• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN KEARIFAN ARSITEKTUR RUMAH GADANG MINANGKABAU SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MITIGASI BENCANA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN KEARIFAN ARSITEKTUR RUMAH GADANG MINANGKABAU SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MITIGASI BENCANA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Fokus Penelitian ...8

C. Rumusan Masalah ...9

D. Tujuan Penelitian ...9

E. Klarifikasi Konsep ...9

F. Manfaat Penelitian ...11

BAB II KEARIFAN LOKAL SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MITIGASI BENCANA A. Kajian Pustaka 1. Konsep Kebudayaan dalam Kearifan Lokal ...12

2. Nilai dalam Budaya Masyarakat Minangkabau ...19

3. Arsitektur Tradisional dalam Masyarakat ...22

4. Kearifan Lokal dalam Pemahaman Mitigasi Bencana ...23

5. Pendidikan sebagai Proses Pembudayaan ...43

6. Nilai Budaya dalam Pendidikan IPS ...45

B. Penelitian Terdahulu ...49

C. Paradigma Penelitian ...53

(2)

B. Jenis data, Teknik dan Instrumen Penelitia ...58

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian ...64

D. Prosedur Penelitian ...66

E. Teknik Analisa Data ...68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ...71

B. Temuan Hasil Penelitian ...79

C. Pembahasan ...113

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...166

B. Rekomendasi ...167

DAFTAR PUSTAKA ...169

(3)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1. Peristiwa gempa bumi di Indonesia pada tahun 2004-2009 ...2

3.1. Kisi-Kisi Panduan wawancara Penelitian ...68

4.1. Daerah Administratif Sumatera Barat ...71

4.2 Analisi Sejarah Sosial Rumah Gadang ...117

(4)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1. Dampak Gempabumi ...33

2.2. Siklus Pengurangan Resiko Berbasis Masyarakat ...40

3.1 Peta daerah penelitian ...64

4.1. Peta Geologi Sumatera Barat ...75

4.2. Pertandingan Adu Kerbau Besar dan Kecil ...81

4.3. Atap Gonjong Rumah Gadang seperti Tanduk Kerbau ...82

4.4. Rumah Gadang Koto Piliang ...83

4.5. Rumah Gadang Bodi Caniago ...83

4.6 Rumah tradisional Aceh ...84

4.7. Komposisi Ruang Rumah Gadang ...85

4.8. Rumah gadang bukanlah rumah tumbuh ...86

4.9. Penggunaan ruang dalam rumah gadang ...86

4.10. Penggunaan atap ijuk dan semen...87

4.11. Pekarangan Rumah Gadang ...88

4.12. Letak Rumah Gadang ...89

4.13. Bagian Atap Rumah Gadang ...90

4.14. Bagian Lantai dilapisi jariau atau bambu yang telah dipecah ...91

4.15. Bagian Belakang dan samping dinding rumah gadang ...91

4.16. Rumah Gadang didirikan di atas sandi ...92

4.17 Jumlah anak tangga selalu berjumlah ganjil ...93

4.18 Beberapa tipologi rumah gadang ...94

4.19 Halaman Rumah Gadang ...94

4.20 Ukiran pada rumah gadang ...95

4.21 Anjungan pada rumah gadang ...96

4.22. Pondasi yang tidak tertanam ke dalam tanah ...98

4.23 Rumah gadang milik ibu Ani dan anaknya Sukarni ...100

(5)

4.26. Rumah gadang tersusun sejajar ...102

4.27 Atap rumah Gadang seperti tanduk Kebau ...116

4.28 Rumah Gadang didirikan di tempat yang datar ...119

4.29 Rumah Gadang Tipe Melambai ...122

4.30 Rumah Gadang Gajah maharam ...122

4.31 Rumah Gadang Tipe Rajo Babandiang ...123

4.32 Hiraerki kehidupan rumah gadang ...125

4.33 Pondasi rumah gadang tidak tertanam ke dalam tanah ...127

4.34 Atap Rumah Gadang seperti rebung muncul ke permukaan tanah ...131

4.35 Detail Konstruksi Atap ...132

4.36 Sistem Pemasangan Atap ...132

4.37 Susunan tiang di rumah gadang ...133

4.38 Bentuk hubungan tiang dengan balok ...134

4.39 Bagian Belakang rumah dilapisi tadir dari anyaman bambu ...135

4.40 Dinding tepi rumah gadang ...135

4.41 Sistem Sambungan lantai dan jariau ...136

4.42 Bentuk hubungan sandi dengan tiang ...137

4.43 Jendela di rumah gadang ...138

4.44 Setiap bagian rumah gadang diberikan ukiran ...141

4.45 Gambar satu melintang jalan dan pada gambar 2 menghadap jalan ....147

4.46 Keseimbangan Segitiga pada bagian atap ...149

4.47 Pergerakan rumah gadang melalui gerakan gempa ...150

[image:5.595.112.507.101.633.2]
(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Pedoman wawancara tokoh masyarakat ...173

2. Pedoman wawancara pemilik rumah gadang ...175

3. Pedoman wawancara tukang rumah gadang ...176

4. Rencana pelaksanaan pembelajaran ...177

5. Pedoman wawancara guru...192

6. Pedoman wawancara peserta didik ...193

7. Pedoman observasi ...194

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan tempat bertemunya tiga lempeng besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempabumian yang cukup tinggi. Lebih dari itu, proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga telah membentuk relief permukaan bumi yang khas dan sangat bervariasi, wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya yang curam dan seakan menyiratkan potensi longsor yang tinggi, wilayah yang landai sepanjang pantai menjadi potensi ancaman banjir, penurunan tanah, dan tsunami. Permasalahannya adalah sudahkah masyarakat mengenal dengan baik berbagai jenis dan karakter bahaya alam tersebut dan siapkah mereka mengantisipasinya. Berbagai bentuk gejala alam yang terjadi di Indonesia adalah gempa bumi, banjir, lumpur panas,kebakaran hutan dan gunung meletus. Potensi bencana alam yang tinggi yang dimiliki wilayah-wilayah di Indonesia pada dasarnya merupakan refleksi dari kondisi geografis yang sangat khas untuk wilayah tanah Indonesia.

(8)
[image:8.595.95.533.237.618.2]

menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Selama kurun waktu 1600 – 2000, tercatat 105 kejadian tsunami yang 90 persen diantaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung api, dan 1 persen oleh tanah longsor (Sumber: Pusat Mitigasi Bencana-ITB, 2008). Gempabumi yang terjadi dengan skala besar kadang disertai dengan tsunami (gelombang laut yang masuk ke wilayah daratan).

Tabel 1.1 Peristiwa gempabumi di Indonesia pada tahun 2004-2009 Waktu terjadi

gempa

Lokasi gempa Kekuatan

(Richter)

Korban tewas (jiwa)

26 Desember 2004 Nanggroe Aceh Darusalam 9,1 220.000

28 Maret 2005 Sumatera 8,2 685

17 Juli Pantai Pangandaran 6,8 586

12 September Bengkulu 7,9 15

17 November 2008 Sulawesi Tengah 7,7 4

30 September 2009 Pariaman (Sumatera Barat) 7,6 739 tewas 296 hilang Sumber : Data BNPB per 9 Oktober 2009 (Litbang Kompas)

Sumatera Barat termasuk salah satu wilayah yang memiliki kerawanan bencana yang tinggi, kondisi ini dipengaruhi oleh tatanan geologi yang kompleks sehingga rawan dengan bencana geologi gempabumi. Berdasarkan catatan data sejarah kegempaan, daerah Sumatera Barat memang sudah beberapa kali mengalami gempabumi merusak.

Sebuah kesaksian terbitan Media Informasi Kebencanaan dan Lingkungan (2011) menceritakan tentang peristiwa gempa di Sumatera Barat :

(9)

di sepanjang jalan dari Padang ke Agam, di depan matanya, ribuan rumah beton sujud ke tanah – termasuk yang baru dibangun, takhluk dengan getaran bumi. Apa yang disaksikan sang prajurit adalah bukti kearifan nenek moyang Minangkabau. Struktur dan arsitektur rumah gadang ternyata bukan sekedar punya arti dalam tatanan adat. Lebih dari itu, rumah gadang merupakan produk dialog panjang dengan ranah. Rumah gadang adalah kesimpulan yang mengarifi alam.

Bukti rumah gadang yang juga selamat saat terjadi gempa adalah Museum Adityawarman. Bangunan ini adalah Rumah Gadang dengan tipe gajah maharam, diumpamakan seperti seekor gajah yang mendekam, berasal dari kelarasan Budi Chaniago. Menurut Armus penjaga dari Museum Adityawarman. Museum ini dibangun tahun 1974 dan diresmikan tahun 1977. Dari tahun 1977 sampai sekarang, kayunya tidak masalah dan masih kuat. Beberapa kali digoncang gempa tidak terjadi apa-apa.

(10)

Semenjak terjadinya gempa bumi di Sumatera Barat yang meluluhlantakkan sebagian daerahnya khususnya Padang dan Pariaman, masyarakat diingatkan kembali akan kemampuan beberapa rumah adat Minangkabau ini untuk bertahan dari sifat destruktif gempa. Ironi ini menurut Watson (ISDR, 2009:32) memperlihatkan bahwa satu praktek kearifan lokal saja tidak dapat berperan banyak dalam mengurangi risiko bencana. Kedua, terbukti bahwa ketika yang tradisional digeser oleh yang modern, masyarakat dapat menjadi lebih rentan terhadap risiko bencana. Modernisasi merupakan faktor penting yang menyebabkan makin berkurangnya arsitektur tradisional Minangkabau. Salah satu simbol status di masyarakat adalah menganut desain dan gaya hidup modern, yang menyebabkan banyak orang memilih membangun rumah dengan gaya modern yang sebetulnya lebih rentan terhadap gempa. Deforestasi juga membuat keadaan makin parah. Kayu keras yang diperlukan untuk membangun rumah tradisional sekarang makin sulit didapatkan. Akibatnya, pelbagai metode dan teknik pembangunan rumah tradisional secara perlahan mulai dilupakan orang karena beton dan batu bata telah menggantikan kayu sebagai bahan bangunan. Alesyanti (2003;335) dalam disertasinya juga menyatakan sebagian masyarakat Minangkabau dalam kenyataannya mengalami proses pelapukan identitas dan jati diri. Terdapat suatu gambaran yang menyedihkan, dimana spirit dan ruh ke-Minang-an anak nagari semakin lama semakin memudar. Proses sosialisasi di dalam keseharian masyarakat, semakin diwarnai oleh nilai-nilai asing.

(11)

Disaster Reduction/ISDR), ada empat argumen dasar yang mendukung pentingnya kearifan lokal yaitu

1. Berbagai praktik dan strategi spesifik masyarakat asli yang terkandung di dalam kearifan lokal, yang telah terbukti sangat berharga dalam menghadapi bencana-bencana alam, dapat ditransfer dan diadaptasi oleh komunitas-komunitas lain yang menghadapi situasi serupa.

2. Pemaduan kearifan lokal ke dalam praktik-praktik dan kebijakankebijakan yang ada akan mendorong partisipasi masyarakat yang terkena bencana dan memberdayakan para anggota masyarakat untuk mengambil peran utama dalam semua kegiatan pengurangan risiko bencana.

3. Informasi yang terkandung di dalam kearifan lokal dapat membantu meningkatkan pelaksanaan proyek dengan memberikan informasi yang berharga tentang konteks setempat.

4. Cara penyebarluasan kearifan lokal yang bersifat non-formal memberi sebuah contoh yang baik untuk upaya pendidikan lain dalam hal pengurangan risiko bencana.

Berdasarkan asumsi ISDR tersebut maka program pendidikan mitigasi bencana alam akan berjalan dengan sendirinya walaupun tanpa proyek dari pemerintah. Dalam UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana didefinisikan sebagai sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

(12)

pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat sewaktu-waktu dan sepanjang hidup. Oleh karena itu pembelajarannya harus dapat meninggalkan kesan yang mendalam pada siswa.

Budaya mitigasi berbasis kearifan lokal disarankan dibangun sejak dini dalam diri setiap elemen masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya sehingga dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi dibangun bukan pula hanya sebagai sistem peringatan dini tetapi menjadi sebuah budaya dalam perilaku masyarakat. Langkah efektif yang bisa dilakukan antara lain adalah melalui pembekalan kepada masyarakat baik melalui pendidikan di bangku sekolah maupun pelatihan kepada masyarakat umum.

(13)

pembelajaran IPS di kelas VI, yaitu pada Kompetensi dasar mendeskripsikan gejala alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga serta memberikan contoh cara-cara menghadapi gejala alam yang terdapat di kelas VI semester dua kurikulum dengan memfokuskan gejala alam pada gempa dan mengintegrasikan melalui materi kearifan lokal. Pemanfaatan kearifan lokal akan membawa peserta didik pada pembelajaran yang kontekstual. Mereka diajak untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menarik dan penuh makna.

(14)

didik harus mengetahui lingkungan terdekatnya kemudian baru meluas yaitu makna kearifan lokal sampai makna dari kearifan arsitektur rumah gadang dalam meningkatkan pemahaman mitigasi gempa.

Berdasarkan uraian diatas kemudian diangkat dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Kearifan Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau Sebagai Sumber Pembelajaran IPS dalam Meningkatkan Pemahaman Mitigasi Bencana”. Penelitian ini diawali dengan menggali kearifan arsitektur rumah gadang itu sendiri kemudian diimplementasikan di SDN 27 Padang sebagai salah satu sekolah yang terdapat di daerah rawan bencana gempa, melihat sejauhmana pemanfaatan kearifan lokal Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau sebagai sumber pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada kearifan arsitektur rumah gadang Minangkabau ditinjau dari mitigasi bencana gempabumi dan sumber pembelajaran IPS, dengan judul “Pemanfaatan Kearifan Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau Sebagai Sumber Pembelajaran IPS dalam Meningkatkan Pemahaman Mitigasi Bencana”. Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah :

1. Kearifan arsitektur rumah gadang dan prilaku masyarakat dalam mitigasi gempabumi

2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pemanfaatan kearifan arsitektur Rumah Gadang dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana gempabumi.

(15)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian maka permasalahn umum pada penelitian ini adalah “Bagaimana Pemanfaatan Kearifan Arsitektur Rumah Gadang sebagai Sumber Pembelajaran IPS dalam Meningkatkan Pemahaman Mitigasi Bencana”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah arsitektur Rumah Gadang Minangkabau dan perilaku penghuni sebagai kearifan lokal dalam mitigasi bencana?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pemanfaatan kearifan arsitektur Rumah Gadang Minangkabau dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan arsitektur Rumah Gadang Minangkabau dan perilaku penghuni sebagai kearifan lokal dalam mitigasi bencana?

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pemanfaatan kearifan arsitektur Rumah Gadang Minangkabau dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana

E. Klarifikasi Konsep

Klarifikasi konsep dalam penelitian ini adalah terdiri atas kearifan lokal, pemahaman, mitigasi bencana.

(16)

peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari. Oleh karena itu, menurut Geertz (Ernawi, 2010:1) kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Kearifan lokal dalam penelitian ini adalah kearifan arsitektur Rumah Gadang Minangkabau yang secara administratif terletak di propinsi Sumatera Barat dan mendeskripsikan kearifan lokal tersebut dalam mitigasi bencana.

Kedua, pemahaman dalam Anderson (2010;100) adalah mengkontruksi

makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambarkan oleh guru.

Ketiga, mitigasi bencana, mitigasi adalah suatu bentuk tindakan dalam mengurangi pengaruh bahaya. Coburn dkk (1994:14) menekankan bahwa “bahaya-bahaya dari bencana harus dipahami”, pemahaman bahaya-bahaya mencakup memahai tentang bagaimana bahaya itu muncul, kemungkinan terjadinya dan besarnya, mekanisme fisik kerusakan, elemen-elemen dan aktivitas-aktivitas yang paling rentan terhadap pengaruh-pengaruhnya, konsekuensi-konsekuensi kerusakan.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

(17)

kearifan arsitektur Rumah Gadang Minangkabau dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana gempabumi dikalangan peserta didik di Kota Padang. Dengan demikian pembelajaran IPS akan lebih kontekstual yaitu lebih mendahulukan lingkungan terdekat sebagai sumber dan materi pembelajaran dapat dilaksanakan.

b. Manfaat Praktis

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi berkaitan dengan urutan yang ditempuh supaya hasil penelitian memenuhi ciri-ciri ilmiah. Isi bagian ini meliputi : metode, populasi dan sampel, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen, teknik analisis, serta alur kegiatan penelitian.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pemanfaatan kearifan arsitektur rumah gadang minangkabau sebagai sumber pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk uraian melalui metode naturalistik.

(19)

Menurut Creswell (1985:5) :

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradistions of inquiry that explore a social or human problem, the researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, report detailed views of informants, and conducts, the study in natural setting.

Senada dengan Lincoln dan Guba (1985:5) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Karena berorientasi pada etnografi dan proses pembelajaran, maka bentuk penelitian ini adalah naturalistik.

(20)

Naturalistik disebut juga naturalistik inquiry (Lincoln dan Guba, 1985:39) karena ciri yang menonjol dari penelitian ini adalah cara pengamatan dan pengumpulan datanya dilakukan dalam latar/ seting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subyek yang diteliti (sebagaimana adanya/natur). Tujuan penelitian naturalistik adalah untuk mengetahui aktivitas, realitas sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak diungkap melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu

B. Jenis data, teknik dan Instrumen Penelitian

1. Jenis Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (Maleong, 2010:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Merujuk dari pandangan Holbrook dan Atkinson (Maryaeni 2005:60) berbicara tentang data tidak dapat mengabaikan languange, knowledge and power. Konsep languange terkait dengan tekstualisasi, knowledge dengan perspektif, dan power dengan kebermaknaan data penelitian sebagai landasan empiris dalam usaha memanfaatkan hasil penelitian bagi peningkatan kualitas kehidupan.

2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian a. Observasi

(21)

(2010:105), observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik lansung maupun tidak lansung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Selanjutnya dijelaskan bahwa, “secara lansung adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh panca indra. Sedangkan secara tidak lansung adalah pengamatan yang dibantu melalui visual/ audio visual, misalnya teleskop, handicam dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti mengunakan alat bantu visual yang berupa camera digital. Alat tersebut sangat penting bagi peneliti guna mendukung analisis data melalui hasil pengambilan gambar tentang situasi yang terjadi pada saat observasi dilaksanakan. Termasuk gambar yang direkam pada saat peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan.

“Dalam konteks penelitian kualitatif, teknik observasi tidak untuk menguji kebenaran tetapi untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan aspek atau kategori sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti” (Satori dan Komariah 2010:106). Teknik observasi terhadap kearifan lokal yang tercermin dari arsitektur rumah gadang ini diharapkan dapat mengungkapkan fakta secara lebih mendalam dan luas guna mendapatkan makna yang terkandung di dalamnya untuk keperluan pengembangan sumber pembelajaran IPS.

b. Wawancara

(22)

mengkontruksi tuntuan, kepedulian dan lain-lain kebulatan, merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami pada masa yang akan datang memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Pembagian wawancara yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (Maleong, 2010:188) pembagian antara lain :

1) Wawancara oleh tim atau panel

Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai. Jika cara ini digunakan hendaknya pada awalnya sudah dimintakan kesepakatan dan persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak keberatan diwawancarai oleh dua orang. Dipihak lain, seseorang pewawancara dapat saja memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancari sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.

2) Wawancara tertutup dan wawancara terbuka

(23)

3) Wawancara riwayat secara lisan

Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya dan lain-lain. Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga terwawancara berbicara terus menerus, sedangkan pewawancara duduk mendengarkan dengan baik siselingi dengan sekali-kali mengajukan pertanyaan.

4) Wawancara terstruktur dan tak terstruktur.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.

Sumber data dalam penelitian ini adalah diperoleh dari data utama (primer) yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari tokoh masyarakat dan pihak sekolah melalui wawancara mendalam. Seperti yang dikatakan Moleong (2009:78) bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama/ data primer suatu penelitian.

(24)

a. Informan :

1) Sukarni Sardin (65 Tahun) dari Luhak Tanah Datar 2) Herwinas (58 tahun) dari Luhak Tanah Datar 3) Sidi Nawin (70 tahun) dari Luhak Agam

4) Dt. Bijo Nan Hitam (55 tahun) dari Luhak 50 Kota 5) Nasrul Mandahiliang (72 tahun) dari Luhak 50 Kot 6) Ani (usia 75 tahun) usia rumah gadang sekitar 150 tahun 7) Nurbaiti (usia 75 tahun) usia rumah gadang sekitar 250 tahun 8) Siti Hawa (usia 75 tahun) usia rumah gadang sekitar 100 tahun 9) Buliah Intan (usia 75 tahun) usia rumah gadang sekitar 150 tahun 10) Rosmanidar (usia 75 tahun) usia rumah gadang sekitar 200 tahun b. Responden

1) Guru IPS kelas VI SDN 27 Padang : Harnis, S.Pd 2) Peserta didik kelas VI SDN 27 Padang

3) Eko Alvares (60 tahun) Dosen arsitektur Universitas Bung Hatta

(25)
(26)

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi menurut Satori dan Komariah (2010:149) adalah kegiatan mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian, lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

d. Studi Literatur

Dilakukan untuk mencari informasi atau data-data yang berhubungan dengan penelitian, baik sebelum, selama dan setelah penelitian berlangsung. Informasi atau data-data tersebut diperoleh melalui internet, buku- buku yang terkait, jurnal-jurnal kebudayaan, dan penelitian-penelitian sebelumnya baik yang diterbitkan ataupun tidak sehingga diharapkan penelitian ini memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

(27)

Dalam penelitian kualitatif tidak relevan bila peneliti membatasi informan dengan menentukan besaran ukuran informan dengan perhitungan statistik, karena belum tentu yang terjaring dalamperhitungan tersebut dapat menjawab permasalahan penelitian atau bahkan terlalu banyak. Dilakukan proses seleksi dimana menurut Satori (2011:47) adalah proses mendapatkan orang, situasi, kegiatan/aktivitas, dokumen yang diperoleh dari sejumlah orang yang dapat mengungkapkannya atau dokumen yang banyak lalu dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan untuk orang bergulir sesuai dengan permasalahan.

Untuk memperoleh orang-orang yang memenuhi kriteria seperti itu, peneliti mencoba menggunakan teknik “purposive sampling”. Peneliti mencoba menemui subjek yang sesuai tujuan yaitu orang-orang yang mengetahui arsitektur rumah gadang, menemui orang yang bertempat di rumah gadang selama puluhan tahun dan orang yang mengetahui proses pembelajaran IPS.

Mengenai lokasi, penelitian ini akan dilakukan di Kota padang dan SDN 27 Kota Padang sesuai dengan tujuan penelitian. Berbagai pertimbangan telah dikaji dalam menentukan lokasi penelitian ini

a) Kearifan arsitektur rumah gadang memiliki nilai strategi yang dapat dikembangkan sebagai pemahaman mitigasi bencana gempabumi. Kearifan arsitektur rumah gadang memiliki beragam nilai budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, khususnya di SDN 27 Kota Padang

(28)

berada di sekitar sekolah. Guru belum berusaha mendekatkan peserta didik dengan budaya setempat dengan mengembangkan budaya lokal sebagai salah satu kajian dalam proses pembelajaran

c) Mulai tercerabutnya peserta didik dari akar budayanya, digantikan dengan budaya global yang kadang bertentangan dengan budaya yang dimilikinya. Bukan hanya di perkotaan, kegandrungan pada budaya luar juga telah merambah ke wilayah ini.

D. Prosedur Penelitian

Agar penelitian ini bisa berjalan dengan baik, maka disusun prosedur penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pra penelitian

(29)

pengetahuan. Dalam konteks pendidikan secara praktis sebuah hasil penelitian dapat dimanfaatkan dalam pendidikan, khusunya pendidikan IPS.

Pada kegiatan pra penelitian, peneliti berusaha menghimpun data awal yang dibutuhkan serta menentukan calon informan sebagai sumber penting untuk mengungkapkan data yang dibutuhkan. Selain itu, mengidentifikasi sumber data non manusia yang kemungkinan bisa dijadikan sumber pendukung pengumpulan data penelitian

b. Penyusunan proposal

Setelah mengkaji masalah serta melakukan pra penelitian, peneliti melanjutkan pada tahap penyusunan proposal penelitian hingga mengajukan serta mengikuti seminar proposal sebagai tahapan penting yang harus diikuti sebelum menuju tahap penelitian selanjutnya

c. Penyusunan surat perizinan

Tahap persiapan ketiga adalah pengurusan surat izin penelitian. Tahapan ini didahului dengan pengajuan pembimbing penulisan karya ilmiah, pengantar penelitian dan diakhiri dengan pengajuan izin penelitian terhadap lembaga yang memilki otoritas atas lokasi yang dijadikan penelitia tersebut.

2. Tahap pelaksanaan

(30)

pencaharian dan penggalian data dan informasi dari aspek yang diteliti sesuai dengan harapan peneliti atau tujuan penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengumpulan data yang berkenaan kearifan arsitektur rumah gadang Minangkabau untuk meningkatkan pemahaman mitigasi bencana gempabumi dan pelaksanaan pemanfaatan kearifan arsitektur rumah gadang dalam pembelajaran IPS di SDN 27 Kota Padang.

3. Tahap pelaporan

Tahap pelaporan merupakan rangkaian kegiatan setelah data penelitian berhasil dikumpulkan. Tahap ini dimulai dengan kegiatan menyusun mendeskripsikan, mengeksplanasi, dan menganalisis data serta menyusun laporan penelitian.

E.Teknik Analisa Data

Analisis dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah: 1. Reduksi Data

Yaitu dengan cara merangkum hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian kita. Usman (1998).

2. Display Data

(31)

3. Interpretasi Data

Yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan untuk menentukan makna terkandung didalamnya yang kemudian dipaparkan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dimengerti.

4. Pengambilan Keputusan

Yaitu data yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dimengerti, kemudian peneliti menarik kesimpulan yang akhirnya akan menjadi hasil penelitian.

Validasi data penelitian merupakan tahapan penting dalam penelitian kualitatif dengan tujuan untuk membeuktikan bahwa apa yang diteliti dan apa yang dijelaskan oleh peneliti sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Untuk tujuan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data melalui :

1. Triangulasi

(32)

2. Member check

Member check adalah pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan. Validasi data dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada responden untuk mengadakan penilaian terhadap keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan mengeceknya dengan data dari pihak responden sendiri. Caranya dengan memberikan laporan tertulis mengenai wawancara yang telah dilakukan untuk dibaca oleh responden agar diperbaiki yang salah atau menambahkan data yang belum lengkap.

3. Audit trail

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data lapangan, pengamatan, wawancara dengan penduduk serta kajian pustaka dapat disimpulkan bahwa:

(34)
(35)

B. REKOMENDASI

Dengan hasil penelitian di atas, ada beberapa rekomendasi yang harus disampaikan kepada pihak terbut berikut :

1. Untuk pihak sekolah, pentingnya nilai-nilai lokal dalam pembelajaran IPS

mengharuskan sekolah memiliki kepedulian terhadap sumber pembelajaran tersebut. Kepedulian dapat diwujudkan dalam bentuk mengembangkan kurikulum sekolah sesuai dengan landasan hukum pengembangan kurikulum tanpa mengabaikan realita yang ada di lingkungan sekitarnya. Dan juga memberikan kesempatan pada guru IPS untuk mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu pewarisan nilai budaya

2. Bagi instansi dan lembaga terkait, kearifan lokal yang telah berkembang sejak

dahulu dapat pada bangunan ini harus dikemas menjadi suatu kriteria desain yang disosialisasikan pada masyarakat agar dapat diterapkan bila masyarakat membangun atau memelihara bangunannya.Pembangunan pada lokasi rawan gempa hendaknya mensosialisasikan sistem struktur dan konstruksi bangunan yang berbasis indigenous knowledge yang merespon terhadap gempa. Apabila masyarakat ingin membangun rumah tembok sebaiknya dilakukan pengawasan dan pengarahan dari pemerintah ataupun masyarakat setempat yang mengetahui prinsip-prinsip bangunan tahan gempa

3. Bagi penelitian selanjutnya, dalam kearifan arsitektur rumah gadang

(36)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku :

Anderson, L.W dan David R Krathwohl. 2010. Kerangka landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Anonim, Gempabumi dan Tsunami. Bandung: Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Anonim, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Letusan Gunung Berapi dan Gempa Bumi. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Penataan Ruang.

Anonim, Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Azrial, Yulfian. (1994). Budaya Alam Minangkabau. Padang. Angkasa Raya Bloom, B.S. 1979. Taxonomy of Educational Objectives, the classification of

educational goal, hand book :cognitif domain. USA : Longman Inc Budihardjo. Eko. (2004). Arsitektur dan Kota di Indonesia. Bandung. Alumni Boen, Teddy. Manual Bangunan Tahan Gempa (Rumah Tinggal). Jakarta:

Teddy Boen & Rekan, 1978

Coburn, A. W. Dkk. (1994). Mitigasi Bencana II. Program Pelatihan Manajemen Bencana. Cambridge-United Kingdom: DHA-UNDP Direktorat Geologi, Bandung.

Couto, Nasbahry. 2008. Budaya Visual Seni Tradisi Minangkabau. Padang. UNP Press

Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga

Depdiknas. (2008). Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

(37)

Hasan, Hasmudi. 2004. Ragam Rumah Adat Minangkabau : Falsafah,

Pembangunan dan Kegunaan. Jakarta. Yayasan Citra Pendidikan

Indonesia

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Aditama

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta Maryani, E (2011). Pengembangan Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan

Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara Mutakin, Awan. (2008). Individu, Masyarakat dan Perubahan Sosial.Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia press.

Namawi, Hadari. (1992). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM Press

Navis, A.A. 1984. Alam Takambang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta. Grafiti Press

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung. PT Rosdakarya

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta

Sauri, Sofyan dan Achmad Hufad. (2007). Ilmu Aplikasi Pendidikan bagian 3 : Pendidikan Nilai. Bandung. Imperial Bhakti Utama

Sadisun, Imam, A. Smart SOP Dalam Mitigasi dan Penanganan Bencana Alam Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-ITB

Soelaeman, Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar. Bandung. Refika Aditama Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. (2010). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung. Alfabeta

_________________ (2002). Konsep Dasar IPS. UT. Jakarta

(38)

Syamsidar. (1991). Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Barat. Dekdikbud

Sumantri,M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung. Rosda Karya

Suwanda. (2011). Desain Penelitian Eksperimen untuk Penelitian Ilmiah. Bandung. Alfabeta

Sabandar, J. (2003). Pendekatan Konstektual dalam Pembelajaran Matematika. Universitas Pendidikan Indonesia

Sanjaya, Mina. (2006). Strategi Pembelajaran:Beroientasi standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Zulkarnain. (1995). Budaya Alam Minangkabau. Bukittinggi. Usaha Ikhlas

2. Tesis dan disertasi :

Alesyanti. 2003. Revitalisasi Nilai Moral Sosial Adat Minangkabau dalam Kehidupan Keluarga (Studi Deskriptif pada Beberapa Keluarga Minangkabau)

Effendi, Agus S. 2011. Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Bandung. UPI (Tesis) Tidak Diterbitkan

Hermawan. Iwan. 2009. Kearifan Lokal Sunda dalam Pendidikan (Kajian terhadap Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Sunda dalam Pendidikan IPS di Sekolah Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Bandung. UPI (Disertasi) Tidak Diterbitkan

Junaedi. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok pada Materi Kalor untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep Siswa SMA. Bandung. UPI (thesis) Tidak Diterbitkan

3. Jurnal dan makalah

(39)

Ismail, M, Sukardi dan Su’ud Surachman. 2010. Pengembangan pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal masyarakat Sasak : ke arah sikap dan perilaku berdemokrasi siswa SMP/MTS. Universitas Mataram

ITB, Departemen Arsitektur. 1979. Arsitektur Minangkabau. Laporan kuliah lapangan mahasiswa.

Maryani. 2007. Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat Daerah rawan Bencana di Jawa Barat. UPI

Pribadi, Krishna S.dan Ayu Krishna Yuliawati.1999. Pendidikan Siaga Bencana Gempa Bumi Sebagai Upaya Meningkatkan Keselamatan Siswa (Studi Kasus Pada SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2 Kabupaten Bandung).

Rahmat, Agus. (2008). Manajemen dan Mitigasi Bencana. UPI

Romansa, dkk. 2008. “Kajian Sistem Struktur Dan Konstruksi Bangunan Pada Rumah Gadang (Tradisional) Dt. Bandaro Kuniang Di Batu Sangkar” Seminar arsitektur Kajian Sistem Struktur Dan Konstruksi Bangunan Pada Rumah Gadang DT.Bandaro Kuniang di Batusangkar

Suastra, I Wayan. 2010. Model Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal untuk mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan nilai Kearifan Lokal di SMP. Universitas Pendidikan Ganesha

Sumaatmadja, N. (2004). Strategi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Perspektif Keruangan Membina Cinta Tanah Air dalam Konteks Negara Kesatuan RI. JPIS. 22 (XII). Hal 16-22

Strategi International untuk Pengurangan Bencana (ISDR). 2008. Kearifan Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana: Praktik-praktik yang Baik dan Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Pengalamanpengalaman di Kawasan Asia-Pasifik. Universitas Kyoto – Universitas Eropa

Triyadi,Sugeng, Iwan Sudradjat dan Andi Harapan. 2010. Kearifan Lokal pada Bangunan Rumah Vernakular di Bengkulu dalam Merespon Gampa; Studi Kasus: Rumah Vernakular di Desa Duku Ulu. Local Wisdom Vol. II, No. 1, hal: 1-7

(40)

4. Internet :

Djuni. 2009. Pendidikan siaga Bencana. [online] tersedia http://mpbi.org/content/pendidikan-siaga-bencana. [1 November 2011] Hermawan, Iwan (2008). Kearifan Lokal dalam Pengurangan Risiko

Bencana: praktik-praktik yang Baik dan Pengajaran yang dapat Dipetik

dari Pengalaman-Pengalaman di Kawasan

Asia-Pasifik.[online].Bangkok. Tersedia : http://www.planasprb.net/ diakses pada 4 Maret 2010

Junaidi, Wawan. (2009). Konsep Nilai Budaya. [online]. Tersedia :http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/konsep-nilai-budaya.html {7April2011}

Republika Newsroom. Selasa, 06 Oktober 2009. Gedung Sekolah Rusak Akibat Gempa 1.929 Unit. Republika online. Tersedia : http://koran.republika.co.id/berita/80546/Gedung_Sekolah_Rusak_Akib at_Gempa_1_929_Unit [22 Oktober 2011]

Maryani, E. Model Sosialisasi Mitigasi Pada Masyarakat Daerah Rawan

Bencana di Jawa Barat. [online] tersedia

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1960012 11985032-ENOK_MARYANI/mITIGASIArtikel.pdf [19 Januari 2012] Setiyowati, Ernaning. 2008. Arsitektur Rumah Gadang. [online] tersedia

http://ninkarch.files.wordpress.com/2008/11/ars-vern-minangkabau.pdf. [4 juni 2011

Suryana, J. (2010) ‘Prasi, Kearifan Lokal Masyarakat Bali’, April 2010. Pada:

http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/08/prasi-kearifan-lokal-masyarakat-bali/. [23 April 2010]

Suyatna, Agus dkk. (2010). Pengembangan Program Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Kebumian Bagi siswa SMP. [online]. Tersedia : http://blog.unila.ac.id/asuyatna/2010/05/17/. [1 Desember 2010].

Yovita, Wanda (2009). Arsitektur Minangkabau dan Adaptasinya dengan

Alam dan Budaya. [online]. Tersedia

Gambar

Gambar satu melintang jalan dan pada gambar 2 menghadap jalan ....147
Tabel 1.1 Peristiwa gempabumi di Indonesia pada tahun 2004-2009

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fokus penelitian yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan poster film Demi

Demikian halnya di masing-masing kelurahan, pada tahun 2012 rasio jenis kelamin rata-rata nilainya lebih dari 100, kecuali Kelurahan Petuk Ketimpun yang rasio jenis

Analisis kontribusi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak hotel terhadap

Struktur geologi daerah Kali Lutut dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi kelompok sesar turun pada Batuan Dasar yang terjadi pada Eosen- Oligosen, kelompok sesar naik

pengurang penghasilan bruto menurut fiskal maka rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang

Metode Mendidik Anak Menurut Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan (Telaah Buku Pendidikan Anak dalam Islam Pasal Metode Pendidikan yang Berpengaruh pada Anak).. Skripsi, Jurusan

Penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan hubungan antara lama permainan game online dengan gangguan pola tidur pada mahasiswa Poso di

Salah satu hak yang penting dalam ICESCR adalah Labor Rights atau Hak Perburuhan. Hak-hak ini di antaranya; pertama, bayaran yang memberikan semua pekerja,