• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Aktifitas Fisik Dan Pengeluaran Uang Jajan Pada Anak Sekolah Dasar Overweight Dan Non Overweight Di ilayah Puskesmas Banjarejo, Kecamatan Taman Kota Madiun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Aktifitas Fisik Dan Pengeluaran Uang Jajan Pada Anak Sekolah Dasar Overweight Dan Non Overweight Di ilayah Puskesmas Banjarejo, Kecamatan Taman Kota Madiun."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

\

PERBEDA

AKTIFITAS FIS

PADA ANAK S

NON

PUSKESMAS

E

P

FAK

UNIVERSITA

NASKAH PUBLIKASI

DAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI,

FISIK DAN PENGELUARAN UANG JAJAN

K SEKOLAH DASAR

OVERWEIGHT

DAN

NON OVERWEIGHT

DI WILAYAH

AS BANJAREJO, KECAMATAN TAMAN

KOTA MADIUN

ERFITA ANASHA WIRAIDA

J 310 121 014

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Masalah gizi ganda merupakan

keadaan suatu populasi yang memiliki

masalah gizi kurang (

undernutrition

) dan

masalah gizi lebih (

overnutrition

) pada

saat yang bersamaan (FAO, 2006). Salah

satu kelompok umur yang beresiko

terjadinya gizi lebih ataupun kekurangan

energi protein adalah anak usia sekolah

(6-12 tahun) (Hadi, 2005).

Prevalensi gizi lebih pada anak usia

sekolah (6-12 tahun) meningkat seiring

dengan perkembangan. Hasil Riskesdas

(2007) menunjukkan peningkatan yaitu

15.9% dan tahun 2013 yaitu mencapai

angka

18.8%

(Riskesdas,

2013).

Prevalensi gizi lebih

(overweight)

pada

anak usia sekolah (6-12 tahun) di Provinsi

Jawa Timur juga meningkat yaitu 12%

pada 2010 dan tahun 2013 sebesar

12.4%

(Kemenkes,

2010;

2013).

Sedangkan untuk anak usia sekolah

dasar (6-12 tahun) dengan status gizi baik

sebesar 70% dan 11.2% untuk anak

sekolah dasar dengan status gizi kurang

(Riskesdas, 2013).

Meningkatnya

prevalensi

kegemukan pada anak usia sekolah (6-12

tahun) dikaitkan dengan beberapa faktor

antara lain faktor lingkungan yaitu sosial

ekonomi keluarga, konsumsi energi yang

berlebih, aktifitas fisik dan paparan iklan

mengenai makanan jajanan (Krause,

2012).

Konsumsi

makanan

sangat

berpengaruh

terhadap

status

gizi

seseorang (Andriyani; Wirjatmaji, 2012).

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, AKTIVITAS FISIK DAN

PENGELUARAN UANG JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR

OVERWEIGHT

DAN

NON OVERWEIGHT

DI WILAYAH PUSKESMAS BANJAREJO, KECAMATAN

TAMAN KOTA MADIUN

Erfita Anasha W

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

Burdern nutritional problems and begin to occur in school-aged children. The prevalence of elementary school children who are experiencing overweight by 2013 showed that amount to 7.02% and 11.2% with undernutrition. While the prevalence of overweight in primary school in Puskesmas Banjarejo reached 34.2%. High levels of energy consumption and low physical activity is a thing that can affect a person’s nutritional state. This research aimed to analyze about the difference of energy consumption level, physical activity and pocket money for snack between overweight and non overweight chlidren. The type of this research is observational crossectional approach. Included energy consumption level, physical activity and pocket money for snack the recall method 3 times 24 hours. The number of samles in this study were students from 4th grader and 5th grader in SD Banjarejo ang Mojorejo 2 Madiun total 74 students.The result showed (51.4 %), overweight students experienced a deficit rate of consumption. Non overweight (67.6%) with deficits and levels of consumption. Physical activity in children overweight (86.5%) with a mild. Non overweight (62.2%) with a mild activity. Students are overweight and non overweight with spending above the 50% allowance allowance total (75.6 %). With p value of (p=0.010), physical activity (p=0.009) spending allowance for snack (p= 0.335).

(4)

Overweight

adalah keadaan dimana

jumlah energi yang masuk ke dalam

tubuh lebih besar dari jumlah energi yang

dikeluarkan

(Nix,

2005).

Konsumsi

makanan terutama makanan sumber

energi yang melebihi kebutuhan akan

menyebabkan

penumpukan

energi

sehingga bisa menambah berat badan

dimana penumpukan energi dan lemak

meningkatkan

resiko

terjadinya

kegemukan (

overweight)

bahkan obesitas

(Tessmer,

et

all, 2006).

Penelitian

Li

(2007)

mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi

energi, protein dan lemak pada anak

sekolah dengan status gizi lebih atau

obesitas

mencapai

90%

dari

total

kebutuhan gizi. Sedangkan pada anak

status gizi kurang atau gizi baik

cenderung memiliki tingkat konsumsi

energi yang rendah atau defisit dari total

kebutuhan energi (Deni, 2009).

Aktifitas fisik juga memiliki pengaruh

yang berarti terhadap kejadian obesitas

(Angel dkk, 2013). Penelitian Ekowati

(2011)

dan

Suciaty

(2005)

mengungkapkan bahwa 50.9% anak

obesitas memiliki tingkat aktifitas yang

ringan, diantaranya duduk selama belajar

di sekolah, sedikit olahraga saat sekolah,

terlalu lama menonton televisi dan

kurangnya waktu bermain di luar. Aktifitas

fisik menyebabkan terjadinya proses

pembakaran energi sehingga semakin

banyak beraktifitas, energi yang keluar

akan semakin banyak (Suryaputra, 2012).

Hasil

penelitian

Nadimin

(2011)

menunjukkan bahwa orang dengan status

gizi normal cenderung memiliki aktifitas

fisik yang tinggi dan sedang.

Mayoritas

anak

sekolah

mendapatkan uang saku ketika di sekolah

dan di rumah (Aprillia, 2011). Tingginya

pengeluaran uang saku anak sekolah

akan digunakan untuk membeli makanan

jajanan, dan sebesar 23% berkontribusi

terhadap kecukupan energi dan protein

(Rahmi, 2005). Lebih lanjut Tessmer

et,

all

(2006) bahwa anak sekolah yang

menyukai jajanan dan mengemil akan

enggan mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat gizi lengkap.

Surya (2007) menyatakan bahwa

semakin tinggi pengeluaran maka tingkat

konsumsi energi juga semakin tinggi..

Aprillia (2011) menyatakan bahwa anak

sekolah

yang

obesitas

95.9%

menghabiskan uang sakunya dengan

membeli jajan di sekolah.

Data Dinkes Kota Madiun Tahun

2013 didapatkan bahwa prevalensi anak

sekolah dasar yang

Overweight

di Kota

Madiun sebesar 7.05* dan pada tahun

2013 SD Mojorejo dan SD Banjarejo

memiliki prevalensi anak sekolah dasar

overweight

14.6% dan 9.38%. Penelitian

ini untuk menganalisis perbedaan tingkat

konsumsi energi, aktifitas fisik, serta

pengeluaran uang jajan antara anak

Sekolah Dasar yang

overweight

dan

non

overweight

di Kota Madiun.

METODE

Penelitian ini bersifat Observasional

dengan

pendekatan

crossectional.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Januari 2014 sampai Agustus 2014.

Sampel penelitian siswa kelas 4 dan 5 di

SD Banjarejo dan Mojorejo 2 Madiun.

(5)

berturut-urut. Data aktivitas fisik diukur

dengan metode PAL.

Analisis data menggunakan SPSS

16.

Analisis

data

meliputi

analisis

deskriptif dan analisis statistik. Analisis

deskriptif

diperoleh

dengan

mentabulasikan data penelitian dengan

menggunakan

tabel

distribusi

dari

variable yang diteliti, meliputi tingkat

konsmsi

energi,

aktivitas fisik

dan

pengeluaran uang jajan. Analisis statistik

menggunakan uji statistik

Independent

T-Test

dan

Mann Whitney.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SD Mojorejo 2 dan SD Banjarejo

memiliki karakteristik yang sama. Letak di

lingkungan pendidikan dan perkantoran

dengan jumlah pedagang jajanan kaki

lima yang cukup banyak, dari berbagai

tingkat sosial ekonomi

SD Mojorejo 2 terletak di Jalan

Abdul Rahman Saleh No. 1, Madiun

dengan jumlah siswa 621 siswa. Kegiatan

ekstrakurikuler yang dimiliki diantaranya

pramuka, menari, basket, dokter kecil,

Musik, Sains,PMR, English club dan

Islamic Club. SD Banjarejo terletak di

Jalan Sekolahan No. 16, Madiun dengan

siswa sebanyak 615 siswa. Kegiatan

ekstrakurikuler

yang

dimiliki

adalah

pramuka, Musik, Adiwiyata dan English

Club.

Karakter Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini

diambil dari siswa yang

overweight

dan

non

overweight

masing-masing sebanyak

37 siswa kelas 4 dan 5.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik

Responden

Karakteristik Responden

Status Gizi

Overw eight %

Non

Overweight %

Usia Responden 10

11 12 13

5 30

2 0

13.5 81.1 5.4

0

6 30

0 1

16.2 81.1 0 2.7 Jenis

Kelamin Perempuan Laki-laki

14 23

37.8 62.2

24 13

64.8 35.2

Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa

responden paling banyak berusia 11

tahun

untuk

kelompok

overweight

maupun non

overweight

yaitu

masing-masing sebesar 81.1%. Jenis kelamin

pada kelompok

overweight

paling banyak

laki-laiki

(62.2%),

sedangkan

non

overweight

adalah perempuan yang

paling mendominasi (64.8%).

Tingkat Konsumsi Energi Responden

Tabel 2. Distribusi Responden

Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi

TKE Over-weight

Non Overweight

n % n %

Defisit (<80%) 19 51.4 25 67.6 Normal(80-110%) 9 24.3 12 32.4

Di atas

Kebutuhan (>110%)

9 24.3 0 0

Tabel 2 diatas menerangkan bahwa

responden

overweight

maupun

non

overweight

masih

banyak

yang

mengalami deficit untuk tingkat konsumsi

energi. Prosentasenya adalah 51.4%

untuk

overweight

dan 67.6% untuk non

overweight

.

(6)

adekuat,

mereka

lebih

menyukai

makanan yang ringan dan kurang gizi

seperti jenis chiki, mi lidi dan kerupuk.

Tingkat konsumsi jajan anak sekolah

yang

overweight

maupun

non overweight

rata-rata hampir sama frekuensinya yaitu

lebih dari 2 x per hari.

Intake makanan yang berlebih dan

aktivitas fisik yang kurang menyebabkan

proses metabolisme zat gizi tidak optimal,

sehingga banyak zat gizi yang tertimbun

dalam tubuh dalam bentuk lemak. Faktor

yang mempengaruhi tingkat konsumsi

pada

anak

sekolah

yang

paling

mendominasi adalah lingkungan dan

media (Soetjiningsih, 1995).

Aktifitas Fisik Responden

Tabel 3 Distribusi Responden

berdasarkan Aktifitas Fisik

Aktifitas Fisik

Overweight Non

Overweight Total

n % n % n %

Ringan 32 86.5 23 62.2 55 74.3 Sedang 5 13.5 13 35.1 18 24.3

Berat 0 0 1 2.7 1 1.4

Aktifitas fisik pada anak sekolah

yang

overweight

memiliki nilai maksimal

1.81 dengan kategori aktifitas sedang,

sedangkan untuk anak dengan status gizi

non

overweight

aktifitas berat menjadi

nilai maksimal (1.95).

Tabel

3

menunjukkan distribusi

responden berdasarkan aktifitas fisik yang

dilakukan. Prosentase untuk aktifitas

ringan adalah 74.3%. Sedangkan untuk

aktifitas fisik berat yaitu pada kelompok

non

overweight

sebanyak 1 siswa.

aktifitas fisik pada anak sekolah hamipr

25% digunakan untuk belajar di sekolah

dan duduk di kelas. Selanjutnya kegiatan

yang biasa dilakukan adalah menonton

televisi dan bermain games di rumah.

Kebiasaan pada anak

overweight

maupun

non overweight

untuk hari sekolah sama.

Anak dengan status gizi lebih

cenderung malas melakukan kegiatan

berat

karena

terbebani

oleh

berat

badannya, sehingga hanya melakukan

kegiatan yang tidak beragam (Sutiari,

2007).

Pengeluaran Uang Jajan Responden

Tabel 4. Distribusi Responden

Berdasarkan Pengeluaran Uang Jajan

Penge-luaran Uang Jajan

Overweight Non

Overweight Total

n % n % n %

Kecil 1 2.7 4 8.1 5 6.8

Sedang 9 21.6 6 16.2 15 20

Besar 27 75.6 27 75.6 54 73

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa rata-rata pengeluaran uang jajan

responden yang

overweight

lebih besar

(63.3) dibandingkan dengan pengeluaran

uang jajan anak

non overweight

(59.3%).

Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan

menggunakan

uang

untuk

membeli

makanan jajanan lebih sering dilakukan

oleh anak dengan status gizi

overweight

.

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa hampir semua responden baik

kelompok

overweight

maupun

non

overweight

menghabiskan lebih dari

sebagian uang saku mereka untuk

membeli jajan.

Namun sebanyak 3

responden (6.8%) tidak menggunakan

uang saku untuk membeli di sekolah

ataupun di rumah.

PEMBAHASAN

Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi

Siswa

Overweight

dan Non

Overweight

Tingkat

konsumsi

energi

(7)

penelitian dengan uji statistik

Mann

Whitney

diperoleh

nilai

p

(

0.010),

sehingga disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat konsumsi antara siswa

SD kelompok

overweight

dan siswa SD

kelompok

non overweight

. Perbedaan

yang signifikan (

p

=0) terhadap tingkat

konsumsi anak sekolah yang gemuk dan

tidak gemuk juga ditunjukkan pada

penelitian Dewi (2010).

Energi

merupakan

hasil

dari

metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein. Tingginya asupan energi dan

lemak pada kelompok siswa obesitas

berpotensi

pada

terjadinya

ketidakseimbangan antara asupan kalori

dengan

kalori

yang

dipergunakan,

sehingga

menimbulkan

terjadinya

peningkatan berat badan (Asmika dkk,

2012).

Tingkat konsumsi pada anak

sekolah didapatkan dari 25% makanan

utama lengkap dan 75% dari makanan

jajanan (Padmiari, 2004).

Kontribusi makanan jajanan yang

memiliki kandungan karbohidrat dan

lemak inilah yang meningkatkan jumlah

energi.

Penelitian Angel, dkk (2013)

juga menemukan data bahwa siswa SD

overweight

memiliki tingkat konsumsi di

atas rata-rata dibandingkan dengan anak

yang tidak

overweight

.

Pada penelitian ini karakteristik

kesukaan pada jenis makanan tertentu

seperti bakso, es sirup, permen dan roti

selai, dimana makanan tersebut kaya

akan karbohidrat dan lemak. Selain

konsumsi

makanan

yang

berlebih,

responden juga tidak ada penyeimbang,

yaitu aktivitas fisik. Sebaliknya pada anak

dengan status

non overweight

memiliki

tingkat konsumsi dan kegiatan yang

beragam. Hal ini sesuai dengan penelitian

Suryaputra (2012) yang menunjukkan

perbedaan signifikan terhadap tingkat

konsumsi energi siswa

overweight

dan

non overweight

.

Moehyi (2003) menjelaskan bahwa

tingkat konsumsi zat gizi pada anak

dipengaruhi oleh pola makan. Beberapa

jenis makanan jajanan yang tersedia di

lingkungan sekolah ditunjukkan oleh

Tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi Responden

Berdasarkan Jenis Jajan

Jenis Jajanan

(%)

Mie lidi

18

Cilok/ bakso

25.7

Susu

7.1

Chiki

10.2

Es sirup/ minuman instan

12

Gorengan

22.2

Perbedaan

Aktifitas

Fisik

Siswa

Overweight

dan Non

Overweight

Aktifitas fisik merupakan setiap

gerakan tubuh yang dapat meningkatkan

pengeluaran

tenaga,

energi

dan

pembakaran

kalori

(Starkey,

2011).

Aktifitas fisik berat, sedang maupun

ringan tergantung pada jenis kegiatan,

intensiatas dalam sehari, durasi dan

frekuensi kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji

statistik

Independent t-test

menunjukkan

ada perbedaan yang bermakna terhadap

aktifitas fisik antara kelompok siswa SD

yang

overweight

maupun siswa SD yang

non overweight

dengan nilai

p

=0.009

(

p

<0.05).

(8)

setiap harinya, yaitu kegiatan berupa

duduk dan mengikuti kegiatan belajar

(Swaminathan et all, 2011). Hal ini sama

dengan pendapat Pate (2008) bahwa

anak SD cenderung kurang aktif selama

berada di sekolah. Pada penelitian ini,

aktifitas

weekday

responden

yang

tergolong sedang hingga berat dialami

oleh

responden

dengan

kegiatan

tambahan di luar sekolah seperti olahraga

sore, mengaji (TPA), bimbingan belajar

dan

pemanfaatan

transportasi

menggunakan sepeda atau berjalan kaki

untuk berangkat ke sekolah atau tempat

les. Kegiatan responden akan berbeda

saat hari libur (hari minggu).

Pada

(

weekend

) hari minggu anak-anak banyak

menghabiskan untuk melakukan olahraga

dan kegiatan rumah tangga (menyapu,

mengepel rumah) (Sawello dkk, 2012).

Hasil

penelitian

ini

juga

menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa sekolah dasar kelompok

overweight

maupun

non overweight

memiliki aktifitas

ringan.

Aktifitas

fisik

ringan

pada

kelompok

overweight

20% lebih tinggi

dibandingan

dengan

kelompok

non

overweight

.

Tabel 6. Distribusi Jenis Kegiatan

Responden Sehari

Jenis Kegiatan

Lama

(jam)

%

Sekolah dan belajar

8

33.3

Kegiatan di luar rumah

1

4.2

Kegiatan di dalam

rumah

3

12.5

Olahraga

1

4.2

Tidur

9

37.5

Kegiatan lain-lain

2

8.3

Jumlah

24

100

Aktifitas

fisik

yang

mayoritas

dilakukan oleh kedua kelompok adalah

belajar disekolah (450 menit), menonton

televisi/ bermain

gadget

(120 menit),

bersepeda (12 menit) dan membantu

pekerjaan rumah tangga (15 menit).

Olahraga yang biasanya dilakukan

adalah sepakbola (30 menit), karate (30

menit), lari (10 menit) dan voli (20 menit).

Jenis kegiatan yang sering dilakukan

responden sehari-hari.

Kegiatan

yang

berhubungan

dengan penggunaan transportasi juga

mempengaruhi tingkat aktifitas fisik pada

anak sekolah (Van Berg dkk, 1995). Alat

transportasi

yang

digunakan

untuk

kegiatan disekolah (berangkat ke sekolah,

mengikuti kegiatan di sekolah atau diluar

sekolah) sangat beragam. Responden

menggunakan

alat

transportasi

kendaraan pribadi yang berupa antar

jemput dengan sepeda motor, mobil,

sepeda dan kendaraan umum (bis kota)

Distribusi alat transportasi pada kedua

kelompok

penelitian

disajikan

pada

gambar 5.

Menurut jenis kelamin responden,

didapatkan bahwa aktifitas fisik pada

kedua kelompok tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan perempuan,

masing-masing memiliki variasi aktifitas fisik

ringan-sedang -berat. Hal ini bertolak

dengan pendapat Subardja (2004) yang

mengungkapkan bahwa tingkat aktiftas

fisik anak laki-laki dan perempuan sangat

berbeda, untuk laki-laki tingkat aktiftas

fisiknya

lebih

tinggi

dibandingkan

perempuan. Penelitian Swaminathan dkk

(2011) juga mengungkapkan bahwa

aktifitas

fisik

laki-laki

lebih

tinggi

dibandingkan dengan perempuan.

(9)

dasar yang

overweight

. Anak sekolah

yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah

cenderung menghabiskan waktu di rumah

dengan bermain

gadget

atau menonton

televisi dengan durasi yang lama. Lebih

lanjut Angel (2013) menjelaskankan

bahwa anak sekolah dengan aktifitas fisik

setiap hari yang tergolong ringan memiliki

risiko 3 kali untuk menjadi obesitas

dibandingan

dengan

yang

memiliki

aktifitas fisik yang bervariasi setiap

harinya

(ringan-sedang-berat)

(Angel,

2013).

Nuralliyah

(2013)

yang

menyebutkan perbedaan aktivitas fisik

dipacu oleh siswa yang

overweight

malas

bergerak karena merasa cepat lelah.

Rata-rata waktu tidur malam antara

kelompok anak

overweight

dan

non

overweight

berbeda. Hasil penilaian

kuisioner di dapatkan bahwa rata-rata

waktu tidur malam kelompok anak

overweight

adalah 7.5 jam sedangkan

kelompok anak

non overweight

adalah 8

jam, dimana durasi waktu tidur malam

dapat

mempengaruhi

status

gizi

seseorang (Gradisar et all, 2011).

Tidur

yang

kurang

akan

menyebabkan

gangguan

pengaturan

nafsu makan dan jumlah asupan makan

(Manik,

2012).

Kurang

tidur

akan

menyebabkan

regulasi

hormonal

terutama pengeluaran hormone leptin dan

ghrelin yang berdampak pada pengaturan

nafsu makan dan jumlah asupan makan

sumber energi (Bel et al, 2013).

Rasullulah juga bersabda bahwa

Waktu tidur yang terbaik adalah dimulai

jam 9 hingga sepertiga malam dengan

durasi 6-8 jam

” (HR. Bukhari). Durasi tidur

yang

kurang

dari

8

jam

akan

menyebabkan

menurunnya

hormone

leptin sedangkan apabila lebih dari 8 jam

maka akan meningkatkan nafsu makan

berupa konsumsi energi yang berlebih

(Nuralliyah, 2013).

Perbedaan Pengeluaran Uang Jajan

Siswa

Overweight

dan Non

Overweight

Status

ekonomi

akan

mempengaruhi besar kecilnya konsumsi

pangan dan pemilihan jenis pangan

(Suhardjo, 2002).

Uang jajan adalah jumlah uang

saku anak sekolah yang digunakan untuk

membeli makanan jajanan selama di

sekolah

ataupun

di

rumah.Kategori

pengeluaran

uang

jajan

dibedakan

menjadi besar-sedang dan kecil. Besar

kecilnya uang jajan akan mempengaruhi

konsumsi makanan jajanan pada anak

sekolah.

Berdasarkan

uji

perbedaan

Independent T-Test

didapatkan hasil

p

value adalah 0.335

(p

>0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan pengeluaran uang jajan antara

kelompok anak

overweight

dan

non

overweight

.

Anak sekolah memiliki kebiasaan

jajan di sekolah maupun di rumah, dari

hasil penelitian didapatkan bahwa hampir

seluruh responden menggunakan uang

saku setiap harinya. Pengeluarn uang

saku yang digunakan untuk membeli jajan

lebih tinggi dibandingkan yang digunakan

untuk membeli bahan non pangan. Hal ini

sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Kartikasari (2006) di SD Hj. Isriiati

Semarang pada anak yang mengalami

obesitas dan non obesitas.

(10)

(2008) menunjukkan bahwa rata-rata

pengeluaran uang saku yang dialokasikan

untuk makanan sebesar 60% dan 34%

untuk bukan makanan sedangkan sisanya

adalah 6%. Hampir sebagian besar uang

jajan ini lebih banyak digunakan untuk

membeli jajanan di sekolah.

KESIMPULAN

1. Tingkat konsumsi energi anak sekolah

overweight

dan

non overweight

paling

banyak adalah kategori defisit (51.4%)

dan (67.6%)

2. Aktifitas fisik pada anak sekolah dasar

overweight

dan

non overweight

paling

banyak adalah dengan kategori ringan

(86.5%) dan (62.2%).

3. Pengeluaran uang jajan pada anak

sekolah dasar yang

overweight

dan

non overweight

paling banyak adalah

dengan kategori dengan kategori

besar masing-masing adalah (75.6%).

4. Hasil uji statistik menunjukkan ada

perbedaan tingkat konsumsi energi

(

p

=0.010)

pada

anak

sekolah

overweight

dan

non overweight

.

5. Hasil uji statistik menunjukkan ada

perbedaan aktifitas fisik (

p

=0.009)

pada anak sekolah

overweight

dan

non overweight

.

6. Hasil uji statistik menunjukkan tidak

ada perbedaan pengeluaran uang

jajan anak sekolah

overweight

dan

non

overweight

(

p

=0.335).

SARAN

1. Bagi siswa sekolah dasar diharapkan

lebih memperhatikan jenis konsumsi

yang dikonsumsi yaitu cukup zat gizi

(serat, karbohidrat, protein dan lemak),

diharapkan memilih kegiatan yang bisa

membuat tubuh bergerak dan dapat

menggunakan uang saku dengan

bijak.

2. Bagi sekolah

lebih memperhatikan

masalah gizi siswa terutama masalah

overweight

dengan cara memberikan

penyuluhan dan edukasi. Sekolah juga

menggalangkan program kantin sehat

DAFTAR PUSTAKA

1.

A,

Elizabeth.,

Shim,

Mi-suk.,

Caplovitz, Allison. 2004.

Linking

Obesity and Activity Level With

Children’s Television and Video

Game Use

. Journal of Adolescene

27.

2.

Almatsier, Sunita. 2011.

Gizi Dalam

Daur Kehidupan.

Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

3.

Angel,

Danari.,

Mayuku,

Nelly.,

Onibala, Franly. 2013.

Hubungan

Aktivitas

Fisik

dengan

Kejadian

Obesitas pada Anak SD di Kota

Manado.

Jurnal

Penelitian

Keperawatan Volume 1. Nomor 1.

Universitas Sam Ratulangi.

4.

Aprillia, Bondika Ariandani. 2011.

Faktor yang Berhubungan Dengan

Pemilihan Makanan Jajanan Pada

Anak

Sekolah

Dasar.

Artikel.

Program Studi Ilmu Gizi Universitas

Diponegoro.

5.

Arisman. 2009.

Gizi dalam Daur

Kehidupan (2

nd

ed)

. EGC Kedokteran.

Jakarta

6.

Asmika., Karunia, Laksmi., Nugroho,

Yanuar Sandy. 2013.

Hubungan

Tingkat Konsumsi dan Intensitas

Screen Time Terhadap Kejadian Gizi

Lebih pada Siswa SD Taman

Harapan

Kota

Malang.

Jurnal

Penelitian.

7.

Bel, S., Michels, N., De Vriendt, T., et

al. 2013.

Association Between

Self-Reported Sleep Duration And Dietary

Quality in European Adolescent.

The

Britiash Journal of Nutrition page

1-11.

8.

Deni, dan Dwiriani, Cesilia. 2009.

Pengetahuan Gizi, Aktifitas Fisik,

Konsumsi

Snack

dan

Pangan

Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di

Bogor yang Berstatus Gizi Normal

dan Gemuk.

Thesis

.

Jurnal Gizi dan

Pangan.

(11)

10. Dewi, Eva Rosita. 2010.

Social

Status Differences Of Economic,

Diet, Lifestyle and School Age

Children Between Obesitas and Non

Obesitas in Jember.

Thesis. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas

Airlangga.

11. Dinas Kesehatan Kota Madiun. 2012.

Profil Kesehatan Kota Madiun Tahun

2012.

12. Faizah, Zinatul. 2004.

Faktor Risiko

Anak Obesitas Murid Sekolah Dasar

Usia 6-7 tahun di Semarang.

Thesis.

Fakultas

Kedokteran.

Universitas

Diponegoro.

13. Fukuda, S. Takeshita., T, Mariemoto.

2001.

Obesity and Lifestyle.

Asian

Medical J. Volume 44:97-102

14. Gibson, RS. 2005.

Principles Of

Nutritional

Assesment

Second

Edition

. New York: Oxford University

Press.

15. Gibney, Michael J., et.all. 2009.

Gizi

Kesehatan

Masyarakat.

EGC

Kedokteran. Jakarta

16. Gradisar, M., Gardner, G. 2012.

Is

shortetened sleep duration a risk

factor for overweight and obesity

during adolescence

: A review of the

empirical literature. Sleep Medicine,

13. Page 110-118

17. Hardinsyah., Riyadi, Hadi., Napitulu,

Victor. 2012.

Kecukupan Energi,

Protein, Lemak dan Karbohidrat.

Departemen Gizi Masyarakat FEMA,

IPB., Departemen Gizi FK UI.

18. IDAI, 2011.

Asuhan Nutrisi Pediatrik

(Pediatric Nutrition Care).

UKK Nutrisi

dan Penyakit Metabolik. Jakarta.

19. Kemenkes RI. 2010.

Riset Kesehatan

Dasar.

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI tahun

2010

20. Khomsan, Ali. 2004.

Pangan dan Gizi

Untuk Kesehatan

. PT. Rajagrafindo.

Jakarta.

21. Lemeshow, Stanley., et.all, 1997.

Besar

Sampel dalam Penelitian

Kesehatan

. Gajahmada University

Press. Yogyakarta.

22. Li, Y. dkk. 2007.

Determinants of

Childhood Overweight and Obesity in

China

. British Journal of Nutrition.

23. Manik, CPN. 2012.

Hubungan Jam

Tidur dengan IMT pada Remaja

.

Artikel

24. Mardyana,

Purnama.

2008.

Hubungan

Faktor-Faktor

Resiko

dengan Status Gizi pada Siswa Kelas

8 di SLTPN 7 Bogor

. Skripsi.

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia.

25. Maskar D.H, 2004.

Assesment of

Illegal Food Addictive Intake From

Street Food Among Primary School

Children in Selected Area of Jakarta.

Thesis. SEAMO-TROPMED RCCN.

Universitas Indonesia.

26. Medawati, A., Hadi, H., Pramantara,

Dp. 2005.

Hubungan Antara Asupan

Energi, Asupan Lemak dan Obesitas

Pada

Remaja

SLTP

di

Kota

Yogyakarta dan Bantul.

Jurrnal Gizi

Klinik Indonesia. Volume 1:3

27. Misnadiarly. 2007.

Obesitas Sebagai

Faktor Resiko Beberapa Pemnyakit.

Pustaka Obor Populer. Jakarta

28. Moehyi, Sjahmien. 2002.

Ilmu Gizi

.

Papan Sinar Sinanti-Bharata. Jakarta

29. Muhilal, Damayanti D. 2006.

Gizi

Seimbang

Untuk

Anak

Sekolah

Dasar.

Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

30. Mujur, Andrianus. 2011.

Hubungan

Antara Pola Makan dan Aktifitas Fisik

dengan Kejadian Berat Badan Lebih

pada

Remaja

.

Skripsi.

Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

31. Nadimin. 2011.

Pola Makan, Aktifitas

Fisik dan Status Gizi Pegawai Dinas

Kesehatan Sulawesi Selatan

. Media

Gizi Pangan Vol. XI.

32. Nix, S. 2005.

William’s Basic Nutrition

& Diet Therapy, Twelfe Edition.

Elsevier Mosby Inc, USA.

(12)

Overweight dan Obesitas Mahasiswa

Universitas

Hassanudin.

Jurnal.

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Kesehatan Masayarakat. Universitas

Hasanudin.

34. Padmiari,

Eka.

2004.

Tingkat

Konsumsi Makanan Jajanan pada

Anak SD di Kota Denpasar.

Thesis.

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Jurusan

Gizi

dan

Kesehatan.

Universitas Gajah Mada.

35. Pate, S.R., dan Hu, F.B. 2008.

Short

Sleep Duration and Weightgain: a

systemic

review.

Obesity.

www.kompas.com

36. Popkin, B. 2007.

Ubah Kebiasaan

Ngemil

Anak-Sekarang

Juga.

Diakses tanggal 17 Oktober 2013.

www.parenting.co.id

37. Rachmawati, Dian Maya., Rahayu,

Teta Puji., Tumirah. 2013.

Hubungan

Pola Makan dan Aktivitas Fisik

Dengan Kejadian Obesitas Pada

Anak Sekolah di Sekolah Dasar

negeri 5 Madiun Lor Kota Madiun.

Majalah Tunas Riset Kesehatan

Violume III No.3, Agustus. Wahana

Riset Kesehatan. Magetan.

38. Rahmi,

AA.,

SF,

Muis.

2005.

Kontribusi

Makanan

Jajanan

Terhadap Tingkat Kecukupan Energi

dan Protein Serta Status Gizi Anak

Sekolah Dasar di SD Siliwangi

Semarang.

Majalah Media Medika

Muda.

39. Retnaningsih, Ekowati., dan Oktariza,

Rini. 2011.

Pengaruh Aktifitas Fisik

Terhadap Kejadian Obesitas pada

Murid

. Jurnal Pembangunan Manusia

Vol. 5. No.2.

40. Roberrtson, A., Lobstein, T., Knai, C.

2007.

Obesity and Socio-Economic

Group in Europe : Evidance Review

and Implications for Action.

Sanco

Nutrition. European Commision.

41. Sartika, Ratu Ayu. 2011.

Faktor

Risiko Obesitas pada Anak 5-15

tahun di Indonesia.

Jurnal.

Makara

Kesehatan

. Vol. 15. 1 Juni 2011 :

37-43

42. Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 2004.

Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan

Profesi di Indonesia jilid I.

Dian

Rakyat. Jakarta.

43. Soetjiningsih, dr. 1995.

Tumbuh

Kembang Anak.

Cetakan I. Jakarta:

EGC

44. Supariasa, I Dewa Nyoman., Bakrie,

Bachyar., Fajar, Ibnu. 2012.

Penilaian

Status Gizi.

Cetakan kedua. Jakarta:

EGC: Penerbit Buku Kedokteran.

45. Suryaputra, Kartika., dan Nadhiroh,

Sri. 2012.

Perbedaan Pola Makan

dan Aktifitas Fisik Antara Remaja

Obesitas dengan Non Obesitas

.

Makara Kesehatan. Departemen Gizi

Kesehatan,

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga.

46. Sutiari,

Ni

Ketut.

Putu

Ayu,

Swandewi. 2007.

Pola Makan dan

Aktifitas Fisik Pada Siswa Gizi Lebih

di SDK Soverdi Tuban, Kuta-Bali.

Jurnal

Kesehatan

Masyarakat.

Universitas Udayana Bali.

47. Swaminatha,

Sumanthi.,

Selvan,

Sumithra., Thomas, Tiuku., Kurpad,

Anura

V.,

Vaz,

Mario.

2011.

Longitudinal

Trends

In

Phisical

Activity Patterns Selected Urban

South Indian School Childern.

Indian

Journal Medical Res 134

48. Tessmer, KA., Beecher, M., Hagen,

M. 2006.

Conquering Childhood

Obesity

For

Dummies.

Indiana:

Indianapolis

49. Van

den

Berg,

et

al.

1995.

Quantification

Of

The

Physical

Activity

In

Young

Overweight

Children

. BMC Public Health.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik

Referensi

Dokumen terkait

Adalah metode tanya jawab untuk menyelidiki pengalaman, perasaan, motif, serta motivasi. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang: a). Bagaimana urgensi

Sifat fisik air laut yang sangat berperan besar dalam menjaga iklim dunia adalah: ac. Pertambahan tekanan air sebesar 1 atmosfer setara dengan

Proses globalisasi saat ini telah menyebabkan perubahan hampir di setiap aspek kehidupan. Era globalisasi yang dicirikan dengan pesatnya perdagangan, industri pengolahan

ini. Keluargaku, kakak dan adik yang aku sayangi. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbingku.. PERLINDUNGAN KONSUMEN PERUMAHAN UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

BAB 5 ANALISIS PERAN KARAKTERISTIK PKL DALAM MEMBENTUK CITRA KAWASAN DI KORIDOR JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA 5.1.Analisis Karakteristik Fisik PKL di Koridor

Peramalan penjualan produk dengan teknik analisis adalah merupakan cara dari sebuah perusahaan untuk menghitung atau memprediksikan skala permintaan konsumen di masa

The results of this study are, first, the linguistic form of fashion label slogans are phrase (noun phrase) and sentences (declarative sentence and imperative

Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi merupakan area bekas tambang batubara PT Arutmin Indonesia yang berpotensi untuk dijadikan area rekreasi dengan memanfaatkan pemandangan