jelas skor penilaian setiap item dapat dilihat pada tabel 3.4.

3. Menghitung kriteria masing-masing responden. Data-data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat resiliensi peserta didik, apakah berada dalam tingkat tinggi, sedang atau rendah. Pengelompokkan data untuk gambaran resiliensi peserta didik kelas X SMK Profita Kota Bandung, berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 3.9 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Kategori Skor Resiliensi

Rentang Skor Kategori

X > 211 Tinggi

182 ≤ X ≥ 211 Sedang

< 182 Rendah

Dalam menentukan skor dan kedudukan subjek dalam tingkatan resiliensi dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2010. Penentuan rentang skor didapatkan menggunakan batas lulus aktual, yaitu :

Tinggi = X+1 s

Sedang = X-1 s ≤ x ≥ X+1 s Rendah = X-1 s

(Rakhmat & Solehuddin, 2006: 65)

Penjelasan kategori resiliensi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.11

Kategori Resiliensi

Rentang Skor Kategori Kualifikasi

(40)

menunjukkan bahwa peserta didik memiliki intensitas tertinggi pada kemampuan resiliensi yang meliputi aspek regulasi emosi, aspek pengendalian dorongan, aspek optimisme, aspek empati, aspek analisis sebab akibat, aspek efikasi diri dan reaching out

(kemampuan membuka diri).

182 ≤ X ≥ 211 Sedang

Peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan yang cukup dalam aspek-aspek yang membangun resiliensi. Peserta didik memiliki kemampuan yang cukup dalam aspek regulasi emosi, aspek pengendalian dorongan, aspek optimisme, aspek empati, aspek analisis sebab akibat, aspek efikasi diri dan reaching out (kemampuan membuka diri).

X < 182 Rendah

Peserta didik pada kategori ini memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik belum mampu meregulasi emosi, mengendalikan dorongan, belum cukup optimis, kurang dalam hal empati, efikasi diri serta keterbukaan.

Penentuan kedudukan peserta didik dalam tingkatan resiliensi adalah untuk menentukan banyaknya peserta didik dan indikator mana yang menjadi fokus dalam penyusunan program hipotetik.

(41)

Sebagaimana dipaparkan dalam Bab I, penelitian ini dirumuskan dalam tiga pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian dijawab dengan analisis sebagai berikut :

1. Pertanyaan pertama dijawab melalui hasil perhitungan dan pengelompokan kategori tingkat resiliensi yang kemudian dibuat ke dalam tabel dan grafik yang menggambarkan pencapaian indikator dan aspek yang membangun resiliensi peserta didik Kelas X SMK Profita Bandung.

2. Pertanyaan kedua dijawab melalui penghitungan rata-rata skor responden pada setiap aspek yang membangun resiliensi. Kemudian digambarkan dalam bentuk kurva dan tabel. Hal ini menunjukkan perbandingan antara rata-rata resiliensi peserta didik dari keluarga utuh dengan peserta didik dari keluarga tidak utuh. Data diolah dengan menggunakan SPSS 20.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa mayoritas peserta didik kelas X SMK Profita berada pada kategori resiliensi sedang, artinya bahwa sebagian besar peserta didik memiliki resiliensi rata-rata (average). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik telah memiliki kemampuan yang cukup dalam meregulasi emosi, mengendalikan dorongan, optimis, empati, menganalisis sebab akibat permasalahan yang dihadapi, efikasi diri, serta membuka diri. Kemampuan resiliensi peserta didik kelas X SMK Profita masih dapat ditingkatkan lagi dengan bantuan layanan yang akan diberikan oleh konselor sekolah.

Peserta didik dari keluarga utuh dan peserta didik dari keluarga tidak utuh tidak memiliki perbedaan yang signifikan jika dilihat dari rata-rata, tetapi jika dilihat dari gambaran umum tingat resiliensi, peserta didik dari keluarga utuh yang berada di tingkat kategori tinggi memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan persentase peserta didik dari keluarga tidak utuh. Hal ini agak berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa resiliensi peserta didik dari keluarga bercerai lebih tinggi daripada resiliensi peserta didik dari keluarga utuh. Ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain selain faktor protektif dari keluarga yang sangat berperan penting dalam membangun resiliensi peserta didik. Lingkungan sosial (sekolah, tetangga dan pertemanan) yang sehat, serta atribusi disposisional yang dimiliki individu seperti temperamen dan intelegensi memiliki andil yang juga besar dalam pembangunan resiliensi peserta didik.

(43)

regulasi emosi yaitu mampu memfokuskan pikiran-pikiran yang mengganggu, mampu mengendalikan diri saat kesal, mampu mengendalikan diri saat marah serta mampu mengendalikan diri saat cemas. Pada aspek pengendalian impuls terdapat dua indikator yang menjadi salah satu acuan dalam perancangan program bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam meningkatkan resiliensi peserta didik yaitu mampu mengendalikan keinginan yang menghambat belajar, serta mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang negatif. Indikator pada aspek optimism yaitu percaya mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul. Indikator-indikator pada aspek analisis sebab akibat yaitu mampu mengidentifikasi sebab akibat dalam permasalahan, dan mampu memunculkan solusi. Pada aspek yang terakhir, yaitu aspek membuka diri terdapat satu indikator yang menjadi salah satu materi perancangan program yaitu mampu membuka diri untuk melakukan perubahan.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sebagai upaya tindak lanjut, guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengimplementasikan program bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam meningkatkan resiliensi peserta didik, serta hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat menjadi bahan pertimbangan bagi layanan bimbingan dan konseling. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan mencari metode atau teknik yang lebih efektif dalam meningkatkan resiliensi siswa. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian pada jenjang yang berbeda, yaitu pada jenjang sekolah dasar atau fase anak.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(44)

114

DAFTAR PUSTAKA

_________.(2010). Prostitusi di kalangan remaja. [Online]. Tersedia: http://www.spiriteen.wordpress.com [30 April 2013]

_________.(2011). Drug abuse in adolescence. [Online]. Tersedia: http://www/legalinfo-online.com [30 April 2013]

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen Pendidikan Nasional.

Amato, P. (1987). “Family Processes in One-Parent, Stepparent, and Intact

Families: The Child‟s Point of View”. Journal of Marriage and the Family. 49, 327-37.

Anggit, M. (2011). Motif dan Dorongan Dasar Manusia. [Online]. Tersedia:

http://meg.anggit.com/blog/post/84/motif-dan-dorongan-dasar-manusia.html [20 Juli 2013]

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badrujaman, A. (2011). Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Indeks.

Barnard, P., Morland, I. dan Nagy, J. (1999). Children, Bereavement and Trauma: Nurturing Resilience. London : Jessica Kingsley Publisher.

Corey, G. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.

Canada: Brooks/cole.

Dariyo, A. (2002). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(45)

Eisenberg, N. & Mussen, P.H. (1989). The Root of Prosocial in Children. New York : Cambridge University Press.

Escalas, J.E. and Stern, B.B. (2003). Sympathy and emphaty: emotional responses to Advertising Dramas. Journal of Consumer Research. 29. 566-578.

Gerungan, A. W. (1986). Psikologi Sosial. Bandung: ERESCO.

Gizella, L. (2011). Kenakalan Remaja Ditinjau dari Status Orang Tua. Skripsi pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang: Tidak Diterbitkan.

Glantz, Meyer D., & Johnson, Jeannette. L. (2002). Resilience and Development: Positive Life Adaptations. New York : Kluwer Academic Publisher.

Glover, J. (2009). Bouncing back: How can resilience be promoted in vulnerable children and young people. [Online]. Tersedia: www.barnardos.org.uk [30 April 2013]

Goldstein, S. dan Brooks B. R. (2005) Handbook of Resilience in Children. New York, USA: Springer Science and Business Media, Inc.

Goleman, D. (2002). Kecerdasan Emosional: Mengapa EQ Lebih Penting daripada IQ. (Alih Bahasa oleh : T. Hermaya). Jakarta: Gramedia.

Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections (Eight ed.). The Hague : Benard van Leer Voundation.

Hakim, L. (2012). Meningkatkan Rasa Optimisme. [Online]. Tersedia: http://www.ahlisyukur.com/2012/08/meningkatkan-rasa-optimisme.html [20 Juli 2013]

Hasbullah. (2011). Fenomena Bullying di sekolah. [Online]. Tersedia:

http://hasbullahspd.blogspot.com/2011/12/fenomena-bullying-di-sekolah.html [08 Oktober 2012]

Havighurst, R. J. (1961). Human Development and Education. Longmans Green & Co.

(46)

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (Five Ed). (Alih Bahasa Oleh : Dra. Istiwidayani, Drs. Soedjarwo, M.Sc., Drs. Ridwan Max Sijabat). Jakarta: Erlangga

„Iwadh, A. A. (2013). Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah. (Alih Bahasa Oleh : Sarah Abdurahman dan Jenal Aripin). Bandung: Salamadani.

Jauhari, G. (2012). Perbedaan resiliensi remaja dalam keluarga bercerai dan remaja dalam keluarga utuh di SMA Negeri Kota Malang. [Online].

Tersedia:

http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/pub/detail/perbedaan-resiliensi-remaja-dalam- keluarga-bercerai-dan-remaja-dalam-keluarga-utuh-di-sma-negeri-kota-malang-gracillia-putri-jauhari-58198.html [22 Mei 2013]

Johnson, H. J. (2005). Examining Family Structure and Parenting Processes as Predictors of Delinquency in African-American Adolescent Females.

Thesis of Faculty of Virginia Polytechnic Institute and State University. Virginia. [Online]. Tersedia:

http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-09292005-210410/unrestricted/HJermaineJohnsonThesis3.pdf [22 Mei

2013]

Kalil, A. (2003). Family Resilience and Good Child Outcomes: A Review of the Literature. New Zealand: Ministry of Social Development.

Kartadinata, S. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta: DirjenDikti.

Kartono, K. (1985). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: CV Rajawali.

Koerner, F. A. dan Fitzpatrick, A. M. (2012). Communication in Intact Families.

[Online]. Tersedia:

http://www.comm.umn.edu/~akoerner/courses/4471-F12/Readings/Koerner%20%282012%29.pdf [22 Mei 2013]

Koestner, R., Franz, C., & Weinberger, J. (1990). The Family Origins of Emphatic Concern : A-26 Year Longitudinal Study. Journal of Personality and SocialPsychology. 38 (4), 709-717.

Kramer, A.L.N. (2009). Kamus Kantong Inggris. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve.

Manurung. (1995). Manajemen Keluarga. Bandung: Indonesia Publishing House.

(47)

McKean, M. dan Misra, R. (2000). College Students‟ Academic Stress And Its Relation To Their Anxiety, Time Management, And Leisure Satisfaction. American Journal Of Health Studies. 16, (1).

Muhammad, S. (2011). Harapan dan Optimisme dalam Islam. [Online]. Tersedia:

http://www.jasadesainwebsite.net/harapan-dan-optimisme-dalam-islam/menu-id-71.php [20 Juli 2013]

Myers. D.G. 1989. Psychology 6 th ed. New York: Worth Publisher, Inc.

Nisfiannoor, M. & Yulianti, E. (2005). Perbandingan Perilaku Agresif Antara Remaja Yang Berasal Dari Keluarga Bercerai Dengan Keluarga Utuh. Jurnal Psikologi. 3, (1), 1-18.

Orkenyi, A. et al. (2006). Resiliency: The Art of Adjustment. National Institute of

Child Health. [Online]. Tersedia:

http://www.nuigalway.ie/hbsc/documents/resilience_hbsc.pdf [22 Mei

2013]

Pratama, S. (2013). Efikasi Diri (Self-Efficacy). [Online]. Tersedia: http://saharpratama.blogspot.com/2013/02/efikasi-diri-self-efficacy.html [20 Juli 2013]

Rachmawati, Y. (1998). Terapi Musik Sebagai Teknik Bimbingan dan Konseling dalam Mereduksi Stres Anak Sekolah Dasar. Skripsi pada Jurusan PPB UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rakhmat, C. & Solehuddin.(2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar.

Bandung: Andira.

Ramadiansyah. (2011). Perbedaan Konsep Diri Remaja yang Orang Tuanya Bercerai dan Meninggal Dunia. [Online]. Tersedia: http://kumpulan- skripsi-psikologi.blogspot.com/2011/12/perbedaan-sikap-remaja-dari-keluarga.html

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Reich, J. W, Zautra, A. J., & Hall, J. (2010). Handbook of Adult Resilience. New York : The Guildford Press.

Reivich, K. dan Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for

Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books.

Santosa, B. (2011, 11 Mei). Pelajar Siram Air Keras Sudah Tindakan

(48)

http://news.okezone.com/read/2011/05/11/338/455699/pelajar-siram-air-keras-sudah-tindakan-kriminalitas [14 Mei 2013]

Santrock, W. J. (2007). Life Span Develeopment (Eleven ed). (Alih bahasa oleh : Benedictinen Widyasinta, Novietha Indra Sallama). Jakarta : Erlangga

Schoon, Ingrid. (2006). Risk and Resilience, Adaptations in Changing Times. New York: Cambridge University Press.

Siebert, A. The Resiliency Advantage. [Online]. Tersedia:

www.resiliencycenter.com/bkstore/ResAdv-chap1.shtml [22 Mei 2013]

Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes; Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, K. D. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukmadinata, S. N. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

Supardi, S. (2009). Resiliensi dan Tantangan Hidup. [Online]. Tersedia: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/12/07/07542585/resiliensi.dan.tan tangan.hidup [14 Mei 2013]

Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman Sebaya untuk Pengembangan Daya Lentur. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suryabrata, S. (2010). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

(49)

Virdhani, H. M. (2012, 1 Desember). Polisi Nilai Kenakalan Remaja Mulai

Bergeser ke Arah Kriminal. [Online]. Tersedia:

http://jakarta.okezone.com/read/2012/12/01/501/725891/polisi-nilai-kenakalan-remaja-mulai-bergeser-ke-arah-kriminal [14 Mei 2013]

Warnadi, B. S. (2012). Dampak Perceraian bagi Perkembangan Psikologis Anak.

[Online]. Tersedia: http://www.dishidros.go.id/buletin/umum/221-dampak-perceraian-bagi-perkembangan-psikologis-anak.html [25 Agustus 2013]

Willis, S. S. (1992). Konsonansi Kognitif Siswa tentang Peran Guru dan Dampaknya terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo.

Wirakusuma, Y. K. (2010). [Online]. Tersedia :

http://news.okezone.com/read/2010/11/29/338/398238/bkkbn-separuh-remaja-di-jabodetabek-tak-perawan [14 Mei 2013]

Yusuf, S. (2006). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Bani Quraisy.

Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Yusuf, S. dan Nurihsan, J . (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 4.11
Tabel 3.1 Tabulasi Jumlah Populasi Penelitian
gambaran umum tingkat resiliensi peserta didik kelas X di SMK Profita Kota
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengungkap Resiliensi Peserta didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Topik penelitian yang sudah dikerjakan antara lain: Ungkapan Geng di Kota Madya Surakarta Ditinjau dari Sosio- linguistik (Ketua) (1997), Penelitian tentang Bentuk dan Makna

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan zink (Zn) di dalam produk ikan tuna kemasan kaleng berdasarkan waktu penyimpanan dengan

Kepuasan konsumen adalah suatu pernyataan bahwa apa yang diperoleh atau dirasakan seseorang sesuai dengan apa yang diharapkannya.Dengan kata lain hasil yang diperoleh sesuai

Dengan membaca dan mengamati, siswa mampu mengumpulkan informasi penting dari teks laporan investigasi tentang campuran dan larutan dengan kepedulian yang tinggi4. Dengan membaca

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator

2.2.2 Langkah-langkah penerapan RCM pada sub-assembly kopling 20 BAB III KONTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB- ASSEMBLY KOPLING .... Kontruksi dan Prinsip

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |