• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL BUKU TEKS PELAJARAN BERBASIS INTERTEKSTUAL PADA MATERI INTERAKSI ANTAR PARTIKEL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL BUKU TEKS PELAJARAN BERBASIS INTERTEKSTUAL PADA MATERI INTERAKSI ANTAR PARTIKEL."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL BUKU TEKS PELAJARAN

BERBASIS INTERTEKSTUAL

PADA MATERI INTERAKSI ANTAR PARTIKEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh:

RIZKI ANUGRAH

0801327

Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung

(2)

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel

Pengembangan Model Buku Teks

Berbasis Intertekstual Pada Materi

Interaksi Antar Partikel

Oleh

Rizki Anugrah Perdana Putra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rizki Anugrah Perdana Putra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PENGEMBANGAN MODEL BUKU TEKS PELAJARAN BERBASIS INTERTEKSTUAL PADA MATERI INTERAKSI ANTAR PARTIKEL

Oleh: Rizki Anugrah

0801327

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Sri Mulyani, M.Si. NIP. 196111151986012001

Pembimbing II

H. Budiman Anwar, M.Si NIP. 197003131997031004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(4)

i

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi interaksi antar partikel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode evaluatif. Objek penelitian ini adalah buku teks kimia pada materi interaksi antar partikel berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada Standar Isi kimia SMA. Indikator dan konsep dikembangkan dan divalidasi. Level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik pada submateri pokok interaksi antar partikel dalam buku-buku teks kimia SMA dan Universitas diidentifikasi dan digunakan untuk mengembangkan level representasi kimia sesuai dengan indikator dan konsep hasil validasi. Level representasi kimia yang telah dikembangkan kemudian divalidasi kesesuaiannya dengan konsep. Level representasi kimia yang valid digunakan dalam pengembangan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi interaksi antar partikel. Model buku teks pelajaran ini divalidasi berdasarkan kriteria buku teks menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) kemudian diukur tingkat keterbacaan dengan menggunakan formula Fry dan tes rumpang. Hasilnya menunjukkan bahwa model buku teks yang dikembangkan memiliki tingkat keterbacaan ‘sangat baik’. Sementara itu, hasil analisis keterbacaan formula Fry menunjukkan model buku teks yang dikembangkan termasuk tingkatan keterbacaan yang layak untuk siswa pengguna buku tersebut. Kata kunci: model buku teks pelajaran, intertekstual, representasi kimia, formula keterbacaan Fry, dan tes rumpang.

(5)

The study, entitled "Development of Model-Based Textbooks intertextual on Interaction between Particles Matter" aims to obtain models of textbooks based on the textual material inter-particle interactions. This study is part of research that uses design research and development. The method chosen in the implementation of this research is descriptive and evaluative methods. The research object is material chemistry textbook on the interaction between the particles based on the standards of competence and basic competences in high school chemistry Content Standards. Indicators and the concept was developed and validated to see the correspondence between the indicator and the concept of basic competency with indicator. Level macroscopic, sub-microscopic, and symbolic in principal submateri inter-particle interactions in chemistry text books high school and university are identified and used to develop the level of chemical representation according to the indicators and the concept of validation results. Levels of chemical representations that have been developed and then validated to see the correspondence between the three levels of chemical representation of the concept.Valid representation of the level of chemical used in the development of models of textbooks based on the textual material inter-particle interactions. Model of textbooks is validated based on the criteria according BSNP textbook (National Education Standards Board) and then measured the level of readability by using the Fry formula and cloze test. The results showed that the model developed textbooks have a level of legibility 'very good'. Meanwhile, the analysis of Fry readability formulas developed models include textbooks appropriate readability levels for classes XI.

(6)

iv

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah... D. Buku Teks Pelajaran ... a. Peran Buku Teks ... b. Karakteristik Buku Teks yang Baik ... E. Struktur Makro... F. Tingkat Keterbacaan Buku Teks...

(7)

G. Deskripsi Materi Interaksi Antar Partikel... BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN...

A. Perumusan Indikator dan Konsep pada Materi Interaksi antar Partikel………... 1. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam

Standar Isi……...………...

2. Validasi Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi Dasar dan Konsep dengan Indikator…...…... B. Pengembangan Level Makroskopik, Sub-mikroskopik, dan

Simbolik pada Materi Interaksi antar

Partikel……...….. 1. Identifikasi Level Makroskopik, Sub-mikroskopik, dan

Simbolik pada Materi Interaksi Partikel dari Buku Teks Kimia SMA ………..…………... 2. Pengembangan Level Makroskopik, Sub-mikroskopik, dan

(8)

vi

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel Simbolik pada Materi Interaksi antar Partikel……... 3. Validasi Kesesuaian Konsep dengan level Makroskopik, Sub-Mikroskopik, dan Simbolik... C. Struktur Makro pada Materi Interaksi Antar Partikel …...

1. Perumusan Struktur Makro Interaksi Antar Partikel………... 2. Validasi Struktur Makro Interaksi Antar Partikel………... D. Pengembangan Model Buku Teks Interaksi Antar Partikel

Berbasis Intertekstual... 1. Penyusunan Model Buku Teks Interaksi Antar Partikel Berbasis Intertekstual... 2. Validasi Model buku teks Interaksi Antar Partikel Berbasis Intertekstual... E. Keterbacaan Model Buku Teks...

1. Formula Keterbacaan Fry... 2. Tes Rumpang... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

(9)
(10)

1 Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia sebagai salah satu pendidikan sains, harus mampu menjelaskan berbagai fenomena proses kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia menghendaki adanya hubungan konseptual antara representasi makroskopis (fenomena proses kimia), mikroskopis (molekuler), dan simbolis (Wu, et al., 2000).

Ketiga level representasi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi dalam pembentukan makna dan pemahaman siswa terhadap kimia. Menurut Lemke (dalam Wu, et al., 2000) representasi kimia harus menjadi dapat lebih dimengerti oleh siswa ketika dihubungkan dengan teks lain yang relevan yang telah diketahui siswa, termasuk representasi yang telah dipelajari sebelumnya dan pengalaman yang telah mereka miliki. Menurut Gabel dalam Wu (2003) hubungan antara ketiga level representasi kimia, pengalaman sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dialami siswa dapat dianggap sebagai hubungan intertekstual. Oleh karena itu, intertekstualitas dapat menjadi sumber kognitif atau strategi pembelajaran bagi siswa untuk mengkonstruk/membangun arti dari representasi baru.

Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah keberadaan buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran dalam sistem pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam menentukkan keberhasilan proses belajar mengajar. Buku teks pelajaran merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam kurikulum dan digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011). Buku teks pelajaran sudah disiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiaannya. Buku teks pelajaran memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri (Suryaman, 2007).

(11)

Sementara itu, berdasarkan penilaian buku teks pelajaran kimia pada materi interaksi antar partikel yang telah dilakukan peneliti terhadap 7 Buku Sekolah Elektronik yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, terdapat pemaparan tiga level representasi kimia yang tidak lengkap bahkan pada beberapa konsep tidak ada sama sekali pemaparan tiga level representasi kimia. Meskipun pada beberapa konsep terdapat pemaparan tiga level representasi kimia, buku tersebut tidak mempertautkannya dengan baik.

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Suryadi (2007), ditemukan buku-buku kimia memiliki tingkat keterbacaan sedang. Berdasarkan hal tersebut, tingkat keterbacaan buku teks pelajaran kurang memenuhi kriteria buku teks yang baik. Suryadi (2007) mengungkapkan, buku teks pelajaran yang baik adalah buku yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi dan memuat materi yang sesuai kurikulum agar dapat menunjang pendidikan yang baik.

Jika buku teks tidak memaparkan tiga repsresentasi kimia dengan lengkap dan tidak memiliki keterbacaan tinggi dikhawatirkan hal-hal tersebut akan menimbulkan kesulitan terhadap pembentukan makna dan pemahaman siswa terhadap kimia. Oleh karena itu, diperlukan model buku teks pelajaran yang dapat memfasilitasi siswa agar dengan mudah memahami kimia dengan menyajikan ketiga level representasi kimia (level makroskopis, sub-mikroskopis, dan simbolis) dan mempertautkannya secara tepat. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Gktizia (2010) bahwa representasi kimia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari buku teks pelajaran.

(12)

3 Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel gaya antar partikel lebih kuat daripada gaya intrapartikel. Selain itu, diadakan pembicaraan secara tidak formal dengan beberapa guru mata pelajaran kimia. Menurut mereka salah satu materi yang dianggap sulit dipahami oleh siswa adalah materi interaksi antar partikel (gaya antar molekul). Hal itu disebabkan materi tersebut bersifat abstrak. Dengan cara pengajaran yang konvensional dan juga kurangnya penggunaan media pembelajaran yang dapat memvisualisasikan konsep-konsep yang abstrak tersebut serta tidak dihubungkannya dengan pengalaman sehari-hari, membuat kesulitan tersendiri bagi siswa.

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, diperoleh suatu model buku teks pelajaran dengan tingkat keterbacaan mudah agar membantu siswa dalam mempermudah memahami konsep kimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini secara umum adalah bagaimana model buku teks berbasis intertekstual pada materi interaksi antar partikel. Adapun rumusan masalah secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana indikator dan konsep materi interaksi antar partikel yang dikembangkan berdasarkan analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam standar isi?

2. Bagaimana representasi ilmu kimia pada materi interaksi antar partikel dikembangkan?

3. Bagaimana tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian

(13)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Memberikan informasi tentang level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik yang sesuai dengan konsep interaksi antar partikel. b. Memberikan gambaran tentang bahan ajar berbasis intertekstual dalam

subpokok materi interaksi antar partikel.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran maka beberapa istilah perlu didefinisikan.

1. Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. (Depdiknas, 2009a).

2. Buku teks pelajaran diartikan sebagai buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011).

3. Intertekstualitas ilmu kimia diartikan sebagai hubungan atau pertautan di antara representasi pada level yang berbeda-beda, yaitu representasi kimia (level makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik), pengalaman sehari-hari (Wu, 2003).

4. Representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan mewakili, perwakilan (KBBI, 2002). Representasi kimia terdiri dari 3 level yaitu: level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan level simbolik (Johnstone dalam Chittleborough, 2004).

(14)

5 Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel 6. Level sub-mikroskopis merupakan fenomena berdasarkan observasi

riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level partikeler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel mikroskopik yang tidak dapat dilihat secara langsung (Johnstone dalam Chittleborough, 2004).

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan merupakan bagian dari payung penelitian dan pengembangan (Research and Development / R&D). Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2012). Penelitian dan pengembangan digunakan dalam banyak bidang termasuk bidang pendidikan. Menurut Borg & Gall dalam Putra (2011), penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis industri dimana temuan penelitian digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi, dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria tertentu yang diharapkan.

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan diawali dengan adanya kebutuhan atau permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya adalah menentukan karakteristik atau spesifikasi dari produk yang dihasilkan. Setelah itu, dibuat rancangan produk awal yang masih kasar, kemudian produk tersebut diuji coba, dilakukan pengamatan dan evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi diadakan penyempurnaan-penyempurnaan (Sukmadinata, 2012).

(16)

32

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel Metode penelitian deskriptif, digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada (Sukmadinata, 2012). Pada metode penelitian deskriptif dilakukan pengkajian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi, sehingga diperoleh rumusan indikator dan konsep pada materi interaksi antar partikel. Selanjutnya, dilakukan perumusan representasi kimia materi interaksi antar partikel sebagai bahan untuk mengembangkan model buku teks pelajaran. Berdasarkan hasil pengembangan indikator, konsep dan representasi pada materi interaksi antar partikel dilakukan penyusunan model buku teks pelajaran.

Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan-penyempurnaan (Sukmadinata, 2012). Pada penelitian ini, representasi kimia yang telah dirumuskan dilakukan validasi dan perbaikan yang selanjutnya digunakan sebagai bahan model buku teks pelajaran. Selain itu dilakukan uji keterbacaan terhadap model buku teks pelajaran yang telah disusun. Langkah validasi dan uji tersebut merupakan rangkaian metode penelitian evaluatif.

B. Prosedur Penelitian

(17)

Gambar 3.1. Alur Penelitian Analisis Data

Kesimpulan

Uji keterbacaan dengan menggunakan tes rumpang

Perumusan Indikator dan Konsep pada Submateri Interaksi antar Partikel

Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Revisi

Validasi kesesuaian antara Indikator dan Konsep terhadap Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Identifikasi representasi kimia materi Interaksi Antar Partikel pada buku-buku teks kimia Sekolah Menengah Atas (SMA)

Revisi Pengembangan representasi level

makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik Interaksi antar Partikel

Validasi

Pengembangan Struktur Makro

Model Buku Teks

Pengembangan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi interaksi antar partikel

(18)

34

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 3.1 di atas, penelitian ini diawali dengan mengembangkan indikator dan konsep dengan cara mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Standar isi serta mengacu pada panduan pengembangan indikator yang dikembangkan oleh Depdiknas (2009b). Indikator ini diturunkan berdasarkan Kompetensi dasar sedangkan konsep diturunkan berdasarkan indikator. Indikator dan konsep yang telah disusun selanjutnya divalidasi oleh dosen.

Pada pengembangan model buku teks pelajaran, terlebih dahulu dilakukan identifikasi representasi kimia pada materi interaksi antar partikel pada buku-buku teks kimia Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui penyajian representasi kimia pada buku teks tersebut. Data yang diperoleh, dijadikan acuan dalam pengembangan buku teks pelajaran yang lebih baik.

Setelah diperoleh data mengenai penyajian representasi kimia pada buku-buku teks kimia SMA, dilakukan pengembangan representasi kimia pada materi interaksi antar partikel. Pada proses pengembangannya, dilakukan pengkajian terhadap level representasi kimia dan analisis terhadap penelitian terkait sebagai dasar dalam mengembangkan representasi kimia pada materi interaksi antar partikel. Selain itu, dilakukan pula pembuatan struktur makro. Hal ini dilakukan agar memperoleh acuan pada penyusunan dan penyajian materi pada buku teks yang dikembangkan.

(19)

yang diperoleh masih rendah, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sampai model buku teks pelajaran memiliki tingkat keterbacaan tinggi menurut formula keterbacaan Fry.

Dilakukan uji keterbacaan kembali terhadap buku teks yang dikembangkan yang dilakukan oleh siswa. Uji keterbacaan tersebut menggunakan tes rumpang (tes klos). Langkah terakhir yang dilakukan adalah menganalisis data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya untuk dilakukan pembahasan dan menghasilkan kesimpulan penelitian. C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah buku teks kimia pada materi interaksi antar partikel berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada Standar Isi kimia SMA.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tabel kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar dan konsep dengan indikator

Tabel kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar digunakan untuk mengetahui hubungan dan kesesuaian antara indikator yang dikembangkan dengan Kompetensi Dasar dan indikator dengan konsep. b. Tabel Validasi Representasi Materi Gaya Antar Partikel

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai validitas representasi kimia pada materi interaksi antar partikel. Validasi tersebut dilakukan agar representasi kimia tersebut tepat dan benar serta tidak menimbulkan miskonsepsi.

c. Tes Keterbacaan a) Grafik Fry

(20)

36

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel dilakukan dengan menyesuaikan jumlah kalimat dan jumlah suku kata dalam seratus kata dengan grafik Fry. Setelah itu, dapat diperoleh tingkat keterbacaan pada wacana yang dianalisis.

b) Tes Rumpang

Tes rumpang digunakan untuk menguji keterbacaan model buku teks pelajaran yang dikembangkan. Tes rumpang dilakukan oleh siswa kelas X sebanyak 36 siswa. Menurut Borthmuth (1967) tes rumpang dilakukakan pada siswa yang belum belajar materi. Dalam penelitian ini, tes rumpang ini digunakan sebagai alat pengukur tingkat keterbacaan teks bacaan/wacana.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Validasi kompetensi dasar dengan indikator dan indikator dengan konsep

Dirumuskan indikator dan konsep berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Standar Isi Kimia SMA. Indikator dan Konsep disusun dalam satu tabel. Setelah itu, dilakukan validasi dan revisi kesesuaian kompetensi dasar dengan indikator dan indikator dengan konsep.

(21)

dosen dengan mengisi instrumen lembar validasi representasi kimia pada materi interaksi antar partikel.

3. Pengukuran Keterbacaan

Pengukuran keterbacaan dengan menggunakan Grafik Fry. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil uraian bagian awal, tengah, dan akhir. Banyaknya kata pada setiap uraian adalah 100 kata. Setiap uraian dihitung jumlah kalimatnya dan dihitung jumlah suku kata dari seratus kata tersebut. Jumlah kalimat dan jumlah suku kata tersebut dikalikan 0,6. Hasil perhitungan tersebut kemudian disesuaikan ke dalam grafik Fry dan dapat dilihat tingkat keterbacaan wacana yang dianalisis. Jika hasil dari uji keterbacaan Fry kurang memadai, dilakukan perbaikan teks hingga memadai sesuai dengan tingkat/kelas 11 SMA sebelum dilakukan tes rumpang.

Pengukuran keterbacaan yang melibatkan siswa adalah tes klos/tes rumpang. Tes Rumpang dilakukan untuk mengukur tingkat keterbacaan siswa terhadap model buku teks yang dikembangkan.

F. Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian ini, dilakukan pengolahan data melalui analisis deskriptif pada :

1. Tabel kesesuaian antara indikator dengan kompetensi dasar dan konsep dengan indikator.

2. Tabel validasi representasi kimia materi interaksi antar partikel.

(22)

38

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel 4. Hasil tes rumpang yang dilakukan terhadap siswa kelas X kemudian

diolah. Untuk mengolah tes rumpang setiap siswa, dilakukan dengan menggunakan rumus :

Skor tes =

%

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Indikator yang dapat dirumuskan dari materi interaksi antar partikel berdasarkan kompetensi dasar adalah dapat menjelaskan definisi gaya antar partikel dan gaya antar molekul, menyebutkan jenis-jenis gaya antar partikel, menyebutkan jenis-jenis gaya antar molekul, menjelaskan terjadinya gaya dipol-dipol, menjelaskan terjadinya gaya dipol-dipol terinduksi, menjelaskan proses terjadinya gaya dispersi London, menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan gaya dispersi London, menjelaskan proses terjadinya ikatan hidrogen, mengurutkan kekuatan gaya antar molekul (dipol-dipol, dipol-dipol terinduksi, dispersi London, ikatan hidrogen), menjelaskan definisi gaya ion-ion, menjelaskan proses terjadinya gaya ion-dipol, menghubungkan interaksi antar partikel dengan sifat fisik zat (titik didih, titik leleh, dan kelarutan). Adapun konsep yang dapat dirumuskan dari submateri pokok interaksi antar partikel adalah konsep mengenai definisi gaya antar partikel dan gaya antar molekul, jenis-jenis gaya antar partikel dan gaya antar molekul, gaya dipol-dipol, gaya dipol-dipol terinduksi, gaya dispersi London, faktor-faktor yang memengaruhi gaya dispersi London, ikatan hidrogen, gaya ion-ion, gaya ion-dipol, dan pengaruh interaksi antar partikel dengan sifat fisik fisik suatu zat.

(24)

sub-91

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel mikroskopik yang dikembangkan pada konsep interaksi antar partikel adalah menjelaskan apa yang terjadi dengan partikel-partikel ketika mengalami interaksi antar partikel. Level simbolik yang dikembangkan pada konsep proses terjadinya interaksi antar partikel adalah menyajikan gambar representasi partikel (atom, molekul, dan ion), gambar dua molekul yang menunjukkan gaya intra molekul dan gaya antar molekul, gambar molekul-molekul pada pendidihan senyawa, serta gambar susunan molekul pada zat padat, cair, dan gas.

3. Tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi interaksi antar partikel sangat baik, dilihat dari hasil tes rumpang pada kelas X yang menunjukkan rata-rata tingkat keterbacaan tinggi. Hasil analisis tingkat keterbacaan dengan menggunakan tes rumpang sejalan dengan hasil analisis tingkat keterbacaan dengan menggunakan formula keterbacaan Fry. Hasil dari formula keterbacaan Fry menunjukkan secara keseluruhan model buku teks yang dikembangkan termasuk tingkatan keterbacaan yang layak untuk kelas 6, kelas 7, dan kelas 8.

B. Saran

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012).Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung : Refika Aditama.

Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : FPMIPA UPI.

Brady, E.J. (1999). Kimia Universitas Asas & Strukutur Jilid I. (edisi kelima). Jakarta: Binarupa Aksara.

Bormuth, J.R., (1967). Cloze Readibility Procedure. CSEIP Occasional Report No.1,Feb.1967, University of California, Los Angeles.

BSNP. (2009). Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran [Online]. Tersedia : http://pusbukurburk.net/web/perbukuan [19November2012]

Chang, R. (2005). Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti (edisi ketiga). Jakarta : Erlangga.

Chittleborough, G.D., et al. (2002). Constraints to the Development of first year

university Chemistry Student’s Mental Models of Chemical

Phenomena.

Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Modelsand Chemical

Representations in Developing Students’ Mental Models of

Chemical Phenomena. Thesis for the Degree of Doctor of Philosophy of Curtin University of Technology.

Coll, R.K., Taylor, N. (2002). “Mental Model in Chemistry: Senior Chemistry

Students’ Mental Model of Chemical Bonding”. Chemistry

Education: Research and Practice in Europe, 3(2), 175-184.

Daintith, J. (1994).Kamus Lengkap Kimia.Jakarta : Erlangga

Depdiknas. (2009a). Panduan Pengembangan Bahan Ajar.

Depdiknas. (2009b). Panduan Pengembangan Indikator [Online]. Tersedia : http://akademik.um.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/PERMENDI KNAS.NOMOR-2-TAHUN-2008.doc.[12September2012]

(26)

93

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel Gkitzia, V., Katerina S. and Chryssa. (2010). “Development and Application of

Suitable Criteria for The Evaluation of Chemical Representation in School Textbook”. Education Research and Practice.12,5-14.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 Pasal 1-3 [Online].

Mulyani, H. (2006). Mengukur Keterbacaan. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Mulyono. (2007). Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara

Nurlaili. (2011).”Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana Dalam LKS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterpahamannya”. Jurnal UPI.(1),167-177.

Oxtoby, D, W. Nachtrieb. and Norman, H. (2001). Principles of Modern Chemistry. Philadelphia: Saunders Golden Sunburst Series

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.

Putra, N. (2011). Research & Development. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Rizal, S.(2006). Pengembangan Software Pembelajaran Kimia Interaktif Pada

Bahan Kajian Struktur Atom. Palangkaraya : Universitas Palangkaraya.

Refiani, H. (2011).Kriteria Tingkat Keterbacaan [Online]. Tersedia : http://chasimcasico.com/2013/01/analisis-keterbacaan-buku-paket-bahasa.html [18Maret2013]

Sitepu, B.P. (2010). Keterbacaan [Online]. Tersedia : http:// http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/09/11/keterbacaan/

(27)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarna, O., dkk. (2006). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Bogor: CV. Regina. Sunarya, Y. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Sungkono, R (2008). Buku Teks [Online]. Tersedia : http://bermutumatokan.guru-indonesia.net/artikel_detail-25109.html[15September2012]

Supriadi. (2000). Peran Bahan Ajar [Online]. Tersedia :

http://jaririndu.com/2011/09/definisi-bahan-ajar.html[20Desember2012]

Suryadi, A. (2007). “Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos”.Jurnal Sosioteknologi.10,196-200.

Suryaman, M. (2007). “Dimensi-dimensi Kontekstual di dalam Buku Teks Pelajaran”.Jurnal Diksi.12,1-12.

Tarigan, H.G dan Tarigan D. (1986). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Tim penyusun KBBI. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai pustaka

Treagust, D.F., et. al. (2003). “The Role of Submicroscopic and Symbolic Representations in Chemical Explanations”. International Journal Science Education, 25(11),1353-1368

Widodo, T (2006). Grafik Fry dan Grafik Raygor [Online]. Tersedia :

http://daudp65.byethost4.com/baca2/reading-mater-readability4.htm[20Desember2012]

(28)

95

Rizki Anugrah Pradana Putra, 2013

Pengembangan Model Buku Teks Berbasis Intertekstual Pada Materi Interaksi Antar Partikel Wu, H-K. (2003). “Linking the Microscopic View of Chemistry to Real-Life

Experiences: Intertextuality in a High-School Science Classroom”. Wiley Periodicals, Inc.87, 868-891.

Gambar

Gambar  3.1.  Alur Penelitian
Tabel kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar digunakan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (perdesaan)

[r]

• Angelo chose option 2: position Rider as an “after sport footwear” brand. Grendha adapted the same strategy in over 85 countries around the world and now sells millions

2016 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah, Tugas

Efektivitas Proses Pembelajaran Ips Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Smk Di Jawa Barat. Universitas Pendidikan Indonesia |

Asumsi yang demikian ada benarnya bila dicermati dari esensi Undang-undang No.5 tahun 1974 yang mendudukkan fungsi-fungsi kepala daerah begitu kuat dan dominan dalam

Dalam tatanan demokrasi, Pemilu juga menjadi mekanisme atau cara untuk. memindahkan konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke tataran

government developed various social security schemes, managed by four state-owned enterprises: (i) PT ASKES for managing health insurance for civil servants; (ii) PT TASPEN