SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Diajukan oleh :
Miftakhun Ni’mah 0912010205 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Miftakhun Ni’mah 0912010205 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
Disusun Oleh :
MIFTAKHUN NI’MAH
0912010205 / FE / EM
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi pr ogr am Study Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
pada tanggal : 13 juni 2013
Pembimbing
Tim Penguji :
Ketua
Sugeng Pur wanto,SE.MM
Dr s. Ec. Gendut Sukar no, MS
Sekr etar is
Sugeng Pur wanto,SE.MM
Anggota
Dr . Ec. Her r y Pudjo P, MM
Mengetahui, Dekan Fa kultas Ekonomi
Univer sitas PembangunanNasional “Veter an” J awaTimur
Yang Diajukan Oleh
Miftakhun Ni’mah 0912010205 / FE / EM
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh:
Pembimbing Utama
Sugeng Pur wanto,SE.MM Tanggal :... NIP. 196801081989031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
Yang diajukan
Miftakhun Ni’mah 0912010205 / FE / EM
Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Sugeng Pur wanto,SE.MM Tanggal :... NIP. 196801081989031001
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
Yang Diajukan Oleh
Miftakhun Ni’mah 0912010205 / FE / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Sugeng Pur wanto,SE.MM Tanggal :... NIP. 196801081989031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini degan judul “Minat Beli Biskuit Or eo Di Car refour Rungkut Sur abaya“. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Sugeng Purwanto, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, mei 2013
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN……… i
HALAMAN PERSETUJUAN………... ii
KATA PENGANTAR………...……… iii
ABSTRAKSI………. v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Pengertian Pemasaran... 14
2.2.3.2Fungsi dan Tujuan Periklanan……….. 23
2.2.3.3Bentuk Iklan televise……… 24
2.3.4 Kepercayaan Merek………... 26
2.2.4.1 Pengertian Kepercayaan Merek……….. 26
2.2.5 Citra Merek………... 28
2.2.5.1 Pengertian Citra Merek……….. 28
2.2.6 Minat Beli……….. 33
2.2.6.1 Pengertian Minat Beli... 33
2.2.6.2 Faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen…….. 34
2.2.7 Pengaruh iklan terhadap minat beli………….……… 36
2.2.8 Pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli……….. 37
2.2.9Pengaruh citra merek terhadap minat beli……….. 37
2.4.Kerangka konseptual... 38
2.5 Hipotesis………. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.1.1 Pengukuran variabel……….. 42
3.3.3 Tekhnik pengumpulan data………. 44
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas…... 44
3.4.1 Uji Validitas……... 44
3.4.2 Uji Reliabilitas…... 45
3.5 Tekhnik analisis dan uji hipotesis... 45
3.5.1 Tekhnik analisis ... 45
3.5.1.1 Cara kerja PLS ……… 46
3.5.1.2 Model Spesifikasi PLS……… 47
3.5.1.3 Langkah-langkah PLS……….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian………. ... 61
4.1.1 Sejarah Perusahaan..……….. 61
4.2 Deskripsi Jawaban Responden... 65
4.2.1 Penyebaran Kuisioner... 65
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 65
4.3 Deskripsi Variabel ... 66
4.3.1 Iklan……. ... 66
4.4.1 Evaluasi Outlier... 72
4.4.2 Intrepretasi Hasil PLS... 74
4.4.2.1 Pengujian Model Pengukuran (Outter Model)………… 74
4.4.2.2 Analisis Model PLS……… 78
4.4.2.3 Evaluasi Pengujian Struktural Model……… 79
4.5 Pembahasan………... 81
4.5.1 Pengaruh Iklan Terhadap Minat Beli... 81
4.5.2 Pengaruh Kepercayaan Merek Terhadap Minat Beli... 83
4.5.3 Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli………... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 86
5.1 Kesimpulan………... 86
5.2 Saran………... 86
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.3 Data Penjualan Oreo 2010-2012……….. 5
Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis kelamin………. ... 66
Tabel 4.2 Karakteristik berdasarkan Usia………..……… 66
Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Iklan…..………….. 67
Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepercayaan Merek 69 Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Citra Merek………. 70
Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Beli…..…… 71
Tabel 4.7 Outlier Data………. 73
Tabel 4.8 Outlier Loading………..………. 74
Tabel 4.9 Average Variance Extrack (AVE)………...………. 76
Tabel 4.10 Reliabilitas Data………..………. 77
Tabel 4.11 R-Squer………..………..………. 79
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual………... 47
Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS………. 50
Miftakhun Ni’mah
Abstraksi
Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukan arah yang positif. Hal ini ditandai dengan banyaknya industry yang berkembang. Baik industry yang berskala kecil maupun industry yang berskala besar. Salah satu industry yang tetap ramai dan berkembang sampai saat ini adalah industry makanan dan minuman. Industry ini mampu bertahan dalam kondisi apapun, termasuk ketika krisis perekonomian. industry makanan dan minuman menawarkan berbagai jenis produk makanan yang dapat dipilih oleh konsumen, salah satunya adalah biscuit. Jumlah pelaku bisnis dalam bidang ini tentunya bukan jumlah yang sedikit. Dimana konsumen dihadapkan pada berbagai alternative pilihan merek biscuit. Persaingan di pasar biscuit Indonesia memang sangat tinggi. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui minat beli biskuit oreo di carrefour Rungkut Surabaya
Objek yang digunakan dalam penelitian ini seluruh pelanggan yang berkunjung dan berbelanja di Carrefour Rungkut Surabaya .Tekhnik penentuan sampel yang digunakan adalah menggunakan non probability sampling dengan teknik accidental . Tekhnik analisis yang digunakan adalah teknik analisis Partial Least Square (PLS)
Berdasarkan hasil penelitian Iklan berpengaruh terhadap Minat beli, Kepercayaan Merek tidak berpengaruh terhadap minat beli dan Citra merek berpengaruh terhadap minat beli.
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak yang signifikan terhadap aspek kehidupan manusia, khususnya aspek kehidupan manusia, khususnya aspek ekonomidan bisnis yang semakin hari semakin dinamis. Aktifitas bisnis sudah tidak mengenalbatas ruang dan waktu, segala sesuatunya menjadi mudah, cpat dan efektif karena berkembangnyateknologi dan informasi. Berbagai kebijakan dan kesepakatan mengenai bisnis mulai diberlakukan, bahkan cenderung tidak mengenal batas Negara. Salah satu kesepakatan perdagangan yang baru diberlakukan di tahun 2010 adalah kesepakatan pasar bebas antar Negara ASEAN dan China atau ASEAN-China
Free Trade Agreement (AC-FTA). Ini merupakan bukti bahwa dunia bisnis akan selalu berkembang.
Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukan arah yang positif. Hal ini ditandai dengan banyaknya industry yang berkembang. Baik industry yang berskala kecil maupun industry yang berskala besar. Salah satu industry yang tetap ramai dan berkembang sampai saat ini adalah industry makanan dam minuman. Industry ini mampu bertahan dalam kondisi apapun, termasuk ketika krisis perekonomian.
dihadapkan pada berbagai alternative pilihan merek biscuit. Persaingan di pasar biscuit Indonesia memang sangat tinggi. Beberapa merek biscuit terkenal yang sering muncul yaitu Biskuat, Roma, Kong guan dan Oreo. Table 1.1 menunjukkan nama perusahaan dan merek biscuit di Indonesia.
Table 1.1 Nama Perusahaan Dan Merek Besar Biskuit Nama perusahaan Nama Produk/Merek
Pt. Danone Biskuit Indonesia Biskuat
Pt. Mayora Indah Roma
Pt. Kong Guan Indonesia Kong Guan
Pt. Nabisco Food Oreo
Sumber : Top Brand Index,2012
Biscuit Oreo merupakan salah satu merek biscuit yang cukup terkenal di Indonesia. Tetapi Top Brand Oreo mengalami penurunan dibandingkan dengan merek biscuit lainnya. Pemain industri dalam subkategori craker terdiri dari Nissin, Khong Guan, Indofood, Kraft Foods dan Arnott’s. Persaingan crackers tergolong paling keras di antara subkategori lain.
Table 1.2. Top Brand Index Biskuit perolehan indeks merek biscuit Oreo mengalami penurunan. Yaitu pada tahun 2011 indeks merek biscuit Oreo menunjukkan angka 6,8%. Sedangkan pada tahun 2012 indeks biscuit Oreo turun menjadi 5,6%. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pembelian terhadap biscuit Oreo rendah yang diduga karena konsumen mulai merasakan kejenuhan terhadap biscuit Oreo. Berbagai upaya dilakukan biscuit Oreo untuk mengembalikan dan meningkatkan pembelian konsumen, salah satunya dengan melakukan berbagai macam promosi melalui iklan.
produk Oreo. Padahal produk Oreo produksi dalam negeri dalam hal ini produk Oreo yang diproduksi oleh PT Kraft Indonesia adalah aman untuk dikonsumsi. Persepsi tentang produk Oreo mengandung melamin yang berkembang dimasyarakat sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini akan berdampak pada sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk Oreo. Hal tersebut juga didukung dengan data penjualan biscuit Oreo di slah satu mart, sebagai berikut: Tabel 1.3. Data Penjualan Oreo 2010-2012
Biscuit Oreo
2010 2011 2012
Sales 39000 58000 49000
Growth - 1.49% 0.84%
Sumber : Carreffour, Surabaya, 2013.
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa perkembangan penjualan dari biscuit Oreo mengalami penurunan yaitu di tahu 2011 perkembangannya sebesar 1,4% kemudian di tahun 2012 hanya sebesar 0,84%, hal ini menunjukkan bahwa minta beli konsumen terhadap biskuti Oreo cenderung menurun, oleh karena itu perusahaan hendaklah mengevaluasi dengan cermat dan tepat demi kemajuan perusahaan.
Iklan pun dapat menciptakan kesadaran konsumen terhadap sebuah produk atau merek dan kemungkinan produk yang sebetulnya kurang disukai untuk lebih diperhitungkan (Terhune dan Steinberg 2003).
Selain iklan kepercayaan merek dan citra merek produk juga bisa mempengaruhi pembelian konsumen. Kepercayaan tebangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi tidak ada lagi kekecewaan (Ryan 2002).
konsumen atau menjadikan motivasi dasar bagi konsumendalam memilih suatu produk.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang : “Minat Beli Biskuit Oreo Di Car refour Rungkut Sur abaya“.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah iklan berpengaruh terhadap minat beli Biskuit Oreo di Carrefour Rungkut Surabaya?
2. Apakah kepercayaan merek berpengaruh terhadap minat beli Biskuit Oreo di Rungkut Surabaya?
3. Apakah citra merek berpengaruh terhadap minat beli Biskuit Oreo di Carrefour Rungkut Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikkan pengaruh iklan terhadap minat beli Biskuit Oreo di Carrefour Rungkut Surabaya.
2. Untuk membuktikkan pengaruh kepercayaan merek terhadap minat beli Biskuit Oreo di Carrefour Rungkut Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
Menerapkan ilmu selama masa perkuliahan dan untuk mengukur sejauh mana ilmu diperoleh serta memberikan gambaran secara realitas mengenai permasalahan yang dihubungkan dengan pengaruh iklan, kepercayaan merek dan citra merek terhadap minat beli.
2. Bagi Universitas
Penulisan ini diharapkan dapat menambah kajian dari referensi terutama bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan permasalahan yang serupa.
3. Bagi Pembaca / Pihak Lain
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Astuti dan Arista, (2011) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek, dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen”.Tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh iklan Telkom Speedy terhadap minat beli Telkom Speedy. 2. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan merek Telkom Speedy terhadap minat beli Telkom Speedy. 3. Untuk menganalisis citra merek Telkom Speedy terhadap minat beli Telkom Speedy. Hipotesis daam penelitian ini:1)bahwa iklan Telkom Speedy berpengaruh terhadap minat beli Telkom Speedy. 2. Bahwa kepercayaan merek Telkom Speedy berpengaruh terhadap minat beli Telkom Speedy. 3. Bahwa citra merek Telkom Speedy berpengaruh terhadap minat beli Telkom Speedy
Teknik analisis yang di gunakan pada penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat digunakan untuk memprediksi atau meramal variable-variabel lain
sesuai dengan mutu produk tersebut, juga iklan mempengaruhi minat beli Telkom Speedy. 2. Variabel kepercayaan merek (X2) menjadi variabel kedua yang memiliki tingkat signifikansi 0,001. Nilai signifikansi tersebut memenuhi syarat untuk menjadi variabel pendukung bagi minat beli karena nilainya < 0,05. Konsumen percaya terhadap Telkom Speedy karena telah menggunakan Internet Speedy selama bertahun-tahun dan banyaknya konsumen yang menggunakan Telkom Speedy sehingga calon konsumen ikut terdorong untuk menggunakannya dan Telkom Speedy tidak pernah mengecewakan mereka karena Telkom Speedy menjaga kualitas produk mereka. Selain itu merek Telkom Speedy sudah dikenal diseluruh masyarakat luas. 3. Variabel citra merek (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,531 tidak memenuhi syarat < 0,05 dan tidak memiliki pengaruh signifikan untuk menjadi syarat terhadap variabel minat beli produk Telkom Speedy. Konsumen tidak memilih citra merek sebagai variabel yang mendukung minat beli karena konsumen lebih mempercayai konsumen lain tentang keunggulan dan kehandalan yang telah menggunakan Telkom Speedy
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, asnawati, siburian dan lestari,(2012) dengan jdul penelitian “Pengaruh Iklan, Brand Trust, Dan Brand Image Terhadap Minat Beli Konsumen Wigo 4g Wimax Pt Berca Hardayaperkasa Di Kota Balikpapan”. Adapun permasalahan yang di ajukan adalah: 1. Apakah Iklan,
Brand Image mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap Minat Beli konsumen WiGo 4G WiMax PT Berca Hrdayaperkasa di kota Balikpapan?. adapun hipoteis dalam penelitian ini 1. Bahwa Iklan, Brand Trust, dan Brand Image berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap Minat Beli konsumen WiGo 4G WiMax PT Berca Hrdayaperkasa di kota Balikpapan? 2. Bahwa variabel Brand Trust yang paling dominan pengaruhnya terhadap Minat Beli konsumen WiGo 4G WiMax PT Berca Hrdayaperkasa di kota Balikpapan?
Teknik analisis yang di gunakan pada penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat digunakan untuk memprediksi atau meramal variable-variabel lain.
Hasil penelitian dalam penelitian ini melalui pengujian secara serempak/bersama-sama (Uji F) dapat dismpulkan bahwa iklan, brand trust, dan
brand image secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel dependen minat beli konsumen WiGo 4G WiMax di kota Balikpapan. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. b. Secara parsial (Uji T) ternyata dari hasil penelitian membuktikan bahwa tidak semua indikator dari variabel independen yaitu variabel iklan, brand trust, dan brand image
angka yang ditunjukkan variabel brand trust tidak dominan, dan variabel brand image berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap minat beli konsumen WiGo 4G WiMax PT Berca Hardayaperkasa di kota Balikpapan. Dengan demikian hipotesis ke dua diterima.
Loyalitas Konsumen dalam mengunakan Vaseline Hand and Body Lotion di Kota Padang, d). Bahwa Iklan, Citra Merek, Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap Loyalitas Konsumen dalam mengunakan Vaseline Hand and Body Lotion di Kota Padang
Teknik analisis yang di gunakan pada penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat digunakan untuk memprediksi atau meramal variable-variabel lain
variabel tersebut akan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Vaseline Hand and Body Lotion di kota Padang.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Selama ini pemasaran jasa masih belum begitu diperhatikan, tapi melihat banyak jumlah uang, yang dibelanjakan untuk membeli jasa tersebut, maka para produsen jasa mulai memberi perhatian khusus. Hal ini ditambah pula dengan tingkat persaingan yang mulai ketat diantara para penghasil jasa.
Pemasaran merupakan suatu proses/kegiatan untuk mempersepsikan, memahami, menstimulasi dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut atau dengan kata lain, pemasaran merupakan proses penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar, adapun definisi-definisi lain tentang pemasaran dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
Menurut Kotler (2002 : 8) dalam Manajemen Pemasaran I; pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
1. Valerie A. Zeitthaml dan Mary Jo Bitner (2000: 3) jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, sant4i, sehat) bersifat tidak berwujud.
2. Pemasaran adalah”satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemilik sahamnya” (Kotler, 2007:6)
Intinya disini ialah bahwa jasa itu tidak berwujud dan tidak memberikan kepemilikan suatu apapun kepada pembelinya. Sedangkan proses produksinya bisa tergantung atau tidak tergantung sama sekali kepada fisik produk.
Manajemen pemasaran merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan pertukaran yang diinginkan oleh pasar sasaran (target market). Kegiatan pemasaran harus dijalankan berdasarkan falsafah pemasaran yang efisien, efektif dan bertanggung jawab sosial yang telah dipikirkan secara mendalam.
kinerja penampilan dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
2.2.2. Perilaku Konsumen
Pengertian mengenai perilaku oleh perusahaan ataupun organisasi dalam mencapai tujuan pasar sangat penting dan berguna dalam usaha menentukan dan melaksanakan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan dengan efektif. Perilaku Konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, ide-ide (John C. Mowen dan Michael minor, 2002).
2.2.2.1. Faktor Yang Mempengar uhi Perilaku Konsumen
Faktor yang mempengaruhi konsumen adalah sebagai berikut: (Kotler dan Amstrong, 2007: 197)
1. Pengaruh lingkungan
2. Perbedaan dan pengaruh individu 3. Proses psikologis
Dalam tujuan pemasaran pihak pemasar berusaha keras untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dan belanja sasaran dengan maksimal sesuai dengan keinginan dan harapan konsumennya, Yaitu memperoleh kepuasan sehingga perusahaan harus mampu mengembangkan bauran pemasaran untuk mempengaruhi konsumen agar mau mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atas produk atau jasa yang ditawarkan.
Rangkaian dan unsur masing-masing faktor dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. : Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Konsumen Budaya
Sumber: Kotler and Amstrong, (2007), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit: Inter media J akarta.
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting
dalam perilaku pembelian
a. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku
dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. Anak-anak yang
dibesarkan di amerika serikat mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan
keberhasilan, aktifitas, efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenikmatan
materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme, dan
berjiwa muda.
b. Sub-Budaya
Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi yang khusus bagi
anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis.
c. Kelas Sosial
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial. a. Kelompok Acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseoarang dinamakan kelompok keanggotaan.
Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga,dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang yang menjadi kelompok anggota sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan, yang cendrung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak rutin.
b. Keluarga
pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. c. Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya keluarga, club, organisasi. Kedudukan orang itu masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilakan status. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengarui oleh karakteristik pribadi, Karakteristik tersebut meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik pembeli.
a. Usia Dan Tahap siklus Hidup
Orang yang memebeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama tahun-tahun awal hidupnya,banyak ragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot, pakaian, dan rekreasi juga juga berhubungan dengan usia.
Pekerjaan seseorang juga mempengarui pola konsumsinya. Pilihan produk sangat dipengarui oleh keadaan ekonomi seseorang, penghasilan yang dapat di belanjakan (level, kesetabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (termasuk presentase aktiva yang lancar/likuid), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terus-menerus memperlihatkan kecendrungan penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat suku bunga.
c. Gaya Hidup
Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerja yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.
d. Kepribadian dan Konsep Diri
Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengarui perilaku pembelianya. Yang dimaksud kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkunganya.
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengarui oleh empat faktor psikologis utama motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang bersifat Psikogenis.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi pada rangsangan yang behubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
c. Keyakinan dan sikap
2.2.3. Iklan
2.2.3.1. Pengertian Iklan
Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler dan Keller, 2007), sedangkan menurut Tjiptono (2001) iklan dapat dimanfaatkan secara efektif untuk membangun citra jangka panjang produk maupun perusahaan dan juga dapat memicu pembelian segera. Iklan juga digunakan untuk mendidik dan membangun preferensi suatu merek. Iklan juga merupakan ajang kompetisi bagi tiap-tiap merek produk untuk menjatuhkan produk saingannya, dengan cara iklan yang menyerang produk pesaing dan menampilkan produk pesaing secara samar-samar dan memberitahukan kelemahannya. Selain itu, iklan juga menjadi sarana hiburan yang ditampilkan secara menarik dengan pemberian animasi dan penyampaian yang lucu.
2.2.3.2. Fungsi dan Tujuan Periklanan
Menurut Shimp (2000: 357) secara umum periklanan dihargai sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi karena mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a. Memberi informasi
b. Membujuk
Iklan yang baik akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi bebrbentuk permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Tetapi lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, yakni permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.
c. Mengingatkan
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya.
d. Memberikan nilai tambah
Periklanan memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif meyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan lebih unggul dari tawaran pesaing
e. Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan
Peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. 2.2.3.3. Bentuk-Bentuk Iklan Televisi
atau sindikat, jaringan, lokal, kabel, atau bentuk lainnya. Adapun beberapa bentuk iklan televisi tersebut adalah :
1. Pensponsoran, banyak sekali acara televisi yang penayangan dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi.
2. Partisipasi, bentuk iklan televisi ini agak berbeda dengan bentuk sebelumnya, namun akan dapat mengurangi beban biaya dan risiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30, atau 60 detik, iklan disisipkan di antara satu atau beberapa acara (spots). Pengiklan dapat membeli waktu yang tersedia, baik atas acara yang tetap maupun tidak tetap.
3. Spot Announcements, bentuk ini mengacu pada pengertian bahwa
announcements iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara. Iklan spot 10, 20, 30, atau 60 detik dijual oleh stasiun-stasiun, baik untuk pengiklan lokal maupun nasional, pengiklan lokal biasanya memanfaatkan bentuk iklan ini.
4. Public Service Announcement, bentuk iklan layanan masyarakat yang ditempatkan di tengah-tengah suatu acara. Iklan ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah atau suatu LSM (lembaga swadaya masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat atas suatu masalah.
b. Media pesan yang digunakan. c. Bintang iklan.
d. Musik dalam setiap iklan tersebut e. Slogan dalam iklan tersebut f. Gambar dan Warna
g. Kata-kata mudah di ingat, menarik perhatian. 2.2.4. Kepercayaan Merek
2.2.4.1. Pengertian Kepercayaan Merek
Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi dan tak akan ada lagi kekecewaan (Ryan, 2002).
Sedangkan Lau dan Lee (1999) menyatakan bahwa kepercayaan terhadap merek adalah kemauan konsumen mempercayai merek dengan segala resikonya karena adanya harapan yang dijanjikan oleh merek dalam memberikan hasil yang positif bagi konsumen. Ferrinadewi (2008) mengemukakan, terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen
salah satu pihak untuk percaya akan ketulusan dan pihak lain. Demonstrate concern, kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perhatiannya kepada konsumen dalam bentuk menunjukkan sikap pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk, akan menumbuhkan kepercayaan dengan merek. Akhirnya, yang tidak boleh dilupakan perusahaan adalah kenyataan bahwa kepercayaan bersumber dari bersumber dari harapan konsumen akan terpenuhinya janji merek. Ketika harapan mereka tidak terpenuhi maka kepercayaan akan berkurang bahkan hilang. Ketika kepercayaan konsumen hilang maka akan sulit bagi perusahaan untuk menumbuhkan kembali.
Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek,atribut dan manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana saeseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Atribut instrisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama, merek, kemasan produk. Manfaat adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada konsumen. (Mowen, 2002: 312)
a. Brand reliability merupakan kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan .
- Nilai yang dijanjikan - Keyakinan terhadap produk
b. Brand intentions merupakan keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara tidak terduga.
- Mengutamakan kepentingan bersama - Manfaat yang diberikan
2.2.5. Brand Image (Citr a Merek)
2.2.5.1. Pengertian Brand Image (Citra Merek)
Sebelum menjelaskan pengertian brand image, maka terlebih dahulu akan dijelaskan arti brand (merek). Setiap produk yang dijual di pasar tentu memiliki merek, di mana merek tersebut sebagai pembeda antara satu produk dengan produk yang lain. “Merek menjadi salah satu faktor yang penting dalam strategi pemasaran. Bagi sementara produsen, pemilihan merek merupakan hal yang sangat penting, dan produsen menaruh perhatian besar terhadap merek” (Maulana, 1999:6).
Seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitor.” Maksudnya, merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya itu yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa darin seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk/barang pesaing. Setiap produk yang dijual di pasar memiliki merek, di mana merek tersebut sebagai pembeda antara satu produk dengan produk yang lain. Merek mengidentifikasikan penjual atau produsen. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pelanggan. Merek-merek terbaik memberikan jaminan atas kualitas.
Brand image itu sendiri dapat diartikan “The set of beliefs consumers hold about a particular brand“Kotler et al. (1999: 770). Maksudnya, brand image
perceptions about brand as reflected by the brand association held in consumen
memory.”
Menurut Maulana (1999: 5),”Merek menjadi salah satu yang penting dalam strategi pemasaran. Itulah sebabnya, merek harus dipilih secara hati-hati, karena merek yang tepat dapat menambah peluang sukses produk.” Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor sebagaimana yang dijelaskan oleh Durianto et al. (2001: 2) berikut ini:
1. Emosi konsumen terkadang naik-turun. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.
1. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya, contoh Coca Cola, cDonalds dapat diterima di mana saja dan kapan saja di seluruh dunia.
2. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan pelanggan. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksi dengan pelanggan dan makin banyak brand association yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand association yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat potensi ini akan meningkatkan brand image.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku pelanggan. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku pelanggan.
kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut.
Berdasarkan sejumlah peranan penting suatu merek, maka dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai peranan yang penting dan merupakan ‘aset prestisius’ bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada kondisi sekarang, nilai suatu merek yang mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini bukan hanya merupakan pertempuran produk, melainkan pertempuran persepsi pelanggan atas merek.
Pada saat ini pelanggan tidak hanya melihat sesuatu produk dari kualitas dan harga, tetapi juga melihat brand image (citra merek) yang melekat pada produk yang dikonsumsi. Banyak perusahaan menyadari akan hal terserbut, sehingga mereka berlomba-lomba menciptakan brand image melalui promosi secara besar-besaran. Menurut Assael (1992: 153), “Image is total perception of the obyect that is formed by processing information from various sources over
time.” Maksudnya, image adalah keseluruhan persepsi atas obyek yang diformulasi oleh pengolahan informasi dari berbagai sumber dalam waktu yang lama. Setiap perusahaan berlomba-lomba menciptakan image positif atas produk, layanan, nama perusahaan, dan merek, agar produk, layanan, nama perusahaan, dan merek dikenal dan diterima baik oleh pelanggan. Hal ini berarti pelanggan dapat memiliki image produk, image layanan, image nama perusahaan, dan image
Adapun instrumen indikatornya dari citra merek adalah sebagai berikut: Setyaningsih dan Darmawan (2004)
1. Citra korporat (corporate image),
Konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan’makakonsumen akan memiliki citra positif terhadap perusahaan itu.sebuah organisasi dalam perusahaan harus melakukan survei ulang publiknya selang beberapa waktu untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang mereka lakukan telah memperbaiki atau membentuk citra yang diiginkan.Kotler (2000) menurut Setyaningsih dan Darmawan (2004) menyatakan sikap tidak dapat diubah sekejap,dana untuk kampanye biasanya terbatas,citra publik cenderung tetap,bila tidak ada kemajuan,mungkin progam pemasaran organisasi harus diubah.
2. Citra pemakai (Image of the user)
3. Citra Produk (Image of the product)
Menggambarkan image (gambaran) dari produk tersebut.Hal ini bisa berupa kemasannya, bentuk atau modelnya, dsb.Hal ini sangat berpengaruh di mata konsumen, karena citra dari produk tersebut bisa mendreskripsikan segala hal baik yang negative atau positif.
2.2.6. Minat Beli
2.2.6.1. Pengertian Minat Beli
Minat beli adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.
Menurut Kotler dan Keller (2003:181), minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.
Rossiter dan Percy (1998:126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan intruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan, merekomendasikan,memilih, ahirnya melakukan pembelian.
Adapun indikator dari minat beli adalah sebagai berikut: Priyati (2002:65-84) a. Itensitas Pencarian informasi
c. Keinginan preferensial
2.2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Minat Beli Konsumen
Swastha dan Irawan, (2001) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu :
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.
b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya.
d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja.
Sedangkan menurut Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (Respect to Others)
Untuk memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain;
1. Teori ekonomi mikro
a. Menurut teori ini keputusan membeli merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar. Teori ini didasarkan pada asumsi yaitu: b. Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan
kepuasaanya dalam batas-batas kemampuan finansialnya
c. Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
d. Bahawa ia selalu bertindak rasional. 2. Teori Psikologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologis yang secara garis besar dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu, teori belajar dan teori psikoanalitis. Teori psikologis ini mendasarkan pada penerapan teori psikologis yang berpendapat bahwa pada umumnya manusia selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Teori Psikoanalitis didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh adanya keinginan yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Perilaku manusia ini adalah merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek dalam struktur kepribadian manusia.
4. Teori Antropologis
Menurut teori ini bahwa perilaku manusia dipenhgaruhi oleh kultur yang terdiri dari masyarakat sekitar, kelas sosial yang berlaku serta keluarga 2.2.7. Pengaruh Iklan Ter hadap Minat Beli
Iklan yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media (Kasali, 1995) dalam Pujiyanto (2003). Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui dan mengikuti (Pujiyanto, 2003). Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak untuk membeli.
2.2.8. Pengaruh Kepercayaan Merek Ter hadap Minat Beli
Albari dan Liriswati (2004), di mana norma subyektifnya adalah variabel kepercayaan merek dan sikap. Variabel kepercayaan merek mempengaruhi minat pembelian dengan hasil semuanya menunjukkan nilai positif dan taraf signifikansi di bawah 5% yaitu 0.00. Kepercayaan konsumen terhadap merek jelas mempengaruhi minat pembelian, karena konsumen memiliki sikap yang lebih waspada terhadap merk yang belum dikenal.
Menurut Lau & Lee (1999) dalam Ferinnadewi,(2008) menyatakan bahwa jika individu mempercayai pihak lain, maka kemungkinan terbentuknya positive behavioral intention terhadap pihak lain tersebut akan semakin besar. Dengan demikian ketika konsumen mempercayai suatu merek tertentu kemungkinan akan membentuk positive buying intention yang semakin besar. Intention (niat) merupakan salah satu komponen dari sikap yang berada dalam tahap konatif. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berkaitan dengan proses pembelajaran konsumen, kemudian afektif berkaitan dengan sikap itu sendiri, dan konatif berkaitan dengan perilaku. Pada tahap konatif konsumen mempunyai tendensi untuk bertindak demi suatu tujuan tertentu, atau lebih dekat lagi konsumen mempunyai intetion to buy.
2.2.9. Pengaruh Citr a Merek Terhadap Minat Beli
yang meneliti tentang “Studi Tentang Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Melalui Sikap Terhadap Merek”. Diperoleh hasil nilai P (Probability) sebesar 0,000 dibawah 0,05. Ini menunjukkan bahwa Brand Image mempengaruhi minat beli konsumen
Citra merek (brand image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. (Setiadi, 2003:180).
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
1. Semakin menarik iklan akan meningkatkan minat beli konsumen Biskuit Oreo di Carrefour Rungkut Surabaya.
Iklan (X1)
Kepercayaan merek (X2)
Minat Beli (Y)
2. Semakin tinggi kepercayaan merek akan meningkatkan minat beli konsumen Biskuit Oreo di Carrefour Rungkut Surabaya.
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Iklan (X1) adalah pesan dari produk, jasa atau ide yang disampaikan kepada masyarakat melalui suatu media yang di arahkanuntuk menarik konsumen. Rhenald Kasali (2000). Adapun indikator dari iklan adalah: (Yonaldi, Andri, Dewi,2012).
a. Daya tarik pesan.
b. Media pesan yang digunakan. c. Bintang iklan.
d. Musik dalam setiap iklan tersebut e. Gambar dan Warna
f. Kata-kata mudah di ingat, menarik perhatian.
2. Kepercayaan merek (X2) merupakan serangkaian keyakinan atau kepercayaan yang dipegang konsumen terhadap produk tertentu. Kotler (2001: 225). Adapun indikatornya adalah: (Ferrinadewi,2008).
3. Citra Merek (X3) dalah sejumlah kepercayaan yang dipegang konsumen berkaitan dengan merek.
Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: Setyaningsih dan Darmawan, (2004).
a. Citra korporat (corporate image).
Konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan’maka konsumen akan memiliki citra positif terhadap perusahaan itu.
b. Citra pemakai (Image of the user)
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari layanan tersebut .
c. Citra Produk (Image of the product)
Menggambarkan image (gambaran) dari produk tersebut.Hal ini bisa berupa kemasannya, bentuk atau modelnya, dsb. Hal ini sangat berpengaruh di mata konsumen, karena citra dari produk tersebut bisa mendreskripsikan segala hal baik yang negative atau positif.
b. Keinginan segera membeli c. Keinginan preferensial 3.1.1. Pengukur an Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan teknik skla interval dengan teknik pembobotan skala (semantic differential scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi.Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai berikut:
Jelek Bagus 3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pelanggan yang berkunjung dan berbelanja di Carrefour Rungkut Surabaya
b. Sampel
Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik accidental Sampling yaitu penarikan sampel secara kebetulan membeli biscuit Oreo di Carrefour yang dikunjunginya.
- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi
- Karena terdapat 15 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (15X7 = 105) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 105 responden.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data
a. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan berkunjung dan berbelanja di Carrefour Rungkut Surabaya.
b. Data Sekunder
Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran umum tentang perusahaan.
3.3.2. Sumber Data
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti - bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada pelanggan berkunjung dan berbelanja di Carrefour Rungkut Surabaya untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari pelanggan.
3.4. Uji Validitas Dan Reliabilitas 3.4.1. Uji Validitas
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Suatu instrument pengukuran dikatakan reliable jika pengukurannya konsisten dan akurat. Jadi uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan bantuan software smart PLS. Suatu pertanyaan pada kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Purbayu & Ashari, 2005 : 247).
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis
Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple indikator. PLS juga merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil.
covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah
indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor.
Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008).
3.5.1.1. Cara Kerja PLS
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading), ketiga berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi(konstanta).
digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside approximation weight
relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,01. 3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS
PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran) dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen, 2000).
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3)
weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. 3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS
Gambar 2 Langkah-langkah Analisis PLS
(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)
Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
(a) Teori, kalau sudah ada (b) Hasil penelitian empiris
(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain
(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain
Merancang Model Struktural
(e) Rasional.
Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.
(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)
Pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif. Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif. Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu memberikan hasil analisis yang salah.
Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat refleksif atau formatif.
(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur
selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Contoh bentuk diagram jalur untuk PLS dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS (sama dengan Gambar 1)
(4). Langkah Keempat: Konversi diagr am J alur ke dalam Sistem Per samaan
a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
x = Λxξ + εx
y = Λyη + εy
Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan
variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx danεy
dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise. Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
ξ = ΠξXi + δx
η = ΠηYi + δy
Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi.
Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut: Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)
x1 = λx1ξ1 + δ1
x2 = λx2ξ1 + δ2
x3 = λx3ξ1 + δ3
Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif)
ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4
Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif) y1 = λy1η1 + ε1
y2 = λy2η1 + ε2
Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif) y3 = λy3η2 + ε3
b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dari model.
Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:
η = βη + Γξ + ζ
Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah
vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj
Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah
koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan
eksogen (ξ). Sedangkan βji (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan
β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η)
Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem persamaan sebagai berikut:
η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1
η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2
c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model
memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation
dalam algoritma PLS:
ξb = Σkb wkb xkb
ηi = Σki wki xki
Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk
estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS.
(5). Langkah Kelima: Estimasi
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :
1) Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten 2) Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan
estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.
Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan aproksimasi inside variabel laten.
Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema
weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold. Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah model struktural tidak diperhitungkan. Skema weighting dengan faktor menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component
(komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah variabel laten menjadi tak terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting
Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor aproksimasi inside dibuat tetap (fixed), maka dapat dilakukan regresi sederhana atau regresi berganda bergantung apakah indikator dari variabel laten bersifat refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena
inside
outside
outer model
convergent discriminant validity composite
realibility outer model
substantive content
relative weight
weight
inner model
Stone-Geisser Q Square test
bootstrapping
a). Outer Model Outer model
Discriminant validity
cross loading
cross loading
cross loading
square root of average variance extracted
square root of average
variance extracted
discriminant validity
i
i i i
λ
λ ε
=
+
∑
∑
∑
Composite reliability
Goodness of Fit Model
Q-Square predictive
relevance
predictive relevance
≤ predictive relevance
m
R path analysis
(7). Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis
inner model
distribution free
t-test
p-value ≤
outter model
inner
inner model
4. Sample Size
resampling Bootestrapping
structural paths inner model.
4.1. Deskr ipsi Hasil Penelitian 4.1.1. Sejar ah Perusahaan
Dalam kesempatan kali ini saya akan memberikan gambaran tentang sejarah PT Kraft Foods Company dan bagaimana PT Kraft Foods Company menjalankan manajemen bisnisnya untuk tetap bersaing dalam dunia perdagangan di dunia ini
1. Sejar ah Perusahaan
tahun 2012,Kraft berhasil mengakusisi paksa salah satu perusahaan besar produsen coklat yaitu cadbury dengan 18,4 miliar dollar AS atau setara 165 triliun rupiah. Keberhasilan Kraft ini tak luput dari jasa orng nomer satu Kraft saat ini yaitu Irene Bleckerd Rosenfeld dia berhasil meyakinkan pemegang saham Cadbury untuk melepaskan sahamnya ke Kraft foods company ini. Irrene juga ramai dibicarakan karena dia akan memisahkan bisnis kraft menjadi dua bagian yaitu terpisah dan independen. Keberhasilan irenne menjadikan kraft lebih maju ini menjadikan dia menjadi orang yang berpengaruh bagi dunia. Saat ini PT Kraft foods company berkantor pusat di Nortffield, illionois, chichago.
Pr oduk produk kr aft food yang merajai pasar makanan di dunia :
- Toblerone - Oreo - Ritz - Cadbury - Chips Ahoy! - Belvita
- Kraft Singles Cheese
- Kraft Cheddar Cheese - Kraft Philadelphia Cream Cheese
- Biskuat - Legenda - All Time - Jacob's - Top One
Dari beberapa produk diatas PT Kraft Foods Company dapat menghasilkan keuntungan lebih dari 1 miliar dollar AS dari 9 produk unggulannya yaitu dari Oreo, Kraft Cheese, Jacobs, LU biskuit, Philadhelpia Cheese, Maxwell House Coffe, Nabisco, Mika Chocolate.
2 Strategi Pemasaran PT Kraft Foods Company
Dalam pemasaran PT Kraft Foods Company memiliki beberapa cara untuk memikat hati konsumen di beberapa negara,strategi strategi itu antara lain
a) Rewire the Organitation Growth
PT Kraft Foods Company berusaha menguatkan pola pikir kejujuran, keberanian dan tindakan dalam perusahaan. Kraft Foods Company berusaha menyeimbangkan antara pengambilan keputusan serentak dalam melakukan bisnisnya, karena kraft berusaha menjadi yang terdekat dengan konsumen mereka.
b) Reframe our Categories