• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan Motivasi Mengaji Santri Di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan Motivasi Mengaji Santri Di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ANDI KURNIAWAN NIM : D20153028

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH 2023

(2)

ii

PENERAPAN KONSELING SEBAYA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI MENGAJI SANTRI

DI PONDOK PESANTREN AL-QODIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

ANDI KURNIAWAN NIM : D20153028

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH JANUARI 2023

(3)

I

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

.

Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

ANDI KURNIAWAN

NIM : D20153028

Disetujui Penrbimbing

i

l

NIP. 19780 I t92{lg912t00 5

(4)

SKRIPSI

Telah di uji dan di terima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Hari:

Jumat

Tanggal

:

06Januai2023

Tim Penguji

Ketua Sidang Sekretaris

Muh ad Ardiansyah, M.Ag.

NIP. 1976 12222006041003

Anggota;

Nuzul Ahadiyanto, S.Psi., M.Si.

NUP.2012087902

Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Med.Com

2.

Muhib Alwi, M.A.

) )

:197406062000031003

1V

(5)

v MOTTO































































Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.1 (QS: Al-Mujadilah: 11)

1Kementrian agama RI, 2014. Al-Qur’an dan terjemahan, (bandung: CV. Mikraj khazanah ilmu, 2014), 406

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Terimakasih kepada orang-orang baik yang selalu mendukung dan mendoakan dalam proses penulisan skripsi ini. kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua yang tersayang Bapak Samin Harun (Almarhum) dan Ibu Indrawati yang tak kenal lelah mendukung dan mendoakan untuk kesuksesan saya. Agar menjadi kebanggaan bapak dan ibu. Segala doa terpanjat semoga keberhasilan saya bisa untuk membayar setiap peluh beliau meskipun tidak sepenuhnya. Terimakasih sudah mendukung mulai dari awal belajar hingga saat ini. sehat selalu dan dianugerahi umur yang barokah.

2. Istri saya, Istianah. terimakasih selalu menemani dan mendukung saya untuk mewujudkan impian orang tua kita.

3. Teman-teman seangkatan yang selalu memberi motivasi.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi yang berjudul “Penerapan Konseling Sebaya dalam Meningkatkan Motivasi Mengaji Santri di Pondok Pesantren Al- Qodiri” ini dapat terselesaikan dengan cukup baik dan penuh dengan kemudahan.

Sholawat beserta salam tidak henti-hentinya dihaturkan kepada baginda kita yakni nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam sehingga sampai kepada kita ummatnya. Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan mendapatkan syafaat dari beliau di kahir kelak. Aamiin....

Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun pengarahan dan hasil diskusi dari beragai pihak dalam proses penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada batas kepada:

1. Bapak Prof Dr. H. Babun Suharto, SE. MM selaku Rektor Unniversitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember yang telah memberikan segala fasilitas yang membantu kelancaran atas terselesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah yang telah memberikan segala fasilitas yang membantu kelancaran atas terselesaikan skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Muhib Alwi, MA. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.

4. Bapak Muhammad Ardiansyah, M.Ag selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Islam yang telah meluangkan waktu, memberi dukungan, penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Bimbingan Konseling Islam yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

(8)

viii

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata-kata maupun dalam penyajiannya.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu peneliti harapkan guna perbaikan tugas akhir ini. Peneliti juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan Prodi Bimbingan Konseling Islam.

Jember, Desember 2022 Peneliti,

Andi Kurniawan NIM: D20153028

(9)

ix ABSTRAK

Andi Kurniawan, 2022: “Penerapan Konseling Sebaya dalam Meningkatkan Motivasi Mengaji Santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri.”

Masa remaja seringkali menjadi masa-masa yang sulit untuk menemukan identitas diri dan filosofi hidup. Proses menuju kematangan pada masa remaja akan terasa lebih sulit jika remaja hidup di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, apalagi pada keluarga bercerai. Satu sisi remaja sedang beradaptasi dengan perubahan dalam diri dan perubahan pada lingkungannya, di sisi lain tempat ia bertanya dan berdiskusi tentang masalahnya yaitu orang tua juga bermasalah. Pada kondisi demikian peran konseling sebaya menjadi sangat penting, termasuk peran sesama santri yang sebaya dalam motivasi untuk rajin mengaji di Pondok Pesantren Al-Qodiri

Fokus masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri di Pondok Pesantren Al- Qodiri Jember? Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat konseling sebaya di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember?. Tujuan penelitian ini yaitu, 1) Mendeskripsikan Penerapan Konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember dan 2) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat konseling sebaya di Pondok Pesantren Al- Qodiri Jember?

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan observasi, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan metode deskriptif, peneliti menguji keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan yaitu 1) Penerapan konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri di Pondok Pesantren Al- Qodiri Jember melalui menceritakan sosok/latar belakang pendiri pondok sehingga memberikan dorongan atau motivasi kepada santri, menjalin komunikasi yang kuat satu sama lain. Selanjutnya, penerapan konseling dengan tindakan berdialog, dan melatih kepercayaan diri dari segi kepribadian santri dalam belajar, serta memberikan perhatian dan pendekatan yang mendalam dan 2) Faktor pendukung, adanya kemauan atau dorongan dalam dirinya sendiri serta memberikan konseling kepada santri dalam memahami persoalan yang dialaminya untuk belajar mengaji kitab kuning. Dorongan orang tua melalui nasihat serta masukan dalam membina dan memberikan konseling di tengah-tengah persoalan yang dihadapi santri dalam hal mengaji kitab kuning. Faktor penghambat, menjalin komunikasi yang lebih terbuka secara tatap muka dikarenakan rasa sungkan kepada guru, sehingga konselor kurang menggali terkait informasi permasalahan para santri, kemudian menghindari obrolan serta percakapan dengan tujuan untuk lebih dekat lagi kepada santri.

Kata Kunci: Konseling sebaya, Motivasi, Mengaji santri

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

A. Penelitian terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 16

1. Konseling Sebaya ... 15

2. Motivasi Mengaji Santri ... 25

3. Efektivitas Konseling Sebaya dalam Meningkatkan Motivasi Mengaji Santri ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B. Lokasi penelitian ... 35

(11)

xi

C. Subyek penelitian ... 36

D. Teknik pengumpulan data ... 37

E. Analisis data ... 39

F. Keabsahan data... 41

G. Tahap-tahap penelitian ... 42

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 44

A. Gambaran Objek Penelitian ... 44

B. Penyajian Data dan Analisis Data ... 49

C. Pembahasan Temuan ... 65

BAB V PENUTUP ... 76

A. KESIMPULAN ... 76

B. SARAN ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN - LAMPIRAN

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matrix penelitian

3. Formulir pengumpulan data 4. Surat Permohonan Penelitian 5. Jurnal Kegiatan Penelitian

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian 7. Dokumentasi foto

8. Biodata penulis

(12)

xii

DAFTAR TABEL

4.1 Hasil Singkat Temuan Penelitian ... 64

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Masa remaja seringkali menjadi masa-masa yang sulit untuk menemukan identitas diri dan filosofi hidup. Proses menuju kematangan pada masa remaja akan terasa lebih sulit jika remaja hidup di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, apalagi pada keluarga bercerai. Satu sisi remaja sedang beradaptasi dengan perubahan dalam diri dan perubahan pada lingkungannya, Di sisi lain, tempat ia bertanya dan berdiskusi tentang masalahnya yaitu orang tua, juga bermasalah.

Pada kondisi seperti inilah peran teman sebaya menjadi sangat penting.

Menurut Suwarjo teman sebaya merupakan suatu kelompok yang anggotanya mempunyai kesamaan usia, minat, status, dan posisi sosial. Teman sebaya mempunyai peranan penting bagi perkemangan anak. Hubungan anak dengan teman sebaya dapat berdampak positif maupun negatif. Begitu juga dalam penelitian ini, teman sebaya mengambil peran yang signifikan terhadap motivasi santri dalam mengaji. 1

Setiap manusia tentunya membutuhkan ilmu pengetahuan yang memadai agar dapat mengatasi setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam kesehariannya. Untuk itu tidak dipungkiri bahwa pendidikan dapat mengantarkan umat manusia kepada kehidupan yang lebih baik. Menurut UU

1 Suwarjo, “Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja, ” Makalah Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP UNY, 29 Februari 2008.

(14)

RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 (1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2

Belajar merupakan kebutuhan primer manusia. Belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia, termasuk santri di pondok pesantren. Tanpa belajar seseorang akan tertinggal oleh cepatnya arus perubahan zaman dan kemajuan dunia yang serba modern. Menurut Muhibbin Syah, tinggi rendahnya perkembangan manusia yang merupakan hasil belajar, akan menentukan masa depan peradaban manusia itu sendiri.3 Bahkan Thorn Dike meramalkan jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengah saja, maka peradaban yang ada sekarang tidak akan berguna untuk generasi yang akan datang atau bahkan akan hilang ditelan zaman. Oleh karena itu kita diwajibkan senantiasa belajar menuntut ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan mengenai agama melalui mengaji di pondok pesantren.

Seiring perkembangan zaman, problematika peserta didik di pondok pesantren semakin beragam. Jalan pikiran mereka terbagi dengan masalah di luar pesantren dan di dalam sekolah. Pandangan orang tua mengenai pendidikan yang diterapkan kepada anaknya dapat menjadi problematika peserta didik. Banyak kalangan orang tua yang memandang bahwa pendidikan

2 Tim Redaksi, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentangSistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokus Media, 2018), 6.

3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2019), 61.

(15)

merupakan hal yang sangat penting untuk masa depan anaknya. Namun yang menjadi problem, ada pula sebagian dari orang tua menganggap bahwa pendidikan yang tinggi hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki materi yang cukup, sehingga santri kurang mendapatkan perhatian dari orang tua mengenai proses belajarnya dan orang tua lebih menekankan kepada anaknya untuk bersekolah dengan tujuan mendapatkan ijazah sebagai persyaratan kerja setelah lulus.

Santri pondok pesantren sebagian besar adalah remaja. Sebagai remaja tentu menghadapi berbagai rintangan untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Berkembang optimal artinya berkembang semua aspek kepribadiannya setinggi-tingginya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dengan kata lain seorang remaja yang berkembang optimal adalah yang sehat secara fisik, sosial, emosional, moral, intelektual, dan berkembang baik bahasanya. Sebagai remaja, santri sedang berada pada puncak perkembangan fisik, sosial, emosional, moral, intelektual.4 Akan tetapi perkembangan semua aspek yang dimiliki santri banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah rasa malas dan problem yang dihadapi santri.

Masa remaja seringkali menjadi masa-masa yang sulit untuk menemukan identitas diri dan filosofi hidup. Proses menuju kematangan pada masa remaja akan terasa lebih sulit jika remaja hidup di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, apalagi pada keluarga bercerai. Satu sisi remaja sedang beradaptasi dengan perubahan dalam diri dan perubahan pada lingkungannya,

4 Erhamwilda, Konseling sebaya (Yogyakarta: Media Akademi, 2015), 1.

(16)

di sisi lain tempat ia bertanya dan berdiskusi tentang masalahnya yaitu orang tua juga bermasalah. Pada kondisi seperti ini anak sebagai remaja sangat rentan terhadap penyimpangan perilaku. Untuk mencegah dan mengatasi penyimpangan perilaku penting peningkatan kecerdasannya.5 Salah satu agar tercapai peningkatan potensi dan kecerdasannya adalah dengan pendidikan dan belajar.

Dalam belajar dikenal ada dua motivasi agar santri bisa berhasil dalam belajarnya, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi santri sehingga ia mau belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.6

Mary Rebecca mengungkapkan bahwa kelakuan remaja yang memiliki motivasi rendah dalam belajar adalah dikarenakan oleh rasa bosan dan pelampiasan rasa ingin bebas.7 Konseling sebaya sebagai konsep, relatif masih asing bagi telinga kita, walaupun dalam kehidupan sehari-sehari mungkin sudah cukup sering dipraktikkan. Dalam konseling sebaya pertolongan itu diberikan oleh individu awal yang sebaya. Konseling sebaya diciptakan untuk menyiapkan dan memanfaatkan tenaga-tenaga nonprofesional untuk memperluas kesempatan bagi santri mendapat layanan konseling. Konseling sebaya merupakan salah satu jenis pelatihan paraprofesional yang paling banyak dimanfaatkan dalam bidang layanan konseling. Jadi konseling sebaya

5 Erhamwilda, Konseling sebaya, 1.

6 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2015), 29.

7 Mary Rebecca, Tumbuh Bersama Sahabat 1: Konseling Sebaya Sebuah Gaya Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2016), 222.

(17)

merupakan salah satu bentuk pemberian layanan konseling kelompok secara tidak langsung dan lahir dari keprihatinan untuk menjadikan konseling sebagai proses belajar, saling menolong antar sebaya (sahabat).8

Hal ini sebagaimana diungkapkan Hardi Prasetiawan “Teman sebaya merupakan salah satu figur penting (significant others) yang sangat berperan memberi warna pada berbagai aspek perkembangan individu. Pada masa remaja, ketertarikan dan ikatan terhadap teman sebaya menjadi sangat kuat.

Hal ini terbukti karena banyak remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahaminya. Keadaan ini sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang eksklusif karena memiliki anggapan bahwa hanya sesama remaja-lah yang dapat saling memahami”.9

Hasil observasi awal peneliti di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, menemukan bahwa kegiatan di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember dimulai sejak pagi sampai malam hari. Dengan banyaknya kegiatan di pesantren, diharapkan santri mampu mengatur waktu dan tenaga dengan baik. Salah satu kegiatan santri di pondok pesantren adalah mengaji. Kegiatan ini dilaksanakan malam hari sejak habis magrib sampai dengan jam 21.00 WIB. Pada saat pelaksanaan mengaji, ada beberapa santri yang mengikuti kegiatan dengan kurang bersemangat dan cenderung asal masuk karena takut dimarahi oleh ustadz atau pengurus pondok.10

8 Rani Rahmayanti, “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Sebaya Pada Siswa Sekolah Menengah Atas”Lentera, Vol. 1 No. 6 (Lampung: Universitas Lampung, 2018), 2.

9 Hardi Prasetiawan, “Konseling Teman Sebaya (peer counseling) untuk Mereduksi Kecanduan Game Online” Consellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, (2019), 2.

10 Observasi di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, 25 Februari 2021, jam 18.30 WIB.

(18)

Berdasarkan pengamatan peneliti di lembaga tersebut, terbanyak santri yang kurang bersemangat di dalam kelas, kurang menikmati dan malas mengikuti proses kegiatan belajar di kelas, sehingga kurang memahami pelajaran dengan baik sebagaimana yang dialami sebagian santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember. Peneliti tertarik untuk meneliti mengapa terjadi sebagian santri yang kurang bersemangat ketika belajar, motivasi belajar yang rendah, malas dan kurang antusias ketika mengikuti pelajaran dan apa faktor yang menyebabkan terjadinya hal demikian.11

Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember merupakan salah satu pondok pesantren terbesar dan berusia di Jember. Sebagai pondok yang besar tentu banyak santri yang datang dari seluruh pelosok Jember dan luar Kabupaten Jember untuk menuntut ilmu khususnya ilmu agama.

Santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember tentu memiliki latar belakang yang berbeda, ada yang datang dari keluarga lengkap, hanya memiliki 1 orang tua dan ada pula dari kalangan masyarakat kaya maupun masyarakat miskin. Bahkan ada santri yang datang dari kalangan yatim piatu sehingga pondok mengratiskan segala biaya pendidikan bagi santri tersebut.

Dengan beragamnya latar belakang santri tersebut, tentu akan memiliki dampak bagi pondok dan santri lain, baik dampak negatif maupun positif, misalnya santri yang malas dan nakal, bisa berdampak memiliki pengaruh

11 Observasi di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, 25 Februari 2021, jam 18.30 WIB.

(19)

mengajak santri lain untuk nakal dan malas mengikuti kegiatan pondok dan pengajian kitab.

Mengantisipasi dampak buruk demikian, ustadz di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember beserta beberapa santri diberikan pendidikan konseling sehingga ustadz maupun santri tersebut dapat membantu memberikan bimbingan kepada santri lain agar meraka dapat mondok sesuai dengan niat awal waktu berangkat dari rumah, misalnya menuntut ilmu dengan tekun sehingga berhasil.

Ustadz dan beberapa santri yang dibekali dengan ilmu bimbingan konseling tersebut merupakan kerja sama antara pondok pesantren dengan beberapa universitas di kabupaten jember dan luar Jember, misalnya bekerja sama dengan Universitas Jember, UIN Jember bahkan dengan universitas dari Pasuruan maupun dari Surabaya.

Demikian pula menurut hasil pengamatan peneliti banyak santri malas karena adanya beberapa faktor yang membebani santri. Misalnya broken home, permasalahan santri yang ditinggal orang tuanya (wafat). Kenakalan remaja (sering melanggar peraturan pondok pesantren). Terdapat santri yang dikucilkan/bullying, sering dihina, dicacimaki dll oleh temannya, serta problem-problem lainnya.

Menurut Hardi, konseling teman sebaya dipandang penting karena sebagian besar remaja lebih sering membicarakan masalah-masalahnya dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing, atau guru di sekolah. Untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun para remaja senang

(20)

membicarakan dengan teman sebayanya (sahabat). Kalaupun terdapat remaja yang akhirnya menceritakan masalah serius yang dialami kepada orang tua, pembimbing atau gurunya, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Hal tersebut dapat terjadi karena remaja memiliki ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya yang sangat kuat.12

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Konseling Sebaya dalam Meningkatkan Motivasi Mengaji Santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri”. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sebesara besar Penerapan Konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat konseling sebaya di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan cara penerapan konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember

12 Hardi Prasetiawan, “Konseling Teman Sebaya (peer counseling) untuk Mereduksi Kecanduan Game Online” Consellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling (2019), 4-5

(21)

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat konseling sebaya di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat, diantaranya:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini sebagai sumbangan ilmiah yang dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan terutama dalam bidang pendidikan mengenai konseling sebaya (peer counseling) dalam meningkatkan motivasi mengaji santri

2. Secara Praktis a. Bagi santri

Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar santri dan dapat memberikan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya belajar kepada santri.

b. Bagi pihak Pesantren

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan model penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam membantu layanan bimbingan konseling di pesantren.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti mengenai konseling teman sebaya sebagai media dalam meningkatkan motivasi belajar santri.

(22)

E. Definisi Istilah

Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan pengertian, maka perlu adanya definisi istilah judul dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan fokus yang terkandung dalam tema pembahasan, antara lain sebagai berikut yaitu:

1. Penerapan

Penerapan merupakan suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

Makna dari penerapan adalah bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata lain sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan, dalam hal ini adalah mengenai konseling teman sebaya.

2. Konseling Sebaya

Konseling sebaya adalah program bimbingan yang dilakukan oleh santri terhadap santri yang lainnya. Santri yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh ustadz atau pengasuh.

Santri yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu santri lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik mengenai pengajian maupun persoalan lain di pondok pesantren. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu pihak pesantren dengan cara memberikan informasi tentang kondisi,

(23)

perkembangan, atau masalah yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan.

Adapun yang dimaksudkan dengan konseling sebaya dalam penelitian ini adalah bantuan atau bimbingan yang diberikan santri kepada santri lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya di pondok pesantren, dengan tahapan sebagai berikut: (1) Pemilihan calon “konselor”

teman sebaya, (2) Pelatihan calon “konselor” teman sebaya dan (3) Pelaksanaan dan pengorganisasian konseling teman sebaya.

3. Meningkatkan

Arti kata meningkatkan adalah membuat perubahan dari kecil menuju besar, atau dari bodoh menjadi pintar, meningkatkan juga berarti membuat perubahan ke arah yang lebih baik.

4. Motivasi Mengaji Santri

Motivasi Mengaji Santri adalah daya (kekuatan) yang mendorong seseorang atau santri (baik dari dalam ataupun dari luar) melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu agar santri dapat dengan giat mengikuti pembelajaran mengaji yang diselenggarkan di pondok pesantren.

Adapun yang dimaksudkan dengan motivasi mengaji santri dalam penelitian ini adalah keinginan kuat untuk mengaji santri baik karena dorongan dari dalam diri sendiri maupun karena adanya dorongan dari luar dirinya.

(24)

F. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan yang terdapat dalam penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

Bab satu: Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua: Kajian kepustakaan. Pada bab ini berisi tentang kajian terdahulu dan kajian teori. Kajian terdahulu adalah kajian yang berisi penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kajian teori yang kedua adalah Konseling Sebaya dan Motivasi Mengaji Santri.

Bab tiga: Metode penelitian. Pada bab ini berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data serta pembahasan dan temuan yang diperoleh dilapangan.

Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran-lampiran sebagai pendukung pemenuhan kelengkapan data skripsi.

(25)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, peneliti menemukan penelitian yang sejenis yang kemudian dijadikan acuan penelitian. Dengan penelitian terdahulu akan ditemukan originilitas penelitian yang sedang dilakukan. Adapun penelitian terdahulu adalah sebabgai berikut:

1. Asti Nurdiah, 2016, Efektivitas Konseling Sebaya untuk Mengurangi Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Penelitian ini membahas tentang perilaku seksual pranikah atau aktivitas seksual seperti berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, petting sampai dengan hubungan seksual yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya di luar ikatan pernikahan yang sah. Penelitian ini menguji Efektivitas konseling sebaya untuk mengurangi perilaku seksual pranikah pada remaja, karena mengingat pada masa remaja seseorang akan banyak menghabiskan waktu dan melakukan modelling dengan teman sebayanya.

Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen dengan desain nonrandomized control group designdengan dua kelompok yaitu

eksperimen dan kontrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai Efektivitas konseling sebaya untuk mengurangi perilaku seksual pranikah adalah 7.7% dilihat dari nilai effect-size standarisasi cohen’s . Efektivitas

13

(26)

tersebut berada dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan adanya pengaruh faktor lain seperti media masa dan komunikasi dengan orang tua, sehingga perlu adanya metode atau teknik lain untuk mendukung tingkat Efektivitas pemberian konseling sebaya, alih-alih menggunakan konseling sebaya sebagai metode tunggal.1

Persamaan penelitian ini sama-sama membahas konseling teman sebaya dan sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada penelitian terdahulu membahas perilaku seksual pra nikah remaja sedangkan penelitian ini membahas motivasi belajar mengaji. Subjek penelitian yang diteliti oleh Asti Nurdiah anak-anak remaja sedangkan subjek penelitian yang diteliti oleh peneliti ini adalah santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember. Waktu penelitian Asti Nurdiah dilakukan pada Tahun 2016 sedangkan penelitian ini pada Tahun 2021.

2. Fitri Soviyani, 2019, Pengaruh Teman Sebaya terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 31/IV Kota Jambi, Jambi:

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin.2

Penelitian ini membahas tentang hasil belajar, di mana dalam proses belajar mengajar tidak selamanya selalu berhasil, adakalanya mengalami hambatan atau kesulitan, kegagalan atau keterlambatan. Hasil

1 Asti Nurdiah, “Penerapan Konseling Sebaya untuk Mengurangi Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang, 2016), xii.

2 Fitri Soviyani, “Pengaruh Teman Sebaya terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 31/IV Kota Jambi”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, 2019), vi.

(27)

belajar siswa ini dipengaruhi beberapa faktor baik intern maupun ekstern.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 31/IV Kota Jambi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan regresi berganda serta jenis penelitiannya adalah kuantitatif. Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 siswa. Data dikumpulkan melalui angket dan disusun berdasarkan indikator variabel. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 maka signifikansi Variabel X sebesar 0.000 menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Teman Sebaya (X) terhadap Hasil Belajar (Y) dapat diterima.

Kesimpulan penelitian terdahulu bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 31/IV Kota Jambi.

Persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Fitri Soviyani sebagai berikut: Persamaan penelitian ini sama-sama membahas konseling teman sebaya namun Fitri Soviyani menggunakan variabel hasil belajar di sekolah sedangkan penelitian ini menggunakan variabel motivasi belajar mengaji, Subjek penelitian yang diteliti oleh Fitri Soviyani adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 31/IV Kota Jambi sedangkan subjek penelitian yang diteliti oleh peneliti ini adalah santri di

(28)

Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, Waktu penelitian Fitri Soviyani dilakukan pada tahun 2019 sedangkan penelitian ini pada tahun 2021.

Penelitian terdahulu dengan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian sekarang dengan pendekatan kualitatif.

3. Evi Anggraini, 2018, Pengaruh Pergaulan dan Konseling Teman Sebaya dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukodono Jambi Tahun Ajaran 2017/2018. Jambi: Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin.3

Hasil penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa hasil analisis regresi diperoleh persamaan regresi: Y =41,252 + 0,593X1 +0,317X2 yang artinya hasil belajar ekonomi siswa dipengaruhi oleh pergaulan teman sebaya dan motivasi belajar.

Persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Evi Anggraini sebagai berikut: Persamaan penelitian ini sama-sama membahas konseling teman sebaya namun Evi menggunakan variabel motivasi belajar di sekolah sedangkan penelitian ini menggunakan variabel motivasi belajar mengaji, Subjek penelitian yang diteliti oleh Evi Anggraini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukodono sedangkan subjek penelitian yang diteliti oleh peneliti ini adalah santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, Waktu penelitian Evi dilakukan pada

3 Evi Anggraini, “Pengaruh Pergaulan dan Konseling Teman Sebaya dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukodono Jambi Tahun Ajaran 2017/2018”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, 2018), viii.

(29)

tahun 2018 sedangkan penelitian ini pada tahun 2021. Penelitian terdahulu dengan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian sekarang dengan pendekatan kualitatif.

B. Kajian Teori

1. Konseling Sebaya

a. Pengertian konseling sebaya

Menurut kamus konseling, sebaya yang dalam bahasa Inggris disebut Peer adalah Kawan. Teman-teman yang sesuai dan sejenis;

perkumpulan atau kelompok pra puberteit yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis.4

Teman sebaya atau peers adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya individu menerima umpan balik dari teman- teman mereka tentang kemampuan mereka. Remaja menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang remaja lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga karena

4 Sudarsono, Kamus Konseling (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2017), 174.

(30)

saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (bukan sebaya).5

Konseling sebaya adalah program bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai konselor sebaya atau tutor yang membantu siswa lain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

Konselor sebaya menurut Carr. R adalah seseorang yang terlatih dan mendapat pengawasan untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada orang yang sama umurnya atau dalam hal yang lain.

Menurut Carr bimbingan konseling teman sebaya (Peer Counseling) merupakan suatu cara bagi siswa/mahasiswa belajar bagaimana memperhatikan dan membantu siswa/mahasiswa lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, Tindall dan Gray mendefinisikan konseling teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu nonprofesional yang berusaha membantu orang lain. Menurut

5 Santock, J.W, Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup (Alih Bahasa Achmad Chusairi dan Juda Damanik). (Jakarta. Erlangga, 2002), 287.

(31)

Tindall & Gray, konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong.6

Definisi lain menekankan konseling teman sebaya sebagai suatu metode, seperti dikemukakan Kan bahwa “Konseling sebaya adalah memecahkan masalah menggunakan keterampilan dan mendengarkan secara aktif, untuk mendukung orang-orang yang sebaya dengan kita”.7 Meskipun demikian, Kan mengakui bahwa keberadaan konseling teman sebaya merupakan kombinasi dari dua aspek yaitu teknik dan pendekatan. Berbeda dengan Tindall dan Gray, Kan membedakan antara konseling teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (peer support). Menurut Kan, peer support lebih bersifat umum (bantuan informal; saran umum dan nasehat diberikan oleh dan untuk teman sebaya); sementara peer counseling merupakan suatu metode yang terstruktur. Konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki keterampilan- keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja.

6 Suwarjo, “Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja, ” Makalah Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP UNY, 29 Februari 2008.

7 Van Kan. Peer Counseling Tool and Trade A Work Document. 1996, 3. Tersedia di web peer- counseling.org

(32)

Secara khusus konseling teman sebaya tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan pada proses berfikir, proses.

proses perasaan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat yang dibutuhkan oleh para remaja yaitu respect.8

Sesuai istilah yang digunakan, konselor sebaya bukanlah seorang profesional di bidang konseling, namun mereka diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangan konselor profesional. Menurut Judy “konseling sebaya didefinisikan sebagai berbagai perilaku membantu interpersonal (individu lain) yang dilakukan oleh non profesional yang melakukan peran membantu kepada orang lain.”.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa: “konseling sebaya termasuk hubungan membantu antara satu untuk satu (satu orang untuk satu orang), kelompok kepemimpinan, diskusi kepemimpinan, nasihat, bimbingan, dan semua kegiatan dari manusia membantu antar pribadi atau membantu secara alami”. Dapat disimpulkan bahwa konseling sebaya adalah layanan bantuan konseling yang diberikan oleh teman sebayanya yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-pelatihan untuk menjadi konselor sebaya sehingga dapat memberikan bantuan baik secara individual maupun kelompok kepada teman-temannya

8 Suwarjo, “Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja, ” Makalah Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP UNY, 29 Februari 2008.

(33)

yang bermasalah ataupun mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadiannya.9

Dapat disimpulkan bahwa konseling sebaya adalah layanan bantuan konseling yang diberikan oleh teman sebayanya yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-pelatihan untuk menjadi konselor sebaya sehingga dapat memberikan bantuan baik secara individual maupun kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan ke pribadiannya.

b. Tujuan konseling sebaya

Ada beberapa tujuan dari konseling sebaya menurut beberapa ahli. Menurut Mary Rebeca, tujuan konseling sebaya yakni:

1) Memanfaatkan proteksi kaum muda

2) Sumber daya manusia yang paling berharga

3) Mempersiapkan kaum muda menjadi pemimpin bangsanya dimasa depan

4) Membantu kaum muda mengembangkan kepribadian mereka 5) Membantu kaum muda menjernihkan dan membentuk nilai-nilai

hidup mereka, dan

6) Meningkatkan kemampuan kaum muda melakukan perubahan di tengah masyarakat mereka.10

9 Agus Akhmadi. Konseling Sebaya Dalam Bimbingan Konseling Komprehensif, Materi Diklat Teknis Fungsional Peningkatan Kompetensi Guru Pertama BK) Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Surabaya, 5. 7

10 Mary Rebecca ‘Rivkha’ Rogacion, Peer Counceling, A way of Life (Manila: The Peer Counseling Foundation, 2002), 16.

(34)

c. Fungsi dan manfaat konseling sebaya

1) Fungsi dari konseling sebaya menurut beberapa ahli:

(1) Menurut Krumbolth fungsi Konseling Sebaya adalah:

(a) Membantu siswa lain memecahkan permasalahannya (b) Membantu siswa lain yang mengalami penyimpangan

fisik.

(c) Membantu siswa-siswa baru dalam menjalani pekan orientasi siswa untuk mengenal sistim dan suasana sekolah secara keseluruhan.

(d) Membantu siswa baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil sekolah.

(e) Melakukan tutorial dan penyesuaian sosial bagi siswa- siswa asing (kalau ada).

(2) Fungsi konselor sebaya menurut Rogation adalah sebagai (a) Sahabat yang bersedia membantu, mendengarkan, dan

memahami,

(b) Fasilitator yang bersedia membantu remaja untuk tumbuh dan berkembang bersama kelompoknya, dan

(c) Sebagai pemimpin yang karena kepeduliannya pada orang lain menjadi penggerak perubahan sosial.11

2) Sedangkan manfaat konseling sebaya yakni:

Manfaat konseling sebaya untuk siswa menurut Hamburd:

11 Kusmilah, Rimayanti, Aini, Hartanto D, & Purwoko, Model Peer Counseling dalam Mengatasi Problematika Remaja Akhir: Laporan Penelitian (Yogyakarta: FIP UNY, 2004).

(35)

(1) Siswa memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain.

(2) Siswa memiliki kemampuan mendengar, memahami dan merespon (3M), termasuk komunikasi nonverbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan minimal).

(3) Siswa memiliki kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain dalam rangka menentukan apakah tingkah laku itu bermasalah atau normal.

(4) Siswa memiliki kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasan pribadi.

(5) Siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalam konseling mengahadapi permasalahan- permasalahan pribadi, permasalahan kesehatan, permasalahan sekolah, dan permasalahan perencanaan hubungan dengan teman sebay.

(6) Siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah.

(7) Siswa memiliki kemampuan menerapkan keterampilan interpersonal yang menarik untuk mengusahakan terjadi pertemuan pertama dengan siswa yang minta tolong.

(36)

(8) Siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal; terutama mengidentifikasi masalah dalam menggunakan minuman keras, masalah terisolasi, dan masalah kecemasan.

(9) Siswa memiliki kemampuan mengalih tangankan konsli untuk menolongnya memecahkan masalahnya jika dalam konseling sebaya tidak dapat menyelesaikan.

(10) Siswa memiliki kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.

(11) Siswa memiliki kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling.12

d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling Sebaya

Pelaksanaan konseling sebaya secara sederhana dalam prakteknya dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1) Tahap awal konseling sebaya (waktu: 30 menit)

a) “Konselor” sebaya mendengarkan secara aktif permasalahan yang disampaikan konseli sebaya.

b) “Konselor” sebaya mengenali dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi konseli sebaya.

12 http://16http//mgbkmalang.wordpress.com/ diakses pada 5 Februari 2021 jam 20.00 WIB

(37)

c) “Konselor” sebaya melakukan penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah konseli sebaya.

d) “Konselor” sebaya menegosiasikan kontrak dengan konseli sebaya.

2) Tahap kerja konseling sebaya (waktu: 60-120 menit)

a) “Konselor” sebaya melakukan empati sambil menjelaskan dan mengeksplorasi masalah empati sambil menjelajahi dan mengeksploirasi masalah yang sedang dihadapi konseli sebaya.

b) “Konselor” sebaya membangun afeksi positif konseli sebaya dalam menghadapi permasalahan seksualitas.

c) “Konselor” sebaya melatih konseli sebaya untuk membiasakan bertindak secara konstruktif dalam menghadapi masalah seksualitas.

d) “Konselor” sebaya menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.

e) “Konselor” sebaya melakukan alih tangan (referal) dan konferensi kasus (case conference) jika diperlukan kepada konselor ahli.

3) Tahap akhir konseling sebaya (waktu: 30 menit).

a) “Konselor” sebaya menanyakan keadaan konseli sebaya tentang pikiran dan perasaannya setelah menjalani konseling sebaya.

(38)

b) “Konselor” sebaya menanyakan manfaat yang didapat dari konseling sebaya.

c) “Konselor” sebaya bersama konselor ahli mengamati perubahan sikap positif konseli sebaya dalam menghadapi masalah perilaku seksual yang dialaminya.

Pelaksanaan konseling sebaya diperkirakan membutuhkan waktu antara 150-180 menit yang berlangsung dalam 4-5 kali pertemuan. Untuk efektivitas layanan bantuan, jadwal pertemuan konseling sebaya dilaksanakan 2-3 kali dalam seminggu, dengan demikian dalam kurun waktu 2-3 minggu, kegiatan layanan konseling sebaya oleh “konselor” sebaya kepada seorang konseli sebaya selesai.

Selanjutnya “konselor” sebaya bersama konselor ahli dapat melakukan evaluasi keberhasilan pemberian layanan konseling sebaya.13

2. Motivasi Mengaji Santri

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti

“menggerakkan” yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.14

Arthur S. Reber dan Emily mengatakan bahwa motivasi (motivation) merupakan sebuah pemberi energi perilaku.15 Istilah

13 Hunainah, Bimbingan Teknis Implementasi Model Konseling Sebaya (Bandung: Rizki Press, 2012), 29.

14 Prasetya Irawan, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Jakarta: PPAI, 2016), 42.

15 Arthur S. Reber & Emily S.Reber, Kamus Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 596.

(39)

motivasi dapat definisikan sebagai keadaan internal individu yang melahirkan kekuatan, kegairahan, dinamika dan tingkah laku pada tujuan.

Atau dalam pengertian lain, motivasi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk sejumlah dorongan, keinginan, kebutuhan dan kekuatan.16

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat mengemukakan bahwa motivasi adalah daya (kekuatan) yang mendorong seseorang (baik dari dalam ataupun dari luar) melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Jenis Motivasi

Dorongan atau motivasi memiliki makna yang sangat besar dalam belajar. Apabila terdapat motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu dan kondisi memungkinkan, orang akan berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.17 Aktivitas mengaji santri pun banyak ditentukan oleh motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pembelajaran tersebut, karena motivasi menentukan intensitas usaha seseorang dalam kegiatan mengaji. Dengan kata lain seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam mengaji, tidak mungkin melakukan aktivitas mengaji dengan baik.

16 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2018), 107.

17 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), 117.

(40)

Adapun jenis-jenis motivasi sebagai berikut:

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas.18 Atau perbuatan individu yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan (motif) yang tidak dipengaruhi dari lingkungan.19 Apabila seseorang memiliki motivasi tersebut dalam dirinya maka ia akan sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

Jadi seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Karena seseorang yang memiliki motivasi tersebut selalu ingin maju dalam belajar.

Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa materi yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan berguna kini dan dimasa yang akan datang.20 Begitu pula motivasi pada diri seseorang dalam aktivitas mengaji, untuk selalu mengikuti kegiatan mengaji di pondok pesantren.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik pada dasarnya merupakan tingkah laku yang digerakkan oleh kekuatan eksternal individu.21 Motivasi ekstrinsik merupakan daya penggerak yang dapat menambah kekuatan

18 M. Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psokologi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 84.

19 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2018), 33.

20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 150.

21 M. Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psokologi, 84.

(41)

dalam belajar, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Motivasi ekstrinsik meliputi : a) Orang tua

Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.

Dalam keluarga dimana anak akan diasuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.

Tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikan.22

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan orangtua yang tahu tentang pendidikan agama dapat memberi pengaruh besar terhadap anaknya dalam bidang tersebut seperti memberikan arahan untuk mempelajari tentang mengaji ataupun pendidikan sesuai dengan keinginan orangtua.

b) Guru

Guru memiliki peranan yang sangat unik dan sangat komplek di dalam proses belajar-mengajar, dalam mengantarkan siswa kepada taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggungjawabnya.23

22 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2019), 130.

23 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV Rajawali, 2018), 123.

(42)

Guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak hanya di sekolah formal, tetapi dapat juga di masjid, rumah ataupun pondok pesantren.

Dalam hal ini seorang santri termotivasi untuk mengaji dapat ditopang oleh arahan dan bimbingan seorang guru sebagai motivator.

c) Teman atau sahabat

Teman merupakan partner dalam belajar. Keberadaannya sangat diperlukan menumbuh dan membangkitkan motivasi.

Seperti melalui kompetisi yang sehat dan baik, sebab saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan individual ataupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.24

Terkadang seorang anak lebih termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan seperti mengaji karena meniru ataupun menginginkan seperti apa yang dilakukan temannya.

d) Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak.

Mereka juga termasuk teman-teman di luar sekolah. Di samping itu kondisi orang-orang desa atau kota tempat ia tinggal juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.25

24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, 92.

25 Dalyono, Psikologi Pendidikan, 131.

(43)

Anak-anak yang tumbuh berkembang di daerah masyarakat yang kental akan agamanya dapat mempengaruhi pola pikir seorang anak untuk mengaji sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Semua perbedaan sikap dan pola pikir pada anak merupakan salah satu akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal.

3. Penerapan Konseling Sebaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Santri

Konseling sebaya adalah program bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.26

Salah satu aktivitas rutin santri adalah mengaji. Hampir setiap waktu bagi santri di pondok pesantren adalah mengaji, baik mengaji Al- Qur’an atau mengaji kitab-kitab tradisional (kitab kuning). Tentu, kegiatan rutin ini suatu waktu akan menimbulkan kejenuhan maupun menurunkan semangat santri, sehingga santri akan malas, atau justru tidak

26 Suwarjo, “Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja, ” Makalah disampaikan dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP UNY, 29 Februari 2008.

(44)

mengikuti pengajian. Menghadapi situasi seperti ini, tentu membutuhkan sosok untuk kembali menumbuhkan motivasi santri agar kembali bersemangat, salah satu faktor yang dapat menumbuhkan semangat santri adalah teman sebaya atau sahabatnya. Dengan kehadiran sahabat atau teman sebaya yang mengerti kondisi ini akan berusaha untuk memompa kembali semangat dan motivasi temannya. Sehingga dengan layanan bimbingan konseling menggunakan teknik konseling sebaya atau teman sebaya tersebut diharapkan santri memiliki dapat meningkatkan motivasinya dalam mengaji di pondok pesantren.

Agar konseling sebaya dapat secara efektif dalam meningkatkan motivasi mengaji santri maka ada beberapa teknik yang dapat digunakan, yaitu 27

a. Attending. Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Contoh: Kepala : melakukan anggukan jika setuju, Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum.

b. Empathizing keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif, sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan pikiran, perasaan, ataupun tingkah lakunya.

Kemampuan untuk mengenali dan berhubungan dengan emosi dan

27 Sucipto, Konseling Sebaya (Yogyakarta: Mawas, 2019), 7.

(45)

pikiran orang lain. Melihat sesuatu melalui cara pandang dan perasaan orang lain.

c. Summarizing ketrampilan konselor untuk mendapatkan kesimpulan atau ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan oleh konseli.

d. Questioning teknik mengarahkan pembicaraan dan memberikan kesempatan pada konseli untuk mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli dan bersifat mendalam..

e. Mengarahkan (Directing) Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.

Menurut Mary Rebeca teknik Konseling Sebaya menggunakan teknik-teknik yang ringan, seperti: memberi salam, member pujian, kenang-kenangan di masa lalu yang menyenangkan, teknik melengkapi kalimat, memberikan dukungan-peneguhan, dan lain sebagainya.28

Sucipto juga berpendapat sama, bahwa keterampilan konselor sebaya yang diperlukan relatif sangat sederhana apabila dibandingkan dengan keterampilan konselor profesional. Keterampilan Konselor Sebaya menurut Sucipto adalah:

1) Membina suasana yang aman, nyaman, dan menimbulkan rasa percaya klien terhadap konselor.

28 Mary Rebecca ‘Rivkha’ Rogacion, Peer Counceling, A way of Life (Manila: The Peer Counseling Foundation, 2002), 10.

(46)

2) Melakukan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan :

a) Komunikasi dua arah

b) Perhatian pada aspek verbal dan non verbal

c) Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran

d) Kemampuan melakukan 3 M (Mendengar yang aktif, memahami secara positif, dan merespon secara tepat)

3) Ajukan pertanyaan yang relevan.

4) Tunjukkan empati.

5) Lakukan refleksi dengan cara mengulang kata-kata klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

6) Mendorong klien untuk terus bicara dengan memberikan dorongan minimal, seperti ungkapan (oh ya.., ehm..., bagus), dan anggukan kepala, acungan jempol, dan lain- lain.29

Efektivitas pelaksanaan konseling teman sebaya dilihat dari frekuensi dan intensistas terjadinya proses konseling diantara teman sebaya, dan atau proses reveral dari konselor sebaya kepada konselor ahli.

Selain itu, munculnya sahabat yang hangat, penuh perhatian, tulus membantu, tulus memberikan dukungan saat menghadapi situasi yang sulit, serta dapat dipercaya juga merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan konseling teman sebaya. Indikator tersebut, meningkatnya

29 Sucipto, Konseling Sebaya (Yogyakarta: Mawas, 2019), 2-3.

(47)

skor resiliensi anak yang diukur melalui resiliensi inventori juga menjadi indikator keberhasilan. Evaluasi dilakukan melalui refleksi baik perorangan maupun kelompok, dan pengamatan terhadap proses interaksi yang terjadi, baik dalam forum- forum yang sengaja didesain demi munculnya interaksi interpersonal antar anak, maupun dalam berbagai kesempatan spontan selama anak beraktivitas. Selain pendekatan di atas, Hunainah juga menyarankan agar mengevaluasi efektivitas konseling sebaya dengan menganalisis data yang ada, misalnya jumlah konseli yang meminta bantuan pada “konselor” sebaya atau konselor ahli, konsistensi

“konselor” sebaya dalam memberikan layanan bantuan kepada teman sebayanya, atau melalui wawancara informal dengan guru, orang tua, atau staf administrasi.30

30 Hunainah, Bimbingan Teknis Implementasi Model Konseling Sebaya (Bandung: Rizki Press, 2012), 29-30.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripti kualitatif, artinya penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau situasi tertentu secara akurat. Dengan kata lain, tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa tertentu.1 Jenis penelitian deskriptif berusaha untuk mendeskripsikan realitas sosial dengan jalan mendeskripsikan penerapan konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

1. Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di kota Jember dibandingkan dengan pondok pesantren Darus Sholah, Nuris Jember dan lain lain.

2. Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember memiliki jadwal pengajian yang ketat dan mata pelajaran kitab yang bervariasi sehingga kehadiran konseling sebaya akan sangat membantu kesuksesan mengaji santri.

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2018), 143.

36

(49)

3. Peneliti ingin mengetahui lebih mendalam dan mengungkap Penerapan Konseling sebaya dalam meningkatkan motivasi mengaji santri.

C. Subjek Penelitian

Pada tahap ini peneliti akan menentukan beberapa informan, yaitu orang-orang yang nantinya memberikan informasi terkait masalah penelitian.

Subjek yang ditetapkan adalah dengan menggunakan purposive sampling merupakan teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu. Misal dari pertimbangan tertentu ini orang tersebut lebih memahami tentang apa yang diharapkan atau orang tersebut memiliki kedudukan yang lebih tinggi sehingga dapat memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.2 Berdasarkan dari pemaparan di atas maka yang dijadikan informan antara lain:

1. Pengurus Ponpes Al Qodiri Jember. Dipilihnya pengurus untuk menjadi subyek penelitian adalah karena pengurus mengetahui seluk beluk santri setiap harinya, selain itu pengurus orang yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di pesantren, dan mengetahui kegiatan santri, yaitu Ustadz Romi Faslah dan Ustadz Sholehuddin.

2. Ustadz, karena ustadz merupakan orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran atau mengaji santri, dan ustadz yang memberikan pelajaran mengaji setiap hari kepada santri. Adapun yang menjadi subjek penelitian dan menjadi konselor sebaya sebanyak 2 orang, yaitu Diki Kurniawan dan Ustadz Rifqi Nur Afandi.

2 Sugiyono, Motode Peelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 9

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berfokus pada variabel kontrol diri menurut Averill (1973), kontrol diri merupakan variabel psikologis yang sederhana, karena di dalamnya tercakup tiga konsep

Perancangan kampanye peduli primata profauna Indonesia ini akan mencakup dua kajian objek desain yaitu satwa primate yang dilindungi sebagai objek utama desain

Beberapa cara telah dilakukan untuk memanen energi yang terbuang tersebut, seperti Kinetic Energy Recovery System (KERS) yang memanen energi terbuang saat pengereman, Thermal

Kebiasaan rekrutmen pada masa lalu yang dianggap sudah baku dan dilakukan berulang-ulang akan mampuh meningkatkan keahlian seorang perekrut dalam menilai calon

Salah satu pencapaian dari UNFPA bekerjasama dengan BNPB dan BPS adalah tersedianya data dan informasi dasar yang merupakan hasil penggabungan antara data sensus pen- duduk 2010

frequency cancellor design, which employed the notch filter by using the operational amplifier and full wave rectifier. The project also makes use of Protel's

mobile , melakukan top up , dan menggunakan kartu. Mesin tag NFC pasif. Aktor sebagai piranti dalam proses menggunakan kartu. Register , merupakan proses untuk registrasi

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud