• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL COMPUTER ASSISTED LANGUAGE LEARNING(CALL) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN SPEAKING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MTSN KELAS VII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL COMPUTER ASSISTED LANGUAGE LEARNING(CALL) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN SPEAKING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MTSN KELAS VII."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR BAGAN... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENGEMBANGAN MODEL COMPUTER ASSISTED LANGUAGE

LEARNING (CALL) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI

VOCABULARY SISWA DALAM PEMBELAJARAN SPEAKING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MTsN KELAS VII

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

E. Definisi Oprasional 9

BAB II. MODEL PEMBELAJARAN COMPUTER ASISSTED LANGUAGE LEARNING(CALL) DI MTsN

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran 12

B. Komputer Sebagai Media Pembelajaran 40 C. Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Komputer 47 D. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris 57

E. Hakikat Pembelajaran Berbicara 61

F. Model Pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL)

72

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 81

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 86

C. Instrumen dan Pengumpulan Data 88

D. Teknik Pengolahan Data 92

(2)

B. Perencanaan Pembelajaran 117

C. Pembuatan Produk Awal 118

D. Uji Coba Awal 121

E. Perbaikan Produk Awal 131

F. Pengujian Model 132

G. Keterbatasan Penelitian 164

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 165

B. Rekomendasi 172

DAFTAR PUSTAKA ……… 174

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris yang memadai, para lulusan MTs akan menghadapi banyak masalah dalam menjalin interaksi global tersebut. Crystal (2000: 1) menyatakan “English is a global language”. Pernyataan ini memiliki makna bahwa bahasa

Inggris adalah bahasa global. Bahasa global ini digunakan oleh berbagai bangsa untuk berkomunikasi dengan bangsa di seluruh dunia. Karena salah satu bahasa internasional sebagai bahasa global yang banyak digunakan selama ini adalah bahasa Inggris, media pembelajaran dan pemahaman bahasa Inggris menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

(4)

bahasa internasional yang dianggap sangat penting sebagai alat atau media untuk penyerapan, transfer, dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa lain. Dengan mempelajari bahasa Inggris maka seseorang akan terbuka wawasan dan pengetahuannya secara internasional. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Inggris menjadi sangat penting mengingat semakin globalnya dunia informasi saat ini.

(5)

proses pembelajaran, guru bahasa Inggris belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individu yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran bahasa Inggris lanjutan. Sebagian besar siswa belum belajar sampai pada tingkat komunikasi dalam menggunakan bahasa Inggris secara maksimal. Siswa baru mampu mempelajari, membaca, menghafal kosa kata, menulis, dan mengingat kaidah-kaidah bahasa Inggris.

Demikian pula gagasan inovatif pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkan bahasa Inggris secara efektif dalam berkomunikasi sehari-hari yang kontekstual dengan menggunakan bahasa Inggris baik secara lisan maupun secara tulisan. Kurangnya pengetahuan guru bahasa Inggris tentang pengelolaan pembelajaran bahasa Inggris membuat proses pembelajaran bahasa Inggris kurang efektif sehingga lulusan SMP/MTs tidak banyak yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Di era globalisasi sekarang ini, pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan sangat diperlukan oleh para siswa agar mereka mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai, menggunakan informasi, dan melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan, serta untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

(6)

tulisan. Permasalahan ini disebabkan oleh kurang maksimalnya proses pembelajaran bahasa Inggris.

Kellaghan & Greaney (2001: 22) mengemukakan pernyataan sebagai berikut:

“Education has many purposes and components, questions regarding quality may reasonably be posed about any important aspect of a system: infrastructure, school buildings, administration, teacher training, educational materials, teaching, or student achievements. All these elements, it will be noted, are interrelated, and a serious deficit in one is likely to have implications for quality in others.”

Di dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, komponen yang paling dominan adalah kinerja guru bahasa Inggris, kepribadian guru bahasa Inggris, fasilitas yang mendukung pembelajaran bahasa Inggris, dan sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Semuanya saling mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris secara maksimal. Proses pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan secara maksimal diharapkan menghasilkan lulusan MTs yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lisan maupun tuliasan.

Berbicara adalah proses membangun dan berbagi makna melalui penggunaan verbal dan non-verbal simbol. Berbicara adalah bagian penting dari bahasa kedua belajar dan mengajar. Namun, dunia masa kini menuntut bahwa tujuan pengajaran berbicara harus meningkatkan siswa dapat mengekspresikan diri dan belajar bagaimana menggunakan bahasa.

(7)

pelafalan, tata bahasa, kosa kata, dan kefasihan. Singkatnya, guru bahasa Inggris harus kreatif dalam mengembangkan proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana yang baik, meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, memberikan perhatian terhadap komponen berbicara dan membuat pelajaran bahasa Inggris lebih baik. Untuk alasan ini, guru bahasa Inggris di MTsN harus menerapkan metode yang tepat dan teknik mengajar berbicara. Metode digunakan oleh guru adalah pendekatan komunikatif. Dalam pendekatan komunikatif, bahasa pada dasarnya merupakan suatu alat komunikasi. Dengan demikian, belajar bahasa berarti belajar untuk melakukan tindak wicara komunikatif (Brickerton. 1996: 1). Akan tetapi kecenderungan siswa untuk melakukan komunikasi selalu mengalami banyak kendala biasanya disebabkan:

1. Sulitnya mengungkapkan ide secara lisan, sehingga siswa bingung untuk berbicara.

2. Terbatasnya kosakata (vocabulary), sehingga siswa sulit berbicara lancar dan lama.

3. Terbatasnya kemampuan tata bahasa (grammar), sehingga sulit berbicara dengan aturan yang benar.

4. Terbatasnya melafalkan kata-kata (pronounciation), sehingga sulit mengucapkan kata yang diucapkannya dengan benar.

5. Kurangnya keberanian untuk berbicara karena takut salah.

(8)

dilakukan orang-orang yang di tampilkan di CALL akan membantu siswa dalam berbicara, lafal, intonasi dan stres seperti asli pembicara.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“ SEJAUHMANA MODEL COMPUTER ASSISTED LANGUAGE LEARNING (CALL) DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI VOCABULARY SISWA

DALAM PEMBELAJARAN SPEAKING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS ? “

Permasalahan tersebut diperinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi pembelajaran bahasa Inggris di MTs

2. Bagaimanakah desain pengembangan model Computer Assisted Language Learning (CALL) yang dapat meningkatkan kompetensi vocabulary siswa

dalam pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris?

3. Sejauhmanakah kompetensi vocabulary siswa dalam pembelajaran speaking dapat ditingkatkan pada mata pelajaran bahasa Inggris dengan model Computer Assisted Language Learning (CALL)?

(9)

C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum

Mengingat luas dan kompleksnya cakupan materi yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model CALL yang dapat menigkatkan kompetensi vocabulary siswa dalam pembelajaran speaking secara komprehensif, baik

berupa kesiapan mental dan pemahaman akan konsep dasar, aturan atau prinsip-prinsip bahasa Inggris, maupun pola pikir dari para siswa MTsN pada kelas VII.

2. Tujuan Khusus.

Berdasarkan penjelasan di atas, selanjutnya permasalahan ini dapatlah kita fokuskan pada tujuan yang lebih mengarah pada pokok pikiran penelitian, dimana secara lebih khusus, tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan kondisi kompetensi vocabulary siswa dalam pembelajaran speaking di MTsN.

b. Untuk mendeskripsikan desain model CALL yang dapat meningkatkan kompetensi vocabulary siswa dalam pembelajaran speaking di MTsN pada mata pelajaran bahasa Inggris.

c. Mengidentifikasi serta mendeskripsikan kompetensi vocabulary siswa dalam pembelajaran speaking yang dapat ditingkatkan dengan pendekatan model Computer Assisted Language Learning.

(10)

D. Manfaat Penelitian.

Dengan penelitian mengenai pengembangan model CALL ini, diharapkan dapat banyak memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik secara teoritis, maupun praktis terhadap pemangku kepentingan pembelajaran khususnya, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: menemukan konsep dan prinsip tentang model pembelajaran yang relevan diimplementasikan dan dikembangkan, untuk efektivitas pembelajaran bahasa Inggris berdasarkan kerangka berpikir baru untuk meningkatkan pemahaman melalui model CALL di MTsN.

2. Manfaat Praktis

Memperhatikan kondisi, motivasi, dan keterampilan (skill) maupun respon belajar dari sebagian besar siswa MTsN yang belum optimal, maka penelitian ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi dan kreatifitas belajar, serta kualitas proses maupun hasil pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah, yang secara signifikan akan berpengaruh pada mutu pendidikan itu sendiri secara lebih luas.

(11)

b. Bagi guru akan berdampak pada kreativitas, serta kualitas pembelajarannya di kelas, yaitu akan semakin bervarisi, kreatif, dan intensif serta inovatif, sehingga hasil belajar siswa sebagai bahan feedback pada pembelajaran selanjutnya.

c. Bagi mahasiswa sebagai peneliti akan berdampak pada peningkatan wawasan pengetahuan dan kualitas keilmuan, berkembangnya keterampilan serta pengalaman dalam melakukan penelitian, serta sekaligus untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan.

d. Bagi institusi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), akan meningkatkan kualitas dan nama baik lembaga dengan memberikan sumbangsih pemikiran implementasi kurikulum dan pengembangan model pembelajaran bahasa Inggris dan keberhasilan dari penelitian ini. E. Definisi Oprasional.

Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan dan variabel penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara oprasional sebagai berikut :

1. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk menyampaikan pesan.

2. Pembelajaran berbicara, adalah cara bagi siswa untuk mengungkapkan emosi mereka, kebutuhan komunikatif, berinteraksi dengan orang lain dalam situasi apa pun, dan mempengaruhi orang lain.

(12)

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam pristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Menurut Joyce & Weil (1996: 120), di dalam melaksanakan peranannya, guru atau siswa dapat menggunakan empat pola argumen berikut ini:

a. Menyuruh siswa untuk mengidentifikasi hal-hal pada nilai yang melanggar;

b. Mengklarifikasi nilai konflik melalui analogi;

c. Menyuruh siswa untuk membuktikan konsekuensi suatu posisi yang diinginkan atau yang tidak diinginkan; dan

d. Menyuruh siswa untuk menyusun prioritas nilai: menyatakan satu nilai diatas yang lainnya dan mendemonstrasikan kekurangan pelanggaran nilai kedua yang kasar.

Dalam proses pembelajaran tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

(13)

(output) serta terkoordinasi dibawah kontrol program yang tersimpan di memorinya.

5. Kegiatan pembelajaran dengan bantuan komputer atau lebih dikenal sebagai Computer Assisted Language Learning (CALL) merupakan istilah umum

untuk segala kegiatan belajar yang menggunakan komputer, baik sebagian maupun secara keseluruhan.

6. Computer Assisted Language Learning (CALL) dalam penelitian ini adalah merupakan suatu pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar bahasa dimana teknologi komputer digunakan sebagai media bantu untuk menampilkan, memberikan penguatan materi dan alat untuk mengukur materi yang dipelajari, biasanya ditampilkan dengan elemen yang interaktif.

7. Vocabulary adalah sekelompok atau stok kata-kata yang digunakan dengan cara tertentu oleh sekelompok orang tertentu mengenai bahasa mereka atau Sistem teknik atau simbol yang berfungsi sebagai sarana ekspresi

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini uraian difokuskan pada: Metode Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Instrumen dan Pengumpulan Data, dan Teknik Pengolahan Data. A. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan Model Computer Assisted Language Learning (CALL) untuk meningkatkan kompetensi vocabulary siswa

dalam pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris di jenjang MTsN. Sehubungan dengan itu, pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development

(R & D), dengan mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1979:626), dalam bukunya "Educational Research".

Langkah-langkah tersebut secara umum diuraikan sebagai berikut :

1. Research and information collecting atau penelitian dan pengumpulan informasi, yang termasuk di dalamnya review literature serta observasi yang dilakukan di kelas.

2. Planning (perencanaan), termasuk di dalamnya menentukan tujuan, menetapkan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam skala yang kecil/terbatas. 3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk produk

pendahuluan, yang di dalamnya mencakup persiapan materi pembelajaran, dan bahan ajar yang digunakan dan evaluasi.

(15)

analisis data berdasarkan angket subjek penelitian, hasil wawancara, dan observasi.

5. Main product revision (revisi terhadap produk utama), yang dalam hal ini didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan.

6. Main field testing yang berarti uji coba utama, dengan melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak. Data kuantitatif berupa pretest dan posttest. Untuk hal kegiatan ini apabila memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Operational product revision yaitu berupa revisi atau kajian ulang terhadap produk-produk operasional yang dilakukan berdasarkan pada hasil uji coba utama.

8. Operasional field testing adalah uji coba operasional, yang melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Selanjutnya pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Final product revision artinya revisi terakhir pada bagian produk yang dihasilkan, dengan berdasarkan pada hasil uji coba operasional pada sekolah-sekolah tersebut.

10.Dissemination and distribution atau disseminasi dan distribusi, dimana pada langkah ini dilakukan penyebarluasan dengan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.

(16)

Bagan 3.1

Tahapan Penelitian dan Pengembangan Pembelajaran CALL.

- Penelitian dan pengumpulan data awal

- Penyusunan proposal penelitian

- Penyusunan hasil penelitian pendahuluan

- Perencanaan materi pembelajaran

- Perencanaan produk

- Produksi CD –ROM pembelajaran

1. Evaluasi teman sejawat

- Pendidikan computer

- Komunikasi visual

- Teknologi informasi

2. Evaluasi pakar

- Pendidikan computer

- Komunikasi visual

- Teknologi informasi

1. Uji coba terbatas

Pada MTsN Ciruas terhadap 37-40 siswa

2. Uji coba lebih luas

Pada 114 siswa di tiga sekolah yaitu : MTsN Cikeusal, MTsN Padarincang dan MTsN Serang

- perbaikan produk

- evaluasi praktisi

1. pendidikan computer

2. komunikasi visual

(17)

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Computer Assisted Language Learning (CALL) secara lebih rinci prosedur tahapan proses dalam penelitian ini

diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Data Awal.

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi perkiraan kebutuhan, mempelajari literatur dan meneliti dalam skala kecil.

2. Perencanaan.

Setelah mempelajari literatur selengkapnya dan memperoleh informasi yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah merencanakan pembuatan produk. Aspek yang penting dalam perencanaan adalah pernyataan tujuan yang harus dicapai pada produk yang akan dikembangkan.

3. Pembuatan Produk Awal.

Setelah inisiasi dalam perencanaan lengkap, langkah utama dalam tahapan R & D adalah membuat bentuk awal produk pembelajaran yang dapat diuji coba. Dalam tahap pengembangan produk ini termasuk pembuatan instrument untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna. Sebelum uji coba dilaksanakan, diperlukan tanggapan dan saran dari teman sejawat dalam bidang yang terkait, yaitu pendidikan komputer, komunikasi visual dan teknologi informasi.

4. Uji Coba Awal.

(18)

5. Perbaikan Produk Awal.

Setelah dilakukan uji coba awal, tahap berikutnya adalah perbaikan produk sesuai dengan data yang diperoleh dari uji coba awal. Saran dari pakar digunakan untuk menyempurnakan produk.

6. Uji Coba Lapangan.

Setelah produk awal diperbaiki sesuai dengan saran dari pakar pendidikan komputer, komunikasi visual dan teknologi informasi, dilaksanakan uji coba lapangan untuk mendapatkan evaluasi atas produk. Kuesioner dibuat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa dan guru bahasa Inggris dan TIK. Wawancara mendalam dilakukan terhadap beberapa orang siswa selama dalam tahap uji coba.

7. Perbaikan Produk Operasional.

(19)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Produk dari pengembangan model CALL dalam pembelajaran bahasa Inggris ini, diharapkan akan menjadi bahan rujukan bagi pelaksanaan pembelajaran speaking di MTsN, khususnya di wilayah Serang.

Merujuk pada tujuan penelitian, maka penentuan sekolah sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan cara non-probability sampling, dimana pengambilan sampel dari populasi, ditentukan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan, atau tidak menggunakan dasar peluang. (Sudjana. 2001: 85). Salah satu teknik pengambilan sample yang dilakukan adalah teknik purposive dengan mempertimbangkan letak dan lokasi sekolah serta kelompok sekolah. Dalam hal ini untuk memenuhi keterwakilan diambil 4 (empat) sekolah dari sejumlah 7 MTsN yang ada, yaitu sekolah dengan kriteria Baik.

(20)
[image:20.595.92.514.166.612.2]

Berikut adalah daftar sekolah yang menjadi subjek penelitian Tabel 3.1

Daftar Subjek Penelitian untuk Uji Coba Model Klasifikasi dan

Kriteria

Sekolah dan Lokasi

Keterangan / Keperluan Baik MTsN Ciruas Uji Coba Terbatas

Baik MTsN Serang Uji Coba Luas

Cukup MTsN Padarincang Uji Coba Luas Kurang MTsN Cikeusal Uji Coba Luas

Lebih jauh lagi, penelitian ini difokuskan pada hal-hal sebagai berkut:

a. Siswa yang diteliti pada uji terbatas ini ádalah siswa pada kelas VII MTsN Ciruas Kabupaten Serang . Hal ini dilakukan berdasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah tumbuh yang potensial, dimana pada saat ini sedang melaksanakan program rintisan ICT School Model yang manajemen operasionalnya dibantu dan diawasi oleh Kandepag Kabupaten/Kota Serang serta Kanwil Depag Provinsi Banten.

(21)
[image:21.595.98.512.236.641.2]

Sebelum instrumen ini digunakan terlebih dahulu dikonsultasikan substansi maupun efektifitasnya, dan selanjutnya dilakukan penilaian serta rekomendasi keterpakaiannya dari dosen pembimbing serta pakar pendidikan. Berdasarkan konsultasi dan dari hasil penilaian terhadap instrumen tersebut diperoleh beberapa perbaikan dan sekaligus direkomendasikan seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Hasil Penilaian Instrumen Penelitian

No Instrumen Perbaikan dan Rekomendasi

1 2 3 4 Pedoman Wawancara untuk Guru Pedoman Wawancara untuk Siswa

Angket untuk Guru

Angket untuk Siswa

Substansi tidak terlalu luas dan lebih fokus pada

pembelajaran Bahasa Inggris, dan

implementasinya. Pedoman diganti Panduan.

Pertanyaan lebih sederhana agar mudah

dimengerti, terarah pada substansi masalah.

Pertanyaan lebih singkat, tidak menimbulkan keraguan jawaban. Ada pertanyaan tingkat motivasi dan beri opsi jawaban pendapat guru Pilihan jawaban agar lebih jelas dan singkat

C. Instrumen dan Pegumpulan Data

(22)

tersebut. Selanjutnya dilakukan uji coba luas terhadap produk yang telah diperbaiki. Tahap terakhir adalah evaluasi dari praktisi yang memiliki disiplin dan keterampilan sesuai dengan produk, yaitu pendidikan komputer, komunikasi visual dan multimedia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kuesioner.

Kuesioner menggunakan pertanyaan open ended untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat yang mendukung teori, informasi kebutuhan untuk pengembangan model, informasi apakah siswa dapat melakukan perintah yang terdapat dalam model pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL), serta penilaian atas kualitas model pembelajaran yang dikembangkan.

2. Wawancara.

Dalam penelitian dilakukan wawancara dengan pertanyaan open ended sehingga responden dapat memberikan informasi yang tidak terbatas dari berbagai perspektif. Wawancara mendalam diperlukan untuk memperoleh data tentang proses belajar vocabulary dalam pembelajaran speaking. Semua wawancara dibuat transkrip dan disimpan dalam dokumen teks.

3. Pengamatan.

(23)

Dalam pelaksanaanya penelitian tindakan ini dilakukan mengikuti langkah-langkah menurut teori Kemmis dan Mc Taggart (Hopkins, 1993), yang terdiri atas: 1. Perencanaan (Plan)

2. Pelaksanaan (Act) 3. Pengamatan (Observe) 4. Refleksi (reflect).

Kegiatan pada komponen-komponen tahap penelitian tersebut adalah berupa siklus, dimana antar tahap satu dengan lainnya saling berkaitan secara berkesinambungan. Adalah juga menjadi tolak ukur untuk kelanjutan penelitian ini.

Adapun siklus penelitian tersebut digambarkan seperti pada bagan dibawah ini:

Plan

Reflect Act

Observe

Revised Plan

Reflect Act

Observe

Orientasi

Siklus 1

(24)

Revised Plan

Reflect Act

Observe Dst

Bagan 3.2

Model Siklus Penelitian Tindakan

(Diadopsi dari Model Spiral Kemmis &Taggart)

Prosedur kegiatan pada penelitian tindakan ini dilaksanakan sebagai langkah-langkah penelitian untuk mendeskripsikan mengenai proses pembelajaran CALL melalui beberapa putaran kegiatan sampai diperoleh kondisi stabil. Mengenai tahapan komponen penelitian tindakan ini lebih jelas dideskripsikan sebagai berikut:

a. Tahap orientasi, yaitu dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini meliputi pengamatan lingkungan, kegiatan pembelajaran, wawancara dengan stakeholders di MTsN.

b. Pada perencanaan (plan), yaitu kegiatan menyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan di MTsN kelas VII. Pada tahap ini dilaksanaan observasi terhadap pokok bahasan, buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan pembelajaran, kriteria penilaian, dan fasilitas yang digunakan.

c. Tahap pelaksanaan / tindakan (act), yaitu implementasi kegiatan pembelajaran speaking di kelas VII MTsN, dengan model CALL yang direncanakan dalam tiga

(25)

siklus pembelajaran, dimana pada siklus ke-empat diharapkan pembelajaran tersebut berada pada kondisi stabil.

d. Berkenaan dengan implementasi, maka dilakukan pengamatan (observe), yaitu kegiatan dalam mengenali, mengamati, dan mendokumentasikan (mencatat/merekam) proses, pengaruh, dan hasilnya.

e. Tahap terakhir dari siklus adalah refleksi (reflect), yaitu menganalisis rencana yang belum terlaksana dan telah dilaksanakan secara terpadu antara objek dan subjek kegiatan untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

D. Teknik Pengolahan Data

Seperti uraian di atas bahwa penelitian ini difokuskan pada tiga tahapan proses, yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan model, serta uji coba draff model yang mencakup uji lapangan pada skala terbatas dan uji lapangan pada skala yang lebih luas, dengan melakukan pengujian pada tingkat efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan.

Data yang diperoleh pada tahap studi pendahuluan ini meliputi sejumlah dokumen yang terkait dengan program pembelajaran seperti: silabus mata pelajaran, program tahunan, program semester, kriteria ketuntasan minimal, rencana pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh melalui kuesioner yang dilakukan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran sebelum uji coba model meliputi: kondisi objektif guru, siswa, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat implementasi pembelajaran speaking dengan pendekatan CALL. Selanjutnya data tersebut dianalisis dalam bentuk paparan naratif melalui beberapa tahap berikut: 1. berdasarkan hasil analisis dokumen, dipilih materi pembelajaran yang akan

(26)

2. mengklasifikasi data hasil angket (kuesioner) agar sesuai konteksnya yaitu data yang berkaitan dengan kondisi objektif pelaksanaa pembelajaran saat ini dan setelah pengembangan model, serta faktor pendukung maupun penghambat dalam implmentasi model pembelajaran speaking dengan pendekatan CALL. Sejumlah data yang diperoleh pada tahap uji coba terbatas serta uji coba pada skala lebih luas antara lain meliputi:

1. hasil observasi pelaksanaan pembelajaran speaking yang dilakukan oleh guru. 2. skala penilaian pelaksanaan model pembelajaran CALL.

3. tes hasil belajar siswa, dimana data tersebut dianalisis melalui tahapan reduksi data, pemaparan data, dan verifikasi data. Ketiga proses tersebut difokuskan untuk penyempurnaan serta penyesuaian model pembelajaran yang diinginkan.

Pada tahap reduksi data dianalisis melalui proses editing, pemfokusan dan mengabstraksikannya menjadi informasi yang lebih bermakna. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, dan self reflection diklasifikasikan berdasarkan kelompok-kelompok sebagai berikut :

1. kesulitan guru mengimplementasikan program serta upaya untuk mengatasinya. 2. kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta upaya untuk mengatasinya.

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diklasifikasikan berdasarkan penggolongan kesamaan pendapat siswa dan guru mengenai efektivitas model dalam meningkatkan minat, motivasi, dan sikap terhadap model yang dikembangkan.

(27)

1. tabulasi data hasil pengisian kuesioner dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut prosentasenya.

2. deskripsi secara grafis dalam bentuk histogram, dan

3. paparan deskriptif-naratif yang menjelaskan tabel dan grafik yang diperlihatkan, serta data-data lain hasil observasi, skala penilaian, dan self reflekcion yang telah direduksi untuk mendukungnya.

Inti dari proses analisis data ini akan mengkaji keterkaitan antara hasil kajian teori mengenai metode CALL dan implementasinya dalam kedua tahap ujicoba.

Dalam rangka menguji tingkat efektivitas model pembelajaran yang telah dikembangkan, dilakukan dengan cara mengevaluasi hasil pembelajaran dengan menganalisis antara nilai siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan nilai siswa setelah pembelajaran (postest). Pengolahan data yang dilakukan ádalah perbandingan rata-rata antara nilai pretest dengan postest dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan desain The Matching Control Group Pretest- Postest.

[image:27.595.91.513.186.697.2]

Untuk lebih jelas hal ini dapat ditunjukkan pada tabel berikut: (Sukmadinata, 2006: 188)

Tabel 3.3

The Matching Control Group Pretest- Postest.

Kelompok Pretest Perlakuan Pascates

Esperimen 0 VII 0

(28)

Untuk mengukur tingkat efektivitas model yang dikembangkan dilakukan pengujian melalui uji t dengan membandingkan dua buah rata-rata, yaitu :

1. Uji perbedaan dua buah rata-rata yang berkorelasi (pretest dan posttest)

2. Uji perbedaan dua buah rata-rata yang tidak berkorelasi (pretes-pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta postest-postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

(29)

165

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN

Berpedoman pada kajian dan analisis serta pembahasan terhadap hasil penelitian secara menyeluruh pada model pembelajaran Computer Assisted Language Learning(CALL) untuk meningkatkan kompetensi vocabulary

dalam pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi pembelajaran bahasa Inggris di MTsN.

a. Siswa umumnya memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk mengikuti

pembelajaran Computer Assisted Language Learning(CALL). Bahasa Inggris bukan lagi menjadi mata pelajaran yang paling sulit untuk dipelajari. Mereka cukup menyukai dan mampu mempraktekan setiap kata yang mereka dapatkan, karena fungsi bahasa adalah alat untuk berkomunikasi dengan yang lain. Para siswa perlu peningkatan aktivitas dan aktualisasi kemampuannya melalui stimulus pembelajaran yang optimal dari guru. Terhadap tugas pada umumnya mereka menganggap biasa saja dan dirasakan cukup sebagai bahan latihan di rumah.

b. Berkaitan dengan aktivitas pembelajaran guru bahasa Inggris, para siswa

(30)

166

c. Dalam konteks implementasi kurikulum, guru berkomitmen untuk

merealisasikan seoptimal mungkin, memiliki tanggung jawab profesional serta motivasi untuk mengembangkan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik agar siswa dapat berkompeten dalam keilmuan dengan prestasi yang tinggi. Proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan konvensional, seperti ceramah dan penugasan. Meskipun demikian guru berupaya mengimplementasikan metode tersebut sesuai dengan tantangan materi ajar, dan selalu melakukan perbaikan lagi untuk keperluan kedepan.

d. Sehubungan dengan implementasi pembelajaran bahasa Inggris di

(31)

167

2. Desain pengembangan model Computer Assisted Language Learning (CALL) untuk meningkatkan kompetensi vocabulary dalam

pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris di MTsN.

Perencanaan dan pengembangan draft model Computer Assisted Language Learning(CALL) yang dapat mewadahi konsep belajar

speaking terdiri atas beberapa tahapan, yaitu :

a. Perencanaan terdiri atas: Analisis konsep pengembangan bahan ajar digital, Flowchart view penyajian bahan ajar digital, dan Storyboard Computer Assisted Language Learning(CALL).

b. Pengembangan Computer Assisted Language Learning (CALL). Dalam pengembangan Computer Assisted Language Learning (CALL) langkah-langkah pengembangannya adalah sebagai berikut:

Pertama, menyiapkan elemen-elemen dengan menggunakan

program yang akan digunakan, Kedua, pengisian audio untuk penjelasan animasi menggunakan program Power Director yang mempunyai kemampuan pengolahan multimedia. Ketiga, pengambilan gambar melalui handycam studio dengan lokasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Keempat pembuatan animasi dalam Computer Assisted Language Learning (CALL) menggunakan

Adobe Flash CS3 Profesional. Kelima, design gambar menggunakan Adobe Photoshop CS3 yang memiliki kemampuan design grafis yang handal. Keenam, pengemasan dalam bentuk CD

[image:31.595.105.513.226.721.2]
(32)

168

Assisted Language Learning (CALL), menggunakan Nero dilanjutkan dengan Instalasi program CD ke dalam komputer yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

3. Peningkatan kompetensi vocabulary dalam pembelajaran speaking dengan menggunakan Comoputer Assisted Language Learning (CALL).

a. Berdasarkan hasil eksperimen, penggunaan Computer Assisted Language Learning (CALL) dalam pembelajaran speaking pada

mata pelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan kompetensi vocabulary siswa, hal ini bisa dilihat dari hasil pretest dan posttest

siswa, yang menunjukan perubahan-perubahan terhadap kemampuan kognitif maupun skill siswa. Pada uji coba pertama perolehan nilai rata-rata pretest adalah lebih dari (>41,80), mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga menjadi lebih dari cukup (>73,75). Kondisi ini terus mengalami perubahan ke arah peningkatan nilai rata-rata hasil test yang diperoleh siswa pada uji coba terbatas tahap kedua dan ketiga. Sehingga pada posttest di akhir uji coba terbatas ini diperoleh nilai rata-rata siswa dengan katagori baik, yaitu lebih dari 82,10.

b. Dengan merujuk pada peningkatan nilai rata-rata hasil evaluasi tersebut, maka proses pembelajaran speaking dengan metode Computer Assisted Language Learning (CALL), telah memberikan dampak

(33)

169

c. Melalui kajian yang dilakukan terhadap hasil observasi pembelajaran, diperoleh berbagai aktivitas maupun aktualisasi kemampuan siswa yang selalu mengalami peningkatan dari setiap tahapan uji coba model. Potensi akademik dan pembelajaran siswa yang dapat diungkapkan antara lain kondisi siswa yang menunjukkan partisipasi aktif dalam menghadapi pembelajaran, termasuk mempersiapkan keperluan perlengkapan belajar. Siswa memperlihatkan respon yang baik terhadap penjelasan substansi bahan ajar oleh guru. Siswa umumnya memiliki keterampilan bertanya dan mengungkapkan jawaban atas persoalan-persoalan yang dilontarkan guru secara tepat. Mereka mampu mengemukakan pendapat dan ilustrasi lain dengan cukup optimal.

d. Efektivitas pembelajaran speaking dengan metode Computer Assisted Language Learning (CALL), juga diperlihatkan secara terbuka dan

jelas melalui perubahan prilaku belajar siswa yang semakin berkembang selama uji coba model secara lebih luas di tiga sekolah tempat penelitian.

(34)

170

terhadap data nilai tes siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di tiga sekolah uji coba luas.

Rata-rata posttest kelompok eksperimen adalah 85,7895 dengan simpangan baku 7,18217. Sedangkan untuk kelompok kontrol rata-ratanya 71,667 dengan simpangan baku 7,71926. Rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai kelompok kontrol. Dengan demikian kondisi siswa hasil pembelajaran dengan model CALL memiliki kompetensi yang lebih baik.

4. Daya dukung dan kendala-kendala yang berpengaruh terhadap implementasi model Computer Assisted Language Learning (CALL)dalam pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa

Inggris.

a. Daya Dukung

1. Tersedianya laboratorium komputer di MTsN dan memiliki perangkat komputer Pentium III dan IV, serta komputer multimedia, hal ini sangat mendukung untuk pelaksanaan pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL di MTsN.

(35)

171

adanya kerusakan jaringan peneliti telah memback-up CD CALL tersebut sebanyak 40 keping sesuai dengan jumlah siswa.

3. Memiliki guru bahasa Inggris yang kompeten dan antusias untuk menerapkan model pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL), sehingga untuk ke depan ia akan

mengembangkan model pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL dengan catatan peneliti mau

membantunya.

4. Motivasi siswa yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL), terbukti banyak

siswa yang tidak mau pulang padahal sudah jam 15.30, mereka mengulang dan terus mengulang pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL) tersebut, sampai mereka betul-betul

puas dengan hasilnya. b. Kendala-kendala

1. Memerlukan tenaga khusus untuk mengembangkan Model Pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL), sehingga memerlukan biaya sedikit mahal.

2. Memerlukan kerjasama antara ahli media/pemrograman dengan guru bidang studi.

(36)

172

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan yang dipadukan dengan manfaat penelitian tentang pengembangan model pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL) untuk meningkatkan kompetensi vocabulary dalam

pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris, maka dapat diajukan rekomendasi dengan paparan sebagai berikut:

1. Bagi guru hendaknya konsep How to Teach Vocabulary dengan menggunakan Computer Assisted Language Learning (CALL) dapat ditingkatkan dengan baik. Hal tersebut mengingat bahwa vocabulary merupakan central of English Learning, sebab menyangkut masa depan siswa, lebih-lebih bagi rnereka yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan model Computer Assisted Language Learning (CALL) adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi vocabulary dalam pembelajaran speaking.

2. Bagi pihak pengambil kebijakan di sekolah, penulis menyarankan adanya perhatian khusus bagi pengembangan pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL) dengan :

a) Memberikan fasilitas yang memadai dan memfasilitasi guru untuk mengembangkan dan menggunakan Computer Assisted Language Learning (CALL).

(37)

173

3. Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang sama, disarankan meneliti dan mengembangkan Computer Assisted Language Learning (CALL) untuk mata pelajaran bahasa Inggris dengan

(38)

174

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Sulaiman., A. Gani. & Syafri K. (1986). Kosa kata bahasa Melayu Riau.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

AECT (1977), The Definition of Educational Technology, Washington : Association for Educational Communication and Technology.

Arimurti, Dian. 2007. CALL (Computer-Assisted Learning Language) is new ways in developing teaching material. Makalah disajikan dalam siminar pendidikan bahasa, Universitas Muhammadiyah, Ponorogo, 12 September. Arsyad, A (1995). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asri Budiningsih. (2005). Belajar dan membelajarkan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Baron, A & Orwig, G.W. (1995), Multimedia Technologies for Training an Introduction, Englewood Colorado, Libraries Unlimited. Inc.

Bloom,Benyamin S ct al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. David McKay,Inc.N.Y.

Borg, W. R. & Gall, M. D. (2003). Educational research: an introduction (7thed.). New York: Longman, Inc.

Brickcrton, Derek. 1996. Communicative Language Teaching.

http://www.btinternet.com/-ted.power/es10404.html.retieved by 10.30 am, on July 9, 2007

Constantinescu, A. I. (2007). Using technology to assist in vocabulary acquisition and reading comprehension. The Internet TESL Journal, Vol. XIII, No. 2, February 2007. Diambil tanggal 7 September 2007 ,dari http://iteslj.org/Articles/Constantinescu-Vocabulary.html

(39)

175

Crystal David, (2000) English as a Global Language second Edition, Cambridge University Press.

Departemen Pendidikan Nasional (2003), Kurikulum 2004, Kerangka Dasar. Jakarta

Dick, W., Carey, L. & Carey, J. O. (2005). The systematic design of instruction. Boston: Harper Collin College Publisher.

Dix, An et al.(1996) ”Human Computer Interaction”. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall

Egbert Joy.1997 Call Essensials Principles and Practice In Call Classrooms, TESOL

Hartoyo,2008. Individual Differences in computer language learning , Pelita Insani. Semarang

Heinich, R. 1986 Instructional Media and the New Technologies of Instruction. New York : Macmillan Publishing Company.

Hoskisson, K. & Tompkins, G. E. (1987) Language arts: Content and teaching strategies. Melbourne: Merill Publishing Company.

Joyce & Weil (1996), Model Of Learning, Cambridge University Press.

Karya Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Kellaghan & Greaney (2001), Monitoring The Learning Outcomes of Education System, Wasington DC.

Lado, Robert.1961. Language Testing. London: Logman.

Lado, R. (1979). Language teaching. A scientific approach. Bombay-New Delhi: Tata McGraw-Hill Publshing Co.LTD.

Luther, Arc C. (1994), Authoring Interactive Multimedia, Boston : AP Profesional

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Nation, I. S. P. (2001). Learning vocabulary in another language.

Cambridge: Cambridge University Press.

(40)

176 York . Cambridge University Press.

Nunan, D. (1991). Language teaching methodology: A textbook for teachers. Sydney: Prentice Hall International (UK) Ltd.

Pamenan, R (2006). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Pikulski, J. J. & Templeton, S. (2004). Teaching and developing vocabulary: key to long-term reading success. Diambil tanggal 4 September 2007, dari http://www.eduplace.com/marketing/nc/pdf/authorpages.pdf

Purwanto, E. (1994). Media Pengajaran IPS Geografi. Modul tidak diteritkan: IKIP Malang.

Rusman (2009a) Manajemen Kurikulum (Seri Manajemen Sekolah Bermutu). Jakarta: Rajawali Pers,

Rusman. (2007b). ”Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika di SMK”. Diseretasi PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sadiman S Arief, dkk (2007). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembagan, Pemanfaatannya). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Salam, B (1996), Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu mendidik). Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada.

Sukmadinata, N Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N & Rivai A(2005) Media Pengajaran, Bandung, Sina Baru Algesindo. Sudjana, N. ( 1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Sitorus, R. H. (1993). Cara mudah belajar bahasa Inggris: English

vocabulary. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Tarigan, H. G. (1986). Pengajaran kosakata. Bandung: Penerbit Angkasa.

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian untuk Uji Coba Model
Tabel 3.2 Hasil Penilaian Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 The Matching Control Group Pretest- Postest.
Kelima, design gambar

Referensi

Dokumen terkait

 Memperhatikan penjelasan guru tentang penggunaan rumus luas bangun datar segitiga dan bangun datar segitiga dan jajar genjang dalam pemecahan masalah 

Dengan ini kami mengundang perusahaan saudara untuk mengikuti Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya :. Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Pipa Distribusi Kecamatan

Pemenang Nomor : 024/POKJA-ULP/BM-PRA KONS-PENPEMENANG/PU-2015 Tanggal 22 Mei 2015, Kami Pokja Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran

Pada hari ini Jum at Tanggal Dua Puluh Dua Bulan Mei Tahun Dua Ribu Lima Belas (22-05-2015), berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 027/POKJA-ULP/BM-PRA

perkembangannya dan mempunyai tujuan. Menyusun atau mengkomposisi tari, memerlukan penekanan unsur tari dengan desain, irama, motivasi, ide. Dengan demikian unsur materi

Trotoar di sini, saya pikir, hanya satu contoh dari banyak fasilitas fisik kota lain yang harus disesuaikan dengan kebutuhan warga.. Fasilitas kota lain itu, misalnya,

Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis,

Dengan pencapaian massa tulang yang optimal maka dapat meminimalkan risiko osteoporosis di kemudian hari (Kumar et al., 2007). Penelitian akan dilakukan di SMA N 1