• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN UMBI GEMBILI (Dioscorea esculenta) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN UMBI GEMBILI (Dioscorea esculenta) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun oleh :

Cicin Nilawati NPM : 0933010034

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknologi Pangan

Oleh:

Cicin Nilawati

NPM 0933010034

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

(3)
(4)
(5)

pelaksanaan penyusunan skripsi dengan judul €Pemanfaatan Umbi Gembili

(Dioscorea esculenta) dalam Pembuatan Es Krim Sinbiotik• hingga

terselesaikannya pembuatan laporan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan.

Kemudahan dan kelancaran pelaksanaan skripsi serta penyusunan

laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan rendah hati, penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

€Veteran• Jatim.

2. Ibu Dr. Dedin Rosida, STP, MKes selaku Ketua Jurusan Teknologi Pangan

UPN €Veteran• Jawa Timur

3. Ibu Ir. Ulya Sarofa selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Tri Mulyani, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dedin Rosida, STP, MKes, Bapak Ir. Rudi Nurismanto, Msi selaku

Dosen Penguji seminar proposal dan hasil penelitihan, yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam

penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi

Industri UPN €Veteran• Jatim.

7. Keluargaku Tercinta Ayah dan Ibu, terima kasih banyak atas segala dorongan,

kesabaran, dukungan material dan spiritual yang diberikan hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. €Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa•

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, terimakasih atas semangat yang

diberikan selama ini.

9. Saudara ‚ saudara Mahapala UPN €Veteran• Surabaya terimakasih atas

(6)

bersifat obyektif dan membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

INTISARI... ... vii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Umbi Gembili (

Dioscorea esculenta

) ... 5

B. Es Krim ... 7

1. Kualitas Es Krim... 8

2. Bahan-bahan Dasar dalam Pembuatan Es Krim... 10

3. Proses Pembuatan Es Krim... 16

C. Inulin sebagai Komponen Prebiotik ... 19

D. Susu Skim sebagai Cryoprotectant ... 20

E. Sinbiotik ... 22

F. Probiotik... 23

1. Peranan Probiotik... 23

2. Bakteri Probiotik... 24

3. Lactobacillus casei... 25

4. Bifidobacterium... 25

G. Fermentasi Bakteri Asam Laktat... 26

H. Efek Pembekuan Terhadap Viabilitas BAL... 27

(8)

2. Net Present Value (NPV)... 32

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)... 33

4. Payback Periode (PP)... 33

5. Internal Rate of Return (IRR)... 33

M. Landasan Teori ... 33

N. Hipotesa... 36

BAB III. METODE PENELITIAN... 37

A. Tempat dan Waktu... 37

B. Bahan ... 37

C. Alat ... 37

D. Metode Penelitian ... 38

E. Prosedur Penelitian... 41

1. Pembuatan Kultur Kerja... 41

2. Pembuatan Starter... 41

3. Pembuatan Filtrat Umbi Gembili... 42

4. Pembuatan Es Krim sinbiotik Umbi Gembli... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Analisa Bahan Baku... 46

1. Umbi Gembili... 46

2. Total Bakteri Asam Laktat Starter Awal... 47

B. Hasil Analisa Produk Es Krim Sinbiotik Umbi Gembili.... ... 47

1. Overrun... 47

2. Waktu Pelelehan... 50

3. Protein Total... 52

4. Stabilitas emulsi... 54

5. Kadar Lemak... 55

(9)

C. Analisis Keputusan ... 61

D. Analisis Es Krim Sinbiotik Umbi Gembili untuk Perlakuan .... Terbaik... 64

1. Viabilitas Bakteri Asam Laktat... 64

E. Analisis Finansial ... 65

1. Kapasitas Produksi... 65

2. Biaya Produksi... 66

3. Harga Pokok Produksi... 66

4. Harga Jual Produksi... 66

5. Break Event Point (BEP)... 67

6. Net Present Value (NPV)... 67

7. Payback Periode (PP)... 68

8. Gross Benefit Cost Ratio... 68

9. Rate of Return (ROR)... 68

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(10)

0933010034

INTISARI

Sinbiotik merupakan gabungan antara probiotik dan prebiotik. Pada dasarnya bahan dasar dalam pembuatan es krim adalah susu sapi, namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dilakukan inovasi dalam pembuatan es krim yaitu pembuatan es krim berbahan dasar umbi gembili. Pada umbi gembili mengandung inulin yang besar oleh karena itu diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi dan memanfaatkan khasiat inulin umbi gembili. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian €Pemanfaatan umbi gembili (Dioscorea esculenta) dalam pembuatan es krim sinbiotik•. Disamping itu penggunaan konsentrasi starter yang tepat merupakan faktor yang penting karena dapat mempengaruhi viabilitas Lactobacillus casei dan Biffidobacerium breve.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu penambahan susu skim (0; 2,5; 5; 7,5% b/v) dan faktor II adalah konsentrasi starter (Lactobacillus casei) dan (Biffidobacterium breve) 1:1 (2; 4; dan 6% v/v).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan penambahan susu skim 7,5% dan konsentrasi starter (Lactobacillus casei) dan (Biffidobakterium breve) 6%. Perlakuan tersebut mempunyai viabilitas bakteri asam laktat pada minggu 1 ‚ 4 berturut ‚ turut adalah 107,263%;

97,065%,

117,189%

; 109,094%; protein total 7,644%, kecepatan meleleh
(11)

Pada saat ini banyak produk olahan dari berbagai jenis

makanan dan minuman salah satunya adalah es krim. Es krim

merupakan salah satu jenis makanan yang sangat disukai oleh

konsumen segala usia dari anak- anak hingga dewasa. Konsumsi es

krim meningkat dari waktu ke waktu ditandai dengan makin

meningkatnya varian dan jumlah es krim di pasaran. Konsumsi es

krim di Indonesia berkisar 0,5 liter/orang/tahun dan diperkirakan makin

meningkat seiring dengan memasyarakatnya es krim (Setiadi, 2002).

Menurut Hadiwiyoto (1983), es krim merupakan salah satu jenis

makanan beku yang banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai

kalangan, baik kalangan muda maupun kalangan tua. Es krim dibuat

dari bahan-bahan utama yang terdiri atas lemak, susu, gula atau

bahan pemanis, bahan padatan bukan lemak, zat penstabil dan

pengemulsi.

Pada umumnya bahan dasar dalam pembuatan es krim adalah

susu sapi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dilakukan berbagai inovasi dalam pembuatan es krim

diantaranya pembuatan es krim berbahan dasar susu nabati sebagai

alternatif pengganti susu sapi, salah satunya adalah pembuatan es

krim berbahan dasar filtrat umbi gembili. Penggunaan umbi gembili

dimaksudkan untuk diversivikasi terhadap komoditi umbi - umbian

yang komoditinya tinggi di Indonesia. Pada umbi gembili mengandung

inulin yang tinggi yaitu sebesar 14,77%. Sifat fungsional inulin sebagai

serat makanan dapat larut (soluble dietary fiber) sangat bermanfaat

bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai,2003). Sifat penting

lain dari inulin adalah sebagai serat makanan. Sifat ini berpengaruh

pada fungsi usus dan perbaikan parameter lemak dalam darah. Inulin

mempengaruhi fungsi usus dengan meningkatkan massa feses dan

meningkatkan frekuensi defekasi terutama pada penderita konstipasi.

(12)

inulin pada pembuatan es krim sinbiotik dari susu skim adalah

formulasi sinbiotik. Minda (2006) menemukan bahwa peambahan

inulin mempunyai pengaruh yang berarti terhadap karakteristik set

yoghurt dari susu skim yatu menurunkan pH.

Sinbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik. Umbi

gembili dapat dimanfaatkan sebagai es krim sinbiotik karena umbi

gembili mengandung komponen prebiotik yaitu inulin. Penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa dari sepuluh umbi uwi (Dioscorea

spp.) mengandung inulin dalam kadar yang bervariasi pada Dioscorea

esculenta (gembili) yaitu sebesar 14,77% (db), diikuti Dioscorea

rotundata (uwi putih kulit coklat) mengandung inulin 14,63%, Dioscorea

alata (uwi kuning kulit tebal) mengandung inulin 13,11%, Dioscorea

bulbifera (Gembolo) mengandung inulin 10,96%, dan Dioscorea

opposita (uwi putih kulit kuning) mengandung inulin 9,02% (Winarti et

al, 2011). Oleh karena itu umbi Dioscorea mempunyai potensi sebagai

sumber inulin.

Hekmat and Mcmahon (1992) dan Godward (2000) dalam

Kailasapathy (2002), menyatakan bahwa es krim merupakan media

yang baik untuk menyalurkan bakteri probiotik ke konsumen.

Penggunaan kultur bakteri probiotik seperti Lactobacillus casei

merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan pemanfaatan

bakteri probiotik dalam produk es krim. Sedangkan Bifidobacterrium

breve merupakan kelompok bakteri yang bayak ditemukan dalam

fases bayi bersama dengan Bifidobacterium infantis dan

Bifidobacterium longum terutama pada bayi yang menyusu ASI.

Bersama dengan spesies lain dari galur Bifidobacteria, bakteri ini

banyak ditemukan alami usus besar.

Menurut Goff (2006), susu skim mengandung laktosa, casein,

protein dan mineral. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari

glukosa dan galaktosa. Salah satu fungsi laktosa yang paling utama

adalah sebagai media fermentasi bagi bakteri asam laktat. Selain

berfungsi meningkatkan pertumbuhan bakteri Lactobacillus casei, susu

(13)

krim yang berfungsi meningkatkan rasa es krim dan juga memberikan

body dan tekstur es krim (Marshall, 2003).

Proses pembekuan dalam pembuatan es krim probiotik dapat

menurunkan viabilitas bakteri asam laktat. Menurut Davidson et al

(2000) proses pembekuan dapat menyebabkan penurunan jumlah

bakteri sebesar € sampai 1 log cycle. Penambahan bahan pelindung

(Cryoprotectant agent) seperti susu skim dapat mengurangi efek

pembekuan terhadap viabilitas bakteri asam laktat (Leslie, 1995).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007), pada

pembuatan es krim susu jagung probiotik dengan menggunakan

starter Lactobacillus casei dan masa inkubasi 24 jam diperoleh

perlakuan terbaik menggunakan konsentrasi susu skim 20% dan

konsentrasi starter 2% dengan menghasilkan total bakteri asam laktat

8,548 log CFU/ml, viabilitas bakteri asam laktat 93,062%, total asam

2,406%, derajat keasaman (pH) 4,067, total padatan terlarut 36,477 (%

Brix), protein terlarut 0,507%, kecepatan meleleh 16,739 (menit/5gr)

dan overrun 24,290%.

Menurut Arbuckle (1972) dalam Potter (1978), es krim dengan

kualitas standart mengandung bahan padatan bukan lemak minimal

9%, dan Hekmat and McMahon (1992) menyatakan bahwa

penambahan starter pada es krim probiotik berkisar antara 2 • 4%.

Karena bahan yang dipakai berbeda maka dalam penelitian ini

dilakukan penambahan susu skim (0; 2,5; 5; 7,5%) dan juga starter

(Lactobacillus casei FNCC) dan (Bifidobacterium brevie BRL-131) 2; 4;

(14)

B. TUJUAN

1. Mengkaji pengaruh penambahan susu skim dan konsentrasi starter

(Lactobacillus casei FNCC) dan (Bifidobacterium breve BRL-131)

terhadap karakteristik sifat fisik, kimia dan organoleptik es krim sinbiotik

umbi gembili

2. Mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik pada konsentrasi starter dan

penambahan susu skim

3. Mendapatkan viabilitas bakteri probiotik pada es krim sinbiotik umbi

gembili selama penyimpanan pada perlakuan terbaik

C. MANFAAT

1. Memberikan informasi mengenai pembuatan es krim sinbiotik umbi

gembili dengan kualitas yang baik dan disukai konsumen.

2. Diversifikasi pengolahan umbi gembili yaitu dengan diolah menjadi es

krim sinbiotik umbi gembili.

(15)

Dioscorea esculenta (Gambar 1.) atau gembili merupakan suku

Dioscoreceae yang masih cukup luas penanamannya di pedesaan

walaupun semakin terancam kelestariannya. Umbi gembili biasanya

dikonsumsi dengan cara direbus dan mempunyai tekstur kenyal. Umbi

gembili serupa dengan gembolo tetapi berukuran lebih kecil. Tumbuhan

gembili merambat dengan rambatan berputar ke arah kanan (searah jarum

jam), bunganya agak berduri.

Gambar 1. Gembili (Dioscorea esculenta). (Sumber : Winarti et al, 2011)

Gembili biasanya ditanam dalam jumlah terbatas, meskipun

penduduk sangat menyukainya. Hal ini disebabkan ketersediaan bibit

terbatas dan umur panennya agak lama, yaitu 7€9 bulan. Tanaman gembili

tersebar di beberapa wilayah Papua, terutama di Merauke. Suku Kanum di

Merauke sebagai salah satu sub suku Marind yang mendiami Taman

Nasional Wasur (Paay 2004) mengkonsumsi gembili secara turun-temurun

sebagai makanan pokok. Namun saat musim paceklik atau belum

memasuki masa panen gembili, penduduk melakukan kegiatan berburu

dan sebagai pangan alternatifnya adalah sagu dan pisang.

Nilai gizi gembili tidak jauh berbeda dibanding dengan ubi kayu

segar (Suhardi dkk, 2002). Gembili dan ubi kayu telah menjadi sumber

bahan pangan sekunder yang penting dibeberapa negara tropis. Di Afrika

Selatan gembili selain digunakan sebagai bahan pangan juga dijadikan

(16)

Menurut Pompei et.al.(2008), inulin dapat meningkatkan

pertumbuhan Bifidobacterium adolesentis, Bifidobacterium longum,

Lactobacillus plantarum, Lactobacillus casei, Lactobacillus reuteri,

Lactobacillus delbruechii dan dapat menghambat pertumbuhan E. Coli dan

Clostridia.

Kadar inulin tertinggi terdapat pada Dioscorea esculenta (gembili)

yaitu sebesar 14,77% (db), diikuti Dioscorea rotundata (uwi putih kulit

coklat) mengandung inulin 14,63%, Dioscorea alata (uwi kuning kulit tebal)

mengandung inulin 13,11%, Dioscorea bulbifera (Gembolo) mengandung

inulin 10,96%, dan Dioscorea opposita (uwi putih kulit kuning) mengandung

inulin 9,02% (Winarti et al, 2011). Oleh karena itu umbi Dioscorea

mempunyai potensi sebagai sumber inulin.

Tabel 1. Jenis Umbi Uwi ( Dioscorea spp. ) dan nilai rata -rata kadar inulin

Jenis Uwi Jenis/ Varietas Uwi Kadar Inulin (%)

D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10

Uwi putih (Dioscorea alata)

Uwi katak (Dioscorea pinthaphylla) Gadung (Dioscorea hispida)

Uwi kuning kulit ungu (Dioscorea alata) Uwi ungu (Dioscorea alata)

Gembili (Dioscorea esculenta) Uwi kuning (Dioscorea alata)

Uwi putih kulit kuning (Dioscorea opposita) Gembolo (Dioscorea bulbifera)

Uwi putih kulit coklat (Dioscorea rotundata)

4,59 2,88 4,77 8,76 7,54 14,77 13,11 9,02 10,96 14,63 (Sumber : Winarti et al, 2011).

Inulin adalah polimer dari unit-unit fruktosa dengan gugus terminal

glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan •(2 -1)

glikosidik, sehingga tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem

pencernaan mamalia dan mencapai usus besar tanpa mengalami

perubahan struktur, oleh karena itu inulin dapat berfungsi sebagai prebiotik

(Robertfroid, 2005).

Telah dilakukan isolasi inulin dari umbi Dioscorea esculenta (gembili)

dan diuji aktivitas prebiotiknya terhadap pertumbuhan bakteri probiotik.

(17)

antara selisih jumlah sel (log cfu/ml) bakteri probiotik pada media prebiotik

waktu tertentu dan jumlah sel jam ke-0 dengan selisih jumlah sel bakteri

probiotik pada media glukosa waktu tertentu dan jumlah sel bakteri

probiotik pada media glukosa jam ke-0 dikurangi perbandingan antara

selisih jumlah sel bakteri enterik pada media prebiotik waktu tertentu dan

jumlah sel bakteri enterik jam ke-0 dengan selisih jumlah sel bakteri enterik

pada media glukosa waktu tertentu dan jumlah sel bakteri enterik jam ke-0

(Huebner, et al, 2007).

Nilai aktivitas prebiotik inulin tertinggi pada Lactobacillus casei

inkubasi 72 jam, yaitu 1,210 diikuti pada Bifidobacterium breve inkubasi 72

jam yaitu 1,071, sedangkan nilai terendah pada Lactobacillus acidophilus

inkubasi 24 jam yaitu 0,227. Nilai aktivitas prebiotik inulin standar tertinggi

pada Lactobacillus casei inkubasi 72 jam yaitu 0,902 diikuti

Bifidobacterium breve inkubasi 72 jam yaitu 0,752 dan nilai terendah pada

Bifidobacterium bifidum inkubasi 48 jam yaitu 0,105

Inulin adalah salah satu prebiotik karbohidrat, yang didefinisikan

sebagai bahan yang dapat dimetabolisme dan memacu secara selektif

pertumbuhan mikrobiota saluran pencernaan (gastrointestinal tract)

(Huebner, et al, 2007). Demikian halnya inulin dari umbi Dioscorea

esculenta dapat dimetabolisme dan memacu pertumbuhan Bifidobacteria

dan Lactobacilli dengan nilai yang berbeda-beda untuk masing-masing

bakteri.

B. Es Krim.

Menurut definisi dari Standart Nasional Indonesia (SNI)

01-3713-1995, es krim adalah makanan semi padat yang dibuat dengan cara

pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani

maupun lemak nabati, gula, dengan atau tanpa bahan makanan lain dan

bahan makanan yang diijinkan.

Menurut Goff (2006), es krim merupakan perpaduan antara sistem

emulsi dan foam (buih). Es krim termasuk dalam sistem emulsi Oil in water

(18)

fase kontinyu. Foam (buih) adalah gas yang terdispersi dalam cairan.

Komposisi es krim dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Es Krim

Komponen Jumlah (%)

Lemak

Bahan Padatan Bukan Lemak Pemanis

Penstabil dan Pengemulsi

10 ‚ 16 9 ‚ 12 12 ‚ 16 0,2 ‚ 0,5

Sumber : Goff (2006)

Berdasarkan kandungan lemaknya, es krim dibagi menjadi tiga

kategori yaitu es krim kualitas ekonomi, standar, dan es krim mewah.

Klasifikasi es krim berdasarkan kandungan lemaknya dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Es krim Berdasarkan Kandungan Lemak

Macam Lemak (%) Bahan Padatan Bukan Lemak (%) Pemanis (%) Penstabil (%) Total Padatan (%) Es krim ekonomi

Es krim standar Es krim mewah Es susu

10 ‚ 12 12 ‚ 14 16 ‚ 20 4 ‚ 6

9 ‚ 11 9 ‚ 11 5 ‚ 8 11,5 ‚ 12

13 ‚ 15 13 ‚ 16 13 ‚ 17 13 ‚ 13,5

0,25 ‚ 0,5 0,2 ‚ 0,4 0,25 ‚ 0,4 0,35 ‚ 0,4

35 ‚ 37 37,5 ‚ 39

40 ‚ 41 29 ‚ 30 Sumber : Arbuckle (1972) dalam Potter (1978)

Menurut Standard Nasional Indonesia (SNI 01-3713-1995), es krim

adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan

tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati,

gula, dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang

diizinkan (Departemen Perindustrian, 1995b). Proses pembuatan es krim

meliputi persiapan bahan untuk mendapatkan formulasi yang diinginkan,

dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu pencampuran, pasteurisasi,

homogenisasi, penuaan, pembekuan dan pengerasan (Marshall dan

Arbuckle, 1996).

1. Kualitas Es krim

Syarat mutu es krim menurut Standart Nasional Indonesia (SNI)

(19)

Tabel 4. Standart Kualitas Es Krim Secara Nasional

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keadaan 1.1 Penampakan 1.2 Bau 1.3 Rasa Lemak Gula Protein

Jumlah Padatan Non Lemak

Bahan Tambahan Makanan

6.1 Pewarna Tambahan

6.2 Pemanis Buatan

6.3 Pemantap dan

Pengemulsi

Cemaran Logam

7.1 Timbal (Pb)

7.2 Tembaga (Cu)

Cemaran Arsen

Cemaran Mikroba

9.1 Angka Lempeng Total

9.2 MPN Coliform

9.3 Salmonella

9.4 Listeria spp

-% b/b % b/b % b/b % b/b mg/kg mg/kg mg/kg Koloni/g APM/g Koloni/25g Koloni/25g Normal Normal Normal Min 5,0 Min 8,0 Min 2,7 Min 3,4

Sesuai SNI 01-0222-1995

Negative

Sesuai SNI 01-0222-1995

Maks. 1,0 Maks. 20,0 Maks 0,5 Maks. 30.000 < 3 Negative Negative

Sumber : SNI 01-3713-1995 ( 1995 )

Menurut Padaga (2005), pada dasarnya kualitas es krim ditentukan

oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Overrun

Overrun adalah pengembangan volume yaitu kenaikan volume

es krim antara sebelum dan sesudah pembekuan (Hadiwiyoto, 1983).

Es krim yang berkualitas memiliki overrun berkisar antara 70-80%

sedangkan untuk industri rumah tangga berkisar antara 35-50%.

Overrun dapat dihasilkan dari pengadukan (agitasi) pada saat proses

(20)

massa yang keras. Overrun mempengaruhi tekstur dan kepadatan yang

sangat menentukan kualitas es krim.

b. Kecepatan meleleh

Es krim yang baik akan lebih tahan terhadap pelelehan pada

saat dihidangkan pada suhu kamar. Kecepatan meleleh es krim

dipengaruhi oleh komposisi bahan-bahan yang digunakan pada

pembuatan es krim. Es krim yang mempunyai kecepatan meleleh yang

rendah atau lambat meleleh, kurang disukai konsumen karena bentuk

es krim akan tetap tidak berubah pada suhu kamar sehingga memberi

kesan terlalu banyak padatan yang digunakan, akan tetapi es krim

terlalu cepat meleleh juga kurang disukai karena es krim akan segera

mencair pada suhu ruang.

Menurut Marshall (2003), kecepatan meleleh secara umum

disebabkan oleh bahan penstabil, bahan pengemulsi, keseimbangan

komposisi serta kondisi pemrosesan dan penyimpanan. Bahan

penstabil akan meningkatkan viscositas adonan es krim, sehingga es

krim yang dihasilkan akan memiliki overrun yang tinggi dan tekstur yang

lembut karena terbentuknya kristal-kristal es yang kecil dan

memperlambat pelelehan es krim pada saat dihidangkan. Kristal es

yang besar akan lebih cepat mencair dari pada kristal es yang kecil

sehingga mempercepat proses pelelehan es krim.

c. Tekstur

Tekstur es krim yang baik adalah tidak keras, lembut dan tampak

mengkilat. Tekstur lembut es krim sangat dipengaruhi oleh komposisi es

krim, cara mengolah dan kondisi suhu penyimpanan.

d. Rasa dan aroma

Rasa dan aroma sangat mempengaruhi kesukaan konsumen

terhadap es krim bahkan dapat dikatakan faktor penentu yang utama.

2. Bahan -bahan Dasar dalam Pembuatan Es krim :

a. Lemak

Lemak susu atau lemak yang bukan berasal dari susu

(21)

meningkatkan rasa, membentuk tekstur yang halus, membentuk body

dan memperbaiki kualitas pelelehan es krim (Goff, 2006).

Menurut Frandsen dan Arbuckle (1961), untuk menghasilkan es

krim dengan cita rasa yang baik biasanya digunakan lemak yang

bermutu baik sebesar 16%, sedangkan menurut Arbuckle (1986)

sebesar 12%. Lemak dalam es krim dapat meningkatkan tekstur atau

kehalusan es krim yang dihasilkan (Potter, 1978). Lemak dalam es krim

dapat memperlambat pelelehan es krim, meningkatkan kekentalan,

mengurangi pengembangan dan dapat mempengaruhi kestabilan

adonan es krim (frandsen dan Arbuckle, 1961).

b. Bahan padatan bukan lemak

Bahan padatan bukan lemak adalah bagian dari susu yang telah

diambil lemaknya dan mengandung laktosa, protein dan mineral serta

vitamin-vitamin yang tidak larut lemak. Komponen terpenting dalam

bahan padatan bukan lemak adalah protein. Sumber bahan padatan

bukan lemak yang paling baik adalah susu skim baik dalam bentuk susu

kental maupun bubuk (Padaga, 2005).

Skim merupakan bagian susu yang tertinggal setelah krim

diambil sebagian atau seluruhnya melalui proses pemisahan dengan

alat sentrifungal berdasarkan perbedaan berat jenis krim dan skim dari

susu. Susu skim mengandung semua zat makanan susu, sedikit lemak,

dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D dan E) terdapat dalam

jumlah rendah (Buckle dkk, 1987). Komposisi kimia susu skim dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Kimia Susu Skim

Komponen

Kandungan (%)

Protein Lemak Laktosa

Air Abu

35,9 0,8 52,3

3,0 8,0

Sumber : Webb and Whittier (1970) dalam Resmanto (2006)

Bahan padatan bukan lemak meningkatkan rasa es krim dan

(22)

Penggunaan baha

tanpa merusak tek

dan Arbuckle (196

kekentalan, ketah

Padatan susu buk

krim dan menimbu

Pada prose

emulsi lemak set

meningkatkan dan

pada kekentalan e

Penggunaan baha

menyebabkan aro

menyebabkan terb

sebagai akibat krist

Bahan pad

laktosa atau baha

tekstur dan nilai g

yang bersifat pasi

dkk., 1987). Lakto

galaktosa. Salah sa

media fermentasi b

dapat dilihat pada

Gam

Menurut Ha

banyak mengandu

berfungsi untuk

han padatan bukan lemak juga meningkatka

tekstur dari es krim (Potter, 1978). Menurut

961) padatan susu bukan lemak dapat men

tahanan leleh, dan menurunkan titik beku

ukan lemak juga berfungsi untuk membentuk

bulkan cita rasa (Sugiono, 1992).

ses pembuatan es krim, protein berfungsi me

setelah proses homogenisasi, membantu pe

an menstabilkan daya mengikat air yang ber

es krim dan menghasilkan tekstur es krim yan

ahan padatan bukan lemak yang berlebih

aroma es krim kurang sedap, kelebihan

erbentuknya tekstur yang kurang lembut seper

kristalisasi dari gula susu (Padaga, 2005).

adatan susu bukan lemak atau susu skim me

han padat dari serum, mempunyai pengaruh

i gizi produk, terdapat kemungkinan kristalisa

asir (sandiness) jika terlalu banyak digunaka

ktosa adalah disakarida yang terdiri dari glu

h satu fungsi laktosa yang paling utama adala

si bagi bakteri asam laktat (Goff, 2006). Strukt

a Gambar 2.

ambar 2 . Struktur Laktosa (Goff, 2006)

Hadiwiyoto (1983), susu skim merupakan ba

dung protein. Protein susu dalam pembuata

k membantu proses pembuihan deng

tkan overrun

ut Frendsen

eningkatkan

ku es krim.

k tekstur es

enstabilkan

pembuihan,

berpengaruh

yang lembut.

bihan dapat

an laktosa

erti berpasir

engandung

uh terhadap

isasi laktosa

kan (Buckle

glukosa dan

alah sebagai

uktur laktosa

bagian yang

atan es krim

(23)

memerangkap udara ke adonan dan menyerap sebagian air dalam

adonan sehingga diperoleh adonan yang lembut (Goff, 2006)

c. Gula

Gula memberikan rasa manis pada es krim. Konsentrasi gula

yang digunakan dalam pembuatan es krim juga menentukan titik beku

es krim. Semakin banyak jumlah gula yang digunakan dalam

pembuatan es krim, maka semakin rendah titik beku. Banyak jenis

pemanis yang dapat digunakan dalam pembuatan es krim diantaranya

gula tebu, sirup jagung, gula invert, laktosa, fruktosa. Gula pasir

(sukrosa) yang diproses dari gula tebu merupakan pemanis yang sering

digunakan karena stabil dan konstan rasa manisnya (Hui, 1992).

Menurut Padaga (2004), bahan pemanis selain berfungsi untuk

memberikan rasa manis juga dapat meningkatkan cita rasa,

menurunkan titik beku yang dapat membentuk kristal-kristal es krim

yang halus sehingga meningkatkan penerimaan dan kesukaan

konsumen. Menurut Sugiono (1992), gula merupakan komponen utama

yang berfungsi sebagai pemanis dan sebagai pembentuk tekstur es krim

yang halus dan lembut. Gambar Struktur Sukrosa dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Sukrosa (Anonymous, 2011)

d. Penstabil

Kenaikan suhu selama distribusi menyebabkan kristal es mencair

dan pendinginan kembali menyebabkan kristal es menjadi lebih besar,

sehingga menghasilkan perubahan tekstur yang kurang baik pada es

krim. Penstabil hidrokoloid berfungsi untuk membentuk ikatan dengan

(24)

Jumlah dan tipe penstabil yang diperlukan tergantung komposisi pada

proses pembuatan es krim, kondisi proses, suhu proses, kondisi dan

waktu penyimpanan dan faktor lain (Hui, 1992).

Stabilizer merupakan bahan aditif yang ditambahkan dalam

jumlah kecil untuk mempertahankan stabilitas emulsi sekaligus

memperbaiki kelembutan produk, mencegah pembentukan kristal es

yang besar, memberikan keseragaman produk, memberikan ketahanan

agar tidak meleleh atau mencair dan memperbaiki sifat produk. Es krim

yang diperoleh menjadi lebih halus dan lembut. Tekstur lembut es krim

juga dapat diperoleh melalui proses pembekuan cepat yang akan

menghasilkan kristal es berukuran kecil dan halus serta tekstur es krim

lembut (Campbell & Marshall, 1975).

Stabilizer mempunyai daya ikat air yang tinggi sehingga efektif

dalam pembentukan tekstur halus yang memperbaiki struktur es krim

(Arbuckle & Marshall, 2000). Stabilizer bekerja dengan cara

menurunkan tegangan permukaan melalui pembentukan lapisan

pelindung yang menyelimuti globula fase terdispersi sehingga senyawa

yang tidak larut akan lebih terdispersi dan lebih stabil dalam emulsi

(Fennema, 1985).

Bahan penstabil adalah senyawa-senyawa hidrokoloid, biasanya

polisakarida yang berperan dalam meningkatkan kekentalan ICM (Ice

CreamMix) terutama pada keadaan sebelum dibekukan. Penambahan

bahan penstabil pada pembuatan es krim memberikan banyak manfaat.

Selain itu, penambahan bahan penstabil juga dapat memperpanjang

masa simpan karena dapat mencegah terjadinya kristalisasi es selama

penyimpanan. Tanpa bahan penstabil, tekstur es krim akan menjadi

kasar karena terbentuk kristal-kristal es. Bahan penstabil juga

meningkatkan kemampuan menyerap air, sehingga ICM (Ice CreamMix)

menjadi lebih kental dan produk es krim tidak mudah meleleh (Padaga,

2004).

Penstabil berfungsi untuk emulsi, yaitu membentuk selaput yang

berukuran mikro untuk mengikat molekul lemak, air dan udara. Dengan

demikian air tidak akan mengkristal dan lemak tidak akan mengeras

(25)

Bahan penstabil adalah koloid hidrofilik yang dapat menurunkan

konsentrasi air bebas dengan cara menyerap atau mengikat air tersebut

sehingga mengurangi rekristalisasi es, memperkecil ukuran Kristal es,

dan meningkatkan kehalusan tekstur (Cambell, 1975). Menurut Arbuckle

(1986), tujuan utama penggunaan bahan penstabil pada es krim adalah

untuk menghasilkan kehalusan dan tekstur yang baik, untuk

menghambat atau mengurangi pembentukan kembali Kristal es krim

selama penyimpanan, menghasilkan keseragaman produk, dan

menghambat pelelehan. Menurut Glikcksman (1969), bahan penstabil

yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah gelatin dan

CMC (Carboxymethyl Cellulose) sebanyak 0,16%. Semua bahan

penstabil mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat air dan efektif

untuk membentuk kehalusan dan tekstur produk akhir es krim (Arbuckle,

1986).

Penstabil atau stabilizer yang sering digunakan dalam

pembuatan es krim antara lain gelatin, gum guar, gum karaya, xantan,

karagenan, pectin atau gum buatan pabrik seperti Carboxymethyl

Cellulose (CMC) yang berasal dari sellulose. Dalam pembuatan es krim,

stabiliser bersama dengan air membentuk gel sehingga dapat

memperbaiki body dan tekstur dari es krim. Stablisator juga

menghasilkan produk yang tidak cepat meleleh atau mencair.

Stabilisator yang mengikat air juga membantu untuk mencegah

terbentuknya kristal es yang besar selama proses pembekuan, yang

mana terbentuknya kristal es yang besar akan menghasilkan produk

dengan tekstur yang kasar (Potter, 1978).

e. Pengemulsi.

Emulsifier membantu dispersi globula-globula lemak selama proses

pembuatan es krim dan mencegah globula-globula lemak tersebut

menyatu dan berubah menjadi butiran lemak selama proses

pendinginan dan pencampuran. Emulsifier juga memperbaiki proses

pembuihan untuk mendapatkan overrun yang diinginkan. Emulsifier

juga membantu membuat es krim tidak cepat meleleh. Kuning telur

(26)

Emulsifier komersial pada umumnya berisi monogliserida dan digliserida

(Potter, 1978). Lesitin mempunyai struktur seperti lemak tetapi

mengandung asam fosfat. Lesitin mempunyai gugus polar dan

nonpolar. Gugus polar yang terdapat pada ester fosfatnya bersifat

hidrofilik dan mempunyai kecenderungan larut dalam air, sedangkan

gugus nonpolar yang terdapat pada ester asam-asam lemaknya adalah

lipofilik yang mempunyai kecenderungan untuk larut dalam lemak atau

minyak (Winarno, dkk, 1989).

Bahan pengemulsi digunakan untuk memperbaiki kualitas

pembuihan dari es krim dengan memproduksi kristal es yang lebih kecil

dan rongga udara yang lebih kecil, menghasilkan tekstur yang lunak dan

tidak cepat meleleh (Hui, 1992).

3. Proses Pembuatan Es Krim.

a. Proses Pencampuran

Langkah pertama dalam pembuatan es krim adalah dengan

menggabungkan bahan yang berupa cairan dengan lemak kemudian

dipanaskan pada suhu 43oC. Gula dan bahan tambahan kering lainnya

ditambahkan ke dalam campuran yang telah dihangatkan. Bahan

tambahan yang kasar seperti kacang atau buah-buahan tidak

ditambahkan pada tahap ini dikarenakan akan ikut hancur selama

proses, akan tetapi bahan-bahan kasar tersebut dapat ditambahkan

selama proses pembekuan dan pembuihan (Potter, 1987).

b. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah proses pemanasan adonan es krim pada

suhu dan waktu yang dikehendaki untuk membunuh mikroorganisme

patogen (Hui, 1992). Menurut Marshall (2003) Proses pasteurisasi

bertujuan untuk :

ð§ Membunuh bakteri-bakteri patogen, yaitu bakteri berbahaya yang

dapat menimbulkan penyakit pada manusia.

ð§ Membantu proses pencampuran bahan dengan cara melelehkan

(27)

ð§ Mempertinggi atau memperpanjang daya simpan produk.

ð§ Memberikan atau menimbulkan cita-rasa yang lebih menarik.

ð§ Meningkatkan keseragaman produk.

Proses pasteurisasi pada pembuatan es krim dapat dilakukan pada

suhu seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Metode Pasteurisasi

Metode Waktu Suhu (oC/oF)

Low Temperature Low Time (LTLT)

High Tempetarure Short Time (HTST)

High Heat Short Time (HHST)

Ultra High Temperature (UHT)

30 menit

25 detik

1-3 detik

2-40 detik

69/155

80/175

90/194

135/275

Sumber: Marshal and Arbuckle (1996)

c. Homogenisasi

Proses homogenisasi bertujuan untuk memperkecil dan

menyeragamkan ukuran globula lemak sehingga 90% dari

globula-globula lemak tersebut mempunyai ukuran kurang dari 2ƒm.

Berkurangnya ukuran dari globula lemak menjadi globula-globula yang

lebih kecil meningkatkan area permukaan. Hal tersebut menghasilkan

produk yang lebih seragam dan konsisten, mempunyai tekstur yang

halus, dan mencegah terjadinya pemecahan adonan selama proses

pembekuan (Hui, 1992).

Proses homogenisasi dapat berlangsung dengan efektif, adonan

es krim harus benar-benar berupa cairan dan suhu yang digunakan

lebih baik diatas titik lelehnya. Proses homogenisasi dapat dilakukan

pada suhu berkisar 60oC, dibawah suhu tersebut globula lemak akan

bergerombol dan viskositas larutan terlalu tinggi. Batasan temperatur

maksimal untuk proses homogenisasi tidak dapat ditentukan dengan

pasti, tetapi didasarkan desain dan konstruksi dari alat homogenisasi.

Temperatur antara 65-85oC biasanya menghasilkan produk akhir yang

(28)

d. Pematangan (aging)

Proses pematangan (aging) dilakukan pada suhu 4oC selama 3

sampai 24 jam. Selama proses pematangan memberikan waktu bagi

lemak untuk lebih solid, stabiliser membengkak dan bergabung dengan

air, protein susu juga larut dalam air dan viskositas campuran

meningkat. Perubahan ini mengakibatkan semakin cepatnya proses

pembuihan sehingga overrun meningkat selama pembekuan, body dan

tekstur es krim yang lebih halus dan kecepatan meleleh yang lebih

rendah (Potter, 1978).

e. Pembekuan dan Agitasi

Proses pembekuan dan agitasi memberikan pengaruh penting

pada tekstur es krim. Pembekuan dan agitasi bertujuan untuk

membekukan adonan sampai suhu rendah, secepat mungkin, dan untuk

mendapatkan overrun yang cukup yakni naiknya volume es krim selama

pembekuan karena penyatuan gelembung udara yang halus dalam

proses pembuihan. Proses pembekuan dilakukan pada suhu -10oC

(Buckle,1987).

Proses pembekuan dan agitasi bertujuan untuk memasukkan

udara ke dalam adonan es krim sehingga dihasilkan volume es krim

dengan overrun yang sesuai dengan standart es krim. Proses

pembekuan dan agitasi dapat dilakukan dengan menggunakan ice

cream maker, dimana pada saat pembekuan disertai dengan

pengadukan oleh dusher (sayap-sayap ice cream maker). Proses ini

berlangsung selama 30 menit atau sampai diperoleh es krim setengah

beku (Padaga, 2005).

f. Pengerasan es krim

Proses Pengerasan es krim dilakukan pada suhu -34 oC.

Pengerasan es krim membuat es krim yang dihasilkan tetap kaku dan

(29)

C. Inulin sebagai komponen prebiotik

Inulin adalah salah satu komponen bahan pangan yang kandungan

serat pangannya sangat tinggi (lebih dari 90 persen, bk), dimanfaatkan

dalam pangan fungsional. Inulin bersifat larut di dalam air, tidak dapat

dicerna oleh enzim-enzim pencernaan sehingga mencapai usus besar

tanpa mengalami perubahan struktur, inulin dapat mengalami fermentasi

akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di dalam usus besar sehingga

berimplikasi positif terhadap kesehatan tubuh. Oleh karena itu inulin dapat

digunakan sebagai prebiotik (Widowati, 2005).

Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa yang umumnya

mempunyai terminal glukosa. Unit-unit fruktosa tersebut dihubungkan

dengan •(2 -1) glikosidik. Secara umum inulin yang terdapat dalam

tanaman mengandung 2 sampai 150 unit fruktosa. Inulin yang paling

sederhana adalah 1-ketosa yang hanya mempunyai dua unit fruktosa dan

satu unit glukosa (Anonymous,2008).

Inulin dan oligosakarida disebut sebagai prebiotik karena secara

selektif

merangsang pertumbuhan dan aktivitas beragam varietas

bakteri usus yang dapat meningkatkan kesehatan. Karena sifat ini

maka inulin dan oligosakarida dapat dikombinasikan dengan sediaan

probiotik (bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan inang

untuk meningkatkan kesehatan) (Anonymous,2009).

Gambar Struktur Inulin dapat dilihat pada Gambar 4.

(30)

D. Susu Skim Sebagai Cryoprotectant

Cryoprotection merupakan suatu proses untuk melindungi bahan

dari kerusakan yang mematikan dari jaringan hidup (Raid and Morrison,

1993). Cryoprotectant adalah zat kimia non elektrolit yang berfungsi

mereduksi pengaruh letal proses pemaparan kriopreservasi sel, pengaruh

tersebut dapat berupa efek larutan (solution effects) maupun pembentukan

kristal es extra atau intraseluler (Supriatna, 1993 dalam Harianto, 2005).

Menurut Mazur (1992), ada dua jenis cryoprotectant berdasarkan

cara kerjanya. Jenis pertama yaitu cryoprotectant yang bersifat agen

penetrasi, kerjanya berdasarkan sifat koligatifnya yaitu mereduksi dalam

bentuk garam pada temperatur tertentu dengan membiarkan sel

mengalami sedikit kerusakan pada temperatur tersebut. Cryoprotectant ini

bekerja atau melindungi sel dari dalam, cryoprotectant masuk ke dalam sel

dikarenakan berat molekul yang kecil sehingga mampu menembus dinding

sel dan melakukan perlindungan terhadap sel dari pengaruh suhu rendah

dari dalam. Jenis ke dua yaitu cryoprotectant sebagai agen non-penetrasi,

kerjanya dengan menghidrasi sel pada tahap awal proses pembekuan,

dengan demikian sel mengalami pembekuan dengan cepat sebelum

terjadinya kerusakan akibat peningkatan konsentrasi zat terlarut intraseluler

selama proses pembekuan lambat. Kerjanya dengan melindungi dari luar

sel dengan cara mengurangi kristal es yang bersinggungan dengan

membran sel. Komponen ini yaitu polimer dari senyawa yang mengandung

ikatan hidrogen yang mampu berikatan dengan air (Aw).

Beberapa senyawa cryoprotectant antara lain susu skim, sukrosa,

gliserol, dimetil sulfoksida (DMSO), asetamida suksnimida dan asam malat

dapat melindungi berbagai jenis sel, kultur jaringan dan mikroorganisme

melawan kerusakan selama pembekuan maupun pengeringan beku

(Gibson et al, 1996 dalam Surono, 1999).

Susu skim sebagai senyawa cryoprotectant yang digunakan

memiliki komponen glukosa dan laktosa, dalam air susu sebagai sumber

energi dan substansi pelindung yaitu lipoprotein dari skim yang berfungsi

(31)

Susu skim merupakan bahan yang dapat berfungsi sebagai

senyawa cryoprotectant. Kasein, laktosa, protein whey dan semua unsur

pokok susu memberikan perlindungan terhadap bakteri selama

pembekuan. Prinsip dasar dari perusakan karena pembekuan disebabkan

oleh peningkatan konsentrasi pelarut. Penambahan senyawa

cryoprotectant dalam konsentrasi yang terbatas dapat mengurangi

kerusakan akibat pembekuan (Reid dan Morrison, 1993).

Penggunaan senyawa susu skim sebagai bahan cryoprotective juga

dapat membantu meminimalkan translokasi komponen hingga kerusakan

membran sel. Polimer dari senyawa cryoprotectant juga yang tidak

memasuki sel, mempunyai beberapa kegunaan dalam menurunkan suhu

dalam pembentukan kristal es. Mekanisme pelapisan oleh senyawa

cryoprotectant ini sebagai mekanisme dalam sistem cryobiological (Reid

dan Morrison, 1993).

Molekul cryoprotectant berinteraksi dan berikatan dengan molekul

protein melalui gugus fungsional pada permukaan. Molekul air

menghidrasi sisa gugus fungsional dari cryoprotectant sehingga

masing-masing molekul protein dapat ditutup oleh molekul cryoprotectant. Metode

tersebut saling berinteraksi secara timbal balik antara molekul protein dan

molekul cryoprotectant (Matsumoto dan Noghuci, 1992).

Pengaruh perlindungan yang dihasilkan oleh adanya cryoprotectant

antara lain : 1) Mengurangi kerusakan karena pengaruh larutan dan

pembekuan intraselluler 2) Perlindungan terhadap temperatur yang sangat

rendah saat terjadinya pembekuan intraselluler 3) Mempengaruhi stabilitas

membran sel (Gordon, 1994).

Supriatna (1993) dalam Harianto (2005), menjelaskan

cryoprotectant dalam alur mekanisme reaksi preservasi sel adalah sebagai

berikut :

1. Penurunan titik beku medium cryoprotectant

Kemampuan cryoprotectant mengikat air dengan kuat, berpengaruh

pada tekanan uap sehingga titik beku medium akan lebih menurun.

Sesuai dengan konsentrasi medium yang digunakan, titik beku akan

turun dari -2oC sampai -3oC. hal ini bermanfaat karena sel memperoleh

(32)

beku, pengeluaran air dari sel baru terjadi pada temperatur yang lebih

rendah lagi sehingga reduksi volume di akhir proses cooling dapat

berkurang.

2. Perlindungan terhadap membran sel

Senyawa dapat berinteraksi dengan membran sel. Interaksi ini

mengurangi kerusakan membran sel saat terjadi perubahan dari

keadaan relatif cair ke struktur relatif padat atau mungkin lebih penting

lagi ketika kembali ke struktur yang relatif cair selama proses thawing.

Interaksi cryoprotectant berupa kelenturan membran, tidak rapuh

sehingga kerusakan irreversible karena retak dapat diatasi.

3. Menekan laju pengaruh negatif dari peningkatan konsentrasi

Pada temperatur yang cukup rendah, kristal es akan terbentuk. Kristal

es yang terbentuk merupakan awal peningkatan kembali konsentrasi

yang diikuti oleh dehidrasi. Dehidrasi akan dihambat dengan adanya

senyawa cryoprotectant yang memiliki daya ikat kuat terhadap air.

Molekul-molekul zat terlarut dalam campuran air dan senyawa ini dapat

mengurangi kerusakan sel, dibandingkan dengan sel berada dalam

larutan berkonsentrasi yang lebih tinggi tanpa adanya senyawa

cryoprotectant.

Medium pembekuan mempengaruhi jumlah sel yang mati selama

pembekuan. Terdapatnya cryoprotectant akan memperbesar jumlah sel

yang hidup (Kumalaningsih, 1988).

E. Sinbio tik

Sinbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik. Probiotik

adalah suplemen dalam makanan yang mengandung bakteri yang sangat

menguntungkan. Beberapa probiotik terdapat secara alami contohnya

seperti Lactobacillus dalam Yoghurt (Winarti, 2010). Prebiotik adalah

ingredients atau suatu bahan makanan yang dapat memberikan pengaruh

menguntungkan bagi kesehatan karena dapat menstimulasi pertumbuhan

dan aktifitas berbagai mikrobia di dalam saluran pencernaan. Prebiotik

(33)

juga golongan non karbohidrat lainnya (Anonim, 2007, www.kompas.com,

2007).

Istilah sinbiotik digunakan manakala suatu produk mengandung

probiotik dan prebiotik, berasal dari kata sinergis, sebagai contoh produk

yang mengandung oligofruktosa dan probiotik Bifidobacteria, memenuhi

kriteria sinbiotik. Berbagai produk sinbiotik terdapat di pasaran baik dalam

bentuk yoghurt yang mengandung prebiotik, maupun dalam sachet berisi

serpihan prebiotik dan butiran bakteri probiotik. Di Jepang dan Selandia

Baru produk pangan sinbiotik sudah banyak beredar di pasaran, namun di

Indonesia belum ada sehingga memiliki prospek yang bagus untuk

dikembangkan dengan bahan baku lokal yang murah dan mudah di dapat

(Winarti, 2010).

F. Probiotik

Probiotik adalah mikroorganisme hidup baik dalam bentuk tunggal

atau campuran yang ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan

untuk memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan sistem

pencernaan (Havenaar and Veld, 1992 dalam Widodo 2003). Fuller (1989)

dalam Hekmat and McMahon (1992) mendefinisikan probiotik sebagai

mikrobia hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan dengan cara

menyeimbangkan mikrobia usus dan mencegah serta menyeleksi mikrobia

yang tidak menguntungkan.

1. Peranan Probiotik

Probiotik mempunyai peranan positif terhadap kesehatan,

diantaranya menurunkan intoleransi terhadap laktosa, menurunkan kadar

serum kolesterol, mengurangi frekuensi terjadinya penyakit diare,

menstimulasi sistim imunitas tubuh, mengendalikan infeksi patogen,

mampu berperan sebagai pengganti antibiotik, serta mampu menekan

terjadinya tumor dan kanker dengan cara memelihara keseimbangan

mikrobia dalam sistem pencernaan (Scheinbach, 1998 dalam Widodo,

(34)

Menurut Winarti (2010), konsumsi probiotik berguna bagi kesehatan

antara lain : menurunkan gejala malabsorbsi laktosa, meningkatkan

ketahanan alami terhadap infeksi saluran pencernaan, menekan

pertumbuhan sel kanker, menurunkan kolesterol dalam darah,

memperbaiki sistem pencernaan dan menstimulasi imunitas saluran

pencernaan.

2. Bakteri Probiotik

Menurut Widodo (2003), bakteri asam laktat (BAL) merupakan satu

kelompok atau familia bakteri yang telah banyak digunakan sebagai

probiotik. Tidak semua bakteri asam laktat dapat berperan sebagai

probiotik. Untuk dapat berperan sebagai probiotik, beberapa persyaratan

harus dipenuhi, diantaranya :

· Mempunyai viabilitas yang tinggi sehingga tetap hidup, tumbuh dan

tetap aktif dalam sisitem pencernaan.

· Berasal dari genus bakteri yang aman dikonsumsi.

· Tahan terhadap asam, garam empedu (bile salts) dan kondisi anaerob.

· Mampu tumbuh dengan cepat dan menempel (melakukan kolonisasi)

pada dinding saluran pencernaan.

· Mampu mendegradasi laktosa dan menurunkan kadar serum kolesterol.

· Mempunyai karakter pemacu kesehatan tubuh.

Bakteri asam laktat yang dapat digunakan sebagai probiotik untuk

konsumsi manusia antara lain Lactobacillus acidophillus, Lactobacillus

rhamnosus, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus casei, Bifidobacterium

bifidum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium brevie, dan

Bifidobacterium infantis (Widodo, 2003).

Kriteria pemilihan bakteri probiotik, selain mampu bertahan

terhadap suasana asam dan berfungsi meningkatkan kesehatan juga harus

mampu tumbuh cepat dalam medium fermentasi yang sederhana dan

murah, mampu bertahan dalam pengolahan tanpa kehilangan kemampuan,

serta bisa digabung dengan berbagai jenis bahan makanan (Anonymous,

2002a). Mikroorganisme probiotik harus sesuai dengan teknologi dalam

memproduksi makanan, bisa mempertahankan viabilitas dan efisiensinya

(35)

dapat memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan, suatu produk

harus mengandung bakteri probiotik sebesar 107cfu/ml (Shah, 2000 dalam

Mullen, 2001).

3. Lactobacillus casei

Lactobacillus casei merupakan bakteri gram positif, fakultatif

anaerob, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Ukuran sel berkisar

antara 0,7-1,1 x 2,0-4,0 „m. L. casei tahan terhadap asam dan dalam

metobolisme fermentasi mengahasilkan asam laktat sebagai produk akhir

dari metabolisme. L. casei dapat tumbuh pada suhu 15o C tetapi tidak

pada suhu 45o C, bisa diisolasi dari produk berbasis susu mentah atau

terfermentasi dan saluran pencernaan manusia atau hewan (Anonymous,

2004). Lactobacillus casei tumbuh pada pH 5 ‚ 8 (Matsuzaki dalam

Farnworth, 2003). Lactobacillus casei dapat dilihat pada Gambar 5 .

Gambar 5. Lactobacillus casei (Anonymous, 2004)

4. Bifidobactrium

Karakteristik utama dari Bifidobacteria adalah berukuran 2 ‚ 8 ƒm,

gram positif, anaerobik dalam pencernaan mamalia, bersifat

heterofermentatif, tidak membetuk spora, memiliki suhu optimum

pertumbuhan 36 ‚ 38oC, dan pH optimum 6,5 ‚ 7,0.

Bifidobacteria terbukti mampu mencapai usus. Dari penelitian

(Marteau, 1992) yaitu pembuatan susu fermentasi dengan B. Bifidum dan

(36)

individu yang mengonsumsinya (Tirtasujana, 1998). Bifidobactrium dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bifidobacterum breve (Tirtasujana, 1998)

G. Fermentasi Bakteri Asam Laktat

Fermentasi merupakan proses metabolisme dimana karbohidrat

dan komponen yang terlibat didalamnya dioksidasi dengan melepaskan

energi dalam ketiadaan akseptor eksternal. Penerima elektron akhir

merupakan komponen organik yang diproduksi secara langsung dari

pemecahan karbohidrat dan sebagai akibatnya hanya sebagian dari

komponen utama yang terjadi dan hanya sejumlah kecil energi yang

terlepas selama proses berlangsung (Jay, 1992).

Istilah fermentasi dapat digunakan untuk menyatakan pemecahan

gula menjadi alkohol dan karbon dioksida baik dengan menggunakan

enzim maupun mikroorganisme dan dalam kondisi anaerobik maupun

aerobik. Meskipun demikian fermentasi memiliki kelebihan yaitu dapat

meningkatkan nilai nutrisinya (Potter and Hotchkiss, 1995). Menurut

Sorhaug dan Stepaniak (1997) bakteri Bifido bifidum akan mengeluarkan

asam asetat, asam laktat, serta antibakteri bifidin pertama kali ketika

dilingkungan susu telah ada aktifitas protease. Kadar asam laktat yang

tinggi diduga untuk menghambat aktivitas protease yang semakin tinggi.

Dalam fermentasi bakteri asam laktat akan memfermentasikan

(37)

terutama adalah terbentuknya asam laktat dimana asam laktat tersebut

akan menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhannya dan

menimbulkan rasa asam. Hal ini juga berakibat menghambat pertumbuhan

dari beberapa jenis mikroorganisme lainnya. Seperti telah disebutkan

sebelumnya bahwa produk yang dihasilkan dari fermentasi bakteri asam

laktat akan berbeda tergantung pada jenis bakteri asam laktatnya apakah

homofermentatif atau heterofermentatif (Buckle et al, 1987).

Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah bakteri yang memfermentasi gula

(heksosa) untuk menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Keberadaan

asam laktat memungkinkan terjadinya penghambatan pertumbuhan

berbagai mikrobia patogen dan pembusuk. Secara fisiologis, BAL ada

yang bersifat homofermentatif dan ada pula yang heterofermentatif.

Bakteri yang bersifat homofermentatif mayoritas menghasilkan asam laktat,

sedangkan yang bersifat heterofermentatif selain menghasilkan asam laktat

juga menghasilkan asam asetat, etanol dan karbondioksida (Widodo,2003).

H. Efek Pembekuan Terhadap Viabilitas Bakteri Asam Lakta t

Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan

beku (Winarno, dkk., 1980). Menurut Jay (1992), terdapat dua tipe

pembekuan yaitu pembekuan cepat dan pembekuan lambat. Pembekuan

cepat merupakan proses pembekuan makanan pada suhu dibawah -200C

dalam waktu 30 menit. Menurut Frazier and Westhoff (1987), pembekuan

lambat merupakan proses pembekuan makanan pada suhu -15 sampai ‚

290C dalam waktu 3 sampai 72 jam.

Bakteri dapat kehilangan viabilitas selama proses pembekuan

(Harrision, 1965 dalam Hong and Marshall, 2001). Menurut Moss and

Speck (1963) dalam Hong and Marshall (2001), lingkungan dimana bakteri

dibekukan dapat mempengaruhi viabilitas sel. Perubahan permeabilitas

membran sel dan dehidrasi intraseluller (intraseluller dehidration) yang

dikarenakan oleh terbentuknya kristal es mengakibatkan mikroba menjadi

tidak aktif selama pembekuan.

Pembentukan kristal es ekstra menyebabkan kerusakan mekanik

(38)

menjadi lebih kental sehingga menyebabkan kerusakan osmotik (Beal,

2001). Mazur (1966) dalam Hong and Marshall (2001) menyatakan bahwa

pembentukan kristal es intaseluller merupakan penyebab utama kematian

sel, hal ini dikarenakan terbentuknya kristal dalam sel dan tingginya

konsentrasi zat terlarut.

Proses pembekuan dapat menyebabkan penurunan jumlah bakteri

sebesar … sampai 1 log cycle. Naik turunnya suhu menyebabkan

terbentuknya kristal es selama 6 sampai 12 bulan masa simpan, yang

dapat mengakibatkan pecahnya sel bakteri dan menurunkan viabilitasnya

(Davidson et al., 2000).

I. Es Krim Probiotik

Hekmat and McMahon (1992) menyatakan bahwa es krim probiotik

dibuat dengan cara memfermentasikan Ice cream mix standar dengan

kultur bakteri probiotik kemudian dibekukan dalam freezer. Menurut

Adams and Nout (2001), penggunaan kultur starter pada produk-produk

susu didasarkan pada pembentukan asam laktat dan asam-asam lainnya

untuk menurunkan pH sehingga dihasilkan produk fermentasi yang aman

dengan mikroorganisme yang stabil.

Hekmat and McMahon (1992) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa es krim probiotik merupakan media yang baik untuk menyalurkan

mikrobia menguntungkan seperti Lactobacillus acidophilus dan

Bifidobacterium bifidum kepada konsumen. Bakteri tersebut dapat tumbuh

dalam berbagai adonan es krim dan tahan selama penyimpanan beku.

Haynes and Playnes (2002) dalam penelitiannya menyebutkan

penggunaan kultur secara langsung merupakan metode yang sesuai untuk

menghasilkan es krim probiotik rendah lemak untuk mempertahankan

jumlah organisme yang tahan selama penyimpanan.

J. Pembuatan Es Krim Probiotik

Berdasarkan penelitian Sari (2007) prosedur pembuatan es krim

jagung probiotik adalah terdiri dari dua adonan. Adonan yang pertama yaitu

(39)

yang kedua terdiri dari kuning telur dan gula pasir. Penambahan strarter

dlakukan pada penaikan suhu adonan dalam inkubator.

Gambar 7 . Diagaram alir proses pembuatan Es krim jagung probiotik (Sari,2007)

Susu jagung

100ml

Pasteurisasi suhu

68oC selama 30

Kuning telur 0,45%,

5gr gula pasir

Pengocokan sampai putih

Pematangan

(aging) 4oC 24 jam

Pembekuan dan Pembuihan 25

Es krim Homogenisasi

selama 5 menit

Pengerasan adonan

suhu † -10oC 24 jam

Penaikan suhu dalam inkubator

Inkubasi

30oC 24 jam

L.casei (2, 4, 6% v/v)

Pemanasan awal

40oC

Susu skim (10, 15, 20% b/v)

CMC 0,3 (b/v)

(40)

K. Analisa Keputusan

Keputusan ialah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih

tindakan yang terbaik dari sejumlah alternative yang ada. Pengambilan

keputusan adalah proses yang mencakup semua pikiran dan kegiatan yang

diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan pilihan yang terbaik

(Siagian, 1987).

Analisis keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis

dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan pengambilan keputusan,

tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan

(Mangkusubroto dan Listiani, 1987).

Analisis keputusan adalah dasar untuk memilih alternative terbaik

yang dilakukan membandingkan antara aspek kualitas, kuantitas dan

aspek finanscial dari produk eskrim jagung probiotik dengan perlakuan

penambahan susu skim dan konsentrasi starter (Lactobacillus casei).

L. Analisa Finansial

Analisis finansial adalah analisis yang melihat proyek dari sudut

lembaga atau menginvestasikan modalnya kedalam proyek (Pudjotjiptono,

1984).

Analisis kelayakan adalah analisis yang ditujukan untuk meneliti

suatu proyek layak atau tidak layak untuk proyek tersebut harus dikaji,

diteliti dari beberapa aspek tertentu sehingga memenuhi syarat untuk dapat

berkembang atau tidak (Tiomar, 1994).

Benefit atau laba yang diperoleh perusahaan sering dipakai untuk

menilai atau sukses tidaknya manajemen perusahaan, sedangkan

besarnya laba tersebut terutama dipengaruhi oleh biaya produksi, harga

jual produk dan volume penjualan (Muljadi, 1986).

Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang layak

tidaknya suatu proyek yang dikembangkan, maka digunakan beberapa

kriteria yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan penggunaannya

adalah :

(41)

2. Net Present Value (NPV)

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)

4. Payback Period

5. Internal Rate of Return (IRR)

1. Penentuan Break Even Point (BEP) (Susanto dan Saneto, 1994)

Studi kelayakan merupakan pekerjaan membuat ramalan atau

taksiran yang didasarkan atau anggapan-anggapan yang tidak terlalu bisa

dipenuhi. Konsekuensinya ialah bisa terjadi penyimpangan-penyimpangan.

Salah satu penyimpangan itu ialah apabila pabrik berproduksi dibawah

kapasitasnya. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang selanjutnya

mempengaruhi besarnya keuntungan.

Suatu analisis yang menunjukkan hubungan atara keuntungan,

volume produksi dan hasil penjualan adalah penentuan Break Even Point

(BEP). BEP adalah salah satu keadaan tingkat produksi tertentu yang

menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan

besarnya nilai atau hasil penjualan atau laba. Jadi pada keadaan tertentu

tersebut perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak

mengalami kerugian.

Untuk memperoleh keuntungan perusahaan tersebut harus

ditingkatkan dari penerimaannya harus berada di atas titik tersebut.

Penerimaan dari penjualan dapat ditingkatkan melalui 3 cara, yaitu

menaikkan harga jual perunit, menaikkan volume penjualan, dan

menaikkan harga jualnya.

Penentuan BEP dapat dikerjakan secara aljabar atau grafik. Dalam

penentuan BEP secara aljabar didasarkan atas hubungan antara nilai

penjualan, biaya produksi keseluruhan (biaya tetap + biaya tidak tetap) dan

volume produksi. Volume penjualan pokok dapat ditentukan dengan

persamaan sebagai berikut :

BEP =

VC

P

FC

-Keterangan:

Po = Produk pulang/pokok

(42)

VC = Biaya tidak tetap persatuan produk (Rp)

Rumus untuk mencari titik impas adalah sebagai berikut:

a. Biaya Titik Impas

BEP =

(

biaya

tidak tet

ap/pendapa

tan

)

1

Tetap

Biaya

-b. Presentase

Titik impas:

BEP (%) =

( )

Pendapatan

Rp

BEP

´ 100%

c. Kapasitas Titik Impas

Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus

dilakukan untuk mencapai titik impas. Rumus kapasitas titik

impas adalah sebagai berikut:

Kapasitas Titik Impas = Persen Titik Impas ´ Pendapatan

2. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai penerimaan

sekarang dengan niali biaya sekarang. Bila dalam analisia diperoleh nilai

NPV lebih besar dari 0 (nol), berarti nilai proyek layak untuk dilaksanakan,

jika dalam perhitungan diperoleh nilai NPV lebih kecil dari 0 (nol), maka

proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Susanto dan Saneto,

1994). Rumus NPV adalah :

NPV =

(

)

å

- +

-n

t i t

Ct B

2 1

'

Keterangan:

Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada

tahun t

Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t

t = 1, 2, 3,‡‡‡n

n = Umur ekonomi dari pada proyek.

(43)

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)

Merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya

kotor yang telah dirupiahkan sekarang (present value) (Susanto dan

Saneto, 1994).

Nilai B/C Ratio =

Produksi

Biaya

Pendapatan

4. Payback Period (Susanto dan Saneto,1994)

Merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk

pengambilan modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa

prosentase maupun waktu (baik tahun maupun bulan). Payback period

tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis. Rumus penentuannya adalah

sebagai berikut: PP =

Ab

1

Keterangan: I = Jumlah modal

Ab = Penerimaan bersih perbulan

5. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan tingkat bunga yang

menunjukkan persamaan antara interval penerimaan bersih sekarang

dengan jumlah investasi (modal) awal dari suatu proyek yang sedang

dikerjakan. Criteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih

apabila nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, sedangkan bila

IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut

dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan.

IRR = 1 +

"

NPV

'

NPV

NPV

-

(I" ‚ i')

Keterangan:

NPV' = NPV positif hasil percobaan nilai

NPV" = NPV negatif hasil percobaan nilai; i = Tingkat bunga

M. Landasan Teori

Es krim merupakan perpaduan antara sistem emulsi dan foam

(44)

fase cair lain. Es krim termasuk dalam sistem emulsi Oil in water (o/w),

dimana lemak bertindak sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase

kontinyu (Goff, 2006).

Es krim dapat didefinisikan sebagai foam (buih) yang membeku

sebagian dengan kadar udara sebesar 40 ‚ 45% dari volume total (Berger,

1997). Foam (buih) adalah gas yang terdispersi dalam cairan (Goff, 2006).

Menurut Arbuckle (1972), rongga udara yang terbentuk mempunyai tiga

fungsi utama yaitu membuat es krim menjadi ringan, tidak terlalu padat;

membuat es krim menjadi lembut, dan mengurangi rasa dingin yang

berlebihan.

Overrun adalah pengembangan volume yaitu kenaikan volume es

krim antara sebelum dan sesudah pembekuan (Hadiwiyoto, 1993).

Overrun mempengaruhi tekstur dan kepadatan yang sangat menentukan

kualitas es krim. Penggunaan bahan padatan bukan lemak dapat

meningkatkan overrun tanpa merusak tekstur dari es krim (Potter, 1978).

Es krim merupakan media yang baik untuk menyalurkan bakteri

probiotik ke konsumen. Es krim probiotik adalah produk yang dihasilkan

melalui proses fermentasi Ice cream mix dengan bakteri probiotik (Hekmat

and McMahon, 1992). Proses fermentasi Ice cream mix merupakan

tahapan yang penting untuk pertumbuhan bakteri probiotik seperti

Lactobacillus casei. Menurut Widodo (2003), Lactobacillus casei

membutuhkan laktosa yang dapat difermentasi karena bakteri tersebut

tidak akan mampu hidup dalam medium yang mengandung sangat sedikit

laktosa. Lactobacillus casei merupakan bakteri asam laktat yang bersifat

homofermentatif, yaitu bakteri yang menghasilkan produk fermentasi

tunggal yaitu asam laktat.

Menurut Potter (1978), pada pembuatan es krim susu skim

berfungsi meningkatkan rasa es krim dan juga memberikan body dan

tekstur es krim yang diinginkan. Penggunaan susu skim juga meningkatkan

overrun tanpa merusak tekstur dari es krim. Hui (1992), menyatakan bahwa

protein susu mempunyai peranan penting dalam membentuk proses

pembuihan atau pembentukan rongga udara yaitu dengan cara

memerangkap udara kedalam adonan selain itu juga berfungsi untuk

(45)

pengemulsian lemak sehingga dihasilkan es krim yang lebih stabil dan

lembut.

Pertumbuhan Lactobacillus casei memegang peranan penting

dalam pembuatan es krim probiotik dimana suatu produk dikatakan

sebagai probiotik apabila mengandung bakteri probiotik dengan jumlah

minimal 107 cfu/ml serta tahan selama proses pengolahan, konsumsi dan

saat melewati saluran pencernaan. Jumlah inokulum yang ditambahkan

pada produk dapat mempengaruhi pertumbuhan produk. Menurut Fardiaz

(1992), jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase

adaptasi. Semakin cepat bakteri dapat beradaptasi terhadap substrat dan

lingkungan disekitarnya maka semakin cepat pertumbuhannya.

Lactobacillus acidophillus IFO 13951 dan Bifidobacterium longum

ATCC 15708 merupakan bakteri probiotik. Kedua bakteri tersebut

mempunyai karakreristik dan jalur pembentukan asam laktat yang berbeda.

Lactobacillus acidophillus merupakan bakteri asam laktat dalam

pembentukan asan laktat melalui jalur homofermentatif (Purwoko, 2007).

Sedangkan Bifido bakterium longum dalam pembentukan asam laktat

melalui jalur Bifidobacterium (Salminen et al, 2004).

Proses pembekuan dapat memberikan efek terhadap viabilitas

bakteri asam laktat (Lactobacillus casei) dimana bakteri dapat kehilangan

viabilitas selama proses pembekuan (Harrision, 1965 dalam Hong and

Marshall, 2001). Menurut Moss and Speck (1963) dalam Hong and

Marshall (2001), lingkungan dimana bakteri dibekukan dapat

mempengaruhi viabilitas sel. Perubahan permeabilitas membran sel dan

dehidrasi intraseluller (intraseluller dehidration) yang dikarenakan oleh

terbentuknya kristal es mengakibatkan mikroba menjadi tidak aktif selama

pembekuan. Penambahan bahan pelindung (Cryoprotectant agent) seperti

susu skim dapat mengurangi efek pembekuan terhadap viabilitas bakteri

asam laktat (Leslie, 1995). Menurut Wei (2004), bahan pelindung seperti

Gambar

Tabel 1. Jenis Umbi Uwi ( Dioscorea spp. ) dan nilai rata -rata kadar
Tabel 2. Komposisi Es Krim
Tabel 4. Standart Kualitas Es Krim Secara Nasional
Tabel 5.  Komposisi Kimia Susu Skim
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada distribusi frekuensi variabel motivasi, komitmen organisasional dan kinerja karyawan, saran yang diberikan adalah mempertahankan segala bentuk

Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk lebih dalam meneliti strategi pengembangan usaha-usaha yang dimiliki oleh BUMDes Melirang sehingga dapat mewujudkan

Pada umumnya untuk perusahaan-perusahaan yang ingin berkembang dengan lebih baik, maka standar kualitas produk perusahaan yang dihasilkan semakin lama akan

Apa yang dialami oleh Ayub yang adalah orang saleh, takut akan Tuhan, dan jujur serta menjauhi kejahatan (1:1, 8; 2:3), hendak menunjukkan kepada kita bahwa di balik

daerah yang memiliki haga resistivitas tinggi yang ditandai dengan warna merah sampai ungu diasumsikan sebagai tufa yang merupakan batuan dasar dari

Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk kampanye politik yang dilakukan calon kepala daerah, dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi sikap pemilih pegawai negeri

pandangan Islam wajib diasuh oleh orang tuanya dengan cara sebaik- baiknya. Persoalan yang timbul adalah apakah perlindungan hukum dalam Islam terhadap anak setelah terjadi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanenan kayu reduced impact timber harvesting menyebabkan perubahan struktur dan komposisi jenis tegakan tingkat semai dan