ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” [Yesaya 41:10]
Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu.
Jangan berpikir tentang frustasimu, tapi tentang potensi yang belum terpenuhi.
Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu coba dan gagal, tapi
dengan apa yang masih mungkin bagimu untuk melakukan sesuatu.
[Paus Yohanes XXIII]
Ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Alm. Ibuku Heriberta Sarijah
Ayahku Fx. Sukindar dan Ibuku Elisabeth Erna
Adikku Monica Candra Dewi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Drs. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian di
Universitas Sanata Dharma kepada penulis.
2. Nicko Kornelius Putra, S.E., M.Sc., selaku pembimbing Skripsi yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
4. Ayah dan Ibu beserta keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Landasan Teori ... 8
1. Tinjauan Dasar Perpajakan ... 8
2. Wajib Pajak ... 11
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 13
4. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 14
5. Persepsi ... 17
6. Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) ... 17
7. Kepatuhan Wajib Pajak ... 25
8. Kerangka Konsep ... 28
B. Penelitian Terdahulu ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32
E. Populasi dan Sampel ... 34
F. Pengukuran Variabel ... 36
G. Teknik Pengumpulan Data ... 36
I. Teknik Analisa Data ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MAGELANG ... 42
A. Sejarah KPP Pratama Magelang ... 42
B. Visi dan Misi KPP Pratama Magelang... 43
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Magelang ... 44
D. Struktur Organisasi ... 46
E. Pembagian Tugas Pokok ... 47
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 51
B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 55
C. Pengujian Instrumen Penelitian... 58
D. Analisis Data ... 62
E. Pembahasan ... 63
BAB V PENUTUP ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Keterbatasan Penelitian ... 66
C. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang……….... ... 4
Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 38
Tabel 3.3 Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman ... 40
Tabel 4.1 Jumlah SDM di KPP Pratama Magelang ... 47
Tabel 5.1 Jumlah WPOP yang Mengikuti Tax Amnesty ... 50
Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia ... 51
Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52
Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP ... 53
Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53
Tabel 5.6 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 54
Tabel 5.7 Data Responden Berdasarkan Pendapatan ... 55
Tabel 5.8 Deskriptif Statistik ... 56
Tabel 5.9 Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Persepsi Tax Amnesty ... 56
Tabel 5.10 Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Persepsi Kepatuhan WPOP ... 57
Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Tax Amnesty ... 58
Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kepatuhan WPOP ... 59
Tabel 5.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Tax Amnesty ... 59
Tabel 5.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Kepatuhan WPOP ... 60
Tabel 5.15 Hasil Uji Normalitas ... 61
Tabel 5.16 Rekapitulasi Uji Normalitas ... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Surat Ijin Penelitian ... 74
LAMPIRAN B Kuesioner Penelitian ... 75
LAMPIRAN C Tabulasi Data Kuesioner ... 82
LAMPIRAN D Hasil Pengolahan Data Responden ... 90
LAMPIRAN E Hasil Pengolahan Data Variabel Penelitian ... 93
LAMPIRAN F Hasil Uji Validitas Variabel ... 95
LAMPIRAN G Hasil Uji Reliabilitas Variabel ... 99
LAMPIRAN H Hasil Uji Normalitas ... 101
ABSTRAK
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang)
Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data primer dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada 100 responden menggunakan metode
Convenience Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Deskriptif dengan alat statistik Spearman Rank Correlation.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi Tax
Amnesty dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi rendah dan positif. Hubungan yang rendah dapat disebabkan karena Wajib Pajak yang mengisi kuesioner tidak mengikuti Tax Amnesty atau Wajib Pajak tersebut belum memahami tentang konsep Tax Amnesty.
ABSTRACT
THE CORRELATION ANALYSIS BETWEEN TAX AMNESTY PERCEPTION AND PERCEPTION OF THE COMPLIANCE OF
INDIVIDUAL TAXPAYER
An empirical study at the Office of Pratama Tax Services, Magelang
Lucia Nurmalia Suryandari Student Number: 132114075
Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
This research aimed to analyze the correlation among Tax Amnesty perception and perception of the compliance of individual taxpayer at the Office of Pratama Tax Services, Magelang.
The type of this research was an empirical study. The primary data was collected by distributing questionnaires to a hundred respondents using Convenience Sampling. The data were analyzed using Descriptive Analyzing with Spearman Rank Correlation analysis.
The result of data analysis showed that the relationship between perceptions of Tax Amnesty and perception of compliance of Individual Taxpayer was low and positive. Low relationship can be caused by Taxpayers who fill questionnaires do not follow Tax Amnesty or Taxpayer has not understood about the concept of Tax Amnesty.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang berperan besar terhadap
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar kegiatan negara sulit
dilaksanakan tanpa adanya pajak. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan kantor polisi
dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Pajak sebagai
salah satu sumber penerimaan negara untuk membiayai pembangunan, maka
penerimaan pajak harus selalu ditingkatkan. Meningkat atau tidaknya suatu
penerimaan pajak sangatlah tergantung dari kesadaran Wajib Pajak. Wajib
Pajak yang tidak patuh membayar pajak dapat menimbulkan masalah-masalah
terkait dengan penerimaan pajak.
Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan penerimaan pajak
yakni tingginya praktik penghindaran pajak dan masih banyak masyarakat
yang tidak mau memenuhi kewajiban pajaknya, atau dengan kata lain masih
banyaknya tunggakan pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(WPOP) untuk melakukan kewajiban pembayaran pajak di Indonesia masih
cukup rendah (Huslin dan Ngadiman, 2011: 226). Kementerian Keuangan
menyatakan bahwa realisasi penerimaan pajak sampai akhir Mei 2016
mencapai Rp 364.100.000.000.000,00. Jumlah tersebut hanyalah 26,8% dari
target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Dibanding
Rp 377.030.000.000.000,00, jumlah itu merosot 3%. Jebloknya realisasi
penerimaan pajak 2016 tak lepas dari rendahnya penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) orang pribadi yang selama ini menjadi andalan
(www.suara.com).
Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak mengeluarkan kebijakan yang mengatur
tentang penghapusan sanksi administrasi agar penerimaan negara dapat
dimaksimalkan, kebijakan tersebut adalah kebijakan Tax Amnesty. Tax
Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan dengan
cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak
(www.lembagapajak.com).
Kebijakan Tax Amnesty menetapkan tarif tebusan yang cukup kompetitif
khususnya pada 3 bulan pertama (periode I: Juli s/d September 2016) sejak
berlakunya Undang-Undang Pengampunan Pajak yakni 2% untuk Wajib
Pajak yang mendeklarasikan dan mengalihkan harta sekaligus
menginvestasikan harta minimal 3 tahun di dalam negeri dan 4% untuk Wajib
Pajak yang hanya mendeklarasikan tanpa membawa pulang asetnya. Tax
Amnesty sangat diperlukan untuk memaksimalkan APBN (www.suara.com).
Adanya Tax Amnesty tentunya tidak bisa dipungkiri adanya kepentingan
asing yang akan muncul ketika pemerintah Indonesia
melakukan TaxAmnesty, apalagi cukup banyak repatriasi maka akan ada
di luar negeri dan kemudian harus mengalami kerugian atau dampak negatif
dari adanya TaxAmnesty. Selain itu, diterapkannya Tax Amnesty tidak serta
merta menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke kas negara (Ragimun,
2015: 14).
Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Magelang Wiratmoko
mengatakan, Tax Amnesty merupakan upaya membenahi persoalan pajak di
Indonesia. Tax Amnesty merupakan program pembebasan pajak yang sudah
terhutang. Para Wajib Pajak tidak dikenakan sanksi administrasi maupun
pidana perpajakan, caranya dengan menyampaikan harta yang belum
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) setahun
terakhir (https://pengampunanpajak.com/).
Sebanyak 1.200 Wajib Pajak telah mengikuti Tax Amnesty di KPP
Pratama Magelang dengan nilai Rp 142.800.000.000. Pelaksana Harian
Kepala KPP Pratama Magelang Isnani mengatakan nilai Tax Amnesty tersebut
terhitung sejak Juli 2016 hingga 2 Desember 2016. Isnani mengatakan bahwa
tidak ada target untuk daerah karena potensinya berbeda-beda. Target hanya
tingkat nasional yaitu sebesar Rp 165.000.000.000.000
(http://jateng.antaranews.com/).
Pemilihan lokasi penelitian di KPP Pratama Magelang untuk mengetahui
kepatuhan WPOP di Kabupaten Magelang sebagai salah satu barometer
kepatuhan WPOP di Jawa Tengah. Rasio kepatuhan WPOP di KPP Pratama
Magelang dilihat dari penyampaian SPT ditunjukkan dalam tabel sebagai
Tabel 1.1 Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang Tahun
2013-Sumber: Dokumen Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Magelang
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa rasio kepatuhan WPOP
dalam pelaporan SPT tiap tahun tidak selalu mencapai target yang ditetapkan
KPP Pratama Magelang yaitu sebesar 90%. Selain itu, rasio kepatuhan tiap
tahun tidak selalu mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya
KPP Pratama Magelang untuk meningkatkan kepatuhan WPOP belum
maksimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
Bagaimana hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan
WPOP di KPP Pratama Magelang?
C. Batasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, yaitu:
WPOP di KPP Pratama Magelang, tidak termasuk laporan WPOP yang
mengikuti Tax Amnesty.
2. Kebijakan Tax Amnesty yang diteliti adalah kebijakan yang dikeluarkan
sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP di KPP Pratama
Magelang.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi KPP Pratama Magelang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi pelaksanaan
kebijakan Tax Amnesty dalam meningkatkan kepatuhan WPOP.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan mengenai
hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dibidang
perpajakan khususnya mengenai hubungan antara persepsi Tax Amnesty
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian
terdahulu, dan kerangka konsep.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan
tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel,
pengukuran variabel, teknik pengumpulan data, pengujian
instrumen, dan teknik analisa data.
Bab IV Gambaran Umum KPP Pratama Magelang
Bab ini menguraikan tentang subjek penelitian yaitu sejarah,
wilayah kerja, kedudukan, tugas dan fungsi, visi dan misi, dan
gambaran umum struktur organisasi.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang deskripsi responden, deskripsi
variabel, pengujian instrumen penelitian, analisis data, dan
Bab VI Penutup
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Dasar Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Mardiasmo (2011: 1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan
keempat atas Undang-Undang dan Tata Cara Perpajakan pada pasal
1 ayat (1) menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan
bagi kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu
iuran/kontribusi rakyat kepada negara, dipungut berdasarkan
undang-undang, tidak ada kontraprestasi secara langsung, diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran negara secara umum untuk kesejahteraan
b. Fungsi Pajak
Resmi (2011: 3) mengungkapkan bahwa terdapat dua fungsi pajak,
yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regular
(pengatur).
1) Fungsi Budgetair
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai negara dan juga
sebagai kas negara. Pembiayaan negara baik rutin maupun sebagai
pembangunan negara.
2) Fungsi Mengatur (reguler)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar
bidang keuangan.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Hingga saat ini ada 3 sistem yang diaplikasikan dalam pemungutan
pajak (Purwono, 2010: 12) yaitu:
1) Official Assesment System
Sistem ini mengatur besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan
mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Jadi, dapat dikatakan
2) Self Assesment System
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang.
3) Withholding Tax System
Pemungutan dan pemotongan pajak dilakukan melalui pihak
ketiga. Sistem ini tercermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
d. Hambatan Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2011: 8) menyatakan bahwa dalam usaha untuk
memungut pajak terdapat 2 bentuk hambatan yaitu perlawanan pasif
dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif ditandai dengan masyarakat
yang enggan untuk membayar pajak, hal ini disebabkan oleh
perkembangan intelektual dan moral, sistem perpajakan yang
(mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat, dan sistem kontrol tidak
terlaksana dengan baik.
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan oleh fiskus dengan tujuan untuk menghindari
pajak. Bentuk perlawanan aktif antara lain:
1) Tax Avoidance, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan tidak
memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif
pajaknya tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.
2) Tax Evasion, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang (menggelapkan pajak). Penggelapan
pajak secara umum bersifat melawan hukum (ilegal) dan
mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan objek pajak secara
lengkap dan benar atau perbuatan melanggar hukum lainnya.
Contoh Tax Evasion adalah menggelembungkan biaya perusahaan
dengan membebankan biaya fiktif.
3) Melalaikan pajak, yaitu menolak membayar pajak yang telah
ditetapkan dan menolak memenuhi ketentuan formal yang harus
dipenuhi, misalnya dengan cara menghalangi proses penyitaan.
2. Wajib Pajak
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Perpajakan (KUP) Sebagaimana Telah Diubah Terakhir dengan
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 jo
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 menyatakan bahwa
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Wajib Pajak memiliki beberapa hak dan kewajiban seperti
Hak yang dimiliki Wajib Pajak antara lain :
a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.
b. Menerima tanda bukti pemasukan Surat Pemberitahuan (SPT).
c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.
d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.
e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran
pajak.
f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta
pembetulan SKP yang salah.
i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban
pajaknya.
j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.
Kewajiban Wajib Pajak antara lain :
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
d. Mengisi dengan benar SPT dan memasukkan ke KPP dalam batas
e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
f. Jika diperiksa wajib :
1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
3) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh
suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk
merahasiakan ini ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
a. Pengertian
Undang-Undang KUP pasal 1 ayat 6 mengungkapkan bahwa
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri di
kantor Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan NPWP.
b. Pendaftaran NPWP
Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan berdasarkan self assessment system, wajib mendaftarkan
diri di kantor Dirjen Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan
sekaligus untuk mendapatkan NPWP.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang PPh 1984
dan perubahannya. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek
pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan
untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang PPh 1984 dan perubahannya.
4. Surat Pemberitahuan (SPT)
a. Pengertian SPT
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa SPT
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Pembetulan SPT
1) Pembetulan SPT Sebelum Jangka Waktu 2 Tahun, Sebelum
Dilakukan Pemeriksaan
UU KUP pasal 8 ayat 1 mengungkapkan bahwa Wajib Pajak
dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan
syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
Pembetulan SPT harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum
daluwarsa penetapan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri
SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung
sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
2) Pembetulan SPT Setelah Jangka Waktu 2 Tahun
Undang-Undang KUP Pasal 8 ayat 4 menyatakan bahwa Dirjen
Pajak telah melakukan pemeriksaan dengan syarat Dirjen Pajak
belum menerbitkan SKP, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri
dapat mengungkapkan laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian SPT yang telah disampaikan sesuai keadaan yang
c. Jenis-Jenis SPT
Mardiasmo (2011: 28) mengungkapkan bahwa jenis SPT dapat
dilihat dari dua klasifikasi, yaitu:
1) Berdasarkan Bentuk:
a) SPT berbentuk formulir kertas, dan
b) E-SPT
2) Berdasarkan Waktu Pelaporan:
a) SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak
yang terutang dalam suatu masa pajak.
b) SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak
yang terutang dalam suatu tahun pajak.
d. Batas Waktu Penyampaian SPT dan Penyetoran Pajak
Batas penyampaian SPT yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut:
1) SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa
pajak.
2) SPT Tahunan PPh WPOP, paling lama 3 (tiga) bulan setelah
berakhirnya tahun pajak.
3) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat)
5. Persepsi
Slameto (2010: 109) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses
yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
Persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera
penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Hariyanto (2015)
dalam Purwodarminto (1990: 759) mengungkapkan bahwa persepsi sering
disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam
persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai suatu hal atau objek.
Persepsi mempunyai sifat subjektif karena tergantung pada kemampuan
dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan
berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Persepsi merupakan
proses perilaku individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau
penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan
oleh inderanya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau
disebut perilaku individu.
6. Tax Amnesty
a. Pengertian
Tax Amnesty atau pengampunan pajak adalah program kebijakan
pemerintah yang memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk
melunasi tunggakan pajaknya tanpa adanya sanksi administrasi guna
(Sawyer, 2006: 2). Tax Amnesty diharapkan akan mendorong
peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak dimasa yang akan
datang. Pengampunan pajak diharapkan menghasilkan penerimaan
pajak yang selama ini belum atau kurang dibayar, di samping
meningkatkan kepatuhan membayar pajak karena semakin efektifnya
pengawasan dan semakin akuratnya informasi mengenai daftar
kekayaan Wajib Pajak.
Sawyer (2006: 2) menyebutkan beberapa tipe Tax Amnesty yaitu:
1) Filling Amnesty: pengampunan yang diberikan dengan
menghapuskan sanksi bagi Wajib Pajak yang terdaftar namun tidak
pernah mengisi SPT, pengampunan diberikan jika mereka mau
mulai untuk mengisi SPT.
2) Record-keeping Amnesty: memberikan penghapusan sanksi untuk
kegagalan dalam memelihara dokumen perpajakan dimasa lalu,
pengampunan diberikan jika Wajib Pajak untuk selanjutnya dapat
memelihara dokumen perpajakannya.
3) Revision Amnesty: merupakan suatu kesempatan untuk
memperbaiki SPT dimasa lalu tanpa dikenakan sanksi atau
diberikan pengurangan sanksi. Pengampunan ini memungkinkan
Wajib Pajak untuk memperbaiki SPT-nya yang terdahulu (yang
menyebabkan adanya pajak yang masih harus dibayar) dan
membayar pajak yang hilang (missing) atau belum dibayar
4) Investigation Amnesty: pengampunan yang menjanjikan tidak akan
menyelidiki sumber penghasilan yang dilaporkan pada tahun-tahun
tertentu dan terdapat sejumlah uang pengampunan (Amnesty Fee)
yang harus dibayar. Pengampunan jenis ini juga menjanjikan untuk
tidak akan dilakukannya tindakan penyidikan terhadap sumber
penghasilan atau jumlah penghasilan yang sebenarnya.
Pengampunan ini sering dikenal dengan pengampunan yang erat
dengan tindak pencucian (Laundering Amnesty).
5) Prosecution Amnesty: pengampunan yang memberikan
penghapusan tindak pidana bagi Wajib Pajak yang melanggar
undang-undang, sanksi dihapuskan dengan membayarkan sejumlah
kompensasi.
a. Asas dan Tujuan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 pasal 2 ayat 1 menyatakan
bahwa pengampunan pajak dilaksanakan berdasarkan asas kepastian
hukum, keadilan, kemanfaatan, dan kepentingan nasional. Tax
Amnesty bertujuan untuk:
1) Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui
pengalihan harta, yang antara lain akan berdampak terhadap
peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah,
2) Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang
lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih
valid, komprehensif, dan terintegrasi.
3) Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan
untuk pembiayaan pembangunan.
b. Subjek dan Objek Pengampunan Pajak
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 pasal 3 mengungkapkan
bahwa subjek dan objek pengampunan pajak meliputi:
1) Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak.
2) Pengampunan pajak diberikan kepada Wajib Pajak melalui
pengungkapan harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan.
3) Dikecualikan dari ketentuan setiap Wajib Pajak berhak
mendapatkan pengampunan pajak, yaitu Wajib Pajak yang sedang
dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan
lengkap oleh Kejaksaan dalam proses peradilan atau menjalani
hukuman pidana atas tindak pidana dibidang perpajakan.
4) Pengampunan pajak meliputi pengampunan atas kewajiban
perpajakan sampai dengan akhir tahun pajak terakhir, yang belum
atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak.
5) Kewajiban perpajakan terdiri atas kewajiban PPh, PPN, dan
c. Fasilitas Pengampunan Pajak
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengungkapkan fasilitas
Tax Amnesty yang diberikan kepada Wajib Pajak yaitu:
1) penghapusan pajak yang seharusnya terutang (PPh dan PPN
dan/atauPPn BM), sanksi administrasi dan sanksi pidana yang
belum diterbitkan ketetapan pajaknya
2) penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah
diterbitkan
3) tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan,
dan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
4) penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan,
penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan dalam hal Wajib
Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti
permulaan, dan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
5) Penghapusan PPh Final atas pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan serta saham.
d. Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengungkapkan tarif dan cara
menghitung uang tebusan yaitu:
1) Tarif uang tebusan atas harta yang berada di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau harta yang berada di
diinvestasikan di dalam wilayah NKRI dalam jangka waktu paling
singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan sebesar:
a) 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung
sejak undang-undang ini mulai berlaku
b) 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan keempat terhitung sejak undang-undang ini mulai
berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016
c) 5% (lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal
31 Maret 2017
2) Tarif uang tebusan atas harta yang berada di luar wilayah NKRI
dan tidak dialihkan ke dalam wilayah NKRI adalah sebesar:
a) 4% (empat persen) untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan
ketiga terhitung sejak undang-undang ini mulai berlaku
b) 6% (enam persen) untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak undang-undang
ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016
c) 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai
3) Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya
sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah) pada tahun pajak terakhir adalah sebesar:
a) 0,5% (nol koma lima persen) bagi Wajib Pajak yang
mengungkapkan nilai harta sampai dengan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat
Pernyataan
b) 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai
harta lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dalam Surat Pernyataan untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan pada bulan pertama sejak undang-undang ini mulai
berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
e. Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan, Penerbitan Surat
Keterangan, dan Pengampunan atas Kewajiban Perpajakan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengungkapkan tata cara
penyampaian surat pernyataan, penerbitan surat keterangan, dan
pengampunan atas kewajiban perpajakan adalah sebagai berikut:
1) Dalam memperoleh pengampunan pajak, Wajib Pajak harus
menyampaikan Surat Pernyataan kepada menteri.
2) Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh:
b) pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau
dokumen lain yang dipersamakan bagi Wajib Pajak badan
c) penerima kuasa, dalam hal pemimpin tertinggi sebagaimana
dimaksud pada huruf b berhalangan
3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki NPWP
b) membayar uang tebusan
c) melunasi seluruh tunggakan pajak
d) melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi
pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak
yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau
penyidikan
e) menyampaikan SPT PPh terakhir bagi Wajib Pajak yang telah
memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh
f) mencabut permohonan
(a) pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(b) pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
perpajakan dalam SKP dan/atau Surat Tagihan Pajak (STP)
yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang;
(c) pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar;
(e) pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;
(f) banding;
(g) gugatan; dan/atau
(h) peninjauan kembali,
(i) dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan
dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.
7. Kepatuhan Wajib Pajak
a. Pengertian
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rahayu (2010: 138)
mengemukakan bahwa istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh
pada ajaran atau aturan. Terdapat dua macam kepatuhan, yaitu:
1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007
menyatakan bahwa kepatuhan formal Wajib Pajak dapat
diidentifikasi dari:
a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
b) Menyampaikan SPT dengan tepat waktu.
c) Membayar pajak dengan tepat waktu.
d) Bebas dari tindakan pidana dibidang perpajakan.
2) Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak
kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007
menyatakan bahwa kepatuhan material Wajib Pajak dapat
diidentifikasi dari:
a) Melaporkan kewajiban pajak dengan jujur.
b) Mengisi SPT dengan lengkap dan jelas.
c) Membayar pajak dengan jumlah yang benar.
d) Bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas
pajak membutuhkan informasi.
Keakuratan laporan menggambarkan kebenaran dari setiap laporan
Wajib Pajak yang dapat dibandingkan dengan kegiatan jenis usaha
tertentu dan efektivitas tarif pajak yang dibayar berdasarkan
penghasilan yang diterima.
Prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di dalam
negara. Kepatuhan yang mendasar dari pemenuhan kewajiban
pelaporan dan pembayaran oleh Wajib Pajak merupakan salah satu
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak
(John, 2007: 325):
1) Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang akan dipatuhi. Salah satu
sanksi perpajakan adalah pemberian denda untuk Wajib Pajak
yang melanggar.
2) Perlakuan terhadap Wajib Pajak yang Adil
Keadilan Wajib Pajak adalah sifat (perbuatan atau perlakuan) yang
tidak sewenang-wenang atau tidak berat sebelah atas sistem
perpajakan yang berlaku.
3) Besar Penghasilan
Besar penghasilan perorangan atau badan tidak sama antara yang
satu dengan yang lain. Penghasilan akan ditentukan dari pekerjaan
atau usaha, pendidikan, dan lingkungan. Semakin besar
penghasilan yang diperoleh maka akan semakin besar pula pajak
8. Kerangka Konsep
Penelitian ini menjelaskan hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan
persepsi kepatuhan WPOP. Tax Amnesty diharapkan mampu
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan berdasarkan hasil penelitian
terdahulu bahwa keberadaan Tax Amnesty memiliki hubungan positif
terhadap kepatuhan WPOP.
Salah satu tujuan dikeluarkannya kebijakan Tax Amnesty adalah untuk
meningkatkan penerimaan negara dengan mendorong Wajib Pajak
melaporkan semua harta yang dimiliki ke kantor pajak. Wajib Pajak yang
ingin mendapatkan Tax Amnesty harus melakukan pembetulan atas SPT
Tahunan PPh, menyetorkan pajaknya yang kurang dibayar, dan
mengajukan surat permohonan atas keterlambatan penyampaian SPT dan
penyetoran pajak. Kebijakan ini dapat mendorong Wajib Pajak lama untuk
melakukan pembetulan atas SPT tahun pajak 2015 dan sebelumnya dan
menyetorkan kekurangan pajaknya sehingga kepatuhan penyetoran
semakin meningkat.
Menganalisis pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi mengenai Tax
Amnesty digunakan skala Likert melalui kuesioner yang akan diisi oleh
Wajib Pajak, sehingga penelitian ini menggunakan kerangka konsep
Keterangan:
= Hubungan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
B. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan Tax Amnesty dan
kepatuhan WPOP. Huslin dan Ngadiman (2011) dengan judul Pengaruh
Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Huslin dan Ngadiman melakukan penelitian di KPP Pratama Jakarta
Kembangan dengan sampel 100 WPOP dan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil pengujian yaitu bahwa variabel sunset policy tidak
berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel Tax Amnesty dan sanksi
pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan WPOP. Persepsi
Tax Amnesty (X)
Persepsi Kepatuhan WPOP (Y)
Kusuma (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas
Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan Perpajakan serta Sanksi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak
Tahun 2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas
pelayanan pajak, pemahaman peraturan perpajakan, serta sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan WPOP dalam membayar pajak di KP2KP Wonosobo.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik,
analisis regresi linier sederhana, dan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan pajak, pemahaman peraturan
perpajakan, dan sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap kepatuhan WPOP.
Nuryani (2016) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi
Pelayanan, Persepsi Konsultasi, dan Persepsi Pengawasan Account
Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”.
Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan alat statistik
Spearman Rank Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
antara persepsi pelayanan Account Representative (AR) dan persepsi
kepatuhan WPOP cukup kuat dan positif. Hubungan antara persepsi
konsultasi Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan WPOP juga
cukup kuat dan positif. Selain itu, hubungan antara persepsi pengawasan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris. Sugiyono (2013: 1)
mengungkapkan bahwa studi empiris merupakan penelitian yang dilakukan
dengan cara-cara yang dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Data yang
diperoleh melalui penelitian ini adalah data empiris (teramati) yang
mempunyai kriteria tertentu yaitu valid.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2017 - 18 Februari
2017.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang lingkup Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Magelang yang terletak di Jalan Veteran Nomor 20
Magelang.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
dari penelitian ini adalah orang yang akan menjadi responden penelitian
yang diberikan pernyataan berupa kuesioner guna memberikan data-data
kepada peneliti yang dapat digunakan untuk penelitian. Subjek dalam
penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) di KPP Pratama
Magelang.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, ataupun
lembaga (organisasi) yang menjadi pusat perhatian atau saran penelitian
(Amirin, 2009: 1). Objek dari penelitian ini adalah persepsi Tax Amnesty
dan persepsi kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel independen
(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen
pada penelitian ini yaitu persepsi Tax Amnesty (X). Variabel dependen pada
penelitian ini yaitu persepsi kepatuhan WPOP (Y). Definisi operasional dari
Tax Amnesty dan kepatuhan dijabarkan sebagai berikut:
1. Persepsi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengemukakan bahwa Tax
Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang
perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan.
a. Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak (Tax
Amnesty)
b. Memberikan kebijakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang
c. Membebaskan sanksi administrasi dan sanksi pidana dibidang
perpajakan
d. Diberikan kepada Wajib Pajak melalui pengungkapan harta yang
dimilikinya dalam Surat Pernyataan
e. Surat Pernyataan mengungkapkan harta, utang, nilai harta bersih, dan
pembayaran uang tebusan
f. Dilaksanakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
g. Dilaksanakan untuk meningkatkan penerimaan negara
h. Dilaksanakan untuk mendorong reformasi perpajakan melalui
pengalihan harta
2. Persepsi Kepatuhan
Rahayu (2010: 138) mengemukakan bahwa istilah kepatuhan berarti
tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Terdapat dua macam kepatuhan
yaitu:
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007
mengungkapkan bahwa indikator-indikator yang terdapat dalam
1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tepat waktu.
3) Membayar pajak dengan tepat waktu.
4) Bebas dari tindakan pidana dibidang perpajakan.
5) Bebas dari tunggakan pajak pada semua jenis pajak.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara
substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan
yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak, kepatuhan material
juga dapat meliputi kepatuhan formal.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007
mengungkapkan bahwa indikator-indikator yang terdapat dalam
kepatuhan material:
1) Melaporkan kewajiban pajak dengan jujur
2) Mengisi SPT dengan lengkap dan jelas
3) Membayar pajak dengan jumlah yang benar
4) Bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas
pajak membutuhkan informasi
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek tersebut (Sugiyono, 2010:
117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WPOP yang terdaftar di
KPP Pratama Magelang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang diambil dapat mewakili atau representatif bagi
populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability dengan metode
convenience sampling. Convenience sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Sampel pada penelitian ini yaitu sebagian WPOP di KPP Magelang.
Jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus
Slovin sebagai berikut (Umar, 2003: 78):
2
Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Magelang, jumlah
WPOP yang terdaftar yaitu 134.078. Berikut perhitungannya:
F. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel pada penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert
yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap
subjek, objek, atau kejadian tertentu. Jawaban setiap instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
skala pada setiap instrumen. Kategori dari penilaian skala Likert (Wiyono,
2011: 96):
STS = Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1
TS = Tidak Setuju, diberi skor 2
R = Ragu-ragu, diberi skor 3
S = Setuju, diberi skor 4
SS = Sangat Setuju, diberi skor 5
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2007: 199). Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang tertutup
karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban
yang dianggap benar.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu data tentang persepsi Tax Amnesty
dan persepsi kepatuhan WPOP dengan menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data deskripsi
responden dan data tentang profil KPP Pratama Magelang.
H. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas item kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah
korelasi Pearson. Validitas item adalah kecermatan suatu item atau
instrumen data dalam mengukur apa yang diinginkan (Priyatno, 2012:
138). Pengujian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor item
dengan skor total item, kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan
kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2
sisi. Jika nilai positif dan r hitung ≥ r tabel maka item dapat dinyatakan
valid, jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid. Menghitung
harga korelasi setiap butir dengan rumus P earson Product Moment
(Wiyono, 2011: 111) sebagai berikut:
2
rxy = Koefisien korelasi setiap pernyataan
n = jumlah responden
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah
hasilnya tetap konsisten atau tidak jika pengukuran diulang (Priyatno,
2012: 139). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan metode Cronbach Alpha. Instrumen penelitian dikatakan reliabel
jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Rumus Cronbach’s Alpha (Wiyono,
2011: 116) sebagai berikut :
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen
tidak (Ghozali, 2009: 160). Penelitian ini menggunakan uji normalitas
Kolmogorov Smirnov. Hipotesis yang dirumuskan:
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Uji statistik Kolmogorov Smirnov ini melihat angka probabilitasnya
dengan ketentuan:
Nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima
Nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Spearman Rank Correlation untuk menjawab rumusan masalah yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Korelasi
Uji statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman
Rank Correlation. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk
dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan. Pengukuran
asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan antar dua
variabel atau lebih. Djarwanto (2007: 75) menyatakan bahwa metode ini
diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang
tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional variance yang
kuantitatif secara eksak tidak mungkin/sulit dilakukan. Penafsiran hasil
korelasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menganalisis Kekuatan Hubungan Antar Variabel
Kekuatan hubungan antar variabel dapat diketahui dengan melihat
koefisien korelasi. Koefisien korelasi Spearman dapat dihitung dengan
rumus:
rs = Koefisien Spearman Rank Correlation
di = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
Nilai koefisien Spearman Rank Correlation (rs) berkisar antara
-1 < rs < 1 tanda negatif/positif oleh Sugiyono (2004: 183) diartikan
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Nilai Koefisien Spearman Rank Correlation
Interval Koefisien Koefisien
b. Menganalisis Arah Hubungan Antar Variabel
Arah hubungan antar variabel dapat diketahui dengan melihat
koefisien korelasi. Berikut adalah cara menganalisis arah hubungan
1) Jika koefisien korelasi (r) positif (r > 0), berarti terdapat hubungan
yang positif atau searah. Artinya jika variabel X hasilnya tinggi
maka variabel Y juga akan tinggi.
2) Koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila variabel X
hasilnya tinggi maka variabel Y rendah, begitu juga sebaliknya
BAB IV
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MAGELANG
A. Sejarah
KPP Pratama Magelang berlokasi di Jalan Veteran Nomor 20 Magelang
dan dipimpin oleh Ir. Wiratmoko, M.T. Kantor tersebut semula bernama KPP
Magelang, kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak berubah menjadi KPP
Pratama Magelang yang merupakan gabungan dari KPP dan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB).
Tujuan dibentuknya KPP Pratama adalah dalam rangka modernisasi
sistem administrasi perpajakan sebagai upaya pelaksanaan “Good
Governance” dan meningkatkan penerimaan pajak serta efektifitas organisasi
instansi vertikal di lingkungan Dirjen Pajak. KPP Pratama Magelang mulai
beroperasi 30 Oktober 2007 berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor
KEP-141/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007. Semua pelayanan perpajakan
pusat menjadi satu yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Wilayah
administrasi KPP Pratama Magelang meliputi Kabupaten Magelang dan Kota
B. Visi dan Misi KPP Pratama Magelang
1. Visi
Menjadi institusi penghimpun penerimaan negara terbaik kebanggaan
masyarakat Magelang.
2. Misi
Menghimpun penerimaan negara melalui aparatur pajak yang
berintegritas, kompeten, dan profesional sehingga membuat masyarakat
Magelang bangga membayar pajak.
Selain memiliki visi dan misi, KPP Pratama Magelang juga memiliki
motto dan janji layanan.
a. Motto
Sinergi:
1) Santun
2) Ikhlas menjalankan
3) Nilai-nilai Kementrian Keuangan secara:
a) Efektif
b) Efisien, dan
c) Religius
b. Janji Layanan
Bertekad menerapkan pelayanan terbaik dan bebas pungutan guna
mewujudkan kepuasan Wajib Pajak dalam rangka mencapai
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Magelang
1. Tugas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Dirjen Pajak menyatakan
bahwa KPP Pratama Magelang mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, dan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
2. Fungsi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 menyatakan
bahwa KPP Pratama Magelang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan
subjek pajak, serta penilaian objek PBB
b. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
c. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat
lainnya
d. penyuluhan perpajakan
e. pelayanan perpajakan
g. pelaksanaan ekstensifikasi
h. penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
i. pelaksanaan pemeriksaan pajak
j. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
k. pelaksanaan konsultasi perpajakan
l. pembetulan ketetapan pajak
m. pengurangan PBB
D. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Magelang
AR Pelaksana AR
Tabel 4.1
Jumlah Sumber Daya Manusia di KPP Pratama Magelang
No Seksi Jumlah
1. Kepala Kantor 1
2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 11
3. KP2KP Muntilan 3
4. Seksi PDI 6
5. Seksi Pelayanan 15
6. Seksi Penagihan 4
7. Seksi Pemeriksaan 4
8. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 8
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 10
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 12
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10
12. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11
13. Kelompok Jabatan Fungsional 8
Jumlah 103
Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Magelang
E. Pembagian Tugas Pokok KPP Pratama Magelang
Tugas masing-masing jabatan di KPP Pratama Magelang adalah sebagai
berikut:
1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan
urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengelolaan
kinerja pegawai, pemantauan pengendalian intern, pemantauan
pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin,
dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi
2. KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan,
konsultasi perpajakan kepada masyarakat, pengamatan potensi perpajakan
wilayah, dan pembuatan monografi pajak, serta membantu KPP Pratama
dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian PBB,
pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi SPT dan
e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta pengelolaan kinerja
organisasi.
4. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta
penerimaan surat lainnya, serta pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak.
5. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan
piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,
usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, dan administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya, serta pelaksanaan pemeriksaan oleh
petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan
pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,
pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak baru,
serta penyuluhan perpajakan.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I mempunyai tugas
melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan
pembetulan ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
kepada Wajib Pajak, serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
9. Seksi Waskon II, Seksi Waskon III, dan Seksi Waskon IV, masing-masing
mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja
Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.
10.Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Magelang, diperoleh data melalui kuesioner yang disebarkan kepada Wajib
Pajak Orang Pribadi (WPOP). Data ini diperoleh dari pernyataan-pernyataan
mengenai persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP. Responden
dalam penelitian ini adalah WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Magelang.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh 100
responden yang datang ke KPP Pratama Magelang. Penelitian dilakukan
mulai tanggal 23 Januari 2017 sampai 18 Februari 2017 untuk mendapatkan
100 responden. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan ditunggu
oleh peneliti sehingga 100 kuesioner dapat kembali. Berdasarkan data dari
KPP Pratama Magelang, jumlah WPOP yang mengikuti Tax Amnesty dari 1
Juli 2016 sampai 7 Maret 2017 yaitu:
Tabel 5.1
WPOP yang Mengikuti Tax Amnesty
Tahun Pajak Jumlah WPOP
2016 1.557
2017 470
Total 2.027
Sumber: Dokumen Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Magelang
Berdasarkan tabel tersebut sebanyak 2.027 WPOP mengikuti Tax
Amnesty, jumlah tersebut merupakan 1,51% dari 134.078 WPOP terdaftar di
KPP Pratama Magelang. Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian