Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR……….. ii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iii
DAFTAR ISI……….………. v
BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DAN
PROGRAM BIMBINGAN KONSELING PRIBADI-SOSIAL
A. Komunikasi Interpersonal………
1. Definisi Komunikasi dan Definisi Komunikasi Interpersonal….
2. Proses Terjadinya Komunikasi Interpersonal………
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal……….
4. Fungsi Komunikasi Interpersonal………
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal…
6. Efektivitas Komunikasi Interpersonal………
B. Karakteristik Perkembangan Remaja……….
1. Definisi Fase Awal Remaja………..
2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja……….
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
1. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial………...
2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial………..
3. Komponen Program……….
4. Evaluasi………….………
5. Langkah-langkah Penyusunan Program………
D. Program Bimbingan dan Konsleing Pribadi-Sosial untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa…….
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian………...
B. Definisi Operasional Variabel………...
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian……….………
B. Pembahasan Hasil Penelitian………..
C. Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa... 53
53
68
74
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu masa dalam dalam rentang kehidupan
yang dilalui oleh individu. Masa ini merupakan periode kehidupan yang penting
dalam perkembangan individu dan merupakan masa transisi menuju pada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Yusuf : 2007, 71). Masa dewasa yang
sehat akan tercapai apabila individu mampu mengentaskan tugas-tugas
perkembangannya karena pada dasarnya setiap periode dalam rentang kehidupan
individu memiliki tugas perkembangannya masing-masing.
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode
tertentu dalam rentang kehidupan individu. Tugas-tugas perkembangan berkaitan
dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh individu,
sesuai dengan fase atau usia perkembangannya. William Kay ( Yusuf, 2009 :72)
mengemukakan salah satu tugas perkembangan remaja adalah mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya
atau orang lain, baik secara individual maupun berkelompok.
Rakhmat (2011:4) mengemukakan komunikasi merupakan penyampaian
energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan
informasi, pada proses saling pengaruh diantara berbagai sistem dalam diri
individu dan diantara individu.
Raymond (Rakhmat, 2011:3) mendefinisikan komunikasi sebagai “a
transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of
symbol in such a way as to help another elicit from his own experience a meaning
or responses similar to that intended by the source”. Komunikasi ialah proses transaksional yang meliputi penyortiran informasi secara kognitif, diseleksi, dan
pembagian simbol dari informasi yang diterima sebagai cara untuk membantu
memperoleh pengalaman dalam mengartikan atau merespon sumber informasi
2
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemampuan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh individu, yang
dalam hal ini adalah siswa karena dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk
dapat mengeluarkan ide atau gagasannya. Salah satu cara yang sering digunakan
guru adalah dengan meminta siswa berbicara di depan kelas untuk melatih
keberanian siswa. Selain itu, keterampilan komunikasi interpersonal pada siswa
menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya siswa
seringkali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu
menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar,
bahkan siswa harus bisa mencoba menetralisasi keadaan apabila terjadi suatu
konflik.
Vance Packard (Budiamin, 2011:2) mengemukakan bila seseorang
mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang
lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan
ingin melarikan diri dari lingkungannya. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa
komunikasi interpersonal mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan
siswa.
Studi pendahuluan di kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013 SMP Negeri 2
Dayeuhkolot yang dilakukan melalui wawancara dengan guru BK dan observasi
terhadap siswa kelas VIII. Studi pendahuluan menunjukkan siswa kurang
memiliki kemampuan komunikasi interpersonal. Banyak siswa kelas VIII yang
kurang mampu mengemukakan pendapat atau gagasannya ketika diminta untuk
berbicara di depan kelas. Tidak jarang siswa yang menjawab “ya gitu aja bu,
susah diungkapkan” atau “nah, itu bu yang saya maksud juga”. Selain kurangnya
kemampuan siswa dalam komunikasi interpersonal, studi pendahuluan juga
menunjukkan bahwa program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah lebih
berfokus pada bantuan yang bersifat kuratif. Berdasarkan penuturan guru BK hal
ini disebabkan karena tidak adanya jam BK di sekolah sehingga sulit untuk
memberikan layanan preventif terutama dalam mengakomodasi pengembangan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Aelani (2011:114) terhadap
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendapatkan layanan bimbingan pribadi-sosial berada pada kategori sedang
(67,4%) dalam hal kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Jika ditinjau dari
aspek komunikasi interpersonal siswa, aspek keterbukaan pada kategori sedang
(59,8%), empati pada kategori sedang (46,4%), sikap mendukung pada kategori
sedang (64,3%), sikap positif pada kategori rendah (39,7%), dan kesetaraan pada
kategori sedang (64,3%). Artinya, penelitian menunjukkan bahwa
ketidakmampuan siswa dalam komunikasi interpersonal cenderung menimbulkan
sikap negatif. Salah satu bentuk perilaku negatif yang dimaksud yaitu munculnya
rasa malu pada siswa yang ditunjukkan ketika diminta untuk mengutarakan ide
atau menjelaskan suatu hal yang diminta baik oleh guru matapelajaran maupun
oleh guru pembimbing di depan orang lain.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zayiroh (2007: 72) pada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Ungaran terhadap keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam
meningkatkan perilaku komunikasi interpersonal yang ditinjau dari lima aspek
yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, rasa positif, dan kesetaraan.
Aspek-aspek komunikasi interpersonal siswa kelas X SMA Negeri 1 Ungaran sebelum
memperoleh layanan bimbingan kelompok menunjukkan sebagian besar berada
pada kriteria rendah. Dengan jumlah persentase pada sub variabel keterbukaan
(48,6%), empati (48,8%), dukungan (50,2 %), rasa positif (46,9 %). Sub variabel
kesetaraan termasuk dalam kriteria sangat rendah dengan persentase skor( 43,5%).
Dari kelima sub variabel yang merupakan aspek-aspek dalam komunikasi
interpersonal, menunjukkan kecenderungan kurangnya kemampuan komunikasi
interpersonal yang dimiliki siswa kelas X SMA Negeri 1 Ungaran.
Bahasa merupakan jembatan untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam
proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan
membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk
menerima komunikasi. Ketidakmampuan siswa dalam komunikasi interpersonal
memerlukan perhatian dari semua pendidik di sekolah, sebagai bagian integral,
maka Bimbingan dan Konseling hadir untuk membantu menyelaraskan antara
4
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perkembangan siswa. Salah satunya adalah mengembangkan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa melalui pemberian layanan bimbingan dan
konseling dalam ranah pribadi-sosialnya. Bimbingan dan konseling pribadi sosial
merupakan upaya untuk membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang
bersifat pribadi sebagai akibat ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait
dengan aspek pribadi sosial salah satunya adalah memiliki kemampuan
berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia. Salah satu bentuk
interaksi sosial adalah melalui komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan
adanya layanan bimbingan pribadi sosial akan membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya, baik untuk siswa yang
komunikasi interpersonalnya dalam tahap yang rendah sampai siswa yang masuk
dalam kategori efektif. Bimbingan dan konseling pribadi-sosial akan efektif
diberikan untuk membantu meningkatkan komunikasi interpersonal siswa jika
direncanakan secara sistematis, terpadu, dan terarah. Layanan bimbingan dan
konseling pribadi-sosial ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam komunikasi
interpersonal.
Program Bimbingan dan Konseling yang ada di SMP Negeri 2
Dayeuhkolot dibuat berdasarkan pengembangan atau penyempurnaan dari
program pada tahun sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan adalah preventif dan
kuratif dan tidak semua layanan yang diberikan sesuai dengan urutan yang telah
dibuat di program karena pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi sekolah. Di
SMP Negeri 2 Dayeuhkolot sudah ada layanan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal namun belum dibuat
program secara khusus dan terperinci.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti
mengambil judul untuk penelitian “Program Bimbingan dan Konseling
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik akan
memudahkan seorang siswa dalam memasuki lingkungan baru karena ia harus
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena secara hakiki manusia tidak
bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain, sejak dilahirkan hingga
akhir hayat membutuhkan pergaulan dengan orang lain. Kemampuan
berkomunikasi yang baik akan memudahkan individu dalam mengutarakan
gagasan, ide, atau pendapat mengenai suatu permasalahan yang terjadi di
sekitarnya.
Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik merupakan salah satu
tugas perkembangan yang harus dimiliki oleh remaja. Dengan kata lain,
kemampuan berkomunikasi interpersonal idealnya berkembang dengan baik pada
fase remaja. Pada fase ini, remaja menjadi lebih kritis dalam berpendapat atau
mengkritisi permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Namun sayang, pada kenyataannya masih ada siswa yang belum mampu
mengemukakan apa yang dipikirkannya dengan baik di depan forum. Masih
banyak siswa yang belum mampu mengemukakan secara jelas mengenai ide atau
gagasan yang ia miliki di depan forum baik itu teman sebaya maupun orang tua.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan
fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku
tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara
individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting
untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu
dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku. Sebagai salah satu bagian dari bimbingan dan
konseling, layanan bimbingan pribadi-sosial dirasa tepat untuk membantu siswa
6
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Budiamin (2011:2) mengemukakan bahwa bimbingan pribadi-sosial
ditujukan supaya siswa dapat mencapai perkembangan pribadi sosial dalam
mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri dan bertanggung jawab. Melalui
layanan bimbingan pribadi sosial ini diharapkan siswa mampu memahamai,
mengendalikan dan mengarahkan diri dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial di sekolah sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolahnya.
Untuk rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Bagaimana gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal siswa
kelas VIII SMP N 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?
2. Seperti apa program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMPN 2 Dayeuhkolot
ini adalah :
1. Mendeskripsikan gambaran umum kemampuan komunikasi interpersonal
siswa kelas VIII SMP N 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.
2. Merancang program hipotetik bimbingan pribadi-sosial yang untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, manfaat penelitian ini memberikan khazanah keilmuan
dalam bidang Bimbingan dan Konseling khususnya mengenai permasalahan
penyesuaian sosial yang muncul pada siswa, penelitian ini juga diharapkan
mampu menambah variasi pembahasan dalam mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Pribadi-Sosial.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh wawasan baru mengenai pembuatan program
Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial terutama untuk sekolah tingkat
menengah pertama.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk
diimplementasikan langsung di sekolah melalui pemberian layanan disekolah
yang berdasar pada materi pada program hipotetik dalam penelitian ini.
3. Bagi Jurusan Psikologi Bimbingan dan Konseling
Penelitian akan menjadi salah satu model program bimbingan pribadi
sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa
dan dapat menambah khazanah pada mata kuliah BK Pribadi-Sosial dan BK
Pribadi-Sosial Remaja.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai patokan untuk mengembangkan dan
menyempurnakan penelitian mengenai komunikasi interpersonal baik di
jenjang yang sama maupun jenjang yang berbeda.
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini disajikan lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang
berisikan alasan-alasan rasional mengenai penelitian yang dilakukan dan disajikan
pula pertanyaan penelitian dan manfaat dari penelitian. Pada Bab II disajikan
kajian teoritis dari berbagai ahli mengenai komunikasi interpesonal, bagaimana
terbentuknya komunikasi interpersonal, dan bagaimana upaya eningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa melalui bimbingan dan konseling
pribadi sosial. Bab III mengemukakan metodologi penelitian yang digunakan. Bab
IV merupakan deskripsi dari hasil perhitungan data dari sample yang diambil. Bab
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah kuantitatif karena
diperlukan data hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal
siswa. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang akan mengukur kemampuan
komunikasi interpersonal siswa. Data dari hasil penelitian berupa skor
(angka-angka) dan akan diproses melalui pengolahan statistik lalu d ideskripsikan untuk
mendapatkan gambaran kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah.
Kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah yang digambarkan akan
dijadikan sumber dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk memecahkan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data faktual. Melalui metode ini
diharapkan diperoleh gambaran kemampuan komunikasi interpersonal siswa di
sekolah beserta indikator-indikator pada masing-masing aspek kemampuan
komunikasi interpersonal siswa di sekolah. Gambaran dari indikator-indikator ini
dianggap sebagai fenomena kemampuan komunikasi interpersonal siswa di
sekolah yang sesungguhnya.
Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan pribadi
sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa diambil
dari kondisi kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah. Empat
tahapan kegiatan program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi sebagai
berikut:
1. Tahap pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket kepada siswa
yaitu identifikasi tentang kemampuan komunikasi interpersonal siswa dan
melakukan wawancara informal dengan guru BK mengenai program BK di
2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan dan konseling pribadi
sosial di SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung berdasarkan kajian
terhadap data-data hasil pengidentifikasian.
3. Tahap diskusi program hipotetik. Pertimbangan dalam pengembangan
program dilakukan untuk menguji kelayakan sebuah program langkah
berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru Bimbingan dan
Konseling.
4. Tahap penyempurnaan program. Setelah melaksanakan pengembangan dan
diskusi, program disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang layak
untuk dilaksanakan.
B. Definisi Operasional Variabel
1. Komunikasi Interpersonal
Dalam penelitian ini, komunikasi interpersonal merujuk pada konsep
komunikasi interpersonal yang dikemukakan Devito (2011: 252). Devito
mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang berlangsung
diantara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
Komunikasi interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung dalam pengiriman pesan yang disertai
adanya feedback dalam bentuk keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap
positif, dan kesetaraan sehingga terjalin komunikasi interpersonal yang baik
dalam berkomunikasi dilingkungan sekolah.
Sub aspek komunikasi interpersonal yang diungkap adalah :
a. Keterbukaan
Keterbukaan ialah sebagai kemampuan untuk menghilangkan sikap
tertutup terhadap masukan-masukan yang datangnya dari orang lain dan membuka
diri pada orang lain, dan mengakui perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah
33
b. Empati.
Empati ialah kemampuan untuk menempatkan dirinya pada posisi atau
peranan orang lain. Kemampuan untuk mampu memahami yang dirasakan dan
dipikirkan dari sudut pandang orang lain secara emosional maupun intelektual.
c. Sikap Mendukung
Sikap mendukung adalah sikap yang bertolak belakang dengan sikap
defensif (bertahan). Orang yang defensif cenderung lebih banyak melindungi diri
dari ancaman dalam situasi komunikasi. Menciptakan suasana yang bersifat
mendukung dapat dilakukan dengan menggunakan isyarat-isyarat non verbal
seperti tersenyum, menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tepuk tangan.
Dalam sikap mendukung, seseorang berpikiran terbuka, bersedia mendengar
pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah pendapat dan keyakinan
apabila keadaan mengharuskan.
d. Sikap Positif
Seseorang yang bersikap positif dalam komunikasi interpersonal dapat
menghargai dirinya sendiri dan orang lain secara positif begitupun yang
mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh
karena itu, sikap positif muncul dengan diawali dari adanya penghargaan terhadap
diri sendiri dan orang lain.
e. Kesetaraan
Komunikasi interpersonal akan berlangsung secara efektif apabila
suasananya setara, yaitu adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah
pihak menghargai, berguna, dan memiliki sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Jadi kesetaraan adalah kesamaan pikiran, ide, pandangan, dan
gagasan. Pada kesetaraan, seseorang menerima orang lain apa adanya tanpa harus
ada syarat-syarat tertentu.
2. Program Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang
menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri
dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya
membantu individu dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan
(pergaulan sosial).
Proses penyusunan program kerja yang dilakukan akan sangat menentukan
pada keberhasilan suatu program. Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling, perencanaan dan perancangan program kegiatan bimbingan dan
konseling yang dilakukan konselor memberi pengaruh yang cukup signifikan
terhadap keberhasilan pelaksanaan sebuah rangkaian kegiatan bimbingan dan
konseling. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
pembimbing atau konselor sekolah adalah mengelola program bimbingan dan
konseling, yaitu: merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merancang
tindak lanjut atau mendesain perbaikan atau pengembangan program bimbingan
dan konseling.
Pada penelitian, program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah yang dimaksud adalah
rancangan layanan bimbingan dan konseling yang terencana, terorganisasi dan
terkoordinasi dalam periode tertentu yang direncanakan untuk membantu siswa
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa di sekolah.
Stuktur program yang dikembangkan dalam penelitian mengacu kepada
struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan, yaitu: a) Rasional
Program, b) Visi dan Misi, c) Deskripsi Kebutuhan, d) Tujuan, e) Komponen
Program, f) Rencana Operasional, g) Pengembangan Tema, h) Pengembangan
Satuan Layanan, i) Evaluasi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2012:80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
35
kemudian ditarik kesimpulannya. Pada populasi kelas VIII SMP Negeri 2
Dayeuhkolot Bandung tahun ajaran 2012/2013, diambil sampel untuk pengolahan
data awal yang akan dijadikan landasan pembuatan program bimbingan pribadi
sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling), maksudnya setiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel
pengolahan data awal pembuatan program. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel sesuai dengan penjelasan Sugiyono yaitu jumlah sampel
ditentukan berdasarkan pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki.
Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel yang diperlukan
dan begitu pula sebaliknya. Sugiyono memberikan jumlah sampel dari populasi
tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan
1%, 5%, dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dan populasi yang
diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:
s=
(Sugiyono, 2012:87)
λ 2
dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, dan 10%.
P = Q = 0,5. d = 0,05. s= jumlah sampel.
Berdasarkan asumsi yang dikemukakan Sugiyono, peneliti akan
mengambil sampel dengan tingkat kesalahan 5% dari jumlah siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013. Jumlah
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung adalah 335
siswa sehingga sampel yang diambil adalah sebanyak 172 siswa yang diambil
secara acak dengan menggunakan teknik random sampling. Pengambilan sampel
tidak dipilih perkelas melainkan setiap lembar jawaban diberi nomor dan
dilakukan pengundian nomor untuk mendapatkan sampel yang dibutuhkan
sebanyak 172 siswa.
λ 2
Rincian jumlah populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Tahun Ajaran Kelas Jumlah
2012/2013
VIII-A 35
VIII-B 38
VIII-C 38
VIII-D 38
VIII-E 37
VIII-F 37
VIII-G 37
VIII-H 37
VIII-I 38
Jumlah Keseluruhan 335
Jumlah Sampel 172
D. Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan angket pengungkap kemampuan komunikasi
interpersonal. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil adapatasi
dari angket yang dibuat dan dikembangkan oleh Leni Aelani pada tahun 2011.
Adapun perubahan dan penambahan indikator yang dilakukan sebagai
bentuk pengembangan yaitu pada aspek empati ditambah satu indikator yaitu
mampu mendengarkan dan ikut merasakan yang diceritakan dan dialami teman,
sikap positif untuk indikator memiliki sikap positif terhadap teman dipecah
menjadi dua aspek yaitu memiliki sikap positif terhadap teman yang satu gender
dan memiliki sikap positif terhadap teman yang berbeda gender, dan aspek
lainnya yang indikatornya mengalami penambahan ialah aspek kesetaraan dengan
37
dari penyebaran angket ini ialah untuk mendapatkan gambaran bagaimana
perkembangan komunikasi interpersonal antara siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Dayeuhkolot.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
( Sebelum Uji Coba)
Aspek Indikator No Item Jml
(+) (-)
1. Keterbukaan
(openness)
a. Kemauan untuk membuka diri
atas pendapat dan gagasan
c. Mengakui bahwa pendapat
dan pikiran yang
b. Merasakan apa yang dirasakan
oleh teman. 21,22, 25 23,24 5
c. Mampu mendengarkan dan
ikut merasakan yang
diceritakan dan dialami
teman
Aspek Indikator No Item Jml
(+) (-)
3. Sikap
mendukung
(supportiveness)
a. Mengungkapkan perasaannya
dan tidak melakukan
terhadap diri sendiri 46,47,50 48,49 5
b. Memiliki sikap positif
terhadap teman yang satu
gender
52,54 51,53,55 5
c.Memiliki sikap positif
terhadap teman dengan yang
mempunyai kepentingan yang
sama 61,62,64
63,65 5
b. Memberikan penghargaan
tidak bersyarat 68,69,70 66,67,71 6
c. Tidak membedakan gender
dalam berkomunikasi
39
Selain penilaian terhadap instrumen, di bawah ini dipaparkan mengenai
kisi-kisi penilaian uji kelayakan program, yaitu :
Tabel 3.3
Kisi-kisi Penilaian Uji Kelayakan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Variabel Aspek Indikator
Program
2.Landasan Formal yang digunakan
(landasan hukum penyelenggaraan BK)
3.Visi dan Misi BK Sekolah
4.Tujuan Pengembangan Program
2. Materi layanan yang digunakan pada
masing-masing komponen layanan
3. Personel/pihak yang terlibat
4. Mekanisme kerja antar personel
a. Alur kewenangan antar personel
b. Alur kerjasama antar personel
5. Sarana dan Prasarana yang digunakan
(sarana dan prasarana fisik)
6. Upaya sosialisasi program
Evaluasi Program 1.Pendekatan konteks
2.Pendekatan input
3.Pendekatan proses
E. Uji Coba Alat Ukur
Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui
beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:
1. Uji Kelayakan Instrumen
Kelayakan instrumen diuji dengan tujuan mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbangan instrumen
dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan (PPB) untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Masukan dari
tiga dosen ahli dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data
yang dibuat. Instrumen angket hasil judgement dari dosen ahli, adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Judgement Angket
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai 1,2,3,4,5,6,7,9,11,12,13,14,16,17,19,21,22,23,26,27,29,
31,33,34,35,36,39,42,44,47,48,49,50,51,53,61,62,63,64
,65,67,68,69,70,71,73,74
47
Revisi 8,10,15,18,20,24,28,30,32,37,38,40,41,45,46,52,54,55,
56,57,58,59,60,66,75
25
Buang 25,43,72 3
Tambahan -
Total 72
Hasil penimbangan menunjukkan terdapat 47 item yang dapat digunakan,
25 item yang perlu direvisi dan 3 item yang harus dibuang karena tidak relevan
dengan aspek dan indikator. Dengan demikian, jumlah pernyataan yang
digunakan untuk uji coba instrumen ialah sebanyak 72 item. Berdasarkan salah
satu pendapat dari dosen ahli, pengambilan data tidak menggunakan Skala Likkert
karena dirasa kurang sesuai, sehingga diganti dengan menggunakan Skala
41
Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat
pada tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
(Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
Aspek Indikator No Item Jml
(+) (-)
1. Keterbukaan
(openness)
a. Kemauan untuk membuka diri
atas pendapat dan gagasan
c. Mengakui bahwa pendapat dan
pikiran yang dikemukakan
b. Merasakan apa yang dirasakan
oleh teman. 21,22 23,24 4
c. Mampu mendengarkan dan
ikut merasakan yang
a. Mengungkapkan perasaannya
dan tidak melakukan
mekanisme pertahanan diri.
31,32,34 30,33 5
b. Kesediaan secara spontan
untuk menciptakan suasana 35,38
36,37,
Aspek Indikator No Item Jml
a. Memiliki sikap positif terhadap
diri sendiri 44,45,48 46,47 5
b. Memiliki sikap positif terhadap
teman yang satu gender 50,52 49,51,53 5
mempunyai kepentingan yang
sama
59,60,62 61,63 5
b. Memberikan penghargaan
tidak bersyarat
66,67,68 64,65,69 6
c. Tidak membedakan gender
dalam berkomunikasi
72 70,71 3
2. Uji Keterbacaan Item
Sebelum instrumen komunikasi interpersonal diuji validitas eksternal,
instrumen terlebih dahulu di uji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada
empat puluh orang siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Baleendah, untuk mengukur
keterbacaan instrumen. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak
43
dimengerti oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Baleendah dan kemudian
dilakukan uji validitas eksternal.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan
baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang
terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item
pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh siswa kelas Kelas VIII
SMP Negeri 3 Baleendah Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013 sebagai
sekolah untuk uji coba instrumen.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji
coba instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Baleendah. Angket diberikan kepada siswa yang berbeda sekolah dengan
subjek penelitian, pemilihan sekolah uji coba didasarkan pada kesamaan
karakteristik siswa dan sekolah yang diujicobakan dengan sekolah penelitian.
Siswa yang mengikuti uji coba instrumen sebanyak 40 siswa yang dipilih secara
acak. Siswa sebelum mengisi angket, terlebih dahulu diberikan penjelasan
mengenai cara-cara pengisian angket.
a) Uji Validitas Butir Item
Uji validitas bertujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen
yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Uji validitas diuji
cobakan pada 60 siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Baleendah tahun ajaran
2012/2013.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 121). Semakin tinggi
nilai validasi soal menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan.
Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh
item yang terdapat dalam angket pengungkap komunikasi interpersonal siswa.
Validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian yang diuji adalah
interpersonal siswa. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan
program MS. Excel. Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan
korelasi biserial titik dengan rumus:
(Furqon,2008:108)
Dimana:
Rpbis = koefisiensi kolerasi bisrial titik
Yp = rata-rata kelompok p (kesatu)
Yt = rata-rata seluruh subjek
St = simpangan baku untuk seluruh onjek
p = proporsi subjek kelompok Satu
q = proporsi subjek kelompok dua
Pengujian validitas dilakukan terhadap 72 item pernyataan dengan jumlah
subjek 60 siswa. Dari 72 item diperoleh 64 item yang valid dan 8 item tidak valid.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas
Kesimpulan Item Jumlah
Valid 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,20,21,22,23,24,25
,26,27,28,29,30,31,32,33,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,
45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,59,60,63,64,
65,66,67,69,70,71,72
64
Tidak valid 1,16,19,28,34,58,61,62 8
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi)
skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam
kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor
perolehan subjek.
Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen sebesar
0,901477 artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, yang Yp - Yt p
Rpbis=
45
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya
sebagai alat pengumpul data. Didapat dari rumus:
� = �−�
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas)
Aspek Indikator No Item Jumlah
(+) (-)
1. Keterbukaan
(openness)
a. Kemauan untuk membuka diri
atas pendapat dan gagasan
c. Mengakui bahwa pendapat dan
pikiran yang dikemukakan
b. Merasakan apa yang dirasakan
oleh teman. 18,19 20,21 4
c.Mampu mendengarkan dan ikut
merasakan yang diceritakan dan
dialami teman
Aspek Indikator No Item Jumlah
(+) (-)
3. Sikap
mendukung
(supportiveness)
a. Mengungkapkan perasaannya
dan tidak melakukan
a. Memiliki sikap positif terhadap
diri sendiri 39,40,43 41,42 5
b. Memiliki sikap positif terhadap
teman yang satu gender 45,47 44,46,48 5
mempunyai kepentingan yang
sama
53,54 55 3
b. Memberikan penghargaan
tidak bersyarat
58,59,60 56,57,61 6
c. Tidak membedakan gender
dalam berkomunikasi
47
4. Penyusunan Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Dalam penelitian. proses penyususnan program bimbingan pribadi sosial
terdiri dari tiga langkah, yaitu :
a. Penyusunan Program
Dimulai dengan melakukan analisis terhadap data yang diperoleh
mengenai gambaran kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah dan
indikator-indikator kemampuan komunikasi interpersonal siswa serta didukung
hasil pengamatan mengenai program BK di sekolah. Dasar dalam penyusunan
program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa diperoleh dari gambaran indikator-indikator
komunikasi interpersonal. Penyusunan program terdiri dari aspek-aspek antara
lain landasan penyusunan program, proses penyusunan program dan evaluasi
program.
b. Validasi Program
Validasi adalah langkah berikutnya setelah penyusunan program. Validasi
terhadap program yang telah disusun dilakukan oleh dosen ahli program dari
jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan Guru Bimbingan dan Konseling
SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Hasil validasi program
merupakan pedoman untuk melakukan revisi dan perbaikan untuk menyusun
program bimbingan pribadi sosial yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa. Proses validasi program diawali dengan
penimbangan kisi-kisi penilaian uji kelayakan program bimbingan pribadi sosial
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.
c. Penyusunan Program Hipotetik
Penyusunan rumusan program bimbingan pribadi sosial untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa, dilakukan dengan
berdasar pada hasil penelitian dan hasil validasi program pada dosen. Rumusan
program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa dijadikan rekomendasi bagi layanan bimbingan dan konseling
5. Analisis Data
a. Verifikasi data
Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang
diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data bertujuan
untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Dari hasil
verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan
cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah data sesuai dengan
subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
b. Penyekoran
Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor untuk setiap
jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Instrumen pengumpul data
menggunakan skala Guttman yang menyediakan dua alternatif jawaban. Secara
sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti
tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.8
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Pure Choice (Guttman)
Pernyataan
Skor Alternatif
Respons
Ya Tidak
Favorable (+) 1 0
Un-Favorable (-) 0 1
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 0-1 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah :
1) Untuk pilihan jawaban Ya memiliki skor 1 pada pernyataan positif atau
skor 0 pada pernyataan negatif.
2) Untuk pilihan jawaban Tidak memiliki skor 0 pada pernyataan positif dan
49
c. Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan dalam pembuatan
program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa. Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu
kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang akan dijadikan landasan dalam
pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data
menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok siswa
dengan menggunakan panjang interval sebagai acuan rentang nilai pada tiap
kategorinya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menghitung skor total masing-masing responden.
2) Menghitung panjang (rentang) kelas.
3) Menentukan rentang dalam tiap kategori (tinggi, sedang, dan rendah).
4) Mengelompokan data sampel menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang
dan rendah.
d. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program
Hasil pengolahan data kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang
dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu
dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah dengan patokan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 3.9
Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual
Skala skor mentah Kategori Skor
X > µ + 1,0 ơ Tinggi
µ - 1,0 ơ ≤X ≥ µ + 1,0 ơ Sedang
X > µ - 1,0 ơ Rendah
Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat
Tabel 3.10
Interpretasi Skor Kategori Komunikasi Interpersonal
Kategori Skor Interpretasi
Tinggi >44
(tinggi)
Siswa yang termasuk dalam kategori tinggi
mampu mencapai tingkat komunikasi
interpersonal yang optimal pada setiap
aspeknya, yaitu memiliki kemampuan yang
tinggi terhadap pengiriman pesan disertai
adanya feedback dalam bentuk keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan
kesetaraan.
Sedang 22 s/d 43
(Sedang)
Siswa yang termasuk dalam kategori sedang
mampu mencapai tingkat komunikasi
interpersonal yang sudah cukup optimal yaitu
kemampuan yang sedang terhadap pengiriman
pesan atau informasi dengan adanya feedback
yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan
kesetaraan.
Rendah <22
(rendah)
Siswa yang termasuk dalam kategori rendah
telah mencapai tingkat komunikasi
interpersonal yang dapat dikatakan tidak
optimal pada setiap aspeknya, yaitu rendahnya
kemampuan terhadap pengiriman pesan atau
informasi disertai adanya feedback baik dalam
bentuk keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.
Berdasarkan tabel 3.9 menunjukkan dari hasil penelitian, siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Tahun Ajaran 2012/2013 membutuhkan upaya
51
yaitu berupa layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual dan
dukungan sistem. Pemberian layanan difokuskan berdasarkan kualifikasi dari
interpretasi skor kategori komunikasi interpersonal.
6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :
a. Studi pendahuluan di SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
yang dilaksanakan pada tanggal 14 februari 2012.
b. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen
mata kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
c. Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah diserahkan
dengan persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing
skripsi serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
d. Mengurus surat permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi
pada tingkat fakultas.
e. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke
tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang
telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMP Negeri 2
Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.
f. Menyusun instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga
orang dosen ahli dari jurusan PPB.
g. Melakukan uji coba angket dan keterbacaan soal kepada 60 siswa kelas
VIII dari sekolah lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan
sekolah yang akan diteliti dalam hal ini sekolah yang dimaksud adalah
SMP Negeri 3 Baleendah Kabupaten Bandung pada tanggal 12 September
2012.
h. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
i. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket komunikasi
interpersonal yang telah disebarkan.
j. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data
deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan
mempertimbangkan program yang ada di sekolah.
k. Diskusi dengan dosen dan guru Bimbingan dan Konseling mengenai
kelayakan program bimbingan hipotetik.
l. Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang
160
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Temuan dari hasil penelitian menunjukkan 76,16% berada pada kategori
sedang tingkat kemampuan komunikasi interpersonalnya,13,95% siswa berada
pada kategori tinggi dan 9,88% siswa berada kategori rendah. Dilihat secara
umum diperoleh gambaran kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran
2012/2013 memiliki kemampuan komunikasi interpersonal sedang, artinya
siswa yang termasuk dalam kategori sedang mampu mencapai tingkat
komunikasi interpersonal yang sudah cukup optimal yaitu kemampuan yang
sedang terhadap pengiriman pesan atau informasi dengan adanya feedback
yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap
positif, dan kesetaraan. Tingkat pencapaian aspek komunikasi interpersonal
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun
Ajaran 2012/2013 menunjukkan semua aspek berada pada kategori sedang
yaitu keterbukaan 73,84%, empati sebesar 68,60%, sikap mendukung 55,23%,
sikap positif 58,72%, dan kesetaraan sebesar 62,79%, namun aspek sikap
mendukung memiliki persentase yang paling kecil yaitu 55,23%. Munculnya
aspek-aspek komunikasi interpersonal ditandai oleh adanya indikator yang
menunjukkan tingkat pencapaian komunikasi interpersonal siswa VIII SMP
Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Program bimbingan pribadi sosial yang disusun berisi komponen-komponen
seperti rasional program, visi dan misi, komponen program, rencana
operasional, pengembangan tema, dan evaluasi. Secara keseluruhan, setiap
aspek dan indikator komunikasi interpersonal siswa dijadikan landasan dalam
pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan,
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan materi yang telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Tahun Ajaran
2012/2013 dan disesuaikan dengan visi misi sekolah.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Pada upaya mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa
di sekolah, konselor kedepannya direkomendasikan untuk mampu
mengaplikasikan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang telah dirancang peneliti
terhadap siswa kelas VIII untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
interpersonal yang dimiliki siswa.
2. Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling
Penelitian direkomendasikan menjadi salah satu model program
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa dan dapat menambah khazanah pada mata kuliah BK
Pribadi-Sosial dan BK Pribadi-Pribadi-Sosial Remaja.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Penyebab belum efektifnya komunikasi interpersonal pada tiap jenjang
tentu saja berbeda, peneliti selanjutnya direkomendasikan dapat
menemukan penyebab ketidakefektifan pada tiap jenjang sehingga dapat
menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa dalam tiap jenjang tersebut.
b. Selain jenjang, jenis kelamin juga sangat berpengaruh terhadap tingkat
kemampuan komunikasi interpersonal. Direkomendasikan peneliti
selanjutnya dapat lebih dalam membahas mengenai pengaruh perbedaan
jenis kelamin terhadap kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada
jenjang tertentu.
c. Program yang dirumuskan oleh peneliti bersifat hipotesis, untuk peneliti
selanjutnya direkomendasikan mampu melakukan uji coba program
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
162
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Aelani, L. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa. Skripsi. Bandung: Tidak
Diterbitkan
Andreas. (2009). Definisi Komunikasi Interpersonal. [Online]. Tersedia di :
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html (20 November 2011).
Budiamin, Amin. (2011). Peran Bimbingan dan Konseling Terhadap Komunikasi
Interpersonal Siswa Disekolah. [Online]. Tersedia di :
www.ilmupendidikancerdas.com (26 November 2011)
Depdiknas. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta
Devito, Joseph. Alih bahasa oleh Agus Maulana MSM. (2011). Komunikasi Antar
Manusia. Jakarta : Kharima Publishing Group.
Effendy, O. U. (1985). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya
Enjang. (2009). Komunikasi Konseling. Bandung : Nuansa
Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta CV
Liliweri, Alo. (1994). Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Lusa. (2009). Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi. [online]. Tersedia di:
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Noviyanti, Ina. (2010). Kontribusi Komunikasi Interpersonal Terhadap
Penyesuaian Diri Siswa Di Sekolah. Skripsi. Bandung: Tidak Diterbitkan
Nuramalia, Lia (2007). Komunikasi Antar Pribadi yang Dilakukan oleh Konselor
Di Sekolah. Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan
Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyo. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Semarang: UNNES Press.
______. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suherman,Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung : Madani Production
Willis, Sofyan. (2007). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Yusuf dan Juntika Nurikhsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya
____________.(2007). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zayiroh. (2007). Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Meningkatkan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi Siswa (Skripsi). Tidak