• Tidak ada hasil yang ditemukan

InfoPOM PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN ISSN DAFTAR ISI PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "InfoPOM PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN ISSN DAFTAR ISI PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Volume XI, No.3

Mei - Juni 2010

ISSN 1829-9334

BADAN

POM

RI

Info

POM

PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN

TINJAUAN UMUM TENTANG KEAMANAN KEMASAN PANGAN

PROFIL BALAI BESAR POM DI PEKANBARU

DAFTAR ISI

PERAN SERTA KONSUMEN DALAM

MENJAGA KEAMANAN PANGAN

1

2

3

Permasalahan Keamanan Pangan

Menurut UU Pangan No 7 Tahun 1996, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia y a n g p e m e n u h a n n y a m e n j a d i h a k a s a s i s e t i a p r a k y a t

I n d o n e s i a d a l a m m e w u j u d k a n s u m b e r d a y a m a n u s i a y a n g berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang kita konsumsi haruslah

pangan yang bebas dari bahaya fisik, kimia dan mikrobiologi.

Salah satu masalah utama keamanan pangan yang sering dijumpai di sekitar kita adalah pangan yang tercemar oleh mikroba. Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan

pangan Badan POM RI dari tahun 2001-2009 menunjukkan bahwa rata-rata persentase penyebab KLB keracunan pangan adalah akibat cemaran mikroba sebesar 23,41 % dan jenis pangan penyebab keracunan terbanyak adalah masakan rumah tangga dengan rata-rata persentase sebesar 38,69% (Grafik di akhir artikel). Data tersebut mengindikasikan bahwa praktek higiene dan sanitasi oleh konsumen (rumah tangga) masih memprihatinkan. Oleh karena itu, program komunikasi, informasi, dan edukasi keamanan pangan yang komprehensif terus dikembangkan oleh Badan POM RI bekerjasama dengan instansi terkait guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian konsumen untuk menerapkan praktek keamanan pangan dalam kehidupan

sehari-hari.

Sejumlah tantangan dalam meningkatkan keamanan pangan di Indonesia antara lain cakupan area pengawasan yang luas, beragamnya jenis produk pangan yang harus diawasi, keterbatasan pengetahuan dan kesadaran produsen maupun konsumen akan keamanan pangan, keterbatasan tenaga pengawas dan penyuluh keamanan pangan yang kompeten,

(2)

Editorial

2 INFOPOM I EDITORIAL I V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

pangan yang tidak bermutu dan tidak aman, Oleh sebab itu k o n s u m e n p e r l u m e m i l i k i p e n g e t a h u a n y a n g c u k u p mengenai keamanan pangan diantaranya pengetahuan tentang praktek higiene yang baik saat menangani, mengolah, menyajikan dan menyimpan pangan. Sinergi diantara ketiga pihak ini dengan tanggung jawabnya masing-masing sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan keamanan pangan secara nasional.

Pesan Keamanan Pangan untuk Konsumen

Pendidikan keamanan pangan bagi masyarakat konsumen pada hakikatnya merupakan kegiatan penyampaian pesan keamanan pangan. Melalui informasi atau pesan keamanan pangan tersebut, d i h a r a p k a n m a s y a r a k a t mendapatkan pengetahuan yang l e b i h b a i k s e h i n g g a d a p a t menggugah dan memotivasi masyarakat agar merubah perilaku untuk mendapatkan keamanan

pangan yang lebih terjaga

Kurangnya pengetahuan mengenai pengolahan pangan yang baik menyebabkan konsumen terbiasa mengolah pangan dengan cara yang salah sehingga pangan yang dihasilkan memiliki risiko terhadap kesehatan. Untuk itu konsumen harus berperan aktif dengan melakukan tindakan agar pangan y a n g d i k o n s u m s i b e r k u r a n g b a h a y a n y a s e h i n g g a d a p a t melindungi diri dan keluarganya dari keracunan pangan.

World Health Organization (WHO) telah mengembangkan pesan keamanan pangan yang bertajuk ”Lima Kunci untuk Keamanan P a n g a n ” . K e g i a t a n p e n y e b a r l u a s a n p e s a n i n i diharapkan dapat mengurangi praktek higiene dan sanitasi yang buruk, dengan demikian dapat mengurangi terjadinya keracunan pangan.

P e s a n ” L i m a K u n c i u n t u k Keamanan Pangan” memuat p r a k t e k - p r a k t e k p e n a n g a n a n

Pembaca yang terhormat,

Selamat membaca.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Masalah utama keamanan pangan yang sering dijumpai di sekitar kita adalah pangan yang tercemar oleh mikroba. Artikel Peran Serta Konsumen dalam Menjaga Keamanan Pangan berusaha menyajikan informasi keamanan pangan yang komprehensif guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian konsumen untuk menerapkan praktek keamanan pangan dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan masalah keamanan pangan, pada edisi ini kami juga menyajikan artikel mengenai Tinjauan Umum tentang Keamanan Kemasan Pangan. Kemasan pangan dibuat dari berbagai bahan dasar dan bahan tambahan yang dapat menyebabkan interaksi kimia pada pangan yang dikemas di dalamnya. Mengingat kemasan pangan yang paling banyak digunakan saat ini adalah kemasan pangan yang terbuat dari plastik, maka titik berat pembahasan pada tulisan ini adalah kemasan dari bahan plastik. Artikel ini disajikan untuk menambah wawasan pembaca mengenai jenis kemasan pangan dan bahaya yang mungkin terjadi serta bagaimana cara meminimalisir kemungkinan bahaya tersebut.

Edisi ini ditutup dengan menampilkan Profil Balai Besar POM di Pekanbaru. Semoga InfoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca semua.

Penasehat Pengarah

Penanggung jawab Redaktur Ketua Redaktur Eksekutif

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Kepala Bidang Informasi Obat Budi Djanu Purwanto, SH,MH; Dra. Deksa Presiana, Apt, Mkes; Yustina Muliani, SSi, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Sri Mulyani, Apt; Ellen Simanjuntak, SE; Galih Prima Arumsari, SFarm, Apt; Dewi Sofiah, Ssi, Apt; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Sri Hariyati, Msc; Suyanto, SP, Msi; Dra. Murti Hadiyani Editor

Desain grafis Sekretariat

Yulinar, SKM, Msi; Denik P, Sfarm, Apt; Eriana Kartika, Ssi, Apt; Arlinda Wibiayu, Ssi, Apt Sandhyani ED, Ssi, Apt; Indah W, Ssi, Apt Ridwan Sudiro, Ssos; Surtiningsih; Netty Sirait

dan keterbatasan infrastruktur pendukung. Partisipasi dan peran serta semua pihak sangat diperlukan dalam meningkatkan keamanan pangan nasional, termasuk peran serta masyarakat sebagai konsumen pangan.

Tanggung Jawab Keamanan Panga

Menurut Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2004 tentang Keamanan,

Mutu, dan Gizi Pangan, keamanan

p a n g a n m e r u p a k a n tanggungjawab bersama antara pemerintah, industri pangan dan k o n s u m e n . P e m e r i n t a h b e r t a n g g u n g j a w a b u n t u k melaksanakan sistem pengawasan k e a m a n a n p a n g a n m e l a l u i pengaturan, standardisasi, penilaian dan inspeksi keamanan pangan serta edukasi kepada konsumen dan i n d u s t r i p a n g a n m e n g e n a i keamanan pangan. Industri pangan bertanggung jawab untuk menjaga mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Konsumen berperan dalam melindungi dirinya sendiri dari

(3)

pangan yang benar dan mudah diterapkan agar dapat mencegah t e r j a d i n y a k o n t a m i n a s i d a n perkembangbiakan mikroba di dalam pangan, sehingga pangan yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.

Isi pesan ”Lima Kunci untuk Keamanan Pangan” sebagai berikut:

1. Jagalah kebersihan

Mikroba termasuk bakteri, virus, jamur, parasit atau kuman penyakit merupakan mahluk hidup yang tidak dapat dilihat d e n g a n m a t a t e l a n j a n g . Beberapa mikroba memberikan keuntungan bagi manusia, diantaranya dimanfaatkan dalam proses pembuatan pangan pembuatan obat dan diperlukan dalam proses pencernaan. D i s a m p i n g m i k r o b a y a n g memberi keuntungan, banyak mikroba yang merugikan bagi manusia, misalnya mikroba yang membusukkan pangan sehingga menyebabkan pangan tidak layak untuk dikonsumsi, mikroba patogen yang tidak mengubah

penampilan pangan tetapi menyebabkan penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian. Kita hidup dikelilingi oleh m i k r o b a , o l e h k a r e n a i t u k e b e r s i h a n l i n g k u n g a n , pengolah dan penyaji makanan

yang bersentuhan langsung dengan pangan yang akan dikonsumsi sangat penting untuk diperhatikan untuk m e n g h i n d a r i t e r j a d i n y a kontaminasi silang. Salah satu c a r a u n t u k m e n g h i n d a r i terjadinya kontaminasi silang adalah dengan mencuci tangan karena tangan yang kotor merupakan media perpindahan mikroba dari satu tempat ke tempat lain.

B e b e r a p a k o n d i s i y a n g mengharuskan kita mencuci tangan sebelum dan saat menangani pangan adalah: sesudah dari toilet, setelah menangani daging atau unggas mentah, setelah mengganti popok bayi, setelah bersin, setelah merokok, setelah bermain dengan hewan piaraan setelah menangani sampah, d a n s e t e l a h m e n a n g a n i pestisida atau bahan kimia lain.

3 INFOPOM I ARTIKEL I V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

Selain mencuci tangan, pastikan pada saat mengolah dan menyajikan pangan, tidak a d a k o m p o n e n y a n g mencemari pangan yang berasal dari tubuh kita dan segala sesuatu yang kita pakai. Oleh karena itu kesehatan dan kebersihan p e n g o l a h s e r t a p e n y a j i p a n g a n h a r u s s a n g a t diperhatikan.

Hal penting lain yang perlu d i p e r h a t i k a n a d a l a h pembersihan kotoran, seperti d e b u d a n l e m a k p a d a permukaan peralatan yang kontak langsung dengan pangan (misalnya talenan, p i s a u ) m e n g g u n a k a n deterjen. Dapat juga dilakukan s a n i t a s i p e r a l a t a n menggunakan air panas (suhu

o

diatas 77 C) selama 30 detik untuk membunuh kuman. Serangga, lalat, kecoa, tikus, dan burung perlu dikendalikan agar tidak mengontaminasi p a n g a n d e n g a n c a r a m e n g h i n d a r i p a n g a n berserakan, mencegah air t e r g e n a n g , m e n y i m p a n pangan dalam wadah tertutup, menutup tempat sampah, menjaga area dapur tetap bersih, menjaga pintu selalu tertutup, menggunakan kassa atau kawat untuk menutup lubang ventilasi, selokan dan saluran air dari tikus, kecoa, dan lalat, menjaga pangan dalam keadaan tertutup, serta

ISI PESAN

“LIMA KUNCI UNTUK KEAMANAN PANGAN”

1. JAGALAH KEBERSIHAN

2. PISAHKAN PANGAN MENTAH

DARI PANGAN MATANG

3. MASAKLAH DENGAN BENAR

4. JAGALAH PANGAN PADA SUHU AMAN

5. GUNAKAN AIR DAN BAHAN BAKU YANG AMAN

10 LANGKAH CARA MENCUCI TANGAN

1. BASAHI TANGAN

2. TUANGKAN SABUN KE TELAPAK TANGAN 3. GOSOK TELAPAK TANGAN

4. GOSOK PUNGGUNG TANGAN 5. GOSOK SELA-SELA JARI 6. GOSOK UJUNG JARI

7. GOSOK IBU JARI & PERGELANGAN TANGAN 8. BERSIHKAN KUKU

9. BILAS SAMPAI BERSIH

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

4 INFOPOM I ARTIKEL I V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

1. Pisahkan pangan mentah dari pangan matang

Pangan mentah terutama daging, unggas, dan pangan asal laut, serta cairannya, mengandung mikroba patogen yang mungkin berpindah ke pangan lain selama persiapan, pengolahan dan penyimpanan pangan (kontaminasi silang).

Oleh karena itu, pada saat menyiapkan, mengolah dan menyimpan pangan mentah, peralatan dan wadah yang digunakan untuk pangan mentah harus terpisah dari pangan matang. Jika menggunakan peralatan yang sama, maka setelah digunakan untuk menyiapkan pangan mentah harus dibersihkan, disanitasi dan dikeringkan sebelum digunakan untuk pangan matang. Pangan matang harus disimpan dalam wadah tertutup dan terpisah dengan pangan mentah untuk menghindari kontaminasi silang antara pangan mentah dengan pangan matang.

3. Masaklah dengan benar

Memasak pangan sampai panas merata dapat membunuh mikroba o

patogen. Pangan yang dimasak dengan suhu internal 70 C dapat menjamin pangan aman untuk dikonsumsi. Pangan yang benar-benar harus diperhatikan adalah daging, terutama daging cincang, daging panggang utuh, tetelan, unggas dan potongan daging besar, sup dan pangan lain yang Direbus harus dimasak sampai mendidih dan dilanjutkan mendidihkan selama sedikitnya satu menit. Apabila pangan dipanaskan kembali, maka dilakukan pemanasan sampai panasnya menyeluruh. Namun sebaiknya makanan di rumah tangga dimasak dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen untuk menghindari terjadinya kerusakan pada pangan.

4. Jagalah pangan pada suhu aman

Suhu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada pangan. Mikroba umumnya berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang dan sebaliknya relatif terhambat perkembangbiakannya pada

o o

suhu di bawah 5 C atau di atas 60 C. Oleh karena itu, jangan membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih o

dari 2 jam. Pangan sedapat mungkin dipertahankan suhunya di atas 60 C sebelum disajikan. Sedangkan pangan yang cepat atau mudah rusak agar segera disimpan dalam lemari pendingin, sebaiknya pada suhu di

o

bawah 5 C. Namun demikian pangan jangan disimpan terlalu lama dalam lemari pendingin dan jangan biarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.

5. Gunakan air dan bahan baku yang aman

Bahan baku, termasuk air dan es, dapat terkontaminasi oleh mikroba patogen maupun bahan kimia berbahaya. Racun dapat terbentuk pada pangan yang rusak dan berjamur. Memilih bahan baku yang aman dengan perlakuan yang sederhana seperti mencuci dan mengupas bahan baku dapat mengurangi risiko pada pangan.

Air yang digunakan untuk menyiapkan atau memasak makanan haruslah air yang aman yaitu air yang bebas dari mikroba dan bahan kimia toksik yang dapat membahayakan kesehatan kita. Beberapa cara untuk menjadikan air aman adalah dengan perebusan, penyaringan, klorinasi, dsb. Bila kita memiliki air aman di dalam sebuah wadah, jangan mengkotorinya dengan mencelupkan tangan kita ke dalam air melainkan menggunakan sendok/gelas bergagang panjang untuk mengambil air dari wadah tersebut.

Selain itu pilihlah bahan pangan yang segar dan bermutu baik sehingga kita dapat meminimalkan bahaya mikrobiologi dan bahaya kimia beracun pada pangan yang dapat berasal dari udara, tanah, dan air, dan tempat-tempat lainnya yang kotor. Pada saat akan mengolah pangan mentah, pilihlah cara pengolahan yang dapat menghasilkan pangan yang aman untuk digunakan atau dikonsumsi, misalnya memasak sampai daging benar-benar matang seluruhnya. Untuk buah-buahan dan sayuran yang akan dikonsumsi mentah hendaknya dicuci menggunakan air yang aman. Cuci berulang-ulang sampai air bilasannya mengalir jernih.

Untuk jenis pangan kemasan, pastikan bahwa kemasan pangan tersebut tidak menggembung atau penyok, apalagi bocor, serta perhatikan tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan pangan tersebut, pada

(9)

5 INFOPOM I ARTIKEL I V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

Selain pesan 5 (lima) kunci keamanan pangan tersebut, konsumen perlu memperhatikan bahwa wadah, tempat, atau alat makan yang digunakan harus terbuat dari bahan yang aman untuk pangan (food grade). Jangan

menggunakan peralatan yang mudah berkarat dan wadah kertas bekas seperti kertas koran, kertas majalah, atau kertas bertinta seperti kertas berkas kantor, sebagai alas atau pembungkus pangan. Sikap kritis dan cerdas konsumen terhadap informasi maupun praktek yang terkait dengan keamanan pangan akan sangat membantu dalam mewaspadai pangan yang berisiko bagi kesehatan sehingga upaya-upaya preventif dapat dilakukan.

Yustina Muliani, Ssi, Apt - Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

M ikroba

23% 28% 26% 22% 15% 16% 1 6% 27% 37% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

T ah un

P

er

s

en

ta

se

P

en

ye

b

ab

K

L

B

K

er

ac

u

n

an

P

an

g

an

Masakan Rumah Tangga

19% 54% 42% 43% 58% 42% 39% 19% 32% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

P e rs e n ta s e J e n is P a n g a n P e n y e b a b K L B

(10)

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

tersebut di atas, pada hakekatnya memuat ketentuan mengenai bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam kemasan pangan (negative list), ketentuan mengenai bahan

dasar dan zat kontak pangan yang diijinkan dalam kemasan pangan

disertai batas migrasinya (positive list). Pada prinsipnya peraturan ini lebih mengatur aspek keamanan (safety) dari kemasan pangan, yang dinyatakan dengan besaran migrasi sedangkan hal yang berkaitan dengan spesifikasi teknis kemasan pangan, misalnya konstanta fisika dan kimia (contohnya : kuat tarik, koefisien muai dan lain sebagainya) diatur melalui Standar Nasional Indonesia (SNI). Banyak kalangan terutama

masyarakat umum ingin mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk

kemasan pangan khususnya terkait dengan aspek keamanannya

terhadap kesehatan. Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu menyajikan pemahaman umum,

disertai dengan contoh-contoh jenis kemasan dan beberapa tips yang perlu diketahui publik dalam

penggunaan aneka kemasan pangan.

JENIS KEMASAN PANGAN DAN MIGRASI KANDUNGAN KIMIA KEMASAN KE DALAM PANGAN

Kemasan pangan dibuat dari berbagai bahan dasar (starting material) dan bahan tambahan. Berdasarkan jenisnya, kemasan pangan terdiri dari plastik, logam/paduan logam, kertas/karton, karet/elastomer,

keramik dan kaca. Khusus plastik, pembuatannya menggunakan

monomer (unit kecil molekul penyusun) yang direaksikan kesehatan terutama dalam jangka

panjang. Menyikapi fakta ini, otoritas pengawas pangan di masing-masing negara mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan

besarnya migrasi komponen berbahaya dari kemasan pangan ke dalam pangan. Diantara berbagai opsi yang tersedia, sejumlah negara telah menerbitkan regulasi dan standar dengan berbagai ketentuan yang

relevan termasuk pengawasan dan pemantauan keamanan kemasan pangan disamping penetapan besaran batas migrasi komponen berbahaya ke dalam pangan. Payung hukum yang menjadi landasan pokok pengaturan kemasan pangan di Indonesia adalah Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, dan peraturan

pelaksanaannya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan khususnya pasal 16 -20. Bentuk operasional peraturan ini

kemudian berupa Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK 00.05.55.6497 tahun 2007 tentang Bahan Kemasan

Pangan. Pengertian kemasan pangan berdasarkan perangkat hukum ini adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. Dalam hubungan ini, kemasan pangan dapat dibedakan menjadi kemasan primer, sekunder dan tersier. Fokus perhatian lebih dititikberatkan pada kemasan primer yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan pangan, karena potensi perpindahan (migrasi) komponen dari kemasan primer ke dalam pangan paling besar.

PENDAHULUAN

esungguhnya, penggunaan kemasan pangan seumur

S

dengan peradaban manusia. Kemasan pangan,

tergantung pada budaya setempat, pada awalnya terbuat dari

bahan-bahan alami seperti daun pisang, daun pohon jati, daun kelapa, pelepah jagung, kayu, keramik/tanah liat dan lain sebagainya. Dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jenis bahan yang d ig u n a ka n u n tu k mengemas/membungkus pangan semakin bervariasi sesuai dengan maksud penggunaan. Sulit membayangkan manusia hidup tanpa kemasan pangan di zaman modern, karena sekarang ini kemasan pangan mempunyai

aneka fungsi antara lain : sebagai wadah makanan, untuk melindungi pangan dari kerusakan atau

pembusukan sehingga dapat

memperpanjang masa simpannya, untuk digunakan dalam penataan dan transportasi makanan di

samping sebagai media promosi menggunakan label yang memuat komposisi dan nilai gizi pangan serta informasi lain. Seiring dengan berkembangnya fungsi kemasan pangan, maka bahan kemasan pangan yang digunakan saat ini sangat beragam seperti plastik, logam, kertas, karet, keramik,

maupun kaca.

Banyak negara memberi perhatian serius pada keamanan kemasan pangan karena kandungan /komponen kimia kemasan dapat berpindah (migrasi) ke dalam pangan. Sebagian dari komponen kemasan tersebut berbahaya bagi

6 INFOPOM I ARTIKEL V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

I

TINJAUAN UMUN

(11)

Mengingat kemasan pangan yang paling banyak digunakan saat ini adalah kemasan pangan yang terbuat dari plastik, maka titik berat pembahasan pada tulisan ini

adalah kemasan dari bahan plastik. Kemasan dari plastik lebih banyak digunakan karena beberapa pertim bangan seperti pertimbangan teknis, estetika dan pertimbangan keekonomian, dimana kemasan dari plastik lebih flleksibel, tampilan lebih baik dan harga yang relatif lebih murah. Di pasaran tersedia aneka jenis plastik, tetapi dengan alasan

tertentu tidak semua digunakan untuk mengemas pangan. Jenis plastik yang lazim digunakan untuk mengemas pangan meliputi plastik polietilen terftalat (PET), polietilen (PE) baik high density PE (HD-PE) maupun low density PE (LD-PE), polivinil klorida (PVC), polipropilen (PP), polistiren (PS), polikarbonat (PC). Dalam beberapa hal dengan

teknologi proses tertentu, pabrik kemasan mengkombinasikan beberapa jenis plastik tersebut untuk memperoleh karakteristik

tertentu atau fungsi yang diinginkan dalam bentuk kemasan multilapis. Untuk mengenal jenis plastik

khususnya kelompok termoplastik (mempunyai sifat dapat diubah

bentuknya secara berulang dengan pemanasan), Society of the Plastics Industry, Inc. di Amerika Serikat

memperkenalkan kode identifikasi resin atau lazim dikenal sebagai

kode daur ulang. Kode ini umumnya tercetak pada bagian bawah

kemasan, meskipun tidak pada semua kemasan pangan yang beredar terdapat kode ini. Kode tersebut sesungguhnya tidak berkaitan dengan aspek keamanan kemasan, tetapi lebih pada cara untuk mengidentifikasi plastik berdasarkan jenisnya, dan sekaligus juga digunakan untuk mempermudah sortasi jenis plastik dalam proses daur ulang.

jenis kode identifikasi resin, jenis plastik dan sifatnya dapat dilihat pada tabel di samping.

Di samping jenis plastik tersebut di atas, di peredaran juga terdapat kemasan atau peralatan makan (table wares) yang terbuat dari plastik melamin-formaldehid.

Plastik jenis ini termasuk plastik termoset karena hanya dapat

dibentuk sekali saja, sehingga tidak dapat didaur ulang. Jika plastik jenis termoplastik diumpamakan sebagai

coklat dapat dibentuk berkali-kali, maka jenis termoset dapat

diumpamakan sebagai biskuit yang hanya dapat dicetak satu kali saja. KEAMANAN KEMASAN PANGAN Pada dasarnya, tidak ada kemasan pangan yang aman secara absolut. Jika kontak dengan pangan,

kemasan pangan akan melepaskan kandungan kimia yang terdapat di dalamnya ke dalam pangan,

meskipun mungkin dalam jumlah yang sangat kecil. Namun sedemikian rupa untuk

m enghasilkan polim er

menggunakan katalis. Ke dalamnya umumnya ditambahkan berbagai bahan tambahan antara lain

penstabil, pemlastis (plasticizer atau bahan yang apabila

ditambahkan akan meningkatkan plastisitas atau kebasahan material tersebut), pewarna, pelincir,

pemutih, perekat, antikorosi, antistatik, antiblok, antimikroba, penyerap gas atau air, dan lain sebagainya. Penambahan bahan tambahan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik atau fungsi yang diinginkan, antara lain memperpanjang daya tahan, merubah bentuk, memperbaiki

tam pilan kem asan, memperpanjang masa simpan pangan dan lain sebagainya. Antara kemasan pangan dengan pangan yang diwadahi dapat terjadi interaksi kimia. Salah satu di

antaranya berupa perpindahan (migrasi) kandungan kimia yang terdapat dalam kemasan ke dalam pangan. Komponen yang dimaksud meliputi residu monomer, residu katalis, hasil reaksi samping (by-product), hasil urai bahan dasar kemasan, dan berbagai bahan tambahan tersebut di atas. Kesemua ini dikenal sebagai zat kontak pangan (food contact substances) atau disebut juga

migran. Risiko terhadap kesehatan dapat terjadi jika migrasi zat kontak dengan pangan melampaui batas yang dipersyaratkan. Migrasi akan semakin besar jika durasi kontak antara pangan dengan kemasan semakin lama, adanya peningkatan suhu, kadar komponen kimia dalam kemasan semakin besar, permukaan kontak semakin luas, atau pangan bersifat agresif (asam atau berlemak).

Sebaliknya, migrasi akan berkurang jika berat molekul bahan kemasan besar, hanya kontak dalam keadaan kering dan tidak langsung, bahan kemasan

mempunyai difusitas rendah (inert) dan adanya lapisan penghalang pada kemasan pangan multilapis (multilayer food packaging).

7 INFOPOM I ARTIKEL I V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

(12)

8I ARTIKEL I

INFOPOM

V

ol

. XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

KODE JENIS PLASTIK SIFAT CONTOH PEMAKAIAN

Polyethylene’ Terephthalate (PET atau PETE)

High Density Polyethylene (HDPE) Polyvinyl Chloride (PVC) Polypropylene (PP) Polystyrene (PS) Lainnya (biasanya polycarbonate /PC atau ABS) Low Density Polyethylene (LDPE)

Jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 800C

Kaku hingga semi fleksibel; kuat; tahan tyerhadap bahan kimia dan kelembaban; permeabel terhadap gas; permukaan berlilin (waxy); buram; mudah diwarnai, diproses dan dibentuk; melunak pada suhu 750C

Kuat, keras, jernih, bentuk mudah diubah,

melunak pada suhu 800C

Mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, permukaan berlilin,

tidak jernih tapi tembus cahaya, mudah dilekatkan dengan pemanasan

(ease of sealing), melunak pada suhu 700C

Keras tapi fleksibel; kuat kedap air; permukaan berlilin; tidak jernih tapi tembus cahaya; tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak;

melunak pada suhu 1400C

Jernih seperti kaca, kaku,

getas, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 950C

Polikarbonat mempunyai sifat jernih seperti kaca,

mempunyai titik leleh tinggi

Botol air mineral dan minuman karbonasi, minyak goreng, selai

peanut butter, kecap dan sambal, tray biskuit

Botol air mineral, botol susu cair dan jus, tutup plastik, kantong belanja dan wadah es krim

Botol jus, air mineral, minyak sayur, kecap, sambal, \lapisan tipis pembungkus pangan (cling film)

Pot yoghurt, kantong belanja (kresek); kantong roti; kantong pangan beku; botol yang dapat ditekan misalnya yang berisi madu, saos; lapisan tipis pembungkus pangan (cling film), penutup fleksibel untuk wadah

Wadah memasak yang cocok untuk oven microwave, peralatan dapur, wadah yoghurt, tube margarine,

piring dan cangkir sekali pakai, pembungkus biskuit,

kantong chips kentang, krat serelia, pita perekat kemasan dan sedotan Wadah untuk pangan beku dan sayur, toples, kemasan kacang, cangkir (cup) sekali pakai, karton telor, baki dan tatakan, wadah take-away sekali pakai

Galon air mineral, botol minuman, botol susu bayi

(13)

9 INFOPOM I ARTIKEL I V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

demikian, dapat dikatakan bahwa kemasan pangan yang terbuat dari kaca/gelas atau keramik, sejauh ini merupakan jenis kemasan yang paling aman digunakan dibandingkan dengan aneka jenis kemasan pangan lainnya. Diantara berbagai jenis plastik yang umum digunakan, kemasan pangan yang terbuat dari PET, PE (baik HD_PE maupun LD_PE) dan PP merupakan kemasan pangan yang relatif aman pada kondisi penggunaan yang lazim. Sementara itu, kemasan pangan yang

terbuat dari PVC, PS (terutama polistiren busa, yang secara salah kaprah disebut sebagai Styrofoam) dan PC pada kondisi tertentu (misalnya pangan berlemak atau bersifat asam atau mengandung

alkohol), berpotensi untuk melepaskan kandungan kimia yang perlu diwaspadai ke dalam pangan. Untuk ketiga jenis

plastik terakhir ini, tindakan kehati-hatian diperlukan untuk meminimalkan risiko

terhadap kesehatan, misalnya hanya digunakan sekali pakai, untuk mengemas makanan kering dan mengurangi penggunaannya untuk pangan berlemak/berminyak, bersifat asam atau mengandung alkohol lebih-lebih dalam keadaan panas.

Keamanan kemasan pangan hanya dapat dipastikan dengan pengujian laboratorium melalui uji migrasi. Pemerintah dalam hal ini Badan POM bertugas untuk mengawasi besaran migrasi pada kemasan pangan dengan melakukan uji petik (sampling) kemasan

pangan di peredaran, kemudian mengujinya di laboratorium dan membandingkannya dengan batas migrasi sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Dalam hal kemasan pangan melepaskan

kandungan kimia atau zat kontak

pangan melampaui batas maksimum, Badan POM melakukan l

angkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. KIAT-KIAT MEMILIH KEMASAN

PANGAN DAN HAL-HAL YANG PERLU DIHINDARI

Masyarakat umum dapat menggunakan kiat-kiat dibawah ini untuk memilih

kemasan pangan sebagai berikut : a.Utamakan menggunakan kemasan

yang terbuat dari kaca/gelas atau keramik.

b.Pilih kemasan yang mencantumkan kode daur ulang (biasanya tercetak pada bagian bawah kemasan)

c.Pilih kemasan yang mencantumkan frase atau kata-kata 'aman untuk pangan' atau 'food safe' atau 'for

food use' atau 'food grade' dan atau mencantumkan logo

d.Pilih kemasan (terutama plastik) yang warnanya tidak menyolok.

e.Ikuti petunjuk pemakaian yang disarankan oleh produsen pembuatnya.

f.Pilih kemasan yang mencantumkan identitas produsen atau importir. g.Tidak terkecoh dengan harga yang

murah.

h.Hindari penggunaan kantong plastik kresek berwarna terutama yang

berwarna hitam untuk

mengemas/membungkus/mew

adahi makanan siap santap misalnya mie, bakso, nasi,

sayuran dan lain sebagainya. Kantong plastik semacam ini

tentu saja boleh digunakan untuk membungkus bahan pangan utuh seperti buah

pisang, buah pepaya, singkong dan lain-lain, karena bahan pangan ini tidak bersentuhan langsung dengan kemasan

(kantong kresek).

Khusus untuk peralatan makan 'melamin', produk yang tidak memenuhi syarat atau tidak cocok untuk pangan dapat

ditandai dengan cara sebagai berikut :

a. jika direbus selama kira-kira satu jam terjadi perubahan

bentuk

b.jika dibakar dengan nyala api langsung, terjadi pelepuhan dan melepaskan bau tajam/menyengat c. harganya jauh lebih murah d. tidak mencantumkan kode daur

ulang dan kata-kata 'food grade' atau 'for food use' dan atau logo

Sama seperti kantong kresek, peralatan makan 'melamin'

yang tidak memenuhi syarat atau bukan 'food grade' dapat digunakan untuk mengemas bahan pangan utuh atau untuk keperluan lain yang tidak berhubungan dengan pangan.

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

PUSTAKA:

1.

Badan POM,

2007,

Peraturan

Kepala

Badan

P O M

N o .

HK.00.05.55.6497

Tahun

2007 t

ent

ang Bahan

Kemasan

Pangan

2.

Barnes,

Karen

et

al.

2007,

Chemical

Migration

and

Food

Contact

Materials.

Cambr

i

dge:

Woodhead

Publishing.

3.

Piringer,

Otto

G.,

et

al,

(14)

10 I INFOPOM I PROFIL BAL AI V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

alai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru merupakan salah satu Unit Pelaksana

B

Teknis (UPT) Badan POM yang menjalankan tugas pokok dan fungsi yang sejalan dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kegiatan utama Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru, antara lain sampling (pengambilan contoh), pengujian laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan hukum serta peningkatan infrastruktur. Kegiatan prioritas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru antara lain pemeriksaan sarana produksi dan distribusi serta sarana pelayanan kesehatan Farmakes dan Napza, penyidikan kasus pemalsuan, peredaran gelap dan pelanggaran yang dilakukan oleh distributor dan produsen Farmakes, Pengembangan Sistem Deteksi Dini dan Tindak Lanjut

(Early Warning System), pengambilan contoh dan

pengujian secara laboratoris, sertifikasi dan layanan informasi konsumen.

Lingkungan Internal

Jumlah Pegawai Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru berjumlah 93 orang serta 7 orang tenaga honorer. Sebagian besar pegawai Balai Besar POM di Pekanbaru berada pada golongan III dan berumur 41-45 tahun. Pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun berjumlah 8 orang dan pegawai yang berusia lebih dari 51 tahun sebanyak 14 orang. Sebagian besar pegawai Balai Besar POM di Pekanbaru memiliki latar belakang pendidikan SMF (31 orang) dan Apoteker (27 orang). Pegawai golongan IV berjumlah 9 orang, golongan III 60 orang, dan golongan II 14 orang. Jumlah total pegawai di Sub. Bag. TU adalah 20 orang, Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 21 orang, Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi 20 orang, Bidang Pengujian Produk Terapetik, OT, Kosmetik dan Produk Komplemen 23 orang serta Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen 8 orang. Pejabat Struktural berjumlah 11 orang.

Terdapat 4 saluran telepon untuk menghubungi Balai Besar POM di Pekanbaru yaitu (0761) 21496, 26016, 47879, 859010. Faximili (0761) 28755. Sedangkan alamat e-mail yang dapat dihubungi adalah balaipom_pku@yahoo.com.

HASIL KEGIATAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2009

A. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Produk terapetik / Obat

Pemeriksaan Saranan Distribusi Produk terapetik

Pada tahun 2009 Balai Besar POM di Pekanbaru telah melaksanakan pemeriksaan ke sarana distribusi produk terapetik yang ada di wilayah Provinsi Riau. Pemeriksaan dilaksanakan terhadap 425 sarana atau 67,36% dari target sarana. Sarana

yang diperiksa terdiri dari PBF sebanyak 19 sarana, Apotek 201 sarana, Toko Obat Berizin 199 sarana, Rumah Sakit Pemerintah 3 sarana, Puskesmas 2 sarana, Pustu/ Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin 1 sarana. Dari 425 sarana yang diperiksa 64,95% memenuhi ketentuan dan 35,06% tidak memenuhi ketentuan.

Pengujian Produk Terapetik

Pada tahun 2009 Laboratorium pengujian terapetik telah melakukan pengujian produk terapetik sebanyak 1035 sampel atau 100% dari 1035 sampel yang direncanakan dan PKRT 30 sampel atau 100% dari 30 sampel yang direncanakan. Jumlah parameter yang telah diuji untuk sampel produk terapetik adalah 3784 parameter dengan hasil uji 3781 MS & 3 TMS

B. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Narkotika dan Psikotropika

Pemeriksaan Sarana Distribusi Narkotika dan Psikotropika

Pemeriksaan distribusi narkotika dan psiktropika dilaksanakan di sarana PBF, Apotek, Klinik, Puskesmas dan Rumah Sakit, Gudang Farmasi Kabupaten. Sarana yang diperiksa pada tahun 2009 sebanyak 184 sarana (48,42%) dari total 380 sarana yang ada dan 43,42% dari 165 target sarana. Hasil pemeriksaan menunjukkan 92 sarana (50%) yang memenuhi ketentuan dan 90 sarana (50%) tidak memenuhi ketentuan.

Pengujian Narkotika dan Psikotropika

Selama tahun 2009 telah melakukan pengujian 596 sampel (100%). Sampel berasal dari kasus kepolisian sejumlah 536 dan 60 merupakan sampel rutin dengan parameter uji yang telah dilakukan sebanyak 3223 parameter.

B. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Obat Tradisional dan Produk Komplemen

Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional

Dari 423 sarana distribusi obat tradisional yang diperiksa yaitu meliputi; Toko Obat, Balai Pengobatan, Apotek, Pengobatan Alternatif, Pedagang kaki lima, Toko/Swalayan/Minimarket, Distributor, Pondok Jamu dan PBF, 290 sarana (68.56%) memenuhi ketentuan sedangkan 133 sarana (31.44%) tidak memenuhi ketentuan.

P e m e r i k s a a n S a r a n a D i s t r i b u s i P r o d u k Komplemen

Dari 515 sarana distribusi produk komplemen yang

PROFIL

BALAI BESAR POM

DI PEKANBARU

(15)

11 INFOPOM I PROFIL BAL AI V ol . XI /No

. 1/Edisi Mei - Juni 2010

I

diperiksa 370 (72.04%) sarana memenuhi ketentuan sedangkan 145 (27.96%) sarana tidak memenuhi ketentuan. Pelanggaran yang dilakukan adalah ditemukannya produk komplemen dengan nomor fiktif (palsu) dan tanpa izin edar.

P e n g u j i a n O b a t Tr a d i s i o n a l & P r o d u k Komplemen

Pada tahun 2009 laboratorium pengujian obat tradisional telah melakukan pengujian sebanyak 466 sampel obat tradisional (100%) dari 466 sampel yang telah direncanakan dan 90 sampel produk komplemen (100%) dari 90 sampel yang telah direncanakan. Hasil pengujian sampel obat tradisional yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 456 sampel (97,85%) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 10 sampel (2,15%) dimana sampel tersebut mengandung BKO. Parameter yang

telah diuji untuk sampel obat tradisional dan produk komplemen adalah sebanyak 4514 parameter dengan hasil pengujian 4504 MS & 10 TMS terhadap Obat Tradisional.

C. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Kosmetika

Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetika

Dari 932 sarana distribusi kosmetik yang diperiksa ditemukan 603 sarana (64,70%) yang memenuhi ketentuan dan 329 (35,30%) sarana tidak memenuhi ketentuan.

Pengujian Kosmetika

Laboratorium pengujian kosmetika selama tahun 2009 telah melakukan pengujian sebanyak 360 sampel kosmetika atau 100% dari 360 sampel yang telah direncanakan dengan jumlah parameter yang telah diuji 2301 parameter. Untuk tahun 2009 tidak ditemukan hasil pengujian kosmetika yang tidak memenuhi syarat.

D. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Produk Pangan

Pemeriksaan Sarana Produksi Produk Pangan

Pemeriksaan sarana produksi pangan dilaksanakan terhadap Industri Pangan, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), dan Industri Pangan Non IRTP. Dari hasil pemeriksaan terhadap 4 sarana Industri Pangan terdapat 3 sarana (75.00%) yang memenuhi ketentuan dan 1 sarana (25.00%) yang tidak memenuhi ketentuan.

Untuk Industri Rumah Tangga Pangan P-IRT, dari 17 sarana yang diperiksa dimana 1 sarana tidak memenuhi ketentuan dan 16 sarana memenuhi ketentuan. Sedangkan untuk Industri Rumah Tangga Pangan non P-IRT, dari 44 sarana yang diperiksa, 44 sarana (100%) memenuhi ketentuan.

Pemeriksaan Sarana Distribusi Produk Pangan

Bidang pemeriksaan dan penyidikan Balai Besar POM di Pekanbaru pada tahun 2009 telah melakukan pemeriksaan ke 945 sarana distribusi pangan yang ada di Provinsi Riau. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 584 sarana (61.80%) memenuhi ketentuan sedangkan sisanya 361 sarana (38.20%) ditemukan pelanggaran.

Pengujian Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya

Laboratorium pengujian pangan dan bahan berbahaya selama tahun 2009 telah melakukan

pengujian sebanyak 1102 sampel atau 100% dari 1102 sampel yang telah direncanakan dengan jumlah parameter yang telah diuji 4720 parameter. Hasil pengujian produk pangan yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 960 sampel (87,11%) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 142 sampel (12,89%) dengan parameter uji 4588 MS (97,20%) & 132 TMS (2,80%) dari 4720 parameter yang diuji. Pada Bulan Puasa (September 2009) dilaksanakan pengujian sampel jajanan buka puasa yaitu terhadap pewarna berbahaya Rhodamin B. Hasil yang didapat adalah 25.00% dari sampel yang diuji tersebut mengandung pewarna Rhodamin B.

Pengujian Laboratorium Mikrobiologi

Laboratorium pengujian Mikrobiologi selama tahun 2009 telah melakukan pengujian sebanyak 667 sampel atau 100% dari 667 sampel yang telah direncanakan dengan jumlah parameter yang telah diuji 2967 parameter. Hasil pengujian sampel yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 638 sampel (95.65%) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 29 sampel (4.35%) dengan parameter uji 2927 MS & 40 TMS.

E. Penyidikan

Dari 154 kasus yang dilakukan penyelidikan dan penyidikan, 145 kasus (94,81%) ditindaklanjuti secara non projustitia dan 9 kasus (5,84%) secara projustitia. Dari 9 kasus yang diprojustitia dirinci 2 kasus di Bidang Obat, 5 kasus di Bidang Pangan dan 2 Kasus di Bidang Kosmetik.

F. Pemberdayaan Masyarakat/konsumen

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat/ konsumen maka ULPK Balai Besar POM di Pekanbaru telah mengadakan beberapa kegiatan seperti penyebaran informasi melalui TVRI, radio, dan koran, juga ikut berpartisipasi pada kegiatan pameran yang dilakukan instansi-instansi pemerintah daerah.

Pertanyaan, keluhan dan pengaduan dari masyarakat yang masuk ke ULPK Balai Besar POM di Pekanbaru pada tahun 2009 yang berkaitan dengan obat dan makanan berjumlah 438 buah.

Kepala Balai Besar POM Pekanbaru :

Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen :

Kepala Bidang Pengujian Pangan Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi :

Kepala Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya: Kepala Seksi Laboratorium Mikrobiologi :

Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan :

Kepala Seksi Pemeriksaan :

Kepala Seksi Penyidikan :

Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen :

Kepala Seksi Sertifikasi :

Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen :

Kepala Sub Bagian Tata Usaha :

Drs. Surmayanta, Apt, M.Si

Dra. Sri Martini, M.Si Dra. Syarnida Dra. Linda Yeni, Apt

Martarina, S.Si

Drs. Maruap Lumban Gaol, Apt.

Veramika Ginting, S.Si, Apt. Drs. Adrizal, Apt

Drs. Ibrahim, Apt.

Dra. Syelviyane Pelle, Apt, MPPM

Dra. Evi Mardini, Apt

(16)

Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan - Badan pengawas Obat dan Makanan,

Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat; Telp: 021-4259945; Fax: 021-42889117; email: informasi@pom.go.id

Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan obat, kosmetika, obat tradisional, produk

komplemen, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format minimal MS. Word

97, spasi single maksimal 4 halaman A4

BALAI BESAR POM

DI PEKANBARU

Gambar

TABEL IKHTISAR JENIS KODE IDENTIFIKASI RESIN, JENIS PLASTIK DAN SIFAT

Referensi

Dokumen terkait

Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa

Akan tetapi, posisi kembali ke sistem tertutup akan membuat suatu kemunduran bagi perempuan untuk membentuk sejarah pengalaman politiknya melalui proses kontestasi di pencalonan

Pelajar Program Asasi KUIS dibawah penajaan TKK yang mengambil keputusan untuk menyambung pengajian Ijazah Sarjana Muda di luar KUIS DIWAJIBKAN memulangkan keseluruhan nilai TKK yang

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Lindung Petak 35 B, 44 E, dan 44 H RPH Kedung Rejo BKPH Pujon KPH Malang” adalah

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Peraga Koin Warna Di Kelas IV SDN Sukosewu

Penyusunan skripsi yang berjudul “Mempelajari Efek Konsumsi Air Minum Penambah Oksigen terhadap Proliferasi Sel Limfosit Manusia” ini merupakan salah satu syarat untuk

GÖZLÜKLÜ, Burçin, (TMSK Genel Sekreteri Burçin GÖZLÜKLÜ'nün "Muhasebe ve Denetimde Uluslararas ı Geli ş meler" konferans ı nda,"IFRS'lerin Kabulüne Yönelik Çal

Studi Eksperimen ini dilakukan dilaboratorium dengan membuat sejumlah benda uji untuk ditest sehingga didapat data-data yang diperlukan, setelah data-data tersebut