\
PERBEDA
AKTIFITAS FIS
PADA ANAK S
NON
PUSKESMAS
E
P
FAK
UNIVERSITA
NASKAH PUBLIKASI
DAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI,
FISIK DAN PENGELUARAN UANG JAJAN
K SEKOLAH DASAR
OVERWEIGHT
DAN
NON OVERWEIGHT
DI WILAYAH
AS BANJAREJO, KECAMATAN TAMAN
KOTA MADIUN
ERFITA ANASHA WIRAIDA
J 310 121 014
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENDAHULUAN
Masalah gizi ganda merupakan
keadaan suatu populasi yang memiliki
masalah gizi kurang (
undernutrition
) dan
masalah gizi lebih (
overnutrition
) pada
saat yang bersamaan (FAO, 2006). Salah
satu kelompok umur yang beresiko
terjadinya gizi lebih ataupun kekurangan
energi protein adalah anak usia sekolah
(6-12 tahun) (Hadi, 2005).
Prevalensi gizi lebih pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) meningkat seiring
dengan perkembangan. Hasil Riskesdas
(2007) menunjukkan peningkatan yaitu
15.9% dan tahun 2013 yaitu mencapai
angka
18.8%
(Riskesdas,
2013).
Prevalensi gizi lebih
(overweight)
pada
anak usia sekolah (6-12 tahun) di Provinsi
Jawa Timur juga meningkat yaitu 12%
pada 2010 dan tahun 2013 sebesar
12.4%
(Kemenkes,
2010;
2013).
Sedangkan untuk anak usia sekolah
dasar (6-12 tahun) dengan status gizi baik
sebesar 70% dan 11.2% untuk anak
sekolah dasar dengan status gizi kurang
(Riskesdas, 2013).
Meningkatnya
prevalensi
kegemukan pada anak usia sekolah (6-12
tahun) dikaitkan dengan beberapa faktor
antara lain faktor lingkungan yaitu sosial
ekonomi keluarga, konsumsi energi yang
berlebih, aktifitas fisik dan paparan iklan
mengenai makanan jajanan (Krause,
2012).
Konsumsi
makanan
sangat
berpengaruh
terhadap
status
gizi
seseorang (Andriyani; Wirjatmaji, 2012).
PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, AKTIVITAS FISIK DAN
PENGELUARAN UANG JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR
OVERWEIGHT
DAN
NON OVERWEIGHT
DI WILAYAH PUSKESMAS BANJAREJO, KECAMATAN
TAMAN KOTA MADIUN
Erfita Anasha W
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
Burdern nutritional problems and begin to occur in school-aged children. The prevalence of elementary school children who are experiencing overweight by 2013 showed that amount to 7.02% and 11.2% with undernutrition. While the prevalence of overweight in primary school in Puskesmas Banjarejo reached 34.2%. High levels of energy consumption and low physical activity is a thing that can affect a person’s nutritional state. This research aimed to analyze about the difference of energy consumption level, physical activity and pocket money for snack between overweight and non overweight chlidren. The type of this research is observational crossectional approach. Included energy consumption level, physical activity and pocket money for snack the recall method 3 times 24 hours. The number of samles in this study were students from 4th grader and 5th grader in SD Banjarejo ang Mojorejo 2 Madiun total 74 students.The result showed (51.4 %), overweight students experienced a deficit rate of consumption. Non overweight (67.6%) with deficits and levels of consumption. Physical activity in children overweight (86.5%) with a mild. Non overweight (62.2%) with a mild activity. Students are overweight and non overweight with spending above the 50% allowance allowance total (75.6 %). With p value of (p=0.010), physical activity (p=0.009) spending allowance for snack (p= 0.335).
Overweight
adalah keadaan dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam
tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan
(Nix,
2005).
Konsumsi
makanan terutama makanan sumber
energi yang melebihi kebutuhan akan
menyebabkan
penumpukan
energi
sehingga bisa menambah berat badan
dimana penumpukan energi dan lemak
meningkatkan
resiko
terjadinya
kegemukan (
overweight)
bahkan obesitas
(Tessmer,
et
all, 2006).
Penelitian
Li
(2007)
mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi
energi, protein dan lemak pada anak
sekolah dengan status gizi lebih atau
obesitas
mencapai
90%
dari
total
kebutuhan gizi. Sedangkan pada anak
status gizi kurang atau gizi baik
cenderung memiliki tingkat konsumsi
energi yang rendah atau defisit dari total
kebutuhan energi (Deni, 2009).
Aktifitas fisik juga memiliki pengaruh
yang berarti terhadap kejadian obesitas
(Angel dkk, 2013). Penelitian Ekowati
(2011)
dan
Suciaty
(2005)
mengungkapkan bahwa 50.9% anak
obesitas memiliki tingkat aktifitas yang
ringan, diantaranya duduk selama belajar
di sekolah, sedikit olahraga saat sekolah,
terlalu lama menonton televisi dan
kurangnya waktu bermain di luar. Aktifitas
fisik menyebabkan terjadinya proses
pembakaran energi sehingga semakin
banyak beraktifitas, energi yang keluar
akan semakin banyak (Suryaputra, 2012).
Hasil
penelitian
Nadimin
(2011)
menunjukkan bahwa orang dengan status
gizi normal cenderung memiliki aktifitas
fisik yang tinggi dan sedang.
Mayoritas
anak
sekolah
mendapatkan uang saku ketika di sekolah
dan di rumah (Aprillia, 2011). Tingginya
pengeluaran uang saku anak sekolah
akan digunakan untuk membeli makanan
jajanan, dan sebesar 23% berkontribusi
terhadap kecukupan energi dan protein
(Rahmi, 2005). Lebih lanjut Tessmer
et,
all
(2006) bahwa anak sekolah yang
menyukai jajanan dan mengemil akan
enggan mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi lengkap.
Surya (2007) menyatakan bahwa
semakin tinggi pengeluaran maka tingkat
konsumsi energi juga semakin tinggi..
Aprillia (2011) menyatakan bahwa anak
sekolah
yang
obesitas
95.9%
menghabiskan uang sakunya dengan
membeli jajan di sekolah.
Data Dinkes Kota Madiun Tahun
2013 didapatkan bahwa prevalensi anak
sekolah dasar yang
Overweight
di Kota
Madiun sebesar 7.05* dan pada tahun
2013 SD Mojorejo dan SD Banjarejo
memiliki prevalensi anak sekolah dasar
overweight
14.6% dan 9.38%. Penelitian
ini untuk menganalisis perbedaan tingkat
konsumsi energi, aktifitas fisik, serta
pengeluaran uang jajan antara anak
Sekolah Dasar yang
overweight
dan
non
overweight
di Kota Madiun.
METODE
Penelitian ini bersifat Observasional
dengan
pendekatan
crossectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2014 sampai Agustus 2014.
Sampel penelitian siswa kelas 4 dan 5 di
SD Banjarejo dan Mojorejo 2 Madiun.
berturut-urut. Data aktivitas fisik diukur
dengan metode PAL.
Analisis data menggunakan SPSS
16.
Analisis
data
meliputi
analisis
deskriptif dan analisis statistik. Analisis
deskriptif
diperoleh
dengan
mentabulasikan data penelitian dengan
menggunakan
tabel
distribusi
dari
variable yang diteliti, meliputi tingkat
konsmsi
energi,
aktivitas fisik
dan
pengeluaran uang jajan. Analisis statistik
menggunakan uji statistik
Independent
T-Test
dan
Mann Whitney.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SD Mojorejo 2 dan SD Banjarejo
memiliki karakteristik yang sama. Letak di
lingkungan pendidikan dan perkantoran
dengan jumlah pedagang jajanan kaki
lima yang cukup banyak, dari berbagai
tingkat sosial ekonomi
SD Mojorejo 2 terletak di Jalan
Abdul Rahman Saleh No. 1, Madiun
dengan jumlah siswa 621 siswa. Kegiatan
ekstrakurikuler yang dimiliki diantaranya
pramuka, menari, basket, dokter kecil,
Musik, Sains,PMR, English club dan
Islamic Club. SD Banjarejo terletak di
Jalan Sekolahan No. 16, Madiun dengan
siswa sebanyak 615 siswa. Kegiatan
ekstrakurikuler
yang
dimiliki
adalah
pramuka, Musik, Adiwiyata dan English
Club.
Karakter Responden Penelitian
Responden pada penelitian ini
diambil dari siswa yang
overweight
dan
non
overweight
masing-masing sebanyak
37 siswa kelas 4 dan 5.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Responden
Karakteristik Responden
Status Gizi
Overw eight %
Non
Overweight %
Usia Responden 10
11 12 13
5 30
2 0
13.5 81.1 5.4
0
6 30
0 1
16.2 81.1 0 2.7 Jenis
Kelamin Perempuan Laki-laki
14 23
37.8 62.2
24 13
64.8 35.2
Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa
responden paling banyak berusia 11
tahun
untuk
kelompok
overweight
maupun non
overweight
yaitu
masing-masing sebesar 81.1%. Jenis kelamin
pada kelompok
overweight
paling banyak
laki-laiki
(62.2%),
sedangkan
non
overweight
adalah perempuan yang
paling mendominasi (64.8%).
Tingkat Konsumsi Energi Responden
Tabel 2. Distribusi Responden
Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi
TKE Over-weight
Non Overweight
n % n %
Defisit (<80%) 19 51.4 25 67.6 Normal(80-110%) 9 24.3 12 32.4
Di atas
Kebutuhan (>110%)
9 24.3 0 0
Tabel 2 diatas menerangkan bahwa
responden
overweight
maupun
non
overweight
masih
banyak
yang
mengalami deficit untuk tingkat konsumsi
energi. Prosentasenya adalah 51.4%
untuk
overweight
dan 67.6% untuk non
overweight
.
adekuat,
mereka
lebih
menyukai
makanan yang ringan dan kurang gizi
seperti jenis chiki, mi lidi dan kerupuk.
Tingkat konsumsi jajan anak sekolah
yang
overweight
maupun
non overweight
rata-rata hampir sama frekuensinya yaitu
lebih dari 2 x per hari.
Intake makanan yang berlebih dan
aktivitas fisik yang kurang menyebabkan
proses metabolisme zat gizi tidak optimal,
sehingga banyak zat gizi yang tertimbun
dalam tubuh dalam bentuk lemak. Faktor
yang mempengaruhi tingkat konsumsi
pada
anak
sekolah
yang
paling
mendominasi adalah lingkungan dan
media (Soetjiningsih, 1995).
Aktifitas Fisik Responden
Tabel 3 Distribusi Responden
berdasarkan Aktifitas Fisik
Aktifitas Fisik
Overweight Non
Overweight Total
n % n % n %
Ringan 32 86.5 23 62.2 55 74.3 Sedang 5 13.5 13 35.1 18 24.3
Berat 0 0 1 2.7 1 1.4
Aktifitas fisik pada anak sekolah
yang
overweight
memiliki nilai maksimal
1.81 dengan kategori aktifitas sedang,
sedangkan untuk anak dengan status gizi
non
overweight
aktifitas berat menjadi
nilai maksimal (1.95).
Tabel
3
menunjukkan distribusi
responden berdasarkan aktifitas fisik yang
dilakukan. Prosentase untuk aktifitas
ringan adalah 74.3%. Sedangkan untuk
aktifitas fisik berat yaitu pada kelompok
non
overweight
sebanyak 1 siswa.
aktifitas fisik pada anak sekolah hamipr
25% digunakan untuk belajar di sekolah
dan duduk di kelas. Selanjutnya kegiatan
yang biasa dilakukan adalah menonton
televisi dan bermain games di rumah.
Kebiasaan pada anak
overweight
maupun
non overweight
untuk hari sekolah sama.
Anak dengan status gizi lebih
cenderung malas melakukan kegiatan
berat
karena
terbebani
oleh
berat
badannya, sehingga hanya melakukan
kegiatan yang tidak beragam (Sutiari,
2007).
Pengeluaran Uang Jajan Responden
Tabel 4. Distribusi Responden
Berdasarkan Pengeluaran Uang Jajan
Penge-luaran Uang Jajan
Overweight Non
Overweight Total
n % n % n %
Kecil 1 2.7 4 8.1 5 6.8
Sedang 9 21.6 6 16.2 15 20
Besar 27 75.6 27 75.6 54 73
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa rata-rata pengeluaran uang jajan
responden yang
overweight
lebih besar
(63.3) dibandingkan dengan pengeluaran
uang jajan anak
non overweight
(59.3%).
Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan
menggunakan
uang
untuk
membeli
makanan jajanan lebih sering dilakukan
oleh anak dengan status gizi
overweight
.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa hampir semua responden baik
kelompok
overweight
maupun
non
overweight
menghabiskan lebih dari
sebagian uang saku mereka untuk
membeli jajan.
Namun sebanyak 3
responden (6.8%) tidak menggunakan
uang saku untuk membeli di sekolah
ataupun di rumah.
PEMBAHASAN
Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi
Siswa
Overweight
dan Non
Overweight
Tingkat
konsumsi
energi
penelitian dengan uji statistik
Mann
Whitney
diperoleh
nilai
p
(
0.010),
sehingga disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat konsumsi antara siswa
SD kelompok
overweight
dan siswa SD
kelompok
non overweight
. Perbedaan
yang signifikan (
p
=0) terhadap tingkat
konsumsi anak sekolah yang gemuk dan
tidak gemuk juga ditunjukkan pada
penelitian Dewi (2010).
Energi
merupakan
hasil
dari
metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Tingginya asupan energi dan
lemak pada kelompok siswa obesitas
berpotensi
pada
terjadinya
ketidakseimbangan antara asupan kalori
dengan
kalori
yang
dipergunakan,
sehingga
menimbulkan
terjadinya
peningkatan berat badan (Asmika dkk,
2012).
Tingkat konsumsi pada anak
sekolah didapatkan dari 25% makanan
utama lengkap dan 75% dari makanan
jajanan (Padmiari, 2004).
Kontribusi makanan jajanan yang
memiliki kandungan karbohidrat dan
lemak inilah yang meningkatkan jumlah
energi.
Penelitian Angel, dkk (2013)
juga menemukan data bahwa siswa SD
overweight
memiliki tingkat konsumsi di
atas rata-rata dibandingkan dengan anak
yang tidak
overweight
.
Pada penelitian ini karakteristik
kesukaan pada jenis makanan tertentu
seperti bakso, es sirup, permen dan roti
selai, dimana makanan tersebut kaya
akan karbohidrat dan lemak. Selain
konsumsi
makanan
yang
berlebih,
responden juga tidak ada penyeimbang,
yaitu aktivitas fisik. Sebaliknya pada anak
dengan status
non overweight
memiliki
tingkat konsumsi dan kegiatan yang
beragam. Hal ini sesuai dengan penelitian
Suryaputra (2012) yang menunjukkan
perbedaan signifikan terhadap tingkat
konsumsi energi siswa
overweight
dan
non overweight
.
Moehyi (2003) menjelaskan bahwa
tingkat konsumsi zat gizi pada anak
dipengaruhi oleh pola makan. Beberapa
jenis makanan jajanan yang tersedia di
lingkungan sekolah ditunjukkan oleh
Tabel berikut.
Tabel 5. Distribusi Responden
Berdasarkan Jenis Jajan
Jenis Jajanan
(%)
Mie lidi
18
Cilok/ bakso
25.7
Susu
7.1
Chiki
10.2
Es sirup/ minuman instan
12
Gorengan
22.2
Perbedaan
Aktifitas
Fisik
Siswa
Overweight
dan Non
Overweight
Aktifitas fisik merupakan setiap
gerakan tubuh yang dapat meningkatkan
pengeluaran
tenaga,
energi
dan
pembakaran
kalori
(Starkey,
2011).
Aktifitas fisik berat, sedang maupun
ringan tergantung pada jenis kegiatan,
intensiatas dalam sehari, durasi dan
frekuensi kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian dan uji
statistik
Independent t-test
menunjukkan
ada perbedaan yang bermakna terhadap
aktifitas fisik antara kelompok siswa SD
yang
overweight
maupun siswa SD yang
non overweight
dengan nilai
p
=0.009
(
p
<0.05).
setiap harinya, yaitu kegiatan berupa
duduk dan mengikuti kegiatan belajar
(Swaminathan et all, 2011). Hal ini sama
dengan pendapat Pate (2008) bahwa
anak SD cenderung kurang aktif selama
berada di sekolah. Pada penelitian ini,
aktifitas
weekday
responden
yang
tergolong sedang hingga berat dialami
oleh
responden
dengan
kegiatan
tambahan di luar sekolah seperti olahraga
sore, mengaji (TPA), bimbingan belajar
dan
pemanfaatan
transportasi
menggunakan sepeda atau berjalan kaki
untuk berangkat ke sekolah atau tempat
les. Kegiatan responden akan berbeda
saat hari libur (hari minggu).
Pada
(
weekend
) hari minggu anak-anak banyak
menghabiskan untuk melakukan olahraga
dan kegiatan rumah tangga (menyapu,
mengepel rumah) (Sawello dkk, 2012).
Hasil
penelitian
ini
juga
menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa sekolah dasar kelompok
overweight
maupun
non overweight
memiliki aktifitas
ringan.
Aktifitas
fisik
ringan
pada
kelompok
overweight
20% lebih tinggi
dibandingan
dengan
kelompok
non
overweight
.
Tabel 6. Distribusi Jenis Kegiatan
Responden Sehari
Jenis Kegiatan
Lama
(jam)
%
Sekolah dan belajar
8
33.3
Kegiatan di luar rumah
1
4.2
Kegiatan di dalam
rumah
3
12.5
Olahraga
1
4.2
Tidur
9
37.5
Kegiatan lain-lain
2
8.3
Jumlah
24
100
Aktifitas
fisik
yang
mayoritas
dilakukan oleh kedua kelompok adalah
belajar disekolah (450 menit), menonton
televisi/ bermain
gadget
(120 menit),
bersepeda (12 menit) dan membantu
pekerjaan rumah tangga (15 menit).
Olahraga yang biasanya dilakukan
adalah sepakbola (30 menit), karate (30
menit), lari (10 menit) dan voli (20 menit).
Jenis kegiatan yang sering dilakukan
responden sehari-hari.
Kegiatan
yang
berhubungan
dengan penggunaan transportasi juga
mempengaruhi tingkat aktifitas fisik pada
anak sekolah (Van Berg dkk, 1995). Alat
transportasi
yang
digunakan
untuk
kegiatan disekolah (berangkat ke sekolah,
mengikuti kegiatan di sekolah atau diluar
sekolah) sangat beragam. Responden
menggunakan
alat
transportasi
kendaraan pribadi yang berupa antar
jemput dengan sepeda motor, mobil,
sepeda dan kendaraan umum (bis kota)
Distribusi alat transportasi pada kedua
kelompok
penelitian
disajikan
pada
gambar 5.
Menurut jenis kelamin responden,
didapatkan bahwa aktifitas fisik pada
kedua kelompok tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan,
masing-masing memiliki variasi aktifitas fisik
ringan-sedang -berat. Hal ini bertolak
dengan pendapat Subardja (2004) yang
mengungkapkan bahwa tingkat aktiftas
fisik anak laki-laki dan perempuan sangat
berbeda, untuk laki-laki tingkat aktiftas
fisiknya
lebih
tinggi
dibandingkan
perempuan. Penelitian Swaminathan dkk
(2011) juga mengungkapkan bahwa
aktifitas
fisik
laki-laki
lebih
tinggi
dibandingkan dengan perempuan.
dasar yang
overweight
. Anak sekolah
yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah
cenderung menghabiskan waktu di rumah
dengan bermain
gadget
atau menonton
televisi dengan durasi yang lama. Lebih
lanjut Angel (2013) menjelaskankan
bahwa anak sekolah dengan aktifitas fisik
setiap hari yang tergolong ringan memiliki
risiko 3 kali untuk menjadi obesitas
dibandingan
dengan
yang
memiliki
aktifitas fisik yang bervariasi setiap
harinya
(ringan-sedang-berat)
(Angel,
2013).
Nuralliyah
(2013)
yang
menyebutkan perbedaan aktivitas fisik
dipacu oleh siswa yang
overweight
malas
bergerak karena merasa cepat lelah.
Rata-rata waktu tidur malam antara
kelompok anak
overweight
dan
non
overweight
berbeda. Hasil penilaian
kuisioner di dapatkan bahwa rata-rata
waktu tidur malam kelompok anak
overweight
adalah 7.5 jam sedangkan
kelompok anak
non overweight
adalah 8
jam, dimana durasi waktu tidur malam
dapat
mempengaruhi
status
gizi
seseorang (Gradisar et all, 2011).
Tidur
yang
kurang
akan
menyebabkan
gangguan
pengaturan
nafsu makan dan jumlah asupan makan
(Manik,
2012).
Kurang
tidur
akan
menyebabkan
regulasi
hormonal
terutama pengeluaran hormone leptin dan
ghrelin yang berdampak pada pengaturan
nafsu makan dan jumlah asupan makan
sumber energi (Bel et al, 2013).
Rasullulah juga bersabda bahwa
“
Waktu tidur yang terbaik adalah dimulai
jam 9 hingga sepertiga malam dengan
durasi 6-8 jam
” (HR. Bukhari). Durasi tidur
yang
kurang
dari
8
jam
akan
menyebabkan
menurunnya
hormone
leptin sedangkan apabila lebih dari 8 jam
maka akan meningkatkan nafsu makan
berupa konsumsi energi yang berlebih
(Nuralliyah, 2013).
Perbedaan Pengeluaran Uang Jajan
Siswa
Overweight
dan Non
Overweight
Status
ekonomi
akan
mempengaruhi besar kecilnya konsumsi
pangan dan pemilihan jenis pangan
(Suhardjo, 2002).
Uang jajan adalah jumlah uang
saku anak sekolah yang digunakan untuk
membeli makanan jajanan selama di
sekolah
ataupun
di
rumah.Kategori
pengeluaran
uang
jajan
dibedakan
menjadi besar-sedang dan kecil. Besar
kecilnya uang jajan akan mempengaruhi
konsumsi makanan jajanan pada anak
sekolah.
Berdasarkan
uji
perbedaan
Independent T-Test
didapatkan hasil
p
value adalah 0.335
(p
>0.05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan pengeluaran uang jajan antara
kelompok anak
overweight
dan
non
overweight
.
Anak sekolah memiliki kebiasaan
jajan di sekolah maupun di rumah, dari
hasil penelitian didapatkan bahwa hampir
seluruh responden menggunakan uang
saku setiap harinya. Pengeluarn uang
saku yang digunakan untuk membeli jajan
lebih tinggi dibandingkan yang digunakan
untuk membeli bahan non pangan. Hal ini
sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kartikasari (2006) di SD Hj. Isriiati
Semarang pada anak yang mengalami
obesitas dan non obesitas.
(2008) menunjukkan bahwa rata-rata
pengeluaran uang saku yang dialokasikan
untuk makanan sebesar 60% dan 34%
untuk bukan makanan sedangkan sisanya
adalah 6%. Hampir sebagian besar uang
jajan ini lebih banyak digunakan untuk
membeli jajanan di sekolah.
KESIMPULAN
1. Tingkat konsumsi energi anak sekolah
overweight
dan
non overweight
paling
banyak adalah kategori defisit (51.4%)
dan (67.6%)
2. Aktifitas fisik pada anak sekolah dasar
overweight
dan
non overweight
paling
banyak adalah dengan kategori ringan
(86.5%) dan (62.2%).
3. Pengeluaran uang jajan pada anak
sekolah dasar yang
overweight
dan
non overweight
paling banyak adalah
dengan kategori dengan kategori
besar masing-masing adalah (75.6%).
4. Hasil uji statistik menunjukkan ada
perbedaan tingkat konsumsi energi
(
p
=0.010)
pada
anak
sekolah
overweight
dan
non overweight
.
5. Hasil uji statistik menunjukkan ada
perbedaan aktifitas fisik (
p
=0.009)
pada anak sekolah
overweight
dan
non overweight
.
6. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
ada perbedaan pengeluaran uang
jajan anak sekolah
overweight
dan
non
overweight
(
p
=0.335).
SARAN
1. Bagi siswa sekolah dasar diharapkan
lebih memperhatikan jenis konsumsi
yang dikonsumsi yaitu cukup zat gizi
(serat, karbohidrat, protein dan lemak),
diharapkan memilih kegiatan yang bisa
membuat tubuh bergerak dan dapat
menggunakan uang saku dengan
bijak.
2. Bagi sekolah
lebih memperhatikan
masalah gizi siswa terutama masalah
overweight
dengan cara memberikan
penyuluhan dan edukasi. Sekolah juga
menggalangkan program kantin sehat
DAFTAR PUSTAKA
1.
A,
Elizabeth.,
Shim,
Mi-suk.,
Caplovitz, Allison. 2004.
Linking
Obesity and Activity Level With
Children’s Television and Video
Game Use
. Journal of Adolescene
27.
2.
Almatsier, Sunita. 2011.
Gizi Dalam
Daur Kehidupan.
Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
3.
Angel,
Danari.,
Mayuku,
Nelly.,
Onibala, Franly. 2013.
Hubungan
Aktivitas
Fisik
dengan
Kejadian
Obesitas pada Anak SD di Kota
Manado.
Jurnal
Penelitian
Keperawatan Volume 1. Nomor 1.
Universitas Sam Ratulangi.
4.
Aprillia, Bondika Ariandani. 2011.
Faktor yang Berhubungan Dengan
Pemilihan Makanan Jajanan Pada
Anak
Sekolah
Dasar.
Artikel.
Program Studi Ilmu Gizi Universitas
Diponegoro.
5.
Arisman. 2009.
Gizi dalam Daur
Kehidupan (2
nded)
. EGC Kedokteran.
Jakarta
6.
Asmika., Karunia, Laksmi., Nugroho,
Yanuar Sandy. 2013.
Hubungan
Tingkat Konsumsi dan Intensitas
Screen Time Terhadap Kejadian Gizi
Lebih pada Siswa SD Taman
Harapan
Kota
Malang.
Jurnal
Penelitian.
7.
Bel, S., Michels, N., De Vriendt, T., et
al. 2013.
Association Between
Self-Reported Sleep Duration And Dietary
Quality in European Adolescent.
The
Britiash Journal of Nutrition page
1-11.
8.
Deni, dan Dwiriani, Cesilia. 2009.
Pengetahuan Gizi, Aktifitas Fisik,
Konsumsi
Snack
dan
Pangan
Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di
Bogor yang Berstatus Gizi Normal
dan Gemuk.
Thesis
.
Jurnal Gizi dan
Pangan.
10. Dewi, Eva Rosita. 2010.
Social
Status Differences Of Economic,
Diet, Lifestyle and School Age
Children Between Obesitas and Non
Obesitas in Jember.
Thesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas
Airlangga.
11. Dinas Kesehatan Kota Madiun. 2012.
Profil Kesehatan Kota Madiun Tahun
2012.
12. Faizah, Zinatul. 2004.
Faktor Risiko
Anak Obesitas Murid Sekolah Dasar
Usia 6-7 tahun di Semarang.
Thesis.
Fakultas
Kedokteran.
Universitas
Diponegoro.
13. Fukuda, S. Takeshita., T, Mariemoto.
2001.
Obesity and Lifestyle.
Asian
Medical J. Volume 44:97-102
14. Gibson, RS. 2005.
Principles Of
Nutritional
Assesment
Second
Edition
. New York: Oxford University
Press.
15. Gibney, Michael J., et.all. 2009.
Gizi
Kesehatan
Masyarakat.
EGC
Kedokteran. Jakarta
16. Gradisar, M., Gardner, G. 2012.
Is
shortetened sleep duration a risk
factor for overweight and obesity
during adolescence
: A review of the
empirical literature. Sleep Medicine,
13. Page 110-118
17. Hardinsyah., Riyadi, Hadi., Napitulu,
Victor. 2012.
Kecukupan Energi,
Protein, Lemak dan Karbohidrat.
Departemen Gizi Masyarakat FEMA,
IPB., Departemen Gizi FK UI.
18. IDAI, 2011.
Asuhan Nutrisi Pediatrik
(Pediatric Nutrition Care).
UKK Nutrisi
dan Penyakit Metabolik. Jakarta.
19. Kemenkes RI. 2010.
Riset Kesehatan
Dasar.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI tahun
2010
20. Khomsan, Ali. 2004.
Pangan dan Gizi
Untuk Kesehatan
. PT. Rajagrafindo.
Jakarta.
21. Lemeshow, Stanley., et.all, 1997.
Besar
Sampel dalam Penelitian
Kesehatan
. Gajahmada University
Press. Yogyakarta.
22. Li, Y. dkk. 2007.
Determinants of
Childhood Overweight and Obesity in
China
. British Journal of Nutrition.
23. Manik, CPN. 2012.
Hubungan Jam
Tidur dengan IMT pada Remaja
.
Artikel
24. Mardyana,
Purnama.
2008.
Hubungan
Faktor-Faktor
Resiko
dengan Status Gizi pada Siswa Kelas
8 di SLTPN 7 Bogor
. Skripsi.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
25. Maskar D.H, 2004.
Assesment of
Illegal Food Addictive Intake From
Street Food Among Primary School
Children in Selected Area of Jakarta.
Thesis. SEAMO-TROPMED RCCN.
Universitas Indonesia.
26. Medawati, A., Hadi, H., Pramantara,
Dp. 2005.
Hubungan Antara Asupan
Energi, Asupan Lemak dan Obesitas
Pada
Remaja
SLTP
di
Kota
Yogyakarta dan Bantul.
Jurrnal Gizi
Klinik Indonesia. Volume 1:3
27. Misnadiarly. 2007.
Obesitas Sebagai
Faktor Resiko Beberapa Pemnyakit.
Pustaka Obor Populer. Jakarta
28. Moehyi, Sjahmien. 2002.
Ilmu Gizi
.
Papan Sinar Sinanti-Bharata. Jakarta
29. Muhilal, Damayanti D. 2006.
Gizi
Seimbang
Untuk
Anak
Sekolah
Dasar.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
30. Mujur, Andrianus. 2011.
Hubungan
Antara Pola Makan dan Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Berat Badan Lebih
pada
Remaja
.
Skripsi.
Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
31. Nadimin. 2011.
Pola Makan, Aktifitas
Fisik dan Status Gizi Pegawai Dinas
Kesehatan Sulawesi Selatan
. Media
Gizi Pangan Vol. XI.
32. Nix, S. 2005.
William’s Basic Nutrition
& Diet Therapy, Twelfe Edition.
Elsevier Mosby Inc, USA.
Overweight dan Obesitas Mahasiswa
Universitas
Hassanudin.
Jurnal.
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masayarakat. Universitas
Hasanudin.
34. Padmiari,
Eka.
2004.
Tingkat
Konsumsi Makanan Jajanan pada
Anak SD di Kota Denpasar.
Thesis.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Jurusan
Gizi
dan
Kesehatan.
Universitas Gajah Mada.
35. Pate, S.R., dan Hu, F.B. 2008.
Short
Sleep Duration and Weightgain: a
systemic
review.
Obesity.
www.kompas.com
36. Popkin, B. 2007.
Ubah Kebiasaan
Ngemil
Anak-Sekarang
Juga.
Diakses tanggal 17 Oktober 2013.
www.parenting.co.id
37. Rachmawati, Dian Maya., Rahayu,
Teta Puji., Tumirah. 2013.
Hubungan
Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Dengan Kejadian Obesitas Pada
Anak Sekolah di Sekolah Dasar
negeri 5 Madiun Lor Kota Madiun.
Majalah Tunas Riset Kesehatan
Violume III No.3, Agustus. Wahana
Riset Kesehatan. Magetan.
38. Rahmi,
AA.,
SF,
Muis.
2005.
Kontribusi
Makanan
Jajanan
Terhadap Tingkat Kecukupan Energi
dan Protein Serta Status Gizi Anak
Sekolah Dasar di SD Siliwangi
Semarang.
Majalah Media Medika
Muda.
39. Retnaningsih, Ekowati., dan Oktariza,
Rini. 2011.
Pengaruh Aktifitas Fisik
Terhadap Kejadian Obesitas pada
Murid
. Jurnal Pembangunan Manusia
Vol. 5. No.2.
40. Roberrtson, A., Lobstein, T., Knai, C.
2007.
Obesity and Socio-Economic
Group in Europe : Evidance Review
and Implications for Action.
Sanco
Nutrition. European Commision.
41. Sartika, Ratu Ayu. 2011.
Faktor
Risiko Obesitas pada Anak 5-15
tahun di Indonesia.
Jurnal.
Makara
Kesehatan
. Vol. 15. 1 Juni 2011 :
37-43
42. Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 2004.
Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan
Profesi di Indonesia jilid I.
Dian
Rakyat. Jakarta.
43. Soetjiningsih, dr. 1995.
Tumbuh
Kembang Anak.
Cetakan I. Jakarta:
EGC
44. Supariasa, I Dewa Nyoman., Bakrie,
Bachyar., Fajar, Ibnu. 2012.
Penilaian
Status Gizi.
Cetakan kedua. Jakarta:
EGC: Penerbit Buku Kedokteran.
45. Suryaputra, Kartika., dan Nadhiroh,
Sri. 2012.
Perbedaan Pola Makan
dan Aktifitas Fisik Antara Remaja
Obesitas dengan Non Obesitas
.
Makara Kesehatan. Departemen Gizi
Kesehatan,
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
46. Sutiari,
Ni
Ketut.
Putu
Ayu,
Swandewi. 2007.
Pola Makan dan
Aktifitas Fisik Pada Siswa Gizi Lebih
di SDK Soverdi Tuban, Kuta-Bali.
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat.
Universitas Udayana Bali.
47. Swaminatha,
Sumanthi.,
Selvan,
Sumithra., Thomas, Tiuku., Kurpad,
Anura
V.,
Vaz,
Mario.
2011.
Longitudinal
Trends
In
Phisical
Activity Patterns Selected Urban
South Indian School Childern.
Indian
Journal Medical Res 134
48. Tessmer, KA., Beecher, M., Hagen,
M. 2006.
Conquering Childhood
Obesity
For
Dummies.
Indiana:
Indianapolis
49. Van
den
Berg,
et
al.
1995.
Quantification
Of
The
Physical
Activity
In
Young
Overweight
Children
. BMC Public Health.