• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN IMPLEMENTASINYA BAGI LAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN IMPLEMENTASINYA BAGI LAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Feby Deriawan Pratama. (2012). Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Implementasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling di SMK (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

Keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik yang belum optimal dapat mengakibatkan agresif, senang berkhayal, sakit fisik serta mental, dan mengalami flight syndrome. Tujuan penelitian skripsi ini untuk memperoleh gambaran keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik jurusan pekerjaan sosial di SMKN 15 Bandung. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan Instrumen yang digunakan untuk mengungkap data adalah angket keterampilan komunikasi interpersonal dengan menggunakan skala likert. Hasil penelitian; menyatakan keterampilan komunikasi peserta didik jurusan pekerjaan sosial tergolong cukup tinggi, begitu juga berdasarkan aspek-aspeknya, gender dan jenjang kelas. Dengan demikian layanan dasar dikira tepat untuk diberikan sehingga memperoleh pemahaman yang dibutuhkan dan mengembangkannya kearah yang lebih baik.

(2)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

(3)

KATA PENGANTAR

Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, persepsi dan perilaku komunikan dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Kegagalan melakukan komunikasi interpersonal akan membuat remaja semakin mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial yang lebih luas. Fenomena ketidakmampuan

siswa dalam melakukan komunikasi interpersonal, perlu memperoleh perhatian khusus dari semua pendidik di sekolah dan khususnya Bimbingan dan Konseling sebagai suatu subsistem pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan memfasilitasi Peserta Didik agar mampu mencapai tugas perkembangan yang sesuai serta mengembangkan potensinya dengan optimal.

Skripsi ini berjudul ”Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK”

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Di SMK Negeri 15 Bandung

Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013). Tujuan penulisan skripsi

ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh ujian sidang Sarjana Pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Demikian keseluruhan hasil penelitian yang telah dibuat. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan menjadi bagian referensi yang mendukung terutama dalam pengembangan keilmuan bimbingan dan konseling khususnya di bidang pribadi-sosial.

Bandung, Desember 2012

(4)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, ucap syukur dipanjatkan kepada Allah swt. atas segala petunjuk, ridho, kekuatan, dan kemudahan yang telah diberikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Proses penyelesaian skripsi melibatkan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Amin Budiamin, M. Pd. selaku pembimbing I dan Dadang Sudrajat, M. Pd. selaku pembimbing II atas segala bimbingan, perhatian, saran, arahan, motivasi dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

2. Prof. H. Furqon, Ph. D. selaku ketua Dewan Skripsi beserta Dr. Nandang Rusmana, M. Pd. dan Ibu Dr. Ipah Saripah, M. Pd. Ketua dan Sekretaris Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

3. Dra. R. Tati Kustiawati, M.Pd. selaku pembimbing akademik dan Nandang Budiman, S.Pd., M.Si selaku wali tingkat yang telah memberikan pendampingan, perhatian, dukungan, dan motivasi selama penulis melaksanakan studi di Jurusan PPB.

4. Dra. S.A Lily N, M.Pd., Dra. Yusi Riksa Yustiana M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd. atas dukungan, motivasi serta kesediaannya untuk melakukan judgement instrumen penelitian yang disusun penulis.

5. Seluruh Staf Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI atas segala ilmu pengetahuan, suri tauladan dan kehangatan yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan maupun kegiatan formal dan non formal.

6. Dra. Hj. Ema Ratnasih, M.M selaku Kepala Sekolah dan Sugi, S.Pd Guru BK di SMK Negeri 15 Bandung atas izin dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian.

7. Ibunda tercinta Kasmanah, S.Pd dan Ayahanda tercinta Achmad Muslih, beserta keluarga. Terimakasih untuk setiap kasih sayang, perjuangan, do’a, suri tauladan, didikan dan candaan yang selalu diberikan.

8. Teman-teman seperjuangan penyusunan skripsi ; Yunia, Vera, Siti, Desi, dan Mustika, ilmu yang saya dapat dari hasil belajar, diskusi, motivasi dan perhatian, dari kalian sangat bermanfaat untuk selesainya penulisan skripsi. 9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 dan KMJ PPB, kalian merupakan

orang-orang yang bertalenta luar biasa, saya selalu belajar dari kalian dan eksistensi teman-teman begitu terasa.

10. Ibu cucu, Esya Anesti M, M.Pd dan Yayan Kurniawan S.P.d terima kasih atas perhatian, motivasi, arahan dan candaan dalam penyusunan skripsi serta bimbingan dalam pekerjaan pada saat berada di kantor LPPB.

Bandung, Desember 2012

(5)

DAFTAR ISI

halaman

Absrtak i

Kata Pengantar... iii

Ucapan Terima Kasih ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Bagan ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian... 10

E. Pendekatan dan Metode Penelitian... 11

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KONSEP HARGA DIRI PESERTA DIDIK DAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI G. A Komunikasi... 13

B. Komunikasi Interpersonal... 15

C.Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan dan Konseling... 39

D.SMK Jurusan Pekerjaan Sosial... 46

E. Konsep Pengukuran Komunikasi Interpersonal... 48

F. Kerangka Pemikiran... 51

G.Asumsi Penelitian... 51

(6)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN

H. A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 57

B. Metode Penelitian ... 58

C.Definisi Operasional Variable... 60

D.Instrumen Penelitian ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data ... 68

F. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

C.Rancangan Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN J. A. Kesimpulan... 96

B. Saran... 98 Daftar Pustaka

(7)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

2.1 Pengaruh Perbedaan Persepsi Terhadap Pemahaman Makna Pesan... 32

3.1 Populasi Penelitian ... 57

3.2 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal (sebelum uji coba) ... 62 3.3 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal (setelah uji coba)... 63 3.4 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal... 64 3.5 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal... 66 3.6 Hasil Uji Validitas Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik ... 67

3.7 Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang ... 73

3.8 Interval Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang... 74

4.1 Tingkat Persentase Penguasaan Skor Berdasakan Aspek-aspeknya Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Jurusan Pekerjaan Sosial di SMK Negeri 15 Bandung... 71 4.2 Tingkat Persentase Penguasaan Skor Berdasarkan Indikatornya Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Jurusan Pekerjaan Sosial di SMK Negeri 15 Bandung ... 71 4.3 Tingkat Persentase Penguasaan Skor Berdasarkan Gender dan Jenjang... 72

4.4 Tingkat Persentase Penguasaan Skor Berdasarkan kelas... 73

4.5 Tingkat Persentase Penguasaan Skor Berdasarkan kelas... 73

4.6 Prioritas Pengembangan Materi Layanan... 87 4.7 Kegiatan Operasional Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Untuk

(8)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman 2.1 Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal Dalam Sebuah

Model ... 24

2.2 Gap Sebagai Faktor Penghambat Komunikasi... 32 2.3 Komponen PMB... 44 2.4 Posisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah... 45

(9)

DAFTAR BAGAN

Nama Bagan Halaman 2.1 Kerangka Berpikir... 51 3.1 Alur Penelitian Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi

Interpersonal... 59

3.2 Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal Yang Digunakan Untuk Pengembangan Instrumen...

(10)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

A. Administrasi Penelitian B. Instrumen penelitian

C. Data Penelitian dan Pengolahan Data

D. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai usaha sadar yang mempunyai tujuan, sedangkan tujuan

pendidikan yang harus dicapai pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk atau pola tingkah laku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik, baik pengetahuan, sikap, maupun komunikasi yang baik dan benar. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi, salah satu komunikasi yang efektif adalah komunikasi interpersonal.

Tujuan pendidikan tidak hanya pencapaian standar kemampuan akademis, tetapi peserta didik juga mampu mengembangkan dirinya terutama potensi yang dimiliki. Dengan demikian di sekolah diperlukan kerjasama yang harmonis antara pengelola dan pelaksanaan manajemen pendidikan, pengajaran dan kurikuler, serta pembinaan peserta didik. Pendidikan yang mengabaikan tugas perkembangan perserta didik, mungkin akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan dan kematangan dalam aspek psikososiospiritual, termasuk di dalamnya minim akan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik (Aminudin. D, 2012; 4).

Peserta didik dalam memasuki lingkungan sekolah terkadang menjadi kekhawatiran bagi dirinya. Peserta didik merasa dirinya dihadapkan dengan berbagai hal seperti suasana, kondisi, lingkungan, aturan, norma, budaya teman-teman yang baru dan lain-lain, sehingga peserta didik harus mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Upaya yang dilakukan peserta didik dalam melakukan proses interaksi dapat ditunjukan dengan kemampuannya dalam berkomunikasi. Peserta didik harus berkomunikasi dengan efektif, baik secara

(12)

2

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peserta didik merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya terutama sekolah, peserta didik hampir sebagian waktunya digunakan untuk berinteraksi di Sekolah. Kebutuhan peserta didik dalam perlakuan sosialnya disebabkan karena para peserta didik dituntut untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi tertentu. Dengan demikian sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan harus dapat

menerapkan, menciptakan, mendorong dan memberikan suasana psikologis yang dapat mendorong serta merubah perilaku sosial yang memadai dan membenarkan, sehingga kebutuhan sosial yang diharapkan dapat terpenuhi oleh peserta didik (Sujarwo 2010; 3).

Menurut Hurlock. E, (1988; 192), peserta didik merupakan individu yang memiliki karakteristik yang berbeda dalam proses perkembanganya sehingga memerlukan bantuan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal yang baik dan efektif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Peserta didik yang belum mampu berkomunikasi dengan efektif akan mengalami hambatan terutama dalam berinteraksi akan mempengaruhi terhadap pembentukan kepribadian dan aktualisasi diri dalam kehidupan, terutama dalam meraih prestasi di sekolah. Perubahan peserta didik salah satunya ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi, yakni cara untuk mengatasi kecemasan dan kekhawatiran yang disertai tekanan.

Peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada pada tahap perkembangan remaja khususnya pada usia 15-18 tahun. Remaja adalah masa peralihan anak-anak yang yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Perubahan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi

perilaku individu pada masa yang akan datang. Dalam hal ini tergantung pada kemampuan dan kemauan individu pada masa remaja untuk mengungkapkan

keprihatinan serta kecemasanya terhadap orang lain, sehingga ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan lebih baik (Aminudin. D, 2012; 6).

(13)

banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi daripada aktivitas yang lainnya dan dapat dipastikan bahwa kita berkomunikasi hampir di semua aspek kehidupan.

Komunikasi salah satu hal yang terpenting dalam proses kehidupan. Sebagian besar waktu dan kehidupan sehari-hari yang dijalani manusia digunakan untuk berkomunikasi. Kualitas dan keterampilan dalam berkomunikasi menjadi

ukuran sejauh mana seseorang dapat diterima atau tidak dalam lingkungannya. Melalui komunikasi, seseorang dapat memahami antar sesamanya dan mengetahui informasi mengenai lingkungan sekitarnya, sehingga mampu mengambil tindakan dan keputusan sebagai respon dari informasi yang diberikan (Aelani. L, 2011; 2).

Dengan komunikasi individu dapat melangsungkan hidupnya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di Masyarakat. Di lingkungan sekolah peserta didik dituntut mampu berkomunikasi dengan baik dan benar dengan warga sekolah yakni guru-guru, staf tata usaha, teman-teman (peserta didik) maupun personil sekolah lainnya. Peserta didik yang memiliki perilaku komunikasi interpersonal yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru serta sumber belajar di sekolah. Belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar merupakan proses tak henti-hentinya atau tak ada batasnya dalam kehidupan (Aminudin. D, 2012; 4).

Bentuk komunikasi yang efektif dilakukan yaitu komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, persepsi dan perilaku komunikan dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dengan bentuk percakapan face to face serta media

dan adanya feedback secara langsung atau seketika dan secara sadar. Dalam komunikasi interpersonal, dapat berlangsung komunikasi secara mendalam serta

terperinci, karena komunikasi yang berlangsung bersifat dialogis dan para komunikan dapat berbicara sampai hal-hal yang bersifat pribadi.

(14)

4

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

komunikasi massa. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana, biasa dan bahkan yang rumit, yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan relatif permanen (Aelani L, 2011; 4).

Secara tidak disadari pria dan wanita memiliki gaya dan ciri yang berbeda dalam berkomunikasi, pernyataan ini di dukung oleh pendapat Hartley P, (1999;

190) berpendapat „pria dan wanita berperilaku berbeda karena perbedaan

mendasar dalam identitas pribadi‟. Menurut Hartley. P, (1999; 190) „pria dan

wanita memiliki aturan yang berbeda saat berinteraksi‟.

Menurut Hartley. P (1999; 190) dijelaskan mengenain komunikasi interpersonal sebagai berikut ;

men and women are supposed to be different. The most crucial aspect of this difference for the way we communicate is in our sense of self. For men this sense of self is defined; through his ability to achieve results. For women this sense of self is defined; through her feelings and the quality of her relationships.

Pria dan wanita ada perbeda dalam komunikasi. Aspek yang paling penting dari perbedaan dari cara pria dan wanita berkomunikasi adalah dalam pemahaman diri pria dan wanita itu sendiri. Untuk pria pemahaman diri diartikan; melalui kemampuannya untuk mencapai hasil dicapai. Untuk wanita ini pemahaman diri didefinisikan; melalui perasaan dan kualitas hubungannya.

(15)

komunikasi interpersonal dengan baik dan efektif akan memberi dampak yang baik pula pada dirinya sendiri, prestasi, hubungan social dan lingkungannya.

Sholehah. M, (2010; 2), dijelaskan tentang fenomena peserta didik yang ada di salah satu sekolah swasta pada tahun ajaran 2009/2010 di kabupaten bandung bedasarkan catatan kasus dan ungkapan konselor yaitu ; (1) sering terjadi perselisihan antara peserta didik baru dengan peserta didik lama dikarenakan

beranggapan bahwa peserta didik lama (senior) lebih berkuasa; (2) sering terjadi kesalahpahaman antara peserta didik; (3) adanya persaingan yang kurang sehat dalam meraih prestasi dan berorganisasi; dan (4) adanya perselisihan dalam kompetisi olahraga team yang menang dan team yang kalah.

Dalam Sholehah. M, (2010; 2), terdapat beberapa gambaran penting dalam komunikasi interpersonal yaitu ; (1) hubungan antara tingkat kecerdasan komunikator dengan seluruh aspek kemampuan komunikasi interpersonal memiliki hubungan rendah, (2) hubungan antara aspek hubungan interpersonal Komunikator dengan aspek kemampuan komunikasi interpersonal memiliki hubungan erat, (3) hubungan antara aspek persuasif komunikator dengan aspek kemampuan komunikasi interpersonal memiliki hubungan erat.

Fenomena ketidakmampuan peserta didik dalam melakukan komunikasi interpersonal, perlu memperoleh perhatian khusus dari semua pendidik di sekolah dan khususnya Bimbingan dan Konseling sebagai suatu subsistem pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan memfasilitasi peserta didik agar mampu mencapai tugas perkembangan dengan optimal serta dapat mengembangkan potensinya. Salah satu perkembangan yang harus dicapai peserta didik di sekolah yaitu perkembangan

pribadi-sosial terutama dalam mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal.

(16)

6

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cukup optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan terhadap pengiriman pesan atau informasi disertai adanya feedback yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

Menurut Aminudin D, (2012; 7), dipaparkan hasil pengamatan dari SMK Taruna Bhakti Depok menunjukkan bahwa gejala-gejala peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik tetapi masih banyak pula peserta didik yang

mengalami kesulitan komunikasi interpersonal. Banyak peserta didik yang cenderung diam ketika diberi kesempatan untuk bertanya serta ada perilaku komunikasi interpersonal peserta didik yang kurang baik dengan teman sekelasnya dan kelas lainya. Selain itu masih banyak peserta didik yang kurang terbuka dalam mengungkapkan masalahnya kepada guru bimbingan dan konseling, karena ada perasaan sungkan, malu, dan takut.

Trisnaningtyas dan Nursalim, (2009; 2), dijelaskan permasalahan peserta didik yang berhubungan dengan komunikasi yang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan informasi dari hasil dokumentasi yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2010, dapat diketahui bahwa perilaku peserta didik kelas VIII D memiliki permasalahan mengenai hubungan interpersonalnya dikelas pada khususnya dan disekolah pada umumnya. Dari pengamatan tersebut yang dilakukan terbukti peserta didik tersebut tidak pernah bertegur sapa terlebih dahulu apabila bertemu dengan guru, sulit mengawali dan mengakhiri pembicaraan dengan orang yang lebih tua, sulit mengatakan tidak setuju akan sesuatu hal apabila mereka merasa keberatan akan hal tersebut dan masih banyak peserta didik yang masih sulit mengungkapkan pendapat dalam situasi diskusi atau pembelajaran.

Kesulitan yang dialami peserta didik pada umumnya disebabkan peserta didik tersebut masih kurang memiliki keterampilan dalam melakukan komunikasi

(17)

Penguasaan komunikasi interpersonal merupakan salah satu keterampilan pribadi yang perlu dimiliki oleh peserta didik, dalam bimbingan dan konseling hal tersebut termasuk dalam bimbingan pribadi (Yusuf. S, 2009; 53). menyatakan

“bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya”.

Dalam proses atau layanan konseling harus tercipta komunikasi dialogis, di mana pihak pemberi dan penerima kedua-duanya berperan sebagai komunikator yaitu sebagai pemberi pesan sekaligus juga sebagai penerima pesan. Dengan demikian, kedua partisipan itu berperan aktif saling memberi dan menerima pesan sehingga dapat meningkatkan pemahaman informasi dan memberi penguruh di antara kedua belah pihak. Dengan arus umpan balik yang tepat, maka kekurangan atau kesalahan akan segera terkoreksi dalam komunikasi yang bersifat dialogis (Surya M, 2009; 113).

Dalam melakukan proses konseling Guru Bimbingan dan Konseling tidak mampu menangkap dan mendefinisikan masalah konseli sehingga proses konseling berjalan bolak-balik tanpa arah yang jelas atau mandeg pada permasalahn tertentu. Selain itu juga kebanyakan Guru Bimbingan dan Konseling yang teramati, diteliti dan diobservasi membicarakan semua isu konseli yang muncul tanpa arah. Akibatnya pada akhir proses konseling konseli tidak memperoleh penyelesaian secara tuntas dan masih dalam kebingungan. Ada saat melakukan komunikasi interpersonal (wawancara konseling) dengan peserta didik. Selain itu Guru Bimbingan dan Konseling kurang menunjukan sikap hangat dan sikap empati serta kurang menghargai pandangan peserta didik. Maka

hubungan konseling tersebut tidak berhasil membuat konseli terlibat (involed) dan terbuka (dislosed) sehingga tidak dapat memfasilitasi konseli untuk berkembang

(Surya. M, 2009; 113).

(18)

8

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterampilan Komunikasi Interpersonal. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Implementasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling di SMK(Studi Deskriptif terhadap peserta didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Mengapa demikian ? Karena dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung atau melakukan percakapan serta menjelaskan berbagai pesan yang dapat menimbulkan kesalahfahaman dan kesalahan interpretasi. Komunikasi interpersonal bertujuan untuk membentuk hubungan dengan orang lain secara langsung. Komunikasi interpersonal merupakan format komunikasi yang paling sering dilakukan oleh semua orang dalam hidupnya.

Untuk terlaksanakananya suatu komunikasi dalam konseling yang dialogis dengan mengajak konseli berpartisipasi secara aktif, selain dari memahami karakter konseli adalah menguasai materi bahasaan dan menguasai keterampilan berkomunikasi dialogis khususnya komunikasi interpersonal. sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan dialogis dalam berkomunikasi yang harus dikuasai yaitu keterampilan ; penghampiran, empati, merangkum, bertanya, kejujuran, asertif, konfortasi dan pemecahan masalah (Surya. M, 2009; 114).

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian difokuskan untuk mengetahui seperti apa keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013, peniliti

membatasi pertanyaan penelitian sebagai berikut;

(19)

2. Bagaimana profil keterampilan komunikasi interpersonal berdasarkan aspek-aspeknya komunikasi interpersonal Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

3. Bagaimana profil keterampilan komunikasi interpersonal berdasarkan gender, Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan

Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

4. Bagaimana menentukan layanan dasar dalam bimbingan dan konseling dalam mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal terhadap Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh profil yang jelas mengenai Kemampuan Komunikasi Interpersonal serta memperoleh data atau bahan untuk Implementasinya dalam bimbingan dan konseling di SMK, Kemudian tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengungkap;

1. Mendeskripsikan profil secara umum keterampilan komunikasi interpersonal Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

2. Mengetahui profil keterampilan komunikasi interpersonal berdasarkan aspek-aspek komunikasi interpersonal Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

3. Mengetahui profil keterampilan komunikasi interpersonal berdasarkan gender Peserta Didik di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan

Sosial Tahun Ajaran 2012-2013.

(20)

10

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoretis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khazanah teori, konsep Komunikasi interpersonal yang mendukung dalam Bimbingan dan Konseling, khususnya layanan dasar bimbingan pribadi-sosial untuk

Peserta Didik SMK Negri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial tahun ajaran 2012-2013.

b. Mengembangkan konsep-konsep yang ada hubungannya dengan Program Bimbingan dan Konseling, khususnya mengenai peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal.

2. Secara Praktis

a. Bagi Konselor Sekolah ; dapat mengetahui profil keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial sebagai dasar bagi guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program dan layanan Bimbingan dan Konseling serta upaya pemecahan masalah komunikasi interpersonal. b. Bagi Peserta Didik ; dapat mengetahui manfaat mengenali diri dan

mengembangkan pengetahuan keterampilan komunikasi interpersonal. c. Bagi Sekolah ; Memberikan gambaran umum keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta didik, memberikan manfaat bagi para tenaga pendidik, khususnya di Sekolah, untuk mengembangkan pengajaran yang dapat mengarahkan Peserta didik menuju perkembangan Keterampilan Interpersonal yang optimal.

d. Bagi civitas akademika di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ; Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi tentang keterampilan komunikasi interpersonal.

(21)

E. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Metode penelitian

Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive reaserch) adalah pendekatan penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan atau menunjukan fenomena dan kenyataan yang ada pada saat ini atau pada saat yang lampau.

Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondesi apa adanya secara nyata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekata kuantitatif (Sukmadinata, 2008 ; 54).

2. Populasi

Penelitian Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 15 Bandung jurusan Pekerjaan Sosial tahun ajaran 2012-2013.

3. Teknik pengumpulan data

Banyak cara yang dapat ditempuh dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, masing-masing cara memiliki tujuan tertentu dan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pada kebanyakan pelaksanaan penelitian tidak hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data saja, akan tetapi mengkombinasikan beberapa teknik sesuai dengan tujuan dan informasi apa yang diharapkan. Pada pelitian ini, penulis menggunakan angket, dan studi literatur dalam mengumpulkan data yang menunjang bagi peneitian ini.

4. Teknik analisis data

Proses analisis data dilakukan setelah hasil penyebaran angket. Data

dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan memberikan bobot skor pada tiap item pernyataan instrumen penelitian, kemudian dijumlahkan untuk

(22)

12

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam penyusunan skripsi, maka perlu disusun struktur organisasi skripsi. Adapun bagian struktur organisasi skripsi adalah sebagai berikut.

Bab I; Pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian terkait dengan

fenomena yang terjadi pada objek penelitian dan permasalahan yang ada, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian , metode penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II; Kajian Pustaka, yang menguraikan tentang beberapa sub bab komunikasi, komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal dalam bimbingan dan konseling, SMK jurusan pekerjaan sosial, Konsep Pengukuran Komunikasi Interpersonal, Kerangka Pemikiran, asumsi penelitian dan penelitian terdahulu.

Bab III; Metode Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang populasi dan sampel penelitian untuk menentukan jumlah responden, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen serta metode analisis data yang digunakan.

Bab IV; Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari deskripsi hasil penelitian, pembahasan serta rancangan layanan dasar bimbingan dan konseling.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Sebuah penelitian membutuhkan suatu objek yang akan diteliti sebagai

sumber data, yang dimana objek tersebut disesuaikan dengan masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian.Penelitian dilaksanakan di SMK 15 Bandung, yang bertempat di Jl. Gatot Subroto No 12. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena ingin mengetahui mengenai komunikasi efektif khususnya komunikasi interpersonal yang mampu diterapakan dalam keseharian jurusan pekerjaan sosial selain itu juga belum tersedianya layanan bimbingan dan konseling yang khusus difokuskan untuk mengembangkan komunikasi interpersonal peserta didik di SMK, khususnya di SMK 15 Bandung jurusan pekerjaan sosial.

Arikunto (2002:130) menyatakan bahwa, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pernyataan kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X, XI, dan XII SMK 15 Bandung Jurusan Pekerja Sosial tahun ajaran 2012-2013. Adapun subjek dalam penelitian ini ialah seluruh peserta didik kelas X, XI dan XII yang berjumlah 302 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 X-PS-1 36

2 X-PS-2 31

3 X-PS-3 31

4 X-PS-4 30

(24)

58

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6 XI-PS-2 29

7 XI-PS-3 29

8 XII-PS-1 23

9 XII-PS-2 30

10 XII-PS-3 30

Jumlah Total 302

Alasan pemilihan populasi terhadap seluruh kelas jurusan pekerjaan sosial dikarenakan peserta didik tersebut secara umum masih mempelajari ilmu tentang

komunikasi dengan tuntutan dapat mengaplikasikannya dalam keprofesiannya. Berdasarkan kerangka pikir tersebut peserta didik jurusan pekerjaan sosial SMK

Negeri 15 Bandung dianggap dapat memperlihatkan profil umum komunikasi interpersonal secara keseluruhan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Sukmadinata (2006: 54).

Lebih lanjut Sukmadinata (2006: 75) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan. Untuk memecahkan suatu masalah mungkin hanya diperlukan satu jenis informasi, mungkin dua jenis informasi tetapi untuk memcahkan masalah tertentu mungkin diperlukan banyak informasi. Dengan demikian metode deskriptif tersebut bertujuan untuk menggambarkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial.

Berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan, maka pelaksanaan penelitian dilakukan hingga tersusunnya layanan dasar serta revisi layanan dasar

(25)

TAHAP 1 Kajian Teoretis 1. Bimbingan dan Konseling

2. Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Bagan 3.1

Alur penelitian keterampilan komunikasi interpersonal di SMK Negeri 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial

Tahap pertama, penelitian dimulai dengan melakukan kajian secara teoritris mengenai permasalahan yang diteliti mengenai keterampilan komunikasi interpersonal.

Tahap kedua, kegiatan penelitian difokuskan untuk mengkaji secara empiris profil keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X, XI dan XII Jurusan Pekerjaan Sosial di SMK Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Kajian empiris dilakukan dengan mengidentifikasi gambaran komunikasi interpersonal dengan melakukan penyebaran instrumen berupa angket komunikasi interpersonal kepada peserta didik.

Tahap ketiga adalah pengembangan layanan dasar untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik. Layanan dasar dilakukan berdasarkan kajian mengenai profil keterampilan komunikasi interpersonal peserta

TAHAP 2 Kajian Empiris

Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik

Jurusan Pekerjaan Sosial SMK Negeri 15 Bandung

TAHAP 3

Layanan Dasar untuk Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Jurusan Pekerjaan Sosial di

(26)

60

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

didik Kelas X, XI dan XII jurusan Pekerjaan Sosial SMK Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

C.Definisi Operasional Variabel

Komunikasi interpersonal pada penelitian ini merujuk pada konsep

komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Hartley. P, (1999; 21-27). Komunikasi interpersonal adalah kemampuan Peserta Didik dalam berkomunikasi non-verbal, penguatan, bertanya, merefleksikan, membuka serta menutup, menyimak dan keterbukaan diri. yang dilakukan terhadap orang lain (lawan bicara) yang berada dalam lingkunngan sekolah.

Komponen-komponen komunikasi interpersonal yang diungkap adalah: a. Komunikasi non verbal (non-verbal communication)

Komunikasi non-verbal yang dimaksud meliputi ekspresi wajah, arah pandangan mata, penampilan dan menunjukan keharuman.

b. Penguatan (reinforcement)

Penguatan yang dimaksud adalah pemberian pujian dan dukungan bagi orang lain.

c. Bertanya (questioning)

Bertanya yang dimaksudkan adalah mengajukan pertanyaan terbuka yang memperluas jawaban dan pertanyaan tertutup yang mendorong orang untuk berbicara langsung.

d. Merefleksikan (reflecting)

Merefleksikan yang dimaksud adalah pertanyaan dengan menggunakan refleksi percakapan dari beberapa aspek yang telah dikatakan (diutarakan)

e. Membuka dan menutup (opening and closing)

Keterampilan untuk memulai dan mengakhiri percakapan.

f. Pendengar yang Aktif (active listening)

(27)

g. Keterbukaan diri (self-disclosure)

Keterbukaan diri adalah proses berbagi informasi tentang diri sendiri kepada orang lain.

Bagan 3.2 Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal Yang Digunakan Untuk Pengembangan Instrumen

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu angket, Angket pengungkap keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik dirancang berjumlah 41 item pernyataan dan disebarkan pada seluruh peserta didik jurusan pekerjaan sosial.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

a. Pengembangan Kisi-kisi Angket Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik

Instrumen Keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen berisi pernyataan-pernyataan mengenai komunikasi interpersonal merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh Hartley. P, (1999: 21-27) yaitu komunikasi non verbal

(non-verbal communication), penguatan (reinforcement), bertanya (questioning), refleksi (reflecting), membuka dan menutup (opening and closing), Pendengar yang aktif (active listening), keterbuakaan diri (self-disclosure). Berikut akan

Questioning Reinforcement

Reflecting

Opening and Closing

Active Listening

Self-disclosure Interpersonal

communication

(28)

62

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disajikan dalam tabel kisi-kisi instrumen pengungkap komunikasi interpersonal peserta didik.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Iterpersonal Peserta Didik (Sebelum Uji Coba)

No Aspek Indikator Pernyataan ∑

(+) (-) 1 Komunikasi

non-verbal

Menunjukan ekspresi dalam menetapkan perasaan senang atau sedih.

1, 2, 3,4 4

Menunjukan arah pandangan mata dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara

5,6 7, 8 4

Menunjukan penampilan rapi dan bagus 9, 10, 11 12, 13 5

Menunjukan keharuman 14 15 2

2 Penguatan (Reinforcement)

Mampu memberikan pujian 16, 17, 18, 19, 20

5

Mampu memberikan dukungan 21, 22, 23

3

3 Bertanya (Questioning)

Mengajukan pertanyaan terbuka yang memperluas jawaban

24, 25, 26

3

Mengajukan pertanyaan tertutup untuk berbicara secara langsung

27, 28, 29, 30, 31 5

4 Merefleksikan (Reflecting)

Kemampuan merefleksikan percakapan dari beberapa aspek yang diutarakan

32, 33, 34,

35 4

5 Membuka dan menutup (Opening and Closing)

Keterampilan untuk memulai percakapan

36, 37, 38,

3

Keterampilan untuk mengakhiri Percakapan 39, 40 41, 42 4

6 Pendengar yang aktif (Active

Mampu menangkap pesan yang diterima dengan jelas

43, 44

45, 46

(29)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Listening) Mampu memberikan respon yang menunjukan perhatian

47, 48, 49, 50

51 5

7 Keterbukaan diri (Self-disclosure)

Kemampuan untuk berbagi

informasi diri sendiri kepada orang lain

52, 53, 54, 55

56 5

Jumlah 56

No Aspek Indikator Pernyataan ∑

(+) (-) 1 Komunikasi

non-verbal

Menunjukan ekspresi dalam menetapkan perasaan senang atau sedih.

1, 2, 3 3

Menunjukan arah pandangan mata dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara

4,5 6 3

Menunjukan penampilan rapi dan bagus

7, 8, 9

10 3

Menunjukan keharuman 11 1

2 Penguatan (Reinforcement)

Mampu memberikan pujian 12, 13, 14, 15

4

Mampu memberikan dukungan 16, 17, 18

3

3 Bertanya (Questioning)

Mengajukan pertanyaan terbuka yang memperluas jawaban

19 2

Mengajukan pertanyaan tertutup untuk berbicara secara langsung

20, 21, 22

3

4 Merefleksikan (Reflecting)

Kemampuan merefleksikan percakapan dari beberapa aspek yang diutarakan

23, 24, 25,

3

5 Membuka dan menutup (Opening and Closing)

Keterampilan untuk memulai percakapan

26, 27, 28,

3

Keterampilan untuk mengakhiri Percakapan

29, 30

(30)

64

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Pedoman Penyekoran (scoring)

1) Instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, item pernyataan komunikasi interpersonal peserta didik dalam bentuk pilihan. Skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala sikap Likert.

Penggunaan Skala Likert biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah besar di mana skala nilai psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, subyek diizinkan memberi dalam lima kategori: a) Sangat Setuju, b) Setuju, c) Bingung, d) Tidak Setuju, dan e) Sangat Tidak Setuju. di dalam mengkontrukskian Skala Sikap. Azwar. S, (2011: 144) menyatakan

Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang komplikasi pertimbangannya.” Jadi statment favorable yang direspons Sangat Setuju diberi nilai pertimbangan= 5,

Setuju= 4, Bingung= 3, Tidak Setuju= 2, dan Sangat Tidak Setuju= 1. Demikian juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi penilaiaan untuk Sangat Tidak Setuju= 5, sampai ke yang Sangat Setuju= 1

Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.

Azwar. S, (2011: 107) menyatakan cara menyeleksi item dalam metoda ini yaitu “dengan analisa item; misalnya 25% dari subjek mempunyai total skor rendah, kedua kelompok ini kemudian dilengkapi dengan kelompok kriteria untuk mengevaluasi respons kelompok tinggi sampai rendah yaitu rasio.”

6 Pendengar yang aktif (Active Listening)

Mampu menangkap pesan yang diterima dengan jelas

31, 32

2

Mampu memberikan respon yang menunjukan perhatian

33, 34, 35, 36

37 5

7 Keterbukaan diri (Self-disclosure)

Kemampuan untuk berbagi informasi diri sendiri kepada orang lain 38, 39, 40, 41 4

(31)

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan

oleh responden yang mempunyai sikap negatif ( Azwar. S, 2011: 139)

Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel.

Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel.

Azwar. S, (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorable.”

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

[image:31.595.110.512.320.677.2]

Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket komunikasi interpersonal peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4

Ketentuan Pemberian Skor Instrumen

Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Pernyataan

Skor Sangat

Sesuai Sesuai Bingung

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

Positif 5 4 3 2 1

Negarif 1 2 3 4 5

c. Uji Coba Alat Pengumpul Data 1) Uji Kelayakan Instrumen

(32)

66

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendidikan dan Bimbingan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh tiga dosen jurusan PPB FIP UPI berdasarkan

[image:32.595.113.514.295.447.2]

kepakarannya. Hasilnya ditampilkan pada tabel 3.5 Tabel 3.5

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal Hasil

Penimbangan Pakar

Nomor Item Jumlah

Dipakai 1,6,10,11,15,16,17,18,19,23,

24,26,29,33,36,37,40,41,42,45,47,48,50,52,53

25

Direvisi 2,3,5,7,8,12,9, 21,22,25,32,38,43,49,54,55,56 17 Dibuang 4,13,14,20,27,28,30,31,34,35,39,44,46,51 14

2) Uji Keterbacaan

Sebelum instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal peserta didik diuji secara empiris, instrumen terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada 9 orang siswa SMK untuk mengukur keterbacaan instrumen. Uji keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas X-XI-XII SMK 15 Bandung Jurusan Pekerjaan Sosial.

3) Uji Validitas dan Reliabilitas a) Uji Validitas

(33)

Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan.

Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPPS, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari

[image:33.595.110.514.286.479.2]

56 item pernyataan dari angket Keterampilan Komunikasi Interpersonal peserta didik terdapat 41 item pernyataan yang valid dan 15 item pernyataan yang tidak valid. Berikut disajikan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Berdasarkan SPSS

Item Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,4,5,6,8,9,10,11,12,15,16,17,18,20,21,22,23,24 ,27,28,31,32,33,34,36,37,38,39,40,43,44,47,48,49, 50,51,52,53,54,55

41

Tidak Valid 3,7,13,14,19,25,26,29,30,35,41,42,45,46,56 15

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Arikunto, (2010) mengungkapkan “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik”. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer SPSS for Windows Versi 16.0. Menurut Sugiyono (2010: 257) sebagai tolak ukur,

(34)

68

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Sugiyono, 2011: 257) Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa dari ke 41 item pernyataan, menunjukkan koefisien reliabitas (konsistensi internal) instrumen Keterampilan Komunikasi Interpersonal sebesar 0.807 yang artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen keterampilan komunikasi interpersonal berada pada kategori tinggi. (hasil perhitungan reliabilitas pada lampiran).

E.Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai Keterampilan Komunikasi Interperonal peserta didik Kelas X,XI, dan XII Jurusan Pekerjaan Sosial SMK 15 Bandung. Angket yang digunakan adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran alat pengumpul data berupa angket untuk mengumpulkan data mengenai gambaran Keterampilan Komunikasi Interpersonal peserta didik kelas X,XI dan XII Jurusan Pekerjaan Sosial SMK Negeri 15 Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut

1.Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.

(35)

3.Membacakan petunjuk dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.

F. Teknik Analisis data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Menghitung tingkat penguasaan keterampilan komunikasi interpersonal Tingkat Penguasaan = Rata-rata skor x 100%

Skor ideal

(36)

96

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melaksanakan proses pengumpulan data, pengolahan, dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peserta didik jurusan pekerjaan sosial kelas X, XI dan XII di SMK Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 secara umum keterampilan komunikasi interpersonal yang dimilikinya termasuk dalam kategori cukup tinggi berdasarkan artinya peserta didik telah memahami dan mampu mengaplikasikan komunikasi yang cukup efektif dan komunikatif terutama dalam keterampilan komunikasi interpersonal. Akan tetapi peserta didik ini masih harus banyak belajar mengenai komunikasi efektif dan komunikatif khuusunya komunikasi interpersonal agar mampu menunjang keprofesian dan prestasinya. Selain itu juga masih perlu bimbingan untuk seluruh peserta didik jurusan pekerjaan sosial agar mampu mempertahankan dan mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal yang sudah cukup baik, karena bagi jurusan pekerjaan sosial hal tersebut masih perlu ditingkatkan lagi dikarenakan komunikasi yang efektif dan komunikatif merupakan modal utama bagi jurusan tersebut dalam pembelajaran di lingkungan sekolah maupun kehidupan sehari-harinya.

2. Dari tujuh aspek komunikasi interpersonal yaitu yaitu komunikasi non verbal (non-verbal communication), penguatan (reinforcement), bertanya

(questioning), merefleksikan (reflecting), membuka dan menutup (opening

and closing), Pendengar yang aktif (active listening), keterbukaan diri

(self-disclosure), pada umumnya peserta didik jurusan pekerjaan sosial kelas X, XI

(37)

dengan perolehan presentase tingkat penguasaan skor sebesar 76,2%, yang artinya tingkat penguasaan skor komunikasi interpersonal peserta didik jurusan pekerjaan sosial kelas X, XI dan XII SMK Negeri 15 Bandung termasuk cukup tinggi untuk jurusan pekerjaan sosial.

3. Tingkat persentase penguasaan setiap aspek komunikasi interpersonal memiliki perbedaan. Pencapaian aspek terendah yaitu aspek keterbukaan diri

mencapai sebesar 66,8% dan pencapaian aspek tertinggi adalah aspek merefleksikan sebesar 81,8%. Sedangkan pencapaian indikator terendah ialah indikator menunjukan keharuman sebesar 58,2%, dan pencapaian indikator tertinggi ialah indikator kemampuan untuk memberikan respon sebesar 83,1%. Penguasaanya paling tinggi yang diraih oleh salah satu peserta didik mampu mencapai 93,1%. sedangkan peserta didik yang paling rendah tingkat ketercapainya mempunyai nilai sebesar 52,1%. dengan demikian peserta didik yang masih membutuhkan bimbingan secara mendalam dan untuk peserta didik yang sudah mencapai tingkat penguasaan tinggi bahkan sangat tinggi diperlukannya bimbingan untuk mempertahankan bahkan mengembangkannya agar lebih baik lagi. bila dilihat dari penguasaan keterampilan komunikasi gender dan jenjang pendidikan termasuk pada tingkat penguasaan cukup tinggi. Maka dari itu layanan dasar diberikan terhadap peserta didik jurusan pekerjaan sosial SMK Negeri 15 Bandung dengan tujuan memberikan pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan dalam keterampilan komunikasi interpersonal.

4. Hasil akhir penelitian ini yaitu tersusunnya rancangan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk memberikan pemahaman, pemeliharaan dan

(38)

98

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini beberapa rekomendasi/saran yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat komunikasi interpersonal peserta didik secara umum tingkat penguasaannya menunjukan 76,2%. Namun dalam setiap aspek dan indikator yang mengukurnya terdapat tingkat perkembangan yang berbeda dengan tingkat pencapaian yang masih belum optimal.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah oleh pelaksana layanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 15 Bandung. Untuk itu, pihak pelaksana layanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 15 Bandung direkomendasikan untuk melaksanakan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk memberi pemahaman, mempertahankan dan mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik jurusan pekerjaan sosial.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Layanan dasar yang dirumuskan oleh peneliti masih bersifat hipotetik, oleh karena itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk menguji keefektifan layanan dasar untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik.

b. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil subjek penelitian kepada peserta didik jurusan pekerja sosial kelas X, XI dan XII di SMK Negeri 15 Bandung, untuk itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti pada beberapa sekolah dengan jurusaan yang sama.

c. Mengembangkan penelitian ini kedalam bentuk program untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal

(39)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan. Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Adler, Ronald & Rodman George. (2006). Understanding Human Communication Ninth Edition. New York: Oxford University Press.

Aelani, Leni (2012). Mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Skripsi : PPB FIP UPI

Aminudin, Djoni, (2012). efektivitas bimbingan teman sebaya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Disertasi: PPB FIP UPI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arkam, L.A (2007). Perbedaan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Antara Penyiar Radio Pria Dan Wanita. Skripsi :Fakultas Psikologi Gunadarma.

Azwar, Saifuddin. (2011). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, Saifuddin. (2011). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Devito, Joseph, A. 1997. Human Communication. New York: Harper Colline Colage Publisher.

Djojonegoro. 1999. forum basandi No. II tahun III. jakarta

Effendy, Uchjana Otong. (1985). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya.

Effendy, Uchjana Otong. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.

Enjang. (2009). Komunikasi konseling. Bandung: Nuansa.

(40)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hadiati, Nikmah. 2008. Sosialisasi Peran Gender, Komunikasi Interpersonal, Dan Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Dakwah Iain Sunan Ampel Surabaya. [Online]. Tersedia: ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Ilmu-Dakwah/article/view/111.

Handarini. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Tutor Terhadap Motivasi Peserta Didik Di Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional (Kejar Kf) Binaan Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah Dan Pemuda (Bpplsp. Regional IV

Hardjana, Agus M. (2007). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hartley, Peter. (1999). Interpersonal Communication, 2nd, ed. New York: Routledge.

Harjanto. Jarot. (2010). Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem. Skripsi Ilmu komunikasi Unikom

Hurlock, Elizabeth B. Alih Bahasa oleh Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo, M. Sc. (1988). Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan” (Terjemahan Istiwidayanti). Jakarta: Erlangga.

Kuntjojo. _____. Non Verbal Communication. [Online] Tersedia di: http://www.skillsyouneed.co.uk/IPS/NonVerbal_Communication.html (12 Desember 2012)

Kuntjojo. _____. Verbal Communication. [Online] Tersedia di: http://www.skillsyouneed.co.uk/IPS/Verbal_Communication.html (12 Desember 2012)

Liliweri, Alo.1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung:Citra Aditya.

Makarao, Ramdhan Nurul. (2010). Neuro Linguistic Programming komunikasi konseling aplikasi dalampelayanan kesehatan. Bandung : Alfabeta.

Mulyana, Deddy. (2011). Ilmu Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Novianti, Ina (2009). Kontribusi Komunikasi Interpersonal Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Di Sekolah. Skripsi: PPB FIP UPI.

Noviza, Neni. (____). Komunikasi Dialogis dalam Konseling untuk Memudahkan Memahami Klien. Palembang: Jurnal

(41)

Rahmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sholehah, Maulidha (2009). hubungan antara konsep diri dengan komunikasi interpersonal antar siswa di sekolah.Skripsi: PPB FIP UPI.

Sudrajat, Dadang. (2008). Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor di SMA Negeri Se-Kota Bandung. Tesis: BK UPI

Sugiyo. (2005). Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: UNNES Press

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani Production

Sujarwo. (2010). Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa. Tesis: BK UPI

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogya: Kanisius.

Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pendidikan: perangkat sitem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Maestro.

Taylor, SE, Peplau, LA, & Sears, DO. (a.b Tri Wibowo). (2009). Psikologi Sosial (edisi kedua belas). Jakarta: Kencana.

Taylor, SE, Peplau, LA, & Sears, DO. (a.b Tri Wibowo). (2009). Psikologi Sosial (edisi kedua belas). Jakarta: Kencana.

Tedjasaputra. (2004). Komunikasi Interpersonal. Jakarta: Rineka Cipta.

(42)

Feby Deriawan Pratama, 2013

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

http://mochamadnursalim.cv.unesa.ac.id/bank/201105/2._Artikel_Esti_dan _Nursalim1.pdf

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Widjaja, Haw, (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara.

Willis, Sofyan. (2010). Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.

Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Maestro.

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

._____. Definisi Pekerjaan Sosial. [Online] Tersedia di; (http;//pekerjasosialtuban.wordpress.com/pekerjaan-sosial/)

. _____. Non Verbal Communication. [Online] Tersedia di; http://www.skillsyouneed.co.uk/IPS/NonVerbal_Communication.html (12 Desember 2012)

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Iterpersonal Peserta Didik
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Pengungkap Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik
Tabel 3.4 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen
+3

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan komunikasi interpersonal sangat penting bagi pustakawan, karena dalam kegiatan layanan informasi pustakawan berhadapan langsung dengan para pengguna

Rini Pranawangsih. Pengelolaan Kedisiplinan Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMK Asta Mitra Purwodadi. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pemberdayaan hasil perkembangan IPTEKS dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dimana proses layanan bimbingan dan konseling tidak lagi terhambat oleh ruang,

Implementasi kelekatan oleh guru terlebih lagi oleh guru bimbingan dan konseling dapat diterapkan melalui hubungan komunikasi interpersonal yang dibangun dalam proses layanan dan

Peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi interpersonal antara guru bimbingan konseling dengan siswa pada proses bimbingan konseling tidak berjalan dengna efektif karena

Pengawasan hasil layanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 1 Kebun Tebu dimulai dari pencatatan hasil kerja dan kinerja guru bimbingan konseling yaitu