Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERLINDUNGAN KOROSI BAJA KARBON DALAM LINGKUNGAN SESUAI
KONDISI PIPA PENGEBORAN MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BAWANG
PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sains di Bidang Kimia
Fitri Puspitasari
0905675
PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2013
PERLINDUNGAN KOROSI BAJA KARBON DALAM LINGKUNGAN SESUAI
KONDISI PIPA PENGEBORAN MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BAWANG
PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR
Oleh
Fitri Puspitasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
© Fitri Puspitasari
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
FITRI PUSPITASARI
PERLINDUNGAN KOROSI BAJA KARBON DALAM LINGKUNGAN SESUAI
KONDISI PIPA PENGEBORAN MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BAWANG
PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Dr. Yayan Sunarya, M,Si.
NIP. 196102081990031004
Pembimbing II
Dr.Iqbal Musthapa, M.Si
NIP. 197512232001121001
Mengetahui,
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dr.rer.nat. Ahmad Mudzakir, M.Si
NIP. 1966112211991031002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN KOROSI BAJA KARBON DALAM LINGKUNGAN SESUAI KONDISI PIPA PENGEBORAN
MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI
ALTERNATIF INHIBITOR” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di
dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
i
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pada pertambangan minyak bumi, minyak mentah yang dihasilkan masih bercampur dengan garam-garam anorganik dan gas yang bersifat asam. Campuran material tersebut jika bercampur dengan air akan menjadi media yang sangat korosif terhadap pipa baja karbon. Oleh karena itu dibutuhkan penanggulangan untuk meminimalisir terjadinya korosi, yaitu dengan menggunakan inhibitor organik yang tersedia di alam yang lebih ramah lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai alternatif inhibitor terhadap korosi baja karbon API-5L dalam media NaCl 1% dengan penambahan buffer asetat pH 4 jenuh CO2. Metode yang digunakan untuk menguji aktifitas inhibisi ekstrak bawang putih adalah EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) dan polarisasi Tafel. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, bawang putih mengandung sejumlah senyawa organik seperti alkaloid dan flavonoid serta senyawa aromatik lain yang mengandung molekul nitrogen, oksigen, asam amino, sulfur, atau ikatan rangkap yang memungkinkan menjadikan bawang putih sebagai alternatif inhibitor. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa efisiensi inhibisi maksimum terjadi pada konsentrasi inhibitor maksimum, 250 ppm, dengan %EI mencapai 91,87% pada suhu kamar. Pada suhu lebih tinggi 55 oC, efisiensi inhibisi juga meningkat hingga 97,81%, pada konsentrasi ektrak bawang putih yang sama yakni 250 ppm. Laju korosi tanpa inhibitor berkisar pada rentang 1,447-9,105 mm/y, sedangkan laju korosi dengan adanya inhibitor berkisar pada rentang 0,433-0,489 mm/y. Interaksi antara permukaan logam dengan molekul inhibitor adalah fisiosorpsi dengan nilai ΔGads sebesar -18,818 kJ/mol mengikuti isotherm Freundlich. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor korosi.
ii
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
In the petroleum, crude oil is still mixed with anorganic mineral salt and acidic gas. The mixture materials will be very corrosive to the carbon steel pipe when it mixed with water. Therefore, a way to minimalize carbon steel pipe corrosion is needed, that is using organic corrosion inhibitor or green inhibitor which are readily available. This present work is using garlic (Allium sativa L.) as inhibitor of carbon steel API-5L corrosion in the medium of Sodium Chloride 1% mixed with acetic buffer pH 4 and saturated CO2. Methode of EIS (Electrochemical Impedance
Spectroscopy) and Tafel polarization are used to test the inhibition activity of (Allium sativa L.). Allium sativa L. is containing a number of organic compounds such as alkaloids, flavonoids, and
othe aromatic compounds which are containing molecule of nitrogene, oksygen, amino acid, sulfur, or double bond molecule that can be used as inhibitor. The results shown that maximum efficiency of inhibition occurs at the maximum concentration of inhibitor, 250 ppm, which is reach attain 91,8% at room temperature. The corrosion rate of carbon steel at 25-55ºC with addition of inhibitor garlic (Allium sativa L.) extract decrease significantly. The corrosion rate without addition of inhibitor is approximately 1,477 – 9,105 mm/y, meanwhile with addition of inhibitor is approximately 0,433 – 0, 489 mm/y. Interaction between metal surface and molecule
of inhibitor is identified as physics adsorption with value of ∆Gads is -18,818 kJ/mol and follows Freundlich adsorption isotherm. Thus can be conclude that Allium sativa L.extract can be used as alternative corrosion inhibitor.
iii
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan kasih sayang dan
pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN
KOROSI BAJA KARBON DALAM LINGKUNGAN SESUAI KONDISI PIPA
PENGEBORAN MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BAWANG PUTIH (Allium sativum
L.) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada suri tauladan sepanjang zaman, Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini juga diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. Skripsi ini disusun dalam lima bab sebagai laporan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Bab 1 membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
dan manfaat penelitian yang dilakukan. Adapun bab 2 menekankan pada tinjauan pustaka. Bab 3
membahas mengenai desain penelitian, alat dan bahan, serta cara kerja penelitian yang
dilakukan. Sebagai hasil penelitian dan kesimpulan, dibahas pada bab 4 dan bab 5 disertai
dengan lampiran yang menyertakan data-data yang tidak ditampilkan dalam bab 4.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Penulis juga
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
iv
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan baik moral maupun materil, dukungan
dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
ternilai dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr.Yayan Sunarya, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Dr.Iqbal Musthapa, M.Si., selaku
dosen pembimbing II yang senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan, dorongan,
nasihat, ilmu – ilmu yang bermanfaat serta motivasi kepada penulis.
2. Dr.Ahmad Mudzakir, M.Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Kimia dan Dr.Ratnaningsih
Eko S, M.Si., selaku ketua program studi Kimia FPMIPA UPI.
3. Dr.H.Hayat Sholihin, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak
masukan dan motivasi selama masa perkuliahan.
4. Dr.H.Bunbun Bundjali dan seluruh Laboran Kimia ITB atas bantuan dan kerjasamanya
selama melakukan penelitian di Laboratorium Kimia ITB.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Kimia serta seluruh staf Laboran Jurusan
Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Orang tua tercinta Khairul Anwar, B.Sc. dan Sasmiyetti, S.Pd. yang tak kenal lelah berjuang
dan memberikan doa hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Rekan satu tim, Tiurma Sagita Siahaan dan rekan angkatan 2009 yang selalu memberikan
saran dan motivasi selama masa perkuliahan serta kerjasamanya selama penelitian.
Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
v
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bandung, Agustus 2013
v Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
2.3 Bahan Alam Sebagai Alternatif Inhibitor Korosi ... 12
2.4 Bawang Putih (Allium sativum L.) ... 13
2.5 Metode Pengukuran Korosi ... 15
2.5.1 Metode Spektroskopi Impedansi Elektrokimia ... 15
2.5.2 Metode Polarisasi Potensiodinamik ... 17
2.6 Efisiensi Inhibisi ... 18
2.7 Isoterm Adsorpsi ... 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 22
vi Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2.1 Alat ... 23
3.2.2 Bahan ... 24
3.3 Ekstraksi Senyawa yang Terkandung dalam Bawang Putih ... 24
3.3.1 Ekstraksi Cara Dingin (Maserasi) ... 24
3.3.2 Ekstraksi Cara Panas (Refluks) ... 25
3.4 Karakterisasi Hasil Ekstraksi ... 25
3.4.1 Uji KLT … ... 25
3.4.2 Uji Skrining Fitokimia ... 25
3.4.3 Karakterisasi Gugus Fungsi dengan FTIR ... 26
3.5 Persiapan Sampel Uji Korosi ... 27
3.5.1 Persiapan Material ... 27
3.5.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk Inhibitor ... 27
3.6 Pengukuran Laju Korosi ... 27
3.6.1 Open Circuit Potential (OCP) ... 27
3.6.2 Uji Impedansi dengan Metoda EIS ... 27
3.6.3 Uji Polarisasi dengan Metode Tafel ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Senyawa dari Bawang Putih ... 29
4.1.1 Preparasi Sampel Bawang Putih ... 29
4.1.2 Ekstraksi Senyawa ... 29
4.1.2.1 Ekstraksi Cara Dingin (Maserasi) ... 30
4.1.2.2 Ekstraksi Cara Panas (Refluks) ... 31
4.2 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi ... 32
4.2.1 Uji KLT ... 32
4.2.2 Uji Skrining Fitokimia ... 33
4.2.3 Identifikasi Gugus Fungsi dengan FTIR ... 33
4.3 Proses Korosi Baja Karbon dalam Medium NaCl 1% pH 4 Jenuh CO2 ... 36
4.4 Potensi Ekstrak Bawang Putih sebagai Inhibitor Korosi ... 36
4.4.1 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih terhadap Proses Korosi ... 37
4.4.2 Pengaruh Temperatur terhadap Korosi Baja Karbon ... 41
4.4.3 Peran Ekstrak Bawang Putih sebagai Inhibitor Korosi ... 43
vii Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LAMPIRAN ... 55
2.9 Skema Sirkuit Elektrokimia EIS ... 16
2.10 Kurva Polarisasi Anodik dan Katodik yang Diekstrapolasi dengan Persamaan Tafel ... 18
3.1 Diagram Alir Penelitian ... 23
4.1 Bawang Putih yang Sudah Dihaluskan ... 29
4.2 Hasil Ekstraksi dengan Cara Maserasi ... 30
4.3 Hasil Ekstraksi dengan Cara Refluks ... 31
4.4 Hasil Pemisahan Ekstrak Etanol Bawang Putih Produk Maserasi (M) dan Produk Refluks (R) ... 32
4.5 Spektra FTIR untuk Ekstrak Etanol Bawang Putih Hasil Maserasi ... 34
4.6 Spektra FTIR untuk Ekstrak Etanol Bawang Putih Hasil Refluks ... 34
viii Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1% pH 4 Jenuh CO2 pada Berbagai Suhu ... 36
4.8 Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ektrak Bawang Putih terhadap Spektra Impedansi Baja Karbon pada Suhu 55oC ... 38
4.9 Ekstrapolasi Tafel dalam Variasi Konsentrasi pada Suhu 55°C ... 40
4.10 Ekstrapolasi Tafel Tanpa Inhibitor dalam Variasi Suhu ... 41
4.11 Ekstrapolasi Tafel dengan Inhibitor 250 ppm dalam Variasi Suhu ... 42
4.12 Laju Korosi Baja Karbon Sebelum dan Setelah Penambahan
Inhibitor ... 43
4.13 Isoterm Adsorpsi Freundlich Ekstrak Bawang Putih pada Permukaan Baja Karbon dalam Medium Larutan NaCl 1%
pH 4 Jenuh CO2 ... 46
4.14 Aluran dari Persamaan Arrhenius ... 47
4.15 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap Efisiensi Inhibisi
pada Suhu 25oC ... 49
4.16 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap Efisiensi Inhibisi
ix Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Bawang Putih ... 33
4.2 Perbandingan Pita Serapan pada Spektra FTIR Produk Ekstraksi
Etanol Bawang Putih dengan Cara Refluks dan Maserasi ... 35
4.3 Pengaruh Konsentrasi Inhibitor terhadap Tahanan Larutan (Rs), Tahanan Transfer Muatan (Rct) dan Kapasitansi Lapis Rangkap (Cdl) pada Suhu 55oC ... 38
4.4 Perbandingan Pergeseran Potensial Korosi dalam Media Tanpa
Inhibitor dan dengan Pembahan Inhibitor 250 ppm ... 42
4.5 Konsentrasi Inhibitor dan Fraksi Permukaan Baja Karbon
x Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : DATA DAN PERHITUNGAN ... 55
LAMPIRAN II : DATA HASIL PENGUKURAN LAJU KOROSI ... 56
LAMPIRAN III : SPEKTRA EIS DAN TAFEL ... 59
1 Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korosi adalah proses degradasi material khususnya logam akibat reaksi
dengan lingkungan yang bersifat korosif. Pada sumur produksi minyak bumi,
sistem perpipaan transportasi dan sumur produksi minyak mentah (crude oil)
sangat rentan terhadap korosi akibat keberadaan garam-garam anorganik (garam
klorida, sulfat, dan karbonat); asam-asam organik dengan berat molekul rendah
(asam format, asetat, dan propanoat); serta adanya gas CO2 dan H2S. Berdasarkan
data lapangan, kondisi dalam sumur produksi minyak bumi yaitu: temperatur
berkisar antara 330K – 380K; pH media: 3,5–5,5; tekanan CO2/H2S antara 0,04
atm – 0,10 atm; dan konsentrasi ion-ion Cl-: 10000 ppm – 25000 ppm (P.I. Nice,
dalam Yayan Sunarya, 2008). Pada kondisi demikian, korosi pada pipa sumur
produksi minyak bumi akan sangat mungkin terjadi dan menjadi masalah yang
serius baik dari segi ekonomi maupun lingkungan industri minyak bumi.
Berdasarkan data NACE (National Association Of Corrotion Engineers),
biaya yang dikeluarkan oleh USA untuk penanggulangan korosi pada eksplorasi
dan pemurnian minyak dan gas sebesar $1,4 milyar (Haslim, A.B.J., 2012). Maka
dari itu perlu dilakukan proses pengendalian korosi yang lebih efektif untuk
meminimalisir biaya penanggulangan korosi. Korosi dapat dikendalikan dengan
berbagai cara antara lain dengan pelapisan (coating), proteksi katodik, dan dengan
penambahan suatu inhibitor korosi. Korosi pada permukaan bagian luar pipa dapat
diatasi dengan pelapisan (coating) dan proteksi katodik, sedangkan pada
permukaan bagian dalam pipa hanya dapat dikendalikan dengan cara
menambahkan inhibitor korosi. Inhibitor korosi didefinisikan sebagai suatu zat
yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan
menurunkan serangan korosi lingkungan terhadap logam (Hermawan, B., 2007).
Inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang
mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit,
kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina.
2
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
relatif mahal, dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu penggunaan inhibitor yang
aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah
lingkungan sangatlah diperlukan.
Bahan kimia yang berpotensi sebagai inhibitor korosi logam yang aman,
mudah didapatkan, dan murah adalah yang berasal dari bahan alam yang dapat
disebut sebagai inhibitor organik. Umumnya senyawa inhibitor organik yang
digunakan adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen, posfor, oksigen dan
sulfur yang mempunyai pasangan elektron bebas. Pasangan elektron bebas akan
berperan sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam
dan akan membentuk lapisan protektif yang akan menghambat laju korosi.
Beberapa ekstrak tanaman dilaporkan mengandung senyawa organik yang
memiliki kemampuan mengurangi laju korosi pada berbagai logam, diantaranya
tanaman kentang yang mengandung senyawa aktif inhibitor yaitu solasodin
(Bothi, R.P. dan Sethuraman, M.,2009).
Di Indonesia, dengan keberadaan rempah-rempah yang sangat melimpah
maka potensi tersebut haruslah dimaksimalkan untuk meningkatkan nilai
ekonomisnya. Rempah-rempah mengandung berpuluh-puluh komponen kimia
yang belum semua terungkap manfaatnya. Salah satu rempah yang sudah banyak
dikenal adalah bawang putih. Bawang putih (Allium sativum L.) mempunyai
karakter bau sulfur yang khas yang akan keluar setelah bawang putih dipotong
atau dihancurkan. Golongan senyawa pada bawang putih yang diperkirakan
berpotensi sebagai inhibitor korosi, seperti allisin, alliin, dialil disulfida, dan
ajoene. Dalam bawang putih, keberadaan senyawa-senyawa yang mengandung
atom S dan O yang memiliki pasangan elektron bebas diasumsikan akan berperan
sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam dan akan
membentuk lapisan protektif yang akan menghambat laju korosi. Dengan
demikian, diharapkan bawang putih dapat dijadikan sebagai alternatif inhibitor
pada proses korosi baja karbon dalam medium yang sesuai dengan kondisi pipa
3
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode ekstraksi apakah yang sesuai untuk menghasilkan ekstrak bawang
putih yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi baja karbon pada
media yang sesuai dengan kondisi pipa pengeboran minyak bumi?
2. Bagaimana efektifitas ektrak bawang putih sebagai inhibitor korosi baja
karbon pada media yang sesuai dengan kondisi pipa pengeboran minyak
bumi?
3. Bagaimana pengaruh temperatur terhadap proses korosi baja karbon pada
media yang sesuai dengan kondisi pipa pengeboran minyak bumi dengan
adanya penambahan inhibitor?
4. Bagaimana potensi ekstrak bawang putih sebagai inhibitor korosi baja
karbon pada media yang sesuai dengan kondisi pipa pengeboran minyak
bumi?
5. Bagaimana mekanisme inhibisi senyawa hasil ekstraksi bawang putih pada
proses inhibitor korosi baja karbon pada media yang sesuai dengan kondisi
pipa pengeboran minyak bumi?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan dengan lebih terarah dan mencapai sasaran
yang diharapkan maka dalam penelitian ini variabel-variabel yang dikaji dibatasi
dalam beberapa hal. Adapun batasan – batasan masalahnya sebagai berikut:
1. Logam yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian adalah baja
karbon API 5L-X65 yang digunakan pada pipa pengeboran minyak
bumi.
2. pH yang digunakan dalam medium larutan NaCl 1% adalah pH 4.
3. Kondisi medium larutan NaCl 1% pH 4 pada tekanan atmosfer dan
temperatur tetap dari 25°C, 35°C, 45°C, dan 55°C.
4. Variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 20 ppm sampai 250
4
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas inhibisi korosi yaitu
metode EIS dan Tafel.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi ekstrak
bawang putih sebagai alternatif green inhibitor korosi baja karbon dalam
lingkungan sesuai kondisi pipa pengeboran minyak bumi. Secara khusus,
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memanfaatkan rempah-rempah yang keberadaan sangat melimpah di
Indonesia.
2. Mengatasi permasalahan korosi logam khususnya pada proses
pengeboran minyak bumi.
3. Mengetahui mekanisme dan efisiensi dari ekstrak bawang putih dalam
menginhibisi korosi baja karbon dalam lingkungan sesuai kondisi pipa
pengeboran minyak bumi.
1.5 Manfaat Penelitian
Beberapa luaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Meningkatnya nilai ekonomis dari kekayaan rempah-rempah yang ada
di Indonesia terutama bawang putih melalui pemanfaatannya sebagai
inhibitor korosi yang ramah lingkungan (green inhibitor).
2. Menghasilkan alternatif green inhibitor korosi yang ramah lingkungan
22 Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi senyawa hasil ekstraksi
dari bawang putih sebagai alternatif green inhibitor korosi pada kondisi yang
sesuai dengan pipa sumur produksi minyak bumi. Kondisi sumur minyak bumi
dibatasi pada larutan larutan NaCl 1% dengan pH 4 yang dikendalikan oleh buffer
asetat dan dijenuhkan dengan gas CO2. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah
memperoleh ekstrak dari bawang putih kemudian dilakukan karakterisasi senyawa
hasil ekstraksi dengan melakukan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT), uji
skrining fitokimia dan karakterisasi gugus fungsi dengan FTIR. Tahapan
selanjutnya adalah dilakukan pengukuran laju korosi serta efisiensi inhibisi
ekstrak bawang putih pada baja karbon dalam media uji menggunakan metode
EIS dan Tafel. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan alat dan bahan.
2. Ekstraksi senyawa yang terkandung dalam bawang putih dilakukan dengan
cara dingin (maserasi) dan cara panas (refluks).
3. Karakterisasi senyawa hasil ekstraksi, meliputi:
a. Uji KLT
b. Uji skrining fitokimia
c. Karakterisasi gugus fungsi dengan FTIR
4. Pengukuran potensi ekstrak bawang putih sebagai alternatif green inhibitor
korosi pada pipa sumur produksi minyak bumi menggunakan metode EIS
23
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara umum tahapan tersebut secara berurutan dapat dilihat pada diagram
alir dibawah ini:
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan untuk proses ektraksi bawang putih (Allium
sativum L.) dengan cara dingin (maserasi) dan cara panas (refluks) adalah blender,
kaca arloji, spatula, gelas kimia, gelas ukur, erlenmeyer berpenghisap, corong
Buchner, set alat refluks, hotplate, batu didih, penangas air, neraca analitik, gelas
kimia 1 L, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 50 mL, gelas ukur 10 mL, botol vial,
kertas saring, dan batang pengaduk. Untuk proses evaporasi pelarut hasil ektraksi
menggunakan set alat evaporator (Buchi oilbath B-485) sedangkan untuk
pembentukan serbuk dari hasil ektraksi menggunakan alat Freeze Drier yang
terdapat di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam Program Studi Kimia
24
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi senyawa hasil ekstraksi
dengan uji KLT adalah chamber, plat KLT berupa lempeng silika dan pipa kapiler
sedangkan untuk uji skrining fitokimia menggunakan tabung reaksi dan pipet
tetes. Untuk karakterisasi gugus fungsi menggunakan set alat spektrofotometer
FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400) yang terdapat di Laboratorium Kimia Fisik dan
Analitik FPMIPA UPI. Sedangkan untuk pengukuran laju korosi peralatan yang
digunakan adalah potensiostat produksi Radiometer® (Tacussel-Radiometer,
Voltalab PGZ 301) yang terdapat di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia
FMIPA ITB.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bawang putih
(Allium sativum L.), etanol teknis 96% produksi Bratachem, kloroform, aquades,
pH indikator universal, CH3COOH teknis produksi Bratachem, Natrium asetat p.a
produksi Merck dan NaCl p.a produksi Merck, pereaksi Mayer, CH3COOH
glacial, H2SO4 pekat, HCl encer, FeCl3 5%, dan serbuk Mg.
3.3 Ekstraksi Senyawa yang Terkandung dalam Bawang Putih
Ektraksi senyawa organik dari bawang putih dilakukan dengan dua cara,
yaitu cara dingin (maserasi) dan cara panas (refluks). Tahap preparasi kedua cara
tersebut pada dasarnya sama yaitu dengan melakukan pengeringan bawang putih
dengan cara dijemur selama 6-7 hari, kemudian dihaluskan menggunakan blender
lalu ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Kedua cara ini dilakukan untuk
membandingkan hasil ekstraksi yang lebih baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, serta untuk mengetahui efisensi yang lebih baik dilihat dari proses dan
penggunaan biaya.
3.3.1 Ekstraksi Cara Dingin (Maserasi)
Ekstraksi dengan cara dingin atau maserasi didasarkan pada lama waktu
perendaman dalam pelarutya. Pada penelitian ini dilakukan selama 24 jam pada
suhu kamar. Pelarut yang digunakan adalah etanol. Hasil ekstraksi kemudian
disaring menggunakan corong buchner untuk memisahkan ampas (residu) dengan
filtrat yang mengandung senyawa yang larut dalam pelarut. Pelarut kemudian
dipisahkan dengan cara evaporasi lalu didapat hasil ekstraksi berupa ekstrak
25
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ekstraksi berupa padatan dengan menggunakan Freeze drier. Serbuk hasil Freeze
drier kemudian ditimbang.
3.3.2 Ekstraksi Cara Panas (Refluks)
Ekstraksi cara panas ini dilakukan sebagai pembanding dari cara dingin.
Serbuk bawang putih yang telah ditimbang kemudian direfluks pada temperature
70oC dengan pelarut etanol. Proses refluks dilakukan selama 6 jam. Hasil refluks
didinginkan sampai suhu kamar, kemudian dilakukan pemisahan pelarut
menggunakan corong buchner. Filtrat hasil pemisahan selanjutnya dievaporasi
untuk menghilangkan pelarutnya sehingga didapat ekstrak pekat. Selanjutnya
ekstrak pekat tersebut dibuat menjadi bentuk padatan menggunakan Freeze drier
kemudian ditimbang.
3.4 Karakterisasi Hasil Ekstraksi
3.4.1 Uji KLT
Analisis KLT dilakukan untuk melihat jumlah komponen senyawa
campuran yang terekstraksi pada proses maserasi dan proses refluks. Lempeng
KLT dipotong dengan ukuran 1,5 cm x 7 cm, dengan batas atas 1,5 cm dan batas
bawah 2 cm. Pipa kapiler digunakan untuk meneteskan sampel pada lempeng
KLT. Eluen yang digunakan ada empat jenis yaitu etil asetat : n-heksan (3:7), etil
asetat 100%, etil asetat : metanol (8:2), dan kloroform : metanol (9:1). Lempeng
KLT yang telah ditetesi sampel dimasukan ke chamber yang telah terisi fasa
gerak. Setelah noda sampai pada batas atas, lempeng diangkat dan dibandingkan
banyaknya noda dan tinggi noda antara lempeng KLT yang ditetesi hasil ekstraksi
cara maserasi dengan lempeng KLT yang ditetesi hasil ekstraksi cara refluks
dalam sinar UV.
3.4.2 Uji Skrining Fitokimia
Uji skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa
yang terdapat pada ekstrak bawang putih. Uji fitokimia dilakukan terhadap
golongan senyawa alkaloid, terpenoid, steroid, saponin, tanin dan flavonoid.
Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
26
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL
ditambahkan dengan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Mayer.
Adanya alkaloid ditunjukan dengan terbentuknya endapan putih.
Pereaksi Mayer dibuat dari 1 gram KI yang dilarutkan dalam 20 mL aquades
sampai semuanya melarut. Lalu ke dalam KI tersebut ditambahkan 0,271 gram
HgCl2 sampai larut.
2. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid
Pemeriksaan terpenoid dan steroid dilakukan dengan mereakasikan ekstrak
sebanyak 1 mL dengan 1 mL CH3COOH glacial dan 1 mL H2SO4 pekat.
Adanya terpenoid ditunjukan dengan timbulnya warna merah sedangkan adanya
steroid ditunjukan dengan timbulnya warna biru atau ungu.
3. Pemeriksaan Saponin
Pemeriksaan saponin dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 2 mL
dengan aquades ke dalam tabung reaksi lalu dikocok dengan kuat selama 10
menit. Adanya saponin ditunjukan dengan terbentuknya buih atau busa.
4. Pemeriksaan Tanin
Pemeriksaan tanin dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL
dengan beberapa tetes FeCl3 1%. Adanya tanin ditunjukan dengan timbulnya
warna biru tua.
5. Pemeriksaan Flavonoid
Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 1
mL dengan 1 gram Mg dan 190 mL HCl pekat. Adanya flavonoid ditunjukan
dengan timbulnya warna kuning.
3.4.3 Karakterisasi Gugus Fungsi dengan FTIR
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam
campuran senyawa hasil ekstraksi yang akan dikarakterisasi menggunakan metode
spektroskopi Inframerah (FTIR) dengan alat FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400) di
Laboratorium Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
3.5 Persiapan Sampel Uji Korosi
3.5.1 Persiapan Material
Baja karbon API-5L X65 yang digunakan sebagai elektroda kerja terlebih
27
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diameter 1,1304 cm yang kemudian direkatkan dengan resin epoksi. Sebelum
digunakan sebagai elektrode kerja, sampel baja karbon diampelas hingga halus
menggunakan kertas ampelas silikon karbida (600-1200), kemudian dibilas
dengan air bidestilat untuk menghilangkan lemak yang menempel lalu
dikeringkan pada suhu kamar.
3.5.2 Persiapan Larutan Uji dan Larutan Induk Inhibitor
Larutan uji yang digunakan untuk pengujian laju korosi adalah larutan
buffer asetat pH 4 dengan penambahan NaCl 1% lalu dibubbling dengan CO2
secara terus menerus di dalam sel elektrokimia. Larutan uji dibuat dengan
melarutkan 13.6008 gram Natrium asetat dengan 1 L CH3COOH 0,085M dan
penambahan 10 gram NaCl dalam 1 L larutan. Sedangkan larutan induk inhibitor
dibuat dalam konsentrasi 5.000 ppm dengan cara melarutkan senyawa hasil
ekstraksi sebanyak 0,5 gram ke dalam 100 mL etanol.
3.6 Pengukuran laju Korosi
3.6.1 Open Circuit Potential (OCP)
Sebelum dilakukan pengukuran, sel elektrokimia dibiarkan selama 15
menit agar antaraksi antarmuka baja karbon dengan larutan mencapai keadaaan
mantap (steady state). Tercapainya keadaan ini ditunjukkan oleh nilai Open
Circuit Potential (OCP) yang menyatakan hubungan potensial sel sebagai fungsi
waktu sudah menunjukan harga konstan : < 0,1 mV/menit.
3.6.2 Uji Impedansi dengan Metoda EIS
Pengukuran laju korosi dengan metode EIS dilakukan pada suhu
25oC,35oC, 45oC, dan 55oC dengan variasi konsentrasi dari 20 ppm sampai 250
ppm dengan rentang 20-50 satuan dan dilakukan secara kontinue. Nilai potensial
DC yang diterapkan ‘free’, nilai frekuensi yang diterapkan mulai dari 10 kHz hingga 100 mHz, waktu OCP 4 menit, elektroda kerja 1,1304 cm dan elektroda
pembanding 0,785 cm. Setelah tercapai keadaan mantap (steady state) dilakukan
pengukuran korosi baja karbon dengan EIS dan diolah dengan program
Voltamaster 4.
Variasi konsentrasi pada metode EIS digunakan untuk mengetahui
konsentrasi maksimum inhibitor dalam larutan uji dalam setiap suhu. Pengukuran
28
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilanjutkan penambahan inhibitor secara kontinue mulai dari konsentrasi 20 ppm
hingga konsentrasi inhibitor 250 ppm dalam larutan uji sebanyak 100 ml. Data
yang diperoleh dari pengukuran secara EIS berupa spektra impedansi yang
disajikan dalam aluran Nyquist.
3.6.3 Uji Polarisasi dengan Metode Tafel
Penentuan laju korosi ditentukan dengan pengukuran polarisasi
menggunakan metode Tafel dilakukan dengan variasi temperatur. Pada
pengukuran ini potensial DC yang diterapkan sebesar -75 mV hingga 75 mV
dengan laju sapuan (scanning rate) pemindain kurva polarisasi konstan pada 5
mV.s-1. Variasi temperatur yang digunakan yaitu 25°C, 35°C, 45°C, dan 55oC.
Berbeda dengan metode EIS, pengukuran dengan metode Tafel dilakukan secara
discontinue. Sel disetting untuk tiap satu pengukuran. Setelah selesai pengukuran,
sel harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian disetting ulang untuk pengujian
51 Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak bawang putih yang digunakan sebagai inhibitor diperoleh dengan cara
maserasi. Penggunaan teknik maserasi maupun refluks menghasilkan
komponen ekstrak bawang putih yang hampir sama sehingga dalam penelitian
ini menggunakan hasil ekstraksi maserasi untuk digunakan dalam uji inhibisi
karena memiliki randemen yang lebih besar yaitu 2,87%, sedangkan hasil
ekstraksi refluks hanya menghasilkan randemen sebesar 1,30%.
2. Laju korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 pada rentang
suhu 25-55oC dengan adanya inhibitor ekstrak bawang putih mampu
menurunkan laju korosi cukup signifikan. Laju korosi tanpa inhibitor berkisar
pada rentang 1,447-9,105 mm/y, sedangkan laju korosi dengan adanya
inhibitor berkisar pada rentang 0,433-0,489 mm/y.
3. Efisiensi inhibisi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap korosi
baja karbon API 5L pada media yang sesuai dengan kondisi pipa sumur
minyak bumi (NaCl 1% dengan penambahan buffer asetat pH 4 jenuh CO2)
meningkat sesuai dengan kenaikan konsentrasi inhibitor dan kenaikan suhu.
Efisiensi inhibisi maksimum terjadi pada konsentrasi maksimum, 250 ppm,
dengan persen efisiensi inhibisi mencapai 97,81 % pada suhu 55o C.
4. Inhibitor dari ekstrak bawang putih tergolong dalam jenis inhibitor anodik
karena mampu mempolarisasi baja karbon ke arah positif, dengan kata lain
melindungi bagian anoda baja karbon dari korosi.
5. Perilaku adsorpsi ekstrak bawang putih sebagai inhibitor korosi baja karbon
pada media yang sesuai dengan kondisi pipa sumur minyak bumi (NaCl 1%
dengan penambahan buffer asetat pH 4 jenuh CO2) bersifat fisisorpsi
mengikuti isoterm adsorpsi Freundlich, dengan ΔGads sebesar -18,818 kJ/mol.
52
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat
diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Sebaiknya dilakukan pemisahan senyawa campuran hasil ekstraksi untuk
mengetahui senyawa tunggal yang berperan aktif dalam menginhibisi proses
korosi.
2. Untuk memperoleh ekstrak senyawa inhibitor dengan randemen dan
komponen senyawa yang lebih banyak, penting diperhatikan pemilihan pelarut
yang lebih sesuai dengan sampel.
3. Sebaiknya sebelum dilakukan pengujian korosi, ekstrak senyawa inhibitor
dikarakterisasi menggunakan GCMS untuk mengetahu senyawa-senyawa
yang dapat aktif dalam menginhibisi proses korosi.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk menentukan kestabilan
proses inhibisi sehingga efisiensi inhibisi dapat ditingkatkan lagi pada
52
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
53 Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Bentis, dkk. (2003). Linear Resistance Model of the Inhibition Mechanism of Steel
in HCl by Triazole and Oxadiazole Derivates:Structure-Activity Correlations. Corros.Sci, 45, 371-380.
Block, E. (1992). The Organosulfur Chemistry of The Genus Allium. Implications for The Organic Chemistry of Sulfur. Angew. Chem. Int. Ed. Engl 31:1135-1178
Bothi R.P. and Sethuraman, M.G., (2009). Solanum tuberosum as an inhibitor of
mild steel corrosion in acid media. Iranian Journal of Chemistry and
Chemical Engineering, 28,(1), 77–84
Dalimunthe, I. (2004). Kimia dari Inhibitor Korosi. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara, 1-8.
Fahrurrozie, A. (2009). Efisiensi Inhibisi Cairan Ionik Turunan Imidazolin
sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon dalam Larutan Elektrolit Jenuh Karbon Dioksida. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.
Fenwick, G. R., dan A.B. Hanley (1985). The Genus Allium. CRC Critical Review in Food Science and Nutrition.
Halimatuddahliana. (2003). Pencegahan korosi dan scale pada proses produksi
minyak bumi. USU digital library.
Haslim, A.B.J. (2012). Studi Inhibisi Korosi Baja API-5L Dalam Air Formasi
(Connate Water) Dengan Ekstrak Kulit Buah Sawo (Manilkara zapota) Menggunakan Metode Polarisasi. Skripsi, Universitas Indonesia.
Hermawan, B. (2007). Ekstrak Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Korosi.
[Online]. Tersedia:http://www.chem-is
try.org/artikel_kimia/berita/ekstrak_bahan_alam_sebagai_alternatif_inhibit
orkorosi/ [12 September 2012]
Ikrima, A. (2011). Uji Aktifitas Produk Modifikasi Sistin dengan PEG 400
sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon dalam Media HCl 0,5 M Jenuh CO2. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.
Ilmi dan Hermawan, B. (2008). Studi Penggunaan Ekstrak Buah Lada (Piper
54
Fitri Puspitasari, 2013
Perlindungan Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pipa Pengeboran Minyak Bumi Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai Alternatif Inhibitor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ketis N.K.,et al. (2010). Efektivitas Asam Glutamat Sebagai Inhibitor Korosi
pada Baja Karbon dalam Larutan NaCl 1%. Jurnal Matematika Dan
Sains,10, (1),1-8
Lestari, Anjar. (2011). Ekstraksi Kulit Kayu Akasia (Acacia mangium) sebagai
Inhibitor Korosi pada Feed-Water Boiler. Skripsi, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Nagpurkar, A., J. Peschell, B.J. Holub. (2000). Garlic Constituens and Disease
Prevention. Di dalam: Mazza, G., dan B. D. Oomah (Eds). Herbs,
Botanical and Teas. Technomic Publishing Co., Inc. Lancaster. Pp.3-5.
Purnowati, S., S. Hartinah dan R. Sumekar. (1992). Tinjauan Kepustakaan
Bawang Putih: Kegunaan dan Prospek Pemasaran. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI, Jakarta.
Rahayu, S. (2009). Terbentuknya Anoda dan Katida. [Online]. Tersedia:
http://www.chem-is-try.org. [23 Januari 2013].
Rohayati, A. (2011). Ekstraksi Sistin dari Limbah Bulu Ayam dan Uji Aktivitas
Inhibisi Produk Modifikasi Sistin Oleh Tiourea pada Proses Korosi Kuningan dalam Larutan HCl 0,5 M. Skripsi, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Singh A. et al., (2012). Corrosion Inhibition of Carbon Steel in HCl Solution by
Some Plant Extracts. International Journal of Corrosion. 1-20
Sunarya, Y. (2008). Mekanisme dan Efisiensi Inhibisi Sistein pada Korosi Baja
Karbon dalam Larutan Elektrolit Jenuh Karbon Dioksida. Disertasi,
Departemen Kimia ITB.
Supardi, R. H. (1997). Korosi. Bandung : Penerbit Tarsito.
Wahyuningsih, A. et al. (2010). “Metanamina Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Kondisi Pertambangan Minyak Bumi”.
Jurnal Sains dan Teknologi.1,(1),17-29